Você está na página 1de 4

Farhan Hadi

0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
ANALISIS MASALAH

1.a. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pada kasus?
Tidak mau makan atau kesulitan makan dapat terjadi pada semua kelompok usia anak,
dan semua jenis kelamin.

1.b. Apa penyebab dan mekanisme tidak mau makan/anoreksia pada kasus?
Tidak mau makan atau anoreksia pada kasus kemungkinan disebabkan oleh diare
berulang yang dialami Sandi. Pada diare dapat terjadi dehidrasi, distensi abdomen,
asidosis yang dapat menyebabkan anak tidak nafsu makan. Anoreksia pada penyakit
infeksi merupakan respon fase akut yang dimediasi oleh sitokin proinflamasi seperti IL-1,
IL-6, dan TNF yang dapat meningkatkan produksi hormon leptin.

3.g. Apa hubungan pemberian susu formula 12 kali sehari sejak usia 2 bulan dengan diare yang
dialami Sandi?
Susu formula baru boleh diberikan dengan alasan jika bayi prematur, BBLR dan itupun
harus dicampur dengan pemberian ASI. Pada kasus ini sejak usia 2 bulan sudah tidak
diberikan ASI lagi, hanya diberikan susu formula. ASI mengandung semua nutrien yang
dibutuhkan bayi untuk 6 bulan pertama kehidpuan, termasuk lemak, karbohidrat, protein,
mineral, vitamin, dan air. ASI juga mengandung faktor bioaktif yang dapat memperkuat
sistem imun bayi. Pemberian susu formula pada usia 2 bulan sebagai pengganti ASI akan
menyebabkan bayi mudah mengalami infeksi, salah satunya diare. Faktor lain adalah
sanitasi penyajian susu formula, misalnya botol susu yang tidak steril dapat menjadi
media berkembang biaknya mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare. Karena itu,
World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar bayi baru lahir mendapatkan
ASI eksklusif (tanpa tambahan apapun) selama 6 bulan. Salah satu alasannya karena ASI
mengandung nutrisi yang seimbang dan sempurna.

4.a. Apa makna riwayat kelahiran dengan keluhan pada kasus?


Lahir aterm, spontan, cukup bulan ditolong bidan: Normal
Berat badan lahir 2500 gram: Normal (batas bawah) (2500-4000 gram)
https://embryology.med.unsw.edu.au/embryology/index.php/Birth_Weight
Panjang badan lahir 46 cm: Normal (46-56 cm)
https://myhealth.alberta.ca/Health/pages/conditions.aspx?hwid=te6295

1
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014

Pada kasus bayi tidak BBLR (tetapi batas bawah normal) kemungkinan disebabkan gizi
kurang selama kehamilan. Gizi buruk dapat terjadi apabila BBLR jangka panjang. Pada
BBLR zat kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit terutama
penyakit infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan sehingga asupan
makanan yang masuk kedalam tubuh menjadi berkurang dan dapat menyebabkan gizi
buruk.

5.b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan antropometri:


- LK/U
Lingkar kepala 42 cm
Interpretasi: Normal

2
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014

5.c. Bagaimana mekanisme wajah seperti orang tua dengan tulang pipi menonjol?
Diare anoreksia asupan makanan berkurang tubuh kekurangan kalori (energi)
tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi kehilangan lemak di pipi wajah
seperti orang tua, berkerut dan tulang pipi menonjol.

6.e. Bagaimana epidemiologi dari penyakit pada kasus?


Malnutrisi Energi Protein (MEP) merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama di
Indonesia. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak di bawah 5 tahun (balita) serta pada
ibu hamil dan menyusui. Pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, terdapat 17,9%
balita gizi kurang, dan 5,7% gizi buruk. Berdasarkan Survei Sosial-Ekonomi Nasional
(SUSENAS) 2007, 5,5% balita mengalami gizi buruk dan 13% balita mengalami gizi
kurang.

6.f. Bagaimana etiologi dari penyakit pada kasus?


Menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang
dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti
hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi
kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan

3
Farhan Hadi
0411181419205
PSPD Alpha FK Unsri 2014
dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri anak
sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.
Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut :
a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang
terlalu encer.
b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya
infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschpurng,
deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia,
hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian ASI
kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup
f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia,
lactose intolerance
g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab
maramus yang lain disingkirkan
h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang
kurang akan menimbulkan marasmus
i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus,
meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan
kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari
tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis
akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.

Você também pode gostar