Você está na página 1de 33

AB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada


masyarakat awam sering disebut sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah
dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh
virus Dengue dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala
pendarahan spontan seperti; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah
disertai muntah atau BAB berdarah. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae,d engan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang
dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai
tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit
DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit DBD
mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali
ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia.
Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-
akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya
faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi
klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus
Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.
B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan
anak pada klien DHF (Dengue Haemorraghic Fever). 2. Tujuan Khusus Mahasiswa dapat
menjelaskan : 1. Definisi penyakit DHF pada anak. 2. Etiologi penyakit DHF pada anak. 3.
Manifestasi klinik penyakit DHF pada anak. 4. Patofisiologi penyakit DHF pada anak. 5.
Komplikasi penyakit DHF pada anak. 6. Klasifikasi penyakit DHF pada anak. 7. Pemeriksaan
Penunjang DHF pada anak. 8. Penatalaksanaan penyakit DHF pada anak. BAB II KONSEP
DASAR A. DEFINISI Dengue haemoragic fever adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419). Demam berdarah dengue
adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16). Dari beberapa
pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam. B. ETIOLOGI 1. Virus dengue Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini
termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus
flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel sel mamalia misalnya sel BHK (Babby
Homster Kidney) maupun sel sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990;
36). 2. Vektor Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420). Nyamuk Aedes Aegypti
maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang
lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah
perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam
penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana
bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di
lubang lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami
lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada
siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37). 3. Host Jika
seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi
yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue
yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan
terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan
infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat
infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38). C. PATOFISIOLOGI Virus dengue yang telah
masuk ketubuh penderita akan menimbulkan virtemia(adanya virus di dalam darah). Hal tersebut
menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi virus
pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin,
Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil
yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.
Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang
menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi virus juga menimbulkan
Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati.
Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan
jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik.
Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan
sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang
hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein.
Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap
infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang
menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang
intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut
akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel
trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan
merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1)
peningkatan permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati;
trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419). Pathways D.
MANIFESTASI KLINIS INFEKSI VIRUS DENGUE 1. Demam Demam terjadi secara
mendadak berlangsung selama 2 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah.
Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala gejala klinik yang tidak spesifik misalnya
anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat
menyetainya. (Soedarto, 1990 ; 39). 2. Perdarahan Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3
dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah
terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39).
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinat biasanya di
dahului dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349). 3. Hepatomegali Pada
permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati
juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan
kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita . (Soederita, 1995 ; 39). 4. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda
tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki
serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan
prognosis yang buruk. (soedarto ; 39). E. KLASIFIKASI DHF Menurut derajat ringannya
penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201)
yaitu : a) Derajat I Panas 2 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif b)
Derajat II Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala gejala pendarahan spontan seperti
petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan
sebagainya. c) Derajat III Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti
nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun
(120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg. d) Derajat IV Nadi tidak
teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg) anggota gerak teraba dingin,
berkeringat dan kulit tampak biru. F. TANDA DAN GEJALA 1. Demam tinggi dan mendadak
dan terus menerus selama 2-7 hari Manifestasi perdarahan : uji rumpeleede positif, ptekiae,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena 2. Keluhan pada saluran
pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, nyeri ulu hati 3. Nyeri sendi , nyeri
kepala, nyeri otot, rasa sakit di daerah belakang bola mata (retro orbita), hepatomegali,
splenomegali 4. Kadang ditemui keluhan batuk pilek dan sakit menelan. Gejala klinik lain yaitu
nyeri epigasstrium, muntah muntah, diare maupun obstipasi dan kejang kejang. (Soedarto,
1995 ; 39). G. PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Darah 1) Trombosit menurun. 2) HB
meningkat lebih 20 % 3) HT meningkat lebih 20 % 4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah 6) Ureum PH bisa meningkat 7) NA dan CL rendah B. Serology : HI
(hemaglutination inhibition test). 1) Rontgen thorax : Efusi pleura. 2) Uji test tourniket (+) H.
PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut : 1)
Tirah baring atau istirahat baring. 2) Diet makan lunak. 3) Minum banyak (2 2,5 liter/24 jam)
dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan
merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF. 4) Pemberian cairan intravena (biasanya
ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan. 5) Monitor tanda-
tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi
ketat tiap jam. 6) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari. 7) Pemberian obat antipiretik
sebaiknya dari golongan asetaminopen. 8) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut. 9)
Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder. 10) Monitor tanda-tanda dan
renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium
yang memburuk. 11) Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan
pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang
hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran
sebanyak 20 30 ml/kg BB. Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1-2
liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus
diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila : 1) Pasien terus menerus muntah, tidak dapat
diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi. 2) Hematokrit yang cenderung
mengikat. I. PENCEGAHAN Vaksin pencegahan DBD hingga saat ini belum tersedia, oleh
sebab itu pencegahan dititik beratkan pada pemberantasan nyamuk dengan penyemprotan
insektisida dan upaya membasmi jentik nyamuk yang dilakukan dengan 3 M. Gerakan 3 M
Menguras tempat tempat penampungan air secara teratur sekurang kurangnya sekali
seminggu atau penaburan bubuk abate ke dalamnya. Menutup rapat tempat penampungan air.
Mengubur atau menyingkirkan barang barang bekas yang dapat menampung air
Pemberantasan vector: Fogging ( penyemprotan ) Kegiatan ini dilakukan bila hasil
penyelidikan epidemiologis memenuhi kriteria Abatisasi Semua tempat penampungan air di
rumah dan bangunan yang ditemukan jentik Aedes aegypti ditaburi bubuk abate dengan dosis 1
sendok makan peres (10 gram) abate untuk 100 liter air. J. DIAGNOSA BANDING Gambaran
klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti : 1) Demam chiku nguya.
Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C disertai ruam
dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot. 2) Demam tyfoid Biasanya timbul tanda
klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia, limfositosis relatif. 3)
Anemia aplastik Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam
timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia. 4) Purpura
trombositopenia idiopati (ITP) Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat
menghilang, tidak terjadi hemokonsentrasi. BAB III LAPORAN KASUS ASUHAN
KEPERAWATAN DHF A. PENGKAJIAN Tanggal masuk : 10 Juni 2001 Jam Masuk : 09.00
WIB Ruang : Menular Anak No. Reg. Med : 1005905 Pengkajian : 11 Juni 2001;09.00 WIB 1)
IDENTITAS Nama Klien : An. Y Nama Orang Tua : Tn. Y.E Tgl Lahir : 9 Juli 1995 Umur : 28
tahun Jenis Kelamin : laki-laki Jenis Kelamin : Laki-laki Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : TK pendidikan : SLTA
Pekerjaan : - Pekerjaan : Karyawan Alamat : Gubeng Jaya Sby 2) RIWAYAT KEPERAWATAN
a) Riwayat Penyakit Sekarang Klien masuk rumah sakit dengan dibawa oleh keluarga/orang tua
setelah sebelumnya mengalami demam semenjak hari rabu siang (sepulang sekolah)/telah lima
hari demam. Demam yang dialami klien tidak berkurang (relatif menetap). Penyebab demam
tidak diketahui keluarga, demam tidak berkurang dengan pemberian obat-obatan turun panas dan
