Você está na página 1de 11

Naskah Publikasi Januari 2017

ANALISIS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN


ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) PENUMPANG MENUJU
NEW YOGYAKARTA INTERNATIONAL AIRPORT
(STUDI KASUS: KERETA API BANDARA, KENDARAAN UMUM DAN KENDARAAN
PRIBADI)

Danny Setiawan Sigit Priyanto


Mahasiswa Magister Sistem dan Teknik Transportasi Guru Besar Teknik Transportasi
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknik Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2, Kampus UGM, Yogyakarta Jl. Grafika No. 2, Kampus UGM, Yogyakarta
Tlpn: (0274) 902245, 524712 Tlpn: (0274) 902245, 524712
Fax: (0274) 524713 Fax: (0274) 524713
dannysetwan@gmail.com spriyanto2007@yahoo.co.id

Abstrak

Rata-rata peningkatan jumlah penumpang pesawat Bandara Adisutjipto dari tahun 2009-2015
adalah sebesar 11%, hal ini menyebabkan Bandara Adisutjipto tidak kondusif lagi untuk dapat
menampung penumpang pesawat. Maka diperlukan bandara pengganti yaitu New Yogyakarta
International Airport yang berjarak 45 km dari pusat Kota Yogyakarta dan Kereta Api Bandara
sebagai moda transportasi penghubung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemilihan moda
transportasi dengan mempertimbangkan ability to pay (ATP) dan willingness to pay (WTP)
penumpang menuju New Yogyakarta International Airport.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik stated preference (SP) terhadap 400
responden. Pengukuran ATP menggunakan metode household budget dan hasil penelitiannya menitik
beratkan pada kemauan membayar (WTP). Dan dianalisis dengan menggunakan model ordered
probit model dengan menggunakan software Limdep 7.0.
Hasil penelitian menunjukkan jarak ideal penumpang pesawat bersedia menggunakan kereta
api bandara apabila jarak bandara menuju kota adalah sebesar 37 km. Dengan ATP calon pengguna
jasa kereta api bandara New Yogyakarta International Airport adalah sebesar Rp. 101.512,- dan nilai
rata-rata WTP adalah sebesar Rp. 43.864,-. Tarif ideal kereta api bandara adalah sebesar Rp. 50.000,-
dengan ATP dan WTP penumpang sebesar 57,50% dan 50%. Dari berbagai alternatif yang
ditawarkan, tingkat WTP penumpang pesawat yang menyatakan pasti naik menggunakan Kereta Api
Bandara adalah sebesar 56,00% untuk alternatif 8, yaitu tarif sebesar Rp. 75.000,-, waktu perjalanan
45 menit, sistem tiket terintegrasi dengan pesawat, frekuensi keberangkatan setiap 45 menit dan
fasilitas kereta api yang baik. Serta analisis pemilihan moda transportasi dari/menuju New Yogyakarta
International Airport dengan menggunakan moda transportasi Kereta Api Bandara, Kendaraan
Pribadi, Bis Damri, dan Taxi berturut-turut sebesar 46,75%, 23,50%, 19,50%, dan 10,25%. Jika tarif
Taxi sebesar Rp.150.000,- maka ATP dan WTP sebesar 25,25% dan 10,25%. Jika tarif Kendaraan
Pribadi sebesar Rp. 100.000,- maka ATP dan WTP sebesar 34,75% dan 33,75%, dan jika tarif Kereta
Api Bandara sebesar Rp. 75.000,- maka ATP dan WTP sebesar 49,50% dan 80,50%. Serta jika tarif
Bis Damri sebesar Rp. 50.000,- maka ATP dan WTP sebesar 65,75% dan 100%.

Kata kunci : Ability To Pay (ATP), Willingess To Pay (WTP), Stated Preference, New Yogyakarta
International Airport, Kereta Api Bandara

