Você está na página 1de 5

Dampak Pernikahan Dibawah Umur Terhadap Masa

Depan Remaja
Doni Saputra
Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya
E-mail: donimci12@gmail.com
Abstrak:

Pernikahan dibawah umur (underage marrige)merupakan


suatu pernikahan yang dilakukan oleh seseorang yang
belum mencukupi usianya untuk melakukan pernikahan.
Maksud dari umur belum mencukupi karena masih
berkisaran 10-17 tahun. Biasanya pernikahan dibawah
umur banyak mengalami kendala dan masalha didalamnya
karena diusia yang realtif muda seseorang masih
dibilang labil dan egois dalam menyelesaikan masalah.
Itu sebabnya seseorang yang berkisaran 10-19 masih
banyak butuh perhatihan dan bimbingan dalam menjalani
kehidupan kedepannya dan dalam mencari jati dirinya.
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk
mengenalkan pada masyarakat luas mengenai dampak
pernikahan usia dini terhadap kehidupan remaja.
Pembahasan yang dituliskan meliputi penjelasan faktor
pernikahan usia dini, dampak pernikahan usia dini,
sekaligus upaya yang harus dilakukan untuk mencegah
terlaksananya pernikahan usia dini. Kesimpulannya,
yaitu perlu adanya kesadaran terhadap dampak dari
adanya pernikahan dibwah umur ini, karena dengan begitu
kita dapat mengurangi dampak yang lebih lagi untuk
generasi yang akan datang.

Kata kunci: pernikahan dibawah umur, orang tua, adat


istiadat, kebiasaan

A. Pendahuluan
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan dibawah umur adalah
pernikahan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan bisa juga keduanya yang
belum mencapai usia diatas 19 tahun. Pernikahan dibawah banyak sekali terjadi di
negeri kita ini. Padahal kita sudah tahu bahwa diusia sekitar 10-19 tahun anak masih
memiliki hak untuk mengeyam pendidikan yang sangat penting untuk kehidupannya
maupun kehidupan bangsa dan negara karena masa depan bangsa ini sangat bergantung
dengan generasi penerus bangsa. Maka dari itu orang tua harus pintar-pintar dalam
memantau perkembangan anak. Bukannya disuruh menikah muda. Karena salah faktor
pernikahan dibawah umur adalah dorongan dari orang tuanya sendiri.
Berarti dalam kontesk tersebut orang tua telah melanggar hak asasi manusia yang
seharusnya didapat oleh anaknya yaitu merasakan masa remajanya dan mencapai cita-
cita namun terhalang karena harus menuruti keinginan dari orang tuanya. Seperti yang
dikatakan oleh Sofia Hardani dalam jurnalnya yang berkenaan dengan batas umur
untuk melangsungkan perkawina menurut perundangan- undangan yang mengatakan
bahwa Di dalam Bab I pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 disebutkan tentang definisi dan
tujuan perkawinan, yaitu perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau
rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.10
Banyak faktor yang harus diperhatikan untuk dapat terwujudnya keluarga yang bahagia
dan kekal tersebut, antara lain adalah kesiapan dan kematangan calon suami maupun
istri untuk berumah tangga. Kesiapan dan kemantangan ini mencakup fisik, mental, dan
material. Sehubungan dengan hal tersebut, UndangUndang Nomor 1 tahun 1974
tentang Perkawinan di Indonesia telah merumuskan p rinsip-prinsip perkawinan,
diantaranya adalah calon suami dan calon istri haruslah telah masak jiwa raganya
untuk dapat melangsungkan perkawinan agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan
dengan baik tanpa berpikir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan
1
sehat .

