Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Siklus persediaan dan pergudangan (inventory and warehousing cycle) merupakan
siklus yang unik karena hubungannya yang erat dengan transaksi lainnya. Bagi
perusahaan manufaktur, bahan baku memasuki siklus persediaan dan pergudangan dari
siklus akuisisi dan pembayaran, sementara tenaga kerja langsung memasukinya dari
siklus penggajian dan personalia. Siklus persediaan dan pergudangan diakhiri dengan
penjualan barang dalam siklus penjualan dan penagihan.
Audit terhadap persediaan terutama pengujian saldo persediaan akhir tahun,
sering kali merupakan bagian yang paling kompleks dan paling menghabiskan waktu
audit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas audit persediaan meliputi:
a. Persediaan sering kali merupakan akun terbesar pada neraca
b. Persediaan sering kali berada pada lokasi yang berbeda, yang membuat
pengendalian dan perhitungan fisik menjadi sulit
c. Sering kali sulit bagi auditor untuk mengamati dan menilai item persediaan
yang berbeda seperti perhiasan, bahan kimia, dan suku cadang elektronik
d. Penilaian persediaan juga sulit apabila estimasi keusangan persediaan
merupakan hal yang penting dan apabila biaya manufaktur harus dialokasikan
ke persediaan
e. Terdapat beberapa metode penilaian persediaan yang dapat diterima dan
beberapa organisasi mungkin ingin menggunakan metode penilaian yang
berbeda untuk berbagai bagian persediaan, yang dapat diterima menurut
standar akuntansi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana siklus Persediaan dan Pergudangan?
2. Apa sajakah dokumen-dokumen yang terkait Persediaan dan Pergudangan?
3. Apa sajakah program audit pada siklus Persediaan dan Pergudangan?
4. Bagaimana prosedur audit dan pengujian substantif tes pada Persediaan dan
Pergudangan?
5. Apa contoh kemungkinan salah saji pada siklus Persediaan dan Pergudangan?
6. Apa contoh kasus dan penyelesaian pada siklus Persediaan dan Pergudangan?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui flowchart siklus Persediaan dan Pergudangan
2. Mengetahui dokumen-dokumen terkait siklus Persediaan dan Pergudangan
3. Mengetahui program audit pada siklus Persediaan dan Pergudangan
4. Mengetahui prosedur audit dan pengujian substantif Persediaan dan Pergudangan
5. Mengetahui contoh kemungkinan salah saji pada siklus Persediaan dan Pergudangan
6. Mengetahui contoh kasus dan penyelesaiannya pada siklus Persediaan dan
Pergudangan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 FLOWCHART SIKLUS PERSEDIAAN DAN PERGUDANGAN


Penjelasan:
1. Proses ini diawali dari bagian gudang yang mengecek persediaan, apabila barang
ada maka proses akan langsung menuju ke persediaan barang dan apabila
barang tidak ada maka akan terjadi proses permintaan barang ke bagian
administrasi.
2. Setelah itu bagian administrasi akan membuat surat pesanan barang dan
menentukan supplier . Setelah membuat surat pesanan , surat pesanan akan
diberikan ke pada supplier.
3. Supplier akan mengecek pesanan barang, apabila pesanan tidak ada maka
proses akan kembali kepada supplier, dan apabila barang ada maka akan menuju
ke proses transaksi pembelian barang.
4. Setelah transaksi berhasil maka supplier akan membuat faktur untuk diserahkan
kepada bagian administrasi.
5. Setelah itu bagian administrasi akan mengecek barang, apabila barang rusak
maka akan kembali ke proses pesanan barang pada supplier, dan apabila barang
baik maka akan menuju ke proses pembuatan laporan yang diserahkan kepada
pemilik perusahaan.
Penjelasan:

1. Bagian Produksi membuat surat permintaan bahan baku sesuai kebutuhan rangkap 2.
Lembar pertama dikirim ke Bagian Gudang dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.
2. Bagian Gudang menerima surat permintaan bahan baku dari bagian produksi.

3. Berdasarkan Surat Permintaan Bahan Baku, Bagian Gudang membuat Surat Pengiriman
Bahan Baku rangkap 2. Lembar 1 dikirim ke Bagian Produksi beserta bahan baku yang
diminta dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.

4. Berdasarkan Surat Pengiriman Bahan Baku, Bagian Gudang membuat bukti permintaan dan
pengeluaran bahan baku gudang rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke Bagian Akuntansi
dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.