Magister Sistem dan Teknik Transportasi Universitas Gadjah Mada


1. PENDAHULUAN 4. Menganalisis moda transportasi apakah yang akan
1.1 Latar Belakang dipilih oleh penumpang angkutan udara apabila
Bandar Udara Internasional Adisutjipto terjadi perbaikan pelayanan transportasi umum
merupakan bandara di Indonesia yang telah terintegrasi sebagai akses dari/menuju New Yogyakarta
dengan antar moda diantaranya Bus Trans Jogja, International Airport.
Kereta Api, Damri, Taksi dan kendaraan sewa. Namun
dalam perkembangan dan pengoperasiannya belum 1.3 Batasan Masalah
mampu mengakomodir perjalanan para penumpang Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
pesawat Bandara Adisutjipto. Disamping itu berikut:
meningkatnya kepadatan penumpang setiap tahunnya 1. Objek dalam penelitian ini adalah penumpang
sebesar 11%, keterbatasan tempat parkir pesawat Bandar Udara Internasional Adisutjipto.
(apron) dan juga digunakan penerbangan TNI AU, 2. Kajian yang dilakukan terbatas pada kinerja
sehingga frekuensi penerbangan Bandara Adisutjipto pelayanan dari sisi pengguna meliputi tarif, waktu
terbilang sangat tinggi. Maka dari itu Yogyakarta perjalanan, sistem tiketing, frekuensi
dinilai harus memiliki bandara baru sebagai pengganti keberangkatan, dan fasilitas dalam Kereta Api
agar dapat menampung seluruh jumlah penumpang Bandara.
pesawat dan penambahan tempat parkir pesawat 3. Penilaian yang digunakan adalah penilaian dari
(apron), yakni New Yogyakarta International Airport, persepsi penumpang pesawat mengenai
yang terletak di Kabupaten Kulon Progo, penggunaan transportasi antar moda dalam
DIYogyakarta. melayani penumpang ke tempat tujuannya.
Jarak tempuh dari pusat kota Yogyakarta menuju 4. Penelitian ini tidak membahas analisis tarif dari
New Yogyakarta International Airport berkisar 45 pendekatan Biaya Operasional Kereta Api
km. Sehingga diperlukan adanya transportasi (BOKA).
penghubung atau integrasi antar moda yang mampu
melayani penumpang angkutan udara dari pusat kota ke 1.4 Manfaat Penelitian
bandara baru Yogyakarta. Kereta api merupakan moda Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
transportasi yang mampu mengangkat penumpang 1. Dapat mengetahui persepsi penumpang pesawat
dengan kapasitas besar dan bergerak di jalan rel atau terhadap pelayanan fasilitas antar moda.
memiliki jalur transportasi yang terpisah dengan moda 2. Memberikan masukan bagi pemerintah selaku
transportasi lainnya, sehingga sangat tepat digunakan regulator untuk penetapan kebijakan terhadap
sebagai solusi dalam menangani kemacetan dan juga skema pelayanan Kereta Api sebagai angkutan
dapat memberikan kepastian waktu tempuh yang pemadu moda yang mengakomodir penumpang
dibutuhkan untuk menuju ke New Yogyakarta angkutan udara menuju pusat kota Yogyakarta.
International Airport. 3. Memberikan masukan bagi pemerintah, operator
Didalam mendukung terciptanya moda Kereta Api dan pihak terkait lainnya mengenai
transportasi Kereta Api Bandara sebagai akses keinginan dan harapan para penumpang pesawat
dari/menuju New Yogyakarta International Airport, sebagai calon penumpang Kereta Api Bandara.
diperlukan beberapa kebijakan yang harus diperhatikan
dan dipertimbangkan, termasuk diantaranya adalah 1.5 Keaslian Penelitian
penentuan tarif yang akan diberlakukan. Dalam Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu:
menentukan tarif Kereta Api Bandara harus 1. Triana Nurria Pawening (2009) dalam tesisnya
mempertimbangkan penyediaan layanan angkutan yang berjudul Analisis Pelayanan Trans Jogja
sesuai dengan tingkat daya beli masyarakat dengan Sebagai Angkutan Pemadu Moda Di Kawasan
tetap memperhatikan kelangsungan hidup dan Bandara Adisutjipto.
pengembangan usaha layanan jasa angkutan tersebut. 2. Irfan Firtiatmaja dan Dewanti (2015) dalam
penelitiannya berjudul Perilaku Pemilihan Moda
1.2 Tujuan Penelitian Transportasi Pengumpan Menuju Bandara Temon
Tujuan Penelitian yang ingin dicapai adalah: (Studi Kasus: Kereta Api dan Kendaraan
1. Menganalisis karakteristik penumpang angkutan Pribadi).
udara dalam memilih moda transportasi. 3. Ofyar Z. Tamin, dkk (2015) dalam penelitiannya
2. Menganalisis permasalahan yang dihadapi Kereta berjudul Analisis Ability To Pay (ATP) Dan
Api sebagai angkutan pemadu moda di kawasan Willingness To Pay (WTP) Pengguna Kereta Api
Bandar Udara Adisutjipto. Bandara (Studi Kasus: Bandar Udara
3. Menganalisis kemampuan membayar (ATP) dan Internasional Soekarno-Hatta).
kesediaan membayar (WTP) penumpang 4. Muhammad Rahmad Permata (2012) dalam
angkutan udara terhadap pelayanan Kereta Api penelitiannya berjudul Analisis Ability To Pay
dari/menuju New Yogyakarta International dan Willingness To Pay Pengguna Jasa Kereta Api
Airport serta analisis tarif idela yang akan Bandara Soekarno Hatta Maggarai.
ditetapkan.

Magister Sistem dan Teknik Transportasi Universitas Gadjah Mada


2. KAJIAN PUSTAKA memungkinkan terjadi bagi pengguna yang
2.1 Teori Permintaan mempunyai penghasilan yang relatif rendah tetapi
Teori permintaan menerangkan tentang ciri utilitas terhadap jasa tersebut sangat tinggi,
hubungan antara jumlah permintaan dan harga. sehingga keinginan pengguna untuk membayar
Permintaan adalah kebutuhan masyarakat/individu jasa tersebut cenderung lebih dipengaruhi oleh
terhadap suatu jenis barang tergantung kepada faktor- utilitas, pada kondisi ini pengguna disebut captive
faktor; harga barang itu sendiri, harga barang lain yang riders.
berkaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan c. ATP = WTP
rumah tangaa dan pendapatan rata-rata masyarakat, Kondisi ini menunjukan bahwa antara
corak distribusi pendapatan dalam masyarakat, cita kemampuan dan keinginan membayar jasa yang
rasa masyarakat, jumlah penduduk dan prediksi masa dikonsumsi pengguna tersebut sama, pada kondisi
yang akan datang. ini terjadi keseimbangan utilitas pengguna dengan
Hukum permintaan (low of demand), pada biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa
hakikatnya makin rendah harga suatu barang maka tersebut.
makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Bila parameter ATP dan WTP yang ditinjau,
Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka maka aspek pengguna dalam hal ini dijadikan subyek
makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. yang menentukan tarif yang diberlakukandengan
prinsip sebagai berikut:
2.2 Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay a. ATP merupakan fungsi dari kemampuan
(WTP) membayar, sehingga nilai tarif yang diberlakukan,
2.2.1 Ability to pay (ATP) sedapat mungkin tidak melebihi nilai ATP
Ability to pay (ATP) adalah kemampuan kelompok masyarakat sasaran. Intervensi/campur
seseorang untuk membayar jasa angkutan yang tangan pemerintah dalam baik bentuk subsidi
diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap langsung atau silang maupun dukungan
ideal. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP pemerintah lainnya yang dibutuhkan sesuai pada
didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dan kondisi, dimana nilai tarif berlaku lebih besar dari
intensitas perjalanan pengguna. Faktor-faktor yang ATP, sehingga didapat nilai tarif yang besarnya
mempengaruhi ATP adalah besar penghasilan, sama dengan nilai ATP.
kebutuhan transportasi, total biaya transportasi, b. WTP merupakan fungsi dari tingkat pelayanan
intensitas perjalanan, penggunaan total per bulan, jenis angkutan umum, sehingga bila nilai WTP masih
kegiatan, prosentase penghasilan yang digunakan berada dibawah ATP maka masih dimungkinkan
untuk biaya transportasi. (Tamin, dkk, 1999) melakukan peningkatan nilai tarif dengan
2.2.2 Willingness to pay (WTP) perbaikan kinerja pelayanan.
Willingness to pay (WTP) adalah kesediaan
pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang 3. LANDASAN TEORI
diperolehnya. Pendekatan yang digunakan adalah 3.1 Metode Stated Preference
persepsi pengguna terhadap tarif dan jasa pelayanan Ketika melakukan survei preferensi dalam hal
angkutan umum tersebut. Faktor yang mempengaruhi transportasi, dikenal dua metode pendekatan.
WTP diantaranya produk jasa angkutan yang Pendekatan pertama adalah Revealed Preference (RP).
disediakan oleh pengusaha, kualitas dan kuantitas Teknik RP dapat menganalisis pilihan masyarakat
pelayanan yang diberikan pengusaha, utilitas pengguna berdasarkan laporan yang sudah ada. Dengan
terhadap angkutan umum tersebut dan penghasilan menggunakan tekink statistik diidentifikasi faktor-
pengguna (Tamin, dkk, 1999). faktor yang mempengaruhi pemilihan. Teknik RP
2.2.3 Hubungan Ability To Pay (ATP) dan Willingness memiliki kelemahan antara lain dalam hal
To Pay (WTP) memperkirakan respon individu terhadap suatu
Dalam pelaksanaan untuk menetukan tarif sering keadaan pelayanan yang pada saat sekarang belum ada
terjadi benturan antara besarnya WTP dan ATP : dan bisa jadi keadaan tersebut jauh berbeda dari
a. ATP > WTP keadaan yang ada sekarang (Ortuzar dan Willumsen,
Kondisi ini menunjukan bahwa kemampuan 2007).
membayar lebih besar dari pada keinginan Kelemahan pada pendekatan RP ini dicoba
membayar jasa tersebut. Ini terjadi bila pengguna diatas dengan pendekatan kedua yang disebut teknik
mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi Stated Preference (SP). Metode SP merupakan suatu
utilitas terhadap jasa tersebut relatif rendah, teknik yang menggunakan pernyataan atau pendapat
pengguna pada kondisi ini disebut choiced riders. responden secara individu mengenai pilihannya
b. ATP < WTP terhadap suatu set pilihan. SP merupakan satu metode
Kondisi ini merupakan kebalikan dari kondisi yang biasa digunakan untuk mengukur besarnya
diatas, dimana keinginan pengguna untuk preferensi masyarakat apabila diberikan alternatif atau
membayar jasa tersebut lebih besar dari pada pilihan yang bersifat fiktif sedangkan pengukuran
kemampuan membayarnya. Hal ini preferensi masyarakat tersebut didasarkan pada