B. Faktor Pendorong Terjadinya Pernikahan Dibawah Umur


Banyak sekali faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dibawah umur yang
terjadi di negeri kita indonesia yang bertentangan dan HAM. Hal yang paling umum
yang mendorong terjadinya pernikahan dibawah umur yaitu dorongan dibawah umur
terutama didaerah pendalaman diindonesia. Biasanya ditentukan oleh hukum adat yang
dipatuhi didaerah tersebut, seperti:
1) Persetujuan Calon Mempelai Menurut hukum adat setiap pribadi walaupun sudah
dewasa tidak bebas menyatakan kehendaknya untuk melakukan pernikahan tanpa
persetujuan orang tua atau kerabatnya. Dalam lingkungan, masyarakat adat perkawinan
yan akan dilangsungkan dapat terjadi berdasarkan peminangan dan persetujuan orang
tua, wali atau kerabat kedua belah pihak selain persetujuan calon mempelai itu sendiri.
Namun jika terjadi penolakan pernikahan dari orang tua atau adanya lamaran dari salah
satu pihak ditolak atau dikarenakan sebab lain misalnya karena si wanita sudah hamil,
maka dapat berakibat terjadinya kawin lari. Namun terjadinya kawin lari itu tidak
berarti akan melaksanakan pernikahan itu sendiri tanpa pengetahuan dan campur tangan
orang tua, terutama orang tua pihak laki-laki harus berusaha menyelesaikan peristiwa
ini secara damai dengan orang tua pihak perempuan melalui jalur hukum adat yang
berlaku. Namun dimasa sekarang pada keluarga-keluarga yang sudah maju, karena
perkembangan pendidikan dan bertambah luasnya pengalaman dan pergaulan, sikap
tindak orang tua lebih banyak mengalah pada kehendak dan pilihan anak-anaknya
untuk berumah tangga.
2) Batas Umur Pernikahan Menurut Hilman Hadikusuma (1990 : 46) hukum adat pada
umumnya tidak mengatur tentang batas umur untuk melangsungkan pernikahan. Hal
mana berarti hukum adat membolehkan pernikahan semua umur. Kedewasaan
seseorang di dalam hukum adat diukur dengan tandatanda fisik, apabila anak wanita
sudah haidh (datang bulan), buah dada menonjol, berarti ia sudah dewasa. Bagi anak
pria ukurannya hanya dilihat dari perubahan suara, fisik, sudah mengeluarkan air mani
atau sudah mempunyai nafsu seks.
3) Perjanjian Pernikahan Perjanjian dalam pernikahan mempunyai atau mengandung
tiga karakter yang khusus yaitu:
1. Pernikahan tidak dapat dilakukan tanpa unsur sukarela dari kedua belah pihak.
2. Kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan) yang mengikat persetujuan
pernikahan itu saling mempunyai hak untuk memutuskan perjanjian tersebut.
3. Persetujuan pernikahan itu mengatur batas-batas hukum mengenai hak dan
kewajiban masing-masing pihak (Soemyati, 1982 : 10).
Selain hal diatas yang mendorong terjadi pernikahan dibawah umur seperti faktor
pendidikan, ekonomi, keluarga dan adat istiadat.
a. Faktor ekonomi
Beban ekonomi yang dialami oleh keluarga biasanya menjadi pendorong kuat
orang tua untuk cepat-cepat menikahkan anaknya, mereka berpikir beban ekonomi
akan berkurang, karena anak perempuan yang sudah menikah akan menjadi
tanggungjawab suaminya dan segala beban hidup sudah dilimpahkan kesuami.
Pengeluaran dalam rumah tangga pun akan berkurang. Banyak sekali kejadian
tersebut kita jumpai diperdesaan, mereka sering menikahkan anaknya untuk
menaikan derajat keluarganya supaya bisa hidup lebih mapan.
b. Faktor pendidikan
Rendahnya pendidikan dan pengetahuan orang tua, yang menyebabkan cenderung
menikahkan anaknya diusia dini tampa diiringi dengan pemikiran yang matang
disebabkan olehbebagai macam permasalahan yang sedang dialami oleh keluarga
tersebut.2
C. Dampak Pernikahan Dibawah Umur
Segala yang kita lakukan didunia ini pasti akan memiliki dampak bagi diri kita
maupun terhadap orang lain. Baik itu dampak yang bersifat positif maupun dampak
yang sifatnya negatif dan bisa juga keduanya. Seperti halnya pernikahan dibawah umur
memiliki dampak yang akan terjadi bagi yang menjalaninya. Berikut dampak-dampak
yang akan terjadi jika melakukan pernikahan dibawah ini diantaranya:
1. Dampak positif
- Anak dapat memperingan beban orang tua dari segi ekonomi, karena jika si anak
sudah menikah maka tanggung jawab orang tuia dalam memberi nafkah sudah
beralih kepada suaminya.
- Dapat membahagiakan orang tua karena anak menikah dengan keinginan hati dan
kehendak mereka sendiri tanpa ada unsur paksaan dan tekanan dari siapapun.
Kekhawatiran orang tua terhadapa anaknya menjadi perawan tua atau jejaka tua
tidak akan terjadi pada anaknya.
- Akan terhindar pula perbuatan zina yang menyebabkan hamil diluar nikah dan
gosip yang menyebar dikalangan masyarakat yang akan membuat buruk nama
keluarga.
- Kesempatan untuk melahirkan dan mempunyai anak memiliki waktu lebiih
panjang daripada yang terlambat menikah atau yang menikah diusia yang benar-
benar siap fisik maupun mental
2. Dampak negatif
- Adanya tergantungan anak terhadap orang tua dalam memenuhi kebutuhan rumah
tangga, baik itu dalam segi materi maupun non materi yang belum ada kesiapan
mental dalam menerima kenyataan yang dihadapi dalam menjalani prakara rumah
tangga.
- Masih kurang matangnya kepribadian anak adalam bersosialisasi dalam kehidupan
masyarakat yang akan dihadapinya selama berumah tangga.
- Jikalau anak tersebut mulai mengandung maka akan mengganggu pertumbuhan
seorang ibu, karena belum ada kesiapan fisik maupun mental untuk menerima
kenyataan yang dihadapi.
- Dalam kacamata kedokteran atau ilmu kedokteran, pernikahan yang dilakukan
diusia yang relatif muda disaat kondisi anak tersebut masih lemah dan belum siap
unutuk melahirkan. Biasanya dalam kondisi seperti itu sangat rawan dan dapat
menimbulkan masalah.3

