Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TRISNA NINGSIH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Trisna Ningsih
C 551030234
ABSTRAK
TRISNA NINGSIH
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
SEKOLAH PASCASARJANA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Diketahui,
Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan tesis yang berjudul Strategi Peningkatan Kapasitas
Kelembagaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc, Prof. Dr. Daniel R. Monintja dan Dr. Tommy
H. Purwaka, SH., LLM yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penulisan tesis ini.
2. Dr. Achmad Poernomo, Dr. Sunoto MES, Ir. A. Bambang Sutedjo, Ir. Hamim,
Ir. Djoko Kusyanto, Ir. Hartoyo, Ir. Rachmat Irawan, Sutaryo, SH, Drs. Joko
Martoyo, MM, Ir. Sudaryati dan Kuryanto AL, sebagai responden dan
narasumber yang telah memberikan saran serta pendapatnya mulai dari
penyusunan sampai pengisian kuesioner.
3. Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pada
Program Studi Teknologi Kelautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
4. Seluruh jajaran staf di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Samudera
Nizam Zachman, Perum Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta dan Ditjen
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan atas segala bantuan yang telah
diberikan saat melakukan penelitian dan penyelesaian tesis.
5. Seluruh keluarga besar dan semua pihak yang telah memberikan bantuan
moril, materil serta doa kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu
ditambahkan pada tesis ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan bantuan dan
partisipasi semua pihak untuk menyempurnakannya. Terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .... i
DAFTAR GAMBAR .. vi
1 PENDAHULUAN .... 1
3 METODOLOGI ....... 29
ii
4 PROFIL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM
ZACHMAN .............................................................................................. 37
4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman 37
4.2 Sejarah dan Perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam
Zachman ................................................................... 39
4.3 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Pelabuhan Perikanan
Samudera Nizam Zachman ..................................................... 45
4.4 Kebijakan . 46
4.5 Pengelola Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman ... 51
4.5.1 Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Samudera
Nizam Zachman ...................................................................... 51
4.5.2 Perum Prasarana Perikanan Samudera .................................... 53
4.6 Instansi Terkait di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam
Zachman ................................................... 56
4.7 Kerjasama dengan Swasta di Pelabuhan Perikanan Samudera
Nizam Zachman ............................................................................... 60
4.8 Fasilitas dan Pelayanan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam
Zachman ... 62
4.8.1 Fasilitas pokok .... 62
4.8.2 Fasilitas fungsional ..... 64
4.8.3 Fasilitas penunjang ...... 64
4.9 Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman .. 67
4.9.1 Produksi ikan ..... 68
4.9.2 Armada penangkapan .. 71
4.9.3 Perbekalan ....... 74
4.9.4 Pendaratan, distribusi dan pemasaran ikan .... 78
LAMPIRAN .. 119
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Strategi yang dihasilkan dari perpaduan antara faktor internal dengan
eksternal ................................................................................................. 23
iv
18 Urutan prioritas strategi dalam upaya peningkatan kapasitas
kelembagaan PPS Nizam Zachman ...................................................... 104
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
7 Tahap III pembangunan PPS Nizam Zachman periode 1984 s.d 1988.. 42
vi
18 Grafis hasil pengolahan vertikal AHP strategi peningkatan
kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman ....................................... 103
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
2. Mekanisme pemasaran dan distribusi ikan di PPS Nizam Zachman .... 120
viii
1 PENDAHULUAN
menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari semakin luas dan
peraturan pemerintah.
1
Berbagai pola kelembagaan kelautan dan perikanan, seperti pengelolaan perikanan
saat ini ternyata belum berhasil (established) atau belum dapat mencapai taraf
kemapanan di masyarakat.
kelautan itu sendiri dengan perikanan dalam pengelolaannya. Hal lain yang masih
menjadi kendala adalah ketidak jelasan kewenangan dan peranan para stakeholder
penegakan hukum yang efektif, masih rendahnya peran para stakeholder dalam
2
Masih rendahnya kualitas lembaga dan sumberdaya manusia pengelola
sektor kelautan dan perikanan yaitu adanya tumpang tindih kewenangan yang
indikator bahwa kelembagaan kelautan dan perikanan belum tertata dengan baik
baru PPS Nizam Zachman merupakan salah satu dari 5 (lima) pelabuhan
seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa, maka pada tahun 1992
Pelabuhan Perikanan.
3
(2) Meningkatkan ekspor hasil-hasil perikanan untuk menambah devisa negara
kawasan pelabuhan.
kelautan dan perikanan yang kuat dan tangguh, namun fleksibel atau lentur dalam
perikanan tersebut akan berbeda sesuai dengan besarnya ukuran dan lokasi
pelabuhan perikanan.
4
kelembagaan yang terlibat di dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pengaturan di
lain:
(1) Adanya kemiripan antara tugas pokok dan fungsi UPT berdasarkan SK
(2) Tidak terdapat ketentuan khusus baik dalam SK Menteri Kelautan dan
(4) Dukungan dan koordinasi instansi terkait masih lemah, karena instansi
5
Guna mengatasi permasalahan di atas, alternatif pemecahan yang dapat
Tujuan dan Bidang Usaha Perum dengan tugas pokok dan fungsi UPT
peraturan.
perikanan tidak lepas dari kelembagaan pelabuhan itu sendiri yang harus sesuai
dapat memanfaatkan dan memelihara fasilitas-fasilitas yang ada secara efektif dan
6
Oleh karena itu, apabila semua permasalahan tersebut di atas tidak segera
dan secara umum akan menghambat tujuan pembangunan pelabuhan perikanan itu
sendiri.
antara lain :
(2) Faktor-faktor apa saja yang menentukan efektivitas dan efisiensi dalam
Zachman.
7
(2) Kepentingan akademis, sebagai bahan informasi untuk menambah referensi
1.5 Hipotesis
kondusif.
Visi dan misi PPS Nizam Zachman sebagai salah satu Unit Pelaksana
diharapkan sebagaimana tercermin dalam visi dan misi PPS Nizam Zachman.
lingkungan baik internal maupun eksternal, oleh karena itu dalam mengevaluasi
8
lingkungan eksternal dilakukan terhadap faktor makro (ekonomi, politik,
teknologi dan sosial budaya) dan mikro (persaingan). Audit lingkungan internal
faktor peluang dan ancaman. Hasil evaluasi atas faktor internal dan eksternal
kapasitas kelembagaan yaitu faktor internal dan eksternal. Sebagai tingkat hirarki
9
Visi dan Misi
Pelabuhan
Tujuan
Kebjakan Teknis
Internal Eksternal
Analisis SWOT
Analisis AHP
Rekomendasi Strategi
Peningkatan Kapasitas
Kelembagaan
10
2 TINJAUAN PUSTAKA
Perikanan, bahwa Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan
tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang
perikanan.
adalah :
(1) Produksi : bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk
tangkapannya.
11
Selanjutnya berdasarkan Pasal 41 dan penjelasan atas Undang Undang No.
sebagai tempat tambat labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat
pelabuhan perikanan, maka perlu dirumuskan secara jelas misi sebagai pedoman
maupun dorongan semangat kerja seluruh aparat yang bertugas dalam organisasi.
usaha secara terpadu. Kegiatan tersebut mulai dari kegiatan pra panen sampai
12
2.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan
menangani kapal yang datang dan pergi serta letak dan posisi pelabuhan.
Terdapat 5 (lima) PPS di Indonesia, yaitu PPS Nizam Zachman di DKI Jakarta,
PPS Cilacap di Jawa Tengah, PPS Belawan di Sumatera Utara, PPS Bungus di
(2) Melayani kapal perikanan yang beroperasi di perairan lepas pantai, ZEE dan
perairan internasional.
(3) Dapat menampung 100 buah kapal perikanan atau 6.000 GT sekaligus.
(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 200 ton/hari atau 40.000 ton/tahun.
PPN dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II.
13
(Jawa Timur), Sibolga (Sumatera Utara), Pelabuhan Ratu (Jawa Barat),
Pemangkat (Kalimantan Barat), Tual (Maluku), Prigi (Jawa Timur), Ternate dan
Ambon (Maluku).
(2) Melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan ZEE Indonesia dan perairan
nasional.
(3) Mampu menampung sekaligus 75 buah kapal perikanan atau 3.000 GT.
(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40-50 ton/hari atau sekitar 8.000-
15.000 ton/tahun.
PPP dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe C atau kelas II.
Paiton, Pondok Dadap, Sadeng, Sikakap, Sorong, Sungai Liat, Tarakan, Tarempa,
Wonokerto.
14
PPP adalah pelabuhan perikanan yang dapat menampung kapal perikanan
(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 15-20 ton/hari atau sekitar 3.000-4.000
ton/tahun.
untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan di daerah pantai. Terdapat 585 PPI
(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 10 ton/hari atau 2.000 ton/tahun.
Kriteria ini akan menentukan dalam peningkatan klasifikasi PP/PPI yang kegiatan
letak dan jenis usaha perikanannya. Pelabuhan perikanan bila dilihat dari
15
(1) Luas lahan, letak dan konstruksi bangunannya.
penunjang.
storage, pabrik es, Bahan Bakar Minyak (BBM) dan lain-lain) yang bersifat
16
(1) Fasilitas pokok
Fasilitas pokok atau juga dikatakan infrastruktur adalah fasilitas dasar atau
berfungsi meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok yang dapat menunjang
antara lain TPI, balai pertemuan nelayan, tangki BBM, tangki air, radio
bengkel.
17
ini antara lain kantor pengelola pelabuhan, jalan di dalam komplek,
persaingan. Persaingan dalam dunia bisnis adalah perebutan pangsa pasar, pada
kondisi yang selalu berubah. Oleh karena itu strategi perlu selalu dikelola agar
tujuan organisasi dalam jangka pendek, jangka menengah dan panjang dapat
dicapai.
sasarannya. Pengertian yang senada juga diberikan oleh Wheelen dan Hunger
Menurut David (1999) proses manajemen strategis yang efektif dan efisien
tersebut membagi proses manajemen strategi ke dalam 3 (tiga) tahap yaitu tahap
2.5 Kelembagaan
18
dan memobilisasi tenaga untuk bekerja di lembaga tersebut, penyediaan fasilitas
(ruang kantor, peralatan dan bahan serta fasilitas lainnya untuk mengoperasikan
hasil yang dikerjakan oleh lembaga tersebut ke masyarakat yang menjadi sasaran
atau pengguna jasa tersebut. Nilai-nilai yang dilembagakan bisa berupa peraturan
per Undang Undangan, peraturan daerah, tata ruang pesisir dan lautan dan bentuk-
perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu, baik dalam kegiatan rutin
sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Hayami dan
aturan yang dikukuhkan dengan sanksi oleh para anggota komunitas. Ruttan
sumberdaya.
Menurut Purwaka (2004), kelembagaan (K) adalah satu set atau satu
19
(Potential Capacity : PC), daya dukung (Carrying Capacity : CC), dan daya
dimana :
K : Kelembagaan
f : Fungsi
PC : Kapasitas potensial
CC : Daya dukung
AC : Daya tampung
sosial, budaya dan hankam sebagai tools of analysis. Tools of analysis ini juga
20
2.6 Teknik Penyusunan Strategi Alternatif
dan kelemahan yang ada pada organisasi. Formulasi strategi juga meliputi
kebijakan organisasi.
dan eksternal yang dapat mempengaruhi keadaan organisasi dimasa datang, serta
menyusun strategi alternatif dan memilih strategi yang layak untuk dilaksanakan
dan ancaman (Threats), sedangkan lingkungan internal juga terdiri dari 2 (dua)
dan Hunger (2000) lingkungan eksternal berkaitan dengan lingkungan tugas dan
21
strategi suatu kegiatan. SWOT adalah singkatan dari Strength, Weakness,
tersebut memberikan dampak positif yang berasal dari peluang dan kekuatan, dan
strategis sebagai berikut : Strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT.
