Você está na página 1de 190

STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS

KELEMBAGAAN PELABUHAN PERIKANAN


SAMUDERA NIZAM ZACHMAN, JAKARTA

TRISNA NINGSIH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Strategi Peningkatan Kapasitas


Kelembagaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta adalah
karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Mei 2006

Trisna Ningsih
C 551030234
ABSTRAK

TRISNA NINGSIH. Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pelabuhan


Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta (Dibimbing oleh BUDY
WIRYAWAN sebagai ketua komisi pembimbing, DANIEL R. MONINTJA dan
TOMMY H. PURWAKA sebagai anggota).

Saat ini di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman (PPS Nizam


Zachman) terdapat 10 macam kelembagaan. Sekalipun telah diterbitkan SK
Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99 tentang tata hubungan kerja
antara UPT pelabuhan perikanan dengan instansi terkait dalam pengelolaan
pelabuhan perikanan, namun suasana ketidakharmonisan antara UPT, Perum dan
instansi terkait lain tetap berkembang bahkan cenderung meruncing. Sumber
permasalahan diperkirakan antara lain 1) Adanya kemiripan antara tugas pokok
dan fungsi UPT dengan Perum; 2) Tidak terdapat ketentuan khusus bahwa Perum
dan instansi terkait di dalam segenap aktivitasnya harus berada di bawah
koordinasi UPT; 3) Belum dapat direalisasikannya fungsi kesyahbandaran
perikanan; dan 4) Dukungan dan koordinasi instansi terkait masih lemah.
Penelitian ini bertujuan 1) Mengkaji kelembagaan PPS Nizam Zachman; 2)
Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pengelolaan
PPS Nizam Zachman; dan 3) Menyusun strategi peningkatan kapasitas
kelembagaan PPS Nizam Zachman. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan
analisis SWOT dan AHP untuk menentukan strategi peningkatan kapasitas
kelembagaan PPS Nizam Zachman. Berdasarkan hasil identifikasi fungsi dan
kewenangan kelembagaan di PPS Nizam Zachman, terdapat beberapa tumpang
tindih dan kontradiksi fungsi dan wewenang antara kelembagaan/instansi. Strategi
yang dianggap sesuai dalam peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam
Zachman adalah 1) penyempurnaan pengelola pelabuhan, 2) peningkatan sarana
dan prasarana pelabuhan, dan 3) peningkatan pelayanan pelabuhan. Dalam upaya
meningkatkan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman, maka disarankan
untuk 1) Peningkatan fungsi dan kewenangan kelembagaan di pelabuhan, 2)
Peningkatan kinerja operasional pelabuhan, dan 3) Penelitian lebih lanjut tentang
tingkat pelayanan atau standar kinerja keberhasilan PPS Nizam Zachman.

Kata Kunci : Strategi, Kelembagaan, Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam


Zachman, Analisis Fungsi dan Kewenangan Kelembagaan.
ABSTRACT

TRISNA NINGSIH. Strategy for Capacity Building in Nizam Zachman Ocean


Fishing Port (PPS NZ), Jakarta. Under the direction of BUDY WIRYAWAN,
DANIEL R. MONINTJA and TOMMY H. PURWAKA.

In Nizam Zachman Ocean Fishing Port (PPS Nizam Zachman), currently


consist of 10 institutions. Even though the regulation by minister of agriculture
had been published on the relationship between technical executor unit (UPT) and
government institution who has the activities in fishing port, mean while
inharmonic environment among the institutions still occurred and tend to increase.
The main constraint among them predicted respectively as follow 1) the similarity
on duty and function between UPT and state owned company (Perum), 2) no
specific regulation that Perum and other institution activities have to under UPT
coordination, 3) realization of fishery harbor has not yet been fully functioning,
and 4) weakness coordination and supporting related institution. The objectives of
the study are 1) to assess institutional of PPS Nizam Zachman, 2) to assess the
influence of effectively and efficiency of PPS Nizam Zachman management, 3) to
compile the capacity building strategy of PPS Nizam Zachman. SWOT analysis
and Analytic Hierarchy Process (PHA) was conducted on this study to compile
alternate strategy and implemented strategy for capacity building of PPS Nizam
Zachman. Based on functional identification and institution authority in PPS
Nizam Zachman, there were overlapping, contradiction functional and authority
among the institution. The appropriate strategies to improve the capacity building
in PPS Nizam Zachman are 1) reform the management in the port, 2)
improvement port infrastructure and facilities, and 3) improvement port services.
To improve the capacity building in PPS Nizam Zachman, advised to 1) improve
port function from infrastructure provider being multi function provider, 2)
improve entrepreneurship of fish port manager, and 3) improve of information
activities access and port facilities.

Keyword : strategy, institutions, Nizam Zachman ocean fishing port, institutional


function and authority analysis.
Hak cipta milik Trisna Ningsih, tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy, mikrofilm, dan sebagainya.
STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS
KELEMBAGAAN PELABUHAN PERIKANAN
SAMUDERA NIZAM ZACHMAN, JAKARTA

TRISNA NINGSIH

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pelabuhan


Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta
Nama Mahasiswa : Trisna Ningsih
Nomor Pokok : C 551030234
Program Studi : Teknologi Kelautan
Sub Program : Perencanaan Pembangunan Kelautan dan Perikanan

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc


Ketua

Prof. Dr. Daniel R. Monintja Dr. Tommy H. Purwaka, SH, LLM


Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB


Teknologi Kelautan

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc

Tanggal Ujian : 22 April 2006 Tanggal Lulus : 22 Mei 2006


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 18 Mei 1965 sebagai putra


kedua dari pasangan Almarhum H.M. Thohir dan Almarhumah Hj. E. Ruhaesih
Thohir.
Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN Budi Utomo Pagi III Jakarta
pada tahun 1977, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 52 Jakarta pada tahun
1980 dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 53 Jakarta pada tahun 1983.
Selanjutnya penulis melanjutkan studi Diploma III Ahli Usaha Perikanan
Jakarta Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Perairan dan lulus pada tahun 1986,
Diploma IV Ahli Usaha Perikanan Jakarta Jurusan Pengelolaan Sumberdaya
Perairan dan lulus tahun 1991 dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Satya Negara Indonesia Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
lulus pada tahun 2003.
Pada tahun 1986 penulis mulai berkerja di Direktorat Jenderal Perikanan,
Departemen Pertanian dan sejak tahun 2000 penulis bekerja di Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan d/h Direktorat Jenderal Peningkatan
Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran, Departemen Kelautan dan Perikanan.
Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan strata dua sebagai mahasiswa
Program Studi Teknologi Kelautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.

Bogor, Mei 2006

Penulis
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan tesis yang berjudul Strategi Peningkatan Kapasitas
Kelembagaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc, Prof. Dr. Daniel R. Monintja dan Dr. Tommy
H. Purwaka, SH., LLM yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penulisan tesis ini.
2. Dr. Achmad Poernomo, Dr. Sunoto MES, Ir. A. Bambang Sutedjo, Ir. Hamim,
Ir. Djoko Kusyanto, Ir. Hartoyo, Ir. Rachmat Irawan, Sutaryo, SH, Drs. Joko
Martoyo, MM, Ir. Sudaryati dan Kuryanto AL, sebagai responden dan
narasumber yang telah memberikan saran serta pendapatnya mulai dari
penyusunan sampai pengisian kuesioner.
3. Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pada
Program Studi Teknologi Kelautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
4. Seluruh jajaran staf di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Samudera
Nizam Zachman, Perum Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta dan Ditjen
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan atas segala bantuan yang telah
diberikan saat melakukan penelitian dan penyelesaian tesis.
5. Seluruh keluarga besar dan semua pihak yang telah memberikan bantuan
moril, materil serta doa kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu
ditambahkan pada tesis ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan bantuan dan
partisipasi semua pihak untuk menyempurnakannya. Terimakasih.

Bogor, Mei 2006

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .... i

DAFTAR TABEL ....... iv

DAFTAR GAMBAR .. vi

DAFTAR LAMPIRAN ..... viii

1 PENDAHULUAN .... 1

1.1 Latar Belakang ......... 1


1.2 Perumusan Masalah .. 4
1.3 Tujuan Penelitian .. 7
1.4 Manfaat Penelitian .... 7
1.5 Hipotesis ...... 8
1.6 Kerangka Pemikiran ..... 8

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pelabuhan Perikanan . 11


2.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan . 13
2.2.1 Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) 13
2.2.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) 13
2.2.3 Pelabuhan Perikanan Pantai (PPN) . 14
2.2.4 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 15
2.3 Fasilitas Pelabuhan Perikanan ...... 16
2.4 Manajemen Strategi ...... 18
2.5 Kelembagaan .... 18
2.6 Teknik Penyusunan Strategi Alternatif .... 21
2.6.1 Analisis matriks SWOT .. 21
2.6.2 Analytical Hierarchy Process (AHP) .. 23
2.7 Kajian Penelitian Terdahulu ..... 26

3 METODOLOGI ....... 29

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .... 29


3.1.1 Analisis fungsi dan kewenangan kelembagaan ... 30
3.1.2 Analisis strategi kinerja pelabuhan perikanan . 32
3.1.3 Analisis strategi peningkatan kapasitas kelembagaan . 33
3.2 Metode Pengumpulan Data . 29
3.3 Analisis Data ... 30

ii
4 PROFIL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM
ZACHMAN .............................................................................................. 37
4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman 37
4.2 Sejarah dan Perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam
Zachman ................................................................... 39
4.3 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Pelabuhan Perikanan
Samudera Nizam Zachman ..................................................... 45
4.4 Kebijakan . 46
4.5 Pengelola Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman ... 51
4.5.1 Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Samudera
Nizam Zachman ...................................................................... 51
4.5.2 Perum Prasarana Perikanan Samudera .................................... 53
4.6 Instansi Terkait di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam
Zachman ................................................... 56
4.7 Kerjasama dengan Swasta di Pelabuhan Perikanan Samudera
Nizam Zachman ............................................................................... 60
4.8 Fasilitas dan Pelayanan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam
Zachman ... 62
4.8.1 Fasilitas pokok .... 62
4.8.2 Fasilitas fungsional ..... 64
4.8.3 Fasilitas penunjang ...... 64
4.9 Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman .. 67
4.9.1 Produksi ikan ..... 68
4.9.2 Armada penangkapan .. 71
4.9.3 Perbekalan ....... 74
4.9.4 Pendaratan, distribusi dan pemasaran ikan .... 78

5 HASIL DAN PEMBAHASAN .... 91

5.1 Analisis Fungsi dan Kewenangan Kelembagaan ..... 91


5.2 Analisis Strategi Kinerja Pelabuhan Perikanan ... 96
5.2.1 Analisis internal ...................................................................... 96
5.2.2 Analisis eksternal .................................................................... 98
5.3 Analisis Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan ... 102
5.4 Perumusan Program Pembangunan PPS Nizam Zachman .. 109
5.4.1 Program Jangka Pendek (1 tahun) ....... 109
5.4.2 Program Jangka Menengah (2-4 tahun) ..... 110
5.4.3 Program Jangka Panjang (5 tahun) ........ 111

6 KESIMPULAN DAN SARAN .... 114

6.1 Kesimpulan ...... 114


6.2 Saran .... 115

DAFTAR PUSTAKA .... 116

LAMPIRAN .. 119

iii
DAFTAR TABEL

Halaman
1 Strategi yang dihasilkan dari perpaduan antara faktor internal dengan
eksternal ................................................................................................. 23

2 Kerangka matriks keserasian (compatibility matrix) fungsi dan


wewenang antar lembaga/instansi .......................................................... 31

3 Matriks paired comparison gabungan ................................................... 32

4 Matriks pendapat pada metode AHP ..................................................... 35

5 Nilai skala banding berpasangan ............................................................ 35

6 Daftar perusahaan perikanan di Kawasan Industri PPS Nizam


Zachman ................................................................................................. 61

7 Sarana/fasilitas di PPS Nizam Zachman ................................................ 65

8 Jenis pelayanan di PPS Nizam Zachman ............................................... 66

9 Poduksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-


2004 ....................................................................................................... 69

10 Frekuensi kapal masuk di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004 ...... 72

11 Frekuensi kapal keluar di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004 ...... 73

12 Penyerapan perbekalan kapal perikanan di PPS Nizam Zachman


Tahun 2000-2004 ................................................................................... 77

13 Volume ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-


2004 ....................................................................................................... 82

14 Volume dan nilai ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman


Tahun 2000-2004 ................................................................................... 84

15 Matriks keserasian (compatibility matrix) fungsi dan wewenang antar


lembaga/instansi di PPS Nizam Zachman ............................................. 91

16 Strategi kinerja PPS Nizam Zachman berdasarkan faktor internal dan


eksternal 100

17 Matriks SWOT strategi kinerja PPS Nizam Zachman ......................... 101

iv
18 Urutan prioritas strategi dalam upaya peningkatan kapasitas
kelembagaan PPS Nizam Zachman ...................................................... 104

19 Urutan prioritas faktor penentu dalam upaya peningkatan kapasitas


kelembagaan PPS Nizam Zachman ...................................................... 104

20 Urutan prioritas sasaran utama dalam upaya peningkatan kapasitas


kelembagaan PPS Nizam Zachman ...................................................... 105

21 Matrik alternatif kegiatan/kebijakan dalam rangka peningkatan


kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman ....................................... 112

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemikiran ............................................................................... 10

2 Analytical Hierarchy Process (Saaty, 1991) ......................................... 25

3 Struktur hirarki dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS


Nizam Zachman ......... 34

4 Skema proses pengolahan data pada AHP ................ 36

5 Peta lokasi PPS Nizam Zachman ........................................................... 38

6 Tahap I dan II pembangunan PPS Nizam Zachman periode 1982 s.d


1984 ....................................................................................................... 41

7 Tahap III pembangunan PPS Nizam Zachman periode 1984 s.d 1988.. 42

8 Tahap IV pembangunan PPS Nizam Zachman periode 1996 s.d 2001.. 43

9 Master plan tahap V pembangunan PPS Nizam Zachman .................... 44

10 Struktur organisasi UPT PPS Nizam Zachman ..................................... 53

11 Struktur organisasi Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang


Jakarta .................................................................................................... 55

12 Perkembangan produksi ikan yang di daratkan di PPS Nizam


Zachman Tahun 2000-2004 ................................................................... 70

13 Perkembangan jumlah kapal masuk di PPS Nizam Zachman Tahun


2000-2004 .. 73

14 Perkembangan jumlah kapal keluar di PPS Nizam Zachman Tahun


2000-2004 .............................................................................................. 74

15 Perkembangan penyerapan perbekalan kapal perikanan di PPS Nizam


Zachman Tahun 2000-2004 ................................................................... 78

16 Perkembangan volume ekspor hasil perikanan di PPS Nizam


Zachman Tahun 2000-2004 ................................................................... 83

17 Perkembangan nilai ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman


Tahun 2000-2004 ................................................................................... 85

vi
18 Grafis hasil pengolahan vertikal AHP strategi peningkatan
kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman ....................................... 103

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Mekanisme masuknya komoditi perikanan di PPS Nizam Zachman ... 119

2. Mekanisme pemasaran dan distribusi ikan di PPS Nizam Zachman .... 120

3. Mekanisme keluarnya komoditi perikanan di PPS Nizam Zachman ... 121

4. Pelayanan ekspor di PPS Nizam Zachman ........................................... 122

5. Inventarisasi faktor internal dan faktor eksternal ................................. 123

6. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1082/Kpts/OT.210/10/99 ....... 124

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 23 Tahun 2000..... 136

8. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.26


I/MEN/2001 ......................................................................................... 157

9. Hasil analisis SWOT............................................................................. 174

10. Hasil analisis AHP................................................................................ 179

viii
1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan perikanan yang telah dilaksanakan selama ini telah

menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari semakin luas dan

terarahnya usaha peningkatan produksi perikanan yang pada gilirannya

meningkatkan pula konsumsi ikan, ekspor hasil perikanan, pendapatan petani

nelayan, memperluas lapangan kerja, memberikan dukungan terhadap

pembangunan bidang industri dan menunjang pembangunan daerah serta

pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Menurut Lubis (2000) bahwa dalam usaha menunjang peningkatan

produksi perikanan laut, maka tersedianya prasarana Pelabuhan Perikanan

mempunyai arti yang sangat penting. Pelabuhan perikanan merupakan pusat

pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan

pemasaran baik berskala lokal, nasional maupun internasional. Dengan

pengelolaan perikanan yang baik, maka kelancaran operasi penangkapan,

pengolahan maupun pemasarannya menjadi lebih terjamin.

Fungsi pelabuhan perikanan menyangkut berbagai aspek, teristimewa

merupakan lingkungan kerja yang akan melaksanakan pelayanan umum, maka

perlu adanya pengaturan secara lengkap baik mengenai kedudukan, fungsi,

pengelolaaan dan penggunaannya, maupun tujuan serta kewenangannya melalui

peraturan pemerintah.

Kelembagaan kelautan dan perikanan diadakan dan dikembangkan untuk

mencapai tujuan pembangunan kelautan dan perikanan yang telah ditetapkan.

1
Berbagai pola kelembagaan kelautan dan perikanan, seperti pengelolaan perikanan

terpadu (integrated fisheries management), pengelolaan perikanan berbasis

masyarakat (community based fisheries management), dan pengelolaan perikanan

berbasis kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat (public private

partnership fisheries management), ternyata telah dikembangkan, namun sampai

saat ini ternyata belum berhasil (established) atau belum dapat mencapai taraf

kemapanan di masyarakat.

Penetapan perikanan sebagai prime mover dari kebijakan umum

Departemen Kelautan dan Perikanan merupakan cerminan dari suatu harapan

bahwa perikanan akan dapat mengangkat Departemen Kelautan dan Perikanan ke

permukaan sebagai salah satu penggerak pembangunan, namun demikian

kenyataan menunjukkan bahwa perikanan di samping memberi harapan, juga

memiliki banyak permasalahan yang harus ditangani. Beberapa persoalan

mendasar yaitu masih belum jelasnya kebijakan pengelolaan kelautan dan

perikanan secara terpadu, perlu dilandasi oleh konsep yang mengintegrasikan

antara pemanfaatan dan pelestarian. Konsep ini diharapkan dapat menjamin

efektivitas dan efisiensi pelaksanaan disamping pengintegrasian antara aspek

kelautan itu sendiri dengan perikanan dalam pengelolaannya. Hal lain yang masih

menjadi kendala adalah ketidak jelasan kewenangan dan peranan para stakeholder

terkait di berbagai level organisasi, tidak adanya sistem dan mekanisme

penegakan hukum yang efektif, masih rendahnya peran para stakeholder dalam

rangka optimalisasi pemanfaatan potensi laut dan perikanan, masih terbatasnya

kelembagaan kelautan dan perikanan terutama di daerah sehingga sulit

mengimplementasikan momen desentralisasi.

2
Masih rendahnya kualitas lembaga dan sumberdaya manusia pengelola

sektor kelautan dan perikanan yaitu adanya tumpang tindih kewenangan yang

mengakibatkan benturan kepentingan antar lembaga, merupakan salah satu

indikator bahwa kelembagaan kelautan dan perikanan belum tertata dengan baik

sehingga belum siap untuk melakukan integrasi dan koordinasi.

Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta (PPSJ) yang kini memiliki nama

baru PPS Nizam Zachman merupakan salah satu dari 5 (lima) pelabuhan

perikanan tipe samudera, diresmikan pada tanggal 17 Juli 1984. Semula

pelabuhan perikanan ini berbentuk Project Manajement Unit (PMU) namun

seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa, maka pada tahun 1992

dibentuk menjadi Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera.

Perum PPS tersebut mempunyai wewenang dan tanggungjawab dalam

melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dengan mengusahakan fasilitas

pelabuhan perikanan yang bersifat komersial, sedangkan Unit Pelaksana Teknis

(UPT) Pelabuhan PerikananSamudera mempunyai wewenang dan tanggungjawab

melaksanakan tugas-tugas umum pemerintah di pelabuhan (non komersial).

Untuk meningkatkan kelancaran pelayanan kepada masyarakat dan

menghindari terjadinya tumpang tindih tugas di lapangan, maka melalui

Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99 ditetapkan Tata

Hubungan UPT Pelabuhan Perikanan dengan Instansi Terkait dalam Pengelolaan

Pelabuhan Perikanan.

Dalam Laporan Tahunan 2004 PPS Nizam Zachman Jakarta, disebutkan

bahwa tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman, antara lain :

(1) Meningkatkan kemampuan armada perikanan samudera.

3
(2) Meningkatkan ekspor hasil-hasil perikanan untuk menambah devisa negara

dari sektor non migas.

(3) Menyediakan lahan untuk kegiatan industri perikanan dalam rangka

meningkatkan nilai tambah produksi perikanan.

(4) Menciptakan lapangan kerja.

(5) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya sekitar PPS Nizam

Zachman melalui pertumbuhan usaha perekonomian seperti pertokoan,

perbekalan dan lainnya.

(6) Meningkatkan pengawasan, keamanan, ketertiban dan kebersihan di

kawasan pelabuhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka diperlukan kelembagaan

kelautan dan perikanan yang kuat dan tangguh, namun fleksibel atau lentur dalam

menyesuaikan dengan lingkungan strategis yang berkembang secara dinamis.

Dalam rangka penataan inilah diperlukan strategi agar kapasitas kelembagaan

pelabuhan perikanan meningkat.

1.2 Perumusan Masalah

Di Indonesia terdapat berbagai kelembagaan yang terlibat di dalam

pengendalian, operasional serta pengelolaan pelabuhan perikanan, namun

demikian menyangkut jumlah dan jenis kelembagaan yang berada di pelabuhan

perikanan tersebut akan berbeda sesuai dengan besarnya ukuran dan lokasi

pelabuhan perikanan.

Di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman yang merupakan

pelabuhan perikanan terbesar di Indonesia, saat ini terdapat 10 macam

4
kelembagaan yang terlibat di dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pengaturan di

pelabuhan diluar industri swasta.

Sekalipun telah diterbitkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/

Kpts/OT.210/10/99 tanggal 13 Oktober 1999 tentang Tata Hubungan Kerja UPT

Pelabuhan Perikanan dengan Instansi Terkait dalam Pengelolaan Pelabuhan

Perikanan, namun suasana ketidakharmonisan antara UPT, Perum dan instansi

terkait lain tetap berkembang bahkan cenderung meruncing.

Sumber permasalahan diperkirakan berasal dari beberapa sebab antara

lain:

(1) Adanya kemiripan antara tugas pokok dan fungsi UPT berdasarkan SK

Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.261/MEN/2001 tanggal 1 Mei

2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan, dengan

Maksud, Tujuan dan Bidang Usaha Perum sebagaimana tercantum dalam

PP No. 23 Tahun 2000 tentang Perum Prasarana Perikanan Samudera.

(2) Tidak terdapat ketentuan khusus baik dalam SK Menteri Kelautan dan

Perikanan di atas, maupun di dalam PP yang menetapkan bahwa Perum di

dalam segenap aktivitasnya harus berada di bawah koordinasi UPT.

(3) Belum dapat direalisasikannya fungsi kesyahbandaran perikanan sesuai SK

Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.261/MEN/2001 sehingga tertib

Bandar di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman masih

dilaksanakan oleh Syahbandar Perhubungan Laut.

(4) Dukungan dan koordinasi instansi terkait masih lemah, karena instansi

terkait dimaksud secara organisatoris lebih bertanggung jawab kepada

instansi vertikal di atasnya (pimpinannya).

5
Guna mengatasi permasalahan di atas, alternatif pemecahan yang dapat

dilaksanakan antara lain :

(1) Menyempurnakan/merevisi peraturan guna mencegah kemiripan Maksud,

Tujuan dan Bidang Usaha Perum dengan tugas pokok dan fungsi UPT

Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman.

(2) Perlu diberi penegasan bahwa Perum dalam kegiatannya sehari-hari di

dalam lingkungan pelabuhan, harus berada di bawah koordinasi UPT

Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman. Penegasan ini harus

tercantum, baik di dalam PP hasil revisi tentang Perum maupun di dalam SK

Menteri Kelautan dan Perikanan yang akan datang.

(3) Menindaklanjuti tentang tertib Bandar di pelabuhan melalui penerbitan

peraturan.

(4) Menyelenggarakan koordinasi secara berkala dengan instansi terkait guna

membahas permasalahan di pelabuhan perikanan.

Dengan demikian untuk mencapai keberhasilan pembangunan pelabuhan

perikanan tidak lepas dari kelembagaan pelabuhan itu sendiri yang harus sesuai

dengan persyaratan, maka hendaknya pengelola selain menjual jasa-jasanya juga

dapat memanfaatkan dan memelihara fasilitas-fasilitas yang ada secara efektif dan

efisien dan dapat mengkoordinir semua pelaku-pelaku yang ada di pelabuhan

secara baik. Selain itu kelembagaan ekonomi perlu dikembangkan terutama

pemasaran ikan yang kompetitif di pelabuhan perikanan seperti terjalinnya

kemitraan antara nelayan tradisional dengan perikanan industri untuk

menyalurkan hasil tangkapan nelayan. Pemasaran yang efektif dapat

meningkatkan harga ikan yang didaratkan di pelabuhan perikanan.

6
Oleh karena itu, apabila semua permasalahan tersebut di atas tidak segera

dipecahkan maka akan mempengaruhi kinerja PPS Nizam Zachman khususnya

dan secara umum akan menghambat tujuan pembangunan pelabuhan perikanan itu

sendiri.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat disusun pertanyaan penelitian

antara lain :

(1) Bagaimana kelembagaan/organisasi PPS Nizam Zachman saat ini?

(2) Faktor-faktor apa saja yang menentukan efektivitas dan efisiensi dalam

pengelolaan PPS Nizam Zachman?

(3) Strategi apa yang diperlukan dalam upaya peningkatan kapasitas

kelembagaan PPS Nizam Zachman?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk :

(1) Mengkaji kelembagaan PPS Nizam Zachman.

(2) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi

pengelolaan PPS Nizam Zachman.

(3) Menyusun strategi peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam

Zachman.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

(1) Kepentingan praktisi, sebagai masukan kepada pengelola pelabuhan

perikanan dalam upaya pengembangan organisasi yang menyangkut

pembangunan pelabuhan perikanan.

7
(2) Kepentingan akademis, sebagai bahan informasi untuk menambah referensi

tentang kapasitas kelembagaan pelabuhan perikanan.

1.5 Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah kapasitas kelembagaan pengelolaan PPS

Nizam Zachman belum menunjang suatu pengelolaan pelabuhan perikanan yang

kondusif.

1.6 Kerangka Pemikiran

Visi dan misi PPS Nizam Zachman sebagai salah satu Unit Pelaksana

Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap merupakan acuan dalam

melakukan evaluasi kapasitas kelembagaan. Visi, misi, tujuan dan kebijakan

teknis pengelolaan pelabuhan mempengaruhi kapasitas kelembagaan dan kinerja

pelabuhan. Guna mengetahui kapasitas kelembagaan dan kinerja pelabuhan saat

ini perlu dilakukan evaluasi.

Evaluasi kapasitas kelembagaan akan dilakukan melalui keterkaitan

hubungan kerja antara UPT Pelabuhan Perikanan Samudera dengan Perum

Prasarana Perikanan Samudera dan instansi terkait di PPS Nizam Zachman.

Mengingat kapasitas kelembagaan dapat mempengaruhi kinerja pelabuhan

perikanan, maka evaluasi kinerja pelabuhan akan dilakukan dengan cara

membandingkan capaian-capaian yang diperoleh saat ini terhadap kondisi yang

diharapkan sebagaimana tercermin dalam visi dan misi PPS Nizam Zachman.

Tingkat kinerja pelabuhan perikanan sangat ditentukan oleh kondisi

lingkungan baik internal maupun eksternal, oleh karena itu dalam mengevaluasi

kinerja dilakukan audit lingkungan internal maupun eksternal. Audit lingkungan

internal dilakukan terhadap aspek organisasi dan operasional sedangkan audit

8
lingkungan eksternal dilakukan terhadap faktor makro (ekonomi, politik,

teknologi dan sosial budaya) dan mikro (persaingan). Audit lingkungan internal

akan menghasilkan faktor-faktor strategis pelabuhan yaitu kekuatan dan

kelemahan, sedangkan audit lingkungan eksternal akan menghasilkan faktor-

faktor peluang dan ancaman. Hasil evaluasi atas faktor internal dan eksternal

selanjutnya akan digunakan dalam analisis SWOT untuk memformulasikan

strategi kinerja pelabuhan.

Pemilihan prioritas strategi peningkatan kapasitas kelembagaan dilakukan

dengan AHP. AHP diawali dengan fokus yaitu peningkatan kapasitas

kelembagaan. Hirarki ke 1 dan 2 adalah faktor yang mempengaruhi peningkatan

kapasitas kelembagaan yaitu faktor internal dan eksternal. Sebagai tingkat hirarki

ke 3 adalah alternatif strategi yang elemen-elemennya diperoleh dari hasil analisis

SWOT. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

9
Visi dan Misi
Pelabuhan

Tujuan

Kebjakan Teknis

Kapasitas Kelembagaan Pencapaian


Masalah
Masa Kini

Kinerja PPS Nizam


Zachman Masa Kini

Internal Eksternal

Analisis SWOT

Analisis AHP

Rekomendasi Strategi
Peningkatan Kapasitas
Kelembagaan

Gambar 1 Kerangka pemikiran

10
2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan Perikanan

Sesuai dengan Pasal 1 Undang Undang No. 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan, bahwa Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan

dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan

pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai

tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang

dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang

perikanan.

Menurut Lubis (2000) pelabuhan perikanan adalah merupakan pusat

pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan

pemasaran baik berskala lokal, nasional maupun internasional. Menurut

Direktorat Jenderal Perikanan (1994) bahwa aspek-aspek tersebut secara rinci

adalah :

(1) Produksi : bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan

perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil

tangkapannya.

(2) Pengolahan : bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana yang

dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya.

(3) Pemasaran : bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan dan

pemasaran hasil tangkapannya.

11
Selanjutnya berdasarkan Pasal 41 dan penjelasan atas Undang Undang No.

31 Tahun 2004 tersebut, dalam rangka pengembangan perikanan, pemerintah

membangun dan membina pelabuhan perikanan yang berfungsi, antara lain

sebagai tempat tambat labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat

pemasaran dan distribusi ikan, tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil

perikanan, tempat pengumpulan data tangkapan, tempat pengumpulan data

tangkapan, tempat pelaksanaan penyuluhan serta pengembangan masyarakat

nelayan, dan tempat untuk memperlancar kegiatan operasional kapal perikanan.

Mengingat demikian luasnya fungsi yang harus diselenggarakan oleh

pelabuhan perikanan, maka perlu dirumuskan secara jelas misi sebagai pedoman

maupun dorongan semangat kerja seluruh aparat yang bertugas dalam organisasi.

Pelabuhan perikanan adalah pusat pengembangan masyarakat nelayan dan

ekonomi perikanan, mampu mendorong peningkatan produksi perikanan secara

berkesinambungan karena bermanfaat bagi kehidupan nelayan produsen maupun

kesejahteraan konsumen serta mengkedepankan pemanfaatan teknologi maupun

manajemen yang melindungi serta melayani sebagai kepentingan masyarakat

perikanan terutama industri perikanan tanpa kekecualian, dalam berusaha di

lingkungan pelabuhan perikanan.

Tujuan pembangunan pelabuhan adalah menyediakan fasilitas atau

kemudahan bagi nelayan dan pengusaha perikanan untuk melakukan kegiatan

usaha secara terpadu. Kegiatan tersebut mulai dari kegiatan pra panen sampai

dengan pasca panen, termasuk pengelolaan dan pemasaran hasilnya.

12
2.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.10/

MEN/2004 tentang Pelabuhan Perikanan, dimana pelabuhan perikanan dapat

dikategorikan menurut kapasitas dan kemampuan masing-masing pelabuhan untuk

menangani kapal yang datang dan pergi serta letak dan posisi pelabuhan.

Pelabuhan perikanan diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kategori utama yaitu :

2.2.1 Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)

PPS dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe A atau kelas I.

Terdapat 5 (lima) PPS di Indonesia, yaitu PPS Nizam Zachman di DKI Jakarta,

PPS Cilacap di Jawa Tengah, PPS Belawan di Sumatera Utara, PPS Bungus di

Sumatera Barat dan PPS Kendari di Sulawesi Tenggara.

PPS adalah pelabuhan perikanan yang dapat menampung kapal perikanan

yang mempunyai kemampuan beroperasi di samudera dan lepas pantai yang

sifatnya nasional dan internasional, dengan kriteria sebagai berikut :

(1) Terutama untuk melayani kapal perikanan berukuran > 60 GT.

(2) Melayani kapal perikanan yang beroperasi di perairan lepas pantai, ZEE dan

perairan internasional.

(3) Dapat menampung 100 buah kapal perikanan atau 6.000 GT sekaligus.

(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 200 ton/hari atau 40.000 ton/tahun.

(5) Memiliki 30 Ha lahan untuk kawasan industri perikanan.

(6) Memberikan pelayanan ekspor industri perikanan.

2.2.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)

PPN dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II.

Terdapat 11 (sebelas) PPN di Indonesia, dimana lokasinya berada di Brondong

13
(Jawa Timur), Sibolga (Sumatera Utara), Pelabuhan Ratu (Jawa Barat),

Kejawanan dan Pekalongan (Jawa Tengah), Tanjung Pandan (Bangka Belitung),

Pemangkat (Kalimantan Barat), Tual (Maluku), Prigi (Jawa Timur), Ternate dan

Ambon (Maluku).

PPN adalah pelabuhan perikanan yang dapat menampung kapal perikanan

yang mempunyai kemampuan beroperasi di lepas pantai yang sifatnya regional

dan nasional, dengan kriteria sebagai berikut :

(1) Terutama untuk melayani kapal perikanan berukuran 15- 60 GT.

(2) Melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan ZEE Indonesia dan perairan

nasional.

(3) Mampu menampung sekaligus 75 buah kapal perikanan atau 3.000 GT.

(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40-50 ton/hari atau sekitar 8.000-

15.000 ton/tahun.

