Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ANALISIS MASALAH
1. Sandi, bayi laki-laki usia 6 bulan, dibawa ibu ke fasilitas kesehatan tingkat pertama
(FKTP) karena tidak mau makan/anoreksia. Sandi tidak muntah, tidak diare.
a. Apa saja yang dapat menyebabkan anoreksia pada bayi? Fidella Prima Alif
Jawaban alif lebih ke kenapa tidak mau makan.
2. Riwayat Kelahiran
Lahir aterm, spontan, cukup bulan, ditolong bidan, skor APGAR tidak diketahui,
dengan BB lahir 2500 gram, PB lahir 46 cm, LK lahir tidak diukur.
1. Bagaimana interpretasi dari riwayat kelahiran pada kasus? Fidella Prima Alif
BB lahir 2500 gram = normal (2500 4000 g)
PB lahir 46 cm = pendek (48-50 cm)
2. Apa hubungan riwayat kelahiran dengan penyakit pada kasus? Shiva Esya Ulfa
Tidak ada hubungan yang jelas dengan keluhan yang dialami Sandi karena skor
APGAR yang tidak diketahui.
5. Riwayat Nutrisi
Walaupun sudah usia 6 bulan, Sandi belum diberi makanan tambahan (MP ASI).
Sebelumnya: usia 0-2 bulan: ASI saja dengan frekuensi pemberian sering setiap kali
menangis @ 5 menit, usia 2 bulan sampai sekarang: susu formula standar (67
kkal/100 mL, sekarang 12x sehari @ 2 sendok takar peres. Dalam membuat susu, si
ibu biasa mencampur 2 sendok takar dengan air panas sampai 40 cc dan air dingin
10 cc.
a. Apakah ada hubungan pemberian susu formula terhadap diare pada kasus?
Hasan Marini Andika
Pada kasus pemberian ASI sudah dihentikan sejak usia 2 bulan. Hal ini dapat
menyebabkan produk-produk imunitas dan nutrisi esensial (yang bisa
didapatkan dari ASI) tidak tercukupi, mengakibatkan sistem imunitas Sandi
menurun, sehingga mudah terjadi infeksi seperti diare berulang. Sandi mungkin
juga mengalami intoleransi terhadap susu formula yang diberikan (lactose
intolerance), yang juga menjadi salah satu faktor risiko penyebab diare yang
berulang pada anak.
b. Bagaimana pemberian nutrisi yang tepat pada kasus dan apakah yang dilakukan
oleh ibu Sandi sudah benar? Fidella Prima Alif
Untuk bayi usia 0-6 bulan seharusnya hanya diberikan ASI eksklusif saja. Pada
usia 6 bulan, baru diperkenalkan dengan MP-ASI. Adapun hanya 1 jenis
makanan dan semi cair.
c. Bagaimana kebutuhan nutrisi Sandi pada usia 6 bulan? Shiva Esya Ulfa
Status Nutrisi Sandi :
Berat Aktual : 3,8 kg
Berat Ideal : 4,9 kg
3,8
x100% 77,55%
Status Nutrisi : 4,9 (Malnutrisi Sedang)
Kebutuhan Nutrisi
Panjang Aktual : 57 cm
Panjang ideal : 56 cm
Kkal : RDA (kkal/kg) sesuai usia tinggi aktual x berat ideal (kg)
: 110 kkal/kg x 5,1 kg
: 561 kkal
MP ASI : 200 kkal
Susu Formula : 561 kkal -200 kkal
: 361 kkal
Susu Formula tanpa MP ASI : 561 kkal
: 561 kkal / 12x = 46,75 kkal/minum
: 46,75 kkal/minum = 70mL/minum
Dua sendok takar peres susu formula + 60 mL air
f. Bagaimana cara menyiapkan susu formula yang benar? Fidella Prima Alif
1. Bersihkan dan desinfeksi permukaan yang akan dipakai untuk menyiapkan
susu.
2. Cucui tangan dengan air dan sabun, dan keringkan dengan kain bersih.
3. Masak air hingga matang
4. Baca instruksi pada kemasan untuk mengetahui berapa banyak air dan susu
yang diperlukan.
5. Tuang air yang sudah dimasak ke botol yang sudah dibersihkan dan
disterilkan. Air tidak boleh lebih dingin dari 70oC, jadi jangan dibiarkan
lebih dari 30 menit setelah direbus.