kompres. Pada hari minggu pagi anak mengalami epistaksis dan kemudian dibawa ke RS Dr.
Sutomo. Saat ini klien kurang nafsu makan. Klien selalu merasa kenyang setelah makan 2-3
sendok makan dan mengatakan perutnya terasa penuh. Kondisi ini terjadi semenjak empat hari
yang lalu. Klien dan keluarga mengatakan tidak tahu penyebab tidak nafsu makan. Dengan
kondisinya saat ini klien merasa badannya agak lemas. b) Riwayat Kehamilan Selama kehamilan
ibu tidak pernah menderita penyakit, Ibu tidak menderita penyakit demam, campak, atau
perdarahan serta mules yang berlebihan. Ibu juga tidak pernah mengalami trauma fisik selama
kehamilan. Selama kehamilan ibu selalu memeriksakan dirinya ke Puskesmas. c) Riwayat
Persalinan Persalinan spontan dalam kondisi aterm. Bayi menangis spontan kuat,. Bayi/klien
tidak mengalami Cyanosis/icterus. Berat badan saat lahir 3200 gram, Panjang badan 45 Cm.
Berat placenta tidak diketahui. d) Riwayat Penyakit Keluarga Orang tua tidak ada yang
menderita penyakit jantung, penyakit kencing manis e) Riwayat Imunisasi Klien telah
mendapatkan Imunisasi lengkap, belum pernah mendapatkan booster (imunisasi ulangan).
Riwayat demam pada pemberian vaksin DPT, diatasi dengan obat-obatan yag dibeli keluarga f)
Riwayat Tumbuh Kembang Klien mampu tersenyum umur 1 bulan, tengkurap umur 6 bulan,
duduk dan merangkak 11 bulan dan berjalan 14 bulan.Klien mampu sekolah dan mengikuti
pelajaran dengan baik, klien memiliki banyak teman. g) Riwayat Kesehatan Lingkungan Klien
dan keluarga tinggal di daerah yang berpenduduk padat dengan tingkat sosial ekonomi menengah
kebawah, pada jarak 10 meter dari rumah klien terdapat tetangga yang terjangkit penyakit
Demam Berdarah. Penyemprotan nyamuk sering dilakukan dan terakhir kali sekitar 2 bulan
yang lalu. Tempat penampungan air yang ada dirumah adalah bak mandi yang setiap hari
digunakan dan tempat minuman burung yang biasa diganti tiap dua hari sekali. Keluarga biasa
mengantung baju di belakang pintu. 3) RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Ibu mengatakan
tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit seperti klien, ibu juga menyatakan tidak ada
tetangganya yang menderita penyakit yang sama dengan yang diderita An.C. Genogram
Keterangan: : Laki-laki : Laki-laki meninggal : Perempuan : Perempuan meninggal : Klien :
Tinggal serumah 4) PEMERIKSAAN FISIK a. Status Present - Keadaan umum : Tampak sakit
sedang - Kesadaran : Compos mentis - Tekanan darah : 100/70 mmHg - Nadi : 80 x/menit -
Respirasi : 24 x/menit - Suhu : 37,8 b. Status Generalis 1. Kepala - Bentuk : Normal, simetris -
Rambut : Hitam, lurus, distribusi merata, tidak mudah dicabut - Muka : Bulat, simetris - Mata :
Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, reflek cahaya (+/+), - Telinga : Liang telinga lapang,
serumen (-), sekret (-) - Hidung : Septum tidak deviasi, pernapasan cuping hidung (-),sekret (-) -
Mulut : Bibir tidak kering, sianosis (-), lidah tidak kotor, gusi tidak ada perdarahan, faring tidak
hiperemis 2. Leher - Trakhea : Di tengah - KGB : Tidak membesar - JVP : Tidak meningkat 3.
Thoraks - Bentuk : Normal, simetris - Retraksi suprasternal : (-) - Retraksi interkostal : (-) 4.
Jantung - Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat - Palpasi : Iktus kordis teraba sela iga IV garis
midlavikula kiri - Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal kiri - Batas kanan sela iga IV
garis parasternal kanan - Batas kiri sela iga IV garis midklavikula - Auskultasi : Bunyi jantung I
II normal, reguler, murmur (-) 5. Paru - Inspeksi : Bentuk dan pergerakan hemitoraks kiri sama
dengan kanan - Palpasi : Fremitus taktil dan vokal hemitoraks kiri sama dengan kanan - Perkusi :
Sonor - Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-) 6. Abdomen -
Inspeksi : Datar, simetris - Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-) - Perkusi :
Timpani - Auskultasi : Bising usus (+) normal 7. Genitalia Eksterna - Kelamin : Laki-laki, tidak
ada kelainan 8. Ekstremitas - Superior : Akral hangat, uji tourniqet (+), petekie (+) - Inferior :
Akral hangat c. Aktifitas Sehari-Hari No. Jenis Aktifitas Di Rumah Di RSU 1. Nutrisi 1. Makan
a. Jenis Makanan b. Frekuensi c. Porsi d. Kesulitan 2. Minum a. Jenis Minuman b. Frekuensi c.
Kesulitan - Nasi, lauk pauk, kue - kering, buah-buahan - 2-3 x/hari - 1 porsi habis - - - Air putih,
susu, - minuman biasa - 8 gelas /hari- - - Bubur nasi, lauk pauk, sayur, buah-buahan - 3 x/hari - 1
porsi tidak habis - Klien mengeluh mual dan tidak nafsu makan - Air putih, susu - 4-5 gelas/hari -
Klien mengeluh mual 2. Eliminasi 1. BAB a. Frekuensi b. Konsistensi c. Kesulitan 2. BAK a.
Frekuensi b. Warna c. Kesulitan - 1-2 x/hari - Padat - Sering - Kuning- - - Belum BAB - 5-7
x/hari - Kuning- - 3. Istirahat Tidur 1. Siang a. Waktu b. Kesulitan 2. Malam a. Waktu b.
Kesulitan - 21.00 WIB-05.00 WIB- - - 11.00 WIB-12.00 WIB - 22.30 WIB-05.00 WIB suka
terbangun 2-3 kali - Klien mengeluh suah tidur 4. Personal Hygine 1. Mandi a. Frekuensi 2. Cuci
Rambut a. Frekuensi 3. Gosok Gigi a Frekuensi 4. Gunting Kuku a. Frekuensi - 2x/hari - 1x/hari
- 2x/hari - 1x/minggu - 1x/hari diseka - Belum cuci rambut - Belum gosok gigi - Belum gunting
kuku 1. Laboratorium Darah Rutin - Hb : 15,3 gr% ( 12 - 16 gr/dl ) - Ht : 47,9 % ( 38 47 %) -
LED : 50 mm/jam ( 0 - 20 mm/jam) - Leukosit : 5700 /l ( 4.500 - 10.700/l ) - Diff. count : 1.
Lymfosit : 31,8 % 2. Monosit : 14,0 % 3. Granulosit : 54,2 % 4. Trombosit : 34.000 /l (150.000-
400.000/l ) 2. Therapy a. Infus RL 2.500cc/24 jam b. Cefotaxim 3x1gr iv c. Sanmol 3x500 mg
d. Ibuprofen 3x400 mg e. Ozn 2x1 tablet f. Magtrai 3x1 tablet ac ANALISA DATA DATA
KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH Tgl. 6 8 - 2001 S: Klien mengatakan sakit perut
bagian atas, juga saat menelan O: anak cengeng-berkeringat,gelisah nyeri tekan pada
epigastrium,TD=90/60 mmHg,Nadi= 108 x/mnt Proses penyakitnya Infeksi dengue Nyeri Nyeri
Tgl. 6 8 - 2001 S: Ibu mengeluh badan anak panas & tidak mau turun O: Panas tinggi, ba-dan
teraba panas, wajah merah, Suhu= 39,20c Proses penyakit Infeksi dengue Demam Hiperthermia
Tgl. 6 8 - 2001 S: Ibu mengatakan anaknya berkeringat dingin. O:Panas sejak 3 hari sebelum
MRS kemu-dian mendadak tinggi disertai mimis-an dan muntah, warna muntah kemerah-
an,akral hangat,-Trombosit= 108 x 109/L,Hematokrit= 0,44 % Proses penyakit Infeksi dengue
Trombositopeni & vaskulitis Permiabilitas pembuluh darah meningkat Perdarahan Resiko tejadi
syok hipovolemik Tgl. 6 - 8 - 2001 S: Ibu mengatakan klien tidak mau makan dan minum bila
sedang sakit. O:Klien rewel & cengeng, nafsu makan menurun, menolak setiap kali disu-
ruh/disuap makan,-mengeluh sakit me-nelan,mukosa mulut kering,Mual-muntah saat peng-kajian
1 x 30 cc Nafsu ,akan menurun Nyeri menelan,Mual-muntah Asupan nutrisi inadekuat
Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan Tgl. 8 8 - 2001 S: Ibu mengatakan anaknya terlihat
se-sak & napasnya cepat O: Pernapasan cuping hidung,retraksi intercostalis servikal-ronkhi -/+
kering ha-lus,RR= 64 x/mnt Infeksi dengue Vaskulitis + Reaksi imunologik Permeabilitas
vaskuler meningkat Kebocoran plasma Efusi serosa Cairan menumpuk dirongga pleural pa-
ru,terjadi penurunan ekspansi paru sesak Ketidak efektifan pola napas. B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN 1. Resiko terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
hebat/ekstravasasi. 2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia). 3. Gangguan
rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan mekanisme patologis (proses penya-kit) 4. Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual,muntah,anoreksia & sakit saat menelan. 5. Ketidak efektifan pola pernapasan berhubungan
dengan penurunan ekspansi paru C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN No & Tgl Dx
TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL 1 6/8/01 1 Tidak terjadi syok
hipovolemik. Kriteria hasil : - Tanda-tanda vital dalambatas normal - Keadaan umum baik -
Monitor keadaan umum, tanda-tanda vital & perdarahan tiap 2 3 jam. - Jelaskan pada keluarga
ttg tanda-tanda perdarahan yg mungkin dialami klien, serta anjurkan u/ segera melapor-kannya. -
Monitor trombosit dan penurunan yg di sertai tanda kli-nis setiap hari. - Mengantisipasi tanda
terjadinya perdarahan. - Menganjurkan klien u/banyak istirahat/Bedrest. - Memantau kondisi,
perubahan TTV, serta perdarahan sedini mungkin shg dpt sege-ra diatasi & klien tdk jatuh pada
keadaan presyok/ syok. - Keterlibatan klg & klien sgt membantu penanganan sedini mungkin
serta diharapkan klien & klg lebih kooperatif. - Dengan trombosit yg terpantau setiap hari dpt
diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah & dpt menjadi acuan dalam melakukan tindakan. -
Mencegah tjdnya perdarahan lebih lanjut. - Aktivitas klien yg tdk terkontrol dapat me-nyebabkan
terjadinya perdarahan. - 2 6/8/01 2 Hipertermia menu-run/tidak terjadi lagi. Kriteria hasil : -
Suhu tubuh normal (360c 370c). - Pasien bebas de-mam kurang dari 7 hari - Anjurkan klg u/
memberikan klien kompres dingin pd ketiak, kepala/dahi & lipat paha. - Mengobservasi TTV
tiap 3 jam lebih sering. - Menjelaskan ttg penyebab peningka-tan suhu tubuh pada klg. -
Anjurkan klien untuk banyak minum terutama yang manis-manis 1 2 liter/24 jam. - Berikan
terapi cairan & pengobatan sesuai program - Kompres dingin diharapkan membantu menurunkan
suhu tubuh - TTV merupakan acuan u/ mengetahui KU klien . - Keterlibatan klg sgt berarti dlm
proses ke sembuhan klien - Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
shg perlu diimbangi dg asupan cairan yg banyak - Pemberian terapi cairan sgt penting bagi klien
dng peningkatan suhu tubuhn yg tinggi 3 6/8/01 3 Nyeri berkurang dlm waktu 4 x 24 jam.
Kriteria hasil : - Klien tdk lagi me-ngeluh kesakitan. - Klien rileks & te-nang, tidur 8 10 jam. -
Berikan terapi pengobatan sesuai program. - Kaji tingkat nyeri yg dialami klien dengan skala 0
10, intensitas, respon klien dan lamanya serta lokasi nyeri - Berikan suasana gembira, alihkan
perhatian klien dengan melihat buku/majalah anak. - Berikan kesempatan pd. Klien untuk
berkomunikasi dng org terdekat - Obat analgesik dpt menghentikan nyeri dng segera. - Untuk
mengetahui seberapa berat keluhan klien & efek terapi yg di berikan sebe-lumnya. - Dengan
memberikan aktivitas lain klien dpt melupakan sakit/nyeri yg dialaminya. - Dpt berhubungan
dng org yg terdekat bisa membuat klien merasa aman, gembira & bahagia shg dpt melupakan
sakit/ nyeri yang dialaminya. 4 6/8/01 4 Nutrisi terpenuhi dlm 4 X 24 jam Kriteria hasil : - Nafsu
makan kx. meningkat, diit di habiskan. - Kx.tdk lemah. - Pasang sonde untuk memberikan nutrisi
parenteral. - Bujuk klien agar mau makan & minum. - Kaji keluhan mual, muntah, sakit saat
menelan. - Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim dan susu. - Memberikan
makan porsi kecil dan sering. - Nutrisi parenteral sgt bermanfaat/dibu- tuhkan klien ter utama