Matriks SWOT menampilkan enam kotak, dua kotak di bagian paling atas
adalah kotak faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan, sedangkan dua kotak
di sebelah kiri adalah kotak faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman. Empat
kotak lainnya A, B, C dan D merupakan kotak isi strategi yang timbul sebagai
hasil kontak antara faktor internal dan eksternal. Keempat isi strategis adalah
pengambil keputusan telah melihat peluang yang tersedia dan juga memiliki
memanfaatkan peluang.
22
(3) Strategi WO atau Investement/Divestment (bertambah/berkurang), dimana
(4) Strategi WT atau Damage (rugi), merupakan keadaan yang paling lemah
bagi organisasi. Pada keadaan ini ancaman dari luar dihadapkan pada
Tabel 1 Strategi yang dihasilkan dari perpaduan antara faktor internal dengan
eksternal
Analytical Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik (PHA) adalah
23
merupakan analisis yang digunakan untuk memahami kompleksitas sistem dan
masalah. Metode ini ditujukan untuk memodelkan problem tak terstruktur, baik
pertama sekali oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an, seorang ahli
diukur dengan menggunakan rasio konsistensi atau Consistency Ratio (CR). Dari
hierarki.
elemen-elemen yang lebih sederhana. Hirarki dari metode ini dibagi menjadi
fokus, faktor, aktor, tujuan dan alternatif seperti terlihat pada Gambar 2.
24
Fokus : Sasaran Utama
(Ultimate Goal)
(1) Memberi suatu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk
(5) Memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk
mendapatkan prioritas.
25
(6) Melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan
mereka.
pengulangan.
adalah :
(1) Hayati (2001) dengan topik penelitian yaitu Strategi Peningkatan Kinerja
(2) Furuta (2002) dengan topik penelitian yaitu Dampak Bantuan Pinjaman dari
26
penelitian menunjukkan antara lain bahwa pengembalian bantuan pinjaman
(3) Susilowati (2003) dengan topik penelitian yaitu Analisis Peran Pelabuhan
daerah.
(4) Firmansyah (2004) dengan topik penelitian yaitu Analisis Ekspor Ikan Tuna
ikan tuna dari PPS Jakarta berpengaruh positif terhadap nilai ekspor ikan
tuna Indonesia. Jika produksi ikan tuna Indonesia meningkat maka nilai
dikelolanya.
27
Dari hasil inventarisasi kajian penelitian terdahulu, maka didapat bahwa
Nizam Zachman sampai saat ini belum ada yang melakukan. Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka penulis memilih topik penelitian yaitu Strategi Peningkatan
pengelolaan PPS Nizam Zachman, dan strategi yang diperlukan dalam upaya
28
3 METODOLOGI
Zachman yang terletak di Teluk Jakarta dan termasuk dalam perairan Teluk
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 (lima) bulan mulai April s.d Agustus 2005.
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang dikumpulkan adalah data tentang
sedangkan data sekunder adalah berupa uraian tugas dan tata hubungan
ini.
UPT PPS Nizam Zachman; Direktur Pengembangan dan Tata Pelabuhan, Perum
29
Prasarana Pelabuhan Samudera; Kasubdit Pengawasan Penangkapan Ikan
Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, dan Ketua Asosiasi Tuna
diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan, UPT PPS Nizam Zachman,
Perum PPS, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, TPI
input-input dan faktor intervensi. Adapun input yang dimaksudkan disini adalah
30
diberi kewenangan untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
perbandingan berpasangan.
Lembaga/Instansi A B C ...
A S K SK
B
C
...
Keterangan :
S = Sinergi
K = Kontradiksi
SK = Sangat Kontradiksi
31
3.3.2 Analisis strategi kinerja pelabuhan perikanan
faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam
Penentuan bobot dan nilai setiap faktor internal dan eksternal dilakukan
(1) Menyusun faktor-faktor internal dan eksternal dalam suatu matriks pendapat
individu.
= t1 + t2 + t3 + tn
Faktor Internal
dan Eksternal A B C D Total Bobot
A t1 t2 t3 T B
B
C
...
Total T 1
Sumber : Kinnear, 1996
32
3.3.3 Analisis strategi peningkatan kapasitas kelembagaan
pengelolaan pelabuhan dan untuk merumuskan hasil dari data, digunakan alat
diinginkan.
33
Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Tujuan
Peraturan yang Berlaku Kerjasama Antar Instansi Terkait Ketersediaan Fasilitas Pelabuhan
Pengaturan Fungsi dan Wewenang Kerjasama Dengan Stake Holder Tingkat Pelayanan Pelabuhan
Gambar 3 Struktur hirarki dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman
34
(3) Menyusun matrik banding berpasangan (Tabel 4)
Fokus A1 A2 A3 ........ An
A1 a11 a12 a13 .......... a1n
A2 a21 a22 a23 .......... a2n
A3 a31 a32 a33 .......... a3n
........ .......... .......... .......... .......... ..........
An an1 an2 an3 .......... ann
Sumber : Saaty, 1991
35
(5) Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal.
(6) Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkatan dan hirarki tersebut.
Pengolahan data dengan AHP ini menggunakan Expert Choice (Gambar 4).
Mulai
Identifikasi Masalah
Penyusunan Hirarki
Pengolahan
Vektor Prioritas
Selesai
36
4 PROFIL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA
NIZAM ZACHMAN
Utara. Secara geografis terletak pada 06005' - 06007' LS dan 106050' - 106050' BT
administratif yaitu :
(1) Sebelah utara : Pantai Laut Jawa, Jalan Pluit Selatan (wilayah
Kelurahan Pluit).
(3) Sebelah barat : Waduk Pluit sebelah barat, Jalan Jembatan Tiga dan
(4) Sebelah timur : Alur Pelabuhan Sunda Kelapa, Kali Jelakeng (wilayah
Kelurahan Ancol).
terdapat di Jakarta Utara. Hal ini terlihat dari penggunaan lahan yang sebagian
besar dipergunakan untuk perusahaan yaitu seluas 243,27 Ha atau 61,52 % dari
luas kelurahan ini, sedangkan lahan pemukiman 31,46 % dan sisanya 7,02 %
dipergunakan untuk industri. Luas lokasi PPS Nizam Zachman adalah 98 Ha atau
37
Gambar 5 Peta lokasi PPS Nizam Zachman
38
4.2 Sejarah dan Perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam
Zachman
sumberdaya perikanan yang tersebar dari perairan pantai sampai perairan Zona
Indonesia.
(2) Pembangunan Tahap II (22 Maret 1982 - 31 Maret 1984), terdiri dari
39
penunjang yaitu pembangunan jalan komplek PPS Nizam Zachman,
ikan.
perbaikan kapal, sistem pembuangan air kotor laut, perbaikan revetment, dan
unit, towing tractor 3 unit, truck crane 2 unit, dump truck 2 unit dan
yang lebih baik. Master Plan Tahap V Pembangunan PPS Nizam Zachman, antara
40
Gambar 6 Tahap I dan II pembangunan PPS Nizam Zachman periode 1982 s.d 1984
41
Gambar 7 Tahap III pembangunan PPS Nizam Zachman periode 1984 s.d 1988
42
Gambar 8 Tahap IVpembangunan PPS Nizam Zachman periode 1996 s.d 2001
43
Gambar 9 Master plan Tahap V pembangunan PPS Nizam Zachman
1984, dan mulai beroperasi secara penuh pada tahun 1986. Untuk melaksanakan
Management Unit (PMU) PPSJ. Pada April 1992 PMU PPSJ diubah status dan
(1) Unit Pelaksana Teknis (UPT) PPSJ, melalui Surat Keputusan Menteri
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Kepala UPT PPS Nizam Zachman
BUMN.
44
4.3 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera
Nizam Zachman
Zachman memiliki visi, misi dan tujuan yang sesuai dengan perannya. Adapun
Visi :
Visi PPS Nizam Zachman merupakan bagian yang integral dari visi Departemen
Kelautan dan Perikanan. Visi ini merupakan kesepakatan bersama antara seluruh
staf, instansi terkait dan swasta yang eroperasional di kawasan pelabuhan. Adapun
visi PPS Nizam Zachman adalah Terwujudnya PPS Nizam Zachman sebagai
Misi :
Tujuan Pembangunan :
Zachman merupakan penjabaran dan penjelasan dari tugas pokok dan fungsi serta
misi yang sudah ditetapkan. Adapun tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman
adalah :
45
(3) Menyediakan lahan untuk kegiatan industri perikanan dalam rangka
kawasan pelabuhan.
4.4 Kebijakan
oleh semua pengguna jasa pelabuhan yang ditetapkan oleh pimpinan pelabuhan
berikut :
46
(4) UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
Perusakan Laut.
(10) PP No. 62 Tahun 2002 tentang Tarif Jasa atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak.
(11) Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 4 Tahun 1995 tentang Struktur
(12) Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 3 Tahun 1999 tentang Retribusi Daerah.
(16) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3 Tahun
47
(17) Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 1082/Kpts/OT.210/
(18) Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 2297
tanggal 1 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan.
48
1) Menyediakan fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
hal yang telah ditetapkan, hal ini bertujuan agar kecepatan dan ketepatan
prima adalah :
pelabuhan.
Keterbatasan staf dalam memahami uraian tugas pokok dan fungsi yang
49
diemban oleh unit kerja, sering pula menyebabkan pencapaian kinerja tidak
optimal.
ditempuh adalah :
kelautan.
50
2) Penerapan LLO, LBP terhadap kapal-kapal penangkap ikan untuk
memonitoring data jenis dan alat tangkap yang digunakan serta wilayah
fishing ground.
SPI.
Kep.26.1/ MEN/2001 tanggal 1 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja,
bahwa PPS Nizam Zachman adalah Unit Pelaksana Teknis Departemen Kelautan
dan Perikanan di bidang prasarana pelabuhan perikanan yang berada dibawah dan
dan kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok jabatan fungsional yang ada di PPS
berikut:
51
(1) Perencanaan, pengembangan, pemeliharaan serta pemanfaatan sarana
pelabuhan perikanan.
perikanan.
(8) Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil riset,
(3) Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil riset.
Ketiga fungsi tersebut diatas sampai saat ini belum dilaksanakan di PPS Nizam
Zachman.
52
Susunan organisasi UPT PPS Nizam Zachman sesuai dengan Surat
KEPALA
BAGIAN
TATA USAHA
SUBBAGIAN SUBBAGIAN
UMUM KEUANGAN
BIDANG
BIDANG
PENGEMBANGAN TATA OPERASIONAL
SEKSI SEKSI
SARANA KESYAHBANDARAN
PERIKANAN
SEKSI SEKSI
TATA PELAYANAN PEMASARAN DAN
INFORMASI
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
53
penyediaan jasa sarana dan prasarana pelabuhan perikanan. BUMN tersebut
ditugaskan mengusahakan 9 (sembilan) pelabuhan perikanan sebagai cabang
perusahaan dengan kantor pusat di Jakarta. Adapun pelabuhan perikanan yang
diusahakan sebagai Cabang Perum Prasarana Perikanan Samudera adalah PPS
Jakarta, PPS Belawan, PPN Pekalongan, PPN Brondong, PPN Prigi, PPN
Pemangkat, PPP Lampulo, PPP Tarakan, dan PPP Banjarmasin.
54
Kepala Cabang
Urusan Keuangan
Urusan Kepegawaian
55
4.6 Instansi Terkait di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman
perikanan.
fasilitas komersial).
bertugas menerbitkan surat ijin berlayar bagi kapal-kapal ikan yang hanya
berlaku untuk 1 (satu) hari saja, tanpa ijin tersebut kapten kapal dapat
56
pungutan terhadap setiap kapal yang keluar masuk yang berkaitan dengan
sarana navigasi.