6. Masukkan jumlah susu yang tepat ke air di botol
7. Aduk dengan gentle atau dengan memutar botol
8. Langsung dinginkan ke temperature ruangan dengan menaruh botol dibawah
air keran yang mengalir.
9. Keringkan bagian luar botol dengan kain bersih.
10. Cek suhu susu dengan meneteskan ke pergelangan tangan. Bila masih panas,
dinginkan sedikit lagi.
11. Beri susu pada bayi
12. Buang susu yang tidak dikonsumsi lebih dari 2 jam.
i. Apa saja aturan dalam pemberian MP ASI? (misal harus menunggu penegakkan
kepala dll) Hasan Marini Andika
6. Riwayat Imunisasi
Sudah dapat imunisasi BCG, DPT 1x, Hepatitis B 1x, dan Polio.
a. Bagaimana pemberian imunisasi pada anak usia 6 bulan? Fidella Prima Alif
b. Apakah pemberian imunisasi pada Sandi sudah tepat dan lengkap? Shiva Esya
Ulfa
7. Riwayat Keluarga
Ayah usia 25 tahun tidak tamat SD dan buruh bangunan. Ibu usia 23 tahun, tidak
tamat SD ibu rumah tangga. Sandi adalah anak tunggal.
a. Apa hubungan sosial ekonomi dengan keluhan yang dialami oleh Sandi? Eadiva
Yudis Jessica
Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi status gizi anak. Hal ini dapat
dilihat pekerjaan ayah buruh bangunan dan ibu tidak bekerja. Sandi yang berada
dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sosial ekonominya rendah,
bahkan punya banyak keterbatasan untuk memberi makanan bergizi. Tentunya
keluarganya akan mendapat kesulitan untuk membantu anak mencapai status
gizi yang baik.
Keluarga yang pendidikannya rendah akan sulit untuk menerima arahan dalam
pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak meyakini pentingnya
pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan lain yang
menunjang dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Keluarga
dengan latar belakang pendidikan rendah juga sering kali tidak dapat, tidak mau,
atau tidak meyakini pentingnya penggunaan fasilitas kesehatan yang dapat
menunjang pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan ekonominya cukup akan
mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua yang di
terima anaknya, terutama kalau jarak anak yang terlalu dekat. Pada keluarga
dengan jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih
sayang dan perhatian pada anak juga kebutuhan primer seperti makan sandang
dan perumahan yang terpenuhi.
8. Pemeriksaan Fisik
Tampak sangat kurus, kulit kusam dan pucat, dan kesadaran apatis, cengeng, denyut
nadi 140x/menit, isi dan tegangan cukup, pernapasan 30x/menit, suhu 35,0oC. Hasil
pengukuran antropometri: BB 3.8 kg, PB 57 cm, LK 42 cm, wajah seperti orang tua
dengan tulang pipi menonjol, warna rambut seperti warna rambut jagung-jarang,
tipis, dan mudah dicabut. Pada mata terdapat bercak seperti busa sabun,
kongjungtiva pucat, tidak ada edema diseluruh tubuh, ada iga gambang, perut
cekung, lengan dan tungkai atrofi dan terdapat baggy pants.
a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik pada kasus? Disertai gambar!
Hasan Marini Andika
b. Keadaan Normal Interpretasi Gambar
Tampak sangat kurus Tampak Kurang gizi
sehat
Kulit kusam Tampak Kurang gizi dan
segar dehidrasi
Kesadaran apatis Compos Kesadaran
mentis menurun
Cengeng (-) Kehausan/kelapara
n
z
c. Bagaimana mekanisme abnormalitas hasil pemeriksaan fisik pada kasus?
Fidella Prima Alif
d. Bagaimana interpretasi z-score saat Sandi usia 6 bulan? Shiva Esya Ulfa
e. Apa saja penyakit yang mungkin dengan tanda dan gejala seperti yang dialami
Sandi? Eadiva Yudis Jessica
a) Gizi buruk (Marasmus)
b) Defisiensi Vitamin A
c) Anemia
2. HIPOTESIS
Sandi, bayi laki-laki usia 6 bulan, menderita gizi buruk tipe marasmus, diare
kronik, anemia, defisiensi vitamin A, imunisasi dasar yang belum lengkap dengan
faktor predisposisi sosial-ekonomi dan pengetahuan orangtua yang minim.
