Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Harrizul Rivai1), Neki Okta Deni 2), Dwi Dinni Aulia B2)
1)
. Fakultas Farmasi Universitas Andalas (UNAND) Padang.
2)
. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang.
Email: neki.oktadeni@yahoo.com
ABSTRAK
Pengembangan dan validasi metode analisis hidroklorotiazid tablet telah dilakukan dengan metode
absorbansi dan metode luas daerah di bawah kurva secara spektrofotometri ultraviolet. Penelitian ini
menggunakan prinsip perhitungan absorban dan luas daerah di bawah kurva yang diperoleh dari pengukuran
larutan analit dengan menggunakan alat spektrofotometer UV - Vis dan larutan natrium hidroksida 0,1 N sebagai
pelarut terbaik. Linearitas hidroklorotiazid diperoleh pada rentang konsentrasi 4 - 14 g/mL; nilai koefisien
korelasi dengan metode absorbansi dan metode luas daerah di bawah kurva masing masing 0,99984 dan
0,99671. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar sampel yang diperoleh dengan metode absorbansi dan
metode luas daerah di bawah kurva masing-masing adalah 99,50 0,015 % dan 99,97 0,017 %. Rata-rata
persen perolehan kembali yang diperoleh dengan metode absorbansi dan metode luas daerah di bawah kurva
masing-masing adalah 96,99 0,012 % dan 104,78 0,017 %.
Kata kunci : Hidroklorotiazid Tablet, Metode Absorbansi dan Luas Daerah di Bawah Kurva, Spektrofotometri
Ultraviolet
ABSTRACT
Development and validation of analytical methods hydrochlorothiazide tablets have been done by
absorbance method and the method of the area under curve ultraviolet spectrophotometry. This study used the
principle of calculation of absorbance and the area under curve obtained from the measurement of the analyte
solution by using UV - Vis spectrophotometer and sodium hydroxide 0.1 N solution as the best solvent.
Hydrochlorothiazide linearity was obtained in the concentration range of 4 - 14 mg/mL; the correlation
coefficient with the absorbance method and the area under the curve method respectively 0.99984 and 0.99671.
The results showed that the samples obtained by the absorbance method and the method of the area under curve
method was 99.50 0.015 % and 99.97 0.017 %. The average percent recovery obtained by the absorbance
method and the area under curve method was 96.99 0.012 % and 104.78 0.017%.
Keywords: Hydrochlorotiazide tablets, absorbance method and the area under curve method, Ultraviolet
Spectrophotometry
PENDAHULUAN benzotiadiazina-7-sulfonamida
1,1dioksida (Kementerian Kesehatan
Diuretik adalah senyawa yang dapat Republik Indonesia, 2014).
menyebabkan eksresi urin yang lebih Hidroklorotiazid merupakan senyawa
banyak (Mutschler, 1991). Diuretik sulfamoyl yang diturunkan dari
bekerja meningkatkan ekskresi natrium, klortiazid yang dikembangkan dari
klorida dan sejumlah air. Salah satu obat senyawa sulfanilamida. Obat ini bekerja
diuretik yaitu hidroklorotiazid. dibagian muka tubuli distal. Efek
Hidroklorotiazid adalah prototipe diuretisnya lebih ringan dari diuretik kuat
golongan tiazid dan dianjurkan untuk atau lengkungan tetapi bertahan lebih
sebagian kasus hipertensi ringan sampai lama yaitu 6 sampai 12 jam. Daya
sedang dan dalam kombinasi dengan hipotensifnya lebih kuat sehingga banyak
berbagai anti hipertensi lain (Nafrialdi, digunakan pilihan pertama untuk
2007). Nama kimia dari hidroklorotiazid hipertensi ringan sampai sedang (Tjay &
yaitu 6 kloro-3,4-dihidro-2H-1,2,4- Rahardja, 2007).
