Você está na página 1de 4

VITAMIN LARUT AIR

Dewitayani, Maulidita Agustina, dan Syarif Hidayat Syah


Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah
Kuala

Vitamin merupakan molekul organik yang diperlukan tubuh untuk proses


metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin tidak dapat disintesis oleh tubuh
manusia dalam jumlah yang cukup, sehingga harus diperoleh dari bahan pangan yang
dikonsumsi. Menurut Winarno (2008), vitamin dibagi menjadi 2 golongan yaitu
vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin larut lemak
meliputi vitamin A, D, E, dan K, sedangkan vitamin yang larut dalam air yaitu
vitamin B dan C.
Menurut Lestari (2013), vitamin C atau sering disebut juga dengan asam
askorbat merupakan vitamin yang sangat mudah rusak. Vitamin ini larut dalam air
sehingga kelebihan vitamin C akan dibuang melalui air kemih. Vitamin C sangat
mudah teroksidasi menjadi asam L-dehidroaskorbat dan oksidasi dipercepat oleh
panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi.
Vitamin C berperan penting dalam pembentukkan kolagen yaitu protein yang
terdapat dalam tulang rawan, kulit bagian dalam tulang, dentin, dan vascular
endothelium. Vitamin C memiliki peranan dalam proses penyembuhan luka serta daya
tahan tubuh melawan infeksi dan stress. Menurut Wariyah (2010), vitamin C juga
berperan sebagai zat antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas dengan
menetralkan radikal bebas sehingga dapat mencegah beberapa penyakit seperti
kanker, jantung dan penuaan dini. Vitamin C memiliki gugus enadiol yang memiliki
daya reduksi kuat sehingga berperan penting dalam melindungi bagian yang
mengandung air dari sel jaringan atau organ (Rienoviar dan Husain, 2010).
Seseorang yang kekurangan vitamin C akan menderita sariawan atau skorbut.
Untuk menghindarinya, seseorang harus cukup mengkonsumsi vitamin C. Vitamin C
bisa didapatkan dari sayur-sayuran dan buah-buahan segar. Buah-buahan yang
mengandung vitamin C adalah jeruk, berries, nenas, dan jambu. Selain itu, pisang,
pear, dan peach juga mengandung vitamin C walau dalam jumlah yang sedikit.
Sayur-sayuran yang mengandung vitamin C adalah bayam, brokoli, cabe hijau, dan
kubis.
Selain vitamin C, vitamin B kompleks juga larut dalam air. Vitamin B
kompleks meliputi tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin (asam
nikotinat, niasinamida), piridoksin (vitamin B6), asam pantotenat, biotin, folasin
(asam folat dan turunan aktifnya), dan sianokobalamin (vitamin B12).
Tiamin (vitamin B1) merupakan vitamin yang mengandung sulfur dalam
molekulnya. Tiamin tidak dapat disimpan banyak oleh tubuh, sehingga kelebihan
tiamin akan dibuang melalui air kemih. Tiamin berperan penting dalam aktivitas
enzim metabolik karbohidrat dan penyusunan asam amino (Du dkk, 2011).
Kekurangan tiamin akan menyebabkan penyakit beri-beri. Tiamin terkandung di
dalam bahan pangan terutama pada biji-bijian dan juga terkandung dalam bahan
pangan hewani yaitu pada daging, unggas, ikan, dan telur.
Riboflavin merupakan vitamin B2 yang bersifat mudah rusak oleh cahaya, dan
sinar ultraviolet, tahan terhadapat panas, oksidator, dan asam. Senyawa ini merupakan
komponen sistem enzim dan terlibat dalam reaksi metabolisme di dalam tubuh.
Kekurangan riboflavin akan menyebabkan penyakit ariboflavinosis. Vitamin ini
bersumber pada bahan pangan hasil ternak yaitu hati, ginjal, dan jantung. Riboflavin
juga terkandung di dalam sayuran, buah-buahan, dan ubi-ubian dalam jumlah yang
sedikit (Winarno, 2008).
Niasin merupakan senyawa yang memiliki sifat larut dalam air, tahan terhadap
panas, asam, cahaya, dan oksidasi. Niasin berperan dalam reaksi enzimatik di dalam
tubuh. Kekurangan niasin menyebabkan sindrom defisiensi pelagra dengan gejala
penurunan berat badan, kelainan pencernaan, dermatis, depresi, dan demensia
(Rusdiana, 2004) .
Vitamin B6 merupakan vitamin yang terdiri dari senyawa piridina. Vitamin ini
larut dalam air, relatif stabil terhadap panas. Vitamin B 6 bertindak sebagai koenzim
piridoksal fosfat yaitu koenzim untuk berbagai reaksi. Vitamin B 6 bersumber di dalam
hati, ikan mackerl, alpukat, pisang, daging, sayuran dan telur (Rusdiana, 2004).
Kekurangan vitamin B6 menyebabkan gejala kulit rusak, syaraf motorik terganggu,
dan kelainan pada darah.
Asam pantotenat merupakan vitamin yang berfungsi sebagai koenzim A.
Koenzim A terlibat dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Asam
pantotenat paling banyak terdapat pada royal jelly. Asam pantotenat sering ditemukan
dalam bentuk garam kalsium, larut dalam air, dan sedikit manis.
Biotin merupakan koenzim dari berbagai enzim yang berperan dalam proses
karboksilasi, dekarboksilasi, dan reaksi deaminasi. Kurangnya konsumsi biotin akan
menyebabkan timbul gejala pelepasan kulit, pucat pada kulit dan mukosa pada
penderitanya. Biotin bersumber di dalam saluran pencernaan. Selain itu, jeroan,
kuning telur, dan khamir juga mengandung biotin.
Vitamin B12 merupakan vitamin yang unik diantara vitamin lainnya. Hal ini
disebabkan karena molekulnya tidak hanya mengandung suatu molekul organik yang
kompleks, tetapi juga unsur yang penting yaitu kobalt (Latifudin dkk, 2002). Vitamin
ini, larut dalam air, tahan terhadap panas, inaktif oleh cahaya, asam keras atau larutan
alkali. Vitamin B12 berperan dalam menjaga sel-sel pada saluran pencernaan, sistem
urat saraf, dan sumsum tulang befungsi normal. Vitamin B 12 banyak terdapat di dalam
hati hasil-hasil ternak. Bahan pangan nabati yang mengandung vitamin B 12 yaitu
produk-produk fermentasi kedelai.
Folasin atau asam folat merupakan vitamin B kompleks yang sedikit larut
dalam air, mudah dioksidasi dalam larutan asam, dan sensitif terhadap sinar matahari.
Asam folinat berperan dalam biosintesis dan pemindahan satu satuan karbon.
Kekurangan asam folat ditandai dengan gejala anemia. Asam folat bersumber dalam
hati, ginjal, khamir, dan sayuran hijau gelap. Selain itu, umbi-umbian, hasil susu, dan
daun yang berwarna terang juga mengandung asam folat namun hanya sedikit.
DAFTAR PUSTAKA