a) Kwashiorkor
Ditandai gejala tampak sangat kurus dan/atau edema pada kedua punggung kaki
sampai seluruh tubuh; perubahan status mental; rambut tipis kemerahan seperti
warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok; wajah membulat
dan sembab; pandangan mata sayu; pembesaran hati; kelainan kulit berupa
bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman
dan terkelupas (crazy pavement dermatosis); cengeng dan rewel.
b) Marasmus
Ditandai dengan gejala tampak sangat kurus; wajah seperti orang tua; cengeng
dan rewel; kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada,
pantat kendur dan keriput (baggy pants); perut cekung; rambut tipis, jarang, dan
kusam; tulang iga tampak jelas atau menonjol (iga gambang).
c) Marasmik-kwashiorkor
Merupakan gabungan dari beberapa gejala klinik yang ada pada kwashiorkor
dan marasmus.
Epidemiologi ADB
Berdasarkan hasilhasil penelitian terpisah yang dilakukan dibeberapa tempat di
Indonesia pada tahun 1980-an, prevalensi anemia pada wanita hamil 50-70%, anak
belita 30-40%, anak sekolah 25-35% dan pekerja fisik berpenghasilan rendah 30-
40% (Husaini 1989). Menurut SKRT 1995, prevalensi ratarata nasional pada ibu
hamil 63,5%, anak balita 40,1% (kodyat, 1993). Prevalensi ADB pada anak di
Negara sedang berkembang masih tinggi. Pada anak sekolah dasar umur 7-13 tahun
di Jakarta(1999) di dapatkan 50% dari seluruh anak penderita anemia adalah ADB.
Marasmus merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
penyakit infeksi. Selan faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak
sendiri yang dibawa sejak lahir yang diduga berpengaruh terhadap terjadinya
marasmus. Secara garis besar, berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya marasmus (Mclaren DS., et al., 1967):
a) Faktor diet
Rendahnya kualitas dan kuantitas diet yang dikonsumsi.
b) Faktor sosial
Pantangan mengkonsumsi bahan makanan tertentu yang sebenarnya memiliki
kandungan energi tinggi oleh karena tradisi
Kebiasaan/pola makan yang tidak tepat
Hubungan orang tua dengan anak terganggu dapat menurunkan nafsu makan
anak
Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua mengenai pemberian makanan
sesuai kebutuhan anak
Kemiskinan atau penghasilan yang rendah sehingga menyebabkan
ketidakmampuan memenuhi ketersediaan makanan yang bernilai gizi baik
dalam rumah tangga
Lingkungan padat penduduk menyebabkan buruknya higienitas sehingga
meningkatkan resiko terjadinya infeksi
c) Faktor penyakit penyerta
Terdapat interaksi sinergis antara infeksi dan malnutrisi. Infeksi berat dapat
memperburuk keadaan gizi melalui gangguan asupan dan tingginya kehilangan
zat-zat gizi esensial tubuh. Infeksi tersebut antara lain infantil gastroenteritis,
bronkopneumonia, pielonefiritis, dan sifilis kongenital. Kelainan struktur
bawaan juga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus misalnya penyakit
jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis,
mocrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, dan kistik fibrosis.
d) Faktor lain
Faktor pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir yang diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup
Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, hiperkalsemia idiopatik,
galaktosemia, intoleransi laktosa.
Tumor hipotalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
penyebab maramus yang lain disingkirkan
Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan
yang kurang
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu
yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai
infeksi berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam
marasmus.
a) Hipotermi
b) Hipoglikemia
c) Kekurangan elektrolit
d) Dehidrasi
e) Anemia
f) Gangguan hormone (kortisol, insulin, GH, dan tiroid)
g) Anoreksia
h) Pneumonia berat
i) Anemia berat
j) Dehidrasi berat
k) Demam sangat tinggi
l) Penurunan kesadaran
Pencegahan Diare
Tujuh intervensi pencegahan diare yang efektif adalah pemberian ASI, memperbaiki
makanan sapihan, menggunakan air bersih yang cukup banyak, mencuci tangan,
menggunakan jamban keluarga, cara membuang tinja yang baik dan benar serta
pemberian imunisasi campak (Suraatmaja, 2007).
Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering
disebabkan oleh karena infeksi, sering tidak dapat dibedakan antara kematian
karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri. Prognosis tergantung dari stadium saat
pengobatan mulai dilaksanakan. Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya
pengobatan adekuat, bila penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari,
mungkin disebabkan perubahan yang irrever-sibel dari set-sel tubuh akibat under
nutrition maupun overnutrition.