2.2.3 Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)

PPP dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe C atau kelas II.

Terdapat 44 (empat puluh empat) PPP di Indonesia, dimana lokasinya berada di

Asemdoyong, Bacan, Bajomulyo, Banjarmasin, Bawean, Blanakan, Bondet,

Cilauteureun, Ciparage, Dagho, Eretan, Hantipan, Karangantu, Karimun Jawa,

Kota Agung, Kupang, Kwandang, Labuhan Lombok, Labuhan Maringgai,

Lampulo, Lekok, Lempasing, Mayangan, Morodemak, Muara Ciasem, Muncar,

Paiton, Pondok Dadap, Sadeng, Sikakap, Sorong, Sungai Liat, Tarakan, Tarempa,

Tasik Agung,, Tawang, Tegalsari, Teladas, Teluk Batang, Tobelo, Tumumpa,

Wonokerto.

14
PPP adalah pelabuhan perikanan yang dapat menampung kapal perikanan

yang mempunyai kemampuan beroperasi di pantai yang sifatnya regional, dengan

kriteria sebagai berikut :

(1) Melayani kapal perikanan berukuran 5-15 GT.

(2) Melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan pantai.

(3) Mampu menampung 50 buah kapal perikanan atau 500 GT sekaligus.

(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 15-20 ton/hari atau sekitar 3.000-4.000

ton/tahun.

2.2.4 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

PPI merupakan pelabuhan kecil yang umumnya dikelola oleh daerah,

untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan di daerah pantai. Terdapat 585 PPI

di Indonesia, yang digunakan untuk kapal-kapal nelayan setempat untuk

mendaratkan dan memasarkan hasil tangkapan, dengan kriteria sebagai berikut :

(1) Melayani kapal perikanan yang beroperasi di perairan pantai.

(2) Melayani kapal berukuran sampai dengan 10 GT.

(3) Mampu menampung 20 buah kapal perikanan atau 200 GT

(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 10 ton/hari atau 2.000 ton/tahun.

Kriteria ini akan menentukan dalam peningkatan klasifikasi PP/PPI yang kegiatan

operasional mengalami peningkatan dengan adanya pembangunan/pengembangan

sarananya (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2001).

Menurut Lubis (2000) pelabuhan perikanan dapat diklasifikasikan menurut

letak dan jenis usaha perikanannya. Pelabuhan perikanan bila dilihat dari

banyaknya faktor yang ada, pengklasifikasiannya dapat dipengaruhi oleh berbagai

parameter antara lain :

15
(1) Luas lahan, letak dan konstruksi bangunannya.

(2) Tipe dan ukuran kapal yang masuk pelabuhan.

(3) Jenis perikanan skala usahanya.

(4) Distribusi dan tujuan ikan hasil tangkapan.

Pengklasifikasian pelabuhan perikanan seperti tersebut di atas pada

dasarnya dibuat untuk mempermudah dalam pengelolaan khususnya dan

pengembangan pelabuhan pada umumnya.

2.3 Fasilitas Pelabuhan Perikanan

Di dalam pelaksanaan fungsi dan peranannya, pelabuhan perikanan

dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di pelabuhan

perikanan umumnya terdiri dari fasilitas pokok, fungsional dan tambahan/

penunjang.

Fasilitas pokok dan penunjang bersifat pelayanan umum bagi masyarakat

dan pengusaha perikanan, dimana pembangunannya membutuhkan biaya yang

relatif mahal maka menjadi kewajiban pemerintah. Fasilitas fungsional (cold

storage, pabrik es, Bahan Bakar Minyak (BBM) dan lain-lain) yang bersifat

komersial pembangunannya dapat diserahkan kepada swasta sebagai mitra kerja

di bawah bimbingan, pembinaan dan pengaturan oleh pemerintah.

Lubis (2000) menjelaskan bahwa guna mendukung fungsi-fungsi tujuan

pembangunan pelabuhan, maka pelabuhan perikanan dilengkapi dengan fasilitas

yang dibedakan atas 3 (tiga) kelompok sebagai berikut :

16
(1) Fasilitas pokok

Fasilitas pokok atau juga dikatakan infrastruktur adalah fasilitas dasar atau

pokok yang diperlukan dalam kegiatan di suatu pelabuhan. Fasilitas ini

berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal baik sewaktu

berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan.

Fasilitas-fasilitas pokok tersebut antara lain terdiri dari : dermaga, kolam

pelabuhan, alat bantu navigasi, breakwater atau pemecah gelombang dan

tanah untuk industri.

(2) Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional dikatakan juga suprastruktur adalah fasilitas yang

berfungsi meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok yang dapat menunjang

aktifitas di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas ini diantaranya tidak harus ada di

suatu pelabuhan namun fasilitas ini disesuaikan dengan kebutuhan

operasional pelabuhan perikanan tersebut. Sebagai contoh, ada kalanya suatu

pelabuhan tidak memerlukan cold storage karena ikan-ikan yang didaratkan

semuanya habis terjual dalam bentuk segar. Fasilitas-fasilitas fungsional ini

antara lain TPI, balai pertemuan nelayan, tangki BBM, tangki air, radio

komunikasi, instalasi listrik, pabrik es, cold storage, dock/slipway dan

bengkel.

(3) Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung

meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan

kenyamanan melakukan aktifitas di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas penunjang

17
ini antara lain kantor pengelola pelabuhan, jalan di dalam komplek,

perumahan, toko, kamar mandi umum dan tempat ibadah.

2.4 Manajemen Strategi

Strategi pada intinya adalah keterampilan dan ilmu memenangkan

persaingan. Persaingan dalam dunia bisnis adalah perebutan pangsa pasar, pada

kondisi yang selalu berubah. Oleh karena itu strategi perlu selalu dikelola agar

tujuan organisasi dalam jangka pendek, jangka menengah dan panjang dapat

dicapai.

Menurut David (1999) definisi manajemen strategis adalah seni dan

pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi

keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai

sasarannya. Pengertian yang senada juga diberikan oleh Wheelen dan Hunger

(2000) bahwa manajemen strategi adalah sekumpulan keputusan dan tindakan

manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang suatu organisasi.

Menurut David (1999) proses manajemen strategis yang efektif dan efisien

diterapkan dengan menggunakan suatu model manajemen strategis, dimana model

tersebut membagi proses manajemen strategi ke dalam 3 (tiga) tahap yaitu tahap

formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.

2.5 Kelembagaan

Kelembagaan dapat diartikan dalam 2 (dua) pengertian, pertama

kelembagaan sebagai institusi yaitu lembaga atau organisasi berbadan hukum

untuk mengelola suatu kegiatan, dan kedua pelembagaan nilai atau

institutionalized. Kelembagaan sebagai institusi dikembangkan melalui 3 (tiga)

aspek yaitu peningkatan kemampuan aparatur yang bekerja di lembaga tersebut

18
dan memobilisasi tenaga untuk bekerja di lembaga tersebut, penyediaan fasilitas

(ruang kantor, peralatan dan bahan serta fasilitas lainnya untuk mengoperasikan

lembaga tersebut); serta penyediaan dana operasional dan pemeliharaan serta

pembangunan untuk membiayai kegiatan lembaga tersebut.

Pelembagaan nilai-nilai dikembangkan dengan memasyarakatkan hasil-

hasil yang dikerjakan oleh lembaga tersebut ke masyarakat yang menjadi sasaran

atau pengguna jasa tersebut. Nilai-nilai yang dilembagakan bisa berupa peraturan

per Undang Undangan, peraturan daerah, tata ruang pesisir dan lautan dan bentuk-

bentuk lainnya yang dihasilkan oleh lembaga tersebut.

Menurut Mubyarto (1987), yang dimaksud dengan lembaga adalah

organisasi atau kaidah-kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur

perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu, baik dalam kegiatan rutin

sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Hayami dan

Kikuchi (1987) mendefinisikan bahwa lembaga (pranata) adalah sebagai aturan-

aturan yang dikukuhkan dengan sanksi oleh para anggota komunitas. Ruttan

(1985), mendefinisikan bahwa lembaga sebagai aturan perilaku yang menentukan

pola-pola tindakan dan hubungan sosial, sedangkan organisasi adalah kesatuan

sosial yang memiliki kewenangan untuk pengambilan keputusan, seperti keluarga,

perusahaan dan kantor dengan menjalankan pengendalian terhadap berbagai

sumberdaya.

Menurut Purwaka (2004), kelembagaan (K) adalah satu set atau satu

perangkat peraturan per Undang Undangan yang mengatur tata kelembagaan

(Institutional Arrangement : IA) dan mekanisme/kerangka kerja kelembagaan

(Institutional Framework : IF) dalam rangka fungsionalisasi kapasitas potensial

19
(Potential Capacity : PC), daya dukung (Carrying Capacity : CC), dan daya

tampung (Absorptive Capacity : AC). AC juga disebut sebagai daya lentur

kelembagaan, yaitu kelenturan sesuatu lembaga dalam menghadapi dan

mengantisipasi dinamika perubahan yang terjadi di dalam pembangunan kelautan.

Kelembagaan tersebut dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

K = f (IA, IF) (PC, CC, AC)

dimana :

K : Kelembagaan

f : Fungsi

IA : Tata kelembagaan (bersifat statis)

IF : Kerangka kerja/mekanisme kelembagaan (bersifat dinamis) yaitu tata

kelembagaan dalam keadaan bergerak atau bekerja

PC : Kapasitas potensial

CC : Daya dukung

AC : Daya tampung

Di dalam IA dan IF, masing-masing mengandung PC, CC dan AC, dimana

PC, CC dan AC adalah kapasitas kelembagaan. Dengan demikian, pengembangan

kapasitas kelembagaan adalah upaya optimalisasi kapasitas kelembagaan dalam

kerangka tata dan mekanisme kelembagaan. Dalam kaitan ini, analisis

pengembangan kapasitas kelembagaan dapat mempergunakan politik, ekonomi,

sosial, budaya dan hankam sebagai tools of analysis. Tools of analysis ini juga

dapat dipergunakan dalam upaya membuat desain kelembagaan.

20
2.6 Teknik Penyusunan Strategi Alternatif

Formulasi strategi adalah perumusan rencana jangka panjang untuk

mengelola peluang dan ancaman secara efektif dengan memperhatikan kekuatan

dan kelemahan yang ada pada organisasi. Formulasi strategi juga meliputi

perumusan misi organisasi, menentukan tujuan, dan merumuskan kebijakan-

kebijakan organisasi.

Tahap formulasi strategi meliputi proses audit. Faktor lingkungan internal

dan eksternal yang dapat mempengaruhi keadaan organisasi dimasa datang, serta

menyusun strategi alternatif dan memilih strategi yang layak untuk dilaksanakan

oleh suatu organisasi.

Audit faktor lingkungan internal dan eksternal organisasi merupakan

kegiatan identifikasi, evaluasi, dan diseminasi berbagai faktor internal dan

eksternal untuk diinformasikan kepada pengambil keputusan dalam organisasi.

Lingkungan eksternal terdiri dari 2 (dua) variabel yaitu peluang (Opportunities)

dan ancaman (Threats), sedangkan lingkungan internal juga terdiri dari 2 (dua)

variabel yaitu kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weakness). Menurut Wheelen

dan Hunger (2000) lingkungan eksternal berkaitan dengan lingkungan tugas dan

lingkungan sosial. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan internal adalah

berbagai bidang fungsional, sumberdaya dan budaya kerja dalam organisasi.

Teknik untuk memadukan faktor-faktor internal dan eksternal untuk

mendapatkan strategi alternatif melalui analisis sebagai berikut :

2.6.1 Analisis matriks SWOT

Analisis SWOT adalah analisis kualitatif yang digunakan untuk

mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk memformulasikan

21
strategi suatu kegiatan. SWOT adalah singkatan dari Strength, Weakness,

Opportunities dan Threats (Rangkuti, 2002).

Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal yang

dipresentasikan melalui peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan

faktor internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Kedua faktor

tersebut memberikan dampak positif yang berasal dari peluang dan kekuatan, dan

negatif yang berasal dari ancaman dan kelemahan.

Dalam analisis SWOT juga digunakan matriks SWOT (Rangkuti, 2002).

Matriks tersebut dapat menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif

strategis sebagai berikut : Strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT.

Matriks SWOT menampilkan enam kotak, dua kotak di bagian paling atas

adalah kotak faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan, sedangkan dua kotak

di sebelah kiri adalah kotak faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman. Empat

kotak lainnya A, B, C dan D merupakan kotak isi strategi yang timbul sebagai

hasil kontak antara faktor internal dan eksternal. Keempat isi strategis adalah

sebagai berikut (Tabel 1) :

(1) Strategi SO atau Comparative Advantage (keunggulan komparatif) yaitu

pengambil keputusan telah melihat peluang yang tersedia dan juga memiliki

posisi internal yang kuat. Organisasi menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang.

(2) Strategi ST atau Mobilization Advantage (pengerahan keuntungan),

interaksi antara ancaman dari luar yang diidentifikasi oleh pengambil

keputusan dengan kekuatan organisasi. Dalam hal ini organisasi

menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

22
(3) Strategi WO atau Investement/Divestment (bertambah/berkurang), dimana

peluang yang tersedia sangat menyakinkan, tetapi tidak ada kemampuan

organisasi untuk menggarap dan memberikan reaksi positif. Organisasi akan

meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

(4) Strategi WT atau Damage (rugi), merupakan keadaan yang paling lemah

bagi organisasi. Pada keadaan ini ancaman dari luar dihadapkan pada

sumberdaya organisasi yang sangat lemah. Organisasi perlu mengendalikan

kelemahan untuk menghindari ancaman.

Tabel 1 Strategi yang dihasilkan dari perpaduan antara faktor internal dengan
eksternal

INTERNAL KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)


X1 X1
X2 X2
. .
. .
EKSTERNAL Xn Xn
PELUANG (O) (Strategi SO) (Strategi WO)
X1 a a
X2 b b
. . .
. . .
Xn n n
ANCAMAN (T) (Strategi ST) (Strategi WT)
X1 a a
X2 b b
. . .
. . .
Xn n n
Sumber : Rangkuti, 2002

2.6.2 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Dalam mengambil keputusan seringkali harus memecahkan suatu masalah

hubungan antar komponen dalam sistem yang kompleks seperti sumberdaya,

hasil-hasil yang diinginkan atau tujuan-tujuan, kelompok orang dan sebagainya.

Analytical Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik (PHA) adalah

23
merupakan analisis yang digunakan untuk memahami kompleksitas sistem dan

dapat meningkatkan kualitas prediksi dalam mengambil keputusan. Dalam

penerapannya, Saaty (1991) menyarankan sedapat mungkin menghindari adanya

penyederhanaan seperti dengan membuat asumsi-asumsi, dengan tujuan dapat

diperoleh model-model yang kuantitatif.

AHP merupakan suatu metode pengambilan keputusan yang sederhana

dan fleksibel yang menampung kreativitas dalam rancangannya terhadap suatu

masalah. Metode ini ditujukan untuk memodelkan problem tak terstruktur, baik

dalam bidang ekonomi, sosial maupun sains manajemen yang dikembangkan

pertama sekali oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an, seorang ahli

matematika dari university of Pittsburg Amerika Serikat.

Prinsip dasar AHP adalah penyusunan hirarki, penerapan prioritas dan

prinsip konsistensi (Saaty, 1991). Tolok ukur kekonsistenan pendapat responden

diukur dengan menggunakan rasio konsistensi atau Consistency Ratio (CR). Dari

hasil AHP ditentukan urutan/tingkatan pengaruh elemen-elemen dalam suatu

hierarki.

Prinsip menyelesaikan masalah dengan menggunakan AHP adalah

dipergunakannya hirarki untuk menguraikan sistem yang komplek menjadi

elemen-elemen yang lebih sederhana. Hirarki dari metode ini dibagi menjadi

fokus, faktor, aktor, tujuan dan alternatif seperti terlihat pada Gambar 2.

24
Fokus : Sasaran Utama
(Ultimate Goal)

Faktor yang terlibat


Faktor : (internal dan eksternal)

Aktor : Pelaku yang terlibat

Tujuan : Tujuan dari pelaku

Alternatif : Alternatif Strategi

Gambar 2 Analytical Hierarchy Process (Saaty, 1991)

AHP mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut :

(1) Memberi suatu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk

anekaragaman persoalan yang tak terstruktur.

(2) Memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam

memecahkan persoalan kompleks.

(3) Dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem

dan tidak memaksakan pemikiran linier.

(4) Mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-

elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan

unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

(5) Memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk

mendapatkan prioritas.

25
(6) Melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan

dalam menetapkan berbagai prioritas.

(7) Menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.

(8) Mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan

memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan

mereka.

(9) Tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang

representatif dari penilaian yang berbeda-beda.

(10) Memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan

dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui

pengulangan.

2.7 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pelabuhan perikanan telah dilakukan beberapa peneliti

di Indonesia dengan berbagai pendekatan analisis yang digunakan diantaranya

adalah :

(1) Hayati (2001) dengan topik penelitian yaitu Strategi Peningkatan Kinerja

Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.

Penelitian tersebut telah dapat menginventarisasi dan mengidentifikasi

faktor-faktor dominan yang menentukan kinerja pelabuhan, merumuskan

sasaran kerja pelabuhan, mengkaji faktor-faktor yang harus ditingkatkan dan

merumuskan rekomendasi strategi peningkatan kinerja pelabuhan.

(2) Furuta (2002) dengan topik penelitian yaitu Dampak Bantuan Pinjaman dari

Pemerintah Jepang terhadap Perikanan Tangkap di Indonesia : Studi Kasus

tentang Pengembangan Pelabuhan PPS Jakarta oleh OECF (JBIC). Hasil

26
penelitian menunjukkan antara lain bahwa pengembalian bantuan pinjaman

dari OECF/JBIC, diperhitungkan akan sulit dituntaskan bila didasarkan pada

penerimaan pelabuhan pada masa kini, khususnya dengan sistem

pengelolaan yang seluruhnya dilakukan oleh pemerintah. Pengalihan

pengelolaan ke pihak swasta mungkin dapat menjadi solusi untuk

meningkatkan kemampuan pengembalian pinjaman, namun masih perlu

pengkajian yang lebih dalam.

(3) Susilowati (2003) dengan topik penelitian yaitu Analisis Peran Pelabuhan

Perikanan dan Hubungannya dengan Kesejahteraan Masyarakat. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa keberadaan PPS Jakarta telah

memberikan dampak ganda baik bagi masyarakat maupun pemerintah

daerah.

(4) Firmansyah (2004) dengan topik penelitian yaitu Analisis Ekspor Ikan Tuna

Indonesia dari PPS Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi

ikan tuna dari PPS Jakarta berpengaruh positif terhadap nilai ekspor ikan

tuna Indonesia. Jika produksi ikan tuna Indonesia meningkat maka nilai

ekspor Indonesia juga meningkat.

(5) Suparman (2004) dengan topik penelitian yaitu Formulasi Strategi

Pengembangan Perusahaan Umum Prasarana Perikanan Samudera di

Indonesia. Penelitian tersebut telah dapat menginventarisasi dan

mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan intenal yang mempengaruhi

kinerja Perum PPS dan merumuskan rekomendasi strategi yang layak

dilaksanakan Perum PPS untuk mengembangkan unit-unit usaha yang

dikelolanya.

27
Dari hasil inventarisasi kajian penelitian terdahulu, maka didapat bahwa

topik penelitian tentang kelembagaan di pelabuhan perikanan khususnya di PPS

Nizam Zachman sampai saat ini belum ada yang melakukan. Berdasarkan hal

tersebut di atas, maka penulis memilih topik penelitian yaitu Strategi Peningkatan

Kapasitas Kelembagaan PPS Nizam Zachman Jakarta. Dari hasil penelitian

diharapkan nantinya teridentifkasi kelembagaan/organisasi PPS Nizam Zachman

saat ini, faktor-faktor yang menentukan efektivitas dan efisiensi dalam

pengelolaan PPS Nizam Zachman, dan strategi yang diperlukan dalam upaya

peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman.

28
3 METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam

Zachman yang terletak di Teluk Jakarta dan termasuk dalam perairan Teluk

Jakarta. Berada pada wilayah pengelolaan perikanan (WPP-03) Laut Jawa.

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 (lima) bulan mulai April s.d Agustus 2005.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder yang bersifat

kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang dikumpulkan adalah data tentang

keterkaitan hubungan kerja antara UPT Pelabuhan Perikanan Samudera dengan

Perum Prasarana Perikanan Samudera dan instansi terkait di pelabuhan perikanan,

sedangkan data sekunder adalah berupa uraian tugas dan tata hubungan

kelembagaan yang terlibat di dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pengaturan di

pelabuhan serta data-data internal mengenai kinerja pelabuhan perikanan selama

ini.

Data primer dikumpulkan melalui wawancara dan kuesioner dari

responden dan narasumber yang terpilih dengan sengaja (purposive) dengan

ketentuan bahwa yang bersangkutan memiliki pemahaman terhadap perencanaan

pembangunan pelabuhan perikanan, faktor yang mempengaruhi pelabuhan

perikanan dan pengelolaan pelabuhan perikanan. Responden dan narasumber yang

berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu Direktur Kelembagaan Pemerintah,

Direktorat Jenderal Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran; Kepala

UPT PPS Nizam Zachman; Direktur Pengembangan dan Tata Pelabuhan, Perum

29
Prasarana Pelabuhan Samudera; Kasubdit Pengawasan Penangkapan Ikan

Wilayah Barat, Direktorat Pengawasan Sumberdaya Ikan, Direktorat Jenderal

Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan; Kasubdit Tata Operasional

Pelabuhan Perikanan, Direktorat Prasarana Pelabuhan Perikanan, Direktorat

Jenderal Perikanan Tangkap; Kepala TPI Muara Baru, Dinas Peternakan,

Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, dan Ketua Asosiasi Tuna

(ASTUIN) Wilayah Jakarta.

Data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka dan studi literatur,

diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan, UPT PPS Nizam Zachman,

Perum PPS, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, TPI

Muara Baru, Institut Pertanian Bogor dan instansi terkait lainnya.

3.3 Analisis Data

3.3.1 Analisis fungsi dan kewenangan kelembagaan

Analisis fungsi dan kewenangan dilakukan untuk menelusuri terjadinya

konflik antar lembaga/instansi yang disebabkan oleh adanya tumpang tindih

fungsi dan wewenang dari setiap lembaga/instansi yang terlibat dalam

pengelolaan pelabuhan perikanan. Sebelum dianalisis, dilakukan identifikasi

terhadap semua lembaga/instansi yang saling berinteraksi baik sektoral maupun

fungsional pada semua tingkat pemerintahan yang berpengaruh terhadap

pemanfaatan dan pengelolaan pelabuhan perikanan.

Analisis fungsi dan wewenang kelembagaan, dengan mengidentifikasikan

input-input dan faktor intervensi. Adapun input yang dimaksudkan disini adalah

peraturan perundang-undangan serta kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi

permasalahan dimaksud, serta lembaga-lembaga atau instansi pemerintah yang

30
diberi kewenangan untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan dan

kebijakan dalam pengelolaan pelabuhan perikanan. Sedangkan faktor

intervensinya adalah berupa kesenjangan pertanggungjawaban, tumpang tindih

serta duplikasi kepentingan antar lembaga/instansi yang pada akhirnya

menimbulkan terjadinya konflik.

Teknik pengolahan data primer untuk penentuan bobot kelembagaan

dilakukan dengan menyajikan data dalam bentuk tabulasi data menggunakan

matriks keserasian (compatibility matrix). Metode ini digunakan untuk

memberikan bobot dengan mensinergikan suatu kegiatan diantara lembaga/

instansi yang ada di pelabuhan perikanan (Tabel 2).

Langkah-langkah penyelesaian pembobotan adalah sebagai berikut :

(1) Mengajukan identifikasi kegiatan terhadap kelembagaan dalam suatu

matriks pendapat individu.

(2) Mengisi matriks dengan skala perbandingan berpasangan.

(3) Membuat matriks pendapat gabungan dari matriks dengan skala

perbandingan berpasangan.

Tabel 2 Kerangka matriks keserasian (compatibility matrix) fungsi dan wewenang


antar lembaga/instansi

Lembaga/Instansi A B C ...
A S K SK
B
C
...

Keterangan :
S = Sinergi
K = Kontradiksi
SK = Sangat Kontradiksi

31
3.3.2 Analisis strategi kinerja pelabuhan perikanan

Strategi kinerja pelabuhan perikanan dapat ditentukan oleh kombinasi

faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam

analisis SWOT yaitu membandingkan antara faktor internal kekuatan dan

kelemahan dengan faktor eksternal peluang dan ancaman.

Penentuan bobot dan nilai setiap faktor internal dan eksternal dilakukan

oleh responden. Pembobotan dilakukan dengan cara membandingkan tingkat

kepentingan suatu faktor terhadap faktor lainnya secara berpasangan dengan

metode Paired Comparison (Kinnear, 1996), sebagai berikut (Tabel 3) :

(1) Menyusun faktor-faktor internal dan eksternal dalam suatu matriks pendapat

individu.

(2) Mengisi matriks dengan skala perbandingan berpasangan yang dilakukan

secara individu. Angka untuk menilai pembobotan adalah sebagai berikut :

Nilai 1, jika faktor horizontal kurang penting dari faktor vertikal.

Nilai 2, jika faktor horizontal sama penting dari faktor vertikal.

Nilai 3, jika faktor horizontal lebih penting dari faktor vertikal.

(3) Menghitung bobot masing-masing faktor yaitu, bobot B = T : T, dimana T

= t1 + t2 + t3 + tn

Tabel 3 Matriks paired comparison gabungan

Faktor Internal
dan Eksternal A B C D Total Bobot
A t1 t2 t3 T B
B
C
...
Total T 1
Sumber : Kinnear, 1996

32
3.3.3 Analisis strategi peningkatan kapasitas kelembagaan

Analisis kuantitatif dilakukan terhadap faktor yang mempengaruhi

pengelolaan pelabuhan dan untuk merumuskan hasil dari data, digunakan alat

Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan tujuan untuk menentukan alternatif

strategi berdasarkan skala prioritas (Saaty, 1991). AHP digunakan untuk

pengambilan keputusan yang dapat digunakan dalam penentuan atau

merencanakan suatu strategi. Melalui analisa ini dimasukkan pertimbangan-

pertimbangan logis dari faktor-faktor yang berpengaruh, pelakunya dan tujuan

masing-masing dari suatu permasalahan yang kompleks menjadi sederhana dan

tersusun dalam suatu hirarki. Tingkat konsistensi merupakan penentu utama

sebagai pertimbangan pokok keputusan strategi yang diambil.

Langkah-langkah penyelesaian AHP adalah sebagai berikut :

(1) Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang

diinginkan.

(2) Membuat struktur hirarki secara menyeluruh, sebagaimana diringkaskan

pada Gambar 3 berikut ini.

33
Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Tujuan

Legalitas Hukum Koordinasi Kinerja Pelabuhan Level 1 : Faktor

Peraturan yang Berlaku Kerjasama Antar Instansi Terkait Ketersediaan Fasilitas Pelabuhan

Pengaturan Fungsi dan Wewenang Kerjasama Dengan Stake Holder Tingkat Pelayanan Pelabuhan

Kelembagaan Pengelola Pelabuhan


Kualitas SDM

Level 2 : Sub Faktor

Penyempurnaan Peningkatan Sarana dan Peningkatan Pelayanan


Level 3 : Strategi
Pengelolaan Pelabuhan Prasarana Pelabuhan

Gambar 3 Struktur hirarki dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman

34
(3) Menyusun matrik banding berpasangan (Tabel 4)

Tabel 4 Matriks pendapat pada metode AHP

Fokus A1 A2 A3 ........ An
A1 a11 a12 a13 .......... a1n
A2 a21 a22 a23 .......... a2n
A3 a31 a32 a33 .......... a3n
........ .......... .......... .......... .......... ..........
An an1 an2 an3 .......... ann
Sumber : Saaty, 1991

(4) Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil melakukan

perbandingan berpasangan antar elemen pada langkah untuk mengisi matriks

banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai skala banding berpasangan

Nilai Skala Definisi Penjelasan


1 Kedua elemen sama Dua elemen mempengaruhi sama
pentingnya kuat pada sifat ini

3 Elemen yang satu sedikit Pengalaman atau pertimbangan


lebih penting dari lainnya sedikit menyokong satu elemen atas
lainnya

5 Elemen yang satu jelas Pengalaman atau pertimbangan


lebih penting dibanding dengan kuat disokong dan
elemen lainnya dominasinya terlihat dalam praktek

7 Satu elemen sangat jelas Satu elemen dengan kuat disokong


lebih penting dibanding dan dominasinya terlihat dalam
elemen lainnya praktek

9 Satu elemen mutlak lebih Sokongan elemen yang satu atas


penting dibanding elemen yang lain terbukti memiliki tingkat
lainnya penegasan tertinggi

2,4,6,8 Nilai-nilai diantara kedua Kompromi diperlukan diantara dua


pertimbangan diatas pertimbangan

Kebalikan Bila nilai-nilai diatas dianggap membandingkan antara elemen A


Nilai-nilai dan B, maka nilai-nilai kebalikan (1/2, 1/3, 1/4 .... 1/9) digunakan
diatas untuk membandingkan kepentingan B terhadap A.
Sumber : Saaty, 1991

35
(5) Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal.

(6) Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkatan dan hirarki tersebut.

(7) Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan.

(8) Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.

Pengolahan data dengan AHP ini menggunakan Expert Choice (Gambar 4).

Mulai

Identifikasi Masalah

Penyusunan Hirarki

Pengisian Matriks Pendapat


Individu

Pengujian Konsistensi Rasio


Revisi
Terpenuhi ?
Tidak
Ya

Penyusunan Matriks Gabungan

Pengolahan

Vektor Prioritas

Selesai

Gambar 4 Skema proses pengolahan data pada AHP

36
4 PROFIL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA
NIZAM ZACHMAN

4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.04/Men/

2004 telah ditetapkan perubahan nama Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta

(PPSJ) menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman yang terletak di

daerah Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta

Utara. Secara geografis terletak pada 06005' - 06007' LS dan 106050' - 106050' BT

(Gambar 5). Kelurahan Penjaringan di Jakarta Utara mempunyai batas

administratif yaitu :

(1) Sebelah utara : Pantai Laut Jawa, Jalan Pluit Selatan (wilayah

Kelurahan Pluit).

(2) Sebelah selatan : Jalan Bandengan Utara.

(3) Sebelah barat : Waduk Pluit sebelah barat, Jalan Jembatan Tiga dan

Kali Muara Karang.

(4) Sebelah timur : Alur Pelabuhan Sunda Kelapa, Kali Jelakeng (wilayah

Kelurahan Ancol).

Kelurahan Penjaringan merupakan salah satu kawasan industri yang

terdapat di Jakarta Utara. Hal ini terlihat dari penggunaan lahan yang sebagian

besar dipergunakan untuk perusahaan yaitu seluas 243,27 Ha atau 61,52 % dari

luas kelurahan ini, sedangkan lahan pemukiman 31,46 % dan sisanya 7,02 %

dipergunakan untuk industri. Luas lokasi PPS Nizam Zachman adalah 98 Ha atau

25,29 % dari total luas kelurahan ini.

37
Gambar 5 Peta lokasi PPS Nizam Zachman

38
4.2 Sejarah dan Perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam
Zachman

Perencanaan pembangunan PPS Nizam Zachman dimulai sejak tahun

1972, studi kelayakan dipercayakan kepada Pemerintah Jepang melalui Overseas

Technical Cooperation Agency (OTCA) of Japan sekarang bernama Japanese

International Cooperation Agency (JICA). PPS Nizam Zachman mulai dibangun

tahun 1980 dengan pembiayaan bantuan lunak pemerintah Jepang melalui

Overseas Economic Cooperation Fund (OECF) dan dana APBN.

Tujuan utama pembangunan PPS Nizam Zachman yaitu untuk menjawab

tantangan pembangunan perikanan nasional Indonesia dalam menggali

sumberdaya perikanan yang tersebar dari perairan pantai sampai perairan Zona

Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia melalui cara-cara yang lebih modern.

Perencanaan teknis pembangunan pelabuhan dilaksanakan oleh Pacific

Consultans International dari Jepang yang bekerjasama dengan PT Inconeb dari

Indonesia.

Pembangunan awal PPS Nizam Zachman dilaksanakan dalam beberapa

tahapan pembangunan (Gambar 6, Gambar 7, Gambar 8) sebagai berikut :

(1) Pembangunan Tahap I (5 Maret 1980 - 31 Desember 1982), meliputi

pembangunan fasilitas pokok/dasar yaitu pembuatan kolam pelabuhan,

dermaga, penahan gelombang, lampu navigasi dan reklamasi tanah.

(2) Pembangunan Tahap II (22 Maret 1982 - 31 Maret 1984), terdiri dari

pembangunan fasilitas fungsional yaitu gedung pelelangan ikan, cold

storage, pabrik es, kantor pelabuhan, dermaga bongkar muat, mesin

pendingin, pembangkit listrik, galangan kapal dan sarana lainnya.

(3) Pembangunan Tahap III (1984-1992), meliputi pembangunan fasilitas

39
penunjang yaitu pembangunan jalan komplek PPS Nizam Zachman,

perkantoran, masjid, pos polisi, pertokoan dan tempat pemrosesan ikan.

Periode 1988-1992 perpanjangan dermaga sepanjang 150 m, perluasan cold

storage, kantor Perum Prasarana Perikanan Samudera, gedung pemasaran

ikan, tempat penginapan, 2 tansit sheds, MCK, dan industri pengolahan

ikan.

(4) Pembangunan Tahap IV (1993-2001), meliputi perbaikan dan peningkatan

fasilitas-fasilitas yang ada di kawasan PPSJ dengan biayanya berasal dari

bantuan pemerintah Jepang dan dari anggaran pemerintah Indonesia.