5. Berdasarkan bukti permintaan dan pengeluaran bahan baku, Bagian Gudang membuat
laporan persediaan bahan baku rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke Bagian Akuntansi,
lembar kedua disimpan sebagai arsip.

6. Bagian Produksi menerima Surat Pengiriman Bahan Baku beserta bahan baku dari Bagian
Gudang.

7. Bagian Produksi memproduksi bahan baku menjadi barang jadi, kemudian mengirim barang
jadi ke Bagian Gudang.

8. Berdasarkan barang jadi, Bagian Gudang membuat laporan barang jadi rangkap 2. Lembar
1 dikirim ke Bagian Akuntansi dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.

9. Berdasarkan laporan persediaan bahan baku, bukti permintaan dan pengeluaran bahan
baku gudang dan laporan barang jadi, Bagian Akuntansi membuat laporan permintaan dan
pengeluaran barang gudang rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke Manajer dan lembar 2
disimpan sebagai arsip.

2.2 FUNGSI BISNIS DALAM SIKLUS PERSEDIAAN DAN PERGUDANGAN SERTA


DOKUMEN DAN CATATAN TERKAIT SIKLUS
Persediaan memiliki banyak bentuk yang berbeda, tergantung pada sifat bisnisnya. Untuk
bisnis ritel atau grosir, akun terbesar dalam laporan keuangan sering kali berupa persediaan
barang dagang yang tersedia untuk dijual. Untuk mempelajari siklus persediaan dan
pergudangan, kita akan menggunakan contoh perusahaan manufaktur, yang persediaannya
mungkin meliputi bahan baku, suku cadang dan perlengkapan yang dibeli untuk digunakan
dalam produksi, barang dalam proses manufaktur, dan barang jadi yang tersedia untuk dijual.
Siklus persediaan dan pergudangan dapat dianggap sebagai terdiri dari dua sistem terpisah tetapi
terkait erat, di mana yang satu melibatkan arus fisik barang dan yang lainnnya dengan biaya
terkait. Enam fungsi bisnis akan membentuk siklus persediaan dan pergudangan.

1. Memroses Pesanan Pembelian


Siklus persediaan dan pergudangan dimulai dengan akuisisi bahan baku untuk produksi.
Pengendalian yang memadai terhadap pembelian harus diselenggarakan apakah pembelian
persediaan adalah berupa bahan baku suatu perusahaan manufaktur atau barang jadi bagi
perusahaan ritel.
Dokumen Terkait:
Permintaan pembelian, adalah formulir yang digunakan untuk meminta departemen
pembelian untuk memesan persediaan. Permintaan tersebut dapat dilakukan oleh personil
ruang penyimpanan bahan baku yang diperlukan, dengan perangkat lunak komputer yang
terotomatisasi ketika bahan baku mencapai tingkat yang telah ditentukan terlebih dahulu,
dengan pesanan yang dilakukan atas bahan baku yang diminta untuk memenuhi pesanan
pelanggan, atau melalui pesanan yang dilakukan atas dasar perhitungaan bahan baku
secara periodik.
Order Pembelian

2. Menerima Bahan Baku


Penerimaan bahan baku yang dipesan, yang juga merupakan bagian dari siklus akuisisi
dan pembayaran, melibatkan inspeksi atas bahan yang diterima menyangkut kuantitas dan
kualitasnya.
Dokumen Terkait:
Laporan Penerimaan Barang, Departemen penerimaan akan membuat laporan
penerimaan yang menjadi bagian dari dokumentasi sebelum pembayaran dilakukan.
Setelah inspeksi, bahan itu dikirim ke ruang penyimpanan dan salinan dokumen
penerimaan, atau pemberitahuan atau notifikasi elektronik mengenai penerimaan barang,
biasanya diserahkan ke bagian pembelian, ruang penyimpanan, dan utang usaha.
Pengendalian dan akuntabilitas merupakan hal penting untuk semua transfer tersebut.
Faktur Vendor

3. Menyimpan Bahan Baku


Setelah diterima, bahan itu biasanya disimpan diruang penyimpanan. Ketika departemen
lainnya memerlukan bahan untuk produksi, personil ruang penyimpanan menyerahkan
permintaan bahan yang telah disetujui secara layak, mengerjakan pesanan, atau dokumen serupa
atau pemberitahuan elektronik yang mengindikasikan jenis dan kuantitas bahan yang diperlukan.
Dokumen Terkait:
Catatan perpetual bahan baku, dokumen permintaan ini digunakan untuk
memperbaharui file induk persediaan perpetual dan mencatat transfer dari akun bahan
baku ke akun barang dalam proses.