Du, Q., Honghai W., dan Jianping X. 2011. Thiamin (Vitamin B1) Biosyinthesis anda
Regulation: A Rich Source of Anti-microbial Drug Targets?. Hal. 41. (Januari
2011). [Jurnal].
Latifudin, D., Atun B., dan Denny R. 2002. Pengaruh Suplementasi Kobalt dan
Vitamin B12 Terhadap Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi Bahan Kering
dan Efisiensi Penggunaan Pakan Domba Priangan. Vol. 2 No. 2 Hal. 61.
(Desember 2002). [Jurnal].
Lestari, N. 2013. Pengaruh Kondisi Penyimpanan Obat terhadap Kualitas Tablet
Vitamin C di Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota. Hal. 1. [Skripsi].
Rienovar dan Husain N. 2010. Penggunaan Asam Askorbat (Vitamin C) untuk
Meningkatkan Daya Simpan Sirup Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.). Vol. 23
No. 1 Hal. 9. (April 2010). [Jurnal].
Rusdiana. 2004. Vitamin. Hal. 4-5. [Jurnal].
Wariyah, C. 2010. Vitamin C Retention Acceptibility of Orange (Citrus nobilis var.
microcarpa) Juice During Storage in Refrigerator. Vol. I No. 1 Hal. 50 (Maret
2010). [Jurnal].
Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Edisi Terbaru. Gramedia, Jakarta.

Você também pode gostar