jika intake peroral-nya sgt kurang. - Akan sgt membantu bila klien mau ma-kan/minum tanpa
menggunakan sonde. - U/menetapkan cara mengatasi kebutuhan nutrisi. - Membantu mengurangi
kelelahan klien & membantu meningkatkan asupan makanan. - U/menghindari mual & muntah.
5 8/8/01 5 Pola napas efek-tif dalam 2 X 24 jam. Kriteria hasil : - Kx.memperlihat- kan frekuensi
perna-pasan yang efektip dan mengalami pertukar-an gas pada paru. - Diketahuinya fak-tor
penyebab keti-dakefektifan pola napas. - Berikan O2 2 4 liter/mnt. - Obsevasi terhadap
pernapasan cuping hidung, retraksi atau sianosis. - Tetap bersama klien & latih untuk bernapas
perlahan-lahan berna pas lebih efektif. - Lakukan pemeriksaan GDA & lainnya. - Berikan terapi
sesuai program. - Oksigen yg diberikan sebagai maintenan-ce sebelum penyebab sesak napas
diketa-hui scr pasti. - U/mengetahui sedini mungkin adanya sesak napas shg dpt dilakukan
tindakan secepat mungkin - Memberikan rasa aman kepada klg & klien serta mengajarkan klien
untuk ber-napas scr efektif. - Untuk mengetahui penyebab sesak napas shg dapat dilakukan
tindakan yang tepat. - Terapi pengobatan diperlukan/diindi-kasikan bila terjadi bronko spasme.
D. TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI DIAGNOSA TGL/JAM IMPLEMENTASI
EVALUASI 1 7/8/01 07. 15 07.45 08.55 09.05 09.15 - Mengobsevasi TTV : suhu= 38,50c, TD=
90/70 mmHg, Nadi = 100 x/mnt,- RR= 44 x/mnt - Meraba ekstrimitas klien sambil mejelaskan
tanda-tanda perdarahan dan tindak yang harus dilakukan pd ibu klien. - Mengambil specimen
darah u/ pemeriksaan: DL, trombosit,hema- tokrit elektrolit. - Menekan luka bekas tusu -kan 5
10 mnt. - Menganjurkan ibu kli-en u/menjaga keber- sihan mulut klien dng menggunakan sikat
gi-gi lunak - Menganjurkan klien u/ istirahat/bedrest ma-kan,minum,BAB/BAK dibantu. S: Ibu
mengatakan kondisi anaknya masih lemah. O: Mimisan tdk lagi,Trombosit = 155.000,Nadi= 102
x/mnt; TD= 100/70 mmHg,RR =44 x/mnt, akral hangat. A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan
ren-cana intervesi 1,3, 4 2 7/8/01 07.30 07.35 07.55 08.00 10.05 - Memberikan kompres dingin
pada dahi,axilla & lipat paha. - Memberikan paraceta-mol 160 mg (puyer) - Menganjurkan ibu
klien u/ banyak min-um terutama yg manis manis. - Memberikan penjelas an pd ibu klien penye-
bab panas yg tdk sege ra turun - Mengoff infus karena sudah dipasang sonde. S: Ibu klien menga
takan tubuh anak nya panas sudah turun. O: Suhu= 37,20c, mukosa mulut ke-ring,klien kehaus-
an. A: Masalah belum teratasi seluruhnya P: Terukan renca-na intervensi 1,2,4 5 3 7/8/01 08.20
08.25 09.20 - Memberikan penjelas-an pada ibu ttg penye-bab nyeri - Memberikan antasida 1 cth
- Mengalihkan perhati-an klien dng melihat gambar buku cerita dan mengajak bicara. S: Klien
masih merintih kesakitan & tdk bisa tidur. O: Klien gelisah,cengeng,nyeri tekan epigastrium. A:
Masalah belum teratasi P Teruskan rencana intervensi 1,2,3,4. 4 08.10 08.45 08.50 09.10 13.45 -
Membantu memasang sonde lambung - Memberikan bubur 100 cc - Membujuk klien agar mau
makan & minum - Menimbang BB= 16 Kg - Meng-observasi TTV : Suhu=37,20c, TD=100/70
mmHg, Nadi= 102 x/mnt, perdarahan tidak ada, akral, hangat, muntah 1 x sedikit S: Ibu klien
mengatakan bila sakit klien memang sulit makan O: Diit diberikan tiap 2 jam, makan peroral
belum mau BB=6 kg,muntah 1x sedikit A: Masalah belum teratasi selu-ruhnya P: Teruskan
rencana intervensi 1,2,4 1 8/8/01 07.10 08.05 09.35 - Mengobservasi TTV : Suhu : 390c, TD=
110/70 mmHg, Nadi= 124 x/mnt, RR= 44 x/mnt, perdarahan tidak ada, akral hangat. -
Mengambil specimen urine u/ periksaan UL & kultur - Menjelaskan prosedur pemeriksaan
radiologi thorak foto S: - O: Perdarah tdk ada,akral hangat, TD= 110/70 mm-Hg,Nadi= 132 x/
mnt,RR=64 x/mnt pernapasan cu-ping hidung,retraksi intercostalis servical A: Masalah teratasi
sebagian timbul masalah pola napas. P: Teruskan renca na intervensi 2 8/8/01 07.20 07.30 08.00
- Memberikan kompres dingin. - Mengingat ibu mem-berikan klien minum yg manis bila tdk
mau air putih - Memberikan puyer pa-racetamol 160 mg. S: Ibu mengatakan badan anaknya ma
sih panas O:Suhu= 380c,mukosa mulut ke-ring, badan panas A: Masalah belum teratasi
seluruhnya 3 8/8/01 08.15 08.45 08.20 - Mengalihkan perhati-an klien terhadap nyeri dng
mengajak melihat gambar di buku cerita. - Mengkaji tingkat nyeri klien dng skala 4, mun cul
kadang 2 3 me nit diperut bagian atas /epigastrium. - Menganjurkan ibu sela lu berada dekat
dng klien S: Klien masih merintih kesakitan & memegang perut bagian atas. O: Klien masih
cengeng,gelisah,-nyeri tekan epigastrium. A: Masalah belum teratasi selu-ruhnya. P: Teruskan
rencana interrvensi 1,2,3 4 8/8/01 07.40 07.55 08.30 09.18 - Memberikan susu per-sonde 100 cc.
- Menanyakan apakah klien masih mual mun tah & sakit menelan. - Menanyakan apakah klien
masih tdk mau makan dan minum ? masih tdk mau. - Membujuk klien untuk makan dan minum
yg manis serta mendo-rong ibu untuk terus men-cobanya. S: Ibu klien mengatakan klien be lum
mau makan tapi diit personde dihabiskan/diberikan. O: Diit diberikan tiap 2 jam, habis masih
menolak bila diberikan makan/minumperoral,mukosa mu-lut kering,mual ada,muntah tdk ada. A:
Masalah teratasi sebagian P: Tetap teruskan rencana inter-vensi 1,2,3,4. 5 8/8/01 09.55 10.10
10.20 13.30 - Memberikan O2 2 lt/mnt - Menganjurkan klien u/ bernapas scr perlahan-
lahanTerus mengobservasi adanya pernapasan cuping hidung, retraksi dada & sianosis -
Mengobservasi TTV : Suhu= 380c, TD= 110/ 70 mmHg, Nadi=132 x/mnt, akral hangat,
perdarahan tdk ada. S: Ibu mengatakan anaknya masih terlihat sesak. O: RR= 64 x/mnt, Nadi=
132 x/mnt pernapasan cuping hidung, retraksi intercostalis servikal. A: Masalah belum teratasi P:
Teruskan rencana intervensi 1 s/d 5 1 9/9/01 07.15 09.20 08.15 - Mengobservasi TTV : Suhu :
370c, TD= 110/70 mmHg, Nadi= 124 x/mnt, RR= 56 x/mnt, perdarahan tidak ada, akral hangat. -
Mengambil specimen darah u/ periksaan DL, widal & gaal kultur - Menjelaskan penyebab
terjadinya sesak napas pada klien. S: - O: Perdarahan tdk ada,muntah tdk ada, akral hangat,
keringat dingin, TD= 110/70 mmHg, Nadi= 128 x/ mnt, RR= 48 x/mnt. A: Masalah teratasi P:
Tetap teruskan rencana inter-vensi,klien tetap perlu observasi ketat. 2 9/9/01 07.30 08.00 08.40 -
Mengingat ibu mem-berikan klien minum yg manis bila tdk mau air putih - Menganti
pakaian,alas tempat tidur klien yg basah o/ keringat. - Mengingatkan ibu ag-ar tetap memperhati-
kan peningkatan suhu tubuh anaknya S: Ibu mengatakan suhu tubuh anak normal. O: Suhu=
36,80c, badan hangat, keringatan, demam hari ke 8. A: Masalah belum teratasi semua P: Tetap
teruskan rencana inter-vensi 3 9/9/01 08.25 09.30 10.20 11.15 - Mengalihkan perhati-an klien
terhadap nyeri dng mengajak melihat gambar di buku cerita. - Mengkaji tingkat nyeri klien dng
skala 4, mun cul kadang 2 3 me nit diperut bagian atas /epigastrium. - Menganjurkan ibu sela
lu berada dekat dng kli en bila pergi hendak-nya dititipkan. - Memberikan sirop an-tasida 1 cth S:
Klien tdk mengeluh kesakitan O: Klien diam,cengeng kurang, nyeri tekan epigastrium tdk ada A:
Masalah teratasi P: Rencana intervensi tdk lanjut-kan tetapi tetap awasi & per-hatikan keluhan
klien 4 9/9/01 11.30 11.45 12.10 12.40 - Memberikan susu per-sonde 100 cc. - Menanyakan
apakah klien masih mual mun tah & sakit menelan. - Menanyakan apakah klien masih tdk mau
makan/minum ? masih tdk mau. - Membujuk klien u/ makan/minum yg manis S; Ibu
mengatakan anak masih belum mau makan minum,lewat sonde diberikan. O: Diit sonde habis,
makan/ minim peroral masih tdk mau/ menolak, -mual-muntah tdk ada. A: Masalah teratasi
sebagian P: Tetap teruskan rencana inter-vensi 5 9/9/01 08.10 09.35 12.55 13.20 - Memberikan
O2 2 lt/m - Menganjurkan klien untuk bernapas secara perlahan-lahan - Terus mengobservasi
adanya pernapasan cu-ping hidung, retraksi dada & sianosis - Mengobservasi TTV : Suhu= 380c,
TD= 110/ 70 mmHg, Nadi=132 x/mnt, RR= 54 x/mnt akral hangat, perdarahan tdk ada S: Ibu
mengatakan anaknya masih terlihat sesak. O:RR= 54 x/mnt,Nadi= 132 x/mnt pernapasan cuping
hidung, retraksi intercostalis servikal. A: Masalah belum teratasi P: Teruskan rencana intervensi
1 s/d 5 2 10/8/01 07.20 07.55 08.00 08.15 - Mengingat ibu mem-berikan klien minum yg manis
bila tdk mau air putih. - Mengobservasi TTV : Suhu: 370c, TD= 100/ 70 mmHg, Nadi= 120
x/mnt, RR=48 x/mnt. Akral hangat, perdarahan tdk ada - Menganti pakaian,alas tempat tidur
klien yg basah o/ keringat. - Mengingatkan ibu ag-ar tetap memperhatikan peningkatan suhu
tubuh anaknya S: Ibu mengatakan suhu tubuh anak normal. O: Suhu=36,40c, badan hangat, keri
ngatan, demam hari ke 9. A: Masalah teratasi P: Tetap teruskan rencana inter-vensi 4 & 5
walaupun masalah su-dah teratasi. 4 10/8/01 08.20 08.45 09.50 10.45 - Memberikan susu per-
sonde 200 cc. - Menanyakan apakah klien masih mual mun tah & sakit menelan. - Menanyakan
apakah klien masih tdk mau makan & minum ? mau sedikit. - Membujuk klien untuk
makan/minum yg manis S; Ibu mengatakan anak masih belum mau makan minum,lewat sonde
diberikan. O: Diit sonde habis, makan/minum peroral masih tdk mau/menolak, mual-muntah tdk
ada. A: Masalah teratasi sebagian P: Tetap teruskan rencana inter-vensi 5 10/8/01 09.00 09.10
11.30 13.20 - Memberikan O2 2 liter/mnt K/P - Menganjurkan klien untuk bernapas secara
perlahan-lahan - Terus mengobservasi adanya pernapasan cu-ping hidung, retraksi dada &
sianosis - Mengobservasi TTV : Suhu= 36,40c, TD= 110/ 70 mmHg, Nadi= 132 x/mnt, RR= 54
x/mnt , perdarahan tdk ada S: Ibu mengatakan anaknya masih terlihat sesak. O: RR= 44 x/mnt,
Nadi= 120 x/mnt pernapasan cuping hidung tdk tampak, retraksi intercostalis servikal. A:
Masalah belum teratasi P: Teruskan rencana intervensi 1 s/d 5 E. EVALUASI AKHIR Diagnosa
keperawatan No.1,2 dan 3 teratasi walau masih perlu observasi karena ada komplikasi Bronkho
pneumoni dan efusi pleural. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Banyak cara untuk menurunkan
insiden terjadinya DHF. Karena vektor dari DHF adalah nyamuk Aedes a, maka ada beberapa hal
yang sebaiknya dilaksanakan untuk memutuskan rantai penyakit: 1. Tanpa insektisida: a)
Menguras bak mandi,tempayan,drum,dll minimal seminggu sekali. b) Menutup penampungan air
rapat- rapat. c) Membersihkan pekarangan dari kaleng bekas,botol bekas yang memungkinkan
nyamuk bersarang. 2. Dengan insektisida: a) Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa:
biasanya dengan fogging/pengasapan. b) Abate untuk membunuh jentik nyamuk denan cara
ditabur pada bejana- bejana tempat penampungan air bersih dengan dosis 1 gram Abate SG 1%
per 10 liter air. B. Saran Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada
anak/bayi dengan DHF ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan
dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan
proses keperawatan. DAFTAR PUSTAKA Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi
III vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius.