Magister Sistem dan Teknik Transportasi Universitas Gadjah Mada


hypothetical condition, yaitu kondisi yang dirancang 3.3 Ability To Pay (ATP)
dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Dengan menggunakan metode household
3.2 Model Ordered Probit budget dapat dicari besaran ATP. Ada dua besaran
Ordered probit merupakan model berdistribusi ATP, yaitu:
normal yang digunakan untuk memprediksi . .
kemungkinan (probabilitas) dari suatu kejadian dengan =

dependent variable yang bersifat ordinal pada suatu set
data discrete choice. Hasil perhitungan ordered probit Dimana:
menunjukkan berapapun besar kecil nilai independent It : Total pendapatan keluarga per bulan
variable (X) maka nilai dependent variable (Y) akan (Rp/Kel/Bulan)
bernilai tetap diantara 0 dan 1. Menurut Greene (1998), Pp : Persentase pendapatan untuk transportasi per
konsep ordered probit dikembangkan oleh Zavoina dan bulan dari total pendapatan
Mc Elvey (1975). Model tersebut menggunakan Pt : Persentase untuk angkutan dari pendapatan
konsep model persamaan utilita, menurut Pearmain dan transportasi keluarga per bulan
Kroes (1990) yang merupakan model linier hasil Tt : Total panjang perjalanan keluarga per bulan
kombinasi beberapa atribut sebagai berikut. per trip (trip/kel/bulan)

= 0 + 11 + 22 + + .
/ =

dengan:
Ui : utilitas dari pilihan 1 Dimana:
X1 ... Xn : atribut-atribut produk ATP resp : ATP responden berdasarkan jenis
b1 ... bn : koefisien variabel bebas pekerjaan (Rp/Resp/Trip)
Irs : Pendapatan responden per bulan (Rp/Bulan)
Persamaan ordered probit didasarkan pada Pp : Persentase pendapatan untuk transportasi per
spesifikasi berikut. bulan dari pendapatan responden
Pt : Persentase untuk angkutan dari pendapatan
= +
untuk transportasi
= 0 0
Trs : Total panjang perjalanan per bulan per trip
= 1 0 < 1
(Trip/Resp/Bulan)
= 2 1 < 2
Dan dengan menggunakan metode travel cost
= > 1 individual ATP yang dapat diterima oleh pengguna jasa
dengan : adalah:
= nilai variabel independen %
Yi = tingkat prefensi responden dalam rangking =