Perawatan dan Seksi Sanitasi dengan dipimpin oleh Kepala Klinik. Seksi
penyakit menular dari kapal-kapal yang datang dari pelabuhan di luar negeri
dan rata-rata 3-4 pasien menerima perawatan setiap hari. Seksi ini juga
kapal yang harus di inspeksi setiap harinya. Disamping itu dilakukan pula
(5) Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia; unit kerja departemen
57
(6) Departemen Keuangan; keberadaan unit kerja departemen ini bertujuan
(7) Kepolisian; unit kerja ini bertugas selama 24 jam dalam 2 shift, wilayah
yang menyangkut MCS; dan 3) melakukan inspeksi terhadap log book hasil
58
Kapal patroli diawaki oleh 13 ABK termasuk seorang perwira AL, 1 (satu)
dan dengan alat tangkap seperti yang ditentukan dalam surat ijin. Selama
bulan Januari s.d Desember 2004, kapal patroli telah menangkap 32 (tiga
puluh dua) kapal dari berbagai jenis alat penangkap ikan yang masuk ke PPS
Komunikasi radio antara kapal patroli dengan stasiun radio yang berada di
berkepentingan melalui UPT PPS Nizam Zachman, disusun oleh unit kerja
Ditjen PSDKP ini berdasarkan semua data log book dari kapten kapal.
(9) Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta; unit
kerja ini berada di gedung TPI yang dimiliki Perum Prasarana Perikanan
dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta. Sekitar 25 ton ikan dilelang setiap
harinya dan kebanyakan hasil tangkapan berasal dari kapal-kapal ikan kecil
berukuran 5-30 GT. Kegiatan pelelangan dilakukan antara Pk. 06.00 - 11.00
pagi dan terdapat sekitar 20-30 pedagang ikan yang mengikuti pelelangan
59
tersebut. Anggota Koperasi Perikanan diatas berjumlah 200 orang. Retribusi
dibagi antara Dinas Perikanan Provinsi DKI Jakarta dan Koperasi. Retribusi
ikan 2 %.
(10) Pusat Karantina Ikan, DKP; unit kerja ini bertugas untuk menerbitkan
diolah menjadi produk yang memiliki nilai mutu dan nilai jual yang lebih baik.
Tabel 6 berikut :
60
Tabel 6 Daftar perusahaan perikanan di Kawasan Industri PPS Nizam Zachman
61
No. Nama Perusahaan Jenis Usaha Luas Lahan
(m2)
32 PT. Luki Rejeki Jayadi Industri Penanganan dan Pengolahan 3.126
Hasil Perikanan
33 PT. Panggung Interprise Processing, Cold Storage dan pabrik 5.632
es
34 PT. Sandimas Aquatek Processing dan Cold Storage 16.165
35 PT. Pertuni Processing dan Cold Storage 16.807
36 PT. Kurnia Mina Sejahtera Fasilitas Industri Perikanan 5.305
37 PT. Proskuneo Kadarusman Industri Pembuatan Kapal, Perawatan 17.000
Kapal dan Galangan Kapal
38 PT. Alam Jaya Processing dan Cold Storage 1.980
39 PT. Panutan Minasabha Kantor, Toko dan Hotel 8.037
40 Agus Wijaya (perorangan) Processing dan Cold Storage 1.980
Jumlah 339.151
Sumber : UPT PPS Nizam Zachman, 2004
adalah 110 ha, terdiri dari daratan 70 ha dan 40 ha berupa kolam pelabuhan.
Keadaan dasar yang ada sampai saat ini kondisinya sudah cukup baik, setelah
adanya perbaikan yang dilakukan oleh Proyek Pengembangan PPS Jakarta Tahap
IV. Adapun fasilitas dasar yang terdapat di PPS Nizam Zachman terdiri dari :
62
menjadi 4,5-7 m dan diharapkan kapal perikanan dengan bobot 1.500 GT
(2) Dermaga/Jetty
dimana 1.524 m dermaga dan 150 m jetty merupakan hasil pekerjaan Proyek
Tahap I dan II serta jetty 200 m hasil pekerjaan Proyek Pembangunan PPS
Jakarta Tahap IV. Dengan panjang dermaga 2.224 m, maka daya tampung
tambat kapal sebanyak rata-rata 281 buah kapal dengan berbagai variasi
ukuran kapal.
Turap terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu sebelah barat sepanjang 1.324 m dan
sebelah Timur sepanjang 1.510 m. Turap sebelah barat bagian utara yang
rusak sepanjang 160 m dan turap sebelah timur sepanjang 1.510 m telah
63
4.8.2 Fasilitas fungsional
(1) Tempat Pelelangan Ikan mempunyai luas 3.367 m2, tempat ini merupakan
(2) Pabrik es yang dikelola oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera dengan
kapasitas 150 ton/hari, untuk memenuhi kebutuhan nelayan ada juga pabrik
(3) Gudang pendingin (cold storage), gudang pendingin yang ada didalam
Fasilitas penunjang yang ada antara lain kantor UPT, Perum Prasarana
Fasilitas yang ada di PPS Nizam Zachman sudah cukup baik, namun
bagi masyarakat, seperti peningkatan kapasitas slipway sehinga tidak ada lagi
64
kapal yang melakukan perbaikan di area kolam pelabuhan. Berikut Tabel 7
65
No. Jenis Sarana/Fasilitas Kapasitas/ Aset/Pengelola
Spesifikasi
29 Crane-Truck 2 Unit UPT PPS NZ
30 Towing-Tractor 3 Unit UPT PPS NZ
31 Fork Lift Solar 3 Unit UPT PPS NZ
32 Fork Lift Battery 5 Unit Perum PPS
33 Pabrik Es 200 ton Perum PPS
34 MCK/Toilet 15 Unit UPT PPS NZ
35 Pos Keamanan 150 m2 UPT PPS NZ
36 Foul Seawater Cleaning 8.450 m2 UPT PPS NZ
37 Unit Pengolah Limbah Cair (UPL) 1.000 m3 UPT PPS NZ
38 Tuna Landing center (TLC) 29 Unit 13.143 m2 UPT/Perum PPS
39 Instalasi Penyaluran Air Bersih 1.200 ton Perum PPS
40 Stasiun pengisian Bahan Bakar 15.000 ton/bulan Swasta/Perum
untuk Bunker (SPBB) 4 Unit PPS
41 Instalasi Penyaluran Daya 5.206 KVA Perum PPS
Listrik 400 KVA UPT PPS NZ
42 Telepon 168 SST Perum PPS
5 SST UPT PPS NZ
43 Bangunan Pompa 1 Unit UPT PPS NZ
44 Sea Water Intake 1 Unit UPT PPS NZ
45 Kios Pedagang Kaki 5 107 Unit UPT PPS NZ
46 Kawasan PPS Nizam Zachman 110 ha UPT/Perum PPS
Sumber : UPT PPS Nizam Zachman, 2004
66
No. Jenis Kegiatan Kapasitas Penyelenggara Keterangan
Pelayanan
11 Pas Masuk Pelabuhan 24 jam UPT PPS NZ Tdk ada libur
12 Pengendalian Kebakaran 24 jam Dinas Pemadam Tdk ada libur
Kebakaran
13 Pembinaan nelayan 24 jam Dinas Peternakan, Senin s.d
Perikanan dan Kelautan Jumat
14 Pengumpulan Data Statistik Jam Kerja UPT PPS NZ, Dinas Senin s.d
Perikanan Peternakan, Perikanan Jumat
dan Kelautan Jakarta
15 Pembinaan Mutu Hasil Jam Kerja UPT PPS NZ, Dinas Senin s.d
Perikanan Peternakan, Perikanan Jumat
dan Kelautan Jakarta
16 Pembinaan Organisasi Jam Kerja Dinas Peternakan, Senin s.d
Profesi, Kelompok Tenaga Perikanan dan Kelautan Jumat
Kerja &Koperasi Prop. DKI Jakarta
17 Penataan Kawasan 24 jam UPT PPS NZ Senin s.d
Pelabuhan Jumat
18 Cold Storage 24 jam Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur
19 Bengkel Siang Hari Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur
20 Dock/slipway Siang Hari Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur
Pabrik Es/Pengadaan Es Siang Hari Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur
21 Pengadaan Air/Listrik/ 24 jam Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur
Telepon
22 Sewa Tanah Industri Jam Kerja Perum PPS Cab. Jkt Senin s.d
Jumat
23 Pemasangan Reklame Jam Kerja UPT PPS NZ, Perum Senin s.d
PPS Cab. Jakarta Jumat
24 Pelayanan Bahan Bakar 24 jam Perum PPS Cab. Tdk ada libur
Minyak (BBM) Kapal Jakarta
25 Pengawasan Sumber Daya 24 jam Pengawas Perikanan Tdk ada libur
Ikan PPS NZ
26 Pelayanan Alat berat 24 jam UPT PPS NZ Tdk ada libur
27 Penyewaan ruangan 24 jam Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur
28 Tuna Landing Centre (TLC) 24 jam Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur
29 Unit Pengolahan Limbah 24 jam UPT PPS NZ Tdk ada libur
(UPL)
30 Sea Water Intake 24 jam UPT PPS NZ Tdk ada libur
Sumber : UPT PPS Nizam Zachman, 2004
Nizam Zachman. Sarana dan prasarana yang dimilki PPS Nizam Zachman telah
67
kondisinya masih berfungsi dengan baik untuk melayani kebutuhan nelayan
produksi yang berasal dari laut dan produksi yang berasal dari darat/daerah lain
(Tabel 9). Produksi ikan yang berasal dari laut adalah ikan yang dibawa dengan
kapal perikanan, sedangkan produksi yang berasal dari darat/daerah lain adalah
ikan yang dibawa dengan kendaraan seperti mobil dan truk dari luar pelabuhan
Produksi ikan yang didaratkan dari laut di PPS Nizam Zachman berasal
dari Laut Jawa, terdiri dari ikan yang didaratkan dari kapal tuna, ship to ship
(transhipment), kapal non tuna dan kapal udang. Jenis ikan yang didaratkan antara
Produksi ikan yang masuk PPS Nizam Zachman melalui darat, merupakan
ikan yang didatangkan dari daerah yang sebagian besar terletak di daerah pesisir
utara dan selatan Pulau Jawa seperti : Batang, Kendal, Pekalongan, Binuangan,
Cilacap, Indramayu, Tuban, dan Gresik serta dari daerah luar Jawa. Ikan tersebut
menggunakan kotak kayu/drum plastik. Jenis ikan yang didaratkan antara lain
68
Tabel 9 Produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004
Dari Tabel 9 di atas terlihat bahwa sejak tahun 2000 sampai dengan 2004
produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman mengalami fluktuasi. Pada
tahun 2000 total produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman sebesar
81.374,7 ton, jumlah ini menurun sebesar -1,50 % pada tahun 2001 menjadi
69.175,5 ton dan menurun lagi pada tahun 2002 sebesar -1,97 % menjadi 55.544,5
ton. Pada tahun 2003 kembali turun -3,24 % menjadi 37.539,6 ton dan pada tahun
Berdasarkan persentase, produksi ikan yang berasal dari laut sebesar 65,95
% lebih banyak dibandingkan dengan produksi ikan yang berasal dari darat sebesar
34,05 %. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain 1) mahalnya biaya
melaut.
69
90.000
80.000
70.000
Volume (Ton)
60.000 y = -11293x + 2E+07
50.000 R2 = 0,9189
40.000
30.000
20.000
10.000
0
2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
terjadi ini juga dapat dibentuk menjadi persamaan linear, dimana setiap satuan
PPS Nizam Zachman. Persamaan linear pada produksi ikan diatas adalah y = -
Zachman sebesar 11.293,4 ton. Hal ini disebabkan antara lain karena 1)
sehingga tidak bisa melaut, hal ini dapat ditunjukkan dari jumlah kapal yang
menjalani perbaikan meningkat dari tahun ke tahun; dan 3) perubahan cuaca yang
tidak menentu.