Pembangunan tahap ini meliputi pengurukan pasir dan pekerjaan

penimbunan, pembangunan dermaga dengan kedalaman air 7,5 m (fasilitas

perbaikan kapal, sistem pembuangan air kotor laut, perbaikan revetment, dan

pemasangan fasilitas listrik dan air), pembangunan gedung Muara Baru

Center A (pekerjaan jalan, area parkir dan sistem drainase), pekerjaan

walkyway sepanjang jalan di area PPS Nizam Zachman beserta

perlengkapan-perlengkapannya, pengadaan Handling Equipment (forklift 8

unit, towing tractor 3 unit, truck crane 2 unit, dump truck 2 unit dan

garbage car 12 unit).

Untuk mengantisipasi perkembangan kegiatan perikanan di PPS Nizam

Zachman pada masa-masa mendatang, diperlukan perluasan areal guna pelayanan

yang lebih baik. Master Plan Tahap V Pembangunan PPS Nizam Zachman, antara

lain meliputi pengembangan tanggul pemecah gelombang dan lampu navigasi,

perpanjangan dermaga timur dan dermaga barat, pengembangan areal perbaikan

kapal (floating repair), dan pengembangan industri perikanan (Gambar 9).

40
Gambar 6 Tahap I dan II pembangunan PPS Nizam Zachman periode 1982 s.d 1984

41
Gambar 7 Tahap III pembangunan PPS Nizam Zachman periode 1984 s.d 1988

42
Gambar 8 Tahap IVpembangunan PPS Nizam Zachman periode 1996 s.d 2001

43
Gambar 9 Master plan Tahap V pembangunan PPS Nizam Zachman

PPS Nizam Zachman diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 17 Juli

1984, dan mulai beroperasi secara penuh pada tahun 1986. Untuk melaksanakan

pengelolaan pembangunan fisik pelabuhan lanjutan, dibentuklah Project

Management Unit (PMU) PPSJ. Pada April 1992 PMU PPSJ diubah status dan

fungsinya menjadi 2 (dua) badan terpisah yaitu :

(1) Unit Pelaksana Teknis (UPT) PPSJ, melalui Surat Keputusan Menteri

Pertanian No. 644/KPTs/OT.210/X/91.

(2) Perum Prasarana Perikanan Samudera, melalui Surat Keputusan Menteri

Pertanian No. 427/Kpts/KU.440/6/93.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Kepala UPT PPS Nizam Zachman

bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap,

Departemen Kelautan dan Perikanan, sedangkan Direktur Utama Perum Prasarana

Perikanan Samudera bertanggungjawab secara langsung kepada Menteri Negara

BUMN.

44
4.3 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera
Nizam Zachman

Sesuai dengan perannya sebagai unit pelayanan teknis, PPS Nizam

Zachman memiliki visi, misi dan tujuan yang sesuai dengan perannya. Adapun

visi, misi dan tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

Visi :

Visi PPS Nizam Zachman merupakan bagian yang integral dari visi Departemen

Kelautan dan Perikanan. Visi ini merupakan kesepakatan bersama antara seluruh

staf, instansi terkait dan swasta yang eroperasional di kawasan pelabuhan. Adapun

visi PPS Nizam Zachman adalah Terwujudnya PPS Nizam Zachman sebagai

pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi perikanan terpadu.

Misi :

(1) Menciptakan lapangan kerja dan iklim usaha yang kondusif.

(2) Pemberdayaan masyarakat perikanan.

(3) Meningkatkan mutu, keamanan pangan dan nilai tambah.

(4) Menyediakan sumber data dan informasi perikanan.

(5) Meningkatkan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan.

Tujuan Pembangunan :

Tujuan pembangunan yang hendak dicapai dalam operasional PPS Nizam

Zachman merupakan penjabaran dan penjelasan dari tugas pokok dan fungsi serta

misi yang sudah ditetapkan. Adapun tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman

adalah :

(1) Meningkatkan kemampuan armada perikanan samudera.

(2) Meningkatkan ekspor hasil-hasil perikanan untuk menambah devisa negara

dari sektor non migas.

45
(3) Menyediakan lahan untuk kegiatan industri perikanan dalam rangka

meningkatkan nilai tambah produksi perikanan.

(4) Menciptakan lapangan kerja.

(5) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya sekitar PPS Nizam

Zachman melalui pertumbuhan usaha perekonomian seperti pertokoan,

perbengkelan dan lainnya.

(6) Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan statistik

perikanan dalam rangka pengembangan dan pengolahan sistem informasi

dan publikasi perikanan.

(7) Meningkatkan pengawasan, keamanan, ketertiban dan kebersihan di

kawasan pelabuhan.

4.4 Kebijakan

Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang disepakati

oleh semua pengguna jasa pelabuhan yang ditetapkan oleh pimpinan pelabuhan

untuk dijadikan pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan kegiatan di

pelabuhan, sehingga akan tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam mencapai

tujuan dan sasaran dari misi dan visi.

Kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan baik berupa Undang Undang,

Keppres, Peraturan Pemerintah maupun Keputusan Menteri dengan tujuan

menunjang pengelolaan dan pelayanan pelabuhan perikanan adalah sebagai

berikut :

(1) UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran.

(2) UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

(3) UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

46
(4) UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

(5) PP No. 11 Tahun 1985 tentang Pembinaan Kepulauan.

(6) PP No. 2 Tahun 1990 tentang Perum Prasarana Perikanan Samudera.

(7) PP No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau

Perusakan Laut.

(8) PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Lingkungan Hidup.

(9) PP No. 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan.

(10) PP No. 62 Tahun 2002 tentang Tarif Jasa atas Jenis Penerimaan Negara

Bukan Pajak.

(11) Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 4 Tahun 1995 tentang Struktur

Organisasi Dinas Perikanan DKI Jakarta.

(12) Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 3 Tahun 1999 tentang Retribusi Daerah.

(13) Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.35/AL.106/PHB-1985 tanggal 5

Pebruari 1985 tentang Pelabuhan Perikanan.

(14) Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Perhubungan No.

493/Kpts/IK.410/7/96 dan No. SK.2/AL.106/PHB-96 tentang

Penyelenggaraan Pelabuhan Perikanan sebagai Prasarana Perikanan.

(15) Keputusan Bersama Direktur Jenderal Perikanan dan Direktur Jenderal

Perhubungan Laut No. IK.610/D5.10588/96 tanggal 25 September 1996

tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelabuhan Perikanan.

(16) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3 Tahun

1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelelangan Ikan oleh

Koperasi Primer Perikanan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

47
(17) Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 1082/Kpts/OT.210/

10/99 tanggal 13 Oktober 1999, tentang Tata Hubungan Kerja UPT

Pelabuhan Perikanan dengan Perum Prasarana Perikanan Samudera dan

Instansi Terkait di Pelabuhan Perikanan.

(18) Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 2297

Tahun 2000 tentang Pembagian Persentase Pengenaan Retribusi Pemakaian

Tempat Pelelangan Ikan dan Biaya Penyelenggaraan Pelelangan Ikan oleh

Koperasi Perikanan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Baru.

(19) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.26.1/MEN/2001

tanggal 1 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan.

(20) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.02/MEN/2002 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Penangkapan Ikan.

(21) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.03/MEN/2002 tentang

Log Book Penangkapan dan Pengangkutan Ikan.

(22) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.10/MEN/2003 tentang

Perizinan Usaha Penangkapan Ikan.

PPPS Nizam Zachman telah menetapkan beberapa kebijakan operasional

pelabuhan dengan mengacu kepada kebijakan pemerintah dan publik yang

meliputi bidang teknis dan manajerial dalam pelayanan kepada masyarakat

perikanan dengan strategi kebijakan sebagai berikut :

(1) Menciptakan iklim usaha yang kondusif

Langkah-langkah yang ditempuh PPS Nizam Zachman dalam menciptakan

iklim usaha yang kondusif adalah :

48
1) Menyediakan fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

dalam jumlah yang memadai.

2) Tersedianya sistem operasional dengan prosedur yang jelas, sehingga

mudah dipahami dan dipatuhi oleh pemakai jasa pelabuhan.

3) Menciptakan keamanan, ketertiban dan kebersihan yang memadai.

4) Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

(2) Memberikan pelayanan prima kepada pemakai jasa pelabuhan

Memberikan pelayanan prima kepada pemakai jasa pelabuhan adalah suatu

hal yang telah ditetapkan, hal ini bertujuan agar kecepatan dan ketepatan

usaha di pelabuhan dapat terealisasi.

Langkah-langkah yang ditempuh pelabuhan dalam memberikan pelayanan

prima adalah :

1) Melaksanakan pelayanan 24 jam sepanjang tahun kepada pemakai jasa

pelabuhan.

2) Melaksanakan pelayanan terpadu (satu atap) bersama-sama instansi

terkait kepada pemakai jasa pelabuhan.

3) Menjelaskan masalah/kasus secara tepat dan profesional.

4) Menyediakan sarana/prasarana yang lengkap di dalam kawasan

pelabuhan sehingga kebutuhan pemakai jasa pelabuhan dapat terpenuhi.

(3) Mendorong peningkatan skill pegawai pelabuhan

Sumberdaya manusia yang terampil dan profesional di bidangnya

merupakan salah satu persyaratan modal kerja. Dalam kenyataannya di

lapangan, sumberdaya manusia dimaksud belum seluruhnya terpenuhi.

Keterbatasan staf dalam memahami uraian tugas pokok dan fungsi yang

49
diemban oleh unit kerja, sering pula menyebabkan pencapaian kinerja tidak

optimal.

Untuk menuju sumberdaya manusia yang terampil dan profesional di

bidangnya harus ditempuh berbagai langkah-langkah yaitu :

1) Memberikan kesempatan kepada pegawai/staf untuk belajar pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi (S1 atau S2).

2) Mengikutsertakan kepada pegawai/staf dalam pelatihan keterampilan

dan kursus manajemen kepelabuhanan serta berbagai kegiatan apresiasi

yang dieselenggarakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan.

(4) Mendorong kesadaran hukum aparat pemerintah, pengusaha serta

pemakai jasa pelabuhan lainnya dalam memanfaatkan sumberdaya

kelautan dan perikanan secara berkelanjutan dan lestari

Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang tidak terkendali dengan

menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan sangat berpotensi

merusak lingkungan. Untuk itu diperlukan pembinaan dan penyuluhan

kepada masyarakat perikanan agar lebih memahami dan mematuhi peraturan

ataupun perundangan sektor kelautan dan perikanan. Beberapa langkah yang

ditempuh adalah :

1) Membentuk kelompok SISWASMAS yang anggotanya terdiri dari

nelayan, pengusaha perikanan dan instansi terkait untuk bersama-sama

melakukan pengawasan dalam pengendalian sumberdaya perikanan dan

kelautan.

50
2) Penerapan LLO, LBP terhadap kapal-kapal penangkap ikan untuk

memonitoring data jenis dan alat tangkap yang digunakan serta wilayah

fishing ground.

3) Pemasangan VMS (Vessel Monitoring System) pada kapal penangkap

ikan, sehingga dapat mengetahui kapal yang bersangkutan dalam

penangkapannya sudah dalam posisi yang ditetapkan dalam dokumen

SPI.

4.5 Pengelola Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman

4.5.1 Unit Pelaksana Teknis PPS Nizam Zachman

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.

Kep.26.1/ MEN/2001 tanggal 1 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja,

bahwa PPS Nizam Zachman adalah Unit Pelaksana Teknis Departemen Kelautan

dan Perikanan di bidang prasarana pelabuhan perikanan yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.

PPS Nizam Zachman dipimpin oleh seorang Kepala Pelabuhan yang

membawahi bagian Tata Usaha, bidang Pengembangan, bidang Tata Operasional

dan kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok jabatan fungsional yang ada di PPS

Nizam Zachman adalah jabatan fungsional untuk Pengawasan Sumberdaya Ikan

(WASDI), sedangkan kelompok jabatan fungsional lainnya belum terealisasi.

Tugas PPS Nizam Zachman memfasilitasi produksi, pemasaran hasil

perikanan tangkap dan pengawasan sumberdaya ikan. Fungsi yang dijalankan

UPT PPS Nizam Zachman didalam melaksanakan tugasnya adalah sebagai

berikut:

51
(1) Perencanaan, pengembangan, pemeliharaan serta pemanfaatan sarana

pelabuhan perikanan.

(2) Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan.

(3) Koordinasi pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban, dan pelaksanaan

kebersihan kawasan pelabuhan perikanan.

(4) Pengembangan dan fasilitas pemberdayaan masyarakat perikanan.

(5) Pelaksanaan fasilitas dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan

produksi, distribusi, dan pemasaran hasil perikanan.

(6) Pelaksanaan pengawasan penangkapan, penanganan, pengolahan,

pemasaran, dan mutu hasil perikanan.

(7) Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan statistik

perikanan.

(8) Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil riset,

produksi, dan pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya.

(9) Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitas wisata bahari.

(10) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.

Kep.26.1/MEN/2001 pada Bab 1 pasal 3 terdapat 3 (tiga) fungsi tambahan

pelabuhan perikanan yaitu :

(1) Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitas wisata bahari.

(2) Pelaksanaan pengawasan mutu hasil perikanan.

(3) Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil riset.

Ketiga fungsi tersebut diatas sampai saat ini belum dilaksanakan di PPS Nizam

Zachman.

52
Susunan organisasi UPT PPS Nizam Zachman sesuai dengan Surat

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.26.1/MEN/2001 saat ini

adalah seperti pada Gambar 10 :

KEPALA
BAGIAN
TATA USAHA

SUBBAGIAN SUBBAGIAN
UMUM KEUANGAN

BIDANG
BIDANG
PENGEMBANGAN TATA OPERASIONAL

SEKSI SEKSI
SARANA KESYAHBANDARAN
PERIKANAN

SEKSI SEKSI
TATA PELAYANAN PEMASARAN DAN
INFORMASI

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL

Gambar 10 Struktur organisasi UPT PPS Nizam Zachman

4.5.2 Perum Prasarana Perikanan Samudera

Perum Prasarana Perikanan Samudera didirikan berdasarkan PP No. 2


Tahun 1990 selanjutnya disempurnakan dengan PP No. 23 tahun 2000 adalah
sebuah BUMN yang mempunyai misi sebagai pelayan umum dalam bidang

53
penyediaan jasa sarana dan prasarana pelabuhan perikanan. BUMN tersebut
ditugaskan mengusahakan 9 (sembilan) pelabuhan perikanan sebagai cabang
perusahaan dengan kantor pusat di Jakarta. Adapun pelabuhan perikanan yang
diusahakan sebagai Cabang Perum Prasarana Perikanan Samudera adalah PPS
Jakarta, PPS Belawan, PPN Pekalongan, PPN Brondong, PPN Prigi, PPN
Pemangkat, PPP Lampulo, PPP Tarakan, dan PPP Banjarmasin.

Perum Prasarana Perikanan Samudera merupakan suatu perusahaan yang


bersifat menyediakan pelayanan bagi kepentingan umum dan sekaligus bertujuan
mendapatkan keuntungan. Tujuan dari Perum Prasarana Perikanan adalah untuk :
(1) Meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui penyediaan dan
perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan.
(2) Mengembangkan wiraswasta perikanan serta untuk mendorong usaha
industri perikanan dan pemasaran hasil perikanan.
(3) Memperkenalkan dan mengembangkan teknologi pengolahan hasil
perikanan dan sistem rantai dingin dalam bidang perikanan; dan
(4) Menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi perikanan sebagai komponen
kegiatan ne1ayan dan masyarakat perikanan.

Pelayanan terhadap industri penangkapan ikan terhadap kebutuhan


perbekalan dilakukan oleh Seksi Pelayanan Usaha Subseksi Perbekalan sedangkan
untuk kebutuhan perbaikan kapal pada Seksi Teknik Subseksi Galangan dan
Bengkel Kapal. Pengelolaan terhadap industri pengolahan juga dilakukan oleh
Perum Prasarana Perikanan Samudera seperti sewa lahan dan sewa bangunan
yang ditangani oleh Subseksi Aneka Jasa. Sewa lahan yang dibebankan kepada
industri pengolahan adalah Rp 1.500/m2/tahun. Apabila membangun bangunan
diatas tanah tersebut maka dikenakan beban sebesar Rp 8.610/m2 yang dibayarkan
sekali saja saat bangunan berdiri.
Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta adalah salah satu
cabang dari Perum Prasarana Perikanan Samudera yang berada di area PPS Nizam
Zachman. Struktur organisasi Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang
Jakarta seperti pada Gambar 11 berikut :

54
Kepala Cabang

Subbag Tata Usaha

Urusan RT & Perlengkapan

Urusan Tata Laksana

Urusan Keuangan

Urusan Kepegawaian

Seksi Pelayanan Usaha Seksi Teknik

Subseksi Cold Storage Subseksi Aneka sarana

Subseksi Galangan dan


Tata Kapal Subseksi Instalasi

Subseksi Perbekalan Kapal Subseksi Fasilitas


Pendingin

Subseksi Aneka Jasa Subseksi Galangan


dan Bengkel

Gambar 11 Struktur organisasi Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta

55
4.6 Instansi Terkait di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman

Sesuai dengan pasal 3 dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No.

1082/Kpts/ OT.210/10/99 tanggal 13 Oktober 1999 tentang Tata Hubungan Kerja

Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan dengan Instansi Terkait dalam

Pengelolaan Pelabuhan Perikanan, saat ini di PPS Nizam Zachman terdapat 10

(sepuluh) macam kelembagaan yang terlibat di dalam pelaksanaan fungsi-fungsi

pengaturan di pelabuhan di luar industri swasta sebagai berikut :

(1) UPT Pelabuhan Perikanan Samudera; mempunyai wewenang dan

tanggung jawab dalam hal mengatur dan mengkoordinasikan semua kegiatan

dan fasilitas-fasilitas yang bersifat non komersial yang berada di pelabuhan

perikanan.

(2) Perum Prasarana Perikanan Samudera; mempunyai wewenang dan

tanggung jawab dalam hal melaksanakan pengusahaan dan pelayanan jasa

dan barang yang menunjang kegiatan pelabuhan perikanan yang

menyangkut pengusahaan sarana bersifat produktif dan ekonomis (fasilitas-

fasilitas komersial).

(3) Departemen Perhubungan; mempunyai tugas terutama menyangkut

tanggung jawab pelaksanaan surveillance guna menjamin keamanan kapal

serta keselamatan ABK maupun penumpang di kapal. Petugas Departemen

Perhubungan termasuk Syahbandar yang ditugaskan di PPS Nizam Zachman

bertugas menerbitkan surat ijin berlayar bagi kapal-kapal ikan yang hanya

berlaku untuk 1 (satu) hari saja, tanpa ijin tersebut kapten kapal dapat

memperoleh sanksi yang berat. Petugas tersebut bertugas untuk menarik

56
pungutan terhadap setiap kapal yang keluar masuk yang berkaitan dengan

sarana navigasi.

(4) Departemen Kesehatan; klinik kesehatan yang ada memiliki Seksi

Perawatan dan Seksi Sanitasi dengan dipimpin oleh Kepala Klinik. Seksi

Perawatan bertanggung jawab dalam hal melakukan pencegahan penyebaran

penyakit menular dari kapal-kapal yang datang dari pelabuhan di luar negeri

(seperti SARS), serta memberikan pertolongan pertama kepada ABK dan

para penumpang kapal. Pelayanan kesehatan ini diberikan selama 24 jam

dan rata-rata 3-4 pasien menerima perawatan setiap hari. Seksi ini juga

melakukan pemeriksaan kesehatan para ABK termasuk memberikan

vaksinasi dan pengobatan.

Seksi Sanitasi bertugas melakukan inspeksi terhadap kondisi kebersihan

kapal-kapal ikan berdasarkan standar internasional sekaligus memberikan

sertifikat yang berlaku untuk 6 (enam) bulan. Rata-rata terdapat 8 (delapan)

kapal yang harus di inspeksi setiap harinya. Disamping itu dilakukan pula

inspeksi terhadap kondisi keberhasilan pelabuhan perikanan (misalnya

penyediaan air bersih dan penjualan makanan). Permasalahan yang dihadapi

Klinik Kesehatan adalah menyangkut kurangnya tenaga petugas, tidak

adanya tenaga dokter dan kurangnya peralatan rumah sakit.

(5) Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia; unit kerja departemen

ini melakukan pengawasan terhadap masuknya warganegara maupun ABK

negara asing, dan bertanggung jawab melakukan pemeriksaan maupun

pemantauan masalah penyelundupan dan imigran gelap.

57
(6) Departemen Keuangan; keberadaan unit kerja departemen ini bertujuan

untuk mencegah penyelundupan barang-barang illegal, melakukan

penyidikan terhadap pelanggaran kepabeanan dan Undang Undang

Pelayaran serta mengawasi kegiatan ekspor dan impor bahan-bahan yang

dibatasi dan berada di bawah pengawasan kepabeanan.

(7) Kepolisian; unit kerja ini bertugas selama 24 jam dalam 2 shift, wilayah

tanggung jawabnya meliputi seluruh kompleks pelabuhan ditambah zona

perairan 2 mil dari dermaga. Selama ini terdapat beberapa kasus

penyelundupan obat-obat terlarang, pencurian jaring ikan dan peralatan

navigasi. Pihak Kepolisian memiliki kewenangan untuk melakukan

penyidikan guna mencegah terjadinya tindak kejahatan di lingkungan

pelabuhan perikanan. Unit kerja ini bertanggung jawab pula melakukan

inspeksi di laut serta melaksanakan Undang Undang yang menyangkut ZEE

dan kelautan guna mencegah penyelundupan barang-barang maupun

pelanggaran batas wilayah perairan secara illegal oleh kapal-kapal asing.

Frekuensi kedatangan kapal-kapal asing selama ini tidak banyak, hanya

berkisar 1 kapal setiap 3 bulan.

(8) Direktorat Jenderal Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan, DKP; unit kerja ini memiliki tugas pokok yaitu 1)

mengoperasikan kapal patroli guna melakukan kegiatan Monitoring Control

and Surveillance (MCS); 2) melaksanakan sistem informasi dan sosialisasi

yang menyangkut MCS; dan 3) melakukan inspeksi terhadap log book hasil

pencatatan kapal-kapal ikan yang berukuran diatas 30 GT.

58
Kapal patroli diawaki oleh 13 ABK termasuk seorang perwira AL, 1 (satu)

trip perjalanan pengawasan memakan waktu 3 (tiga) minggu dengan

diselingi istirahat di daratan 1 (satu) minggu. Kapal-kapal illegal yang

tertangkap dikenakan hukuman berdasarkan UU No. 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan. Inspeksi kapal patroli dilakukan terhadap ijin penangkapan

apakah masih berlaku, kegiatan penangkapan apakah dilakukan di perairan

dan dengan alat tangkap seperti yang ditentukan dalam surat ijin. Selama

bulan Januari s.d Desember 2004, kapal patroli telah menangkap 32 (tiga

puluh dua) kapal dari berbagai jenis alat penangkap ikan yang masuk ke PPS

Nizam Zachman dengan berbagai jenis tindak pelanggaran administratif.

Komunikasi radio antara kapal patroli dengan stasiun radio yang berada di

pelabuhan maupun antar sesama pelabuhan perikanan telah berjalan dengan

baik. Komunikasi pemantauan dilakukan terus menerus selama 24 jam.

Laporan bulanan yang dikirimkan kepada segenap pihak yang

berkepentingan melalui UPT PPS Nizam Zachman, disusun oleh unit kerja

Ditjen PSDKP ini berdasarkan semua data log book dari kapten kapal.

(9) Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta; unit

kerja ini berada di gedung TPI yang dimiliki Perum Prasarana Perikanan

Samudera. Penyelenggaraan kegiatan pelelangan ikan dilakukan oleh

Koperasi Perikanan Jakarta dan diawasi oleh Dinas Peternakan, Perikanan

dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta. Sekitar 25 ton ikan dilelang setiap

harinya dan kebanyakan hasil tangkapan berasal dari kapal-kapal ikan kecil

berukuran 5-30 GT. Kegiatan pelelangan dilakukan antara Pk. 06.00 - 11.00

pagi dan terdapat sekitar 20-30 pedagang ikan yang mengikuti pelelangan

59
tersebut. Anggota Koperasi Perikanan diatas berjumlah 200 orang. Retribusi

pelelangan dikenakan sebesar 5 % untuk setiap penjualan ikan, dan hasilnya

dibagi antara Dinas Perikanan Provinsi DKI Jakarta dan Koperasi. Retribusi

pelelangan 5 % ini dibebankan kepada nelayan sebesar 3 % dan pedagang

ikan 2 %.

(10) Pusat Karantina Ikan, DKP; unit kerja ini bertugas untuk menerbitkan

sertifikat kesehatan bagi ekspor ikan untuk konsumsi manusia.

4.7 Kerjasama dengan Swasta di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam


Zachman

PPS Nizam Zachman yang memiliki tanah seluas 98 Ha dalam melayani

kebutuhan masyarakat perikanan telah membagi arealnya kedalam 3 (tiga)

kawasan yaitu kawasan industri 48 ha, kawasan Perum Prasarana Perikanan

Samudera dan UPT 10 ha dan kawasan kolam pelabuhan 40 ha.

Industri perikanan yang ada meliputi industri penangkapan ikan dan

industri pengolahan hasil perikanan. Industri penangkapan ikan merupakan ujung

tombak dalam mengadakan aktivitas penangkapan ikan, yang selanjutnya hasil

tangkapannya akan didaratkan di pelabuhan perikanan. Salah satu industri

penangkapan yang utama di PPS Nizam Zachman adalah industri penangkapan

tuna. Sedangkan industri pengolahan yang ada di pelabuhan perikanan berperan

dalam menampung sebagian hasil tangkapan yang didaratkan, untuk kemudian

diolah menjadi produk yang memiliki nilai mutu dan nilai jual yang lebih baik.

Sampai tahun 2004 perusahaan swasta (investor) yang memanfaatkan

kawasan industri perikanan di PPS Nizam Zachman sejumlah 39 (tiga puluh

sembilan) perusahaan dan 1 (satu) perorangan, selengkapnya dapat dilihat pada

Tabel 6 berikut :

60
Tabel 6 Daftar perusahaan perikanan di Kawasan Industri PPS Nizam Zachman

No. Nama Perusahaan Jenis Usaha Luas Lahan


(m2)
1 PT. Safritindo Dwi Santoso Processing, Cold Storage dan 19.327
Pengalengan
2 PT. Sandimas Gapura Fasi1itas Sarana Perikanan 18.038
3 PT. Lucky Samudera Pradana Industri Pengalengan dan Pengolahan 21.100
4 PT. Danau Matano P. Raya Processing dan Cold Storage 13.892
5 PT. Bumi Agro B. Lestari Industri Pengolahan, Pembekuan dan 2.508
Penyimpanan Ikan
6 PT. Durian Sari Wangi Processing dan Cold Storage 2.442,5
7 PT. Fajar Cakrawala 7.980
Industri Pengolahan dan Cold Storage
Sumbaindo
8 PT. Mitra Mina Segera Industri Pengolahan dan Cold Storage 1.710
9 PT. Unggul Mina Lestari Industri Pengolahan dan Cold Storage 1.710
10 PT. Lautan Bahari Sejahtera Processing Fillet Ikan Tuna ekspor 4.442,5
11 PT. Intimas Surya Industri Pengolahan dan Cold Storage 2.508
12 PT. Sumbindo Perintis Processing dan Cold Storage 2.910
13 PT. Jakarta Cold Storage 2.722
Processing dan Cold Storage
Industry
14 PT. Muara Manggalindo Industri Perikanan dan Fasi1itas 18.353
Penunjang
15 PT. Hotan Jaya Graha Industri perikanan, Cold Storage dan 16.900
Pabrik es
16 PT. Bali Sumber Hayati Indah Industri Penanganan dan Pengolahan 1. 740
Hasil Perikanan
17 PT. Bangkit Lautan Mas Industri Penanganan dan Pengolahan 1.300
Hasil Perikanan
18 PT, Tridaya Eramina Bahari Industri Penanganan dan Pengolahan 1.300
Hasil Perikanan
19 PT. Gabungan Era Mandiri Industri Penanganan dan Pengolahan 1.740
Hasil Perikanan
20 PT. Red Ribbon Indonesia Industri Penanganan dan Pengolahan 2.345
Corporation Hasil Perikanan
21 PT. Daya Mulur Karetindo Industri Penanganan dan Pengolahan 2.345
Hasil Perikanan
22 PT. Bahtera Laju Khatulistiwa Industri Penanganan dan Pengolahan 15.000
Fisheries Hasil Perikanan
23 PT. Karya Cipta Bayu Mina Industri Penanganan dan Pengolahan 3.196
Pratama Hasil Perikanan
24 PT. Bonecom Industri Perikanan dan Pengalengan 67.840
25 PT. Sekar Laut Industri dan Pengolahan Hasil Laut 6.240
26 PT. Kedamaian Industri dan Pengolahan Hasil Laut 2.599
27 PT. Halimas Sakti Industri dan Pengolahan Hasil Laut 2.600
28 PT. Pummar Cold Industri dan Pengolahan Hasil Laut 6.130
29 PT. Dwisandha Senjaya Industri dan Pengolahan Hasil Laut 3.880
30 PT. Luxe Utama Indonesia Processing dan Cold Storage 3.144
31 PT. Lola Mina Processing dan Cold Storage 7.217

61
No. Nama Perusahaan Jenis Usaha Luas Lahan
(m2)
32 PT. Luki Rejeki Jayadi Industri Penanganan dan Pengolahan 3.126
Hasil Perikanan
33 PT. Panggung Interprise Processing, Cold Storage dan pabrik 5.632
es
34 PT. Sandimas Aquatek Processing dan Cold Storage 16.165
35 PT. Pertuni Processing dan Cold Storage 16.807
36 PT. Kurnia Mina Sejahtera Fasilitas Industri Perikanan 5.305
37 PT. Proskuneo Kadarusman Industri Pembuatan Kapal, Perawatan 17.000
Kapal dan Galangan Kapal
38 PT. Alam Jaya Processing dan Cold Storage 1.980
39 PT. Panutan Minasabha Kantor, Toko dan Hotel 8.037
40 Agus Wijaya (perorangan) Processing dan Cold Storage 1.980
Jumlah 339.151
Sumber : UPT PPS Nizam Zachman, 2004

4.8 Fasilitas dan Pelayanan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam


Zachman

Fasilitas-fasilitas PPS Nizam Zachman yang disiapkan untuk melayani

pengguna jasa adalah sebagai berikut :

4.8.1 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok (dasar) yang tersedia di PPS Nizam Zachman meliputi

kolam pelabuhan, pemecah gelombang (break water), dermaga/jetty, turap

(revetment) dan tanah industri perikanan. Luas kawasan pelabuhan perikanan

adalah 110 ha, terdiri dari daratan 70 ha dan 40 ha berupa kolam pelabuhan.

Keadaan dasar yang ada sampai saat ini kondisinya sudah cukup baik, setelah

adanya perbaikan yang dilakukan oleh Proyek Pengembangan PPS Jakarta Tahap

IV. Adapun fasilitas dasar yang terdapat di PPS Nizam Zachman terdiri dari :

(1) Kolam Pelabuhan

Dengan telah diselesaikannya pekerjaan kolam pelabuhan sebesar 356.383

m3 dan alur masuk pelabuhan sebesar 102.409 m3 oleh Proyek

Pembangunan PPS Jakarta Tahap IV, maka kedalaman kolam pelabuhan

62
menjadi 4,5-7 m dan diharapkan kapal perikanan dengan bobot 1.500 GT

dapat merapat di dermaga pelabuhan.

(2) Dermaga/Jetty

PPS Nizam Zachman mempunyai dermaga yang panjangnya 2.224 m,

dimana 1.524 m dermaga dan 150 m jetty merupakan hasil pekerjaan Proyek

Tahap I dan II serta jetty 200 m hasil pekerjaan Proyek Pembangunan PPS

Jakarta Tahap IV. Dengan panjang dermaga 2.224 m, maka daya tampung

tambat kapal sebanyak rata-rata 281 buah kapal dengan berbagai variasi

ukuran kapal.

(3) Tanah Industri

Luas tanah industri di pelabuhan sebesar 40 ha dan telah disewakan

seluruhnya kepada investor sebanyak 39 (tiga puluh sembilan) perusahaan

dan 1 (satu) perorangan. Pengusaha yang menyewa lahan tanah industri

bergerak di bidang industri pengolahan ikan, cold storage, canning, pabrik

es, industri pembuatan kapal dan galangan kapal.

(4) Pemecah Gelombang (Break Water)

Pemecah gelombang terdiri dari 2 (dua) bangunan yaitu sebelah barat

sepanjang 751 m dan sebelah timur sepanjang 290 m. Kondisi pemecah

gelombang sampai saat ini masih dapat berfungsi dengan baik.

(5) Turap (revetment)

Turap terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu sebelah barat sepanjang 1.324 m dan

sebelah Timur sepanjang 1.510 m. Turap sebelah barat bagian utara yang

rusak sepanjang 160 m dan turap sebelah timur sepanjang 1.510 m telah

diperbaiki oleh Proyek Pembangunan PPS JakartaTahap IV.

63
4.8.2 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional yang tersedia, sebagian besar telah dimanfaatkan :

(1) Tempat Pelelangan Ikan mempunyai luas 3.367 m2, tempat ini merupakan

tempat kegiatan pelelangan ikan hasil tangkapan. Penyelenggaraan lelang

dilaksanakan oleh petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan

Provinsi DKI Jakarta.

(2) Pabrik es yang dikelola oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera dengan

kapasitas 150 ton/hari, untuk memenuhi kebutuhan nelayan ada juga pabrik

es yang dikelola oleh swasta dengan kapasitas 240 ton/hari.

(3) Gudang pendingin (cold storage), gudang pendingin yang ada didalam

pelabuhan dan dikelola oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera

mempunyai kapasitas 1.000 ton. Pemakaian gudang pendingin oleh pihak

ketiga dilakukan dengan sistem sewa.

(4) Ruang Procesing, ruangan ini dipergunakan untuk memproses ikan-ikan

yang akan diperdagangkan baik untuk tujuan ekspor maupun lokal.

4.8.3 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang yang ada antara lain kantor UPT, Perum Prasarana

Perikanan Samudera, pos pelayanan terpadu, Balai Penyuluhan Nelayan, MCK,

sarana peribadatan, pos keamanan dan penerangan jalan seluruh kawasan

pelabuhan perikanan (kecuali penerangan jalan kawasan industri dan dermaga

pelabuhan dilayani oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera).