1
validasi yang mana diperoleh nilai
Menurut Farmakope Indonesia edisi V koefisien regresi (r2) 0,999 dan nilai RSD
tahun 2014, penetapan kadar hidrokloro- < 2 % (Ahmed, et al., 2012).
tiazid dilakukan secara kromatografi cair Selain itu, dikembangkan penetapan
kinerja tinggi (KCKT) yang dilengkapi kadar hidroklorotiazid dengan
dengan detektor 254 nm dan kolom 25 cm kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
x 4,6 mm berisi bahan pengisi L1. Laju alir yang dilengkapi dengan detektor 210 nm
lebih kurang 2 mL per menit dengan fase dan kolom 25 cm dan 4,6 mm. Laju alir
gerak campuran natrium posfat monobasa lebih kurang 2 mL per menit dengan fase
0,1 M-asetonitril P (9:1) (Kementerian gerak campuran metanol dan asam fosfat
Kesehatan RI, 2014). dalam air (25:75 v/v). Pada metode ini
Menurut Farmakope Inggris tahun diperoleh kadar hidroklorotiazid yaitu 98,7
2009, penetapan kadar hidroklorotiazid % 0,8. Nilai koefisien korelasi (r) 0,99
secara spektrofotometri ultraviolet dengan dan nilai RSD 0,86 (Kirschbaum &
menggunakan pelarut NaOH 0,01 M pada Perilman, 1983).
panjang gelombang maksimum 273 nm Metode ini menggunakan alat khusus,
dan 323 nm diperoleh kadar 98 % sampai membutuhkan biaya yang mahal, dan
102 % (British Pharmacopoeia, 2009). memerlukan waktu yang cukup lama.
Beberapa penelitian sebelumnya telah Selain itu juga menggunakan pelarut yang
dilakukan penetapan kadar relatif mahal. Pengembangan metode
hidroklorotiazid. Salah satunya dengan analisis dalam penentuan mutu suatu
spektrofotometri ultraviolet. Pada produk dengan metoda yang lebih mudah
penelitian ini diperoleh panjang gelombang dapat dilakukan. Dalam hal ini, analisis
272 nm, menggunakan pelarut NaOH 0,01 tablet hidroklorotiazid dapat dilakukan
N dan air suling. Konsentrasi yang dengan menggunakan metode
digunakan 5 g/mL sampai 30 mg/mL spektrofotometri ultraviolet karena metode
dalam air suling dan 1 g/mL sampai 30 ini lebih mudah, murah dan terandalkan
g/mL untuk NaOH 0,01 N. Metode ini dibandingkan dengan metode lainnya.
memenuhi persyaratan akurasi karena Metode analisis dengan spektrofotometri
ditemukan linear dengan persamaan regresi ultraviolet yang sudah ada sebelumnya
y = 0,198 + 0,043x dengan koefisien yaitu berdasarkan nilai absorban,
regresi 0,999 dan y = 0,029 + 0,059x transmitan, dan absorbtivitas. Namun,
dengan koefisien regresi 0,998 sedangkan metode luas daerah di bawah kurva belum
persentase akurasi yang diperoleh yaitu banyak yang menggunakannya. Selain itu,
98,75 % dan 98,88 % (Hapse, et al., penatapan kadar hidroklorotiazid dengan
2012). metode luas daerah di bawah kurva yang
Pada penelitian sebelumnya juga telah dibandingkan dengan metode absorbansi,
dikembangkan tentang spektrofotometri belum ada yang melakukannya.
ultraviolet dengan dua metode. Metode Berdasarkan uraian di atas maka
pertama yaitu luas daerah di bawah kurva peneliti bermaksud melakukan penelitian
dengan daerah pengukuran 265 nm sampai mengenai pengembangan dan validasi
275 nm. Metode kedua yaitu metode analisis hidrklorotiazid tablet
spektrofotometri derivatif pada panjang dengan absorbansi dan luas daerah di
gelombang 270 nm. Kosentrasi yang bawah kurva secara spektrofotometri
digunakan pada kedua metode tersebut ultraviolet. Metode ini diharapkan
adalah 1 sampai 5 g/mL dengan pelarut diperoleh hasil yang lebih akurat pada
metanol. Kadar hidroklorotiazid yang validasi metode analisis dan penetapan
diperoleh pada kedua metode ini, yaitu kadar pada hidroklorotiazid tablet.