70
4.9.2 Armada penangkapan
Jenis armada penangkapan ikan yang ada di PPS Nizam Zachman terdiri
dari kapal yang berukuran < 20 GT sampai dengan > 200 GT dengan alat tangkap
dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu kelompok tuna dan non tuna. Kelompok
tuna yaitu kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan alat tangkap long line
dengan tujuan utama penangkapan adalah ikan tuna seperti yellow fin, big eye,
albacore dan cakalang, selain itu juga jenis black marlin, meka, layaran dan cucut.
Kelompok alat tangkap non tuna terdiri dari gill net, payang, purse seine, jaring
tangsi (jaring rampus), muroami, dan fish net dengan tujuan utama penangkapan
Bahan kapal terbagi menjadi tiga jenis yaitu kayu, fiber dan besi. Kapal
kayu umumnya terdiri dari kapal-kapal tradisional sedangkan kapal fiber dan besi
digunakan oleh kapal tuna (long line) meskipun ada juga yang menggunakan
kapal kayu.
dipasarkan untuk tujuan lokal. Sedangkan armada penangkapan dengan ukuran >
Barat Sumatera dan perairan Selatan Jawa dan hasil tangkapan yang diperoleh
71
Tabel 10 Frekuensi kapal masuk di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004
Pertum
Tahun Frekuensi Kapal Masuk (kali) buhan
(%)
< 20 20-3030-50 50-100 100-200 >200 Jumlah
2000 1.331 1.579 742 1.292 1.493 143 6.580 -
2001 1.190 1.367 700 1.376 2.034 133 6.800 3,34
2002 919 1.493 403 1.067 1.955 113 5.950 -12,5
2003 779 1.489 238 753 1.466 131 4.856 -18,39
2004 628 1.394 214 863 1.430 107 4.636 -4,53
4.847 7.3222.297 5.351 8.378 627
Jumlah 28.822
% 16,8 25,4 8,0 18,6 29,1 2,2
Sumber : Laporan Tahunan UPT PPS Nizam Zachman Tahun 2004
Dari tabel di atas menunjukkan pada tahun 2000 jumlah kapal yang masuk
6.580 kali, jumlah ini meningkat sebesar 3,34 % pada tahun 2001 menjadi 6.800
kali. Tahun 2002 jumlah kapal yang masuk turun -12,5 % atau menjadi 5.950 kali,
tahun 2003 kembali turun -18,39 % menjadi 4.856 kali dan tahun 2004 turun lagi -
berjumlah 16.653 kali atau 57,8 % dari total tiap ukuran kapal. Armada
daerah penangkapan ikan hingga mencapai perairan Samudera Hindia dan hasil
tangkapan yang diperoleh dipasarkan untuk tujuan ekspor. Armada yang besar
tersebut menyimpan potensi yang besar apabila dapat dijalankan secara optimal,
perairan Laut Jawa dan hasil tangkapan yang diperoleh dipasarkan untuk tujuan
lokal.
72
8.000
7.000
y = -583,2x + 1E+06
masuk di PPS Nizam Zachman sebesar 583 kali. Penurunan ini disebabkan oleh
sehingga tidak bisa melaut, hal ini dapat ditunjukkan dari jumlah kapal yang
Pertum
Tahun Frekuensi Kapal Keluar (kali) buhan
(%)
< 20 20-30 30-50 50-100 100-200 >200 Jumlah
2000 1.325 1.531 747 1.295 1.461 144 6.503 -
2001 1.202 1.376 691 1.358 1.993 132 6.752 3,82
2002 918 1.460 385 1.051 1.968 113 5.895 -12,69
2003 735 1.488 222 760 1.493 128 4.826 -18,13
2004 602 1.301 214 819 1.358 93 4.387 -9,09
Sumber : UPT PPS Nizam Zachman Tahun 2004
73
Dari Tabel 11 di atas menunjukkan tahun 2000 jumlah kapal yang keluar
6.503 kali, jumlah ini meningkat sebesar 3,82 % pada tahun 2001 menjadi 6.752
kali. Tahun 2002 jumlah ini turun -12,69 % atau menjadi 5.895 kali, tahun 2003
kembali turun -18,13 % menjadi 4.826 kali dan tahun 2004 kembali turun -9,09 %
8.000
7.000
Kapal Keluar (Kali)
y = -615,8x + 1E+06
6.000
R2 = 0,8873
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0
2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
Kapal Keluar Linear (Kapal Keluar)
keluar di PPS Nizam Zachman sebesar 615 kali. Penurunan ini disebabkan oleh
beberapa hal antara lain banyaknya armada yang tidak operasi lagi karena
terbatas.
4.9.3 Perbekalan
74
meliputi es, solar, air bersih, umpan dan bahan makanan bagi anak buah kapal
(ABK). Secara rinci perbekalan kapal perikanan di PPS Nizam Zachman, dapat
(1) Es
lebih merata.
PPS. Es dari Perum PPS tidak dijual langsung ke armada penangkapan ikan
dan pabrik es yang dikelola pihak swasta yaitu PT. Safritindo Dwi Santoso
pelabuhan walaupun es dari luar baru boleh masuk ketika es dari Perum PPS
sudah terjual semua. Pabrik es yang berada di luar kawasan pelabuhan yaitu
75
PT. Kaharaja, PT. Pamada, PT. UFO Crane, PT. Puga Utama, PT. Eslar
balok/hari.
(2) Solar
penangkapan ikan yang dibawa saat melaut, diperlukan sebagai bahan bakar
mesin diesel yang merupakan mesin utama bagi armada penangkapan ikan.
disuplai oleh 2 (dua) Stasiun Pengisi Bahan Bakar (SPBB), yaitu PT. Tri
Aktivitas selanjutnya adalah mendapatkan izin pengisian solar dari UPT PPS
Nizam Zachman dan Syahbandar, setelah mendapat izin kapal baru bisa
mengisi solar di SPBB sesuai dengan jumlah liter yang telah disetujui.
membutuhkan solar > 75 ton dapat membeli dari SPBB Pertamina Tanjung
murah.
76
(3) Air Bersih
Suplai air bersih untuk kapal perikanan di PPS Nizam Zachman dapat
diperoleh dari air PAM dan air truk tangki. Air PAM dikelola oleh Perum
PPS, sedangkan air truk tangki berasal dari luar PPS Nizam Zachman, yaitu
dari PT. Soraya yang terletak tidak jauh dari kawasan PPS Nizam Zachman.
(4) Umpan
Umpan merupakan perbekalan yang dibawa oleh kapal long line sebagai
umpan pancing bagi ikan tuna. Ada dua jenis umpan yaitu umpan hidup dan
kapal perikanan sebesar 840.276,6 ton, jumlah ini meningkat sebesar 2,33 % pada
tahun 2001 menjadi 859.888,2 ton. Tahun 2002 jumlah ini turun -6,48 % atau
menjadi 804.131,9 ton, tahun 2003 kembali turun -14,82 % menjadi 684.981,9 ton
77
1000000
y = -43362x + 9E+07
800000 R2 = 0,7707
Ton
600000
400000
200000
2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
penyerapan perbekalan di PPS Nizam Zachman sebesar 43.362 ton. Penurunan ini
disebabkan oleh beberapa hal antara lain menurunnya setiap tahun aktivitas
palka sampai ikan diangkut ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Kapal tradisional
kapal longline.
78
Bagi kapal longline, sebelum dilakukan pendaratan hasil tangkapan maka
ikan tuna dari sinar matahari secara langsung. Aktivitas pembongkaran ikan tuna
dahulu dibuang dari dalam palka. Aktivitas dilanjutkan dengan mengeluarkan ikan
dengan menggunakan bantuan katrol, yaitu dengan cara mengikat ekor ikan
dengan tali yang kemudian ditarik menggunakan bantuan katrol dari dalam palka
sampai ke atas deck. Sesampainya di atas deck, ikan diletakkan pada alat peluncur
tris. Tris atau basket atau keranjang ikan adalah wadah berbentuk kotak terbuat
dari plastik dengan kapasitas 70 kg ikan. Ikan dari dalam palka dimasukkan ke
dalam tris, kemudian diangkat ke atas deck dengan menggunakan bantuan tali.
Ikan yang telah berada di deck lalu disortir sesuai dengan jenis, ukuran dan
mutunya dan ditempatkan pada tris yang berbeda-beda, tujuannya adalah untuk
matahari mengenai langsung ikan. Tidak adanya pemberian es pada ikan semakin
79
dua sampai tiga jam, tergantung banyaknya hasil tangkapan yang didaratkan.
sebagai berikut : ikan yang masuk ke PPS Nizam Zachman yang berasal dari laut
khususnya kelompok ikan tuna (tuna, meka, marlin, yellow fin, big eye) di proses,
Singapura, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat sedangkan sebagian lagi dibawa
dari kapal, kemudian masuk ke TPI untuk di lelang. Sete1ah diadakan transaksi
le1ang dan terjadi kesepakatan harga, ikan dibawa ke pasar baik pasar lokal
maupun ekspor.
Koperasi Mina Muara Makmur selaku pihak yang ditunjuk oleh Dinas
dilakukan sebelum pelelangan adalah penimbangan ikan, kemudian tris yang telah
Pelelangan yang ada di TPI PPS Nizam Zachman dinamakan opow karena
pembeli lelang dan penjual lelang adalah orang yang sama yaitu pemilik kapal,
nilai retribusi yang harus dibayar ke pemerintah daerah sebesar dari total nilai
lelang. Sesuai dengan Perda DKI Jakarta, retribusi lelang sebesar 5 %, dimana 3
ikan.
80
Hasil tangkapan yang didaratkan di TLC tidak diadakan pelelangan. Ikan
sebesar 5 % tetap bisa ditarik. Tidak adanya mekanisme kontrol dari pihak PPS
Ikan yang berasal dari pelelangan tersebut di atas serta ikan yang berasal dari
dipasarkan melalui Pusat Pemasaran Ikan (PPI) pada malam hari sekitar
Kegiatan ekspor hasil perikanan dilakukan bentuk segar maupun beku yang
terdiri dari ekspor segar meliputi jenis tuna, bawal, udang, tenggiri, meka
terdiri dari jenis ikan tuna, kakap, kerapu, meka, marlin, lobster, udang dan
jenis ikan lainnya dilakukan melalui pelabuhan umum Tanjung Priok dengan
81
melalui transhipment (ship to ship) dengan ukuran kapal pengangkut sampai
Volume ekspor tahun 2004 sebesar 26.740,24 ton terdiri dari ekspor segar
sebesar 10.218, 29 ton dan ekspor beku sebesar 15.521,95 ton. Nilai ekspor
ikan segar sebesar US$ 111.067.332 dan nilai ekspor ikan beku sebesar US$
tujuan ekspor seperti Asia, Amerika dan Eropa. Lebih rinci ekspor ikan dapat
Tabel 13 Volume ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-
2004
Ton
Ekspor Tuna Ekspor Udang Ekspor Lainnya
Tahun Segar Beku Segar Beku Segar Beku
2000 8.273 5.475 1.945 4.210 4.702 8.722
2001 7.519 6.368 963 2.943 2.290 3.937
2002 9.532 4.744 1.762 4.456 559 1.602
2003 6.212 8.099 327 2.142 1.245 6.608
2004 8.935 8.164 146 1.804 1.137 6.554
40.471 32.850 5.143 15.555 9.933 27.423
Jumlah 73.321 20.698 37.356
131.375
% 55,81 15,76 28,43
Sumber : UPT PPS Nizam Zachman Tahun 2004
Jumlah ekspor yang dilakukan PPS Nizam Zachman selama kurun waktu 5
tahun terakhir sangat berfluktuasi baik dari komoditi tuna, udang atau komoditi
ekspor tuna sebesar 55,81 %, disusul ekspor lainnya sebesar 28,43 % dan terakhir
Dari komoditi ekspor tuna, sebesar 55,2 % produk segar dan 44,8 produk
beku. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain produk segar
82
mempunyai nilai yang lebih tinggi di pasar internasional karena memiliki mutu
40000
30000
y = -1256,1x + 3E+06
R2 = 0,2227
Ton
20000
10000
2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman sebesar 1.256,1 ton. Penurunan ini
disebabkan oleh beberapa hal antara lain pengurangan jumlah permintaan dan
Tabel 14 berikut ini menyajikan volume dan nilai ekspor hasil perikanan
83
Tabel 14 Volume dan nilai ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun
2000-2004
perikanan di PPS Nizam Zachman mengekspor ikan dalam bentuk segar sebesar
55.547 ton sedangkan untuk ekspor dalam bentuk beku sebesar 75.828 ton sehingga
total jumlah produk perikanan yang diekspor dari tahun 2000-2004 sebesar 131.375
ton. Rata-rata produksi per tahun untuk ekspor produk segar sebesar 11.109 ton,
jumlah ini lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata ekspor produk beku
sebesar 15.166 ton ikan per tahun. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa
84
150000000
125000000
100000000
US $
75000000
50000000
25000000
2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
segar dari tahun 2000 s.d 2004 sebesar US$ 441.596.278 nilai ini lebih besar
apabila dibandingkan dengan nilai produk beku yang hanya US$ 417.212.679. Nilai
produksi rata-rata untuk produk ikan segar per tonnya US$ 88.319.256, sedangkan
nilai rata-rata produk ikan beku per tonnya hanya US$ 83.442.536. Produk segar
mempunyai nilai yang lebih tinggi di pasar internasional karena memiliki mutu
Secara umum operasional pelabuhan PPS Nizam Zachman saat ini adalah
cukup optimal, walaupun masih terdapat beberapa kekurangan yang nantinya akan
antara lain :
85
(1) Mutu ikan; berkurangnya mutu ikan mulai disebabkan karena proses
penangkapan, penanganan ikan diatas kapal hingga pada saat kapal bongkar.