Fasilitas yang ada di PPS Nizam Zachman sudah cukup baik, namun

masih perlu lagi peningkatan kapasitas fasilitas guna meningkatkan pelayanan

bagi masyarakat, seperti peningkatan kapasitas slipway sehinga tidak ada lagi

64
kapal yang melakukan perbaikan di area kolam pelabuhan. Berikut Tabel 7

merupakan fasilitas-fasilitas yang ada di PPS Nizam Zachman.

Tabel 7 Sarana/fasilitas di PPS Nizam Zachman

No. Jenis Sarana/Fasilitas Kapasitas/ Aset/Pengelola


Spesifikasi
1 Kolam Pelabuhan UPT/Perum PPS
- Luas 40 ha
- Kedalaman -4,5 s/d 7,5
2 Pemecah Gelombang (Breakwater) UPT/Perum PPS
- Sisi Kiri 750
- Sisi Kanan 290
3 Dermaga/Jetty 1.874 m UPT/Perum PPS
4 Tanah Perum PPS
- Hak Pakai 31 ha
- Hak Pengelolaan/Industri 40 ha
5 Turap(Revetment) UPT PPS NZ
- Sisi Barat 1.480 ha
- Sisi Timur 1.560 ha
6 Jalan Kawasan Pelabuhan 53.256 m UPT PPS NZ
7 Saluran Pembuangan Air 9.611,25 m UPT PPS NZ
8 Gedung TPI 3.367 m2 Perum PPS
9 Gedung PPI 992 Lapak 6.431 m2 Perum PPS
10 Gudang Ikan 29 Unit 1.374 m2 Perum PPS
11 Ruang Pengepakan Ikan 56 Unit 1.120 m2 Perum PPS
12 Ruang Pengolahan Ikan 18 Unit 26.245 m2 Perum PPS
13 Gudang Perbekalan Kapal 5 Unit 1.620 m2 Perum PPS
14 Balai Pertemuan Nelayan 234 m2 UPT PPS NZ
15 Rambu Navigasi (hijau dan merah) 2 Unit UPT PPS NZ
16 Gedung Kantor UPT/PPS NZ 969,50 m2 UPT PPS NZ
17 Kantor Pelayanan Terpadu 1.682 m2 UPT PPS NZ
18 Pos Jaga Permanen 349,50 m2 UPT PPS NZ
19 Pos Jaga Terpadu 84,50 m2 UPT PPS NZ
20 Pos Kamla 32,40 m2 UPT PPS NZ
21 Mushola 2 Unit UPT PPS NZ
22 Lapangan Parkir GPKN 2.094,701 m2 UPT PPS NZ
23 Perahu Sampah 1 Unit UPT PPS NZ
24 Gedung Penunjang Kegiatan 6.730 m (114 UPT/Perum PPS
Nelayan Unit)
25 Dock/Slipway Perum PPS
- Kapasitas 500 GT 2 Unit
- Kapasitas 50 GT 1 Unit
26 Perbengkelan 6 Unit (1.390 m) Perum PPS
27 Cold Storage 1.000 ton Perum PPS
28 Dump-Truck 2 Unit UPT PPS NZ

65
No. Jenis Sarana/Fasilitas Kapasitas/ Aset/Pengelola
Spesifikasi
29 Crane-Truck 2 Unit UPT PPS NZ
30 Towing-Tractor 3 Unit UPT PPS NZ
31 Fork Lift Solar 3 Unit UPT PPS NZ
32 Fork Lift Battery 5 Unit Perum PPS
33 Pabrik Es 200 ton Perum PPS
34 MCK/Toilet 15 Unit UPT PPS NZ
35 Pos Keamanan 150 m2 UPT PPS NZ
36 Foul Seawater Cleaning 8.450 m2 UPT PPS NZ
37 Unit Pengolah Limbah Cair (UPL) 1.000 m3 UPT PPS NZ
38 Tuna Landing center (TLC) 29 Unit 13.143 m2 UPT/Perum PPS
39 Instalasi Penyaluran Air Bersih 1.200 ton Perum PPS
40 Stasiun pengisian Bahan Bakar 15.000 ton/bulan Swasta/Perum
untuk Bunker (SPBB) 4 Unit PPS
41 Instalasi Penyaluran Daya 5.206 KVA Perum PPS
Listrik 400 KVA UPT PPS NZ
42 Telepon 168 SST Perum PPS
5 SST UPT PPS NZ
43 Bangunan Pompa 1 Unit UPT PPS NZ
44 Sea Water Intake 1 Unit UPT PPS NZ
45 Kios Pedagang Kaki 5 107 Unit UPT PPS NZ
46 Kawasan PPS Nizam Zachman 110 ha UPT/Perum PPS
Sumber : UPT PPS Nizam Zachman, 2004

Berbagai kegiatan pelayanan kepada masyarakat perikanan yang dilakukan

oleh instansi terkait, dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini :

Tabel 8 Jenis pelayanan di PPS Nizam Zachman

No. Jenis Kegiatan Kapasitas Penyelenggara Keterangan


Pelayanan
1 Kapal Masuk/Keluar 24 jam UPT PPS NZ Tdk ada libur
2 Tambat/Labuh 24 jam Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur
3 Keselamatan Pelayaran 24 jam Syahbandar Tdk ada libur
4 Kesehatan ABK 24 jam Kantor Kesehatan Tdk ada libur
5 Ekspor/Impor 24 jam Kantor Bea Cukai Tdk ada libur
6 ABK Asing 24 jam Imigrasi Tdk ada libur
7 Pelelangan Ikan (TPI) Siang hari Koperasi Mina Muara Tdk ada libur
(Pk. 06.00 Makmur
s/d 18.00)
8 Pemasaran Ikan (PPI) 24 jam Dinas Peternakan,
Perikanan & Kelautan, Tdk ada libur
dan Perum PPS
9 Keamanan dan Ketertiban 24 jam UPT, Perum PPS, Polri Tdk ada libur
dan Kamla
10 Kebersihan Pelabuhan 24 jam UPT PPS NZ Tdk ada libur

66
No. Jenis Kegiatan Kapasitas Penyelenggara Keterangan
Pelayanan
11 Pas Masuk Pelabuhan 24 jam UPT PPS NZ Tdk ada libur
12 Pengendalian Kebakaran 24 jam Dinas Pemadam Tdk ada libur
Kebakaran
13 Pembinaan nelayan 24 jam Dinas Peternakan, Senin s.d
Perikanan dan Kelautan Jumat
14 Pengumpulan Data Statistik Jam Kerja UPT PPS NZ, Dinas Senin s.d
Perikanan Peternakan, Perikanan Jumat
dan Kelautan Jakarta
15 Pembinaan Mutu Hasil Jam Kerja UPT PPS NZ, Dinas Senin s.d
Perikanan Peternakan, Perikanan Jumat
dan Kelautan Jakarta
16 Pembinaan Organisasi Jam Kerja Dinas Peternakan, Senin s.d
Profesi, Kelompok Tenaga Perikanan dan Kelautan Jumat
Kerja &Koperasi Prop. DKI Jakarta
17 Penataan Kawasan 24 jam UPT PPS NZ Senin s.d
Pelabuhan Jumat
18 Cold Storage 24 jam Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur
19 Bengkel Siang Hari Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur
20 Dock/slipway Siang Hari Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur
Pabrik Es/Pengadaan Es Siang Hari Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur
21 Pengadaan Air/Listrik/ 24 jam Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur
Telepon
22 Sewa Tanah Industri Jam Kerja Perum PPS Cab. Jkt Senin s.d
Jumat
23 Pemasangan Reklame Jam Kerja UPT PPS NZ, Perum Senin s.d
PPS Cab. Jakarta Jumat
24 Pelayanan Bahan Bakar 24 jam Perum PPS Cab. Tdk ada libur
Minyak (BBM) Kapal Jakarta
25 Pengawasan Sumber Daya 24 jam Pengawas Perikanan Tdk ada libur
Ikan PPS NZ
26 Pelayanan Alat berat 24 jam UPT PPS NZ Tdk ada libur
27 Penyewaan ruangan 24 jam Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur
28 Tuna Landing Centre (TLC) 24 jam Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur
29 Unit Pengolahan Limbah 24 jam UPT PPS NZ Tdk ada libur
(UPL)
30 Sea Water Intake 24 jam UPT PPS NZ Tdk ada libur
Sumber : UPT PPS Nizam Zachman, 2004

4.9 Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman

Operasional pelabuhan PPS Nizam Zachman dapat dilihat dari tingkat

pemanfaatan masing-masing fasilitas/sarana dan prasarana yang dimiliki PPS

Nizam Zachman. Sarana dan prasarana yang dimilki PPS Nizam Zachman telah

operasional sejak diresmikan oleh Presiden RI tanggal 17 Juli 1984 dan

67
kondisinya masih berfungsi dengan baik untuk melayani kebutuhan nelayan

maupun masyarakat perikanan lainnya yang memerlukan jasa pelabuhan.

Sejak diresmikan tersebut, operasional pelabuhan perikanan ditandai

dengan beberapa aktivitas pelabuhan seperti aktivitas produksi perikanan,

aktivitas kapal, pelayanan kebutuhan logistik, aktivitas penggunaan alat tangkap

dan lain-lain selalu mengalami perubahan-perubahan.

4.9.1 Produksi ikan

Produksi ikan di PPS Nizam Zachman dibedakan menjadi dua, yaitu

produksi yang berasal dari laut dan produksi yang berasal dari darat/daerah lain

(Tabel 9). Produksi ikan yang berasal dari laut adalah ikan yang dibawa dengan

kapal perikanan, sedangkan produksi yang berasal dari darat/daerah lain adalah

ikan yang dibawa dengan kendaraan seperti mobil dan truk dari luar pelabuhan

seperti Muara Angke, Kalibaru, Indramayu dan Surabaya.

Produksi ikan yang didaratkan dari laut di PPS Nizam Zachman berasal

dari Laut Jawa, terdiri dari ikan yang didaratkan dari kapal tuna, ship to ship

(transhipment), kapal non tuna dan kapal udang. Jenis ikan yang didaratkan antara

lain : tuna, tongkol, tenggiri, layaran, udang, dan lain-lain.

Produksi ikan yang masuk PPS Nizam Zachman melalui darat, merupakan

ikan yang didatangkan dari daerah yang sebagian besar terletak di daerah pesisir

utara dan selatan Pulau Jawa seperti : Batang, Kendal, Pekalongan, Binuangan,

Cilacap, Indramayu, Tuban, dan Gresik serta dari daerah luar Jawa. Ikan tersebut

diangkut dari luar daerah/Jakarta menggunakan truk pengangkut yang dikemas

menggunakan kotak kayu/drum plastik. Jenis ikan yang didaratkan antara lain

bandeng, kembung, kakap, mujair, tembang, mas, tawes, dan lain-lain.

68
Tabel 9 Produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004

Produksi (Ton) Pertumbuhan


Tahun
Laut Darat Jumlah (%)
2000 53.470,5 27.904,2 81.374,7 -
2001 35.760,6 33.414,9 69.175,5 -1,50
2002 32.725,7 22.818,8 55.544,5 -1,97
2003 32.021,4 5.518,3 37.539,6 -3,24
2004 33.554,9 7.170,8 40.725,7 8,49
187.533,1 96.827,0
Jumlah
284.360,0
% 65,95 34,05
Sumber : Laporan Tahunan UPT PPS Nizam Zachman Tahun 2004

Dari Tabel 9 di atas terlihat bahwa sejak tahun 2000 sampai dengan 2004

produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman mengalami fluktuasi. Pada

tahun 2000 total produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman sebesar

81.374,7 ton, jumlah ini menurun sebesar -1,50 % pada tahun 2001 menjadi

69.175,5 ton dan menurun lagi pada tahun 2002 sebesar -1,97 % menjadi 55.544,5

ton. Pada tahun 2003 kembali turun -3,24 % menjadi 37.539,6 ton dan pada tahun

2004 naik sebesar 8,49 % atau menjadi 40.725,7 ton.

Berdasarkan persentase, produksi ikan yang berasal dari laut sebesar 65,95

% lebih banyak dibandingkan dengan produksi ikan yang berasal dari darat sebesar

34,05 %. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain 1) mahalnya biaya

transportasi/angkutan berkaitan dengan adanya kenaikan harga BBM, dan 2)

sulitnya mendapatkan bahan baku/ikan disebabkan berkurangnya jumlah kapal yang

melaut.

69
90.000
80.000
70.000

Volume (Ton)
60.000 y = -11293x + 2E+07
50.000 R2 = 0,9189
40.000
30.000
20.000
10.000
0
2000 2001 2002 2003 2004
Tahun

Produksi Ikan Linear (Produksi Ikan)

Gambar 12 Perkembangan produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam


Zachman Tahun 2000-2004

Pada Gambar 12 di atas, menunjukkan perubahan (trend) yang terjadi pada

produksi perikanan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman. Perubahan yang

terjadi ini juga dapat dibentuk menjadi persamaan linear, dimana setiap satuan

perubahan dapat memperkirakan seberapa besar produksi ikan yang didaratkan di

PPS Nizam Zachman. Persamaan linear pada produksi ikan diatas adalah y = -

11293x + 2.107 R2 = 0,92 (y=volume produksi ikan, x=periode/tahun, dan R2=

koefisien determinasi). Maka persamaan diatas menunjukkan setiap tahun bahwa

terjadi penurunan jumlah/volume produksi ikan yang didaratan di PPS Nizam

Zachman sebesar 11.293,4 ton. Hal ini disebabkan antara lain karena 1)

berkurangnya jumlah kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Nizam

Zachman berkaitan dengan terjadinya perpindahan tempat mendarat ke pelabuhan

lain (misalnya Muara Angke); 2) banyaknya kapal yang mengalami kerusakan

sehingga tidak bisa melaut, hal ini dapat ditunjukkan dari jumlah kapal yang

menjalani perbaikan meningkat dari tahun ke tahun; dan 3) perubahan cuaca yang

tidak menentu.

70
4.9.2 Armada penangkapan

Jenis armada penangkapan ikan yang ada di PPS Nizam Zachman terdiri

dari kapal yang berukuran < 20 GT sampai dengan > 200 GT dengan alat tangkap

dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu kelompok tuna dan non tuna. Kelompok

tuna yaitu kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan alat tangkap long line

dengan tujuan utama penangkapan adalah ikan tuna seperti yellow fin, big eye,

albacore dan cakalang, selain itu juga jenis black marlin, meka, layaran dan cucut.

Kelompok alat tangkap non tuna terdiri dari gill net, payang, purse seine, jaring

tangsi (jaring rampus), muroami, dan fish net dengan tujuan utama penangkapan

adalah ikan tongkol, tenggiri dan cumi-cumi.

Bahan kapal terbagi menjadi tiga jenis yaitu kayu, fiber dan besi. Kapal

kayu umumnya terdiri dari kapal-kapal tradisional sedangkan kapal fiber dan besi

digunakan oleh kapal tuna (long line) meskipun ada juga yang menggunakan

kapal kayu.

Armada pennagkapan dengan ukuran < 30 GT merupakan kapal-kapal

tradisional dengan daerah penangkapan berada di Laut Jawa meliputi perairan

Utara Jawa sampai perairan Selatan Kalimantan, dan hasil tangkapannya

dipasarkan untuk tujuan lokal. Sedangkan armada penangkapan dengan ukuran >

30 GT merupakan kapal-kapal industri penangkapan ikan yang memiliki daerah

penangkapan ikan hingga mencapai perairan Samudera Hindia meliputi perairan

Barat Sumatera dan perairan Selatan Jawa dan hasil tangkapan yang diperoleh

dipasarkan untuk tujuan ekspor.

Perkembangan armada penangkapan di PPS Nizam Zachman tahun 2000-

2004 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini :

71
Tabel 10 Frekuensi kapal masuk di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004

Pertum
Tahun Frekuensi Kapal Masuk (kali) buhan
(%)
< 20 20-3030-50 50-100 100-200 >200 Jumlah
2000 1.331 1.579 742 1.292 1.493 143 6.580 -
2001 1.190 1.367 700 1.376 2.034 133 6.800 3,34
2002 919 1.493 403 1.067 1.955 113 5.950 -12,5
2003 779 1.489 238 753 1.466 131 4.856 -18,39
2004 628 1.394 214 863 1.430 107 4.636 -4,53
4.847 7.3222.297 5.351 8.378 627
Jumlah 28.822
% 16,8 25,4 8,0 18,6 29,1 2,2
Sumber : Laporan Tahunan UPT PPS Nizam Zachman Tahun 2004

Dari tabel di atas menunjukkan pada tahun 2000 jumlah kapal yang masuk

6.580 kali, jumlah ini meningkat sebesar 3,34 % pada tahun 2001 menjadi 6.800

kali. Tahun 2002 jumlah kapal yang masuk turun -12,5 % atau menjadi 5.950 kali,

tahun 2003 kembali turun -18,39 % menjadi 4.856 kali dan tahun 2004 turun lagi -

4,53 % menjadi 4.636 kali.

Pada tabel persentase terlihat, armada penangkapan ukuran > 30 GT

berjumlah 16.653 kali atau 57,8 % dari total tiap ukuran kapal. Armada

penangkapan ini merupakan kapal-kapal industri penangkapan ikan yang memiliki

daerah penangkapan ikan hingga mencapai perairan Samudera Hindia dan hasil

tangkapan yang diperoleh dipasarkan untuk tujuan ekspor. Armada yang besar

tersebut menyimpan potensi yang besar apabila dapat dijalankan secara optimal,

sehingga kontribusi sektor perikanan terhadap perekonomian nasional dapat

ditingkatkan. Armada penangkapan ukuran < 30 GT berjumlah 12.169 kali atau

42,2 %, merupakan kapal-kapal tradisional dengan daerah penangkapan berada di

perairan Laut Jawa dan hasil tangkapan yang diperoleh dipasarkan untuk tujuan

lokal.

72
8.000
7.000
y = -583,2x + 1E+06

Kapal Masuk (kali)


6.000
R2 = 0,8787
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0
2000 2001 2002 2003 2004
Tahun

Kapal Masuk Linear (Kapal Masuk)

Gambar 13 Perkembangan jumlah kapal masuk di PPS Nizam Zachman Tahun


2000-2004

Dari persamaan linear pada Gambar 13 tersebut, yaitu y = -583,2x + 1.106

R2 = 0,88 (y=jumlah kapal masuk, x=periode/tahun, dan R2= koefisien

determinasi) menunjukkan setiap tahun bahwa terjadi penurunan jumlah kapal

masuk di PPS Nizam Zachman sebesar 583 kali. Penurunan ini disebabkan oleh

beberapa hal antara lain 1) kapal-kapal tersebut berpindah ke pelabuhan lain

(misalnya ke Muara Angke) dan 2) banyaknya kapal yang mengalami kerusakan

sehingga tidak bisa melaut, hal ini dapat ditunjukkan dari jumlah kapal yang

menjalani perbaikan meningkat dari tahun ke tahun.

Tabel 11 Frekuensi kapal keluar di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004

Pertum
Tahun Frekuensi Kapal Keluar (kali) buhan
(%)
< 20 20-30 30-50 50-100 100-200 >200 Jumlah
2000 1.325 1.531 747 1.295 1.461 144 6.503 -
2001 1.202 1.376 691 1.358 1.993 132 6.752 3,82
2002 918 1.460 385 1.051 1.968 113 5.895 -12,69
2003 735 1.488 222 760 1.493 128 4.826 -18,13
2004 602 1.301 214 819 1.358 93 4.387 -9,09
Sumber : UPT PPS Nizam Zachman Tahun 2004

73
Dari Tabel 11 di atas menunjukkan tahun 2000 jumlah kapal yang keluar

6.503 kali, jumlah ini meningkat sebesar 3,82 % pada tahun 2001 menjadi 6.752

kali. Tahun 2002 jumlah ini turun -12,69 % atau menjadi 5.895 kali, tahun 2003

kembali turun -18,13 % menjadi 4.826 kali dan tahun 2004 kembali turun -9,09 %

menjadi 4.387 kali.

8.000
7.000
Kapal Keluar (Kali)

y = -615,8x + 1E+06
6.000
R2 = 0,8873
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0
2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
Kapal Keluar Linear (Kapal Keluar)

Gambar 14 Perkembangan jumlah kapal keluar di PPS Nizam Zachman Tahun


2000 2004

Dari persamaan linear pada Gambar 14 tersebut, yaitu y = -615,8x + 1.106

R2 = 0,89 (y=jumlah kapal keluar, x=periode/tahun, dan R2= koefisien

determinasi) menunjukkan setiap tahun bahwa terjadi penurunan jumlah kapal

keluar di PPS Nizam Zachman sebesar 615 kali. Penurunan ini disebabkan oleh

beberapa hal antara lain banyaknya armada yang tidak operasi lagi karena

umurnya sudah tua sedangkan kemampuan peremajaan armada baru sangat

terbatas.

4.9.3 Perbekalan

Aktivitas yang disiapkan sebelum melakukan operasi penangkapan ikan

adalah mempersiapkan perbekalan yang akan dibawa. Perbekalan yang dibawa

74
meliputi es, solar, air bersih, umpan dan bahan makanan bagi anak buah kapal

(ABK). Secara rinci perbekalan kapal perikanan di PPS Nizam Zachman, dapat

dilihat pada Tabel 12.

(1) Es

Es merupakan salah satu perbekalan kapal yang berfungsi untuk

mengawetkan ikan dengan cara menurunkan suhu ikan, sehingga pada

akhirnya penurunan mutu ikan dapat dihambat. Bentuk penggunaan es pada

kapal industri penangkapan adalah es curah agar lebih memudahkan

penanganan saat di palka serta pendinginan yang dilakukan terhadap ikan

lebih merata.

Kebutuhan perbekalan es di PPS Nizam Zachman disediakan oleh Perum

PPS. Es dari Perum PPS tidak dijual langsung ke armada penangkapan ikan

tetapi dijual melalui agen-agen yang berjumlah 10 (sepuluh), dari agen-agen

tersebut armada penangkapan ikan mendapat pasokan es.

Untuk memasok kebutuhan es dalam operasi penangkapan ikan, Perum PPS

mengoperasikan/mengelola 2 unit pabrik es dengan kapasitas 150 ton/hari

dan pabrik es yang dikelola pihak swasta yaitu PT. Safritindo Dwi Santoso

yang mempunyai kapasitas 240 ton/hari. Menurut keterangan dari pihak

pelabuhan, permintaaan es rata-rata sebesar 9.000-10.000 es balok/hari yang

dihasilkan Perum PPS sebanyak 3.000 es balok/hari, sedangkan PT.

Safritindo Dwi Santoso menghasilkan 4.000 es balok/hari.

Untuk mencukupi kebutuhan es tersebut biasanya mengambil dari luar

pelabuhan walaupun es dari luar baru boleh masuk ketika es dari Perum PPS

sudah terjual semua. Pabrik es yang berada di luar kawasan pelabuhan yaitu

75
PT. Kaharaja, PT. Pamada, PT. UFO Crane, PT. Puga Utama, PT. Eslar

Utama, PT. Wirontono dan PT. Rawesja menghasilkan 23.000-26.000 es

balok/hari.

(2) Solar

Solar merupakan salah satu perbekalan penting dalam melakukan operasi

penangkapan ikan yang dibawa saat melaut, diperlukan sebagai bahan bakar

mesin diesel yang merupakan mesin utama bagi armada penangkapan ikan.

Kebutuhan solar armada penangkapan ikan di kawasan PPS Nizam Zachman

disuplai oleh 2 (dua) Stasiun Pengisi Bahan Bakar (SPBB), yaitu PT. Tri

Harun dan PT. Fajarida.

Aktivitas yang dilakukan bagi industri penangkapan ikan untuk memperoleh

solar di PPS Nizam Zachman adalah mendapatkan Buku Langganan

Bungker (BLB), buku tersebut akan diberi nomor sebagai pelanggan.

Aktivitas selanjutnya adalah mendapatkan izin pengisian solar dari UPT PPS

Nizam Zachman dan Syahbandar, setelah mendapat izin kapal baru bisa

mengisi solar di SPBB sesuai dengan jumlah liter yang telah disetujui.

Kapal-kapal industri penangkapan ikan harus mengantri dulu sebelum

mendapatkan solar karena banyaknya kapal yang melakukan aktivitas

mengisi perbekalan solar. Bagi armada industri penangkapan ikan yang

membutuhkan solar > 75 ton dapat membeli dari SPBB Pertamina Tanjung

Priok. Adanya pembatasan pembelian solar di PPS Nizam Zachman sebesar

maksimum 75 ton untuk setiap pembelian, karena terbatasnya suplai solar

serta untuk mencegah penjualan solar ke pihak-pihak tertentu dengan harga

murah.

76
(3) Air Bersih

Suplai air bersih untuk kapal perikanan di PPS Nizam Zachman dapat

diperoleh dari air PAM dan air truk tangki. Air PAM dikelola oleh Perum

PPS, sedangkan air truk tangki berasal dari luar PPS Nizam Zachman, yaitu

dari PT. Soraya yang terletak tidak jauh dari kawasan PPS Nizam Zachman.

(4) Umpan

Umpan merupakan perbekalan yang dibawa oleh kapal long line sebagai

umpan pancing bagi ikan tuna. Ada dua jenis umpan yaitu umpan hidup dan

umpan beku. Umpan hidup yang digunakan biasanya ikan bandeng

sedangkan umpan beku adalah ikan layang.

Tabel 12 Penyerapan perbekalan kapal perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun


2000-2004

Jenis Perbekalan (Ton) Pertum


Tahun Es BBM Air Umpan Garam Minyak Jumlah buhan
Solar Bersih Hidup Tanah
(%)
2000 209.034,7 144.440,2 478.669,5 6.362,2 801,3 968,7 840.276,6 -
2001 199.464,3 144.835,4 506.508,0 7.480,2 665,9 934,4 859.888,2 2,33
2002 177.657,9 141.037,9 477.735,0 6.033,1 636,6 1.031,4 804.131,9 -6,48
2003 104.887,9 124.767,6 450.694,0 3.196,4 541,9 894,1 684.981,9 -14,82
2004 97.582 123.440,0 483.780,0 4.602,2 900,0 616,0 710.920,2 3,79
Sumber : UPT PPS Nizam Zachman, 2004

Dari Tabel 12 di atas menunjukkan tahun 2000 penyerapan perbekalan

kapal perikanan sebesar 840.276,6 ton, jumlah ini meningkat sebesar 2,33 % pada

tahun 2001 menjadi 859.888,2 ton. Tahun 2002 jumlah ini turun -6,48 % atau

menjadi 804.131,9 ton, tahun 2003 kembali turun -14,82 % menjadi 684.981,9 ton

dan tahun 2004 naik 3,39 % menjadi 710.920,2 ton.

77
1000000

y = -43362x + 9E+07
800000 R2 = 0,7707
Ton

600000

400000

200000
2000 2001 2002 2003 2004
Tahun

Penyerapan Perbekalan Linear (Penyerapan Perbekalan)

Gambar 15 Perkembangan penyerapan perbekalan kapal perikanan di PPS Nizam


Zachman Tahun 2000-2004

Dari persamaan linear pada Gambar 15 tersebut, dihasilkan y = -43362x +

9.107 R2 = 0,77 (y=jumlah penyerapan perbekalan, x=periode/tahun, dan R2=

koefisien determinasi) menunjukkan setiap tahun bahwa terjadi penurunan jumlah

penyerapan perbekalan di PPS Nizam Zachman sebesar 43.362 ton. Penurunan ini

disebabkan oleh beberapa hal antara lain menurunnya setiap tahun aktivitas

armada penangkapan yang melaut.

4.9.4 Pendaratan, distribusi dan pemasaran ikan

Aktivitas pendaratan hasil tangkapan meliputi pembongkaran ikan dari

palka sampai ikan diangkut ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Kapal tradisional

mendaratkan hasil tangkapannya di TPI sedangkan untuk kapal longline

mendaratkan hasil tangkapannya di Tuna Landing Center (TLC). TLC yang

berada di dermaga timur sengaja dikhususkan untuk mendaratkan hasil tangkapan

kapal longline.

78
Bagi kapal longline, sebelum dilakukan pendaratan hasil tangkapan maka

diadakan persiapan terlebih dahulu. Aktivitas persiapan yang dilakukan adalah

dengan melakukan pemasangan alat peluncur yang berfungsi memindahkan ikan

dari kapal longline ke unit-unit penanganan sekaligus berfungsi untuk melindungi

ikan tuna dari sinar matahari secara langsung. Aktivitas pembongkaran ikan tuna

dimulai dengan mendaratnya kapal di dermaga timur, sebelum dilakukan

pembongkaran ikan maka es yang digunakan untuk mendinginkan ikan terlebih

dahulu dibuang dari dalam palka. Aktivitas dilanjutkan dengan mengeluarkan ikan

dengan menggunakan bantuan katrol, yaitu dengan cara mengikat ekor ikan

dengan tali yang kemudian ditarik menggunakan bantuan katrol dari dalam palka

sampai ke atas deck. Sesampainya di atas deck, ikan diletakkan pada alat peluncur

selanjutnya didorong meluncur menuju kedalam unit penanganan tuna untuk

dilakukan penanganan lebih lanjut.

Bagi kapal gillnet aktivitas pendaratan ikan berlangsung di dermaga barat

dekat dengan TPI. Pembongkaran ikan dilakukan dengan menggunakan bantuan

tris. Tris atau basket atau keranjang ikan adalah wadah berbentuk kotak terbuat

dari plastik dengan kapasitas 70 kg ikan. Ikan dari dalam palka dimasukkan ke

dalam tris, kemudian diangkat ke atas deck dengan menggunakan bantuan tali.

Ikan yang telah berada di deck lalu disortir sesuai dengan jenis, ukuran dan

mutunya dan ditempatkan pada tris yang berbeda-beda, tujuannya adalah untuk

memudahkan saat pelelangan dilakukan. Pemindahan tris dari kapal ke TPI

menggunakan lori. Pemindahan ini dilakukan di ruangan terbuka sehingga sinar

matahari mengenai langsung ikan. Tidak adanya pemberian es pada ikan semakin

menurunkan mutu ikan tersebut. Proses pembongkaran ini berlangsung selama

79
dua sampai tiga jam, tergantung banyaknya hasil tangkapan yang didaratkan.

Mekanisme pemasaran ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta adalah

sebagai berikut : ikan yang masuk ke PPS Nizam Zachman yang berasal dari laut

khususnya kelompok ikan tuna (tuna, meka, marlin, yellow fin, big eye) di proses,

sebagian ke industri pengolahan ikan dan di ekspor langsung ke negara Jepang,

Singapura, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat sedangkan sebagian lagi dibawa

ke pelelangan untuk dilelang. Ikan-ikan non tuna (tradisional) setelah didaratkan

dari kapal, kemudian masuk ke TPI untuk di lelang. Sete1ah diadakan transaksi

le1ang dan terjadi kesepakatan harga, ikan dibawa ke pasar baik pasar lokal

maupun ekspor.

Mekanisme pemasaran dan distribusi ikan di PPS Nizam Zachman, dapat

dilihat pada Lampiran 1.

Pelelangan yang ada di PPS Nizam Zachman diselenggarakan oleh

Koperasi Mina Muara Makmur selaku pihak yang ditunjuk oleh Dinas

Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta. Aktivitas yang

dilakukan sebelum pelelangan adalah penimbangan ikan, kemudian tris yang telah

ditimbang tersebut dikelompokkan berdasarkan kapal yang mendaratkan.

Pelelangan yang ada di TPI PPS Nizam Zachman dinamakan opow karena

pembeli lelang dan penjual lelang adalah orang yang sama yaitu pemilik kapal,

walaupun demikian aktivitas lelang tetap diadakan karena merupakan patokan

nilai retribusi yang harus dibayar ke pemerintah daerah sebesar dari total nilai

lelang. Sesuai dengan Perda DKI Jakarta, retribusi lelang sebesar 5 %, dimana 3

% dikenakan kepada pemegang lelang dan sisanya dikenakan kepada produsen

ikan.

80
Hasil tangkapan yang didaratkan di TLC tidak diadakan pelelangan. Ikan

yang didaratkan akan langsung masuk ke unit-unit penanganan tuna setelah

aktivitas pembongkaran dilakukan. Namun, data pendaratan ikan masih dapat

dicatat karena pihak perusahaan akan memberikan laporannya sehingga retribusi

sebesar 5 % tetap bisa ditarik. Tidak adanya mekanisme kontrol dari pihak PPS

Nizam Zachman, membuat keakuratan data yang diberikan oleh perusahaan

diragukan karena kemungkinan adanya kepentingan-kepentingan tertentu dari

perusahaan tersebut. Mekanisme masuk/keluarnya komoditi perikanan dapat

dilihat pada Lampiran 2 dan 3.

(1) Pasar lokal

Ikan yang berasal dari pelelangan tersebut di atas serta ikan yang berasal dari

beberapa daerah penghasil utama perikanan diangkut lewat darat/truk

dipasarkan melalui Pusat Pemasaran Ikan (PPI) pada malam hari sekitar

pukul 20.00-02.00 WlB, kemudian didistribusikan ke daerah-daerah di

sekitar Jabotabek seperti Bekasi, Depok, Tangerang, bahkan sampai ke

Sukabumi dan Cilegon.

(2) Pasar ekspor

Kegiatan ekspor hasil perikanan dilakukan bentuk segar maupun beku yang

terdiri dari ekspor segar meliputi jenis tuna, bawal, udang, tenggiri, meka

dan jenis ikan lainnya dilakukan melalui Bandara Sukarno Hatta

(Cengkareng) dengan menggunakan jasa cargo, serta ekspor beku yang

terdiri dari jenis ikan tuna, kakap, kerapu, meka, marlin, lobster, udang dan

jenis ikan lainnya dilakukan melalui pelabuhan umum Tanjung Priok dengan

menggunakan Kontainer. Ekspor ikan dalam keadaan beku juga dilakukan

81
melalui transhipment (ship to ship) dengan ukuran kapal pengangkut sampai

dengan 2.500 GT.