ordinal (0 J)
X = variabel independen Dimana:
= utilitas random (random utility/random Ic : Penghasilan
terms) %TC : Percentase dari penghasilan untuk travel cost
= koefisien variabel D : Frekuensi perjalanan
= nilai-nilai yang membatasi variabel
dependent 3.4 Willingness To Pay (WTP)
Metode ini mengukur kesediaan masyarakat
Probabilitas yi = j adalah probabilitas dalam range dalam membayar tarif. Nilai WTP masing-masing
ke j, probabilitas bahwa yi = j adalah. responden yaitu berupa nilai maksimum rupiah yang
( = ) = ( . ) ( 1 . ) bersedia dibayarkan oleh responden untuk jasa kereta
api bandara, diolah untuk mendapatkan nilai rata-rata
dengan : (mean) dari nilai WTP tersebut, dengan rumus:
1
F () = () untuk model normal
=
=1
Sehingga setelah dapat nilai maka dapat dihitung
probabilitas tingkat preferensi responden untuk yi = j Dimana:
atau Prob (yi = j) dengan persamaan: MWTP : Rata-rata WTP
N : Ukuran sampel
Prob (yi = 0) = (-.x) WTPi : Nilai WTP maksimum responden ke i
Prob (yi = 1) = (1 .x) - (-.x)
Prob (yi = 2) = 1 - (j-2 .x) - (1 .x)
4. METODE PENELITIAN
................
4.1 Data Sekunder
Prob (yi = j) = 1 - (j-1 .x)
Magister Sistem dan Teknik Transportasi Universitas Gadjah Mada
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini ke bandara baru Yogyakarta. Serta besaran tarif
bersumber dari PT. Angkasa Pura I atau pihak kendaraan pribadi dihitung berdasarkan kendaraan
pengelola Bandar Udara Internasional Adisutjipto dan mobil yang digunakan dengan perbandingan biaya satu
pengelola Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta liter BBM mampu melayani jarak 10 km. Selanjutnya
maupun dari sumber-sumber lain. dilakuakan perhitungan biaya BBM di kali jarak yang
harus ditempuh dari pusat kota ke bandara baru
4.2 Data Primer Yogyakarta (pulang-pergi dan parkir).
Data primer dalam penelitian ini didapatkan
melalui teknik Stated Preference (SP). Teknik tersebut 4.3 Penyusunan Atribut
dilakukan dengan perpaduan dua metode dasar, yaitu Berdasarkan pengamatan di lapangan dan studi
survei kuesioner (questionnaire survey) dan survei terdahulu maka diambil lima atribut (tarif, waktu
wawancara (interview survey). perjalanan, sistem tiketing, frekuensi keberangkatan
Survei pengumpulan data primer dilakukan KA Bandara, dan fasilitas dalam KA Bandara) yang
dengan mengambil sampel sebanyak 400 responden. berpengaruh terhadap pemilihan moda dan masing-
Dilaksanakan dari tanggal 18 Juni 2016 sampai dengan masing atribut terdiri atas dua level yang mana ke lima
18 Juli 2016. Pelaksanaan survei dilakukan di terminal atribut tersebut merupakan variable independent. Pada
keberangkatan atau ruang tunggu domestik Bandara studi ini responden menyatakan pilihannya dengan
Adisutjipto, penumpang pesawat di ruang tunggu menggunakan teknik rating, yang dibagi menjadi lima
Stasiun Maguwo, masyarakat umum/home interview skala ordinal dan merupakan variable dependent.
dan terhadap pihak PT. Angkasa Pura I Yogyakarta dan Atribut dapat dilihat pada Tabel 4.1.
PT. Kereta Api DAOP VI Yogyakarta. Dengan tujuan
untuk mengetahi karakteristik responden, ATP 4.4 Pembuatan Skenario/Alternatif Pilihan
responden, WTP responden, dan penentuan moda Dari atribut yang dipilih selanjutnya dibuat
transportasi yang dipilih dari/menuju New Yogyakarta beberapa skenario pemilihan terhadap responden.
International Airport. Dengan demikian, bila dikombinasikan seluruh atribut
Dalam penetuan tarif Kereta Api - New beserta levelnya maka akan diperoleh sebesar 32
Yogyakarta International Airport dilakukan skenario/alternatif kombinasi (2x2x2x2x2 atau 25 ).
pendekatan melalui sistem tarif yang terdapat di Kombinasi atribut sebanyak 32 alternatif tentu akan
Bandara Kuala Namu, Sumatera Utara. Dimana menyulitkan responden dalam memilih. Oleh karena
bandara tersebut telah terintegrasi dengan moda Kereta itu kemudian dipilih atau dipecah menjadi bagian yang
Api Bandara dan besaran harga Rp. 100.000,- untuk lebih kecil atau melakukan pembuatan sepertiga
sekali perjalanan dengan jarak 40 km. Dan penentuan replikasi sebagian dari desain faktorial 25 melalui
tarif juga ditentukan dari besarnya UMK (Upah proses pembauran (confounding). Dengan mengikuti
Minimum Kota/Kabupaten). desain yang disarankan oleh Cochran and Cox (1957),
Bahwa besar UMK Kota Medan adalah sebesar yaitu menggunakan Plan 6A.2, desain kuesioner
Rp. 2.037.000,- sementara UMK Kota Yogyakarta direncanakan terdiri atas delapan alternatif pilihan
yaitu sebesar Rp. 1.452.400,-, dengan selisih 25% seperti yang terdapat pada Tabel 4.2.
maka ditentukan bahwa tarif Kereta Api Bandara New
Yogyakarta International Airport 75% dari tarif Kereta 4.5 Analisis Hasil Pengolahan Data
Api Bandara Kualanamu. Untuk lamanya waktu Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis
perjalanan dihitung berdasarkan kecepatan rata-rata data secara garis besar adalah sebagai berikut :
kereta api di Indonesia adalah sebesar 60 km/jam. a. Setelah kuesioner telah terkumpul kemudian
Dengan jarak 45 km maka lama waktu tempuh adalah diinventarisir dan dilakukan proses penyuntingan.
sebesar 0,75 jam atau sekitar 45 menit dengan tipe b. Menganalisis karakteristik penumpang dan
perjalanan langsung ke bandara. Untuk tipe permasalahan yang dihadapi Kereta Api Bandara
perjalanan berhenti di stasiun antara maka Adisutjipto.
diasumsikan penambahan waktu sekitar 15 menit. c. Melakukan analisis ATP dan WTP penumpang
Sehingga waktu tempuh maksimal untuk tipe terhadap penggunaan Kereta Api dari/menuju
perjalanan berhenti di stasiun antara adalah 60 menit. New Yogyakarta International Airport. Dan
Besaran tarif bis damri menuju bandara baru dilakukan analisis menggunakan software
Yogyakarta ditentukan berdasarkan tarif yang berlaku LIMDEP ver 7.0 dengan menggunakan ordered
pada bis damri dari bandara Adisutjipto menuju probit model.
Magelang/Purworejo dengan besaran tarif sebesar Rp. d. Melakukan analisis pemilihan moda transportasi
50.000,-, dengan pertimbangan jarak yang sama (kereta api, bus damri, taxi, dan kendaraan
menuju letak bandara baru yaitu di Kulon Progo. pribadi) yang dipilih dari/menuju New Yogyakarta
Sedangkan besaran tarif taxi menuju bandara baru International Airport.
Yogyakarta dihitung berdasarkan biaya penumpang Alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1
mulai dari masuk kedalam taxi dan biaya jarak per km,
setelah itu dilakukan perhitungan dari jarak pusat kota