Copy and WIN : hhttp://bit.ly/copynwin

Demam berdarah atau demam dengue (disingkat DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue. Nyamuk atau beberapa jenis nyamuk menularkan (atau menyebarkan) virus
dengue. Demam dengue juga disebut sebagai "breakbone fever" atau "bonebreak fever" (demam
sendi), karena demam tersebut dapat menyebabkan penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-
akan tulang mereka patah. Sejumlah gejala dari demam dengue adalah demam; sakit kepala; kulit
kemerahan yang tampak seperti campak; dan nyeri otot dan persendian. Pada sejumlah pasien,
demam dengue dapat berubah menjadi satu dari dua bentuk yang mengancam jiwa. Yang
pertama adalah demam berdarah, yang menyebabkan pendarahan, kebocoran pembuluh darah
(saluran yang mengalirkan darah), dan rendahnya tingkat trombosit darah (yang menyebabkan
darah membeku). Yang kedua adalah sindrom renjat dengue, yang menyebabkan tekanan darah
rendah yang berbahaya.

Terdapat empat jenis virus dengue. Apabila seseorang telah terinfeksi satu jenis virus, biasanya
dia menjadi kebal terhadap jenis tersebut seumur hidupnya. Namun, dia hanya akan terlindung
dari tiga jenis virus lainnya dalam waktu singkat. Jika kemudian dia terkena satu dari tiga jenis
virus tersebut, dia mungkin akan mengalami masalah yang serius.

Belum ada vaksin yang dapat mencegah seseorang terkena virus dengue tersebut. Terdapat
beberapa tindakan pencegahan demam dengue. Orang-orang dapat melindungi diri mereka dari
nyamuk dan meminimalkan jumlah gigitan nyamuk. Para ilmuwan juga menganjurkan untuk
memperkecil habitat nyamuk dan mengurangi jumlah nyamuk yang ada. Apabila seseorang
terkena demam dengue, biasanya dia dapat pulih hanya dengan meminum cukup cairan, selama
penyakitnya tersebut masih ringan atau tidak parah. Jika seseorang mengalami kasus yang lebih
parah, dia mungkin memerlukan cairan infus (cairan yang dimasukkan melalui vena,
menggunakan jarum dan pipa infus), atau transfusi darah (diberikan darah dari orang lain).

Sejak 1960-an, semakin banyak orang yang terkena demam dengue. Penyakit tersebut mulai
menimbulkan masalah di seluruh dunia sejak Perang Dunia Kedua. Penyakit ini umum terjadi di
lebih dari 110 negara. Setiap tahun, sekitar 50100 juta orang terkena demam dengue.

Para ahli sedang mengembangkan obat-obatan untuk menangani virus secara langsung.
Masyarakat pun melakukan banyak usaha untuk membasmi nyamuk.

Deskripsi pertama dari demam dengue ditulis pada 1779. Pada awal abad ke-20, para ilmuwan
mengetahui bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh virus dengue, dan bahwa virus tersebut
ditularkan (atau disebarkan) oleh nyamuk.
Daftar isi
1 Tanda dan gejala

o 1.1 Laju penyakit secara klinis

o 1.2 Masalah terkait

2 Penyebab

o 2.1 Penularan

o 2.2 Risiko

3 Mekanisme

4 Diagnosis

o 4.1 Klasifikasi

o 4.2 Tes laboratorium

5 Pencegahan

6 Manajemen

7 Kemungkinan

8 Sejarah

o 8.1 Sejarah di Dunia

9 Penelitian

10 Catatan

11 Referensi

12 Pranala luar

Tanda dan gejala


Gambar yang memperlihatkan gejala demam dengue

Sekira 80% dari pasien (atau 8 dari 10 pasien) yang terinfeksi virus dengue tidak menunjukkan
gejala, atau hanya menunjukkan gejala ringan (seperti demam biasa).[1][2][3] Sekira 5% dari orang
yang terinfeksi (atau 5 dari 100) akan mengalami infeksi berat. Penyakit tersebut bahkan
mengancam jiwa sedikit dari mereka. Pada sebagian kecil penderita ini, penyakit tersebut
mengancam jiwa.[1][3] Gejala akan muncul antara 3 dan 14 hari setelah seseorang terpajan virus
dengue. Seringkali gejala muncul setelah 4 hingga 7 hari.[4] Oleh karena itu jika seseorang baru
kembali dari wilayah yang memiliki banyak kasus dengue, kemudian ia menderita demam atau
gejala lainnya setelah lebih dari 14 hari dia kembali dari wilayah tersebut, kemungkinan
penyakitnya tersebut bukan dengue.[5]

Seringkali, apabila anak-anak terkena demam dengue, gejala yang muncul sama dengan gejala
pilek atau gastroenteritis (atau flu perut; misalnya, muntah-muntah dan diare).[6] Namun, anak-
anak mungkin mengalami masalah yang parah karena demam dengue.[5]

Laju penyakit secara klinis

Gejala klasik demam dengue adalah demam yang terjadi secara tiba-tiba; sakit kepala (biasanya
di belakang mata); ruam; nyeri otot dan nyeri sendi. Julukan "demam sendi" untuk penyakit ini
menggambarkan betapa rasa sakit yang ditimbulkannya dapat menjadi sangat parah.[1][7]Demam
dengue terjadi dalam tiga tahap: demam, kritis, dan pemulihan.[8]

Pada fase demam, seseorang biasanya mengalami demam tinggi. ("Demam" berarti bahwa
seseorang mengalami demam.) Panas badan seringkali mencapai 40 derajat Celsius (104 derajat
Fahrenheit). Penderita juga biasanya menderita sakit yang umum atau sakit kepala. Fase febrile
biasanya berlangsung selama 2 hingga 7 hari.[7][8] Pada fase ini, sekira 50 hingga 80% pasien
dengan gejala mengalami ruam.[7][9] Pada hari pertama atau kedua, ruam akan tampak seperti
kulit yang terkena panas (merah). Selanjutnya (pada hari ke-4 hingga hari ke-7), ruam tersebut
akan tampak seperti campak.[9][10] Bintik merah kecil (petechiae) dapat muncul di kulit. Bintik-
bintik ini tidak hilang jika kulit ditekan. Bintik-bintik ini disebabkan oleh pembuluh kapiler yang
pecah. [8] Penderita mungkin juga mengalami perdarahan ringan membran mukus mulut dan
hidung.[5][7] Demam itu sendiri cenderung akan berhenti (pulih) kemudian terjadi lagi selama satu
atau dua hari. Namun, pola ini berbeda-beda pada masing-masing penderita.[10][11]

Pada beberapa penderita, penyakit berkembang ke fase kritis setelah demam tinggi mereda. Fase
kritis tersebut biasanya berlangsung selama hingga 2 hari.[8] Selama fase ini, cairan dapat
menumpuk di dada dan abdomen. Hal ini terjadi karena pembuluh darah kecil bocor. Cairan
tersebut akan semakin banyak, kemudian cairan berhenti bersirkulasi di dalam tubuh. Ini berarti
bahwa organ-organ vital (terpenting) tidak mendapatkan suplai darah sebanyak biasanya.[8]
Karena itu, organ-organ tersebut tidak bekerja secara normal. Penderita penyakit tersebut juga
dapat mengalami perdarahan parah (biasanya dari saluran gastrointestinal.)[5][8]

Kurang dari 5% dari orang dengan dengue mengalami renjat peredaran darah, sindrom renjat
dengue, dan demam berdarah.[5] Jika seseorang pernah mengidap jenis dengue yang lain (infeksi
sekunder), kemungkinan mereka akan mengalami masalah yang serius.[5][12]

Pada fase penyembuhan, cairan yang keluar dari pembuluh darah diambil kembali ke dalam
aliran darah. [8] Fase penyembuhan biasanya berlangsung selama 2 hingga 3 hari.[5] Pasien
biasanya semakin pulih dalam tahap ini. Namun, mereka mungkin menderita gatal-gatal yang
parah dan detak jantung yang lemah.[5][8] Selama fase ini, pasien dapat mengalami kondisi
kelebihan cairan (yakni terlalu banyak cairan yang diambil kembali). Jika terkena otak, cairan
tersebut dapat menyebabkan kejang atau perubahan derajat kesadaran (yakni seseorang yang
pikirannya, kesadarannya, dan perilakunya tidak seperti biasanya).[5]

Masalah terkait

Sesekali, dengue dapat memengaruhi sistem lain di dalam tubuh manusia. [8] Seseorang yang
terkena dengue dapat menderita gejalanya saja, atau disertai gejala dengue klasik juga.[6] Tingkat
kesadaran yang menurun terjadi pada 0,56% dari kasus parah. Ini dapat terjadi apabila virus
dengue menyebabkan infeksi di otak. Ini juga dapat terjadi apabila organ vital, seperti hati, tidak
berfungsi dengan baik.[6][11]

Kelainan neurologikal lainnya (kelainan yang memengaruhi otak dan saraf) dilaporkan terjadi
pada pasien yang mengalami demam dengue. Misalnya, dengue dapat menyebabkan mielitis
melintang dan sindrom Guillain-Barr.[6] Meskipun hal ini hampir tidak pernah terjadi, dengue
juga dapat mengakibatkan infeksi jantung dan gagal ginjal akut.[5][8]

Penyebab
Gambar yang diperbesar menunjukkan virus dengue (the cluster of dark dots near the center)

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue. Dalam sistem ilmiah yang menamakan dan
mengklasifikasikan virus, virus dengue tersebut merupakan bagian dari famili Flaviviridae dan
genus Flavivirus. Virus lainnya juga merupakan bagian dari famili yang sama dan menyebabkan
penyakit pada manusia. Contohnya, virus yellow fever, West Nile virus, St. Louis encephalitis
virus, Japanese encephalitis virus, tick-borne encephalitis virus, Kyasanur forest disease virus,
and Omsk hemorrhagic fever virus all belong to the familyFlaviviridae..[11] Most of these viruses
are spread by mosquitoes or ticks.[11]

Penularan

Nyamuk Aedes aegypti mengambil dari manusia

Dengue virus ditularkan (atau disebarkan) sebagian besar oleh nyamuk Aedes, khususnya tipe
nyamuk Aedes aegypti.[2] Nyamuk ini biasanya hidup di antara garis lintang 35 Utara dan 35
Selatan, di bawah ketinggian 1000 m.[2] Nyamuk-nyamuk tersebut lebih sering menggigit pada
siang hari.[13] Satu gigitan dapat menginfeksi manusia.[14]

Terkadang, nyamuk juga tertular dengue dari manusia. Jika nyamuk betina yang menggigit orang
yang terinfeksi, nyamuk tersebut dapat tertular virus. Mulanya virus hidup di sel yang menuju
saluran pencernaan nyamuk. Sekira 8 hingga 10 hari berikutnya, virus menyebar ke kelenjar
saliva nyamuk, yang memproduksi saliva (atau "ludah"). Ini berarti bahwa saliva yang
diproduksi oleh nyamuk tersebut terinfeksi virus dengue. Oleh karena itu ketika nyamuk
menggigit manusia, saliva yang terinfeksi tersebut masuk ke dalam tubuh manusia dan
menginfeksi orang tersebut. Virus sepertinya tidak menimbulkan masalah pada nyamuk yang
terinfeksi, yang akan terus terinfeksi sepanjang hidupnya. Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk
yang paling banyak menyebarkan dengue. Ini karena nyamuk tersebut menyukai hidup
berdekatan dengan manusia dan makan dari manusia alih-alih dari binatang.[15] Nyamuk ini juga
suka bertelur di wadah-wadah air yang dibuat oleh manusia.