Adapun mekanisme pelayanan ekspor dapat dilihat pada Lampiran 4.

Volume ekspor tahun 2004 sebesar 26.740,24 ton terdiri dari ekspor segar

sebesar 10.218, 29 ton dan ekspor beku sebesar 15.521,95 ton. Nilai ekspor

ikan segar sebesar US$ 111.067.332 dan nilai ekspor ikan beku sebesar US$

129.870.845 sehingga total nilai ekspor sebesar US$ 240.936.177. Negara

tujuan ekspor seperti Asia, Amerika dan Eropa. Lebih rinci ekspor ikan dapat

dilihat dalam Tabel 13 berikut :

Tabel 13 Volume ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-
2004
Ton
Ekspor Tuna Ekspor Udang Ekspor Lainnya
Tahun Segar Beku Segar Beku Segar Beku
2000 8.273 5.475 1.945 4.210 4.702 8.722
2001 7.519 6.368 963 2.943 2.290 3.937
2002 9.532 4.744 1.762 4.456 559 1.602
2003 6.212 8.099 327 2.142 1.245 6.608
2004 8.935 8.164 146 1.804 1.137 6.554
40.471 32.850 5.143 15.555 9.933 27.423
Jumlah 73.321 20.698 37.356
131.375
% 55,81 15,76 28,43
Sumber : UPT PPS Nizam Zachman Tahun 2004

Jumlah ekspor yang dilakukan PPS Nizam Zachman selama kurun waktu 5

tahun terakhir sangat berfluktuasi baik dari komoditi tuna, udang atau komoditi

lainnya. Berdasarkan persentase komoditi ekspor, lebih banyak pada komoditi

ekspor tuna sebesar 55,81 %, disusul ekspor lainnya sebesar 28,43 % dan terakhir

ekspor udang sebesar 15,76 %.

Dari komoditi ekspor tuna, sebesar 55,2 % produk segar dan 44,8 produk

beku. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain produk segar

82
mempunyai nilai yang lebih tinggi di pasar internasional karena memiliki mutu

yang lebih baik dibandingkan dengan produk beku.

40000

30000
y = -1256,1x + 3E+06
R2 = 0,2227
Ton

20000

10000
2000 2001 2002 2003 2004
Tahun

Volume Ekspor Linear (Volume Ekspor)

Gambar 16 Perkembangan volume ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman


Tahun 2000-2004

Dari persamaan linear pada Gambar 16 tersebut, yaitu y = -1256,1x +

3.106 R2 = 0,22 (y=jumlah penyerapan perbekalan, x=periode/tahun, dan R2=

koefisien determinasi) menunjukkan setiap tahun bahwa terjadi penurunan volume

ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman sebesar 1.256,1 ton. Penurunan ini

disebabkan oleh beberapa hal antara lain pengurangan jumlah permintaan dan

juga melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar.

Tabel 14 berikut ini menyajikan volume dan nilai ekspor hasil perikanan

di PPS Nizam Zachman dalam kurun waktu tahun 2000-2004.

83
Tabel 14 Volume dan nilai ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun
2000-2004

Ikan Segar Ikan Beku Jumlah


Tahun Ton US$ Ton US$ Ton US$
2000 14.920 89.338.034 18.407 91.684.372 33.327 181.022.406
2001 10.772 86.466.347 13.248 69.289.562 24.020 155.755.909
2002 11.853 91.387.316 10.802 50.033.299 22.655 141.420.615
2003 7.784 63.337.249 16.849 76.334.601 24.633 139.671.850
2004 10.218 111.067.332 16.522 129.870.845 26.740 240.938.177
Sumber : UPT PPS Nizam Zachman Tahun 2004

Data tersebut memperlihatkan bahwa dari tahun 2000-2004 industri

perikanan di PPS Nizam Zachman mengekspor ikan dalam bentuk segar sebesar

55.547 ton sedangkan untuk ekspor dalam bentuk beku sebesar 75.828 ton sehingga

total jumlah produk perikanan yang diekspor dari tahun 2000-2004 sebesar 131.375

ton. Rata-rata produksi per tahun untuk ekspor produk segar sebesar 11.109 ton,

jumlah ini lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata ekspor produk beku

sebesar 15.166 ton ikan per tahun. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa

permintaan terhadap produk ikan beku semakin meningkat, berarti industri

pengolahan ikan harus meningkatkan aktivitasnya untuk memenuhi permintaan

produk ikan beku tersebut.

84
150000000

125000000

100000000
US $
75000000

50000000

25000000
2000 2001 2002 2003 2004
Tahun

Nilai Ekspor Segar Nilai Ekspor Beku

Gambar 17 Perkembangan nilai ekspor hasil perikanan di PPS Nizam


Zachman Tahun 2000-2004

Gambar 17 di atas memperlihatkan bahwa total nilai produksi untuk produk

segar dari tahun 2000 s.d 2004 sebesar US$ 441.596.278 nilai ini lebih besar

apabila dibandingkan dengan nilai produk beku yang hanya US$ 417.212.679. Nilai

produksi rata-rata untuk produk ikan segar per tonnya US$ 88.319.256, sedangkan

nilai rata-rata produk ikan beku per tonnya hanya US$ 83.442.536. Produk segar

mempunyai nilai yang lebih tinggi di pasar internasional karena memiliki mutu

yang lebih baik dibandingkan dengan produk beku.

Secara umum operasional pelabuhan PPS Nizam Zachman saat ini adalah

cukup optimal, walaupun masih terdapat beberapa kekurangan yang nantinya akan

mempengaruhi kinerja operasional pelabuhan. Kekurangan/permasalahan tersebut

antara lain :

85
(1) Mutu ikan; berkurangnya mutu ikan mulai disebabkan karena proses

penangkapan, penanganan ikan diatas kapal hingga pada saat kapal bongkar.

Penggunaan alat tangkap yang tidak merujuk pada code of conduct responsible

fisheries menyebabkan ikan yang ditangkap mengalami kerusakan fisik dan

banyak ikan yang ditangkap dengan ukuran yang tak layak tangkap. Proses

penanganan hasil tangkapan di kapal yang belum profesional sangat berpotensi

merusak mutu hasil tangkapan, hal ini dimungkinkan pemberian es dan proses

pembekuan dilakukan setelah melewati fase igormortis. Mutu ikan juga akan

berkurang disaat kapal bongkar, banyak jenis ikan yang bongkar di PPS

Nizam Zachman ditangani dengan tidak efektif dan efisien. Industri perikanan

terutama yang berskala kecil, dapat menderita kerugian ekonomis sangat besar

akibat rendahnya harga, kemunduran mutu ikan. Hal yang sama dapat dialami

pula oleh ekonomi nasional akibat kehilangan pasar di luar negeri. Secara

nyata, permintaan konsumen terhadap mutu ikan yang baik berkembang cepat.

Negara-negara pengimpor sangat menghendaki kondisi tempat pendaratan

ikan yang bersih dan higienis, sebagai suatu persyarat yang telah mereka

tetapkan guna memenuhi standar mutu yang tinggi terhadap produk hasil

perikanan.

(2) Ketertiban dan keamanan; karena jumlah personil keamanan dan ketertiban

tidak dapat menjangkau seluruh wilayah pelabuhan atau dengan kata lain

jumlah personil keamanan dan ketertiban tidak proposional dengan luas

wilayah PPS Nizam Zachman yaitu 100 Ha ditangani hanya 22 personil.

(3) Lingkungan/Sampah; masih banyaknya limbah cair dan padat dari proses

kegiatan di pelabuhan dan tidak lancarnya saluran mengakibatkan bau yang

86
tidak sedap, selain itu juga karena banyaknya kapal yang memperbaiki di

dermaga maka banyak kayu-kayu yang berserakan di sekitar dermaga. Pada

bulan-bulan mendekati bulan puasa, volume sampah meningkat sampai 40 m3

per hari, dengan jenis sampah organik yaitu daun. Semua limbah ini, jika tidak

ditangani secara tepat akan menimbulkan kontaminasi terhadap produksi ikan

serta mengakibatkan degradasi lingkungan pelabuhan sebagai akibat polusi.

Biaya memperbaiki segenap permasalahn ini begitu mahalnya, setelah

semuanya terjadi. Pencucian ikan menggunakan air kolam pelabuhan yang

kotor dan cara penanganannya dengan kondisi sanitasi yang rendah,

merupakan faktor yang menyebabkan cepatnya terjadi pembusukan ikan serta

resiko membahayakan kesehatan, karena baik ikan maupun air sudah

terkontaminasi.

(4) Dermaga, banyak dijumpai kapal ikan yang ingin merapat di dermaga, tidak

bisa bersandar sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan karena adanya kapal

ikan yang rusak dan selalu bersandar di dermaga, bahkan ada yang merapat

sampai lama sekali dan hal ini mengganggu untuk merapatnya kapal ikan yang

lain sehingga fungsi dermaga bukan untuk merapatkan kapal tetapi

dipergunakan juga untuk memperbaiki kapal. Nilai fungsi dari dermaga

menjadi turun.

(5) Jalan akses ke PPS Nizam Zachman, kondisi jalan masuk menuju PPS

Nizam Zachman sekarang ini sangat padat dan selalu mengalami kemacetan

karena besarnya volume lalu lintas yang sebagian besar berupa traktor dan

trailer/ kontainer, truk, bis, mobil, bajaj, becak, sepeda, ojek, gerobak dan

87
lainnya. Kapasitas lalu lintas jalan hanya cukup untuk dua jalur jalan (satu

lajur per arah) yang membahayakan para pengendara motor dan pejalan kaki.

Untuk mengatasi permasalah tersebut diatas, upaya yang perlu

dilakukan antara lain :

(1) Dalam penanganan ikan agar dapat diperoleh ikan dengan mutu baik adalah

sosialisasi baik secara langsung maupun tidak langsung metode penangkapan

yang efektif dengan menggunakan alat penangkapan yang ramah lingkungan.

Lembaga/instansi yang mempunyai peran yang sangat besar dalam

penanganan ikan di PPS Nizam Zachman adalah UPT berkoordinasi dengan

Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Propinsi DKI Jakarta serta Perum

PPS.

(2) Guna meningkatkan ketertiban dan keamanan, mengusulkan agar personil

Satpam UPT serta personil KP3 ditambah sesuai dengan kebutuhan luas

kawasan 100 Ha.

(3) Sehubungan lahan tempat pembuangan akhir sampah di DKI Jakarta sudah

tidak memungkinkan lagi, maka diusulkan alternatif lain yaitu pembangunan

dan pengadaan mesin pengolah sampah berupa insenerator.

Untuk menangani problema lingkungan, dalam hal ini UPT sama sekali tidak

memiliki kewenangan menyangkut aspek pengelolaan lingkungan. UPT setiap

hari melakukan pembersihan di PPS Nizam Zachman bekerjasama dengan

pihak KUD. Karena ukuran pelabuhan yang demikian luas, diperlukan waktu

berjam-jam untuk membersihkan perairan disekitar dermaga dari kantong-

kantong plastik, sampah dan benda-benda terapung lainnya. Namun demikian,

mereka tidak memiliki cara untuk membuang lapisan minyak serta

88
mengendalikan pencemaran. Maka disarankan UPT berkoordinasi dengan

Perum PPS, Departemen Kesehatan, dan unit kerja dari lembaga/instansi

terkait yang berwenang terhadap masalah kelestarian lingkungan (misal :

Pemerintah Propinsi DKI Jakarta (Bappedalda), Kementerian Negara

Lingkungan Hidup, dll).

(4) Dalam rangka efisiensi penggunaan pelabuhan, sudah seharusnya PPS Nizam

Zachman memperbaiki sistem manajemen untuk standar pelabuhan perikanan

yang baik dan bila perlu standar internasional. Alternatif permasalahan di

dermaga melalui penegakan peraturan pelabuhan untuk menjaga ketertiban

penggunaan sarana dan prasarana pelabuhan sesuai fungsinya. Untuk

mengurangi antrian cukup lama masuk galangan kapal, perlu penambahan

fasilitas galangan kapal/dock melalui dana cost recovery atau bantuan proyek

luar negeri.

(5) Guna melayani semua kegiatan di kawasan pelabuhan dengan permintaan

pelayanan pelabuhan yang terus meningkat, maka diperlukan jalan

penghubung utama yang cukup dari dan menuju ke kawasan pelabuhan serta

jaringan jalan raya yang menghubungkan pelabuhan dengan jalan tol atau

dengan pelabuhan umum utama, dan bila diperlukan menyediakan jalur rel

kereta api untuk memudahkan distribusi ke daerah pedalaman. Alternatif

pelebaran jalan di PPS Nizam Zachman sangat sulit mengingat sisi badan jalan

telah dipenuhi dengan bangunan-bangunan rumah, toko dan lainnya.

Penghancuran bangunan-bangunan di sisi jalan tersebut tidak akan efektif dan

usaha pembebasan tanah atau tukar guling memerlukan prosedur hukum.

Alternatif terbaik adalah membangun jalan layang yang berhubungan dengan

89
pintu keluar jalan tol Mangga Dua/Glodok dan sisi barat jalan menuju Muara

Karang dan Muara Angke, untuk memperlancar arus lalu lintas dan

mengakomodasi laju kendaraan ukuran sedang dan besar di area komplek PPS

Nizam Zachman. Maka disarankan sebagai tindak lanjut pembangunan tahap 4

(1993-2001, telah selesai pada tahun 2002), usulan proyek masa depan di PPS

Nizam Zachman (bantuan pemerintah Jepang).

90
5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Fungsi dan Kewenangan Kelembagaan

Untuk menganalisis fungsi dan kewenangan dari setiap lembaga/instansi di

PPS Nizam Zachman, digunakan matriks keserasian (compatibility matrix) seperti

tercantum pada Tabel 15 berikut :

Tabel 15 Matriks keserasian (compatibility matrix) fungsi dan wewenang antar


lembaga/instansi di PPS Nizam Zachman
Pusat Karantina Ikan (J) K
Dinas DKI Jakarta (I) S/K S
Ditjen PSDKP (H) S - -
Kepolisian (G) S/K S - -
Dep. Keuangan (F) K - - - -
Dep. Kehakiman dan HAM (E) K - - - -
Dep. Kesehatan (D) K - - - - -
Dep. Perhubungan (C) SK - - - - - -
Perum PPS (B) S/K/SK - - - - S - S
UPT PPS (A) S/K/SK SK K K K S/K S S/K K
Lembaga/Instansi A B C D E F G H I J

Keterangan :
S = Sinergi
K = Kontradiksi
SK = Sangat Kontradiksi

Mengacu pada matriks hasil identifikasi fungsi dan kewenangan di atas,

terdapat beberapa kegiatan yang sinergis antara kelembagaan/instansi yang berada

di PPS Nizam Zachman antara lain sebagai berikut :

(1) Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99,

UPT mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam hal mengatur dan

mengkoordinasikan semua kegiatan dan fasilitas-fasilitas yang bersifat non

komersial yang berada di pelabuhan perikanan. Sedangkan Perum

mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam hal melaksanakan

pengusahaan dan pelayanan jasa dan barang yang menunjang kegiatan

pelabuhan perikanan yang menyangkut pengusahaan sarana bersifat

91
produktif dan ekonomis (fasilitas-fasilitas komersial). Hal ini terlihat sinergi

dalam pengelolaan kolam pelabuhan, pemecah gelombang (breakwater),

Dermaga/Jetty, Gedung Penunjang Kegiatan Nelayan, Tuna Landing center

(TLC), pemasangan reklame, dan keamanan/ketertiban di kawasan PPS

Nizam Zachman.

(2) Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99,

UPT dan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI

Jakarta terlihat hubungan sinergi dalam Pengumpulan Data Statistik

Perikanan dan Pembinaan Mutu Hasil Perikanan.

(3) Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99,

UPT, Perum dan Kepolisian melaksanakan hubungan sinergi dalam

kegiatan keamanan dan ketertiban di kawasan PPS Nizam Zachman.

(4) Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99,

Perum dan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI

Jakarta terlihat hubungan sinergi dalam pelaksanaan kegiatan Pemasaran

Ikan (PPI).

Selanjutnya selain terdapat kegiatan yang sinergis antara kelembagaan/

instansi yang berada di PPS Nizam Zachman, terdapat juga beberapa tumpang

tindih dan kontradiksi fungsi dan wewenang antara kelembagaan/instansi yang

berada di PPS Nizam Zachman antara lain sebagai berikut :

(1) Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99

UPT mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam hal mengatur dan

mengkoordinasikan semua kegiatan dan fasilitas-fasilitas yang bersifat non

komersial yang berada di pelabuhan perikanan.

92
Mengacu pada kebijakan pemerintah tersebut diatas, sampai saat ini seluruh

lembaga/instansi yang ada di PPS Nizam Zachman belum mematuhi

sepenuhnya kebijakan tersebut karena instansi terkait dimaksud secara

organisatoris lebih bertanggung jawab kepada instansi vertikal di atasnya

(Pimpinannya).

Disimpulkan terdapat hubungan tidak sinergi/kontradiksi antara UPT dengan

8 (delapan) instansi terkait yang terlibat di dalam pengelolaan PPS Nizam

Zachman.

(2) Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99

UPT bertanggungjawab melaksanakan konstruksi dan pemeliharaan

quaywall dan dermaga, sedangkan Perum juga berwenang melakukan

konstruksi dan pemeliharaan dermaga berdasarkan Keputusan Menteri

Pertanian No. 1082/Kpts/ OT.210/10/99 dan Peraturan Pemerintah No. 23

Tahun 2000. Hal ini mengakibatkan terjadinya tumpang tindih fungsi dan

wewenang antara UPT dan Perum.

Mengacu pada kebijakan pemerintah tersebut diatas, kondisi saat ini UPT

telah melaksanakan konstruksi dan pemeliharaan dermaga dan quaywall

dengan anggaran proyek DKP, sedangkan Perum sejauh ini tidak

melaksanakan sesuatu pekerjaan konstruksi dan pemeliharaan dermaga dan

mooring quays. Hal ini mengakibatkan terjadinya hubungan yang sangat

kontradiksi antara UPT dan Perum.

(3) UPT menegaskan bahwa tambat labuh adalah kegiatan non komersial,

sehingga pemungutan biayanya dilakukan UPT, sedangkan Perum

menganggap tambat labuh sebagai kegiatan komersial sehingga mereka

93
berhak memungut biayanya. Hal ini mengakibatkan terjadinya tumpang

tindih fungsi dan wewenang antara UPT dan Perum.

UPT tidak melakukan pengumpulan biaya tambat labuh, bila Perum sudah

beroperasi di pelabuhan perikanan ybs. Sedangkan berdasarkan PP No. 23

tahun 2000 Perum berhak mengumpulkan biaya docking, namun tidak

menetapkan Perum berhak mengumpulkan biaya tambat labuh, sekalipun

berwenang mengoperasikan dermaga.

Mengacu pada kebijakan pemerintah tersebut diatas, UPT mengumpulkan

biaya tambat labuh dimana Perum tidak beroperasi. Besarnya fee sesuai

ketentuan pemerintah Rp. 1.500/m dan UPT menyetorkan penghasilan ini ke

Kas Negara. Sedangkan Perum mengumpulkan biaya tambat labuh dan

biaya docking di pelabuhan tempatnya beroperasi. Biaya tambat labuh

ditetapkan Perum (di PPS Nizam Zachman sebesar Rp. 12.000/m). Tarif ini

sangat tinggi, sehingga nelayan meminta diturunkan. Hal ini mengakibatkan

terjadinya hubungan yang sangat kontradiksi antara UPT dan Perum.

(4) Dermaga tambat dan dermaga bongkar dimiliki oleh UPT, namun Perum

mengoperasikannya dan memperoleh penghasilan. Perum tidak menyetorkan

penghasilan ini kepada UPT. Hal ini mengakibatkan terjadinya tumpang

tindih fungsi dan wewenang antara UPT dan Perum.

Kondisi saat ini Perum menyewakan sarana pelabuhan kepada perusahaan

swasta dan memungut sewanya. Hal ini mengakibatkan terjadinya hubungan

yang sangat kontradiksi antara UPT dan Perum.

(5) Pengendalian, manuver serta pemanduan kapal menuju dermaga bongkar

dan dermaga tambat, seharusnya adalah pelayanan publik yang diberikan

94
UPT. Penegakan peraturan merupakan tugas pemerintah. Dalam

kenyataannya, tugas ini dilakukan oleh Perum sekaligus memungut biaya

pelayanannya. Hal ini mengakibatkan terjadinya tumpang tindih fungsi dan

wewenang antara UPT dan Perum.

UPTmemandang segenap sarana dasar (penahan gelombang, dermaga

bongkar, dermaga labuh) harus dikontrol dan dikelola UPT. Pengendalian

dan pemanduan kapal menuju dermaga bongkar dan dermaga tambat

merupakan tugas terpenting UPT. Pungutan jasa dengan tarif yang wajar,

dilakukan UPT berdasarkan Peraturan Pemerintah. Dalam kenyataannya,

Perum melakukan tugas tersebut sementara tarif yang dikenakan dirasakan

pemilik kapal sangat tinggi. Hal ini mengakibatkan terjadinya hubungan

yang sangat kontradiksi antara UPT dan Perum.

(6) UPT memiliki kewenangan hukum menerbitkan clearance keluar masuk

kapal (STBLKK), sedangkan Departemen Perhubungan juga memiliki

mandat menerbitkan ijin berlayar bagi kapal-kapal yang meninggalkan

pelabuhan berdasarkan SK Menhub No. KM 62 Tahun 2002. Hal ini

mengakibatkan terjadinya tumpang tindih fungsi dan wewenang antara UPT

dan Perum.

Menteri Pertanian menghendaki penyederhanaan proses dengan hanya

menerbitkan satu ijin yakni STBLKK oleh UPT. Pada tahun 1996 Dephub

menyetujui gagasan tersebut dan menyerahkan kewenangan dan

menerbitkan ijin kepada UPT. Namun ketika pemerintahan berganti, Dephub

merubah kebijaksanaannya dan melanjutkan hak mereka menerbitkan ijin.

Saat ini kedua Menteri menerbitkan ijin yang sama. Mereka tidak memungut

95
fee atas penerbitan ijin tersebut. Namun Dephub menarik fee dari kapal-

kapal yang meninggalkan pelabuhan sebesar Rp. 100/GT terhadap jasa

sarana navigasi. Hal ini mengakibatkan terjadinya hubungan yang sangat

kontradiksi antara UPT dan Perum.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, sehingga hipotesis penelitian yaitu

kapasitas kelembagaan pengelolaan PPS Nizam Zachman belum menunjang suatu

pengelolaan pelabuhan perikanan yang kondusif, dapat diterima.

5.2 Analisis Strategi Kinerja Pelabuhan Perikanan

Analisis strategi kinerja pelabuhan perikanan menggunakan SWOT

(Strength, Weakness, Opportunities dan Threats). Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang

(Opportunities) yang dimiliki, namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Hasil analisis SWOT sebagai

berikut :

5.2.1 Analisis internal

Analisis terhadap faktor internal pelabuhan perikanan meliputi 2 (dua)

komponen yakni komponen kekuatan dan kelemahan.

Kekuatan (Strength)

Faktor-faktor yang dianggap sebagai kekuatan pelabuhan perikanan diantaranya

adalah sebagai berikut :

(1) Tersedianya fasilitas pokok (dasar) meliputi kolam pelabuhan, pemecah

gelombang (break water), dermaga/jetty, turap (revetment) dan tanah

industri perikanan; fasilitas fungsional meliputi TPI, pabrik es, cold storage,

dan ruang processing; dan fasilitas penunjang meliputi antara lain kantor

96
UPT, Perum, pos pelayanan terpadu, Balai Penyuluhan Nelayan, MCK,

sarana peribadatan, dan pos keamanan.

(2) Pelabuhan sebagai pusat aktivitas perekonomian masyarakat.

(3) Letak geografis yang strategis karena berada pada posisi dekat dengan

daerah penangkapan ikan (fishing ground) di laut teritorial atau ZEE.

(4) Dekat pasar domestik dan luar negeri.

(5) Pada saat musim ikan menjadi tempat persinggahan bagi nelayan dari daerah

lain.

(6) Memiliki armada penangkapan ikan yang didominasi oleh kapal motor.

(7) Memiliki areal untuk pengembangan pelabuhan.

Kelemahan (Weakness)

Selain faktor kekuatan yang dimiliki, terdapat faktor yang merupakan kelemahan

pelabuhan perikanan diantaranya adalah sebagai berikut :

(1) Pengetahuan dan kemampuan SDM rendah.

(2) Kuantitas dan kualitas produk masih rendah dan diversifikasi produk belum

beragam.

(3) Dukungan dan koordinasi instansi terkait masih lemah.

(4) Pengelolaan pelabuhan belum didukung peraturan yang memadai

(5) Kurangnya dana operasional dan pemeliharaan fasilitas prasarana pelabuhan.

(6) Informasi pasar belum dikuasai dengan baik karena belum dikembangkannya

teknologi sistem informasi.

(7) Belum berfungsinya kesyahbandaran perikanan.

97
5.2.2 Analisis eksternal

Analisis eksternal dilakukan terhadap komponen dari luar peluang dan

ancaman terhadap kelancaran dan kelangsungan kinerja pelabuhan perikanan.

Peluang (Opportunity)

Faktor-faktor yang dianggap sebagai peluang bagi kelancaran kinerja pelabuhan

perikanan diantaranya adalah sebagai berikut :

(1) Meningkatnya konsumsi ikan.

(2) Peningkatan devisa berkaitan dengan ekspor dari produk perikanan

(3) Peningkatan pendapatan pelabuhan (PNBP) dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) melalui pelayanan jasa di pelabuhan.

(4) Permintaan komoditi perikanan di pasar domestik dan luar negeri

meningkat.

(5) Pembangunan sarana dan prasarana di pelabuhan menambah peluang usaha.

(6) Kemudahan mendapatkan bantuan kredit dari perbankan.

(7) Kemajuan teknologi penginderaan jarak jauh (Remote sensing) dan citra

satelit serta informasi internet.

(8) Bertambahnya minat investor terhadap sektor perikanan.

Ancaman (Threat)

Selain faktor peluang yang dimiliki, terdapat faktor yang dianggap ancaman bagi

kinerja pelabuhan perikanan diantaranya adalah sebagai berikut :

(1) Berkembangnya pesaing yang dapat menyediakan sarana prasarana sejenis.

(2) Meningkatnya degradasi sumberdaya pesisir dan lautan.

(3) Intensitas pencurian ikan tinggi.

(4) Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan

98
(5) Menurunnya stock ikan di perairan.

(6) Duplikasi peraturan dan beragamnya jenis pungutan perikanan.

(7) Persaingan pasar domestik dan dunia terhadap komoditi perikanan

meningkat.

(8) Gangguan kebersihan dan keamanan.

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap faktor-faktor kekuatan dan

kelemahan internal serta faktor peluang dan ancaman eksternal terhadap kinerja

PPS Nizam Zachman, diformulasikan strategi pada matriks SWOT berdasarkan

pertimbangan obyek penulis. Strategi tersebut adalah :

(1) Strategi SO. Strategi ini diformulasikan dengan menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang.

(2) Strategi ST. Strategi ini diformulasikan dengan menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman.

(3) Strategi WO. Strategi ini diformulasikan dengan meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang.

(4) Strategi WT. Strategi ini diformulasikan dengan mengendalikan kelemahan

untuk menghindari ancaman.

Secara lengkap strategi pada matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 16

berikut :

99
Tabel 16 Strategi kinerja PPS Nizam Zachman berdasarkan faktor internal dan
eksternal

FAKTOR INTERNAL KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)


1. Memiliki fasilitas 1. Pengetahuan dan
pelabuhan yang lengkap kemampuan SDM rendah
2. Berdekatan dengan daerah 2. Dukungan dan koordinasi
penangkapan instansi terkait masih
3. Dekat pasar domestik dan lemah
luar negeri 3. Kurangnya dana
4. Pada saat musim ikan operasional &
menjadi tempat pemeliharaan fasilitas
persinggahan nelayan prasarana pelabuhan
daerah lain 4. Pengelolaan pelabuhan
5. Armada penangkapan belum didukung peraturan
didominasi oleh kapal yang memadai
motor 5. Belum didukung teknologi
sistem informasi yang
memadai
FAKTOR EKSTERNAL
PELUANG (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
Gunakan kekuatan untuk Perbaiki kelemahan untuk
memanfaatkan peluang meraih peluang melalui :
1. Meningkatnya konsumsi 1. Meningkatkan pelayanan 1. Meningkatkan kualitas
ikan pelabuhan SDM melalui pelatihan dan
2. Pembangunan sarana & 2. Pembinaan studi banding
prasarana di pelabuhan kewirausahaan 2. Meningkatkan kerjasama/
menambah peluang usaha koordinasi antar instansi
3. Kemudahan mendapatkan terkait
bantuan kredit dari
perbankan
4. Kemajuan teknologi
penginderaan jarak jauh dan
citra satelit serta informasi
internet
5. Bertambahnya minat
investor terhadap sektor
perikanan
ANCAMAN (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
Gunakan kekuatan untuk Perbaiki kelemahan untuk
mengatasi ancaman mengatasi ancaman
melalui: melalui:
1. Berkembangnya pesaing 1. Penyempurnaan 1. Meningkatkan sarana dan
yang dapat menyediakan pengelolaan pelabuhan prasarana pelabuhan
sarana prasarana sejenis 2. Kemudahan berinvestasi 2. Meningkatkan ketersediaan
2. Degradasi sumberdaya di pelabuhan modal
pesisir dan lautan
3. Intensitas pencurian ikan
tinggi
4. Duplikasi peraturan dan
beragamnya jenis pungutan
perikanan
5. Persaingan pasar domestik
dan dunia terhadap komoditi
perikanan

100
Berdasarkan faktor-faktor strategis kinerja PPS Nizam Zachman dianalisis

pula matriks SWOT untuk menggambarkan relasi diantara faktor-faktor yang ada.

Hubungan antara faktor-faktor tersebut menghasilkan 8 (delapan) kemungkinan

strategi kinerja yang dikelompokkan dalam 4 strategi utama, yaitu strategi SO,

strategi ST, strategi WO dan strategi WT (Tabel 17).

Tabel 17 Matriks SWOT strategi kinerja PPS Nizam Zachman

No. Strategi Faktor Terkait Jumlah Prioritas


Bobot
Strategi SO
1. Meningkatkan pelayanan pelabuhan S1, S4, S5, 01, 02, 04 0,432 3
2. Pembinaan kewirausahaan S1, S3, 03, 05 0,276 7
Strategi ST
1. Penyempurnaan pengelolaan S1, S2, S3, S4, S5, 0,706 1
pelabuhan 01, 02, 03, 04, 05
2. Kemudahan berinvestasi di S1, S2, S3, 05 0,290 5
pelabuhan
Strategi WO
1. Meningkatkan kualitas SDM melalui W1, W5, 03 0,206 8
pelatihan dan studi banding
2. Meningkatkan kerjasama/koordinasi W2,W04, W5, 02, 0,418 4
antar instansi terkait 03, 04
Strategi WT
1. Meningkatkan sarana dan prasarana W1, W2, W3, W5, 0,486 2
pelabuhan T1, T2, T3, T5
2. Meningkatkan ketersediaan modal W2, W3, T3, T5 0,281 6

Berdasarkan hasil penilaian bobot masing-masing faktor, dapat dipilah dan

ditentukan secara garis besar strategi yang mempengaruhi kinerja PPS Nizam

Zachman sebagai berikut :

(1) Penyempurnaan pengelolaan pelabuhan

(2) Peningkatan fasilitas pelabuhan

(3) Peningkatan pelayanan pelabuhan

(4) Peningkatan kerjasama/Koordinasi antar instansi terkait

(5) Kemudahan berinvestasi di PPS Nizam Zachman

101
5.3 Analisis Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

Pengolahan data dilakukan setelah kuesioner terkumpul dan diisi oleh 7

(tujuh) orang responden. Ketujuh orang responden yang berpartisipasi adalah :

Direktur Kelembagaan Pemerintah, Direktorat Jenderal Peningkatan Kapasitas

Kelembagaan dan Pemasaran; Kepala UPT PPS Nizam Zachman; Direktur

Pengembangan dan Tata Pelabuhan, Perum Prasarana Pelabuhan Samudera;

Kasubdit Pengawasan Penangkapan Ikan Wilayah Barat, Direktorat Pengawasan

Sumberdaya Ikan, Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan; Kasubdit Tata Operasional Pelabuhan Perikanan, Direktorat Prasarana

Pelabuhan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap; Kepala TPI Muara

Baru, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, dan Ketua

Asosiasi Tuna (ASTUIN) Wilayah Jakarta.

Grafis Hasil Pengolahan Vertikal AHP Strategi Peningkatan Kapasitas

Kelembagaan PPS Nizam Zachman dapat dilihat pada Gambar 18 berikut ini :

102
Gambar 18 Grafis hasil pengolahan vertikal AHP strategi peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman

103
Berdasarkan hasil AHP didapat informasi sebagai berikut : alternatif

strategi yang dianggap paling sesuai dalam peningkatan kapasitas kelembagaan

PPS Nizam Zachman adalah penyempurnaan pengelolaan pelabuhan. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai prioritas yang paling tinggi 37,31 %. Alternatif

berikutnya adalah peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan dengan nilai

prioritas 35,91 %. Urutan prioritas terakhir adalah peningkatan pelayanan

pelabuhan dengan nilai prioritas 26,78 % (Tabel 18).

Tabel 18 Urutan prioritas strategi dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan


PPS Nizam Zachman

No Alternatif Strategi Vektor Prioritas Prioritas


(VP)
1 Penyempurnaan pengelolaan 0.3731 1
pelabuhan
2 Peningkatan sarana dan prasarana 0.3591 2
pelabuhan
3 Peningkatan pelayanan 0.2678 3
pelabuhan

Sementara itu faktor penentu yang dianggap paling berperan dalam

menentukan keberhasilan upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam

Zachman adalah faktor legalitas hukum. Hal ini ditunjukkan dengan nilai prioritas

yang paling tinggi legalitas hukum 40,64 %. Prioritas berikutnya adalah kinerja

pelabuhan dengan nilai prioritas 34,69 %. Urutan prioritas terakhir adalah

koordinasi dengan nilai prioritas 24,66 % (Tabel 19).