Magister Sistem dan Teknik Transportasi Universitas Gadjah Mada


Naskah Publikasi Januari 2017
Tabel 4.1. Atribut kereta api bandara
Variabel Atribut Keterangan Level
Tarif (travel Rp. 100.000 Mahal 0
cost) Rp.75.000 Murah 1
Waktu 60 menit (berhenti di stasiun antara) Lama 0
perjalanan
(travel time) 45 menit (langsung ke bandara) Cepat 1
Sistem tiketing Tidak
Tidak terintegrasi dengan layanan pesawat 0
(ticketing integrasi
Variable system) Terintegrasi dengan layanan pesawat Integrasi 1
Independent Frekuensi Setiap 60 menit Lama 0
keberangkatan
KA Bandara Setiap 45 menit Cepat 1
(headway)
Bersih, AC, Toilet, Lampu, Bagasi, Tempat
Fasilitas dalam Baik 0
duduk
KA Bandara
Sangat bersih, AC, Toilet, Lampu, Bagasi,
(facility) Sangat baik 1
Tempat duduk, Wi-Fi, Tanggungan asuransi
Pasti tidak naik 0
Mungkin tidak naik 1
Dependent Respon
Ragu-ragu 2
Variable penumpang
Mungkin naik 3
Pasti naik 4

Tabel 4.2 Kombinasi perlakuan faktorial 25 dalam 8 unit


Kombinasi Perbedaan level atribut
Pilihan
perlakuan travel cost travel time ticketing system headway facility
1 (-) - - - - -
2 AB + + - - -
3 CD - - + + -
4 ACE + - + - +
5 BCE - + + - +
6 ADE + - - + +
7 BDE - + - + +
8 ABCD + + + + -

Gambar 4.1 Bagan alir penelitian

Magister Sistem dan Teknik Transportasi Universitas Gadjah Mada


Naskah Publikasi Januari 2017
5. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 - 8 kali 26 6,5
5.1 Analisis Karakteristik Responden 9 - 10 kali 31 7,75
Berdasarkan data yang diperoleh melalui hasil
> 10 kali 31 7,75
survei wawancara terhadap penumpang pesawat
Bandara Adisutjipto, penumpang kereta api Stasiun Pendidikan 52 13
Maguwo, dan masyarakat umum (home interview), Pekerjaan 164 41
berikut disampaikan data hasil analisis karakteristik Liburan /
Maksud 71 17,75
terhadap 400 responden: Umroh
perjalanan
Urusan
Tabel 5.1 Hasil analissi karakteristik responden 85 21,25
keluarga
% Lainnnya 28 7
Profil Kategori Frekuensi Frekue Kendaraan
nsi 152 38
pribadi
Jenis Pria 246 61,5 Kendaraan
kelamin Wanita 154 38,5 13 3,25
sewa
< 20 26 6,5 Trans jogja 27 6,75
20 - 30 133 33,25 Transport Sepeda
Usia 45 11,25
31 - 40 97 24,25 asi yang motor
(Tahun) Fasilitas
41 - 50 73 18,25 digunakan 7 1,75
menuju hotel
> 50 71 17,75 Kereta api 47 11,75
bandara
PNS/TNI/P
120 30 Taxi 86 21,5
OLRI
Pelajar / Damri 10 2,5
79 19,75 Kendaraan
Mahasiswa 7 1,75
Wiraswasta/ kantor
59 14,75 Bis 6 1,5
Profesional
Pekerjaan
Pegawai < 30 menit 114 28,5
87 21,75
Swasta antara 30 -
Tidak Waktu 194 48,5
14 3,5 60 menit
Bekerja menuju
antara 60 -
Lainnya bandara 50 12,5
41 10,25 90 menit
(Pensiun) > 90 menit 42 10,5
SD 4 1 < 25 ribu 132 33
SMP 8 2
26 - 50 ribu 100 25
Pendidika SMA 65 16,25 51 - 75 ribu 49 12,25
n Diploma 49 12,25 Biaya 1x
perjalanan 76 - 100
S1 180 45 76 19
(Rp) ribu
S2/S3 94 23,5 101 - 150
24 6
1 44 11 ribu
Keluarga 2 95 23,75 > 150 ribu 19 4,75
yang < 1 juta 15 3,75
3 89 22,25
ditanggun 1 - 3 juta 128 32,00
g >3 50 12,5 Penghasil
Tidak ada 122 30,5 an (Rp) 3 - 5 juta 130 32,50
Yogyakarta 61 15,25 5 - 7 juta 73 18,25
Sleman 116 29 > 7 juta 54 13,50
Bantul 51 12,75
5.2 Analisis Persepsi Penumpang Pesawat
Asal Kulonprogo 3 0,75 Terhadap Kinerja Kereta Api Bandara
Gunung Adisutjipto
3 0,75
kidul Dari 37% atau 148 responden menyatakan
Luar DIY 166 41,5 bahwa mereka tidak mengetahui adanya layanan
Frekuensi 1 - 2 kali 138 34,5 integrasi moda Kereta Api di Bandara Adisutjipto. Dari
ke 3 - 4 kali 115 28,75 63% atau sejumlah 252 responden yang mengetahui
bandara ketersediaan layanan Kereta Api di Bandara
5 - 6 kali 59 14,75 Adisutjipto, kemudian dilakukan wawancara terhadap
Magister Sistem dan Teknik Transportasi Universitas Gadjah Mada
responden untuk mengetaui persepsi penumpang -Tarif tidak sesuai dengan
terhadap kinerja Kereta Api di Bandara Adisutjipto. pelayanan yang diberikan 11 2,72
Terteta pada Tabel 5.2. -Pelayanan tidak aman dan
Dari beberapa alasan, sebagian besar nyaman 13 3,22
penumpang pesawat menyatakan bahwa Kereta Api -Tempat pemberhentian terlalu
Bandara Adisutjipto dinilai masih belum efektif dan banyak 9 2,23
efisien karena waktu yang diperlukan untuk -Harus berpindah angkutan 84 20,79
mendapatkan moda tersebut dinilai terlalu lama -Informasi layanan kurang
menghabiskan waktu terkhusus bagi penumpang yang jelas 28 6,93
berwilayah di Yogyakarta, Sleman dan Bantul. Hal ini -Pelayanan awak kurang baik 8 1,98
dikarenakan jarak yang dekat/tidak terlalu jauh untuk -Jumlah penumpang dalam
dapat menuju Bandara Adisutjipto dan letak bandara kendaraan (moda) sesak 13 3,22
yang masih didalam Kota Yogyakarta. Akan tetapi bagi -Wilayah saya tidak terlewati
penumpang yang berasal dari luar DIY, seperti Solo, rute kendaraan (moda) tersebut 102 25,25
Klaten, dan Purworejo dimana atas keintegrasian -Kendaraan kurang bersih dan 15
sistem Kereta Api di Bandara Adisutjipto sangat tidak bagus 3,71
membantu bagi penumpang yang berasal dari wilayah -Lain-lain 16 3,96
tersebut untuk dapat menuju Bandara Adisutjipto dan
disamping itu tarif Kereta Api yang murah menjadi
daya tarik penumpang pesawat. Menurut Abler, dkk (1971) kesenjangan
transportasi pada moda kereta api adalah berjarak
Tabel 5.2 Alasan penumpang pesawat tidak antara 16 km 50 km, dengan waktu tempuh 17,5
menit 24,5 menit, dan kecepatan dari 55 km/jam
menggunakan moda transportasi Kereta Api di
123 km/jam (dapat dilihat pada Gambar 5.1). Dari hasil
Bandara Adisutjipto
survei menunjukkan jarak yang ideal bagi penumpang
%
Alasan Frekuensi pesawat adalah sebesar 35,75% dengan jarak antara 31
Frekuensi
km 40 km, 24,75% berpendapat jarak yang ideal
-Waktu menunggu lama 77 19,06 adalah 41-50 km, dan 22,25% berjarak jarak yang ideal
-Waktu tempuh lama 28 6,93 adalah 21-30 km. Dan rata-rata jarak ideal adalah
sebesar 36,79 km atau sebesar 37 km.