4. Memroses Barang
Pemrosesan persediaan sangat bervariasi dari perusahaan ke perusahaan. Perusahaan
menentukan item dan kuantitas barang jadi yang akan dibuat berdasarkan pesanan khusus dari
pelanggan, peramalan penjualan, tingkat persediaan barang jadi yang telah ditentukan
sebelumnya, dan operasi produksi yang ekonomis.
Dokumen Terkait:
Permintaan Bahan Baku, untuk memperhitungkan kuantitas yang diproduksi,
pengendalian atas sisa bahan, pengendalian kualitas, dan perlindungan fisik bahan dalam
proses.
Catatan Akuntansi Biaya, terdiri dari file induk, spreadsheet, dan laporan yang
mengakumulasikan biaya bahan, tenaga kerja, serta overhead berdasarkan pekerjaan atau
proses ketika biaya tersebut dikeluarkan.

5. Menyimpan Barang Jadi


Ketika barang jadi telah selesai, barang itu ditempatkan diruang penyimpanan menunggu
dikirim. Dalam perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang baik, barang jadi disimpan
dibawah pengendalian fisik yang terpisah, disuatu area dengan akses terbatas. Pengendalian
barang sering kali dianggap sebagai bagian dari siklus penjualan dan penagihan.
Dokumen Terkait:

Catatan Perpetual Barang Jadi


Catatan akuntansi biaya
6. Mengirimkan Barang Jadi
Pengiriman barang jadi merupakan bagian dari siklus penjualan dan penagihan.
Pengiriman aktual barang kepada pelanggan dalam pertukaran dengan kas atau aktiva lainnya,
seperti piutang usaha, menciptakan pertukaran aktiva yang diperlukan untuk memenuhi criteria
pengakuan pendapatan. Untuk sebagian besar transaksi penjualan, pengiriman aktual merupakan
pemicu untuk mengakui piutang usaha terkait dan penjualan terkait dalam sistem akuntansi
Dokumen Terkait:
Dokumen Pengiriman, pengiriman barang harus diotorisasi oleh dokumen pengiriman
yang disetujui secara layak.
Catatan Perpetual Barang Jadi
Catatan Akuntansi Biaya

File Induk Persediaan Perpetual


Catatan perpetual yang terpisah biasanya disimpan untuk bahan baku dan barang jadi.
Sebagian besar perusahaan tidak menggunakan sistem perpetual untuk barang dalam proses. File
induk persediaan yang diakuisisi, dijual, dana da ditangan. Dalam sistem terkomputerisasi yang
dirancang dengan baik, file itu juga berisi informasi mengenai biaya per unit. Untuk akuisisi
bahan baku, file induk persediaan perpetual diperbaharui secara otomatis ketika akuisisi
persediaan diproses sebagai bagian dari pencatatan akuisisi.

2.3. PROGRAM AUDIT


1. Tujuan observasi persediaan fisik:
a) Persediaan yang dicatat dalam kartu etiket (tag) benar-benar ada (existence)
b) Persediaan yang ada dihitung dan dibubuhi etiket (tagged) dan etiket (tag) tersebut
dipertanggungjawabkan untuk meyakinkan tidak ada yang hilang (completeness)
c) Persediaan dihitung secara akurat (accuracy)
d) Persediaan diklasifikasikan dengan benar pada tag (clasification)
e) Informasi diperoleh untuk memastikan penjualan dan pembelian persediaan dicatat pada
periode yang benar (cut off)
f) Item persediaan yang usang dan tidak dapat digunakan dikecualikan atau dicatat (realized
value)
g) Klien memiliki hak katas persediaan yang dicatat pada tag (rights)

2. Prosedur observasi persediaan fisik:


a) Memilih secara acak (random sample) nomor-nomor tag dan mengidentifikasikan tag
tersebut dengan nomor yang dilihat pada persediaan actual
b) Mengamati apakah terjadi pergerakan persediaan dalam penghitungan
c) Memeriksa persediaan untuk meyakinkan persediaan tersebut dibubuhi etiket (tagged)
d) Menanyakan apakah terdapat persediaan di lokasi lain.
e) Mempertanggungjawabkan seluruh tag yang digunakan dan tidak digunakan untuk
meyakinkan tidak ada tag yang hilang atau sengaja dihilangkan
f) Mencatat nomor-nomor tag untuk tag yang digunakan dan tidak digunakan untuk tindak
lanjut kemudian
g) Menghitung kembali penghitungan klien untuk meyakinkan penghitungan yang dicatat
adalah akurat pada tag (juga memeriksa deskripsi dan unit penghitungan seperti lusin atau
gross)
h) Membandingkan penghitungan fisik dengan master file persediaan perpectual
i) Mencatat Penghitungan klien untuk pengujian kemudian.