Tabel 19 Urutan prioritas faktor penentu dalam upaya peningkatan kapasitas


kelembagaan PPS Nizam Zachman

No Faktor Penentu Vektor Prioritas Prioritas


(VP)
1 Legalitas hukum 0.4064 1
2 Kinerja Pelabuhan 0.3469 2
3 Koordinasi 0.2466 3

104
Sasaran utama yang harus diprioritaskan dalam upaya peningkatan

kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman adalah kerjasama antar instansi

terkait. Hal ini ditunjukkan dengan nilai prioritas yang paling tinggi kerjasama

antar instansi terkait 15,55 %. Prioritas berikutnya adalah kualitas SDM 14,75 %,

peraturan yang berlaku 14,33 %, pengelola pelabuhan 14,32 %, pengaturan fungsi

dan wewenang 11,99 %, tingkat pelayanan pelabuhan 11,15 %, kerjasama dengan

stakeholder 9,12 %. Urutan prioritas terakhir adalah ketersediaan fasilitas

pelabuhan dengan nilai prioritas 8,79 % (Tabel 20).

Tabel 20 Urutan prioritas sasaran utama dalam upaya peningkatan kapasitas


kelembagaan PPS Nizam Zachman

No Sasaran Utama Vektor Prioritas Prioritas


(VP)
1 Kerjasama antar instansi 15,55 1
2 Kualitas SDM 14,75 2
3 Peraturan yang berlaku 14,33 3
4 Pengelola pelabuhan 14,32 4
5 Pengaturan fungsi dan 11,99 5
wewenang
6 Tingkat pelayanan pelabuhan 11,15 6
7 Kerjasama dengan stakeholder 9,12 7
8 Ketersediaan fasilitas pelabuhan 8,79 8

Dari penilaian para responden, alternatif strategi yang dapat diterapkan

dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman berturut-

turut adalah 1) Penyempurnaan pengelolaan pelabuhan; 2) Peningkatan sarana dan

prasarana pelabuhan; dan 3) Peningkatan pelayanan pelabuhan.

Prioritas pertama adalah penyempurnaan pengelolaan pelabuhan.

Pengelolaan berasal dari kata manajemen yang didefinisikan sebagai proses dari

kegiatan yang menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif guna mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Pengelolaan atau manajemen digunakan sejak masa

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),

105
sampai dengan pengendalian (controlling) berakhirnya suatu kegiatan. Dengan

demikian untuk mencapai keberhasilan pembangunan pelabuhan perikanan tidak

lepas dari kelembagaan pelabuhan itu sendiri yang harus sesuai dengan

persyaratan, maka hendaknya pengelola selain menjual jasa-jasanya juga dapat

memanfaatkan dan memelihara fasilitas-fasilitas yang ada secara efektif dan

efisien dan dapat mengkoordinir semua pelaku-pelaku yang ada di pelabuhan

secara baik yaitu adanya keterkaitan dan keharmonisan hubungan antara pengelola

pelabuhan dengan instansi terkait, pedagang, nelayan, pengolah dan buruh. Selain

itu sebagai dampak menipisnya pembiayaan negara yang dibutuhkan untuk

pengelolaan mendorong diperlukannya pemikiran baru untuk mewujudkan

kelompok pelabuhan yang termasuk dalam klasifikasi prasarana perikanan

tersebut untuk berkembang dari Strategic Management Unit (termasuk klasifikasi

UPT) menjadi Strategic Business Unit (termasuk klasifikasi Perum). Selain itu

kelembagaan ekonomi perlu dikembangkan terutama pemasaran ikan yang

kompetitif di pelabuhan perikanan seperti terjalinnya kemitraan antara nelayan

tradisional dengan perikanan industri untuk menyalurkan hasil tangkapan nelayan.

Pemasaran yang efektif dapat meningkatkan harga ikan yang didaratkan di

pelabuhan perikanan.

Hal-hal yang perlu diterapkan dalam pengelolaan PPS adalah 1) kompetisi,

diperlukannya pranata mekanisme bersaing dalam pengusahaan pelabuhan, 2)

budaya, berkembangnya budaya organisasi pengelola pelabuhan yang transparan

dengan bertumpu pada ketersediaan data informasi serta memiliki akuntabilitas

kinerja, 3) modal, mampu memperluas akses pengusahaan/permodalan dan 4)

106
perusahaan, memiliki indikator kinerja yang berorientasi pada dampak/manfaat

keberadaan pelabuhan.

Prioritas kedua adalah peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan. PPS

Nizam Zachman saat ini menghadapi kondisi sebagai berikut 1) banyaknya kapal-

kapal yang melakukan kegiatan floating repair (perbaikan diatas air) di dermaga/

kolam pelabuhan, sehingga daya tampung kolam/dermaga sudah tidak memadai,

2) masih banyaknya pemakai jasa belum disiplin dalam sistem operasional

jaringan Unit Pengolah Limbah (saringan pipa tidak dipasang), 3) tata cara

bongkar muat, labuh dan lelang belum dapat diterapkan dengan baik dan benar, 4)

gangguan stabilitas morfologi pantai (sedimentasi dan abrasi). Berkaitan dengan

hal tersebut, dalam rangka pengembangan pelabuhan PPS Nizam Zachman

diantaranya mendapat bantuan OECF dan Proyek Pengembangan Pelabuhan

Perikanan Samudera Jakarta.

Peningkatan pelayanan pelabuhan menempati prioritas ke tiga. Mengingat

fungsi pelabuhan perikanan menyangkut berbagai aspek serta dalam kenyataannya

akan merupakan lingkungan kerja yang akan melaksanakan pelayanan umum,

maka perlu ada pengaturan secara lengkap baik mengenai kedudukan, fungsi,

pengelolaan, dan penggunaannya maupun tugas-tugas serta kewenangannya

dengan peraturan pemerintah. Terdapat 10 (sepuluh) fungsi PPS Nizam Zachman

perlu dirinci dalam pedoman yang berisi pemahaman sederhana sehingga mudah

dimengerti. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin ketertiban dalam pelaksanaan

operasional pelabuhan. Penekanan adalah pada pelayanan yang disediakan oleh

pelabuhan yaitu 1) pelayanan kedatangan dan keberangkatan kapal, 2) tambat

107
labuh dan pembongkaran ikan, 3) penimbangan, pelelangan dan pengepakan, 4)

pengisian perbekalan, dan 5) perbaikan kapal.

Pelaku penentu yang paling berpengaruh dalam upaya peningkatan

kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman adalah :

(1) DKP khususnya Ditjen Perikanan Tangkap merupakan lembaga yang

mempunyai peran yang sangat besar/bertanggungjawab dalam peningkatan

kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman mengingat pelabuhan

merupakan Unit Pelaksana Teknis Ditjen Perikanan Tangkap.

(2) UPT Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman dengan segenap

fungsi melaksanakan pembangunan, pengelolaan dan pemeliharaan

pelabuhan mengingat UPT tersebut berada langsung di bawah pengendalian

dan supervisi Ditjen Perikanan Tangkap.

(3) Perum Prasarana Perikanan Samudera yang berada di bawah Menteri Negara

BUMN bertanggungjawab mengoperasikan semua sarana komersial dan

mempunyai peran dalam menyediakan pelayanan bagi kepentingan umum/

pengguna jasa.

(4) Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Propinsi DKI Jakarta sebagai unit

yang ditunjuk sebagai pelaksana pelelangan di PPS Nizam Zachman belum

befungsi sebagaimana mestinya. Pelelangan ikan tuna tidak pernah

dilakukan, sehingga sulit sekali memperoleh gambaran yang jelas tentang

pemasaran/ transaksi ikan tuna di tempat pendaratan. Petugas terpaksa

melakukan metoda sampling untuk pengumpulan datanya.

(5) Instansi terkait di PPS Nizam Zachman adalah dukungan dalam rangka

upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman, antara lain :

108
meningkatkan keterpaduan program di pelabuhan, penyuluhan, bantuan

ketertiban dan keamanan, serta mengkonsentrasikan semua kegiatan perikanan

di pelabuhan.

5.4 Perumusan Program Pembangunan PPS Nizam Zachman

Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) tahun 2005-2009 dan

Perencanaan Kinerja (Renja) Tahun 2005 PPS Nizam Zachman Jakarta, telah

dirumuskan program sebagai berikut :

5.4.1 Program Jangka Pendek (1 tahun)

1) Optimalisasi fasilitas bongkar muat ikan dan pemasaran ikan.

2) Peningkatan usaha penangkapan ikan.

3) Optimalisasi pemanfaatan lahan kawasan industri.

4) Melaksanakan kegiatan kebersihan, ketertiban dan keamanan secara

terpadu.

5) Memfasilitas pengenalan PPS Nizam Zachman dan produk hasil

perikanan kepada masyarakat perikanan.

6) Melaksanakan koordinasi dengan Dinas Perikanan terkait tentang :

i) Mutu hasil perikanan mulai pra penangkapan sampai pasca

penangkapan.

ii) Sanitasi dan higienitas industri perikanan

7) Melaksanakan pengumpulan data di semua sektor kegiatan pelabuhan.

8) Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM.

9) Meningkatkan sarana/fasilitas penunjang pengumpulan data.

10) Pengembangan sistem sarana pengawasan serta penanggulangan IUU

Fishing.

109
11) Pengembangan SISWASMAS.

12) Penerapan peraturan dan penegakkan hukum.

13) Mengikut sertakan dan memberi kesempatan dalam kursus dan

pelatihan serta melanjutkan pendidikan.

14) Menyusun perencanaan di bidang kepegawaian.

15) Menyelenggarakan administrasi umum

16) Pembangunan dan pengadaan sarana/fasilitas yang mendukung K-3

dan jasa pelabuhan.

17) Rehabilitasi dan perawatan sarana/fasilitas yang mendukung K-3 dan

jasa pelabuhan.

18) Melaksanakan koordinasi dengan bagian/bidang lain dalam

merencanakan peningkatan PNBP dan efisiensi alokasi anggaran.

19) Melaksanakan penyusunan pelaporan.

5.4.2 Program Jangka Menengah (2 - 4 tahun)

1) Meningkatkan dan melengkapi sarana/prasarana baik dasar, fungsional

maupun penunjang untuk mendukung kegiatan operasional pelabuhan.

Sarana/prasarana meliputi zonasi peruntukan lahan dalam rangka

mendukung teknologi pasca panen, mengganti fasilitas yang sudah

usang dengan pembangunan baru, dll.

2) Menentukan wilayah keamanan dan ketertiban yang maksudnya adalah

menentukan daerah-daerah tertutup dan daerah terbuka.

3) Menentukan kriteria daerah tertutup dan daerah terbuka.

4) Membentuk satuan keamanan yang mengamankan/menjaga daerah-

daerah tersebut.

110
5.4.3 Program Jangka Panjang (5 tahun)

1) Program kredit perikanan untuk pengembangan sektor swasta.

2) Program terpadu untuk penyempurnaan pemasaran ikan dan kualitas

ikan.

3) Program terpadu untuk pembentukan jaringan sistem informasi

kelautan dan perikanan.

4) Rencana induk untuk program pengembangan pelabuhan perikanan

skala nasional.

5) Penilaian dan evaluasi terhadap fungsi dan peranan pelabuhan

perikanan.

Dalam rangka mendukung program pembangunan PPS Nizam Zachman

yang telah dirumuskan dalam Renstra dan Renja Pelabuhan, alternatif kegiatan/

kebijakan dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman

antara lain (Tabel 21) :

111
Tabel 21 Matrik alternatif kegiatan/kebijakan dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman

Identifikasi Hasil Penelitian Implikasi Kebijakan Penanggung Jawab Manfaat Yang


Permasalahan Diharapkan
Tumpang tindih dan Penyempurnaan - Meninjau ulang SK - Ditjen Perikanan Peningkatan kinerja
kontradiksi fungsi dan pengelola pelabuhan Mentan No. 1082/ Tangkap pelabuhan
wewenang antara Kpts/OT.210/10/99 - Departemen Keuangan
kelembagaan/instansi tanggal 13 Oktober - Ditjen Perhubungan
1999 tentang tata Laut
hubungan kerja UPT
dengan instansi terkait
dalam pengelolaan
pelabuhan perikanan
- Menetapkan peraturan
pemerintah tentang
tugas pokok dan
fungsi
- Membuat pedoman/
Juklak/Juknis PP
secara rinci
- Penerapan peraturan
dan penegakan hukum
- Peningkatan kapasitas
kelembagaan
pemasaran
- Penertiban - UPT PPS
pelaksanaan lelang di - Dinas Peternakan,
TPI Kehutanan dan

112
Identifikasi Hasil Penelitian Implikasi Kebijakan Penanggung Jawab Manfaat Yang
Permasalahan Diharapkan
- Penertiban dermaga, Perikanan Prop DKI
tambah labuh, dll Jakarta
- Penyediaan - Perum PPS
perbekalan
Pengelolalaan pelabuhan Peningkatan sarana dan - Peningkatan sarana Ditjen Perikanan - Peningkatan
belum optimal prasarana pelabuhan perbekalan Tangkap pengaturan dan
- Penyediaan areal pemanfaatan fasilitas
untuk docking pelabuhan
- Peningkatan sarana - Peningkatan kualitas
penanganan, produksi
pengolahan dan
pemasaran ikan
Belum tercipta pelayanan Peningkatan pelayanan - Efisiensi pelayanan - Ditjen Perikanan - Peningkatan
prima pelabuhan - Pertemuan secara Tangkap pengaturan dan
periodik dengan - UPT PPS pemanfaatan fasilitas
instansi terkait dan - Perum PPS pelabuhan
organisasi masyarakat - Peningkatan kualitas
- Membentuk jaringan produksi
sistem informasi - Peningkatan
pelabuhan koordinasi dengan
instansi terkait

113
6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil identifikasi, pengolahan data dan analisis yang

dilakukan terhadap Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

(1) Secara umum operasional pelabuhan PPS Nizam Zachman saat ini adalah

cukup optimal, walaupun masih terdapat beberapa kekurangan yang

nantinya akan mempengaruhi kinerja operasional pelabuhan. Untuk itu

diperlukan strategi dalam meningkatkan kinerja PPS Nizam Zachman antara

lain 1) penyempurnaan pengelolaan pelabuhan, 2) peningkatan fasilitas

pelabuhan, 3) peningkatan pelayanan pelabuhan, 4) peningkatan kerjasama/

koordinasi antar instansi terkait, dan 5) kemudahan berinvestasi di PPS

Nizam Zachman.

(2) Hasil identifikasi fungsi dan kewenangan kelembagaan di PPS Nizam

Zachman, terdapat beberapa kegiatan yang sinergis/harmonis antara

kelembagaan/instansi yang berada di PPS Nizam Zachman. Disisi lain

dijumpai juga beberapa tumpang tindih dan kontradiksi fungsi dan

wewenang antar kelembagaan/instansi. Hal ini mengakibatkan kapasitas

kelembagaan pengelolaan PPS Nizam Zachman belum menunjang suatu

pengelolaan pelabuhan perikanan yang kondusif, sehingga hipotesis

penelitian dapat diterima.

(3) Strategi yang dianggap sesuai dalam peningkatan kapasitas kelembagaan

PPS Nizam Zachman adalah 1) penyempurnaan pengelola pelabuhan, 2)

114
peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan, dan 3) peningkatan pelayanan

pelabuhan.

6.2 Saran

Dalam upaya meningkatkan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman,

maka berdasarkan hasil penelitian disarankan sebagai berikut :

(1) Peningkatan fungsi dan kewenangan kelembagaan di pelabuhan, perlu

dibuat 1) pengaturan secara lengkap baik mengenai kedudukan, fungsi,

pengelolaan, dan penggunaannya maupun tugas-tugas serta kewenangannya

dengan peraturan pemerintah. PP tersebut selanjutnya dibuat pedoman

secara rinci yang berisi pemahaman sederhana sehingga mudah dimengerti,

dan 2) penyempurnaan peraturan yang sudah tidak sesuai lagi diterapkan di

lapangan, dan 3) secara berkala diselenggarakan koordinasi dengan instansi

terkait membahas permasalahan di pelabuhan.

(2) Untuk meningkatkan kinerja operasional pelabuhan, perlu dilakukan upaya

antara lain 1) sosialisasi baik secara langsung maupun tidak langsung

tentang penanganan ikan yang baik dan perlunya sanitasi dan hygienis, 2)

penambahan personil keamanan/ketertiban, 3) pembangunan dan pengadaan

mesin pengolah sampah berupa insenerator, dan 4) peningkatan sarana dan

prasarana pelabuhan

(3) Perlu penelitian lebih lanjut tentang tingkat pelayanan atau standar kinerja

keberhasilan PPS Nizam Zachman.

115
DAFTAR PUSTAKA

David, F.R 1999. Strategic Management. 7th Edition. Prentice Hall International.
New Jersey. Halaman 23.

Direktorat Jenderal Perikanan, 1994. Petunjuk Teknis Pengelolaan Pelabuhan


Perikanan. Direktorat Bina Prasarana. Direktorat Jenderal Perikanan.
Jakarta. 140 halaman.

Direktorat Jenderal Perikanan, 2000. Pedoman Pengelolaan Pelabuhan Perikanan


dan Pangkalan Pendaratan Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan.
Departemen Pertanian. Jakarta. 76 halaman.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2001. Buku Manual Operasional


Pelabuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan. Direktorat Prasarana
Perikanan Tangkap. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Jakarta.
132 halaman.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2002. Laporan Tahunan Pelabuhan


Perikanan Samudera Jakarta Tahun Anggaran 2002. Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Jakarta. 51 halaman.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2004. Laporan Tahunan Pelabuhan


Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Tahun Anggaran 2004.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan
Perikanan. Jakarta. 43 halaman.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2004. Rencana Strategis (Renstra) tahun


2005-2009 dan Perencanaan Kinerja (Renja) Tahun 2005 PPS Nizam
Zachman Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen
Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Halaman 18-37.

Firmansyah, 2004. Analisis Ekspor Ikan Tuna Indonesia dari Pelabuhan Perikanan
Samudera Jakarta. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Ttidak dipublikasikan.
Halaman 86.

Furuta, N. 2002. Dampak Bantuan Pinjaman dari Pemerintah Jepang terhadap


Perikanan Tangkap di Indonesia : Studi Kasus tentang Pengembangan
Pelabuhan PPS Jakarta oleh OECF (JBIC). Program Studi Teknologi
Kelautan. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tidak dipublikasikan. Halaman 137.
Hayami dan Kikuchi, 1987. Dilema Ekonomi Desa. Suatu pendekatan Ekonomi
Terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia. Penerjemah Zahara D.
Noer. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Halaman 34.

116
Hayati, R. 2001. Strategi Peningkatan Kinerja Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Program Studi Magister
Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak
dipublikasikan. Halaman 8.

Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1082/Kpts/OT.210/10/99 tentang Tata


Hubungan Kerja Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Dengan
Instansi Terkait Dalam Pengelolaan Pelabuhan Perikanan. 12 halaman.

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.26 I/MEN/2001 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan. Jakarta. 17 halaman.

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.10/MEN/2004 tentang


Pelabuhan Perikanan. Jakarta. 21 halaman.
Kinnear, TC and Taylor. 1996. Marketing Research : An Applied Approach. Mc
Graw Hill Book Company. Singapore. Halaman 36.

Lubis, E. 2000. Pengantar Pelabuhan Perikanan (Buku I). Laboratorium


Pelabuhan Perikanan Jurusan PSP. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 71 halaman.

Mubyarto, 1987. Politik dan Pembangunan Pedesaan. Cetakan kedua. Penerbit


Sinar Harapan. Jakarta. 196 halaman.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 23 Tahun 2000 tentang


Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 48). Jakarta. 21
halaman.

Purwaka, T. 2004. Pokok-Pokok Pikiran Untuk Mengembangkan Grand Design


Kelembagaan Kelautan dan Perikanan. Materi Kuliah Program
Pascasarjana. Program Studi Teknologi Kelautan (TKL-PPKP). Bogor.
43 halaman.

Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT. Tehnik Membedah Kasus Bisnis. Reorientasi


Konsep Perencanaan Strategis untuk menghadapi Abad 21. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 188 halaman.

Ruttan, V. W. 1985. Tiga Kasus Terjadinya Pembaharuan Kelembagaan. Dalam


Kasryno, Faisal dan Stepanek, Joseph F (Peny). Dinamika
Pembangunan Pedesaan. Yayasan Obor Indonesia dan Penerbit PT.
Gramedia. Jakarta. Halaman 56.

Saaty T. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Seri Manajemen


No. 134. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. 112 halaman.

117
Suparman, A. 2004. Formulasi Strategi Pengembangan Perusahaan Umum
Prasarana Perikanan Samudera di Indonesia. Program Studi Magister
Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak
dipublikasikan. Halaman 6.
Susilowati, B. 2003. Analisis Peran Pelabuhan Perikanan dan Hubungannya
dengan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus di Pelabuhan
Perikanan Samudera Jakarta Kelurahan Penjaringan Jakarta). Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan.
Halaman 94.
Undang Undang Nomor : 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118). Jakarta. 56 halaman.
Wheelen,T.L dan J.David Hunger. 2000. Strategic Management Business Policy,
Concept and Cases. 8th Edition. Prentice Hall. Upper Saddle River.
New Jersey. Halaman 26.

118
LAMPIRAN
Lampiran 1 Mekanisme masuknya komoditas perikanan di PPS Nizam Zachman

1
DARI LAUT LAPORAN KEDATANGAN
Pemakaian KAPAL ke PPS NZ mengisi Form
jasa melapor Rangkap 2 (dua) :
kedatangan 1. Dinas Perikanan DKI Jakarta
kapal 2. Perum. PPS

Transit shed/ Kapal Perusahaan Procesing/ Tempat


Perusahaan/TLC - Transhipment industri perikanan Pelelangan Ikan
- Pengisian - Ijin Ka.PPS NZ - Pengisian Formulir (TPI)
IKAN Formulir PPS NZ dan Bea Cukai PPS NZ - untuk dilelang

EKSPOR

DARI DARAT
Pemakai jasa - PPI/TPI
mengisi form yang POS MASUK PPS NZ Rangkap 3: - Industri Perikanan/
sudah disediakan 1. UPT PPS NZ
2. Dinas Perikanan DKI Jakarta
Perusahaan Processing
PPS NZ, lalu - Kapal
menyerahkannya 3. Perum PPS
- Lain-lain
ke Petugas PPS
NZ di Pintu Masuk

119
Lampiran 2 Mekanisme pemasaran dan distribusi ikan di PPS Nizam Zachman
DARI KAPAL KE
KAPAL TUNA KAPAL

DERMAGA TLC PELABUHAN


(EKSPOR SEGAR) LAUT
E
DIDARATKAN K
KAPAL KAPAL ANGKUT S
PERIKANAN
TUNA BEKU PELABUHAN P
(LAUT)
LAUT O
DERMAGA R
TEMPAT
PELELANGAN TUNA LOKAL PENGECER
KAPAL TRADISIONAL IKAN (TPI)

DERMAGA IKAN SEGAR/BEKU

INDUSTRI PERIKANAN/PERUSAHAAN
UDANG SEGAR/ PROCESING DAN PEMBEKUAN
DIANGKUT BEKU L
LEWAT O
TRUK K
PUSAT
(DARAT) PEMASARAN PENGECER A
IKAN SEGAR L
IKAN

PENGEPAKAN

120
Lampiran 3 Mekanisme keluarnya komoditi perikanan di PPS Nizam Zachman

PPS NZ POS KELUAR


TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) MEMBUAT PPS NZ
SURAT JALAN : KELUAR
PUSAT PEMASARAN IKAN (PPI) - Surat Bukti Lelang Pemeriksaan PPS NZ
- Surat Bukti Surat Jalan
Lainnya

Coldstorage PERUM PPS/Industri


Membuat Surat Jalan
Perikanan/Perusahaan Procesing/
masing-masing
Perorangan di Kawasan PPS NZ

Keterangan :
1. a. Surat jalan dapat diberikan apabila pemilik ikan melampirkan Surat Bukti Lelang dan Surat Bukti Lainnya
b. Pelayanan surat jalan dilakukan di Kantor Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
c. Tembusan surat Jalan diberikan kepada Petugas PPS NZ di Pos Pintu Keluar PPS NZ
2. Perum PPS/Perusahaan/Perorangan yang membawa komoditi perikanan keluar kawasan PPS NZ harus menyerahkan bukti
kepemilikannya/Surat Jalan pada Petugas PPS NZ di Pos Pintu Keluar PPS NZ

121
Lampiran 4 Pelayanan ekspor di PPS Nizam Zachman

DINAS KELUAR
KANTOR BEA
UPT PPS NZ PERIKANAN KAWASAN
DAN CUKAI
DKI JAKARTA PPS NZ

Mengkoordinasikan
Pelayanan Kegiatan Mengeluarkan Mengeluarkan Dokumen
Ekspor Impor di Sertifikat Mutu Ekspor Ekspor Impor
Kawasan PPS NZ Hasil Perikanan (PEB)*

*) Pemberitahuan Ekspor Barang


Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99 tentang Tata Hubungan Kerja UPT PPS dengan Instansi Terkait
dinyatakan bahwa UPT PPS NZ bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan ekspor impor dengan instansi terkait lainnya.

122
Lampiran 5 Inventarisasi faktor internal dan faktor eksternal

KUESIONER STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA


NIZAM ZACHMAN

Pertanyaan dimaksudkan untuk menginventarisasi tentang faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan
ancaman) yang paling mempengaruhi kinerja Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman.

KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN


1. Tersedianya fasilitas pelabuhan 1. Pengetahuan dan kemampuan SDM 1. Meningkatnya konsumsi ikan 1. Berkembangnya pesaing yang
yang lengkap rendah 2. Peningkatan devisa berkaitan dapat menyediakan sarana
2. Pelabuhan sebagai pusat aktivitas 2. Kuantitas dan kualitas produk masih dengan ekspor dari produk prasarana sejenis
perekonomian masyarakat rendah dan diversifikasi produk belum perikanan 2. Meningkatnya degradasi
3. Letak geografis yang strategis beragam 3. Peningkatan PNBP dan PAD sumberdaya pesisir dan lautan
karena berada pada posisi dekat 3. Dukungan dan koordinasi instansi melalui pelayanan jasa di 3. Intensitas pencurian ikan
dengan daerah penangkapan ikan terkait masih lemah pelabuhan tinggi
(fishing ground) di laut teritorial 4. Pengelolaan pelabuhan belum 4. Permintaan komoditi 4. Penggunaan alat tangkap yang
atau ZEE didukung peraturan yang memadai perikanan di pasar domestik tidak ramah lingkungan
4. Dekat pasar domestik dan luar 5. Kurangnya dana operasional dan dan luar negeri meningkat 5. Menurunnya stock ikan di
negeri pemeliharaan fasilitas prasarana 5. Pembangunan sarana dan perairan
5. Pada saat musim ikan menjadi pelabuhan prasarana di pelabuhan 6. Duplikasi peraturan dan
tempat persinggahan bagi nelayan 6. Informasi pasar belum dikuasai dengan menambah peluang usaha beragamnya jenis pungutan
dari daerah lain baik karena belum dikembangkannya 6. Kemudahan mendapatkan perikanan
6. Memiliki armada penangkapan ikan teknologi sistem informasi bantuan kredit dari perbankan. 7. Persaingan pasar domestik dan
yang didominasi oleh kapal motor 7. Belum berfungsinya kesyahbandaran 7. Kemajuan teknologi dunia terhadap komoditi
7. Memiliki areal untuk perikanan penginderaan jarak jauh perikanan meningkat
pengembangan pelabuhan (Remote sensing) dan citra 8. Gangguan kebersihan dan
satelit serta informasi internet keamanan
8. Bertambahnya minat investor
terhadap sektor perikanan

123
Lampiran 6 Keputusan Menteri Pertanian No.1082/Kpts/OT.210/10/99

MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN


NOMOR : 1082/Kpts/OT.210/10/99

TENTANG
TATA HUBUNGAN KERJA
UNIT PELAKSANA TEKNIS PELABUHAN PERIKANAN
DENGAN INSTANSI TERKAIT DALAM
PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN

MENTERI PERTANIAN,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka kelancaran pelaksanaan pengelolaan


pelabuhan perikanan, telah ditetapkan Tata Hubungan
Kerja antara UPT Pelabuhan Perikanan dengan Perum
Prasarana Perikanan Samudera dan instansi terkait
lainnya dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
329/Kpts/OT.210/5/1991.
b. Bahwa dalam penerapannya masih ditemukan tumpang
tindih tugas di lapangan, sehingga perlu untuk
menetapkan kembali batas tugas, wewenang dan
tanggung jawab dengan instansi yang terkait dalam
pengelolaan pelabuhan perikanan.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan b perlu menyempurnakan dan
menetapkan Keputusan Menteri Pertanian tentang Tata
Hubungan Kerja UPT Pelabuhan Perikanan dengan
Instansi Terkait dalam Pengelolaan Pelabuhan Perikanan.

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan.


2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1990 tentang
Perusahaan Umum (PERUM) Prasarana Perikanan
Samudera.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun
1998 tentang Kedudukan, Tugas, Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Departemen.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 122/M
Tahun 1998 mengenai Susunan Kabinet Reformasi
Pembangunan.
5. Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Perhubungan
Nomor 492/Kpts/Ik.120/7/96 tentang Penyederhanaan
Nomor SK.1/AL.003/PHIB-96 Perijinan Kapal Perikanan

124
6. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1016/Kpts/OT.210/-
12/1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG TATA


HUBUNGAN KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS
PELABUHAN PERIKANAN DENGAN INSTANSI
TERKAIT DALAM PENGELOLAAN PELABUHAN
PERIKANAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :


a. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan adalah instansi di
lingkungan Departemen Pertanian yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan dan mempunyai tugas mengelola
Pelabuhan Perikanan Samudera, Pelabuhan Perikanan Nusantara, dan
Pelabuhan Perikanan Pantai.
b. Instansi terkait adalah instansi pemerintah, Perum dan atau swasta yang
berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan perikanan.
c. Perum adalah Perusahaan Umum Prasarana Perikanan Samudera yang
didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1990.
d. Sarana pelabuhan perikanan adalah sarana-sarana yang menunjang fungsi
pelabuhan perikanan yang meliputi sarana pokok, sarana fungsional dan
sarana penunjang.
e. Sarana pokok adalah sarana yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan
umum, termasuk untuk tempat berlabuh dan bertambat serta bongkar muat
hasil perikanan.
f. Sarana fungsional adalah sarana yang secara langsung dimanfaatkan untuk
keperluan sendiri maupun diusahakan lebih lanjut oleh BUMN, BUMD,
Badan Hukum Indonesia dan perorangan.
g. Sarana penunjang adalah sarana yang secara tidak langsung meningkatkan
kesejahteraan nelayan dan masyarakat umum.
h. Sarana komersial adalah sarana di pelabuhan perikanan yang dapat dikelola
secara produktif dan ekonornis.
i. Sarana non komersial adalah sarana di pelabuhan perikanan yang tidak dapat
dikelola secara produktif dan ekonomis.
j. Sarana pelayanan umum adalah sarana di pelabuhan perikanan yang
pemanfaatannya oleh masyarakat umum.
k. Swasta adalah badan usaha atau perorangan yang melakukan kegiatan usaha di
pelabuhan perikanan.
l. Pelayanan teknis kapal perikanan adalah pelayanan kepada kapal perikanan
yang meliputi pelayanan Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan/Keberangkatan

125
Kapal (STBLKK), Surat Izin Berlayar (SIB) dan Pengawasan Penangkapan
Ikan.

Pasal 2

Pelabuhan Perikanan sebagai prasarana perikanan mempunyai fungsi dan peranan


sebagai :
a. Pusat pengembangan masyarakat nelayan.
b. Tempat berlabuh kapal perikanan.
c. Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan.
d. Tempat untuk memperlancar kegiatan-kegiatan kapal perikanan.
e. Pusat penanganan dan pengolahan hasil perikanan.
f. Pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan.
g. Pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan.
h. Pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data dan
i. Pusat pengawasan penangkapan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya
ikan.

Pasal 3

(1) Instansi yang terkait dalam pengelolaan pelabuhan perikanan terdiri atas :
a. UPT Pelabuhan Perikanan.
b. Perum.
c. Dinas Perikanan.
d. Kesehatan Hewan.
e. Kesehatan Pelabuhan.
f. Imigrasi.
g. Bea dan Cukai.
h. Karantina Ikan dan
i. Polri.

(2) Kewenangan masing-masing instansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


adalah sebagai berikut :
a. UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai wewenang dan tanggung jawab :
1. Menyelenggarakan pembangunan, pengembangan, pemeliharaan dan
pengelolaan sarana pokok dan penunjang yang menjadi asset
pemerintah.
2. Menyelenggarakan pelayanan teknis terhadap kapal perikanan.
3. Menyelenggarakan keamanan, ketertiban dan kebersihan di pelabuhan
perikanan.
4. Menyelenggarakan fungsi kesyahbandaran khususnya dalam
menerbitkan Surat Izin Berlayar (SIB) bagi kapal perikanan di
pelabuhan perikanan yang terletak di luar daerah lingkungan kerja
pelabuhan umum dan
5. Mengkoordinasikan kegiatan instansi terkait di pelabuhan perikanan.
b. Perum mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan
pelayanan barang dan atau jasa dan pengusahaan sarana komersial
pelabuhan perikanan.

126
c. Dinas Perikanan mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan pembinaan teknis perikanan sesuai dengan kewenangan
Pemerintah Daerah di bidang perikanan.
d. Kantor Syahbandar mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan pengawasan yang berkaitan dengan keselamatan bagi kapal
perikanan.
e. Kantor Kesehatan pelabuhan mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melakukan penanganan dan pengawasan kesehatan di pelabuhan perikanan
antara lain meliputi pemberian vaksinasi, pengobatan yang sakit, dan
pemeriksaan yang meninggal di kapal perikanan untuk menanggulangi/
mencegah timbulnya/berjangkitnya penyakit menular.
f. Kantor Imigrasi mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan
pengawasan terhadap Anak Buah Kapal (ABK) asing yang keluar/masuk
wilayah Republik Indonesia.
g. Kantor Bea dan Cukai mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan pengawasan terhadap barang-barang muatan kapal
perikanan dari/ke luar negeri yang berkaitan dengan pabean.
h. Karantina Ikan mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan
karantina ikan baik antar area maupun antar negara.
i. Polri mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan
penanganan, penyidikan dan penanggulangan kasus-kasus kejahatan
umum/kriminal.