Gambar 5.1 Kesenjangan Transportasi (Abler, dkk., 1971)

5.3 Analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness karyawan masih belum mendapatkan jawaban pasti
To Pay (WTP) dikarenakan proyek New Yogyakarta International
Dari hasil analissi diketahui ATP minimum Airport yang masih akan diselesaikan sampai dengan 4
responden adalah sebesar Rp. 1.200,- dan ATP tahun kedepan dari sekarang (Tahun 2016) atau dapat
maksimum adalah sebesar Rp. 750.000,-. ATP rata-rata mengacu pada Keputusan Direksi PT. Kereta Api
responden adalah sebesar Rp. 101.512,-. Sementara itu Indonesia (Persero) Nomor: KEP.U/LL/003/XI/1/KA-
WTP minimum responden adalah sebesar Rp. 5.000,- 2015 Tentang Syarat-Syarat Dan Tarif Angkutan
dan WTP maksimum responden adalah sebesar Rp. Kereta Api Penumpang, tarif reduksi terhadap pegawai
150.000,-. WTP rata-rata responden adalah sebesar Rp. perusahaan sebesar 50% - 75% dengan ketentuan
43.864,-. Dan prioritas pelayanan yang diharapkan masing-masing.
adalah ketepatan waktu pelayanan yaitu sebesar Perbandingan ATP dan WTP terhadap tarif
37,25%. Sementara hasil servei wawancara terhadap dapat dilihat pada Gambar 5.4. Hasil analisis
PT. Angkasa Pura 1 Yogyakarta dan PT. Kereta Api menunjukkan dalam kondisi seperti ini disebut dengan
DAOP VI Yogyakarta terkeit kebijakan tarif terhadap choiced riders yaitu pengguna mempunyai penghasilan

Magister Sistem dan Teknik Transportasi Universitas Gadjah Mada


yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut 3. Penumpang pesawat Adisutjipto belum merasakan
relatif rendah. Terjadinya nilai ATP > WTP disebabkan pelayanan yang akan diberikan oleh kereta api
oleh : bandara New Yogyakarta International Airport
1. Utilitas terhadap jasa kereta api bandara New meskipun telah dijelaskan sebelumnya bahwa
Yogyakarta International Airport relatif rendah, kereta api bandara berkelas eksekutif.
akan tetapi pendapatan penumpang pesawat relatif 4. Penumpang pesawat tidak mengetahi bahwa
tinggi. Kereta Api Bandara yang akan dioperasikan pada
2. Persepsi penumpang pesawat terhadap kereta api New Yogyakarta International Airport tidak
bandara New Yogyakarta International Airport mendapatkan subsidi oleh pemerintah pada biaya
masih dipengaruhi oleh anggapan bahwa kereta transportasi atau tarif komersial. Berbeda halnya
api bandara merupakan transportasi umum yang dengan Kereta Api Prameks yang mendapatkan
bertarif murah. subsidi tarif oleh pemerintah.

120

100

80

60

40

20

0
11.000 21.000 31.000 41.000 51.000 61.000 71.000 81.000 91.000 101.000 111.000
<11.00 >121.0
- - - - - - - - - - -
0 00
20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 100.000 110.000 120.000
Frekuensi ATP 45 50 42 33 21 11 22 26 11 13 9 16 101
Frekuensi WTP 70 55 50 25 91 17 16 41 0 31 0 0 4
% Frekuensi ATP 11,25 12,50 10,50 8,25 5,25 2,75 5,50 6,50 2,75 3,25 2,25 4,00 25,25
% Frekuensi Kumulatif ATP 100,00 88,75 76,25 65,75 57,50 52,25 49,50 44,00 37,50 34,75 31,50 29,25 25,25
% Frekuensi WTP 17,50 13,75 12,50 6,25 22,75 4,25 4,00 10,25 0,00 7,75 0,00 0,00 1,00
% Frekuensi Kumulatif WTP 100,00 82,50 68,75 56,25 50,00 27,25 23,00 19,00 8,75 8,75 1,00 1,00 1,00