Dengue juga dapat disebarkan melalui produk darah yang telah terinfeksi dan melalui donasi
organ.[16][17] Jika seseorang dengan dengue mendonasikan darah atau organ tubuh, yang kemudian
diberikan kepada orang lain, orang tersebut dapat terkena dengue dari darah atau organ yang
didonasikan tersebut. Di beberapa negara, seperti Singapura, dengue biasa terjadi. Di negara-
negara ini, antara 1,6 dan 6 transfusi darah dari setiap 10.000 menularkan dengue.[18]Virus
dengue juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan atau ketika anak tersebut
dilahirkan.[19] Dengue biasanya tidak ditularkan dengan cara-cara lain.[7]

Risiko

Dibandingkan dengan orang dewasa, bayi dan anak kecil yang menderita dengue lebih berisiko
mengalami infeksi yang serius. Anak-anak cenderung berisiko mengalami sakit berat apabila
mereka tergolong anak-anak yang berkecukupan gizi (jika mereka sehat dan memakan makanan
bergizi).[5] (Ini berbeda dari banyak infeksi lainnya, yang biasanya lebih parah terjadi pada anak-
anak yang termasuk golongan kurang gizi, tidak sehat, atau tidak memakan makanan bergizi.)
Perempuan lebih cenderung terserang sakit yang lebih parah daripada laki-laki.[20] Dengue bisa
mengancam jiwa pada pasien dengan penyakit kronis (jangka panjang), seperti diabetes dan
asma.[20]

Mekanisme
Apabila nyamuk menggigit orang, air liur nyamuk tersebut masuk ke kulit orang tersebut. Jika
nyamuk tersebut mengandung dengue, virus terbawa dalam air liurnya. Sehingga apabila
nyamuk tersebut menggigit orang, virusnya masuk ke dalam kulit orang tersebut bersama air liur
nyamuk. Virus tersebut tertanam dan memasuki sel darah putih orang tersebut. (Sel darah
putihnya seharusnya membantu pertahanan tubuh dengan memerangi ancaman, seperti infeksi.)
Ketika sel darah putih tersebut bergerak-gerak di dalam tubuh, virus memproduksi kembali (atau
memperbanyak diri). Sel darah putih bereaksi dengan cara memperbanyak protein pengisyarat
(apa yang disebut dengan sitokin), seperti faktor-faktor interleukin, interferon dan tumor
nekrosis. Protein ini menyebabkan demam, gejala yang menyerupai flu, dan rasa nyeri yang luar
biasa yang terjadi bersama dengue.

Jika seseorang menderita infeksi (serius), virus bereproduksi dengan lebih cepat. Dengan
semakin banyaknya virus, semakin banyak pula organ (seperti hati dansumsum tulang) yang
terkena dampaknya. Cairan dari aliran darah bocor melalui dinding-dinding pembuluh darah
kecil ke dalam rongga-rongga tubuh. Oleh karena itu, lebih sedikit darah yang bersirkulasi (atau
berputar di dalam tubuh) di dalam pembuluh darah. Tekanan darah orang tersebut menjadi sangat
rendah sehingga jantungnya tidak dapat memasok cukup darah ke organ vital (yang paling
penting). Sumsum tulang juga tidak dapat membuat cukup platelet yang dibutuhkan darah agar
bisa membeku dengan benar. Tanpa cukup platelet, orang tersebut akan memiliki masalah
pendarahan. Pendarahan adalah komplikasi berat dari dengue (satu dari masalah yang paling
berat yang diakibatkan oleh penyakit tersebut).[21]

Diagnosis
Biasanya, profesional pelayanan kesehatan mendiagnosis dengue dengan cara memeriksa pasien
dan menyadari bahwa gejala-gejalanya cocok dengan dengue. Profesional pelayanan kesehatan
khususnya akan dapat mendiagnosis dengue dengan cara ini di wilayah di mana penyakit ini
banyak terjadi. [1] Namun, apabila dengue masih dalam fase awalnya, sulit untuk
membedakannya dengan infeksi virus lainnya (infeksi yang disebabkan oleh virus).[5] Seorang
pasien mungkin menderita dengue jika dia demam dan dua dari gejala berikut ini: mual dan
muntah; ruam; generalized pains (pain all over); jumlah sel darah putih sedikit; atau hasil tes
tourniquet yang positif. Tanda-tanda plus demam biasanya merupakan sinyal bahwa pasien
tersebut menderita dengue di wilayah di mana penyakit tersebut banyak terjadi [22].

Tanda peringatan biasanya akan tampak sebelum dengue menjadi parah.[8] Tes tourniquet berguna
apabila tes laboratorium tidak dapat dilakukan. Untuk melakukan tes tourniquet, profesional
pelayanan kesehatan akan membebatkan alat pengukur tekanan darah di lengan pasien selama 5
menit. Petugas kesehatan tersebut akan menghitung bintik-bintik merah kecil di kulit pasien.
Jumlah bintik yang semakin banyak berarti bahwa orang tersebut mungkin menderita demam
dengue.[8]

Sulit membedakan demam dengue dan chikungunya. Chikungunya adalah infeksi virus yang
mirip dan memiliki banyak gejala yang sama dengan dengue, dan terjadi di wilayah yang sama di
dunia.[7] Dengue juga dapat memiliki gejala yang sama seperti penyakit lainnya, seperti malaria,
leptospirosis, demam tifoid, and penyakit meningokokus. Seringkali, sebelum seseorang
terdiagnosis dengue, petugas kesehatan yang menanganinya akan melakukan tes untuk
memastikan bahwa pasien tidak mengalami satu dari kondisi-kondisi ini.[5]

Jika seseorang menderita dengue, perubahan paling awal yang dapat dilihat pada tes
laboratorium adalah jumlah sel darah putih yang sedikit. Jumlah platelet yang sedikit dan
asidosis metabolik juga merupakan tanda-tanda dengue.[5] Jika seseorang terserang dengue parah,
terdapat perubahan lainnya yang dapat dilihat jika darahnya diteliti. Dengue yang parah
menyebabkan cairan keluar dari aliran darah. Ini menyebabkan hemokonsentrasi (di mana
terdapat lebih sedikit plasma bagian yang cair dari darah dan lebih banyak sel darah merah di
dalam darah). Ini juga menyebabkan level albumin yang rendah di dalam darah.[5]

Terkadang, dengue yang parah menyebabkan efusi pleura yang besar (cairan yang bocor
menumpuk di sekitar paru-paru) atau asites (cairan menumpuk di abdomen). If these are large
enough, a health care professional may notice them when he examines the person.[5] Profesional
pelayanan kesehatan dapat mendiagnosis shock dengue dari awal jika dia dapat menggunakan
alat ultrasound medis untuk mendeteksi adanya cairan tersebut di dalam tubuh.[1][5] Tetapi di
beberapa wilayah di mana dengue adalah penyakit yang biasa menyerang, para profesional
pelayanan kesehatan dan klinik tidak memiliki mesin ultrasound.[1]

Klasifikasi
Pada 2009, World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan, atau membagi, demam
dengue ke dalam dua jenis: tanpa komplikasi dan parah.[1][22] Sebelum ini, pada 1997, WHO telah
membagi penyakit tersebut ke dalam demam yang tidak terdiferensiasi (tidak dapat
digolongkan), demam dengue, dan demam berdarah. WHO memutuskan bahwa cara lama
pembagian dengue ini harus disederhanakan. Mereka juga menetapkan bahwa cara tersebut
terlalu membatasi: tidak mencakup semua cara yang diperlihatkan pada dengue. Meskipun
klasifikasi dengue telah diubah secara resmi, klasifikasi lama tersebut masih sering digunakan.[22]
[5][23]

Dalam sistem lama WHO untuk klasifikasi, demam berdarah dibagi ke dalam empat fase, yang
disebut tingkat IIV:

Pada Tingkat I, pasien menderita demam. Dia mudah melebam atau memiliki hasil tes
tourniquet yang positif.

Pada Tingkat II, pasien mengeluarkan darah melalui kulit dan bagian lain tubuhnya.

Pada Tingkat III, pasien menunjukkan tanda-tanda renjatan sirkulasi.

Pada Tingkat IV, pasien mengalami renjatan yang sangat parah sehingga tekanan darah
dan detak jantungnya tidak dapat dirasakan.[23] Tingkat III dan IV disebut "sindrom
renjatan dengue."[22][23]

Tes laboratorium

Demam dengue dapat didiagnosis menggunakan pengujian laboratorium mikrobiologis.[22]


Beberapa tes berbeda dapat dilakukan. Satu tes (isolasi virus) mengisolasi (atau memisahkan)
virus dengue dalam kultur (atau sampel) sel. Tes lainnya (deteksi asam nukleat) mencari asam
nukleat dari virus, menggunakan teknik yang disebut reaksi rantai polimerase (PCR). Tes ketiga
(deteksi antigen) mencari antigen dari virus. Tes lainnya mencari beberapa antibodi di dalam
darah yang dibuat oleh tubuh untuk memerangi virus dengue.[20][24] Tes isolasi virus dan deteksi
asam nukleus bekerja lebih baik daripada deteksi antigen. Namun, tes ini lebih mahal, sehingga
tidak tersedia di banyak fasilitas kesehatan.[24] Apabila dengue masih dalam tahap awal penyakit,
semua hasil tes mungkin negatif (berarti bahwa hasil tes tersebut tidak menunjukkan bahwa
pasien menderita penyakit tersebut).[5][20]

Kecuali tes antibodi, tes laboratorium hanya dapat mendiagnosis demam dengue selama fase
akut (awal) dari penyakit tersebut. Namun, tes antibodi dapat memastikan bahwa orang tersebut
menderita dengue dalam fase berikutnya dari infeksti tersebut. Tubuh membuat antibodi yang
secara khusus memerangi virus dengue setelah 5 hingga 7 hari.[7][20][25]

Pencegahan
Terdapat dua vaksin yang telah disetujui sebagai vaksin untuk mencegah manusia agar tidak
terserang virus dengue.[1] Untuk mencegah infeksi, World Health Organization (WHO)
menyarankan pengendalian populasi nyauk dan melindungi masyarakat dari gigitan nyamuk.[13]
[26]

WHO menganjurkan program untuk mencegah dengue (disebut program "Integrated Vector
Control") yang mencakup lima bagian yang berbeda:

Advokasi, menggerakkan masyarakat, dan legislasi (undang-undang) harus digunakan


agar organisasi kesehatan masyarakat dan masyarakat menjadi lebih kuat.