99,72 % dengan simpangan baku 0,3123.
Kedua metode ini memenuhi persyaratan
2
Timbang kalii dihydrogen fosfat
6,8045 gram dan Natrium hidroksida 2
gram, masing-masing masukan kedalam
labu ukur 250 mL. Kemudian larutkan
dengan air bebas karbon dioksida. Pipet
METODE PENELITIAN larutan kalii dihydrogen fosfat sebanyak
125 mL dan larutan Natrium hidroksida
Alat yang digunakan dalam penelitian 0,2 N sebanyak 86,75 mL campurkan
ini adalah spektrofotometer UV-Vis didalam labu ukur 500 ukur pH sampai
(Shimadzu UV-1800), sonikator (Brason 7,2 mL lalu tambahkan air bebas karbon
1800), pH meter, timbangan analitik dioksida sampai tanda batas
(Precisa XB 220A), erlenmeyer (Iwaki (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Pyrex), gelas piala (Iwaki Pyrex), labu
ukur (Iwaki Pyrex), corong (Iwaki Pyrex), Pembuatan Larutan baku Hidrokloro-
pipet mikro (Iwaki Pyrex), kertas saring tiazid 1000 g/mL
(Whatman No. 41), pipet tetes, bola hisap,
spatel, pengaduk, kertas perkamen, 1. Pelarut Natrium Hidroksida 0,1 N
aluminium foil, dan alat-alat lainnya yang Buat larutan baku hidroklorotiazid
menunjang penelitian. murni dengan kadar 1000 g/mL
Bahan yang digunakan dalam penelitian dengan cara timbang seksama 100 mg
ini adalah Hiroklorotiazid murni (PT hidroklorotiazid murni menggunakan
Kimia Farma), Hidroklorotiazid Generik timbangan analitik, masukkan ke dalam
tablet 25 mg (PT Kimia Farma, No. Batch labu ukur 100 mL, kemudian
151554B, Exp. Desember 2020), Natrium tambahkan sebagian NaOH 0,1 N,
Hidroksida (PT Brataco), Metanol (PT kocok hingga larut lalu dicukupkan
Merck), Etanol (PT Merck), Kalii dengan NaOH 0,1 N sampai tanda batas
Dihydrogen Posfat (PT Merck) dan (Gangola, et al., 2011).
Aquadestilata (CV Novalindo).
2. Pelarut Dapar Fosfat pH 7,2
Prosedur Buat larutan baku hidroklorotiazid
Pembuatan Pelarut murni dengan kadar 1000 g/mL,
dengan cara timbang seksama 100 mg
1. Pelarut NaOH 0,1 N hidroklorotiazid murni masukkan ke
Larutkan 162 gram natrium dalam labu ukur 100 mL, kemudian
hidroksida P dalam 150 mL air bebas tambahkan sebagian dapar fosfat pH
karbon dioksida. Dinginkan larutan 7,2. Kocok hingga larut, lalu
hingga suhu kamar, saring melalui dicukupkan dengan dapar fosfat sampai
kertas saring yang dikeraskan. tanda batas, kocok homogen (Sowjanya,
Masukkan 54,5 mL filtrat jernih ke et al., 2012).