Gambar 5.2 Diagram ATP dan WTP terhadap tarif

Dari Gambar 5.2 jika tarif yang ditetapkan Y = 0,277 + 0,754 (travel cost) + 0,341 (travel time) +
sebesar Rp. 100.000,- maka ATP responden 34,75% 0,741 (ticketing system) + 0,287 (headway) + 0,300
dan WTP responden 8,75%. Artinya penumpang (facility)
bandara yang bersedia menggunakan kereta api
bandara adalah sebanyak 8,75%. Akan tetapi jika tarif Untuk :
yang ditetapkan sebesar Rp. 75.000,- maka ATP yi = 0 (pasti tidak naik) : jika y* < 0
responden 44,00% dan WTP responden 19,00%. Ini yi = 1 (mungkin tidak naik) : jika 0 < y* 0,71
berarti bahwa 19% penumpang pesawat yang akan yi = 2 (ragu-ragu) : jika 0,71 < y* 1,42
menggunakan kereta api bandara. Jika tarif yang yi = 3 (mungkin naik) : jika 1,42 < y* 2,51
ditetapkan sebesar Rp. 50.000,- maka ATP responden yi = 4 (pasti naik) : jika y* > 2,51
57,50% dan WTP responden 50%. Dan apabila tarif
kereta api bandara ditetapkan sebesar Rp. 25.000,- Dari persamaan pemodelan yang dihasilkan,
maka ATP responden 76,25% dan WTP responden dapat dijelaskan bahwa; nilai konstanta 0,277
68,75%. Maka sebanyak 68,75% penumpang pesawat menunjukkan bahwa apabila dalam pengoperasian
yang akan menggunakan kereta api bandara. Kereta Api Bandara tidak dilakukan peningkatan
kualitas pelayanan, maka respon penumpang adalah
5.4 Analisis Preferensi Layanan Kereta Api mungkin tidak naik. Nilai koefisien tarif sebesar
Bandara 0,754, maka kesedian menggunakan kereta api bandara
Dari hasil yang telah didapatkan selanjutnya adalah sebesar 1,031 artinya ragu-ragu. Nilai
dilakukan analisis dengan menggunakan bantuan koefisien waktu perjalanan sebesar 0,341, maka
software Limdep versi 7.0 (Limited Dependent kesedian menggunakan kereta api bandara adalah
Variable) yang merupakan alat bantu econometric sebesar 0,618 artinya mungkin tidak naik. Nilai
analysis. Adapun hasil persamaan model yang didapat koefisien sistem tiket sebesar 0,741, maka kesedian
sebagai berikut. menggunakan kereta api bandara adalah sebesar 1,018
artinya ragu-ragu. Nilai koefisien frekuensi
keberangkatan kereta api sebesar 0,287 maka kesedian
Magister Sistem dan Teknik Transportasi Universitas Gadjah Mada
menggunakan kereta api bandara adalah sebesar 0,565 penumpang pesawat akan memilih menggunakan moda
artinya mungkin tidak naik. Dan nilai koefisien untuk transportasi Kereta Api Bandara yaitu sebesar 46,75%,
fasilitas dalam kereta api sebesar 0,300 maka kesedian Kendaraan Pribadi sebesar 23,50%, 78 orang atau
menggunakan kereta api bandara adalah sebesar 0,577 19,50% memilih Bis Damri, dan 10,25% memilih
artinya mungkin tidak naik. menggunakan Taxi. Analisis ATP dan WTP terhadap
Secara umum bentuk model yang dihasilkan tarif tertera pada Gambar 5.5.
memiliki tingkat rasionalitas yang cukup baik. Hal ini Jika tarif Taxi yang ditetapkan sebesar Rp.
dapat dilihat dari kesesuaian tanda koefisien pada 150.000,- maka ATP responden 25,25% dan WTP
masing-masing variabel model tersebut. responden 10,25%. Artinya adalah penumpang bandara
Dari hasil uji z dihasilkan adalah signifikan pada yang bersedia menggunakan Taxi dari/menuju New
taraf signifikansi 95%. Dengan demikian model yang Yogyakarta International Airport adalah sebanyak
dihasilkan signifikan. 10,25%. Dan jika tarif Kendaraan Pribadi yang
Dengan menggunakan tingkat signifikasi 95% ( ditetapkan sebesar Rp. 100.000,- maka ATP responden
= 0,05) dan derajat kebebasan (k) sebesar 5 maka nilai 34,75% dan WTP responden 33,75%. Ini berarti bahwa
X = 11.070. Untuk model yang dihasilkan, nilai X 33,75% penumpang pesawat yang akan menggunakan
hitung lebih besar dari pada X tabel (X (hitung) = kereta api bandara.
872.2030 > X (0,95 ; 5 = 11.070), dan memiliki Jika Jika tarif Kereta Api Bandara ditetapkan
signifikan = 0,000 artinya bahwa perbedaan variabel sebesar Rp. 75.000,- maka ATP responden sebesar
bebas (tarif, waktu perjalanan, sistem tiketing, 49,50% dan WTP responden sebesar 80,50%. Maka
frekuensi keberangkatan KA Bandara, dan fasilitas sebanyak 80,50% penumpang pesawat yang akan
dalam KA Bandara) mempunyai pengaruh yang menggunakan Kereta Api Bandara. Dan apabila tarif
signifikasn terhadap tingkat kemauan penumpang Bis Damri yang ditetapkan sebesar Rp. 50.000,- maka
menggunakan kereta api bandara sehingga model yang ATP responden sebesar 65,75% dan WTP responden
dihasilkan memiliki rasionalitas yang baik dengan taraf sebesar 100%. Hal ini menunjukan bahwa penumpang
signifikasi 95%. pesawat yang akan menggunakan Bis Damri sebagai
moda transportasi dari/menuju New Yogyakarta
5.5 Analisis Pemilihan Moda Transportasi International Airport adalah sebesar 100%.
Hasil analisis pemilihan moda transportasi
dari/menuju New Yogyakarta International Airport
200

160

120

80

40

0
<31.000 31.000 - 60.000 61.000 - 90.000 91.000 - 120.000 >121.000
Frekuensi ATP 137 65 59 38 101
Frekuensi WTP 0 78 187 94 41
% Frekuensi ATP 34,25 16,25 14,75 9,50 25,25
% Frekuensi Kumulatif ATP 100,00 65,75 49,50 34,75 25,25
% Frekuensi WTP 0,00 19,50 46,75 23,50 10,25
% Frekuensi Kumulatif WTP 100,00 100,00 80,50 33,75 10,25

Gambar 5.5 Diagram ATP dan WTP terhadap tarif

6. KESIMPULAN DAN SARAN Jogja, 11,25% menggunakan Sepeda Motor dan


6.1 Kesimpulan traspotasi lainnya (Kendaraan Sewa/Travel,
Berdasarkan data serta hasil analisis dan Fasilitas Hotel, Kendaraan Kantor, Bis Umum dan
pembahasan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan Bis Damri) adalah sebesar 10,75%.
sebagai berikut. 2. Permasalahan yang dihadapi Kereta Api Bandara
1. Tingkat penilihan moda yang dilakukakn oleh Adisutjipto adalah:
penumpang peswawat terhadap pemilihan moda a. Layanan Kereta Api Bandara Adisutjipto dinilai
Kereta Api Bandara Adisutjipto yaitu sebesar bahwa waktu menunggu yang lama,
11,75%, Kendaraan Pribadi yaitu sebesar 38,00%, wilayah/daerah tempat tinggal penumpang yang
Taxi sebesar 21,50%, 6,75% menggunakan Trans tidak terlewati, dan harus berpindah angkutan.