Semua bagian masyarakat harus bekerja bersama. Ini termasuk sektor umum (seperti
pemerintah), sektor swasta (seperti bisnisperusahaan), dan bidang perawatan kesehatan.

Semua cara untuk mengendalikan penyakit harus harus terintegrasi (atau dikumpulkan),
sehingga sumber daya yang tersedia dapat memberikan hasil yang paling besar.

Keputusan harus dibuat berdasarkan pada bukti. Ini akan membantu memastikan bahwa
intervensi (tindakan yang dilakukan untuk mengatasi dengue) berguna.

Wilayah di mana dengue menjadi masalah harus diberi bantuan, sehingga mereka dapat
meningkatkan kemampuan mereka untuk merespon dengan baik penyakit dengan usaha
mereka sendiri.[13]

WHO juga menyarankan beberapa tindakan khusus untuk mengendalikan dan menghindarkan
gigitan nyamuk. Cara terbaik untuk mengendalikan nyamuk Aedes aegypti adalah dengan
menyingkirkan habitatnya.[13] Masyarakat harus mengosongkan wadah air yang terbuka
(sehingga nyamuk tidak dapat bertelur di dalam wadah-wadah terbuka tersebut). Insektisida atau
agen-agen pengendali biologi juga dapat digunakan untuk mengendalikan nyamuk di wilayah-
wilayah ini.[13] Para ilmuwan berpendapat bahwa menyemprotkan insektisida organofosfat atau
piretroid tidak membantu.[3] Air diam (tidak mengalir) harus dibuang karena air tersebut menarik
nyamuk, dan juga karena manusia dapat terkena masalah kesehatan jika insektisida menggenang
di dalam air diam.[13] Untuk mencegah gigitan nyamuk, orang-orang dapat memakai pakaian
yang menutup kulit mereka sepenuhnya. Mereka juga dapat menggunakan anti nyamuk (seperti
semprotan nyamuk), yang membantu menjauhkan nyamuk. (DEET paling ampuh.) Orang-orang
juga dapat menggunakan kelambu saat beristirahat.[14]

Manajemen
Tidak ada perawatan khusus untuk demam dengue.[1] Orang yang berbeda memerlukan
perawatan yang berbeda pula, bergantung pada gejala mereka. Sebagian dari mereka dapat
membaik hanya dengan meminum banyak cairan di rumah, kemudian profesional pelayanan
kesehatan akan memastikan keadaan kesehatan mereka telah membaik. Sedangkan sebagian
orang memerlukan cairan infus dan transfusi darah.[27]Profesional pelayanan kesehatan dapat
menentukan untuk merujuk pasien ke rumah sakit jika pasien mengalami tanda-tanda peringatan
serius, khususnya jika pasien tersebut telah mengalami kondisi kesehatan kronis.[5]
Apabila orang-orang yang terinfeksi memerlukan cairan melalui infus, mereka biasanya
memerlukan infus hanya selama satu atau dua hari.[27] Profesional pelayanan kesehatan akan
meningkatkan jumlah cairan yang diberikan sehingga pasien tersebut memberikan volume
tertentu urin (0,51 ml/kg/jam). Cairan infus juga ditambah hingga hematokrit (jumlah iron di
dalam darah) pasien dan tanda-tanda vital pasien kembali normal.[5] Karena risiko perdarahan,
profesional pelayanan kesehatan mencoba untuk tidak menggunakan prosedur medis invasif
seperti intubasi nasogastrik (memasukkan tube melalui hidung pasien ke dalam perut), injeksi
intramuskular (menyuntikkan obat ke dalam otot), dan suntikan arteri (memasukkan jarum ke
dalam arteri).[5] Asetaminofen (Tylenol) dapat diberikan untuk demam dan nyeri. Jenis obat anti-
peradangan yang dinamakan NSAID (seperti ibuprofen dan aspirin) tidak boleh digunakan
karena obat tersebut dapat memperbesar risiko perdarahan.[27] Transfusi darah harus dimulai lebih
awal jika tanda-tanda vital pasien berubah atau tidak normal, dan jika jumlah sel darah merahnya
menurun.[28] Jika transfusi diperlukan, pasien harus diberi darah utuh (darah yang belum dipisah-
pisahkan) atau dikemas dalam kantung darah dalam bentuk sel darah merah. Platelet (dipisahkan
dari darah utuh) dan plasma segar yang dibekukan biasanya tidak dianjurkan.[28]

Jika seorang pasien dalam masa pemulihan dari dengue, dia biasanya tidak akan diberi cairan
infus lagi sehingga pasien tidak mengalami kelebihan cairan.[5] Jika kelebihan cairan terjadi,
namun tanda-tanda vitalnya masih stabil (tidak berubah), maka ini menjadi alasan yang cukup
untuk menghentikan pemberian cairan.[28] Jika pasien tidak lagi berada dalam masa kritis, pasien
bisa diberikan diuretik furosemide (Lasix). Ini dapat membantu mengeluarkan cairan berlebih
dari sirkulasi darah pasien.[28]

Kemungkinan
Sebagian besar orang yang terkena dengue pulih dan baik-baik saja.[22] Tanpa pengobatan, 1
hingga 5% dari orang yang terinfeksi (1 hingga 5 dari 100 orang) meninggal karena dengue.[5]
Dengan perawatan yang baik, kurang dari 1% meninggal.[22] Namun, pada orang dengan dengue
parah 26% meninggal (26 dari 100).[5]

Dengue banyak terjadi di lebih dari 110 negara.[5] Setiap tahun, dengue menginfeksi 50 hingga
100 juta orang di seluruh dunia. Penyakit ini juga menyebabkan setengah juta perawatan di
rumah sakit[1] dan sekira 12.500 hingga 25.000 kematian di seluruh dunia setiap tahunnya.[6][29]

Dengue adalah penyakit yang diakibatkan oleh virus dan paling banyak terjadi yang disebarkan
oleh arthropod.[12] Dengue diperkirakan telah menjadi beban penyakit dari sekira 1600 tahun
hidup tuna upaya (DALYS) per juta populasi. Ini berarti bahwa dalam setiap satu juta orang,
dengue menyebabkan hilangnya kehidupan sekira 1600 tahun. Ini kira-kira sama dengan beban
penyakit seperti penyakit anak-anak dan penyakit tropis. Ini sama dengan yang diakibatkan oleh
penyakit pada anak-anak dan penyakit tropis lain.[20] Dengue dianggap sebagai penyakit
terpenting kedua, setelah malaria.[5] World Health Organization juga mengakui dengue sebagai
satu dari penyakit tropis yang diabaikan (berarti bahwa dengue tidak ditangani secara cukup
serius sebagaimana mestinya).[30]

Dengue semakin merajalela di seluruh dunia. Pada 2010, dengue 30 kali lebih umum daripada
pada 1960.[31] Beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab peningkatan dengue. Lebih banyak
pasien yang terdampak tinggal di kota besar. Populasi dunia (jumlah manusia di dunia) semakin
besar. Lebih banyak orang yang bepergian secara internasional (dari satu negara ke negara
lainnya). Pemanasan global juga dianggap telah berperan dalam peningkatan dengue tersebut.[1]

Dengue paling sering terjadi di sekitar ekuator. 2,5 miliar penduduk tinggal di wilayah di mana
dengue terjadi. 70% dari populasi ini tinggal di Asia dan wilayah Pasifik.[31] Di Amerika Serikat,
2,9% hingga 8% dari penduduknya yang baru kembali dari wilayah di mana dengue terjadi,
kemudian mereka mengalami demam, terinfeksi ketika sedang melancong.[14] Pada kelompok ini,
dengue merupakan infeksi kedua yang paling banyak terdiagnosis, setelah after malaria.[7]

Sejarah
Dengue pertama kali ditulis bertahun-tahun yang lalu. Ensiklopedia medis China dari Dinasti Jin
(yang berjaya dari 265 hingga 420 AD) menceritakan tentang seorang yang mungkin mengalami
dengue. Buku tersebut menceritakan tentang racun air yang berhubungan dengan serangga
yang terbang.[32][33]Terdapat juga catatan tertulis dari abad ke-17 (1600an) tentang apa yang
mungkin menjadi epidemik dengue (yakni ketika penyakit menyebar dengan sangat cepat dalam
waktu singkat). Laporan-laporan yang paling awal tentang kemugkinan epidemik dengue adalah
dari tahun 1779 dan 1780. Laporan ini bercerita tentang epidemik yang menyapu Asia, Afrika,
dan Amerika Utara.[33] Sejak saat itu hingga 1940, tidak banyak lagi epidemik.[33]

Pada 1906, para ilmuwan membuktikan bahwa manusia terkena infeksi dari nyamuk Aedes. Pada
1907, para ilmuwan menunjukkan bahwa viruslah yang menyebabkan dengue. Ini adalah
penyakit kedua yang ditunjukkan sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus. (Sebelumnya
para ilmuwan telah membuktikan bahwa viruslah yang menyebabkan sakit kuning.)[34]John
Burton Cleland dan Joseph Franklin Siler terus meneliti virus dengue, dan mengetahui cara dasar
virus menyebar.[34]

Dengue mulai menyebar dengan jauh lebih cepat selama dan setelah Perang Dunia Kedua. Ini
diperkirakan karena perang tersebut mengubah lingkungan dengan cara berbeda. Jenis dengue
berbeda juga menyebar ke wilayah baru.Untuk pertama kalinya, manusia mulai mengalami
demam berdarah dengue. Bentuk penyakit yang parah ini pertama kali dilaporkan di Filipina
pada 1953. Pada 1970an, demam berdarah dengue telah menjadi penyebab utama kematian pada
anak-anak. Penyakit tersebut juga mulai terjadi di wilayah Pasifik dan Amerika.[33] Demam
berdarah dengue serta sindrom renjat dengue pertama kali dilaporkan di Amerika Tengah dan
Selatan pada 1981. Pada saat itu, profesional pelayanan kesehatan mengetahui bahwa orang yang
terkena virus dengue jenis 1 terkena dengue tipe 2 beberapa tahun kemudian.[11]

Sejarah di Dunia

Tidak ada kejelasan dari bahasa apa kata "dengue" berasal. Beberapa orang berpendapat bahwa
kata tersebut dari frasa Ka-dinga pepo Swahili. Frasa ini menceritakan bahwa penyakit tersebut
disebabkan oleh arwah jahat.[32] Kata Swahili dinga diperkirakan berasal dari kata dengue
Spanyol. Kata ini berarti "berhati-hati". Kata itu mungkin sebelumnya digunakan untuk
menggambarkan orang yang menderita nyeri tulang akibar demam dengue; nyeri itu akan
menyebabkan penderita berjalan dengan hati-hati.[35] Namun, kemungkinan juga kata dalam
bahasa Spanyol tersebut berasal dari kata dalam bahasa Swahili, dan bukan sebaliknya.[32]

Orang-orang lain berpendapat bahwa nama "dengue" berasal dari West Indies. Di West Indies,
budak yang mengalami dengue disebut-sebut bahwa mereka berdiri dan berjalan seperti seorang
yang "flamboyan". Oleh karenanya, penyakit tersebut juga disebut sebagai "demam
flamboyan."[36][37]