dalam wadah bertutup rapat dan
encerkan dengan air bebas karbon 3. Pelarut Metanol
dioksida hingga 1000 mL. Pipet 100 mL Buat larutan baku hidroklorotiazid
dari larutan, masukkan ke dalam labu murni dengan konsentrasi 1000 g/mL,
ukur 1000 mL cukupkan sampai tanda dengan cara ditimbang seksama 100 mg
batas dengan air bebas karbon dioksida hidroklorotiazid masukkan ke dalam
dan homogenkan (Kementerian labu ukur 100 mL, dilarutkan dengan
Kesehatan Republik Indonesia, 2014). metanol cukupkan dengan metanol
sampai tanda batas, kocok homogen
2. Pelarut Dapar Posfat pH 7,2 (Mali, 2015).
3
4. Pelarut Etanol g/mL. Kemudian ukur absorban dan luas
Buat larutan baku hidroklorotiazid daerah di bawah kurva masing-masing
murni dengan konsentrasi 1000 g/mL, larutan pada panjang gelombang 273 nm
dengan cara ditimbang seksama 100 mg dengan menggunakan spektrofotometer
hidroklorotiazid masukkan ke dalam UV-Vis.
labu ukur 100 mL, dilarutkan dengan
etanol cukupkan dengan etanol sampai Penetapan Kadar Hidroklorotiazid
tanda batas, kocok homogen (Sridharan, Tablet
et al., 2010).
Penetapan kadar hidroklorotiazid tablet
Penentuan Panjang Gelombang Serapan dilakukan dengan cara timbang 20
Maksimum Hidroklorotiazid hidroklorotiazid tablet, lalu digerus hingga
halus dan timbang setara dengan 100 mg
Masing - masing larutan baku hidroklorotiazid murni. Larutkan dengan
hidroklorotiazid 1000 g/mL dengan pelarut terbaik sebanyak 70 mL dalam labu
berbagai macam pelarut (NaOH 0,1 N, ukur 100 mL. Sonikasi selama lebih
dapar fosfat pH 7,2, metanol dan etanol), kurang 10 menit, kemudian cukup dengan
lakukan pengenceran hingga didapat pelarut terbaik sampai tanda batas maka
konsentrasi 100 g/mL dengan cara pipet diperoleh kosentrasi 1000 g/mL. Saring
sebanyak 10 mL, masukkan ke dalam labu larutan dengan menggunakan kertas saring
ukur 100 mL. Lalu encerkan dengan whatman nomor 41.
masing-masing pelarut sampai tanda batas, Dari larutan ini dipipet 10 mL,
homogenkan. Kemudian masing-masing kemudian masukkan kedalam labu ukur
larutan baku hidroklorotiazid 100 g/mL 100 ml, cukupkan dengan pelarut terbaik
dengan berbagai macam pelarut, dipipet sampai tanda batas, maka diperoleh
dengan mikropipet 1,0 mL masukkan ke konsentrasi 100 g/mL. Pipet 1 mL dari
dalam labu ukur 10 mL, kemudian larutan tersebut, kemudian masukkan
dicukupkan dengan pelarut masing-masing kedalam labu ukur 10 ml, cukupkan
sampai tanda batas, kocok homogen dengan pelarut terbaik sampai tanda batas,
sehingga didapatkan konsentrasi 10 maka diperoleh konsentrasi 10 g/mL.
g/mL. Serapan diukur pada rentang Ukur absorban dan luas daerah di bawah
panjang gelombang 200 - 400 nm dengan kurva pada panjang gelombang 273 nm
spektrofotometer ultraviolet sehingga dengan spektrofotometer UV-Vis.
diperoleh panjang gelombang serapan Tentukan kadar hidroklorotiazid tablet
maksimum hidroklorotiazid. berdasarkan persamaan regresi linier
hidroklorotiazid (Sayyed et al., 2015).