Penggunaan alat tangkap yang tidak merujuk pada code of conduct responsible
banyak ikan yang ditangkap dengan ukuran yang tak layak tangkap. Proses
merusak mutu hasil tangkapan, hal ini dimungkinkan pemberian es dan proses
pembekuan dilakukan setelah melewati fase igormortis. Mutu ikan juga akan
berkurang disaat kapal bongkar, banyak jenis ikan yang bongkar di PPS
Nizam Zachman ditangani dengan tidak efektif dan efisien. Industri perikanan
terutama yang berskala kecil, dapat menderita kerugian ekonomis sangat besar
akibat rendahnya harga, kemunduran mutu ikan. Hal yang sama dapat dialami
pula oleh ekonomi nasional akibat kehilangan pasar di luar negeri. Secara
nyata, permintaan konsumen terhadap mutu ikan yang baik berkembang cepat.
ikan yang bersih dan higienis, sebagai suatu persyarat yang telah mereka
tetapkan guna memenuhi standar mutu yang tinggi terhadap produk hasil
perikanan.
(2) Ketertiban dan keamanan; karena jumlah personil keamanan dan ketertiban
tidak dapat menjangkau seluruh wilayah pelabuhan atau dengan kata lain
(3) Lingkungan/Sampah; masih banyaknya limbah cair dan padat dari proses
86
tidak sedap, selain itu juga karena banyaknya kapal yang memperbaiki di
per hari, dengan jenis sampah organik yaitu daun. Semua limbah ini, jika tidak
terkontaminasi.
(4) Dermaga, banyak dijumpai kapal ikan yang ingin merapat di dermaga, tidak
bisa bersandar sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan karena adanya kapal
ikan yang rusak dan selalu bersandar di dermaga, bahkan ada yang merapat
sampai lama sekali dan hal ini mengganggu untuk merapatnya kapal ikan yang
menjadi turun.
(5) Jalan akses ke PPS Nizam Zachman, kondisi jalan masuk menuju PPS
Nizam Zachman sekarang ini sangat padat dan selalu mengalami kemacetan
karena besarnya volume lalu lintas yang sebagian besar berupa traktor dan
trailer/ kontainer, truk, bis, mobil, bajaj, becak, sepeda, ojek, gerobak dan
87
lainnya. Kapasitas lalu lintas jalan hanya cukup untuk dua jalur jalan (satu
lajur per arah) yang membahayakan para pengendara motor dan pejalan kaki.
(1) Dalam penanganan ikan agar dapat diperoleh ikan dengan mutu baik adalah
Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Propinsi DKI Jakarta serta Perum
PPS.
Satpam UPT serta personil KP3 ditambah sesuai dengan kebutuhan luas
(3) Sehubungan lahan tempat pembuangan akhir sampah di DKI Jakarta sudah
Untuk menangani problema lingkungan, dalam hal ini UPT sama sekali tidak
pihak KUD. Karena ukuran pelabuhan yang demikian luas, diperlukan waktu
88
mengendalikan pencemaran. Maka disarankan UPT berkoordinasi dengan
(4) Dalam rangka efisiensi penggunaan pelabuhan, sudah seharusnya PPS Nizam
fasilitas galangan kapal/dock melalui dana cost recovery atau bantuan proyek
luar negeri.
penghubung utama yang cukup dari dan menuju ke kawasan pelabuhan serta
jaringan jalan raya yang menghubungkan pelabuhan dengan jalan tol atau
dengan pelabuhan umum utama, dan bila diperlukan menyediakan jalur rel
pelebaran jalan di PPS Nizam Zachman sangat sulit mengingat sisi badan jalan
89
pintu keluar jalan tol Mangga Dua/Glodok dan sisi barat jalan menuju Muara
Karang dan Muara Angke, untuk memperlancar arus lalu lintas dan
mengakomodasi laju kendaraan ukuran sedang dan besar di area komplek PPS
(1993-2001, telah selesai pada tahun 2002), usulan proyek masa depan di PPS
90
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan :
S = Sinergi
K = Kontradiksi
SK = Sangat Kontradiksi
UPT mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam hal mengatur dan
91
produktif dan ekonomis (fasilitas-fasilitas komersial). Hal ini terlihat sinergi
Nizam Zachman.
Ikan (PPI).
instansi yang berada di PPS Nizam Zachman, terdapat juga beberapa tumpang
UPT mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam hal mengatur dan
92
Mengacu pada kebijakan pemerintah tersebut diatas, sampai saat ini seluruh
(Pimpinannya).
Zachman.
Tahun 2000. Hal ini mengakibatkan terjadinya tumpang tindih fungsi dan
Mengacu pada kebijakan pemerintah tersebut diatas, kondisi saat ini UPT
(3) UPT menegaskan bahwa tambat labuh adalah kegiatan non komersial,
93
berhak memungut biayanya. Hal ini mengakibatkan terjadinya tumpang
UPT tidak melakukan pengumpulan biaya tambat labuh, bila Perum sudah
biaya tambat labuh dimana Perum tidak beroperasi. Besarnya fee sesuai
ditetapkan Perum (di PPS Nizam Zachman sebesar Rp. 12.000/m). Tarif ini
(4) Dermaga tambat dan dermaga bongkar dimiliki oleh UPT, namun Perum
94
UPT. Penegakan peraturan merupakan tugas pemerintah. Dalam
merupakan tugas terpenting UPT. Pungutan jasa dengan tarif yang wajar,
dan Perum.
menerbitkan satu ijin yakni STBLKK oleh UPT. Pada tahun 1996 Dephub
Saat ini kedua Menteri menerbitkan ijin yang sama. Mereka tidak memungut
95
fee atas penerbitan ijin tersebut. Namun Dephub menarik fee dari kapal-
berikut :
Kekuatan (Strength)
industri perikanan; fasilitas fungsional meliputi TPI, pabrik es, cold storage,
dan ruang processing; dan fasilitas penunjang meliputi antara lain kantor
96
UPT, Perum, pos pelayanan terpadu, Balai Penyuluhan Nelayan, MCK,
(3) Letak geografis yang strategis karena berada pada posisi dekat dengan
(5) Pada saat musim ikan menjadi tempat persinggahan bagi nelayan dari daerah
lain.
(6) Memiliki armada penangkapan ikan yang didominasi oleh kapal motor.
Kelemahan (Weakness)
Selain faktor kekuatan yang dimiliki, terdapat faktor yang merupakan kelemahan
(2) Kuantitas dan kualitas produk masih rendah dan diversifikasi produk belum
beragam.
(6) Informasi pasar belum dikuasai dengan baik karena belum dikembangkannya
97
5.2.2 Analisis eksternal
Peluang (Opportunity)
meningkat.
(7) Kemajuan teknologi penginderaan jarak jauh (Remote sensing) dan citra
Ancaman (Threat)
Selain faktor peluang yang dimiliki, terdapat faktor yang dianggap ancaman bagi
98
(5) Menurunnya stock ikan di perairan.
meningkat.
kelemahan internal serta faktor peluang dan ancaman eksternal terhadap kinerja
Secara lengkap strategi pada matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 16
berikut :
99
Tabel 16 Strategi kinerja PPS Nizam Zachman berdasarkan faktor internal dan
eksternal
100
Berdasarkan faktor-faktor strategis kinerja PPS Nizam Zachman dianalisis
pula matriks SWOT untuk menggambarkan relasi diantara faktor-faktor yang ada.
strategi kinerja yang dikelompokkan dalam 4 strategi utama, yaitu strategi SO,
ditentukan secara garis besar strategi yang mempengaruhi kinerja PPS Nizam
101
5.3 Analisis Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Baru, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, dan Ketua
Kelembagaan PPS Nizam Zachman dapat dilihat pada Gambar 18 berikut ini :
102
Gambar 18 Grafis hasil pengolahan vertikal AHP strategi peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman
103
Berdasarkan hasil AHP didapat informasi sebagai berikut : alternatif
Zachman adalah faktor legalitas hukum. Hal ini ditunjukkan dengan nilai prioritas
yang paling tinggi legalitas hukum 40,64 %. Prioritas berikutnya adalah kinerja
104
Sasaran utama yang harus diprioritaskan dalam upaya peningkatan
terkait. Hal ini ditunjukkan dengan nilai prioritas yang paling tinggi kerjasama
antar instansi terkait 15,55 %. Prioritas berikutnya adalah kualitas SDM 14,75 %,
Pengelolaan berasal dari kata manajemen yang didefinisikan sebagai proses dari
kegiatan yang menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif guna mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Pengelolaan atau manajemen digunakan sejak masa
105
sampai dengan pengendalian (controlling) berakhirnya suatu kegiatan. Dengan
lepas dari kelembagaan pelabuhan itu sendiri yang harus sesuai dengan
secara baik yaitu adanya keterkaitan dan keharmonisan hubungan antara pengelola
pelabuhan dengan instansi terkait, pedagang, nelayan, pengolah dan buruh. Selain
UPT) menjadi Strategic Business Unit (termasuk klasifikasi Perum). Selain itu
pelabuhan perikanan.
106
perusahaan, memiliki indikator kinerja yang berorientasi pada dampak/manfaat
keberadaan pelabuhan.
Nizam Zachman saat ini menghadapi kondisi sebagai berikut 1) banyaknya kapal-
kapal yang melakukan kegiatan floating repair (perbaikan diatas air) di dermaga/
jaringan Unit Pengolah Limbah (saringan pipa tidak dipasang), 3) tata cara
bongkar muat, labuh dan lelang belum dapat diterapkan dengan baik dan benar, 4)
maka perlu ada pengaturan secara lengkap baik mengenai kedudukan, fungsi,
perlu dirinci dalam pedoman yang berisi pemahaman sederhana sehingga mudah
107
labuh dan pembongkaran ikan, 3) penimbangan, pelelangan dan pengepakan, 4)
(3) Perum Prasarana Perikanan Samudera yang berada di bawah Menteri Negara
pengguna jasa.