D. Upaya Pencegahan

1. Sebaiknya diberikan pemahaman kepada orang tua tentang persepsi terhadap


pernikahan dini bahwa menikahkan anak pada usia dini tidak selalu meringankan beban
ekonomi orang tua.
2. Sebaiknya diberikan sosialisasi mengenai Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun
1974 kepada orang tua dan aparat desa yang bekerjasama dengan Pemerintah Daerah
Setempat.
3. Sebaiknya diberikan pemahaman tentang kebiasaan-kebiasaan yang kurang sesuai
dengan tujuan pernikahan.
4. Sebaiknya diberikan pemahaman mengenai dampak-dampak yang akan timbul dari
pernikahan dini, supaya pola pikir masyarakat yang masih tradisional menjadi logis dan
realistis terhadap pernikahan.

E. Kesimpulan
Pernikahan dibawah umur (underage marrige)merupakan suatu pernikahan yang
dilakukan oleh seseorang yang belum mencukupi usianya untuk melakukan pernikahan.
Maksud dari umur belum mencukupi karena masih berkisaran 10-17 tahun. Biasanya
pernikahan dibawah umur banyak mengalami kendala dan masalha didalamnya karena
diusia yang realtif muda seseorang masih dibilang labil dan egois dalam menyelesaikan
masalah. selain itu masih banyak lagi dampak yang akan dialami oleh anak dan
keluarga yang akan dihadapi seperti masalah ekonomi, sosial, dan kesehatan dan masih
banyak lagi. Dan bimbingan atau pengarahan tentang masalah pernikahan dibawah
umur sangat penting dilakukan terutama untuk masyarakat awam yang belum
mengetahuinya.
1
Hardani sofia, Analisis Tentang Batas Umur Untuk Melangsungkan Perkawinan
Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia (jurnal pemikiran islam,vol 40, No 2, juli-
agustus 2015).
2
Sardi Beteq, Faktor-Faktor Pendorong Pernikahan Dini Dan Dampaknya Didesa
Mahaj Baru Kecamatan Sungai Kabupaten Malinau (ejurnal sosiatri-sosiologi, vol 4 no
3 tahun 2016).
3
Nurhidayatuloh dan Leni Marlina, Perkawinan Dibawah Umur Perspektif HAM
(Jurnal Al-Mawarid Volume XI Nomor 2,September-Januari 2011).

Daftar Pustaka

Hardani sofia, Analisis Tentang Batas Umur Untuk Melangsungkan Perkawinan


Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia (jurnal pemikiran islam,vol 40, No
2, juli-agustus 2015).
Nurhidayatuloh dan Leni Marlina, Perkawinan Dibawah Umur Perspektif HAM (Jurnal
Al-Mawarid Volume XI Nomor 2,September-Januari 2011).
Sardi Beteq, Faktor-Faktor Pendorong Pernikahan Dini Dan Dampaknya Didesa
Mahaj Baru Kecamatan Sungai Kabupaten Malinau (ejurnal sosiatri-sosiologi,
vol 4 no 3 tahun 2016).
Undang-Undang Hukum Perkawinan di Indonesia Nomor 1. 1947.

Você também pode gostar