Pembuatan Kurva Kalibrasi Hidroklo-
rotiazid Validasi Metode Analisis
4
Batas deteksi dan batas kuantifikasi
a=
y b x
ditentukan regresi kurva baku yang n
diperoleh. Nilai LOD = 3,3 (SD/S) dan
LOQ = 10 (SD/S), standar deviasi (SD) x
respon ditentukan berdasarkan standar
deviasi residual merupakan nilai regresi
linier y = a + bx (Gandjar & Rohman, x2
2013). n
n xy x . y
3. Uji Akurasi b=
Uji akurasi dilakukan melalui uji
perolehan kembali dengan metode
spiking yaitu dengan cara menambahkan
Keterangan:
sejumlah larutan baku hidroklorotiazid
y = absorban / luas daerah di bawah
dalam suatu larutan uji yang kadarnya
kurva
diketahui dari konsentrasi larutan baku
x = konsentrasi (g/mL)
yang ditambahkan yaitu 80 %, 100 % dan
a = intersep / titik potong pada sumbu Y
120 %, masing-masing dilakukan 3 kali
b = slope
pengulangan. Kemudian dihitung nilai
perolehan kembali baku pembanding yang
ditambahkan pada larutan uji yang 2. Linearitas kurva baku
dinyatakan dengan persen perolehan Tujuan linearitas yaitu untuk
kembali. Metode validasi memenuhi syarat mengetahui seberapa baik kurva
jika persen perolehan kembalinya dengan kalibrasi yang menghubungkan antara
nilai rentang 80 % sampai 120 % (Gandjar respon (y) dan konsentrasi (x).
& Rohman, 2013). Linearitas ditentukan berdasarkan nilai
koefisien korelasi (r) dari persamaan
4. Uji Presisi regresi y = a + bx
Uji presisi dilakukan pada tingkat
keterulangan dengan cara mengukur kadar r
x y x y /n
i i i i
5
S y2. x
Y 2
a Y b XY Tujuan dilakukan presisi yaitu untuk
n2 mengetahui kedekatan hasil analisis
apabila dilakukan oleh analis yang sama
S y / x S y2/ x dengan waktu yang berbeda. Presisi
dinyatakan dengan simpangan baku
relatif (RSD) atau koefisien variasi.
Batas deteksi dan batas kuantitasi
dihitung berdasarkan rumus: SD
RSD= x 100 %
a. Batas deteksi (LOD), x
Karena k = 3,3 atau 10, simpangan baku
(Sb) = Sy/x, maka:
3,3 Sy /x Simpangan baku relatif (RSD)
LOD= dinyatakan memenuhi validasi metode
b
jika nilai RSD antara 1 - 2 % (Gandjar
b. Batas kuantitasi (LOQ) & Rohman, 2013).
10 Sy /x
LOQ=
b
6
Gambar 1. Spektrum analit dalam pelarut NaOH 0,1 N
7
Gambar 3. Spektrum analit dalam pelarut metanol
Pada Gambar 4 terlihat spektrum serapan 2014). Pelarut NaOH merupakan pelarut
hidroklorotiazid pembanding (konsentrasi yang tidak mudah menguap sehingga
10 g/mL) dalam pelarut etanol dalam penggunaanya lebih stabil dan
menghasilkan max 270,60 nm dengan pelarut NaOH merupakan pelarut non
absorban 0,660. Berdasarkan keempat organik. Selain itu dengan menggunakan
pelarut yang digunakan, maka dapat pelarut NaOH hidroklorotiazid
disimpulkan pelarut yang terbaik adalah menunjukkan max 273,00 nm yang sesuai
NaOH 0,1 N. Hal ini disebabkan kelarutan standar Farmakope Indonesia dan
hidroklorotiazid yang mudah larut dalam Farmakope British dimana absorban
pelarut NaOH (Kementerian Kesehatan RI,
8
memasuki rentang antara 0,2 sampai 0,8 + 0,04865x, sedangkan dari pembuatan
yaitu 0,520 (Gandjar & Rohman, 2013). kurva kalibrasi hidroklorotiazid dengan
melihat hubungan antara konsentrasi
Pembuatan kurva kalibrasi hidrokloro- dengan luas daerah di bawah kurva
tiazid dengan konsentrasi 4, 6, 8, 10,12, 14 didapatkan persamaan regresi linier yaitu y
g/mL dengan melihat hubungan antara = 0,81215 + 0,63255x. Kurva kalibrasi
konsentrasi dengan absorban didapatkan dapat di lihat pada gambar di bawah ini.