(4) Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Propinsi DKI Jakarta sebagai unit
(5) Instansi terkait di PPS Nizam Zachman adalah dukungan dalam rangka
108
meningkatkan keterpaduan program di pelabuhan, penyuluhan, bantuan
di pelabuhan.
Perencanaan Kinerja (Renja) Tahun 2005 PPS Nizam Zachman Jakarta, telah
terpadu.
penangkapan.
Fishing.
109
11) Pengembangan SISWASMAS.
jasa pelabuhan.
daerah tersebut.
110
5.4.3 Program Jangka Panjang (5 tahun)
ikan.
skala nasional.
perikanan.
yang telah dirumuskan dalam Renstra dan Renja Pelabuhan, alternatif kegiatan/
111
Tabel 21 Matrik alternatif kegiatan/kebijakan dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman
112
Identifikasi Hasil Penelitian Implikasi Kebijakan Penanggung Jawab Manfaat Yang
Permasalahan Diharapkan
- Penertiban dermaga, Perikanan Prop DKI
tambah labuh, dll Jakarta
- Penyediaan - Perum PPS
perbekalan
Pengelolalaan pelabuhan Peningkatan sarana dan - Peningkatan sarana Ditjen Perikanan - Peningkatan
belum optimal prasarana pelabuhan perbekalan Tangkap pengaturan dan
- Penyediaan areal pemanfaatan fasilitas
untuk docking pelabuhan
- Peningkatan sarana - Peningkatan kualitas
penanganan, produksi
pengolahan dan
pemasaran ikan
Belum tercipta pelayanan Peningkatan pelayanan - Efisiensi pelayanan - Ditjen Perikanan - Peningkatan
prima pelabuhan - Pertemuan secara Tangkap pengaturan dan
periodik dengan - UPT PPS pemanfaatan fasilitas
instansi terkait dan - Perum PPS pelabuhan
organisasi masyarakat - Peningkatan kualitas
- Membentuk jaringan produksi
sistem informasi - Peningkatan
pelabuhan koordinasi dengan
instansi terkait
113
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
(1) Secara umum operasional pelabuhan PPS Nizam Zachman saat ini adalah
Nizam Zachman.
114
peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan, dan 3) peningkatan pelayanan
pelabuhan.
6.2 Saran
tentang penanganan ikan yang baik dan perlunya sanitasi dan hygienis, 2)
prasarana pelabuhan
(3) Perlu penelitian lebih lanjut tentang tingkat pelayanan atau standar kinerja
115
DAFTAR PUSTAKA
David, F.R 1999. Strategic Management. 7th Edition. Prentice Hall International.
New Jersey. Halaman 23.
Firmansyah, 2004. Analisis Ekspor Ikan Tuna Indonesia dari Pelabuhan Perikanan
Samudera Jakarta. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Ttidak dipublikasikan.
Halaman 86.
116
Hayati, R. 2001. Strategi Peningkatan Kinerja Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Program Studi Magister
Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak
dipublikasikan. Halaman 8.
117
Suparman, A. 2004. Formulasi Strategi Pengembangan Perusahaan Umum
Prasarana Perikanan Samudera di Indonesia. Program Studi Magister
Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak
dipublikasikan. Halaman 6.
Susilowati, B. 2003. Analisis Peran Pelabuhan Perikanan dan Hubungannya
dengan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus di Pelabuhan
Perikanan Samudera Jakarta Kelurahan Penjaringan Jakarta). Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan.
Halaman 94.
Undang Undang Nomor : 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118). Jakarta. 56 halaman.
Wheelen,T.L dan J.David Hunger. 2000. Strategic Management Business Policy,
Concept and Cases. 8th Edition. Prentice Hall. Upper Saddle River.
New Jersey. Halaman 26.
118
LAMPIRAN
Lampiran 1 Mekanisme masuknya komoditas perikanan di PPS Nizam Zachman
1
DARI LAUT LAPORAN KEDATANGAN
Pemakaian KAPAL ke PPS NZ mengisi Form
jasa melapor Rangkap 2 (dua) :
kedatangan 1. Dinas Perikanan DKI Jakarta
kapal 2. Perum. PPS
EKSPOR
DARI DARAT
Pemakai jasa - PPI/TPI
mengisi form yang POS MASUK PPS NZ Rangkap 3: - Industri Perikanan/
sudah disediakan 1. UPT PPS NZ
2. Dinas Perikanan DKI Jakarta
Perusahaan Processing
PPS NZ, lalu - Kapal
menyerahkannya 3. Perum PPS
- Lain-lain
ke Petugas PPS
NZ di Pintu Masuk
119
Lampiran 2 Mekanisme pemasaran dan distribusi ikan di PPS Nizam Zachman
DARI KAPAL KE
KAPAL TUNA KAPAL
INDUSTRI PERIKANAN/PERUSAHAAN
UDANG SEGAR/ PROCESING DAN PEMBEKUAN
DIANGKUT BEKU L
LEWAT O
TRUK K
PUSAT
(DARAT) PEMASARAN PENGECER A
IKAN SEGAR L
IKAN
PENGEPAKAN
120
Lampiran 3 Mekanisme keluarnya komoditi perikanan di PPS Nizam Zachman
Keterangan :
1. a. Surat jalan dapat diberikan apabila pemilik ikan melampirkan Surat Bukti Lelang dan Surat Bukti Lainnya
b. Pelayanan surat jalan dilakukan di Kantor Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
c. Tembusan surat Jalan diberikan kepada Petugas PPS NZ di Pos Pintu Keluar PPS NZ
2. Perum PPS/Perusahaan/Perorangan yang membawa komoditi perikanan keluar kawasan PPS NZ harus menyerahkan bukti
kepemilikannya/Surat Jalan pada Petugas PPS NZ di Pos Pintu Keluar PPS NZ
121
Lampiran 4 Pelayanan ekspor di PPS Nizam Zachman
DINAS KELUAR
KANTOR BEA
UPT PPS NZ PERIKANAN KAWASAN
DAN CUKAI
DKI JAKARTA PPS NZ
Mengkoordinasikan
Pelayanan Kegiatan Mengeluarkan Mengeluarkan Dokumen
Ekspor Impor di Sertifikat Mutu Ekspor Ekspor Impor
Kawasan PPS NZ Hasil Perikanan (PEB)*
122
Lampiran 5 Inventarisasi faktor internal dan faktor eksternal
Pertanyaan dimaksudkan untuk menginventarisasi tentang faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan
ancaman) yang paling mempengaruhi kinerja Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman.
123
Lampiran 6 Keputusan Menteri Pertanian No.1082/Kpts/OT.210/10/99
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
TATA HUBUNGAN KERJA
UNIT PELAKSANA TEKNIS PELABUHAN PERIKANAN
DENGAN INSTANSI TERKAIT DALAM
PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN
MENTERI PERTANIAN,
124
6. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1016/Kpts/OT.210/-
12/1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen.
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
125
Kapal (STBLKK), Surat Izin Berlayar (SIB) dan Pengawasan Penangkapan
Ikan.
Pasal 2
Pasal 3
(1) Instansi yang terkait dalam pengelolaan pelabuhan perikanan terdiri atas :
a. UPT Pelabuhan Perikanan.
b. Perum.
c. Dinas Perikanan.
d. Kesehatan Hewan.
e. Kesehatan Pelabuhan.
f. Imigrasi.
g. Bea dan Cukai.
h. Karantina Ikan dan
i. Polri.
126
c. Dinas Perikanan mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan pembinaan teknis perikanan sesuai dengan kewenangan
Pemerintah Daerah di bidang perikanan.
d. Kantor Syahbandar mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan pengawasan yang berkaitan dengan keselamatan bagi kapal
perikanan.
e. Kantor Kesehatan pelabuhan mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melakukan penanganan dan pengawasan kesehatan di pelabuhan perikanan
antara lain meliputi pemberian vaksinasi, pengobatan yang sakit, dan
pemeriksaan yang meninggal di kapal perikanan untuk menanggulangi/
mencegah timbulnya/berjangkitnya penyakit menular.
f. Kantor Imigrasi mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan
pengawasan terhadap Anak Buah Kapal (ABK) asing yang keluar/masuk
wilayah Republik Indonesia.
g. Kantor Bea dan Cukai mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan pengawasan terhadap barang-barang muatan kapal
perikanan dari/ke luar negeri yang berkaitan dengan pabean.
h. Karantina Ikan mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan
karantina ikan baik antar area maupun antar negara.
i. Polri mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan
penanganan, penyidikan dan penanggulangan kasus-kasus kejahatan
umum/kriminal.
BAB II
Pasal 4
Pengelolaan Sarana Pokok Pelabuhan Perikanan
127
Pasal 5
Pclayanan Tambat Labuh dan Bongkat Muat
BAB III
Pasal 6
128
c. Membuat perjanjian dengan pihak ketiga atas penggunaan tanah kawasan
industri yang disewakan.
d. Memproses dan menyimpan sertifikat hak atas tanah kawasan iridustri di
lingkungan wilayah kerja pelabuhan penkanan atas nama Perum.
e. Memungut bea atas penggunaan tanah kawasan industri dari pihak ketiga,
yaitu berupa bea pembangunan (development charge) dan sewa atas tanah;
dan
f. Menerima dan mengelola penerimaan sewa atas tanah kawasan industri
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB IV
Pasal 7
PengeIolaan Sarana Fungsional
(2) Dalam hal kapasitas pengelolaan barang dan atau jasa yang dilakukan oleh
Perum belum dapat memenuhi kebutuhan pemakai jasa di pelabuhan
perikanan, Perum dapat melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dan
diketahui oleh UPT Pelabuhan Perikanan.
Pasal 8
Pengelolaan Sarana Penunjang dan Pengusahaan Barang dan atau Jasa
yang Berasal dari Pihak Ketiga
129
d. Pos Keamanan; dan
e. Penerangan jalan di luar kawasan industri.
(3) Perum dapat bekerjasama dengan pihak ketiga dalam hal penyaluran bahan-
bahan perbekalan kapal antara lain umpan, es, air, garam, BBM serta
penyediaan bahan-bahan dan atau suku cadang kapal perikanan.
BAB V
Pasal 9
Pelayanan Kapal
(1) Kapal perikanan berbendera Indonesia maupun berbendera asing yang masuk
ke pelabuhan perikanan wajib melapor ke UPT Pelabuhan Perikanan, Kantor
Syahbandar, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Kantor Imigrasi, Kantor Bea Cukai
dan Perum pada saat masuk dan atau keluar pelabuhan perikanan.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), instansi yang
dilaporkan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggungjawab:
a. UPT Pelabuhan Perikanan, melaksanakan pengawasan kapal perikanan
dan memberikan pelayanan penerbitan Surat Tanda Bukti Lapor
Kedatangan/Keberangkatan Kapal (STBLKK).
b. Kantor Syahbandar, memeriksa dan menyimpan Surat Kapal (asli) dan
Daftar Anak Buah Kapal (ABK).
c. Kantor Kesehatan Pelabuhan, melaksanakan pemeriksaan kesehatan
ABK.
d. Kantor Imigrasi, melaksanakan pemeriksaan dokumen apabila terdapat
ABK warga negara asing.
e. Kantor Bea dan Cukai, melaksanakan pemeriksaaan muatan yang
berkaitan dengan barang-barang pabean; dan
f. Perum memberikan pelayanan :
1) Perbekalan kapal dan ABK.
2) Tambat labuh.
3) Bengkel dan dok kapal; dan
4) Jasa/fasilitas/barang lainnya.
(3) Kapal yang melakukan bongkar muat hasil perikanan mendapatkan pelayanan:
a. Penyediaan tenaga dan sarana bongkar muat oleh Perum.
b. Pengawasan barang-barang pabean oleh Kantor Bea dan Cukai.
130
c. Pembinaan rnutu hasil perikanan oleh Dinas Perikanan; dan
d. Pengecekan penggunaan alat penangkapan ikan dan hasil tangkapannya
oleh UPT Pelabuhan Perikanan.