2.4 PROSEDUR AUDIT TOC DAN SUBSTANTIF TEST


Tujuan Audit yang Pengujian Pengujian Komentar
Berkaitan dengan Pengendalian Umum Substantif atas
Saldo Transaksi Umum
Persediaan yang a. Memilih sampel a. Mengamati Tujuannya adalah
dicatat pada tag acak nomor tag dan perhitungan fisik untuk
memang ada mengidentifikasi persediaan mengungkapkan
(eksistensi) tag dengan nomor b. Mendapatkan pencantuman item
yang dilampirkan konformasi atas yang tidak ada
pada persediaan persediaan yang sebagai persediaan.
akrual ditempatkan diluar
b. Mengamati apakah lokasi perusahaan
terjadi pergerakan c. Menguji transaksi
persediaan selama persediaan
perhitungan diantara tanggal
awal perhitungan
fisik persediaan
dengan tanggal
neraca
Persediaan yang a. Memeriksa a. Mengamati Perhatian khusus
ada dihitung dan persediaan untuk perhitungan fisik harus diarahkan pada
diberi tag, dan tag memastikan bahwa persediaan penghilangan bagian
diperhitungkan persediaan telah b. Membandingkan persediaan yang besar
untuk memastikan diberi tag hubungan antara
tidak ada yang b. Mengamati apakah saldo akun
hilang terjadi pergerakan persediaan
(kelengkapan) persediaan selama dengan kegiatan
perhitungan pembelian,
c. Menyelidiki produksi dan
persediaan di lokasi penjualan
lainnya sekarang
d. Memperhitungkan c. Menguji cut off Pengujian ini harus
semua tag yang pengiriman dan dilakukan pada
digunakan dan tidak penerimaan penyelesaian
digunakan untuk persediaan pengujian fisik
memastikan tidak
ada yang hilang
atau dihilangkan
secara sengaja
e. Mencatat nomor tag Pengujian ini harus
yang digunakan dan dilakukan pada
tidak digunakan penyelesaian
untuk tindak lanjut pengujian fisik.
berikutnya
Persediaan dihitung a. Menghitung ulang Pencatatan
secara akurat perhitungan klien perhitungan klien
(keakuratan) untuk memastikan pada file audit pada
perhitungan yang lembar perhitungan
dicatat pada tag persediaan dilakukan
sudah akurat karena ada dua
b. Membandingkan alasan: Untuk
perhitungan fisik memperoleh alasan
dengan file induk dokumentasi bahwa
persediaan pemeriksaan fisik
perpetual yang memadai telah
c. Mencatat dilakukan, dan untuk
perhitungan klien menguji
untuk pengujian kemungkinan bahwa
seanjutnya klien mengubah
perhitungan yang
tercatat setelah
auditor meninggalkan
premis.
Persediaan a. Memeriksa Pengujian tersebut
diklasifikasikan deskripsi persediaan akan dilakukan
dengan benar pada pada tag dan sebagai bagian dari
tag (klasifikasi) membandingkannya prosedur pertama
dengan persediaan dalam tujuan
actual bahan baku, keakuratan.
barang dalam
proses dan barang
jadi
b. Mengevaluasi
apakah presentase
penyelesaian yang
dicatat pada tag
untuk barang dalam
proses sudah layak.
Informasi diperoleh a. Mencatat dalam file Memperoleh
untuk memastikan audit untuk tindak informasi pisah batas
penjualan dan lanjut berikutnya yang tepat untuk
pembelian atas nomor penjualan akuisisi
persediaan dicatat dokumen merupakan bagian
pada periode yang pengiriman terakhir penting dari observasi
benar (pisah batas) yang digunakan persediaan.
pada akhir tahun
b. Memastikan
persediaan untuk
item diatas
dikecualikan dari
perhitungan fisik
c. Mereview area
pengiriman untuk
persediaan yang
dipisahkan dari
pengiriman tetapi
belum
diperhitungkan
d. Mencatat dalam file
audit untuk tindak
lanjut berikutnya
atas nomor laporan
pengiriman terakhir
yang digunakan
pada akhir tahun
e. Memastikan
persediaan untuk
item diatas
dilibatkan dalam
perhitungan fisik
f. Mereview area
penerimaan untuk
persediaan yang
harus dilibatkan
dalam perhitungan
fisik.
Item persediaan Menguji persediaan a. Memeriksa
yang usang dan yang usang dengan analitis
tidak dapat menanyakan perputaran
digunakan karyawan pabrik persediaan
dikecualikan atau dan manajemen b. Mereview
dicatat (nilai serta mewaspadai pengalaman
realisasi) item yang rusak, semestinya dan
berkarat atau trend industri
ditutupi debu, atau c. Membandingkan
berlokasi di tempat hubungan antara
yang tidak layak. saklon persediaan
dengan volume
penjualan yang
diperkirakan
d. Melakukan
peninjauan ke
pabrik
e. Meminta
keterangan
kepada karyawan
produksi dan
penjualan tentang
kemungkinan
kelebihan atau
keusangan
persediaan.
Klien memiliki a. Menanyakan a. Mengawasi
hak katas tentang perhitungan
persediaan yang konsinyasi atau fisik persediaan
dicatat pada tag persediaan b. Mendapatkan
(hak) pelanggan yang konfirmasi atas
dicantumkan persediaan
dalam premis yang
klien ditempatkan di
b. Mewaspadai akan lokasi luar
persediaan yang perusahaan
dipisahkan atau c. Memeriksa
diberi tanda faktur dari
khusus sebagai pemasok telah
tanda dibayar,
kepemlikan. perjanjian
konsinyasi dan
kontrak.
2.5 CONTOH KEMUNGKINAN SALAH SAJI UNTUK SIKLUS PERSEDIAAN DAN
PERGUDANGAN
a. Persediaan dicatat kurang atau lebih dalam catatan persediaan atau adanya persediaan
fiktif Catatan persediaan tidak sesuai dengan fisik persediannya.
b. Penetapan Harga Pokok Penjualan tidak sesuai
c. Lebih saji atau kurang saji dalam menentukan biaya per unit, biaya manufaktur yang
dapat mempengaruhi persediaan dan harga pokok penjualan
d. Persediaan tidak tercatat konsisten dengan tempat penyimpanan persediaan yang tersedia