persamaan regresi linier, yaitu y = 0,03608
Gambar 6. Kurva kalibrasi analit dengan metode luas daerah di bawah kurva
9
sampai 110 % (U.S.P, 2007), dan Pada penelitian sebelumnya dengan
memenuhi persyaratan Farmakope British metode absorbansi dengan pelarut NaOH
tahun 2009 yaitu 90 sampai 110 %. Namun 0,1 N diperoleh kadar 99,12 % dengan
dengan identifikasi menggunakan simpangan baku 0,49 (Sayyed, et al.,
spektrofotometri ultraviolet pada panjang 2015), sedangkan metode luas daerah
gelombang 273 nm dan 232 nm diperoleh dibawah kurva dengan pelarut metanol
kadar 98 % sampai 102 % yang mana ini diperoleh kadar hidroklorotiazid 99,63 %
berarti kadar yang diperoleh juga dengan simpangan baku 0,74 (Ilango, et
memenuhi persyaratan (British al., 2012). Hasil penetapan kadar
Pharmacopoeia, 2009). hidroklorotiazid dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel II. Penetapan kadar sampel dengan metode luas daerah di bawah
No Luas Kadar Kadar (%)
daerah (g/mL) dalam tablet
1 7,259 10,192 101,92 %
2 7,291 10,424 101,42 %
3 7,131 9,989 99,89 %
4 7,037 9,841 98,41 %
5 7,071 9,895 98,95 %
6 7,025 9,822 98,22 %
Rata-rata 99,97 %
SD 0,017
10
Penentuan batas deteksi dan batas yaitu 0,65 %; 0,59 % dan 0,72 %
kuantitasi merupakan parameter yang sedangkan pada metode luas daerah di
sensitivitas. Tujuan penentuan batas bawah kurva dengan konsentrasi 10 g/mL
deteksi yaitu untuk mengetahui jumlah diperoleh RSD yaitu 1,17 %; 1,28 % dan
terkecil analit yang masih bisa dideteksi 1,16 %. Konsentrasi 12 g/mL diperoleh
namun tidak perlu dapat terukur dan tujuan RSD yaitu 0,83 %; 0,79 % dan 0,16 %.
penentuan batas kuantitasi yaitu untuk Konsentrasi 14 g/mL diperoleh RSD
mengetahui jumlah terkecil analit yang yaitu 0,49 %; 0,47 % dan 0,80 %.
masih bisa diukur dengan akurat (Harmita, Penentuan presisi interday
2004). Batas deteksi dan batas kuantitasi hidroklorotiazid dilakukan selama 3 hari
yang diperoleh dari metode absorbansi dengan tiga konsentrasi berbeda. Pada
yaitu 0,56871 dan 1,72337, sedangkan metode absorbansi, hari pertama, kedua,
batas deteksi dan batas kuantitasi yang dan ketiga dengan kosentrasi 10 g/mL
diperoleh dari metode luas daerah di diperoleh RSD yaitu 1,15 %; 0,81 %
bawah kurva yaitu 1,13111 dan 3,42760. dan 1,05 %. Konsentrasi 12 g/mL pada
Pengujian akurasi pada penelitian hari pertama, kedua, dan ketiga diperoleh
bertujuan untuk mengetahui bahwa metode RSD berturut-turut yaitu 1,60 %; 0,87 %
analisis mempunyai derajat kedekatan dan 0,57 %. Konsentrasi 14 g/mL pada
hasil analisis dengan kadar analit yang hari pertama, kedua, dan ketiga diperoleh
sebenarnya. Ini menggunakan metode RSD berturut-turut yaitu 0,62 %; 0,71 %
adisi dengan menambahkan sejumlah dan 0,65 % sedangkan pada metode luas
analit dengan konsentrasi tertentu pada daerah dibawah kurva, hari pertama,
sampel yang diperiksa, lalu dianalisis kedua, dan ketiga dengan kosentrasi 10
dengan metode tersebut. Persen perolehan g/mL diperoleh RSD Konsentrasi 10
kembali ditentukan dengan menentukan g/mL pada hari pertama, kedua, dan
berapa persen analit yang telah ketiga diperoleh RSD yaitu 1,37 %; 1,00
ditambahkan dapat ditemukan. Persen % dan 1,29 %. Konsentrasi 12 g/mL pada
analit yang ditambahkan adalah 80 %, 100 hari pertama, kedua, dan ketiga diperoleh
%, dan 120 %. Dari hasil uji perolehan RSD berturut-turut yaitu 1,28 %; 0,63 %
kembali hidroklorotiazid dengan metode dan 0,41 %. Konsentrasi 14 g/mL pada
absorbansi didapatkan persen perolehan hari pertama kedua dan ketiga diperoleh
kembali 98,40 %; 96,33 % dan 96,25 % RSD berturut-turut yaitu 0,48 %; 0,53 %
dengan rata-rata 96,99 % dengan dan 0,50 %.