(4) Kapal yang secara khusus masuk pelabuhan perikanan untuk melakukan
perbaikan/docking wajib mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari UPT
Pelabuhan Perikanan, dan selanjutnya dilakukan :
a. Pemeriksaan kerusakan kapal oleh Syahbandar; dan
b. Pelayanan perbaikan oleh Perum.
Pasal 10
Pasar Grosir Ikan
Pasal 11
Pelaksanaan Ekspor impor
(1) Pelayanan dalam pelaksanaan ekspor impor hasil perikanan dan bahan alat
perikanan di pelabuhan perikanan meliputi :
a. Sertifikat mutu ekspor hasil perikanan dan Dinas Perikanan.
b. Dokumen ekspor impor dan Kantor Bea dan Cukai.
c. Sertifikat kesehatan ikan hidup (ekspor) dan Petugas Karantina Ikan.
d. Sertifikat kesehatan ikan hidup (impor) apabila disyaratkan negara
tujuan oleh Petugas Karantina Ikan; dan
e. Pelayanan tenaga dan sarana bongkar muat dari Perum.
131
(2) Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikoordinasikan oleh UPT
Pelabuhan Perikanan.
BAB VI
Pasal 12
Pembinaan Mutu Hasil Perikanan
Pasal 13
Penyuluhan
Pasal 14
Data dan Statistik
Pasal 15
Pengawasan Penangkapan Ikan
132
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Pengawas Penangkapan Ikan bertanggung
jawab dan memberikan laporan hasil pemeriksaannya kepada UPT
Pelabuhan Perikanan.
(3) Hasil pemeriksaan kapal perikanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
selanjutnya dilaporkan oleh Kepala UPT Pelabuhan Perikanan kepada
Direktur Jenderal Perikanan secara berkala atau sewaktu-waktu apabila
dianggap perlu.
BAB VII
Pasal 16
Pasal 17
133
(3) UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung
jawab membangun, mengembangkan, dan mengelola sarana fisik kebersihan
dan Instalasi Pengolahan Limbah.
BAB VIII
Pasal 18
(1) Pembinaan organisasi profesi, kelompok tenaga kerja dan atau serikat
pekerja serta koperasi dilakukan oleh Dinas Perikanan.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila menghadapi
permasalahan dikoordinasikan oleh UPT Pelabuhan Perikanan untuk
selanjutnya diselesaikan dengan instansi yang berwenang.
BAB IX
LAIN-LAIN
Pasal 19
BAB X
PENUTUP
Pasal 20
134
Pasal 21
Ditetapkan di : J a k a r t a
Pada tanggal : 13 Oktober 1999
MENTERI PERTANIAN,
SOLEH SOLAHUDDIN
135
Lampiran 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 23 Tahun 2000
136
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
(1) Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera, yang
selanjutnya disebut Perusahaan, adalah Badan Usaha Milik Negara
sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 9 Tahun 1969, yang
bidang usahanya berada dalam lingkup tugas dan kewenangan Menteri,
dimana seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang
dipisahkan dan tidak terbagi atas saham.
(2) Pembinaan adalah kegiatan untuk memberikan pedoman bagi perusahaan di
bidang perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dengan maksud agar
Perusahaan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara berdaya guna
dan berhasil guna serta dapat berkembang dengan baik.
(3) Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap perusahaan
dengan tujuan agar perusahaan melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
baik dan berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
(4) Pemeriksaan adalah kegiatan untuk menilai perusahaan dengan cara
membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang
seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan maupun dalam bidang
teknis operasional.
(5) Pengurusan sebagai badan usaha adalah kegiatan pengelolaan perusahaan
dalam upaya mencapai tujuan perusahaan sebagai badan usaha, sesuai
dengan kebijakan pengembangan usaha yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dan pembinaan yang digariskan oleh Menteri.
(6) Menteri Keuangan adalah Menteri yang mewakili pemerintah dalam setiap
penyertaan kekayaan negara yang dipisahkan untuk dimasukkan ke dalam
Perusahaan.
(7) Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang perikanan.
(8) Direksi adalah organ perusahaan yang bertanggung jawab atas kepengurusan
perusahaan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan serta mewakili
perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
(9) Dewan Pengawas adalah organ perusahaan yang bertugas melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan
kegiatan kepengurusan perusahaan.
137
BAB II
PENDIRIAN PERUSAHAAN
Pasal 2
Perusahaan yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1990
dilanjutkan berdirinya dan meneruskan usaha-usaha selanjutnya berdasarkan
ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
BAB III
ANGGARAN DASAR PERUSAHAAN
Bagian Pertama
Umum
Pasal 3
(1) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah Badan Usaha Milik
Negara yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan usaha-
usaha pelayanan kepada pengguna jasa pelabuhan perikanan dan usaha-
usaha lain yang berkaitan dengan perikanan.
(2) Perusahaan melakukan usaha-usaha berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan lainnya yang
berlaku.
(3) Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini,
terhadap perusahaan berlaku Hukum Indonesia.
Bagian Kedua
Tempat Kedudukan dan Jangka Waktu
Pasal 4
Perusahaan berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta.
Pasal 5
Bagian Ketiga
Sifat, Maksud dan Tujuan
Pasal 6
Sifat usaha dari Perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan
umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengurusan
perusahaan.
138
Pasal 7
Bagian Keempat
Kegiatan dan Pengembangan Usaha
Pasal 8
Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,
Perusahaan menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut :
(1) Melaksanakan usaha pelayanan umum bidang kegiatan prasarana perikanan.
(2) Menyediakan fasilitas-fasilitas yang ada kaitannya dengan program
pemerintah dalam mengembangkan industri perikanan di Indonesia.
(3) Membangun, memelihara dan mengusahakan dermaga untuk bertambat dan
bongkar muat ikan.
(4) Jasa terminal.
(5) Membantu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi nelayan/kapal yang
berkaitan dengan sarana atau prasarana pelabuhan perikanan.
(6) Mengoperasionalkan dan memberikan bantuan manajemen pengelolaan aset
pihak ketiga yang berkaitan dengan usaha perikanan.
(7) Melakukan kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya maksud dan
tujuan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, dengan persetujuan
Menteri Keuangan.
Pasal 9
139
Pasal 10
Bagian Kelima
Modal
Pasal 11
(1) Modal perusahaan merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan tidak terbagi atas saham-
saham.
(2) Besarnya modal perusahaan pada saat Peraturan Pemerintah ini diundangkan
adalah sebesar seluruh nilai penyertaan modal negara dalam perusahaan.
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
140
(2) Pengurangan penyertaan modal negara sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), tidak boleh merugikan kepentingan pihak ketiga.
Pasal 15
Semua alat-alat likuid yang tidak segera diperlukan oleh perusahaan disimpan
dalam bank sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Keenam
Pembinaan
Pasal 16
Pasal 17
Menteri Keuangan dan atau Menteri tidak bertanggung jawab atas segala akibat
perbuatan hukum yang dilakukan perusahaan dan tidak bertanggungjawab atas
kerugian perusahaan melebihi nilai kekayaan negara yang telah dipisahkan ke
dalam perusahaan, kecuali apabila :
(1) Menteri Keuangan dan atau Menteri baik langsung maupun tidak langsung
dengan itikad buruk memanfaatkan perusahaan semata-mata untuk
kepentingan pribadi.
(2) Menteri Keuangan dan atau Menteri terlibat dalam perbuatan melawan
hukum yang dilakukan perusahaan; atau
(3) Menteri Keuangan dan atau Menteri langsung maupun tidak langsung secara
melawan hukum menggunakan kekayaan perusahaan.
141
Bagian Ketujuh
Direksi
Pasal 18
(1) Kepengurusan perusahaan dilakukan oleh Direksi.
(2) Jumlah anggota Direksi paling banyak 5 (lima) orang, dan seorang
diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama.
(3) Penambahan jumlah anggota Direksi melebihi jumlah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), dilakukan dengan persetujuan Presiden.
Pasal 19
Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perorangan yang :
(1) Memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman dan
berkelakuan baik serta memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna
kemajuan perusahaan;
(2) Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit
atau tidak pernah menjadi anggota Direksi, Komisaris atau Dewan Pengawas
yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan atau Perum
dinyatakan pailit; dan
(3) Berkewarganegaraan Indonesia.
Pasal 20
(1) Antara anggota Direksi dilarang memiliki hubungan keluarga sampai derajat
ketiga baik menurut garis lurus maupun garis ke samping, termasuk
hubungan yang timbul karena perkawinan.
(2) Jika hubungan keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terjadi
sesudah pengangkatan anggota Direksi, maka anggota Direksi tersebut harus
mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan untuk dapat
melanjutkan jabatannya.
(3) Permohonan kepada Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) diajukan dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak
terjadinya hubungan keluarga.
(4) Anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dapat melanjutkan
jabatannya sampai dikeluarkannya keputusan Menteri Keuangan bagi
anggota Direksi tersebut mengenai dapat atau tidak dapat melanjutkan
jabatan.
(5) Keputusan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)
diberikan dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak
permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diajukan.
142
(6) Dalam hal keputusan Menteri Keuangan belum dikeluarkan dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (5), Menteri Keuangan dianggap
memberikan keputusan bahwa anggota Direksi dapat melanjutkan
jabatannya.
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
(1) Anggota Direksi dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya oleh
Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Menteri, apabila
berdasarkan kenyataan anggota Direksi :
a. Tidak melaksanakan tugasnya dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dan atau
ketentuan Peraturan Pemerintah ini;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan perusahaan;
d. Dipidana penjara karena melakukan perbuatan pidana kejahatan dan atau
kesalahan yang bersangkutan dengan kepengurusan perusahaan.
(2) Keputusan pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a, huruf b dan huruf c diambil setelah yang bersangkutan diberi
kesempatan membela diri.
(3) Pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan secara
tertulis dan disampaikan kepada Menteri Keuangan dalam jangka waktu 1
(satu) bulan terhitung sejak anggota Direksi yang bersangkutan diberitahu
secara tertulis oleh Menteri Keuangan tentang rencana pemberhentian
tersebut.
143
(4) Selama rencana pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) masih
dalam proses, maka anggota Direksi yang bersangkutan dapat melanjutkan
tugasnya.
(5) Jika dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penyampaian
pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) Menteri Keuangan
tidak memberikan keputusan pember-hentian anggota Direksi tersebut, maka
rencana pemberhentian tersebut menjadi batal.
(6) Pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d,
merupakan pemberhentian tidak dengan hormat.
(7) Kedudukan sebagai anggota Direksi berakhir dengan dikeluarkannya
keputusan pemberhentian oleh Menteri Keuangan.
Pasal 24
144
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (5) huruf a tidak
berwenang mewakili perusahaan apabila :
(1) Terjadi perkara di depan pengadilan antara perusahaan dengan anggota
Direksi yang bersangkutan.
(2) Anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang
bertentangan dengan kepentingan perusahaan.
145
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
(1) Rencana Jangka Panjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1)
huruf f, sekurang-kurangnya memuat :
a. Evaluasi pelaksanaan Rencana Jangka Panjang sebelumnya.
b. Posisi perusahaan pada saat perusahaan menyusun Rencana Jangka
Panjang.
c. Asumsi-asumsi yang dipakai dalam penyusunan Rencana Jangka
Panjang.
d. Penetapan sasaran, strategi, kebijakan dan program kerja Rencana
Jangka Panjang beserta keterkaitan antara unsur-unsur tersebut.
(2) Rancangan Rencana Jangka Panjang yang telah ditandatangani bersama
dengan Dewan Pengawas disampaikan kepada Menteri Keuangan melalui
Menteri, untuk disahkan.
(3) Pengesahan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilakukan setelah dibahas bersama dengan Menteri.