BAB II

PENGELOLAAN SARANA POKOK PELABUHAN PERIKANAN,


PELAYANAN TAMBAT LABUH DAN BONGKAR MUAT

Pasal 4
Pengelolaan Sarana Pokok Pelabuhan Perikanan

(1) UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung


jawab :
a. Melaksanakan pembangunan, pengembangan dan rehabilitasi dermaga dan
kolam pelabuhan.
b. Melaksanakan pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan pemecah
gelombang (break water), sarana bantu navigasi dan turap (revetment)
serta sarana penunjang Iainnya.

(2) Perum mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung jawab :


a. Melaksanakan pemeliharaan dermaga dan kelengkapannya antara lain
bolder, vender, penerangan dan lantai dermaga.
b. Melaksanakan pemantauan dan pengawasan atas kondisi dermaga dan
kolam pelabuhan secara berkala dan berkesinambungan.

127
Pasal 5
Pclayanan Tambat Labuh dan Bongkat Muat

(1) UPT Pelabuhan Perikanan rnempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung


jawab :
a. Mengkoordinasikan instansi-instansi yang terkait dengan kegiatan
pelayanan kapal-kapal perikanan dalam kolam pelabuhan.
b. Melaksanakan pengawasan dan pemberian izin kapal perikanan keluar/
masuk kolam pelabuhan dengan menerbitkan Surat Tanda Bukti Lapor
Kedatangan/Keberangkatan (STBLKK) dan
c. Melakukan pemantauan kegiatan pemberian pelayanan tambat labuh dan
bongkar muat.

(2) Perum mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggungjawab :


a. Melaksanakan pelayanan tambat labuh dan bongkar muat.
b. Menata kegiatan kapal-kapal perikanan di kolam pelabuhan.
c. Memberikan pelayanan kebutuhan perbekalan kapal (es, garam, BBM dan
lain-lainnya).
d. Melaksanakan pemungutan jasa tambat labuh dan
e. Menerima dan mengelola jasa tambat labuh sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.

BAB III

PENGELOLAAN TANAH KAWASAN INDUSTRI

Pasal 6

(1) UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung


jawab :
a. Melaksanakan pemantauan dan pengawasan atas kondisi prasarana
pendukung kawasan industri.
b. Mengkoordinasikan pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan
prasarana pendukung kawasan industri perikanan meliputi jalan,
drainase, dan penerangan.
c. Memberikan rekornendasi atas pembangunan dalam rangka pemanfaatan
tanah kawasan industri berdasarkan Rencana Induk (master plan)
Pelabuhan dan
d. Melakukan pemantauan dan pengawasan atas penggunaan tanah kawasan
industri oleh pihak ketiga sesuai dengan peruntukannya berdasarkan
Rencana Induk Pelabuhan.

(2) Perum mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggungjawab :


a. Melaksanakan pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan prasarana
pendukung di dalam kawasan industri perikanan meliputi jalan, drainase,
dan penerangan.
b. Menyewakan tanah kepada pihak ketiga untuk kegiatan industri/usaha
perikanan.

128
c. Membuat perjanjian dengan pihak ketiga atas penggunaan tanah kawasan
industri yang disewakan.
d. Memproses dan menyimpan sertifikat hak atas tanah kawasan iridustri di
lingkungan wilayah kerja pelabuhan penkanan atas nama Perum.
e. Memungut bea atas penggunaan tanah kawasan industri dari pihak ketiga,
yaitu berupa bea pembangunan (development charge) dan sewa atas tanah;
dan
f. Menerima dan mengelola penerimaan sewa atas tanah kawasan industri
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV

PENGELOLAAN SARANA FUNGSIONAL, SARANA PENUNJANG DAN


PENGUSAHAAN BARANG DAN ATAU JASA YANG BERASAL
DARI PIHAK KETIGA

Pasal 7
PengeIolaan Sarana Fungsional

(1) Perum mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung jawab membangun,


mengembangkan, memelihara, mengelola dan mengusahakan :
a. Sarana pasar grossir ikan (Tempat Pelelangan Ikan).
b. Cold storage dan gudang ikan.
c. Pabrik es.
d. Bengkel dan dok kapal.
e. Ruang penanganan, pengolahan dan pengepakan ikan.
f. Bangunan/ruang kantor, gudang dan pertokoan.
g. Tangki dan bahan bakar.
h. Alat angkut, bongkar muat dan alat bantu lainnya.
i. Jasa sarana telekomunikasi.
j. Bangunan sebagai sarana pemasaran ikan.

(2) Dalam hal kapasitas pengelolaan barang dan atau jasa yang dilakukan oleh
Perum belum dapat memenuhi kebutuhan pemakai jasa di pelabuhan
perikanan, Perum dapat melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dan
diketahui oleh UPT Pelabuhan Perikanan.

Pasal 8
Pengelolaan Sarana Penunjang dan Pengusahaan Barang dan atau Jasa
yang Berasal dari Pihak Ketiga

(1) UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung


jawab membangun, mengembangkan, memelihara sarana penunjang yang
meliputi :
a. Balai Penyuluhan Nelayan.
b. MCK.
c. Sarana peribadatan.

129
d. Pos Keamanan; dan
e. Penerangan jalan di luar kawasan industri.

(2) Perum mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggungjawab :


a. Menyediakan fasilitas pelayanan telepon, teleks, dan faxsimile.
b. Menyediakan fasilitas pelayanan listrik; dan
c. Menyediakan fasilitas pelayanan air bersih.

(3) Perum dapat bekerjasama dengan pihak ketiga dalam hal penyaluran bahan-
bahan perbekalan kapal antara lain umpan, es, air, garam, BBM serta
penyediaan bahan-bahan dan atau suku cadang kapal perikanan.

BAB V

PELAYANAN KAPAL, PASAR GROSIR IKAN DAN


PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR

Pasal 9
Pelayanan Kapal

(1) Kapal perikanan berbendera Indonesia maupun berbendera asing yang masuk
ke pelabuhan perikanan wajib melapor ke UPT Pelabuhan Perikanan, Kantor
Syahbandar, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Kantor Imigrasi, Kantor Bea Cukai
dan Perum pada saat masuk dan atau keluar pelabuhan perikanan.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), instansi yang
dilaporkan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggungjawab:
a. UPT Pelabuhan Perikanan, melaksanakan pengawasan kapal perikanan
dan memberikan pelayanan penerbitan Surat Tanda Bukti Lapor
Kedatangan/Keberangkatan Kapal (STBLKK).
b. Kantor Syahbandar, memeriksa dan menyimpan Surat Kapal (asli) dan
Daftar Anak Buah Kapal (ABK).
c. Kantor Kesehatan Pelabuhan, melaksanakan pemeriksaan kesehatan
ABK.
d. Kantor Imigrasi, melaksanakan pemeriksaan dokumen apabila terdapat
ABK warga negara asing.
e. Kantor Bea dan Cukai, melaksanakan pemeriksaaan muatan yang
berkaitan dengan barang-barang pabean; dan
f. Perum memberikan pelayanan :
1) Perbekalan kapal dan ABK.
2) Tambat labuh.
3) Bengkel dan dok kapal; dan
4) Jasa/fasilitas/barang lainnya.

(3) Kapal yang melakukan bongkar muat hasil perikanan mendapatkan pelayanan:
a. Penyediaan tenaga dan sarana bongkar muat oleh Perum.
b. Pengawasan barang-barang pabean oleh Kantor Bea dan Cukai.

130
c. Pembinaan rnutu hasil perikanan oleh Dinas Perikanan; dan
d. Pengecekan penggunaan alat penangkapan ikan dan hasil tangkapannya
oleh UPT Pelabuhan Perikanan.

(4) Kapal yang secara khusus masuk pelabuhan perikanan untuk melakukan
perbaikan/docking wajib mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari UPT
Pelabuhan Perikanan, dan selanjutnya dilakukan :
a. Pemeriksaan kerusakan kapal oleh Syahbandar; dan
b. Pelayanan perbaikan oleh Perum.

(5) Kapal-kapal perikanan yang akan rneninggalkan pelabuhan perikanan wajib


memperoleh pelayanan/penyelesaian administrasi kepelabuhanan (port
clearance) mengenai :
a. Pemenuhan kewajiban-kewajiban penggunaan fasilitas/barang dan
atau jasa dan Perum dan atau swasta.
b. Pengecekan kesehatan Anak Buah Kapal (ABK) dan Kantor Kesehatan
Pelabuhan.
c. Pengecekan muatan kapal dan Kantor Bea dan Cukai.
d. Pengecekan ABK asing dan Kantor Imigrasi.
e. Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan/Keberangkatan Kapal (STBLKK)
dari UPT Perikanan; dan
f. Surat Izin Berlayar (SIB) dan Kantor Syahbandar Perikanan.

Pasal 10
Pasar Grosir Ikan

(1) Perum mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggungjawab membangun,


mengembangkan dan mengelola pasar grosir ikan beserta sarana
pendukungnya.
(2) Penyelenggaraan kegiatan pasar grosir ikan di pelabuhan perikanan
dilaksanakan oleh Dinas Perikanan berdasarkan peraturan perundang
undangan yang berlaku dan ketentuan yang digariskan oleh Perum.
(3) UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung
jawab melaksanakan pengawasan ats penyelenggaraan pasar grosir ikan.

Pasal 11
Pelaksanaan Ekspor impor

(1) Pelayanan dalam pelaksanaan ekspor impor hasil perikanan dan bahan alat
perikanan di pelabuhan perikanan meliputi :
a. Sertifikat mutu ekspor hasil perikanan dan Dinas Perikanan.
b. Dokumen ekspor impor dan Kantor Bea dan Cukai.
c. Sertifikat kesehatan ikan hidup (ekspor) dan Petugas Karantina Ikan.
d. Sertifikat kesehatan ikan hidup (impor) apabila disyaratkan negara
tujuan oleh Petugas Karantina Ikan; dan
e. Pelayanan tenaga dan sarana bongkar muat dari Perum.

131
(2) Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikoordinasikan oleh UPT
Pelabuhan Perikanan.

BAB VI

PEMBINAAN MUTU HASIL PERIKANAN, PENYULUHAN, DATA DAN


STATISTIK, DAN PENGAWASAN PENANGKAPAN IKAN

Pasal 12
Pembinaan Mutu Hasil Perikanan

(1) Untuk menjamin mutu hasil perikanan yang didaratkan/diberangkatkan dari


pelabuhan perikanan, Dinas Perikanan wajib memberikan pembinaan dalam
kegiatan penanganan, pengolahan, pengepakan dan pengangkutan hasil
perikanan.
(2) Pembinaan mutu hasil perikanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dikoordinasikan oleh UPT Pelabuhan Perikanan.

Pasal 13
Penyuluhan

(1) Dinas Perikanan wajib menyelenggarakan penyuluhan kepada nelayan dan


atau pengusaha perikanan di pelabuhan perikanan.
(2) Pelaksanaan penyuluhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dikoordinasikan oleh UPT Pelabuhan Perikanan.
(3) Penggunaan sarana pelabuhan perikanan untuk keperluan penyuluhan
dilakukan setelah mendapatkan persetujuan UPT Pelabuhan Perikanan.

Pasal 14
Data dan Statistik

(1) Pengumpulan data dan statistik perikanan di pelabuhan perikanan dilakukan


oleh Dinas Perikanan dan UPT Pelabuhan Perikanan
(2) Setiap unit usaha yang beroperasi di pelabuhan perikanan (Perum, Koperasi,
Swasta) wajib memberikan data yang dibutuhkan oleh Dinas Perikanan dan
UPT Pelabuhan Perikanan.
(3) Pelaksanaan pengumpulan data dan statistik sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dikoordinasikan oleh UPT Pelabuhan Perikanan.

Pasal 15
Pengawasan Penangkapan Ikan

(1) Dalam rangka pengendalian penangkapan ikan, sewaktu-waktu dapat


dilakukan pemeriksaan teknis atas kapal perikanan yang bersandar di
pelabuhan perikanan oleh Pengawas Penangkapan Ikan setelah diterbitkan
Surat Perintah Pemeriksaan oleh UPT Pelabuhan Perikanan.

132
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Pengawas Penangkapan Ikan bertanggung
jawab dan memberikan laporan hasil pemeriksaannya kepada UPT
Pelabuhan Perikanan.
(3) Hasil pemeriksaan kapal perikanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
selanjutnya dilaporkan oleh Kepala UPT Pelabuhan Perikanan kepada
Direktur Jenderal Perikanan secara berkala atau sewaktu-waktu apabila
dianggap perlu.

BAB VII

KEAMANAN, KETERTIBAN DAN KEBERSIHAN

Pasal 16

(1) Penyelenggaraan keamanan dan ketertiban di pelabuhan perikanan menjadi


wewenang dan tanggung jawab UPT Pelabuhan Perikanan.

(2) Dalam penyelenggaraan keamanan dan ketertiban sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1), khususnya pengelolaan pas masuk dan parkir UPT Pelabuhan
Perikanan mempunyai kewajiban wewenang dan tanggung jawab :
a. Membangun, mengembangkan dan memelihara fasilitas fisik keamanan,
dan ketertiban;
b. Menyelenggarakan pas masuk dan parkir;
c. Memungut dan mengelola bea pas masuk dan parkir sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d. Menata kegiatan arus kendaraan masuk dan atau keluar serta parkir di
lingkungan pelabuhan perikanan; dan
e. Melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan keluar masuk kendaraan/
orang dan muatan dan dari ke pelabuhan perikanan.

(3) Dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungannya masing-


masing setiap unit kerja/unit usaha yang beroperasi di pelabuhan perikanan
dapat membentuk Satuan Pengamanan (Satpam) intern.

(4) Apabila terjadi kasus, yang mengganggu keamanan dan ketertiban


lingkungan, maka Satpam intern wajib melaporkan kepada UPT Pelabuhan
Perikanan melalui pimpinan unit kerja/unit usahanya masing-masing untuk
mendapatkan penyelesaian lebih lanjut.

Pasal 17

(1) UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung


jawab menyelenggarakan kebersihan di pelabuhan perikanan.
(2) UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung
jawab melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan kebersihan pada unit
kerja/unit usaha di pelabuhan perikanan.

133
(3) UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung
jawab membangun, mengembangkan, dan mengelola sarana fisik kebersihan
dan Instalasi Pengolahan Limbah.

BAB VIII

PEMBINAAN ORGANISASI PROFESI KELOMPOK TENAGA KERJA


DAN KOPERASI

Pasal 18

(1) Pembinaan organisasi profesi, kelompok tenaga kerja dan atau serikat
pekerja serta koperasi dilakukan oleh Dinas Perikanan.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila menghadapi
permasalahan dikoordinasikan oleh UPT Pelabuhan Perikanan untuk
selanjutnya diselesaikan dengan instansi yang berwenang.

BAB IX

LAIN-LAIN

Pasal 19

(1) Dalam rangka pemberdayaan Perum, Pemerintah dapat melakukan


penyertaan modal melalui pembangunan dan atau pengembangan sarana
fungsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Sumber modal sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan lebih
lanjut oleh Menteri Pertanian berdasarkan usul dari Perum setelah
berkonsultasi dengan Direktur Jenderal Perikanan.

BAB X

PENUTUP

Pasal 20

Dengan berlakunya Keputusan ini maka Keputusan Menteri Pertanian Nomor


329/Kpts/OT.210/5/1991 dan Nomor 03/Kpts/OT.210/1/1993 dinyatakan tidak
berlaku.

134
Pasal 21

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : J a k a r t a
Pada tanggal : 13 Oktober 1999

MENTERI PERTANIAN,

SOLEH SOLAHUDDIN

SALINAN Keputusan ini disampaikan Kepada Yth :


1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan.
2. Menko EKUIN.
3. Menko Wasbang dan PAN.
4. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas.
5. Menteri Dalam Negeri.
6. Menteri Kehakiman.
7. Menteri Keuangan.
8. Menteri Perhubungan.
9. Menteri Kesehatan.
10. Kepala Kepolisian RI.
11. Kepala BPKP.
12. Pimpinan unit kerja Eselon I lingkup Departemen Pertanian.
13. Gubernur Kepala Daerah Propinsi di seluruh Indonesia.
14. Direksi Perum Prasarana Perikanan Samudera.
15. Para Kepala UPT Pelabuhan Perikanan.

135
Lampiran 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 23 Tahun 2000

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 23 TAHUN 2000
TENTANG
PERUSAHAAN UMUM (PERUM)
PRASARANA PERIKANAN SAMUDERA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang : a. Bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum (Perum),
maka pengaturan tentang Perusahaan Umum (Perum)
Prasarana Perikanan Samudera sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1990 tentang
Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera
perlu disesuaikan.
b. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut dalam huruf a, maka
dipandang perlu untuk mengatur kembali peraturan tentang
Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera
dengan Peraturan Pemerintah.

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat 2 dan Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945.


2. Undang Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 tentang
Perusahaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1960 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor
1989).
3. Undang Undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1
Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor
16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2890) menjadi
Undang Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1969 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2904).
4. Undang Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor
46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299).
5. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1996 tentang
Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1996 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3661).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Perusahaan Umum (Perum) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 16, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3732);

136
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUSAHAAN


UMUM (PERUM) PRASARANA PERIKANAN
SAMUDERA

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
(1) Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera, yang
selanjutnya disebut Perusahaan, adalah Badan Usaha Milik Negara
sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 9 Tahun 1969, yang
bidang usahanya berada dalam lingkup tugas dan kewenangan Menteri,
dimana seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang
dipisahkan dan tidak terbagi atas saham.
(2) Pembinaan adalah kegiatan untuk memberikan pedoman bagi perusahaan di
bidang perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dengan maksud agar
Perusahaan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara berdaya guna
dan berhasil guna serta dapat berkembang dengan baik.
(3) Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap perusahaan
dengan tujuan agar perusahaan melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
baik dan berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
(4) Pemeriksaan adalah kegiatan untuk menilai perusahaan dengan cara
membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang
seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan maupun dalam bidang
teknis operasional.
(5) Pengurusan sebagai badan usaha adalah kegiatan pengelolaan perusahaan
dalam upaya mencapai tujuan perusahaan sebagai badan usaha, sesuai
dengan kebijakan pengembangan usaha yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dan pembinaan yang digariskan oleh Menteri.
(6) Menteri Keuangan adalah Menteri yang mewakili pemerintah dalam setiap
penyertaan kekayaan negara yang dipisahkan untuk dimasukkan ke dalam
Perusahaan.
(7) Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang perikanan.
(8) Direksi adalah organ perusahaan yang bertanggung jawab atas kepengurusan
perusahaan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan serta mewakili
perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
(9) Dewan Pengawas adalah organ perusahaan yang bertugas melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan
kegiatan kepengurusan perusahaan.

137
BAB II
PENDIRIAN PERUSAHAAN
Pasal 2
Perusahaan yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1990
dilanjutkan berdirinya dan meneruskan usaha-usaha selanjutnya berdasarkan
ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

BAB III
ANGGARAN DASAR PERUSAHAAN
Bagian Pertama
Umum
Pasal 3
(1) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah Badan Usaha Milik
Negara yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan usaha-
usaha pelayanan kepada pengguna jasa pelabuhan perikanan dan usaha-
usaha lain yang berkaitan dengan perikanan.
(2) Perusahaan melakukan usaha-usaha berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan lainnya yang
berlaku.
(3) Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini,
terhadap perusahaan berlaku Hukum Indonesia.

Bagian Kedua
Tempat Kedudukan dan Jangka Waktu
Pasal 4
Perusahaan berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta.

Pasal 5

Perusahaan didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Bagian Ketiga
Sifat, Maksud dan Tujuan
Pasal 6
Sifat usaha dari Perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan
umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengurusan
perusahaan.

138
Pasal 7

Maksud dan tujuan perusahaan adalah untuk :


(1) Meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui penyediaan dan
perbaikan sarana dan atau prasarana pelabuhan perikanan.
(2) Mengembangkan wiraswasta perikanan serta untuk merangsang dan atau
mendorong usaha industri perikanan dan pemasaran hasil perikanan.
(3) Memperkenalkan dan mengembangkan teknologi pengolahan hasil
perikanan dan sistem rantai dingin dalam perdagangan dan distribusi bidang
perikanan.
(4) Menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi perikanan sebagai komponen
kegiatan nelayan dan masyarakat perikanan.

Bagian Keempat
Kegiatan dan Pengembangan Usaha
Pasal 8
Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,
Perusahaan menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut :
(1) Melaksanakan usaha pelayanan umum bidang kegiatan prasarana perikanan.
(2) Menyediakan fasilitas-fasilitas yang ada kaitannya dengan program
pemerintah dalam mengembangkan industri perikanan di Indonesia.
(3) Membangun, memelihara dan mengusahakan dermaga untuk bertambat dan
bongkar muat ikan.
(4) Jasa terminal.
(5) Membantu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi nelayan/kapal yang
berkaitan dengan sarana atau prasarana pelabuhan perikanan.
(6) Mengoperasionalkan dan memberikan bantuan manajemen pengelolaan aset
pihak ketiga yang berkaitan dengan usaha perikanan.
(7) Melakukan kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya maksud dan
tujuan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, dengan persetujuan
Menteri Keuangan.

Pasal 9

Untuk mendukung pembiayaan kegiatan perusahaan dalam rangka mencapai


maksud dan tujuan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, perusahaan
dapat :
(1) Melakukan kerjasama usaha atau patungan (joint venture) dengan badan
usaha lain.
(2) Membentuk anak perusahaan.
(3) Melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain.

139
Pasal 10

(1) Perusahaan menyelenggarakan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8


pada :
a. Pelabuhan Perikanan di Muara Baru, Jakarta.
b. Pelabuhan Perikanan di Pekalongan, Jawa Tengah.
c. Pelabuhan Perikanan di Belawan, Sumatera Utara.
d. Pelabuhan Perikanan di Brondong, Jawa Timur.
e. Pelabuhan Perikanan di Lampulo, Daerah Istimewa Aceh.
f. Pelabuhan Perikanan di Pemangkat, Kalimantan Barat.
g. Pelabuhan Perikanan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
h. Pelabuhan Perikanan di Tarakan, Kalimantan Timur.
i. Pelabuhan Perikanan di Prigi, Jawa Timur.
(2) Penambahan pelabuhan-pelabuhan perikanan lainnya ditetapkan dengan
Keputusan Presiden atas usul Menteri, setelah mendapat persetujuan dari
Menteri Keuangan.

Bagian Kelima
Modal
Pasal 11
(1) Modal perusahaan merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan tidak terbagi atas saham-
saham.
(2) Besarnya modal perusahaan pada saat Peraturan Pemerintah ini diundangkan
adalah sebesar seluruh nilai penyertaan modal negara dalam perusahaan.

Pasal 12

Setiap penambahan dan pengurangan penyertaan modal negara dalam perusahaan


ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 13

(1) Penerbitan obligasi dalam rangka pengerahan dana masyarakat oleh


perusahaan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(2) Rencana penerbitan obligasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus
diberitahukan oleh perusahaan kepada para kreditor tertentu.

Pasal 14

(1) Apabila perusahaan menerbitkan obligasi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 13 ayat (1), dan selanjutnya negara melakukan pengurangan
penyertaan modal pada perusahaan, maka pengurangan penyertaan modal
negara tersebut harus diberitahukan kepada kreditor sebelum ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.

140
(2) Pengurangan penyertaan modal negara sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), tidak boleh merugikan kepentingan pihak ketiga.

Pasal 15

Semua alat-alat likuid yang tidak segera diperlukan oleh perusahaan disimpan
dalam bank sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Keenam
Pembinaan
Pasal 16

(1) Pembinaan perusahaan dilakukan oleh Menteri Keuangan dan pelaksanaan


pembinaan sehari-hari dilakukan oleh Menteri.
(2) Pembinaan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
dengan menetapkan kebijakan pengembangan usaha.
(3) Kebijakan pengembangan usaha merupakan arah dalam mencapai tujuan
Perusahaan, baik menyangkut kebijakan investasi, pembiayaan usaha,
sumber pembiayaannya, penggunaan hasil usaha perusahaan dan kebijakan
pengembangan lainnya.
(4) Pembinaan sehari-hari sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
dengan memberikan pedoman bagi Direksi dan Dewan Pengawas dalam
menjalankan kegiatan operasional perusahaan.
(5) Pedoman sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) disusun berdasarkan
kebijakan pengembangan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).
(6) Dalam rangka memantapkan pembinaan dan pengawasan perusahaan,
Menteri Keuangan dan Menteri sewaktu-waktu apabila diperlukan dapat
meminta keterangan dari Direksi dan Dewan Pengawas.

Pasal 17

Menteri Keuangan dan atau Menteri tidak bertanggung jawab atas segala akibat
perbuatan hukum yang dilakukan perusahaan dan tidak bertanggungjawab atas
kerugian perusahaan melebihi nilai kekayaan negara yang telah dipisahkan ke
dalam perusahaan, kecuali apabila :
(1) Menteri Keuangan dan atau Menteri baik langsung maupun tidak langsung
dengan itikad buruk memanfaatkan perusahaan semata-mata untuk
kepentingan pribadi.
(2) Menteri Keuangan dan atau Menteri terlibat dalam perbuatan melawan
hukum yang dilakukan perusahaan; atau
(3) Menteri Keuangan dan atau Menteri langsung maupun tidak langsung secara
melawan hukum menggunakan kekayaan perusahaan.

141
Bagian Ketujuh
Direksi
Pasal 18
(1) Kepengurusan perusahaan dilakukan oleh Direksi.
(2) Jumlah anggota Direksi paling banyak 5 (lima) orang, dan seorang
diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama.
(3) Penambahan jumlah anggota Direksi melebihi jumlah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), dilakukan dengan persetujuan Presiden.

Pasal 19

Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perorangan yang :
(1) Memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman dan
berkelakuan baik serta memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna
kemajuan perusahaan;
(2) Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit
atau tidak pernah menjadi anggota Direksi, Komisaris atau Dewan Pengawas
yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan atau Perum
dinyatakan pailit; dan
(3) Berkewarganegaraan Indonesia.

Pasal 20

(1) Antara anggota Direksi dilarang memiliki hubungan keluarga sampai derajat
ketiga baik menurut garis lurus maupun garis ke samping, termasuk
hubungan yang timbul karena perkawinan.
(2) Jika hubungan keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terjadi
sesudah pengangkatan anggota Direksi, maka anggota Direksi tersebut harus
mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan untuk dapat
melanjutkan jabatannya.
(3) Permohonan kepada Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) diajukan dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak
terjadinya hubungan keluarga.
(4) Anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dapat melanjutkan
jabatannya sampai dikeluarkannya keputusan Menteri Keuangan bagi
anggota Direksi tersebut mengenai dapat atau tidak dapat melanjutkan
jabatan.
(5) Keputusan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)
diberikan dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak
permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diajukan.

142
(6) Dalam hal keputusan Menteri Keuangan belum dikeluarkan dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (5), Menteri Keuangan dianggap
memberikan keputusan bahwa anggota Direksi dapat melanjutkan
jabatannya.

Pasal 21

Anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap :


(1) Direktur Utama atau Direktur pada Badan Usaha Milik Negara, Daerah dan
Swasta atau jabatan lain yang berhubungan dengan kepengurusan
perusahaan.
(2) Jabatan struktural dan fungsional lainnya dalam instansi/lembaga Pemerintah
Pusat atau Daerah.
(3) Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 22

(1) Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Keuangan


berdasarkan usul Menteri.
(2) Anggota Direksi diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun, dan dapat
diangkat kembali.

Pasal 23

(1) Anggota Direksi dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya oleh
Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Menteri, apabila
berdasarkan kenyataan anggota Direksi :
a. Tidak melaksanakan tugasnya dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dan atau
ketentuan Peraturan Pemerintah ini;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan perusahaan;
d. Dipidana penjara karena melakukan perbuatan pidana kejahatan dan atau
kesalahan yang bersangkutan dengan kepengurusan perusahaan.
(2) Keputusan pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a, huruf b dan huruf c diambil setelah yang bersangkutan diberi
kesempatan membela diri.
(3) Pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan secara
tertulis dan disampaikan kepada Menteri Keuangan dalam jangka waktu 1
(satu) bulan terhitung sejak anggota Direksi yang bersangkutan diberitahu
secara tertulis oleh Menteri Keuangan tentang rencana pemberhentian
tersebut.

143
(4) Selama rencana pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) masih
dalam proses, maka anggota Direksi yang bersangkutan dapat melanjutkan
tugasnya.
(5) Jika dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penyampaian
pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) Menteri Keuangan
tidak memberikan keputusan pember-hentian anggota Direksi tersebut, maka
rencana pemberhentian tersebut menjadi batal.
(6) Pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d,
merupakan pemberhentian tidak dengan hormat.
(7) Kedudukan sebagai anggota Direksi berakhir dengan dikeluarkannya
keputusan pemberhentian oleh Menteri Keuangan.

Pasal 24

(1) Direksi diberi tugas dan mempunyai wewenang untuk :


a. Memimpin, mengurus dan mengelola perusahaan sesuai dengan tujuan
perusahaan dengan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna dan
hasil guna perusahaan.
b. Menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan perusahaan.
c. Mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan.
d. Melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengurus
perusahaan yang telah digariskan Menteri Keuangan.
e. Menetapkan kebijakan perusahaan sesuai dengan pedoman kegiatan
operasional yang ditetapkan oleh Menteri.
f. Menyiapkan Rencana Jangka Panjang serta Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan.
g. Mengadakan dan memelihara pembukuan dan administrasi perusahaan
sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi suatu perusahaan.
h. Menyiapkan struktur organisasi dan tata kerja perusahaan lengkap
dengan perincian tugasnya.
i. Melakukan kerjasama usaha, membentuk anak perusahaan dan
melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain dengan
persetujuan Menteri Keuangan.
j. Mengangkat dan memberhentikan pegawai perusahaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
k. Menetapkan gaji, pensiun/jaminan hari tua dan penghasilan lain bagi
para pegawai perusahaan serta mengatur semua hal kepegawaian
lainnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
l. Menyiapkan Laporan Tahunan dan laporan berkala.
(2) Untuk menyelenggarakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), Direksi berwenang menetapkan kebijakan teknis dan non
teknis sesuai dengan kebijakan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf e.

144
Pasal 25

(1) Dalam menjalankan tugas-tugas perusahaan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 24 :
a. Direktur Utama dapat bertindak atas nama Direksi berdasarkan
persetujuan para anggota Direksi lainnya.
b. Para Direktur berhak dan berwenang bertindak atas nama Direksi,
masing-masing untuk bidang yang menjadi tugas dan wewenangnya.
(2) Apabila salah satu atau beberapa anggota Direksi berhalangan tetap
menjalankan pekerjaannya atau apabila jabatan itu terluang dan
penggantinya belum diangkat atau belum memangku jabatannya, maka
jabatan tersebut dipangku oleh anggota Direksi lainnya yang ditunjuk
sementara oleh Menteri Keuangan.
(3) Dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak terjadinya
keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Menteri Keuangan
menunjuk anggota Direksi yang baru untuk memangku jabatan yang
terluang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).
(4) Apabila semua anggota Direksi berhalangan tetap menjalankan
pekerjaannya atau jabatan Direksi terluang seluruhnya dan belum diangkat,
maka sementara waktu pengurusan perusahaan dijalankan oleh Dewan
Pengawas.
(5) Dalam menjalankan tugas dan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (1) huruf c, Direksi dapat melaksanakan sendiri atau
menyerahkan kekuasaan tersebut kepada :
a. Seorang atau beberapa orang anggota Direksi; atau
b. Seorang atau beberapa orang pegawai Perusahaan baik sendiri maupun
bersama-sama; atau
c. Orang atau badan lain.
d. Yang khusus ditunjuk untuk hal tersebut.

Pasal 26

Dalam melaksanakan tugasnya Direksi wajib mencurahkan perhatian dan


pengabdiannya secara penuh pada tugas, kewajiban dan pencapaian tujuan
perusahaan.

Pasal 27

Anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (5) huruf a tidak
berwenang mewakili perusahaan apabila :
(1) Terjadi perkara di depan pengadilan antara perusahaan dengan anggota
Direksi yang bersangkutan.
(2) Anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang
bertentangan dengan kepentingan perusahaan.

145
Pasal 28

Besar dan jenis penghasilan Direksi ditetapkan sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 29

(1) Rapat Direksi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.


(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan Perusahaan sesuai dengan tugas, kewenangan dan
kewajibannya.
(3) Keputusan rapat Direksi diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat.
(4) Dalam hal tidak tercapai kata mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan
suara terbanyak.
(5) Untuk setiap rapat dibuatkan risalah rapat.

Pasal 30

(1) Rencana Jangka Panjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1)
huruf f, sekurang-kurangnya memuat :
a. Evaluasi pelaksanaan Rencana Jangka Panjang sebelumnya.
b. Posisi perusahaan pada saat perusahaan menyusun Rencana Jangka
Panjang.
c. Asumsi-asumsi yang dipakai dalam penyusunan Rencana Jangka
Panjang.
d. Penetapan sasaran, strategi, kebijakan dan program kerja Rencana
Jangka Panjang beserta keterkaitan antara unsur-unsur tersebut.
(2) Rancangan Rencana Jangka Panjang yang telah ditandatangani bersama
dengan Dewan Pengawas disampaikan kepada Menteri Keuangan melalui
Menteri, untuk disahkan.
(3) Pengesahan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilakukan setelah dibahas bersama dengan Menteri.