simpangan baku 0,012 dan persen
perolehan kembali untuk metode luas KESIMPULAN
daerah di bawah kurva yaitu 105,91 %, Pelarut terbaik yang digunakan untuk
106,01 %, dan 102,43 % dengan rata-rata analisis hidroklorotiazid tablet dengan
104,78 % sehingga kedua metode berada metode spektrofotometri ultraviolet yaitu
pada rentang yang diperbolehkan yaitu (80 NaOH 0,1 N. Metode absorbansi dan luas
% sampai 120 %) dengan simpangan baku daerah di bawah kurva menunjukkan
0,17 (Gandjar & Rohman, 2013). bahwa kedua metode tersebut adalah
Penentuan presisi intraday metode yang valid untuk analisis
hidroklorotiazid dilakukan pada waktu hidroklorotiazid tablet. Metode absorbansi
pagi, siang dan sore hari dengan tiga dan luas daerah di bawah kurva secara
konsentrasi berbeda. Pada metoda spektrofotometri ultraviolet yang telah
absorbansi dengan konsentrasi 10 g/mL divalidasi dapat digunakan untuk
diperoleh RSD yaitu 0,90 %; 0,88 % dan penetapan kadar hidroklorotiazid tablet,
0,90 %. Konsentrasi 12 g/mL diperoleh yaitu 99,50 % dengan metode absorbansi
RSD yaitu 0,65 %; 0,64 % dan 0,28 %. dan 99,70 % dengan metode luas daerah di
Konsentrasi 14 g/mL diperoleh RSD bawah kurva. Kadar hidroklorotiazid tablet
11
yang diperoleh memenuhi persyaratan Perhitungannya. Majalah Ilmu
Farmakope Indonesia edisi V tahun 2014 Kefarmasian, 1, (3), 117-135.
dengan kadar hidroklorotiazid tablet yang Ilango, K., & Kumar, S. (2012).
tertera 90 sampai 110 %. Simultaneous Determination of
Omelsartan Medoxomil and
UCAPAN TERIMA KASIH Hydrochlorothiazide by Area Under
Pada kesempatan ini perkenankan Curve and Dual Wavelength
penulis mengucapkan terima kasih yang Spectrophotometric Methods.
setulusnya atas bantuan, bimbingan, doa, Journal of Pharmaceutical Sciences
dukungan, semangat, dan perhatian atas and Research. 4, (10), 1946-1949
terwujudnya tulisan ini kepada Bapak DR. Kementerian Kesehatan Republik
H. Harrizul Rivai, MS selaku Pembimbing Indonesia. (2014). Farmakope
I dan Ibu Dwi Dinni Aulia B, M.Farm, Apt Indonesia. (Edisi V). Jakarta:
selaku pembimbing II atas ilmu dan Kementerian Kesehatan Republik
kesabarannya dalam membimbing penulis Indonesia.
untuk menyelesaikan artikel ini. Kirschbaum, j., & Perilman, S. (1983).