Magister Sistem dan Teknik Transportasi Universitas Gadjah Mada


b. Kereta Api Bandara Adisutjipto dinilai masih yang melayani penumpang dari/menuju New
belum efektif dan efisien dari sisi waktu. Hal ini Yogyakarta International Airport. Beserta segala
dikarenakan letak Bandara Adisutjipto tidak fasilitas yang ada di dalamnya.
terlalu jauh atau masih di dalam Kota 2. Perlu dilakukan penelitian ulang terhadap
Yogyakarta. perbandingan Kereta Api Bandara Adisutjipto dan
c. Jarak ideal penumpang pesawat bersedia Kereta Api Bandara New Yogyakarta
menggunakan kereta api bandara apabila jarak International Airport terkait dengan kinerja
bandara menuju kota adalah sebesar 37 km. kualitas pelayanan apabila proyek tersebut telah
3. Persentase ATP dan WTP terhadap tarif adalah selesai dan telah beroperasi.
sebagai berikut. 3. Perlu dilakukan penelitian kerkait Kereta Api
a. Nilai rata-rata ATP adalah sebesar Rp. 101.512,- Bandara dari Purwokerto/Cilacap sampai dengan
b. Nilai rata-rata WTP adalah sebesar Rp. 43.864,- New Yogyakarta International Airport, sesuai
dan prioritas dimensi kualitas jasa yang dengan perencanaan yang akan direalisasikan.
diharapkan adalah ketepatan waktu pelayanan
yaitu sebesar 37,25%. 7. DAFTAR PUSTAKA
c. Tarif ideal kereta api bandara New Yogyakarta Abler, R., J. Adams, and P.Gould, 1971. Spatial
International Airport adalah sebesar Rp. Organization, Prentice Hall, Englewood
50.000,- dengan ATP responden 57,50% dan Cliffs, NJ.
WTP responden 50%. Cochran, W. G. and Cox, G. M., 1957. Experimental
d. Penumpang pesawat menginginkan adanya Design, John Wiley & Sons Ltd, New York.
layanan Kereta Api Bandara sebagai mana Fitriatmaja, I. dan Dewanti., 2015. Perilaku Pemilihan
Alternatif 8, yaitu tarif Rp.75.000,-, waktu Moda Transportasi Pengumpan Menuju
perjalanan yang cepat yaitu 45 menit (langsung Bandara Temon (Studi Kasus: Kereta Api dan
menuju bandara), dengan sistem tiket yang Kendaraan Pribadi), Jurnal, Teknik Sipil dan
terintegrasi dengan layanan pesawat, dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada,
frekuensi keberangkatan setiap 45 menit, serta Yogyakarta.
dengan fasilitas kereta api Baik. Dan respon Kereta Api Indonesia (Persero), PT, DAOP VI, 2016.
penumpang adalah Pasti Naik yaitu sebesar Syarat-Syarat Dan Tarif Angkutan Kereta Api
56,00%. Penumpang, Keputusan Direksi PT. Kereta
4. Hasil analisis pemilihan moda transportasi adalah Api Indonesia (Persero) Nomor:
sebagai berikut. KEP.U/LL/003/XI/1/LA-2015, Bandung.
a. Penumpang pesawat akan memilih Ortuzar, J. D., and Willumsen, L. G., 2007, Modelling
menggunakan moda transportasi Kereta Api Transport 3rd Edition, John Wiley, England.
Bandara yaitu sebesar 46,75%, Kendaraan Pawening, T. N., 2009. Analisis Pelayanan Trans Jogja
Pribadi sebesar 23,50%, 19,50% memilih Bis Sebagai Angkutan Pemadu Moda Di Kawasan
Damri, dan 10,25% memilih menggunakan Taxi. Bandara Adisutjipto, Tesis, Program Studi
b. Persentase ATP dan WTP terhadap tarif adalah Magister Sistem dan Teknik Transportasi,
jika tarif Taxi yang ditetapkan Rp.150.000,- Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
maka ATP responden 25,25% dan WTP Permata, M. R., 2012. Analisis Ability To Pay dan
responden 10,25%. Akan tetapi jika tarif Willingness To Pay Pengguna Jasa Kereta Api
Kendaraan Pribadi yang ditetapkan sebesar Rp. Bandara Soekarno Hatta Maggarai, Tesis,
100.000,- maka ATP responden 34,75% dan Program Studi Teknik Sipil, Universitas
WTP responden 33,75%. Dan jika tarif Kereta Indonesia, Depok.
Api Bandara yang ditetapkan sebesar Rp. Tamin, O. Z., Rahman, H., Kusumawati, A.,
75.000,- maka ATP responden 49,50% dan WTP Munandar, A. S., dan Setiadji, B. H., 1999.
responden 80,50%. Serta jika tarif Bis Damri Evaluasi Angkutan Umum dan Ability To
yang ditetapkan sebesar Rp. 50.000,- maka ATP Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP)
responden 65,75% dan WTP responden 100%. di DKI Jakarta, Jurnal, Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
6.2 Saran Tamin, O. Z., Wulansari, D. N., Wibowo, S. S., dan
Terdapat beberapa saran yang dapat digunakan Weningtyas, W., 2015. Analisis Ability To Pay
sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan (ATP) Dan Willingness To Pay (WTP)
pelayanan lebih baik dan dapat dilakukan penelitian Pengguna Kereta Api Bandara (Studi Kasus:
lanjutan, diantaranya adalah sebagai berikut. Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta),
1. Pihak PT. Angkasa Pura I Yogyakarta dan PT. Jurnal, Program Studi Magister Teknik Sipil,
Kereta Api DAOP VI Yogyakarta perlu segera Institut Teknologi Bandung, Bandung.
mensosialisasikan adanya Kereta Api Bandara

Magister Sistem dan Teknik Transportasi Universitas Gadjah Mada

Você também pode gostar