Pasal 31

(1) Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 24 ayat (1) huruf f sekurang-kurangnya memuat :
a. Rencana kerja Perusahaan.
b. Anggaran Perusahaan.
c. Proyeksi keuangan pokok Perusahaan.
d. Hal-hal lain yang memerlukan pengesahan oleh Menteri Keuangan.
(2) Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diajukan kepada Menteri Keuangan melalui Menteri, paling lambat 60
(enam puluh) hari sebelum tahun anggaran dimulai, untuk memperoleh
pengesahan.

146
(3) Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) disahkan oleh Menteri Keuangan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari setelah tahun anggaran berjalan.
(4) Dalam hal Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan belum disahkan oleh
Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka Rencana
Kerja dan Anggaran Perusahaan tersebut dianggap sah untuk dilaksanakan
sepanjang telah memenuhi ketentuan tata cara penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Perusahaan.
(5) Kewenangan pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilimpahkan oleh Menteri
Keuangan kepada Menteri.

Bagian Kedelapan
Dewan Pengawas
Pasal 32
(1) Pada Perusahaan dibentuk Dewan Pengawas.
(2) Jumlah anggota Dewan Pengawas disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5 (lima) orang,
seorang diantaranya diangkat sebagai Ketua Dewan Pengawas.
(3) Dewan Pengawas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas untuk kepentingan dan tujuan perusahaan.

Pasal 33

Yang dapat diangkat sebagai Dewan Pengawas adalah orang perorangan yang :
(1) Memiliki dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen perusahaan dan
dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya; dan
(2) Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit
atau menjadi anggota Direksi, Komisaris atau Dewan Pengawas yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan, Perum dinyatakan pailit.

Pasal 34

Anggota Dewan Pengawas tidak dibenarkan memiliki kepentingan yang


bertentangan dengan atau mengganggu kepentingan perusahaan.

Pasal 35

Dewan Pengawas terdiri dari unsur-unsur pejabat departemen teknis yang


bersangkutan, Departemen Keuangan dan departemen/instansi lain yang
kegiatannya berhubungan dengan Perusahaan, atau pejabat lain yang diusulkan
oleh Menteri.

147
Pasal 36

(1) Anggota Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Menteri


Keuangan berdasarkan usul Menteri.
(2) Anggota Dewan Pengawas diangkat untuk masa jabatan yang sama dengan
anggota Direksi dan dapat diangkat kembali.
(3) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan waktunya dengan
pengangkatan anggota Direksi.

Pasal 37

(1) Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum habis masa


jabatannya oleh Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan
Menteri, apabila berdasarkan kenyataan anggota Dewan Pengawas :
a. Tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.
b. Tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan dan atau ketentuan
Peraturan Pemerintah ini.
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahaan; atau
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana
kejahatan dan atau kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya
melaksanakan pengawasan dalam perusahaan .
(2) Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), huruf a,
huruf b dan huruf c diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan
membela diri.
(3) Pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan secara
tertulis dan disampaikan kepada Menteri Keuangan dalam jangka waktu 1
(satu) bulan terhitung sejak anggota Dewan Pengawas yang bersangkutan
diberitahu secara tertulis oleh Menteri Keuangan tentang rencana
pemberhentian tersebut.
(4) Selama rencana pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) masih
dalam proses, maka anggota Dewan Pengawas yang bersangkutan dapat
menjalankan tugasnya.
(5) Jika dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penyampaian
pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) Menteri Keuangan
tidak memberikan keputusan pemberhentian anggota Dewan Pengawas
tersebut, maka rencana pemberhentian tersebut menjadi batal.
(6) Pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d,
merupakan pemberhentian tidak dengan hormat.
(7) Kedudukan sebagai Dewan Pengawas berakhir dengan dikeluarkannya
keputusan pemberhentian oleh Menteri Keuangan.

Pasal 38

(1) Dewan Pengawas bertugas untuk :

148
a. Melaksanakan pengawasan terhadap pengurusan perusahaan yang
dilakukan oleh Direksi.
b. Memberi nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan kegiatan
pengurusan Perusahaan.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a termasuk
pengawasan terhadap pelaksanaan :
a. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan.
b. Ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
c. Kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan pedoman yang
disusun oleh Menteri.
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 39

(1) Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban :


a. Memberikan pendapat dan saran kepada Menteri Keuangan dan Menteri
mengenai Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan yang diusulkan
Direksi.
b. Mengikuti perkembangan kegiatan perusahaan, memberikan pendapat
dan saran kepada Menteri Keuangan dan Menteri mengenai setiap
masalah yang dianggap penting bagi pengurusan perusahaan.
c. Melaporkan dengan segera kepada Menteri Keuangan dan Menteri
apabila terjadi gejala menurunnya kinerja perusahaan.
d. Memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan
perusahaan.
(2) Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) kepada Menteri Keuangan dan Menteri secara berkala dan
sewaktu-waktu apabila diperlukan.

Pasal 40

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Dewan Pengawas mempunyai


wewenang sebagai berikut :
(1) Melihat buku-buku, surat-surat serta dokumen-dokumen lainnya, memeriksa
kas untuk keperluan verifikasi dan memeriksa kekayaan perusahaan.
(2) Memasuki pekarangan, gedung dan kantor yang dipergunakan oleh
perusahaan.
(3) Meminta penjelasan dari Direksi dan atau pejabat lainnya mengenai segala
persoalan yang menyangkut pengelolaan perusahaan.
(4) Meminta Direksi dan atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan Direksi
untuk menghadiri Rapat Dewan Pengawas perusahaan.
(5) Menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan terhadap
hal-hal yang dibicarakan.
(6) Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini, memberikan persetujuan
atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu.

149
(7) Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini atau Keputusan Rapat
Pembahasan Bersama, melakukan tindakan pengurusan perusahaan dalam
hal Direksi tidak ada; dan
(8) Memberhentikan sementara Direksi, dengan menyebutkan alasannya

Pasal 41

Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Pengawas, Menteri


Keuangan dapat mengangkat seorang Sekretaris Dewan Pengawas atas beban
perusahaan.

Pasal 42

Jika dianggap perlu Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya dapat


memperoleh bantuan tenaga ahli yang diikat dengan kontrak untuk waktu tertentu
atas beban perusahaan.

Pasal 43

Semua biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas Dewan Pengawas
dibebankan kepada perusahaan dan secara jelas dimuat dalam Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan.

Pasal 44

(1) Rapat Dewan Pengawas diselenggarakan sekurang-kurang 3 (tiga) bulan


sekali.
(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibicarakan hal-hal
yang berhubungan dengan perusahaan sesuai dengan tugas, kewenangan dan
kewajiban Dewan Pengawas.
(3) Keputusan rapat Dewan Pengawas diambil atas dasar musyawarah untuk
mufakat.
(4) Dalam hal tidak tercapai kata mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan
suara terbanyak.
(5) Untuk setiap rapat dibuat risalah rapat.

Bagian Kesembilan
Penetapan Tarif
Pasal 45
Atas usul Direksi, Menteri menetapkan tarif bagi jasa dan fasilitas-fasilitas
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

150
Bagian Kesepuluh
Satuan Pengawasan Intern
Pasal 46
(1) Satuan Pengawasan Intern melaksanakan pengawasan intern keuangan dan
operasional perusahaan.
(2) Satuan Pengawasan Intern sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin
oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

Pasal 47

Satuan Pengawasan Intern bertugas :


(1) Membantu Direktur Utama dalam melaksanakan pemeriksaan intern
keuangan dan operasional perusahaan serta menilai pengendalian,
pengurusan dan pelaksanaannya pada Perusahaan serta memberikan saran-
saran perbaikannya.
(2) Memberikan keterangan tentang hasil pemeriksaan atau hasil pelaksanaan
tugas Satuan Pengawasan Intern sebagaimana dimaksud dalam huruf a
kepada Direksi.

Pasal 48

Direksi wajib memperhatikan dan segera mengambil langkah-langkah yang


diperlukan atas segala sesuatu yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil
pemeriksaan yang dibuat oleh Satuan Pengawasan Intern.

Pasal 49

Atas permintaan tertulis Dewan Pengawas, Direksi memberikan keterangan hasil


pemeriksaan atau hasil pelaksanaan tugas Satuan Pengawasan Intern sebagaimana
dimaksud dalam pasal 47 huruf b.

Pasal 50

Dalam pelaksanaan tugasnya, Satuan Pengawasan Intern wajib menjaga


kelancaran pelaksanaan tugas satuan organisasi lainnya dalam perusahaan sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

Bagian Kesebelas
Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Pasal 51
Tahun buku Perusahaan adalah tahun takwim, kecuali jika ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan.

151
Pasal 52

Perhitungan Tahunan dibuat sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang


berlaku.

Pasal 53

Dalam waktu 5 (lima) bulan setelah tahun buku perusahaan ditutup, Direksi wajib
menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1)
huruf l kepada Menteri Keuangan dan Menteri, yang memuat sekurang-
kurangnya:
(1) Perhitungan Tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru
lampau dan perhitungan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan serta
penjelasan atas dokumen tersebut.
(2) Laporan mengenai keadaan dan jalannya perusahaan serta hasil yang telah
dicapai.
(3) Kegiatan utama Perusahaan dan perubahan selama tahun buku.
(4) Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi
kegiatan perusahaan.
(5) Nama anggota Direksi dan Dewan Pengawas; dan
(6) Gaji dan tunjangan lain bagi anggota Direksi dan Dewan Pengawas.

Pasal 54

(1) Laporan Tahunan ditandatangani oleh semua anggota Direksi dan Dewan
Pengawas serta disampaikan kepada Menteri Keuangan dan Menteri.
(2) Dalam hal ada anggota Direksi atau Dewan Pengawas tidak menandatangani
Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus disebutkan
alasannya secara tertulis.

Pasal 55

(1) Perhitungan Tahunan disampaikan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan


Pembangunan kepada Direksi untuk diperiksa.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan oleh
Akuntan Publik yang ditunjuk oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan dengan ketentuan bahwa hasil pemeriksaannya disetujui oleh
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
(3) Apabila perusahaan mengerahkan dana masyarakat, pemeriksaan
Perhitungan Tahunan dilakukan oleh Akuntan Publik.
(4) Laporan hasil pemeriksaan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
atau Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan
ayat (3) disampaikan secara tertulis oleh Direksi kepada Menteri dan
Menteri Keuangan, untuk disahkan.

152
(5) Perhitungan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diumumkan
dalam surat kabar harian.

Pasal 56

(1) Pengesahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (4) membebaskan


Direksi dari tanggung jawab terhadap segala sesuatunya yang termuat dalam
Perhitungan Tahunan tersebut.
(2) Dalam hal dokumen Perhitungan Tahunan yang diajukan dan disahkan
tersebut ternyata tidak benar dan atau menyesatkan maka anggota Direksi
dan Dewan Pengawas secara langsung bertanggung jawab terhadap pihak
ketiga yang dirugikan.
(3) Anggota Direksi dan Dewan Pengawas dibebaskan dari tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) apabila terbukti bahwa keadaan
tersebut bukan karena kesalahannya.

Pasal 57

(1) Laporan berkala baik laporan triwulan, laporan semester maupun laporan
lainnya tentang kinerja perusahaan disampaikan kepada Dewan Pengawas.
(2) Tembusan laporan berkala sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
disampaikan kepada Menteri Keuangan dan Menteri.

Pasal 58

Laporan Tahunan, Perhitungan Tahunan, laporan berkala dan laporan lainnya


sebagaimana dimaksud dalam Bagian ini, disampaikan dengan bentuk, isi dan tata
cara penyusunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Bagian Keduabelas
Pegawai Perusahaan
Pasal 59

Pengadaan, pengangkatan, penempatan, pemberhentian, kedudukan, kepangkatan,


jabatan, gaji/upah, kesejahteraan dan penghargaan kepada pegawai perusahaan
diatur dan ditetapkan oleh Direksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 60

Bagi perusahaan tidak berlaku segala ketentuan eselonisasi jabatan yang berlaku
bagi Pegawai Negeri.

153
Bagian Ketigabelas
Penggunaan Laba
Pasal 61
(1) Setiap tahun buku, perusahaan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba
bersih untuk cadangan tujuan, penyusutan dan pengurangan lainnya yang
wajar.
(2) Empat puluh lima persen (45 %) dari sisa penyisihan laba bersih
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipakai untuk :
a. Cadangan umum yang dilakukan sampai cadangan mencapai sekurang-
kurangnya 2 (dua) kali lipat dari modal yang ditempatkan.
b. Sosial dan pendidikan.
c. Jasa produksi.
d. Sumbangan dana pensiun; dan
e. Sokongan dan sumbangan ganti rugi.
(3) Penetapan persentase pembagian laba bersih Perusahaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Keuangan.

Pasal 62

(1) Seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 61 disetorkan sebagai Dana Pembangunan Semesta.
(2) Dana Pembangunan Semesta yang menjadi hak Negara wajib disetorkan ke
Bendahara Umum Negara segera setelah Laporan Tahunan disahkan sesuai
ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.

Bagian Keempatbelas
Ketentuan Lain-lain
Pasal 63
Tata cara penjualan, pemindahtanganan atau pembebanan atas aktiva tetap
Perusahaan serta penerimaan pinjaman jangka menengah/ panjang dan pemberian
pinjaman dalam bentuk dan cara apapun serta tidak menagih lagi dan
menghapuskan dari pembukuan piutang dan persediaan barang oleh perusahaan
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pasal 64

Pengadaan barang dan jasa perusahaan yang menggunakan dana langsung dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pasal 65

(1) Selain organ Perusahaan, pihak lain manapun dilarang turut mencampuri
pengurusan perusahaan.

154
(2) Organ perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah Direksi dan
Dewan Pengawas.
(3) Departemen/instansi pemerintah tidak dibenarkan membebani perusahaan
dengan segala bentuk pengeluaran.
(4) Perusahaan tidak dibenarkan membiayai keperluan pengeluaran departemen/
instansi pemerintah.

Pasal 66

(1) Direksi hanya dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan Negeri agar


perusahaan dinyatakan pailit berdasarkan persetujuan Menteri Keuangan.
(2) Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan
kekayaan Perusahaan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan
tersebut, maka setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung
jawab atas kerugian tersebut.
(3) Anggota Direksi yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena
kesalahan atau kelalaiannya, tidak bertanggung jawab secara tanggung
renteng atas kerugian tersebut.

Pasal 67

(1) Anggota Direksi dan semua pegawai perusahaan yang karena tindakan-
tindakan melawan hukum menimbulkan kerugian bagi perusahaan,
diwajibkan mengganti kerugian tersebut.
(2) Ketentuan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terhadap
anggota Direksi diatur oleh Menteri Keuangan, sedangkan terhadap pegawai
Perusahaan diatur oleh Direksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 68

Semua surat dan surat berharga yang termasuk kelompok pembukuan dan
administrasi perusahaan disimpan di tempat perusahaan atau tempat lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 69

(1) Pembubaran perusahaan dan penunjukan likuidaturnya ditetapkan dengan


Peraturan Pemerintah.
(2) Semua kekayaan perusahaan setelah diadakan likuidasi, menjadi milik
negara.
(3) Likuidatur mempertanggungjawabkan likuidasi kepada Menteri Keuangan.
(4) Menteri Keuangan memberi pembebasan tanggung jawab terhadap
pelaksanaan pekerjaan yang telah diselesaikan likuidatur.

155
Pasal 70

Pimpinan satuan organisasi dalam perusahaan bertanggung jawab melakukan


pengawasan melekat dalam lingkungan tugasnya masing-masing.

BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 71

Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua ketentuan pelaksanaan


yang telah ditetapkan dan diberlakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
2 Tahun 1990, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum
diganti dengan ketentuan baru yang ditetapkan dan diberlakukan berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 72

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Pemerintah Nomor


2 Tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 73

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 April 2000
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

ABDURRAHMAN WAHID

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 7 April 2000
Pj. SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BONDAN GUNAWAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2000 NOMOR 48

156
Lampiran 8 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.26I/MEN/
2001

KEPUTUSAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR : KEP. 26 I/MEN/2001

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA PELABUHAN PERIKANAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka menunjang peningkatan produksi


perikanan dan pengelolaan sumber daya ikan yang
bertanggung jawab, dipandang perlu menetapkan
Organisasi dan Tata Keja Pelabuhan Perikanan.
b. Bahwa untuk itu perlu ditetapkan Organisasi dan Tata
Kerja Pelabuhan Perikanan dengan Keputusan Menteri.

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan


(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3299).
2. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan
United Nations Convention on Biobgical Diversity
(konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai
Keanekaragaman Hayati (Lembaran Negara Tahun 1994
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nornor 3556).
3. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun
1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3669).
4. Undang Undang Nomor 22. Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999
Nornor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041).
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun
1990 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3409).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang
Pengendailan Pencemaran dan/atau Perusakan Laut
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 33816).

157
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952).
8. Keputusan Presiden Nomor 234/M Tahun 2000
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden
Nomor 289/M Tahun 2000.
9. Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 37
Tahun 2001.
10. Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 tentang
Susunan Organisasi dan Tuga Departemen sehagaimana
telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 38 Tahun
2001.
11. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.
01/MEN/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kelautan dan Perikanan.

Memperhatikan : Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara


dalam surat Nomor 85/M.PAN/4/2001, tanggal 4 April 2001.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN


PERIKANAN TENTANG ORGANISASI DAN TATA
KERJA PELABUHAN PERIKANAN

BAB I
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 1

(1) Pelabuhan perikanan adalah unit pelaksana teknis Departemen Kelautan dan
Perikanan di bidang prasarana pelabuhan perikanan yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.
(2) Pelabuhan perikanan dipimpin oleh seorang Kepala.

Pasal 2

Pelabuhan perikanan mempunyai tugas melaksanakan fasilitasi produksi dan


pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya dan pengawasan pemanfaatan
sumberdaya penangkapan untuk pelestariannya.

158
Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pelabuhan


Perikanan menyelenggarakan fungsi :
(1) Perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, serta pemanfaatan sarana
pelabuhan perikanan.
(2) Pelayanan teknis kapal perikanan, dan kesyahbandaran pelabuhan perikanan.
(3) Koordinasi pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban, dan pelaksanaan
kebersihan kawasan pelabuhan perikanan.
(4) Pengembangan dan fasilitasi pemberdayaan masyarakat perikanan.
(5) Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan
produksi, distribusi, dan pemasaran hasil perikanan.
(6) Pelaksanaan pengawasan penangkapan, penanganan, pengolahan,
pemasaran, mutu hasil perikanan.
(7) Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan statistik
perikanan.
(8) Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil riset,
produksi, dan pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya.
(9) Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitasi wisata bahari.
(10) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Bagian Kedua
Pasal 4

Klasifikasi pelabuhan perikanan :


(1) Pelabuhan Perikanan Samudera.
(2) Pelabuhan Perikanan Nusantara.

Pasal 5

(1) Pelabuhan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dikelompokkan


menjadi Pelabuhan Perikanan yang belum diusahakan dan Pelabuhan
Perikanan yang diusahakan.
(2) Pelabuhan perikanan yang belum diusahakan adalah pelabuhan perikanan
yang seluruh sarananya dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan
Perikanan.
(3) Pelabuhan perikanan yang diusahakan adalah pelabuhan perikanan yang
sebagian sarananya dikelola secara produktif dan ekonomis oleh Perum.

159
BAB II
SUSUNAN ORGANISASI
Bagian Pertama
Pelabuhan Perikanan Samudera
Pasal 6
Pelabuhan Perikanan Samudera yang belum diusahakan terdiri dari :
(1) Bidang Pengusahaan.
(2) Bidang Tata Operasional.
(3) Bagian Tata Usaha.
(4) Kelompok Jabtan Fungsional.

Pasal 7

Bidang Pengusahaan mempunyai tugas melaksanakan pembangunan,


pemeliharaan, pengembangan dan pendayagunaan sarana dan prasarana,
pelayanan jasa, fasilitasi usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat
perikanan, koordinasi peningkatan produksi hasil perikanan, pengendalian
lingkungan, koordinasi urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan
kebersihan kawasan pelabuhan perikanan.

Pasal 8

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bidang


Pengusahaan menyelenggarakan fungsi :
(1) Penyusunan rencana dan pelaksanaan pembangunan, pengembangan,
pemeliharaan, pendayagunaan sarana dan prasarana, pengendalian
lingkungan, koordinasi urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan
kebersihan kawasan pelabuhan perikanan.
(2) Pelayanan jasa, fasilitasi usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat
perikanan, koordinasi peningkatan produksi dan pemasaran hasil perikanan.

Pasal 9

Bidang Pengusahaan terdiri dari :


(1) Seksi Sarana.
(2) Seksi Pelayanan dan Pengembangan Usaha.

Pasal 10

(1) Seksi Sarana mernpunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan


pelaksanaan pembangunan, pengembangan, pemeliharaan, pendayagunaan

160
sarana dan prasarana pelabuhan perikanan, pengendalian lingkungan,
koordinasi urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan kebersihan.
(2) Seksi Pelayanan dan Pengembangan Usaha mempunyai tugas melakukan
pelayanan jasa, fasilitas usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat
perikanan, koordinasi peningkatan produksi dan pemasaran hasil perikanan.

Pasal 11

Bidang Tata Operasional mempunyai tugas me!aksanakan pelayanan teknis kapal


perikanan dan kesyahbandaran perikanan, fasilitasi pemasaran dan distribusi hasil
perikanan, pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan statistik perikanan, serta
pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi perikanan.

Pasal 12

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Bidang Tata
Operasional menyelenggarakan fungsi :
(1) Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan.
(2) Fasilitasi pemasaran dan distribusi hasil perikanan, pengumpulan,
pengolahan, penyajian data dan statistik perikanan serta pengembangan dan
pengelolaan sistem informasi dan publikasi perikanan.

Pasal 13

Bidang Tata Operasional terdiri dari :


(1) Seksi Kesyahbandaran Penikanan.
(2) Seksi Pernasaran dan Informasi.

Pasal 14

(1) Seksi Kesyahbandaran Perikanan mempunyai tugas melakukan pelayanan


teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan.
(2) Seksi Pemasaran dan Informasi mempunyai tugas melakukan fasilitasi
pemasaran dan distribusi hasil perikanan, pengumpulan, pengolahan, dan
penyajian data dan statistik perikanan, serta pengembangan dan pengelolaan
sistem informasi dan publikasi perikanan.

Pasal 15

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan administrasi keuangan,


kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga, pelaporan, dan
pengelolaan administrasi pelayanan masyarakat perikanan.

161
Pasal 16

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Bagian Tata
Usaha menyelenggarakan fungsi :
(1) Pelaksanaan administrasi keuangan.
(2) Pelaksanaan administrasi kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan,
rumah tangga, pelaporan, dan pengelolaan administrasi pelayanan
masyarakat perikanan.

Pasal 17

Bagian Tata Usaha terdiri dari:


(1) Subbagian Keuangan.
(2) Subbagian Umum.

Pasal 18

(1) Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan administrasi keuangan.


(2) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan administrasi kepegawaian,
persuratan, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga, pelaporan, dan
pengelolaan administrasi pelayanan masyarakat perikanan.

Pasal 19

Pelabuhan Perikanan Samudera yang diusahakan terdiri dari :


(1) Bidang Pengembangan.
(2) Bidang Tata Operasional.
(3) Bagian Tata Usaha.
(4) Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 20

Bidang Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan pembangunan,


pemeliharaan, pengembangan dan pendayagunaan sarana dan prasarana,
pelayanan jasa, fasilitasi usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat
perikanan, koordinasi peningkatan produksi hasil perikanan, pengendalian
lingkungan, urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan kebersihan
kawasan pelabuhan perikanan.

Pasal 21

Dalam melaksanakan tugas sebagamana dimaksud dalam Pasal 20 Bidang


Pengembangan menyelenggarakan fungsi :

162
(1) Penyusunan rencana dan pelaksanaan pembangunan, pengembangan,
pemeliharaan, pendayagunaan sarana dan prasarana, pengendalian
lingkungan, koordinasi urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan
kebersihan kawasan pelabuhan perikanan.
(2) Pelayanan jasa, fasilitasi usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat
perikanan, koordinasi peningkatan produksi dan pemasaran hasil perikanan,
serta dan pengendalian lingkungan.

Pasal 22

Bidang Pengembangan terdiri dari :


(1) Seksi Sarana.
(2) Seksi Tata Pelayanan.
Pasal 23

(1) Seksi Sarana mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan


pelaksanaan pembangunan pengembangan, pemeliharaan, serta
pendayagunaan sarana dan prasarana, pengendalian lingkungan, koordinasi
urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan kebersihan kawasan
pelabuhan perikanan.
(2) Seksi Tata Pelayanan mempunyai tugas melakukan pelayanan jasa, fasilitasi
usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat perikanan, koordinasi
peningkatan produksi dan pemasaran hasil perikanan.

Pasal 24

Bidang Tata Operasional mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis kapal


perikanan dan kesyahhandaran perikanan, fasilitasi pemasaran dan distnibusi hasil
perikanan, pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan statistik perikanan, serta
pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi perikanan.

Pasal 25

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Bidang Tata
Operasional menyelenggarakan fungsi :
(1) Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan.
(2) Fasilitasi pemasaran dan distribusi hasil perikanan, pengumpulan,
pengolahan, penyajian data dan statistik perikanan serta pengembangan dan
pengelolaan sistem informasi dan publikasi perikanan.

Pasal 26

Bidang Tata Operasional terdiri dari :


(1) Seksi Kesyahbandaran Perikanan.
(2) Seksi Pemasaran dan Informasi.

163
Pasal 27

(1) Seksi Kesyahbandaran Perikanan mempunyai tugas melakukan pelayanan


teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan.
(2) Seksi Pemasaran dan Informasi mempunyai tugas melakukan fasilitasi
pemasaran dan distribusi hasil periknan, pengumpulan, pengolahan, dan
penyajian data dan statistik perikanan, serta pengembangan dan pengelolaan
sistem informasi dan publikasi perikanan.

Pasal 28

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan administrasi keuangan,


kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga, pelaporan, dan
pengelolaan administrasi pelayanan masyarakat perikanan.

Pasal 29

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Bagian Tata
Usaha menyelenggarakan fungsi :
(1) pelaksanaan administrasi keuangan.
(2) pelaksanaan administrasi kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan,
rumah tangga, pelaporan, dan pengelolaan administrasi pelayanan
masyarakat perikanan.

Pasal 30

Bagian Tata Usaha terdiri dari :


(1) Subbagian Keuangan.
(2) Subbagian Umum.

Pasal 31

(1) Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan adnninistrasi keuangan.


(2) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan administrasi kepegawaian,
persuratan, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga, pelaporan, dan
pengelolaan administrasi pelayanan masyarakat perikanan.

Bagian Kedua
Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pasal 32
Pelabuhan Perikanan Nusantara yang belum diusahakan terdiri dari :
(1) Seksi Tata Pengusahaan.
(2) Seksi Tata Pelayanan.

164
(3) Subbagian Tata Usaha.
(4) Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 33

Seksi Tata Pengusahaan mempunyai tugas melakukan pembangunan,


pemeliharaan, pengembangan dan pendayagunaan sarana dan prasarana,
pelayanan jasa, fasilitasi usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat
perikanan, koordinasi peningkatan produksi hasil perikanan, pengendalian
lingkungan, koordinasi urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan
kebersihan kawasan pelabuhan perikanan.

Pasal 34

Seksi Tata Pelayanan mempunyai tugas melakukan peiayanan teknis kapal


perikanan dan kesyahbandaran perikanan, fasilitasi pemasaran dan disfribusi hasil
perikanan, pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan statistik perikanan, serta
pengembangan dan pengelolaan sistem informasi perikanan.

Pasal 35

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan administrasi keuangan,


Kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan, dan rumah tangga, pelaporan,
dan serta pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi
perikanan.

Pasal 36

Pelabuhan Perikanan Nusantara yang diusahakan terdiri dari :


(1) Seksi Pengembangan.
(2) Seksi Tata Pelayanan.
(3) Subbagian Tata Usaha.
(4) Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 37

Seksi Pengembangan mempunyai tugas melakukan pembangunan, pemeliharaan,


pengembangan dan pendayagunaan sarana dan prasarana, pelayanan jasa, fasilitasi
usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat perikanan, koordinasi
peningkatan produksi hasil perikanan, pengendalian lingkungan, koordinasi
urusan keamanan dam ketertiban, serta pelaksanaan kebersihan kawasan
pelabuhan perikanan.

165
Pasal 38

Seksi Tata Pelayanan mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis kapal


perikanan dan ksyahbandaran perikanan, fasilitasi pemasaran dan distribusi hasil
perikanan, pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan statistik perikanan, serta
pengembangan dan pengolahan sistem informasi perikanan.

Pasal 39

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan administrasi keuangan,


kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga, pelaporan, dan
pengelolaan administrasi pelayanan masyarakat perikanan.

BAB III
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 40

Kelompok Jabatan Fungsional di lingkungan pelabuhan perikanan mempunyai


tugas melaksanakan kegiatan pengawasan penangkapan ikan, pengawasan mutu
hasil perikanan, dan kegiatan fungsional lain yang sesuai dengan tugas masing-
masing jabatan fungsional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 41

(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari Pengawas Perikanan, Pengawas


Benih, Pengendali Hama dan Penyakit Ikan, Penyuluh Perikanan, Arsiparis,
Pranata Komputer, Statistasi, Pustakawan, dan jabatan fungsional lainnya
yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Masing-masing kelompok jabatan fungsional dikoordinasikan oleh seorang
tenaga fungsional yang ditetapkan oleh Kepala.
(3) Jumlah pejabat fungsional sebagaimanan dimaksud pada ayat (1) Pasal ini
ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV
TATA KERJA
Pasal 42

Dalam melaksanakan tugas, pimpinan satuan organisasi dan kelompok jabatan


fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik
dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi dalam

166
lingkungan pelabuhan perikanan serta dengan instansi lain di luar pelabuhan
perikanan sesuai tugas masing-masing.

Pasal 43

Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi pelaksanaan tugas bawahan


masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-
langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 44

Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan


mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan serta
petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahannya.

Pasal 45

Sebap pimpinan satuan organisasi dan kelompok jabatan fungsional wajib


mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-
masing serta menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.

Pasal 46

Setiap laporan yan diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahan, wajib
diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk
rnemberikan petunjuk kepada bawahan.

Pasal 47

Dalam penyampaian laporan kepada atasan, tembusan laporan wajib disampaikan


pula kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan
kerja.
Pasal 48

Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh


pimpinan satuan organisasi di bawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan
kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat berkala.

BAB V
NAMA, JENIS, DAN LOKASI
Pasal 49

Nama, jenis, dan lokasi pelabuhan perikanan sebagaimana tercantum dalam


Lampiran Keputusan ini.

167
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 50

Perubahan organisasi dan tata kerja pelabuhan perikanan menurut Keputusan


ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan setelah terlebih dahulu mendapat
persetujuan tertulis dan Menteri yang bertanggung jawab di bidang
pendayagunaan aparatur negara.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 51

Dengan berlakunya Keputusan ini, Keputusan Menteri Eksplorasi Laut dan


Perikanan Nomor 69 Tahun 2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan
Perikanan dinyatakan tidak berlaku kecuali untuk Pelabuhan Perikanan Nusantara
Tual dan Pelabuhan Perikanan Pantai yang belum diserahkan kepada Daerah.

Pasal 52

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Mei 2001

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

ttd

SARWONO KUSUMAATMADJA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Hukum dan Organisasi

ttd

Narmoko Prasmadji

168
Lampiran : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.261/MEN/
2001 tentang Organisasi Pelabuhan Perikanan

PELABUHAN PERIKANAN YANG BELUM DIUSAHAKAN


PELABUHAN PERIKANAN YANG DIUSAHAKAN

No Nama Pelabuhan Jenis Lokasi Propinsi


1 Pelabuhan 1. BELUM 1. Kendari Sulawesi
Perikanan DIUSAHAKAN Tenggara
Samudera 2. Cilacap Jawa Tengah
3. Bungus Sumatera Barat
2. DIUSAHAKAN 1. Jakarta DKI Jakarta
2. Belawan Sumatera Utara
2 Pelabuhan 1. BELUM 1. Tanjung Kep. Bangka-
Perikanan DIUSAHAKAN Pandan Belitung
Nusantara 2. Ternate Maluku Utara
3. Ambon Maluku
4. Pelabuhan Jawa Barat
Ratu
5. Sibolga Sumatera Utara
6. Kejawanan Jawa Barat
2. DIUSAHAKAN 1. Brondong Jawa Timur
2. Prigi Jawa Timur
3. Pekalongan Jawa Tengah
4. Pernangkat Kalimantan
Barat

MENTERI KELAUTAN DAN


PERIKANAN,

ttd

SARWONO KUSUMAATMADJA

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Hukum dan Organisasi

ttd

Narmoko Prasmadji

169
STRUKTUR ORGANISASI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA YANG DIUSAHAKAN

KEPALA

BAGIAN
TATA USAHA

SUBBAGIAN SUBBAGIAN
KEUANGAN UMUM

BIDANG BIDANG TATA


PENGEMBANGAN OPERASIONAL

SEKSI SARANA SEKSI


KESYAHBANDARAN
PERIKANAN

SEKSI TATA KELOMPOK JABATAN SEKSI PEMASARAN


PELAYANAN FUNGSIONAL DAN INFORMASI

170
STRUKTUR ORGANISASI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA YANG BELUM DIUSAHAKAN

KEPALA

BAGIAN
TATA USAHA

SUBBAGIAN SUBBAGIAN
KEUANGAN UMUM

BIDANG BIDANG TATA


PENGUSAHAAN OPERASIONAL

SEKSI SARANA SEKSI


KESYAHBANDARAN
PERIKANAN

SEKSI PELAYANAN KELOMPOK JABATAN SEKSI PEMASARAN


DAN PENGEMBANGAN FUNGSIONAL DAN INFORMASI
USAHA

171
STRUKTUR ORGANISASI
PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA YANG DIUSAHAKAN

KEPALA

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SEKSI SEKSI TATA


PENGEMBANGAN PELAYANAN

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

172
STRUKTUR ORGANISASI
PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA YANG BELUM DIUSAHAKAN

KEPALA

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SEKSI TATA SEKSI TATA


PENGUSAHAAN PELAYANAN

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

173

Você também pode gostar