Pasal 31
146
(3) Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) disahkan oleh Menteri Keuangan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari setelah tahun anggaran berjalan.
(4) Dalam hal Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan belum disahkan oleh
Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka Rencana
Kerja dan Anggaran Perusahaan tersebut dianggap sah untuk dilaksanakan
sepanjang telah memenuhi ketentuan tata cara penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Perusahaan.
(5) Kewenangan pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilimpahkan oleh Menteri
Keuangan kepada Menteri.
Bagian Kedelapan
Dewan Pengawas
Pasal 32
(1) Pada Perusahaan dibentuk Dewan Pengawas.
(2) Jumlah anggota Dewan Pengawas disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5 (lima) orang,
seorang diantaranya diangkat sebagai Ketua Dewan Pengawas.
(3) Dewan Pengawas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas untuk kepentingan dan tujuan perusahaan.
Pasal 33
Yang dapat diangkat sebagai Dewan Pengawas adalah orang perorangan yang :
(1) Memiliki dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen perusahaan dan
dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya; dan
(2) Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit
atau menjadi anggota Direksi, Komisaris atau Dewan Pengawas yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan, Perum dinyatakan pailit.
Pasal 34
Pasal 35
147
Pasal 36
Pasal 37
Pasal 38
148
a. Melaksanakan pengawasan terhadap pengurusan perusahaan yang
dilakukan oleh Direksi.
b. Memberi nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan kegiatan
pengurusan Perusahaan.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a termasuk
pengawasan terhadap pelaksanaan :
a. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan.
b. Ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
c. Kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan pedoman yang
disusun oleh Menteri.
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 39
Pasal 40
149
(7) Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini atau Keputusan Rapat
Pembahasan Bersama, melakukan tindakan pengurusan perusahaan dalam
hal Direksi tidak ada; dan
(8) Memberhentikan sementara Direksi, dengan menyebutkan alasannya
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
Semua biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas Dewan Pengawas
dibebankan kepada perusahaan dan secara jelas dimuat dalam Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan.
Pasal 44
Bagian Kesembilan
Penetapan Tarif
Pasal 45
Atas usul Direksi, Menteri menetapkan tarif bagi jasa dan fasilitas-fasilitas
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
150
Bagian Kesepuluh
Satuan Pengawasan Intern
Pasal 46
(1) Satuan Pengawasan Intern melaksanakan pengawasan intern keuangan dan
operasional perusahaan.
(2) Satuan Pengawasan Intern sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin
oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
Bagian Kesebelas
Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Pasal 51
Tahun buku Perusahaan adalah tahun takwim, kecuali jika ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan.
151
Pasal 52
Pasal 53
Dalam waktu 5 (lima) bulan setelah tahun buku perusahaan ditutup, Direksi wajib
menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1)
huruf l kepada Menteri Keuangan dan Menteri, yang memuat sekurang-
kurangnya:
(1) Perhitungan Tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru
lampau dan perhitungan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan serta
penjelasan atas dokumen tersebut.
(2) Laporan mengenai keadaan dan jalannya perusahaan serta hasil yang telah
dicapai.
(3) Kegiatan utama Perusahaan dan perubahan selama tahun buku.
(4) Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi
kegiatan perusahaan.
(5) Nama anggota Direksi dan Dewan Pengawas; dan
(6) Gaji dan tunjangan lain bagi anggota Direksi dan Dewan Pengawas.
Pasal 54
(1) Laporan Tahunan ditandatangani oleh semua anggota Direksi dan Dewan
Pengawas serta disampaikan kepada Menteri Keuangan dan Menteri.
(2) Dalam hal ada anggota Direksi atau Dewan Pengawas tidak menandatangani
Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus disebutkan
alasannya secara tertulis.
Pasal 55
152
(5) Perhitungan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diumumkan
dalam surat kabar harian.
Pasal 56
Pasal 57
(1) Laporan berkala baik laporan triwulan, laporan semester maupun laporan
lainnya tentang kinerja perusahaan disampaikan kepada Dewan Pengawas.
(2) Tembusan laporan berkala sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
disampaikan kepada Menteri Keuangan dan Menteri.
Pasal 58
Bagian Keduabelas
Pegawai Perusahaan
Pasal 59
Pasal 60
Bagi perusahaan tidak berlaku segala ketentuan eselonisasi jabatan yang berlaku
bagi Pegawai Negeri.
153
Bagian Ketigabelas
Penggunaan Laba
Pasal 61
(1) Setiap tahun buku, perusahaan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba
bersih untuk cadangan tujuan, penyusutan dan pengurangan lainnya yang
wajar.
(2) Empat puluh lima persen (45 %) dari sisa penyisihan laba bersih
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipakai untuk :
a. Cadangan umum yang dilakukan sampai cadangan mencapai sekurang-
kurangnya 2 (dua) kali lipat dari modal yang ditempatkan.
b. Sosial dan pendidikan.
c. Jasa produksi.
d. Sumbangan dana pensiun; dan
e. Sokongan dan sumbangan ganti rugi.
(3) Penetapan persentase pembagian laba bersih Perusahaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Keuangan.
Pasal 62
Bagian Keempatbelas
Ketentuan Lain-lain
Pasal 63
Tata cara penjualan, pemindahtanganan atau pembebanan atas aktiva tetap
Perusahaan serta penerimaan pinjaman jangka menengah/ panjang dan pemberian
pinjaman dalam bentuk dan cara apapun serta tidak menagih lagi dan
menghapuskan dari pembukuan piutang dan persediaan barang oleh perusahaan
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Pasal 64
Pengadaan barang dan jasa perusahaan yang menggunakan dana langsung dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pasal 65
(1) Selain organ Perusahaan, pihak lain manapun dilarang turut mencampuri
pengurusan perusahaan.
154
(2) Organ perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah Direksi dan
Dewan Pengawas.
(3) Departemen/instansi pemerintah tidak dibenarkan membebani perusahaan
dengan segala bentuk pengeluaran.
(4) Perusahaan tidak dibenarkan membiayai keperluan pengeluaran departemen/
instansi pemerintah.
Pasal 66
Pasal 67
(1) Anggota Direksi dan semua pegawai perusahaan yang karena tindakan-
tindakan melawan hukum menimbulkan kerugian bagi perusahaan,
diwajibkan mengganti kerugian tersebut.
(2) Ketentuan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terhadap
anggota Direksi diatur oleh Menteri Keuangan, sedangkan terhadap pegawai
Perusahaan diatur oleh Direksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 68
Semua surat dan surat berharga yang termasuk kelompok pembukuan dan
administrasi perusahaan disimpan di tempat perusahaan atau tempat lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 69
155
Pasal 70
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 71
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 72
Pasal 73
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 April 2000
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ABDURRAHMAN WAHID
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 7 April 2000
Pj. SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BONDAN GUNAWAN
156
Lampiran 8 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.26I/MEN/
2001
KEPUTUSAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR : KEP. 26 I/MEN/2001
TENTANG
157
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952).
8. Keputusan Presiden Nomor 234/M Tahun 2000
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden
Nomor 289/M Tahun 2000.
9. Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 37
Tahun 2001.
10. Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 tentang
Susunan Organisasi dan Tuga Departemen sehagaimana
telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 38 Tahun
2001.
11. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.
01/MEN/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kelautan dan Perikanan.
MEMUTUSKAN :
BAB I
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 1
(1) Pelabuhan perikanan adalah unit pelaksana teknis Departemen Kelautan dan
Perikanan di bidang prasarana pelabuhan perikanan yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.
(2) Pelabuhan perikanan dipimpin oleh seorang Kepala.
Pasal 2
158
Pasal 3
Bagian Kedua
Pasal 4
Pasal 5
159
BAB II
SUSUNAN ORGANISASI
Bagian Pertama
Pelabuhan Perikanan Samudera
Pasal 6
Pelabuhan Perikanan Samudera yang belum diusahakan terdiri dari :
(1) Bidang Pengusahaan.
(2) Bidang Tata Operasional.
(3) Bagian Tata Usaha.
(4) Kelompok Jabtan Fungsional.
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
160
sarana dan prasarana pelabuhan perikanan, pengendalian lingkungan,
koordinasi urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan kebersihan.
(2) Seksi Pelayanan dan Pengembangan Usaha mempunyai tugas melakukan
pelayanan jasa, fasilitas usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat
perikanan, koordinasi peningkatan produksi dan pemasaran hasil perikanan.
Pasal 11
Pasal 12
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Bidang Tata
Operasional menyelenggarakan fungsi :
(1) Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan.
(2) Fasilitasi pemasaran dan distribusi hasil perikanan, pengumpulan,
pengolahan, penyajian data dan statistik perikanan serta pengembangan dan
pengelolaan sistem informasi dan publikasi perikanan.
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
161
Pasal 16
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Bagian Tata
Usaha menyelenggarakan fungsi :
(1) Pelaksanaan administrasi keuangan.
(2) Pelaksanaan administrasi kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan,
rumah tangga, pelaporan, dan pengelolaan administrasi pelayanan
masyarakat perikanan.
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
162
(1) Penyusunan rencana dan pelaksanaan pembangunan, pengembangan,
pemeliharaan, pendayagunaan sarana dan prasarana, pengendalian
lingkungan, koordinasi urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan
kebersihan kawasan pelabuhan perikanan.
(2) Pelayanan jasa, fasilitasi usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat
perikanan, koordinasi peningkatan produksi dan pemasaran hasil perikanan,
serta dan pengendalian lingkungan.
Pasal 22
Pasal 24
Pasal 25
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Bidang Tata
Operasional menyelenggarakan fungsi :
(1) Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan.
(2) Fasilitasi pemasaran dan distribusi hasil perikanan, pengumpulan,
pengolahan, penyajian data dan statistik perikanan serta pengembangan dan
pengelolaan sistem informasi dan publikasi perikanan.
Pasal 26
163
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Bagian Tata
Usaha menyelenggarakan fungsi :
(1) pelaksanaan administrasi keuangan.
(2) pelaksanaan administrasi kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan,
rumah tangga, pelaporan, dan pengelolaan administrasi pelayanan
masyarakat perikanan.
Pasal 30
Pasal 31
Bagian Kedua
Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pasal 32
Pelabuhan Perikanan Nusantara yang belum diusahakan terdiri dari :
(1) Seksi Tata Pengusahaan.
(2) Seksi Tata Pelayanan.
164
(3) Subbagian Tata Usaha.
(4) Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
165
Pasal 38
Pasal 39
BAB III
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 40
Pasal 41
BAB IV
TATA KERJA
Pasal 42
166
lingkungan pelabuhan perikanan serta dengan instansi lain di luar pelabuhan
perikanan sesuai tugas masing-masing.
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Setiap laporan yan diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahan, wajib
diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk
rnemberikan petunjuk kepada bawahan.
Pasal 47
BAB V
NAMA, JENIS, DAN LOKASI
Pasal 49
167
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 50
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 51
Pasal 52
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Mei 2001
ttd
SARWONO KUSUMAATMADJA
ttd
Narmoko Prasmadji
168
Lampiran : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.261/MEN/
2001 tentang Organisasi Pelabuhan Perikanan
ttd
SARWONO KUSUMAATMADJA
ttd
Narmoko Prasmadji
169
STRUKTUR ORGANISASI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA YANG DIUSAHAKAN
KEPALA
BAGIAN
TATA USAHA
SUBBAGIAN SUBBAGIAN
KEUANGAN UMUM
170
STRUKTUR ORGANISASI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA YANG BELUM DIUSAHAKAN
KEPALA
BAGIAN
TATA USAHA
SUBBAGIAN SUBBAGIAN
KEUANGAN UMUM
171
STRUKTUR ORGANISASI
PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA YANG DIUSAHAKAN
KEPALA
SUBBAGIAN
TATA USAHA
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
172
STRUKTUR ORGANISASI
PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA YANG BELUM DIUSAHAKAN
KEPALA
SUBBAGIAN
TATA USAHA
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
173