2.6 KASUS AUDIT SIKLUS PERSEDIAAN DAN PERGUDANGAN

PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia.
Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih
sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM).
Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar
dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan
keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan
yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya
sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal
yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan
berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral
berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi
berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7
miliar.

Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada
dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya,
menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari
2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar
penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan
kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda
atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh
akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan
bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit
yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak
terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.

Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa


Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT
KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan
keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan
Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 Khusus huruf m
Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:

Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan


dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau
kelalaian.

Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk
periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum
periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan
apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa transisi
penerapan standar akuntansi keuangan baru.

Kesimpulan kasus:

Pihak-pihak yang terlibat:


direksi periode 1998 Juni 2002
Manajemen lama PT Kimia Farma
Auditor independen Hans Tuanakota Mustofa (HTM)
a) Kuat dugaan auditor independen ikut terlibat dalam penggelembungan nilai persediaan
yang dilakukan kimia farma
b) Rekayasa pada laporan keuangan PT Kimia Farma untuk kepentingan menarik lebih
banyak investor
c) Akuntan juga gagal dalam mendeteksi pencatatan ganda, karena sampling yang tidak
tepat
d) Sehubungan temuan tersebut, maka sesuai pasal 102 UU nomor 8 tahun 1995 tentang
pasar modal. Pasal 61 PP no.45 tahun 1995 tentang penyelenggaraan kegiatan bidang pasar
modal maka PT. Kimia Farma Tbk, dikenakan sanksi administrasif berupa denda yaitu sebesar
Rp 500.000.000

DAFTAR PUSTAKA
http://bigreza87.blogspot.co.id/2012/03/flowchart-persediaan-barang.html

http://destiartody.blogspot.co.id/2013/12/flowchart-permintaan-dan-pengeluaran.html

http://maulinaharris.blogspot.co.id/2016/12/kasus-manipulasi-laporan-keuangan.html

Você também pode gostar