Analisys of Captopril and
DAFTAR PUSTAKA Hydrochlorothiazide Combination
Tablet Formulations by Liquid
Ahmed, M., Jamadar, N., & Shetty, S. Chromatography. American
(2012). Silmutaneous Estimation of Pharmaceutical Association. 73, (5),
Atenolol and Hydrochlorotiazide in 686-687.
Combined Dosage Form By UV- Mali, A. D., (2015). Simultaneous
Spctrophotometric Methods. Actha Determination Of Carvedilol And
Chim Pharm Indica. 2, (3), 134-142. Hydrochlorotiazide In
British Pharmacopoeia. (2009). British Pharmaceutical Dosage Form By
Pharmacopoeia, Volume I & II. Pirst Order Derivative UV
London: The British Pharmacopoeia Spectrophotometry. International
Commision. Journal of Pharmacy and
Gandjar, I. G., & Rohman, A. (2013). Pharmaceutical Sciences, 7, (9),
Kimia Farmasi Analisis. (Edisi XI) 0975-1491.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mutschler, E. (1991). Dinamika Obat
Gangola, R., Kaushik, S., & Sharma, P. Buku Ajar Farmakologi dan
(2011). Spectrophotometric Toksikologi. (Edisi 5). Bandung:
Simultaneous Determination of Penerbit ITB.
Hydrochlorothiazide and Telmisartan Nafrialdi. (2007). Obat yang
in Combined Dosage Form. Journal Mempengaruhi Metabolisme
of Applied Pharmaceutical Science. Elektrolit dan konservasi Air. In S.G
1, (1), 46-49. Gunawan., R. Setiabudy., Nafrialdi
Hapse. S. A., Wagh. V. S., Kadaskar. P. T., & Elysabeth (Eds). Farmakologi
Dokhe. M. D., & Shirsath. A. S. dan Terapi. (Edisi V). Jakarta:
(2012). Spectrophotometric Fakultas Kedokteran Universitas
Estimation and Validation of Indonesia.
Hydrochlorothiazide in Tablet Sayyed, Z. M., Shinde, S. A., Chaudhari,
Dosage Forms By Using Differnt B. P., & Biyani, K. B. (2015).
Solvent. Der Pharma Chemica, 4 Deploment and Validation of UV
(1), 10-14. Spectrophotometric Method for
Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Simultaneous Estimation of
Validasi Metode dan Cara Amlodipine Besylate and
Hydrochlorothiazide in Combined
12
Dosage Form Including Stability in Combined Pharmaceutical Dosage
Study. Journal of Pharmaceutical Form by UV Spectroscopy using
Science and Biocientific Research Multicomponent Mode of Analysis.
(JPSBR). 5, (5), 487-493. International J ournal of
Sowjanya, G., Gangadhar, P., Rao, R., ChemTech Research, 2, (2), 876-879.
Subrahmanyam, P., & Suresh, P. Tjay, T. H. & Rahardja, K. (2007). Obat-
(2012). Simultaneous UV obat Penting, Khasiat dan
spectrphotometric estimation of Penggunaannya. Edisi VI. Jakarta:
enalapril maleate and PT. Elex Media Komputindo.
hydrochlorothiazide in tablets. U.S. Pharmacopoeia. (2007). Unitid States
Journal of Cemical and Pharmacopoeia (USP). Edisi 30.
Pharmaceutical Research. 4, (7), Maryland : U.S. Pharmacopoeia
3483-3488. Convention.
Sridharan, D., Thenmozhi, A., Watson, D. G. (2009). Analisis Farmasi:
Rajamanickam, V., Buku Ajar untuk Mahasiswa
Sundaranandavalli, S., & Farmasi dan Praktisi Kimia
Palanikumar, B. (2010). Farmasi. (Edisi 2). Penerjemah:
Simultaneous Estimation of W.R. Syarief. Jakarta: Penerbit Buku
Irbesartan and Hydrochlorothiazide Kedokteran EGC.
13