Istilah "breakbone fever" pertama kali digunakan oleh Benjamin Rush, seorang dokter dan
merupakan Bapak Pendiri Amerika Serikat "Bapak Pendiri". Pada 1789, Rush menggunakan
istilah "breakbone fever" dalam laporan mengenai kejadian luar biasa dengue 1780 di
Philadelphia. Dalam laporan tersebut, Rush lebih banyak menggunakan istilah yang lebih formal
"bilious remitting fever".[38][39] Istilah "demam dengue" belum banyak digunakan hingga setelah
1828.[37] Sebelumnya, orang-orang menggunakan nama berbeda untuk penyakit ini. Contohnya,
dengue juga disebut "breakheart fever" dan "la dengue."[37] Nama lain juga digunakan untuk
dengue parah: contohnya, "infectious thrombocytopenic purpura", "Philippine," "Thai," dan
"Singapore hemorrhagic fever."[37]

Penelitian
Para ilmuwan terus melakukan riset untuk cara pencegahan dan pengobatan dengue. Orang-
orang juga berupaya untuk mengendalikan nyamuk,[40] membuat vaksin, dan membuat obat-
obatan untuk memerangi virus tersebut.[26]

Banyak hal sederhana telah dilakukan untuk mengendalikan nyamuk. Beberapa di antaranya
telah berhasil. Contohnya,guppies (Poecilia reticulata) atau copepod dapat diletakkan di dalam
air yang menggenang untuk memakan larvae (telur) nyamuknya.[40]

Para ilmuwan terus berusaha untuk menciptakan vaksin untuk melindungi manusia dari keempat
jenis dengue.[26] Beberapa ilmuwan mengkhawatirkan bahwa vaksin dapat meningkatkan risiko
keparahan penyakit melalui antibody-dependent enhancement (ADE).[41]Vaksin yang terbaik
yang dapat digunakan biasanya memiliki beberapa kualitas berbeda. Pertama, vaksin aman.
Kedua, vaksin akan bekerja setelah satu atau dua injeksi (atau suntikan). Ketiga, vaksin akan
melawa semua jenis virus dengue. Keempat, vaksin tidak akan menyebabkan ADE. Kelima,
vaksin akan mudah berpindah (bergerak) dan tersimpan (tersimpan hingga diperlukan. Keenam,
vaksin berbiaya rendah dan efektif (sesuai biayanya).[41] Beberapa vaksin telah diuji pada 2009.
[20][38][41]
Para ilmuwan berharap agar vaksin pertama (atau beberapa vaksin) akan tersedia secara
komersial (dapat dibeli) pada 2015.[26]

Para ilmuwan juga terus bekerja untuk membuat obat antivirus untuk mengobati serangan
demam dengue dan mencegah agar manusia tidak terkena komplikasi parah.[42][43]Mereka juga
berusaha untuk mengetahui bagaimana protein virus tersebut tersusun. Ini mungkin dapat
membantu mereka untuk membuat obat-obatan yang bekerja efektif mengobati dengue.[43]

Catatan
1. ^ a b c d e f g h i j k Whitehorn J, Farrar J (2010). "Dengue". Br. Med. Bull. 95: 161
73. doi:10.1093/bmb/ldq019. PMID 20616106.

2. ^ a b c WHO (2009), pp. 1416.

3. ^ a b c Reiter P (2010-03-11). "Yellow fever and dengue: a threat to Europe?".


Euro Surveil 15 (10): 19509. PMID 20403310.

4. ^ Gubler (2010), p. 379.

5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Ranjit S, Kissoon N (July 2010). "Dengue


hemorrhagic fever and shock syndromes". Pediatr. Crit. Care Med. 12 (1): 90100.
doi:10.1097/PCC.0b013e3181e911a7. PMID 20639791.

6. ^ a b c d e Varatharaj A (2010). "Encephalitis in the clinical spectrum of dengue


infection". Neurol. India 58 (4): 58591. doi:10.4103/0028-3886.68655.
PMID 20739797.

7. ^ a b c d e f g h Chen LH, Wilson ME (October 2010). "Dengue and chikungunya


infections in travelers". Curr. Opin. Infect. Dis. 23 (5): 43844.
doi:10.1097/QCO.0b013e32833c1d16. PMID 20581669.

8. ^ a b c d e f g h i j k l WHO (2009), pp. 2527.

9. ^ a b Wolff K, Johnson RA (eds.) (2009). "Viral Infections of Skin and Mucosa".


Fitzpatrick's Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology (ed. 6th). New York:
McGraw-Hill Medical. hlm. 8102. ISBN 9780071599757.

10. ^ a b Knoop KJ, Stack LB, Storrow A, Thurman RJ (eds.) (2010). "Tropical
Medicine". Atlas of Emergency Medicine (ed. 3rd). New York: McGraw-Hill
Professional. hlm. 6589. ISBN 0071496181.

11. ^ a b c d e Gould EA, Solomon T (February 2008). "Pathogenic flaviviruses". The


Lancet 371 (9611): 5009. doi:10.1016/S0140-6736(08)60238-X. PMID 18262042.

12. ^ a b Rodenhuis-Zybert IA, Wilschut J, Smit JM (August 2010). "Dengue virus life
cycle: viral and host factors modulating infectivity". Cell. Mol. Life Sci. 67 (16): 2773
86. doi:10.1007/s00018-010-0357-z. PMID 20372965.

13. ^ a b c d e f WHO (2009), pp. 5960.

14. ^ a b c Center for Disease Control and Prevention. "Chapter 5 Dengue Fever
(DF) and Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)". 2010 Yellow Book. Diakses 2010-12-23.

15. ^ Gubler (2010), pp. 37778.


16. ^ Wilder-Smith A, Chen LH, Massad E, Wilson ME (January 2009). "Threat of
Dengue to Blood Safety in Dengue-Endemic Countries". Emerg. Infect. Dis. 15 (1): 811.
doi:10.3201/eid1501.071097. PMC 2660677. PMID 19116042.

17. ^ Stramer SL, Hollinger FB, Katz LM, et al. (August 2009). "Emerging infectious
disease agents and their potential threat to transfusion safety". Transfusion. 49 Suppl 2:
1S29S. doi:10.1111/j.1537-2995.2009.02279.x. PMID 19686562.

18. ^ Teo D, Ng LC, Lam S (April 2009). "Is dengue a threat to the blood supply?".
Transfus Med 19 (2): 6677. doi:10.1111/j.1365-3148.2009.00916.x. PMC 2713854.
PMID 19392949.

19. ^ Wiwanitkit V (January 2010). "Unusual mode of transmission of dengue".


Journal of Infection in Developing Countries 4 (1): 514. PMID 20130380.

20. ^ a b c d e f g Guzman MG, Halstead SB, Artsob H, et al. (December 2010).


"Dengue: a continuing global threat". Nat. Rev. Microbiol. 8 (12 Suppl): S7S16.
doi:10.1038/nrmicro2460. PMID 21079655.

21. ^ Martina BE, Koraka P, Osterhaus AD (October 2009). "Dengue Virus


Pathogenesis: an Integrated View". Clin. Microbiol. Rev. 22 (4): 56481.
doi:10.1128/CMR.00035-09. PMC 2772360. PMID 19822889.

22. ^ a b c d e f g WHO (2009), pp. 1011.

23. ^ a b c WHO (1997). "Chapter 2: clinical diagnosis". Dengue haemorrhagic fever:


diagnosis, treatment, prevention and control (ed. 2nd). Geneva: World Health
Organization. hlm. 1223. ISBN 9241545003.

24. ^ a b WHO (2009), pp. 9095.

25. ^ Gubler (2010), p. 380.

26. ^ a b c d WHO (2009), p. 137.

27. ^ a b c WHO (2009), pp. 3237.

28. ^ a b c d WHO (2009), pp. 4043.

29. ^ WHO media centre (March 2009). "Dengue and dengue haemorrhagic fever".
World Health Organization. Diakses 2010-12-27.

30. ^ Neglected Tropical Diseases. "Diseases covered by NTD Department". World


Health Organization. Diakses 2010-12-27.

31. ^ a b WHO (2009), p. 3.


32. ^ a b c Anonymous (2006). "Etymologia: dengue". Emerg. Infec. Dis. 12 (6): 893.

33. ^ a b c d Gubler DJ (July 1998). "Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever". Clin.
Microbiol. Rev. 11 (3): 48096. PMC 88892. PMID 9665979.

34. ^ a b Henchal EA, Putnak JR (October 1990). "The dengue viruses". Clin.
Microbiol. Rev. 3 (4): 37696. doi:10.1128/CMR.3.4.376. PMC 358169. PMID 2224837.

35. ^ Harper D (2001). "Etymology: dengue". Online Etymology Dictionary. Diakses


2008-10-05.

36. ^ Anonymous (1998-06-15). "Definition of Dandy fever". MedicineNet.com.


Diakses 2010-12-25.

37. ^ a b c d Halstead SB (2008). Dengue (Tropical Medicine: Science and Practice).


River Edge, N.J: Imperial College Press. hlm. 110. ISBN 1-84816-228-6.

38. ^ a b Barrett AD, Stanberry LR (2009). Vaccines for biodefense and emerging and
neglected diseases. San Diego: Academic. hlm. 287323. ISBN 0-12-369408-6.

39. ^ Rush AB (1789). "An account of the bilious remitting fever, as it appeared in
Philadelphia in the summer and autumn of the year 1780". Medical enquiries and
observations. Philadelphia: Prichard and Hall. hlm. 104117.

40. ^ a b WHO (2009), p. 71.

41. ^ a b c Webster DP, Farrar J, Rowland-Jones S (November 2009). "Progress


towards a dengue vaccine". Lancet Infect Dis 9 (11): 67887. doi:10.1016/S1473-
3099(09)70254-3. PMID 19850226.

42. ^ Sampath A, Padmanabhan R (January 2009). "Molecular targets for flavivirus


drug discovery". Antiviral Res. 81 (1): 615. doi:10.1016/j.antiviral.2008.08.004.
PMC 2647018. PMID 18796313.

43. ^ a b Noble CG, Chen YL, Dong H, et al. (March 2010). "Strategies for
development of Dengue virus inhibitors". Antiviral Res. 85 (3): 45062.
doi:10.1016/j.antiviral.2009.12.011. PMID 20060421.

2. Apa yang dimaksud Demam Dengue?

3. Infeksi dengue disebabkan oleh virus. Biasanya muncul dalam bentuk demam. Kadang-
kadang pasien yang menderita dengue akan mengalami perdarahan. Daerah-daerah
perdarahan yang umum terjadi adalah di hidung, gusi atau kulit. Terkadang pasien
mengeluarkan muntah hitam seperti kopi dan juga tinja berwarna hitam. Ini menandakan
adanya perdarahan pada pencernaan yang serius. Pasien dengue yang disertai dengan
perdarahan disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah. Terkadang
penderita dengue akan mengalami shock; ini disebut DSS (Dengue Shock Syndrome).

4. Kapan kita mencurigai Dengue?

5. Dengue harus dicurigai pada saat kita terkena demam secara mendadak. Demam tinggi
sekitar 103-105 F atau 39-40 C yang disertai sakit kepala hebat (umumnya di dahi),
sakit di belakang mata, badan ngilu dan sakit, bercak merah di kulit serta mual atau
muntah. Demam akan terjadi selama 5-7 hari. Pada beberapa pasien, panas akan turun di
hari ke-3 atau ke-4 tetapi hari berikutnya naik lagi. Semua gejala dan tanda-tanda di atas
terkadang tidak timbul pada penderita. Pasien merasa sangat tidak nyaman setelah sakit.

6. Ada bermacam tipe demam, kapan harus mencurigai Dengue?

7. Ciri khas Dengue yang membedakannya dari demam lainnya adalah sakit di belakang
mata, nyeri otot, nyeri sendi, dan bercak merah di kulit. Dari tanda-tanda di atas dapat
ditegakkan diagnosa kemungkinan terkena Dengue. Rasa sangat nyeri pada sendi yang
disebabkan oleh demam Dengue itulah yang menjadikan alasan demam Dengue disebut
juga Demam Patah-Tulang.

8. Bagaimana seseorang dapat terkena Demam Dengue?

9. Demam Dengue terjadi setelah seseorang digigit nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi.
Nyamuk jenis ini mempunyai bintik-bintik putih pada badan dan kakinya yang mudah
dikenal orang biasa. Nyamuk ini berkembang biak di air yang jernih dan hanya mampu
terbang sejauh 100 200 meter. Nyamuk mendapatkan virus dengue setelah menggigit
orang yang terinfeksi virus dengue.

10. Dapatkah saya tertular demam dengue langsung dari orang lain?

11. Demam dengue tidak menular secara langsung dari orang ke orang. Demam dengue
hanya menular melalui gigitan nyamuk yang telah terinfeksi.

12. Kapan gejala dengue timbul setelah terkena infeksi?

13. Setelah virus masuk ke dalam tubuh seseorang, virus akan berkembang biak
(memperbanyak diri) di dalam kelenjar limfa. Gejala akan timbul setelah virus
memperbanyak diri. Hal ini terjadi sekitar 4-6 hari (rata-rata) setelah virus masuk ke
dalam tubuh manusia.

14. Dapatkah seseorang menderita dengue tanpa gejala?


15. Dapat. Ada banyak orang yang terinfeksi oleh virus tetapi tidak menunjukkan tanda atau
gejala mengalami penyakit. Untuk setiap pasien yang mengalami tanda dan gejala
terinfeksi virus dengue, mungkin terdapat 4 5 orang lain yang tidak mengalami, atau
mengalami gejala ringan saja.

16. Bagaimana pengobatannya? Dapatkah disembuhkan?

17. Seperti juga penyakit virus lainnya tidak ada pengobatan khusus untuk demam dengue.
Antibiotik tidak dapat membantu. Paracetamol (yang dapat dibeli tanpa resep) adalah
obat pilihan utama untuk menurunkan panas dan sakit sendi. Obat lain seperti Aspirin dan
Brufen harus dihindari karena bisa meningkatkan resiko perdarahan. Dokter harus hati-
hati ketika memberikan resep obat. Obat yang bisa menurunkan trombosit harus
dihindari.

18. Dapatkah dengue menjadi berbahaya?

19. Infeksi dapat menjadi berbahaya jika mengakibatkan kerusakan pada dinding pembuluh
darah.
Kerusakan dimulai dari meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah, yang
mengakibatkan merembesnya cairan darah/plasma menuju berbagai organ, sampai
dengan pecahnya pembuluh darah yang berakibat timbulnya perdarahan.
Tanda dan gejala Demam Dengue Berdarah dan Sindrom Shock Dengue berhubungan
dengan kerusakan pembuluh darah dan kelainan fungsi dari komponen pembeku dalam
darah.

20. Dapatkah orang meninggal karena demam dengue?

21. Orang yang menderita demam dengue tidak punya resiko meninggal tetapi beberapa dari
demam ini yang telah berlanjut menjadi Demam Berdarah (DHF) atau Shock (DSS) dapat
mengakibatkan meninggal. Dengan penanganan yang baik penderita DHF dan DSS bisa
diatasi dan bisa disembuhkan.
Penanganan yang baik dan tepat waktu (dini) dapat menyelamatkan banyak jiwa.

22. Kapan harusnya pasien demam Dengue pergi ke rumah sakit atau ke dokter?

23. Umumnya perkembangan ke arah dengue hemorrhagic atau dengue shock syndrome
terjadi setelah 3-5 hari mengalami demam. Pada saat itu, biasanya demam menurun. Hal
ini dapat mengecoh kita yang menyangka bahwa penyakit tersebut menuju kesembuhan.

24. Sebenarnya ini adalah saat yang paling berbahaya yang memerlukan kewaspadaan bagi
petugas yang merawat. Tanda dan gejala yang harus diperhatikan adalah sakit perut yang
hebat, muntah terus menerus, perdarahan di kulit yang tampak berupa bercak kecil merah
atau keunguan, hidung berdarah, gusi berdarah, tinja berwarna hitam seperti arang.

25. Bawa segera penderita ke rumah sakit jika ada dua gejala utama di atas yaitu nyeri di
dalam perut dan adanya muntah-muntah yang berkepanjangan. Biasanya akan terlambat
jika kita menunggu sampai terjadi perdarahan.

26. Jenis dengue yang paling berbahaya adalah sindrom DSS (Dengue Shock Syndrome).
Tanda tandanya adalah rasa sangat haus, kulit pucat dan dingin (karena tekanan darah
sangat rendah), gelisah dan lemah.

27. Apakah ada vaksin untuk mencegah demam dengue?

28. Sejenis vaksin telah dibuat untuk mencegah demam dengue tetapi masih dalam tahap uji
coba. Saat ini belum dipasarkan. Kemajuan teknologi akan membantu mencegah demam
dengue dengan vaksinasi dalam beberapa tahun ke depan.

29. Apakah ada efek jangka panjang dari demam dengue?

30. Kebanyakan penderita demam dengue sembuh dalam waktu 1-2 minggu. Sebagian
penderita akan merasa lelah untuk beberapa minggu.

31. Namun, jika gejala masih menetap setelah masa tersebut, agar menghubungi dokter.

32. Dimana biasanya nyamuk penyebar dengue hidup?

33. Kebanyakan nyamuk Aedes aegypti hidup di dalam rumah, di kloset, dan di tempat-
tempat yang gelap. Di luar rumah nyamuk tersebut akan hidup di tempat yang dingin dan
terlindung matahari. Nyamuk betina akan bertelur di dalam air yang tergenang di dalam
dan sekitar rumah dan daerah pemukiman lain. Telur-telur ini akan berkembang menjadi
larva dan kemudian berubah menjadi bentuk dewasa dalam 10 hari.

34. Bagaimana mengurangi berkembang biaknya nyamuk?

35. Nyamuk dengue berkembang biak dalam air yang tergenang dan terbuka. Tempat yang
cocok untuk berkembang biak adalah tong, drum, pot, baskom, ember, vas bunga,
batang/daun tanaman, bekas piring, tangki, botol buangan, kaleng, ban bekas, air
pendingin, dan lain-lain.

36. Mencegah nyamuk agar tidak berkembang biak, alirkan air keluar dari penampung AC
window, bak air, tong, dan lain-lain. Buang semua benda-benda yang dapat menampung
air (seperti bekas tanaman, dan lain-lain) dari rumah dan sekitarnya. Kumpulkan dan
hancurkan benda-benda yang dapat menampung air seperti botol-botol, tempat plastik,
kaleng, ban bekas, dan lain-lain.

37. Jika tidak mungkin membuang air atau tidak dapat menutupnya dengan sempurna,
gunakan TEMEPHOS, sejenis insektisida, (dengan merek dagang Abate) 1 ppm
(persejuta bagian) sesuai petunjuk setempat untuk mencegah larva berkembang menjadi
dewasa.

38. Bagaimana mencegah gigitan nyamuk agar terhindar dengue?

39. Kita tidak bisa membedakan apakah nyamuk itu mengandung virus dengue atau tidak.
Karena itu setiap orang harus melindungi dirinya dari gigitan nyamuk.

40. Nyamuk dengue menggigit manusia pada siang hari. Keseringannya adalah pada saat 2
jam setelah matahari terbit dan sebelum matahari terbenam.

41. Kenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh agar tidak digigit nyamuk. Oleskan anti
gigitan nyamuk hati-hati menggunakannya pada anak-anak dan orang tua. Alat-alat
lainnya seperti coils, alas berlistrik pengusir nyamuk juga dapat digunakan pada siang
hari.

42. Gunakan kelambu untuk melindungi anak-anak, orang tua dan orang yang tidur di siang
hari.

43. Manfaat kelambu dapat ditingkatkan dengan memberi insektisida pyrethroid


(permethrin).

44. Kelambu seperti ini banyak digunakan dalam pencegahan penyakit malaria.

45. Adakah nasihat bagi penderita demam dengue untuk mencegah penyebaran kepada
orang lain?

46. Penyebaran dengue dapat terjadi dari pasien ke orang lain melalui gigitan nyamuk. Pasien
harus dilindungi dari gigitan nyamuk. Ini dapat dilakukan dengan melindungi pasien
menggunakan kelambu. Anti gigitan nyamuk (repellents) yang efektif dapat mencegah
pasien digigit nyamuk sehingga nyamuk tidak dapat menyebarkan penyakit ke orang lain.

47. Apakah yang harus dilakukan dokter untuk menangani dengue?

48. Pasien yang diduga terkena demam dengue berdarah atau dengue shock syndrome harus
segera dirawat di rumah sakit, jangan ditunda.
49. Apakah yang harus dilakukan masyarakat untuk mencegah dengue?

50. Sebenarnya, masyarakat adalah kunci dalam pencegahan Dengue.

51. Sebagaimana disebutkan di atas, pencegahan dengue sangat ditentukan oleh mencegah
nyamuk Aedes aegypti menyebarkan dengue dari tempat berkembang biak di dalam dan
di sekitar rumah.

52. Setiap rumah dapat melakukan pencegahan dengan cara sangat sederhana yaitu mencegah
adanya genangan air yang dapat menjadi tempat berkembang biak Aedes aegypti dengan
mengalirkan air keluar dari berbagai wadah, dengan secara teratur mengganti air dan
membersihkan vase bunga dan benda-benda lainnya, atau benda yang tak berguna
dihancurkan/dibuang jauh-jauh.

53. Karena nyamuk tidak dapat terbang jauh, pembersihan rumah oleh semua anggota
masyarakat akan meniadakan tempat berkembang biak nyamuk, sehingga mencegah
terjadinya dengue.

54. Strategi utama dalam mencegah dan mengendalikan dengue adalah meniadakan
sumbernya atau meniadakan tempat berkembang biak nyamuk.

55. Dalam keadaan terjadi ledakan atau epidemi dengue, apa siasat kita?

56. Pencegahan tempat bersarangnya nyamuk tetap merupakan keutamaan. Namun untuk
menghentikan atau memperlambat terjadinya penyebaran dapat dibantu dengan thermal
fogging menggunakan mesin semprot (fogging). Dalam fogging kita dapat
menggunakan insektisida yang mampu segera membunuh nyamuk dewasa. Jika fogging
dilakukan setelah terjadinya epidemi, kegiatan ini sudah terlambat. Fogging akan efektif
jika dilakukan setiap 3- 4 hari. Ini mahal dan memakan waktu banyak. Karena itu upaya
yang dilakukan oleh masyarakat, untuk masyarakat, untuk mencegah berkembang
biaknya nyamuk akan jauh lebih murah dan efektif dari pada pemberantasan nyamuk
(fogging) sewaktu timbul ledakan.

Você também pode gostar