Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstrak
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai angka keberhasilan pada ablasi ethanol
(EA) yang dipandu ultrasonografi dari nodul tiroid jinak predominan padat dan untuk menilai
ultrasonografi colour Doppler dalam memprediksi kesuksesannya.
Metode Penelitian
Dari bulan Januari 2008 sampai Juni 2009, 30 nodul tiroid predominan padat pada 27
pasien didaftarkan ke dalam penelitian. Perbedaan angka kesuksesan dari EA dinilai
berdasarkan vaskularitas nodul, ukuran nodul, rasio komponen kista, jumlah injeksi ethanol,
derajat pewarnaan-echo intranodular setelah injeksi ethanol, dan jumlah sesi EA.
Hasil Penelitian
Pada pemeriksaan ultrasonografi ulang setelah dilakukan EA untuk terapi nodul tiroid,
16 nodul menunjukkan respon yang sangat baik (90% atau lebih terjadi penurunan volume)
dan 2 nodul menunjukkan respon yang baik (50-90% terjadi penurunan volume) pada
pemeriksaan ulang ultrasonografi. Bagaimanapun juga, 5 nodul menunjukkan respon
inkomplit (10-15% penurunan volume) dan 7 nodul menunjukkan repon yang buruk (kurang
dari sama dengan 10% penurunan volume). Analisis statistik menunjukkan hubungan
signifikan dari vaskularitas nodul (p=0,002) dan derajat pewarnaan-echo internodular setelah
injeksi ethanol (p=0,003) dengan hasil yang sukses; bagaimanapun juga tidak terdapat
hubungan yang ditemukan pada ukuran nodul, rasio komponen kista, jumlah infus ethanol,
dan jumlah sesi EA. Tidak ada komplikasi serius yang ditemukan selama atau setelah EA.
Kesimpulan
Angka kesuksesan dari EA sebesar 60%, dan vaskularitas nodul dan pewarnaan-echo
internodular setelah injeksi ethanol pada ultrasonografi colour Doppler berguna untuk
memprediksi angka kesuksesan dari EA untuk nodul tiroid jidak predominan padat.
Pendahuluan
Livraghi et al menggunakan Ablasi Ethanol (EA) pada terapi nodul tiroid hiperfungsi;
EA sudah sejak awalnya ditemukan sebagai terapi lini pertama untuk nodul kista tiroid jinak,
dan dipertimbangkan sebagai alternatif yang tepat untuk pemeriksan klinis ulang, terapi
radioiodine atau bedah tiroid untuk terapi nodul tiroid fungsi autonomik (AFTNs) atau nodul
toksik. Keuntungan dari EA termasuk risikonya yang rendah, biaya rendah, kepraktisan di
klinik, dan penggunaan yang mudah. Bagaimanapun juga, terapi radioiodine dan bedah masih
menjadi pilihan terapi untuk nodul tiroid toksik luas.
Mengikuti penggunaan awal dari EA pada terapi nodul kista tiroid jinak, banyak
penelitian melaporkan keberhasilan yang cukup besar dari EA pada terapi nodul kista tiroid
jinak dan kista nodul berulang. Bagaimanapun juga, data yang dipublikasikan yang berkaitan
dengan EA dari nodul tiroid padat menunjukkan hasil yang bervariasi, tergantung kepada
ukuran nodul, volume ethanol yang ditanamkan, dan keberadaan nodul toksik. Oleh karena
itu penggunaan EA pada terapi nodul tiroid padat masih terbatas dan menjadi perdebatan
mengenai keberhasilan dan indikasi klinisnya. Beberapa penelitian sudah mencoba untuk
menentukan faktor-faktor yang mungkin menjadi prediktor dari keefektifan EA pada AFTNs
atau nodul toksik. Penelitian tersebut menemukan bahwa volume nodul awal dan keberadaan
komponen kista membuat lebih dari 30% dari total volume sebagai faktor penting dalam
memprediksi respon positif terhadap EA. Kendatinya, EA jarang dipilih untuk terapi nodul
tiroid padat dibandingkan dengan pilihan pemeriksaan klinis, terapi radioiodine sataupun
bedah. Identifikasi faktor yang menunjang dalam memprediksi secara akurat dari
keberhasilan EA dalam terapi nodul toksik padat dapat berdampak pada lebih seringnya
penggunaan klinis dari EA. Sepengetahuan peneliti, tidak ada penelitian yang memungkinkan
untuk dilakukan sampai saat ini dari ultrasonografi colour Doppler untuk memprediksi
keberhasilan EA dalam nodul tiroid predominan padat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi dari angka keberhasilan
EA untuk nodul tiroid jinak predominan padat dan untuk menilai ultrasonografi colour
Doppler dalam memprediksi keberhasilannya.
Metode dan Bahan Penelitian
Pasien
Penelitian ini telah disetujui oleh dewan peninjau institusi. Dari bulan Januari 2008
sampai bulan Juni 2009, 27 pasien yang mengeluh teraba massa di leher depan dan yang
memilih menjalani EA setelah rekomendasi untuk dilakukan EA dimasukkan ke dalam
penelitian. Peneliti secara simultan mengobati dua nodul pada tiap nodul tiga pasien. Seorang
radiolog melakukan EA dari 30 nodul tiroid jinak predominan padat (yang didefiniskan
sebagai nodul dengan komponen kista yang terdiri kurang dari 50% dari total volume) pada
27 pasien (19 wanita, 8 pria; usia berkisar antara 16-62 tahun; rerata usia 38 tahun). Tidak ada
nodul tiroid yang menunjukkan malignansi pada temuan ultrasonografi sebelum dilakukan
EA, dan tiap nodul dikonfirmasi sebagai nodul jinak setelah sesi pertama atau kedua dari
aspirasi biopsi dengan jarum halus yang dipandu ultrasonografi. Untuk menghindari
kemungkinan ketidaksengajaan pengobatan karsinoma folikular dan neoplasma folikular
setelah aspirasi, sitologi ditiadakan. Tidak ada pasien yang memiliki riwayat penyakit tiroid
diffuse dan semua pasien memiliki kadar normal hormon tiroid serum, tirotropin, dan level
antibodi peroksidase tiroid sebelum menjalani EA, kecuali tiga pasien dengan kadar tirotropin
serum yang rendah. Hormon tiroid serum (total triidothyrotropin; kadar normal 80-200
ng/dl), tiroksin bebas (kadar normal 0,93-1,71 ng/dl), tirotropin (kadar normal 0,27-4,20 IU),
dan antibodi peroksidasi tiroid (kadar normal 0-35 IU) diukur dengan immunoassay
chemiluminescent (Modular E170; Roche, Mannheim, Germany). Scintiscan rutin tidak
dilakukan dalam penelitian ini. Volume nodul dihitung dengan cara formula ellipsoid (lebar x
panjang x tinggi x 0,52).
Ultrasonografi Ulangan
Volume nodul dihitung selama ultrasonografi terakhir sebelum EA dan selama
pemeriksaan ulang ultrasonografi tiroid terakhir setelah EA. Perbedaan pada volume nodul
digunakan sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan atau kegagalan dari EA sebagai
pengobatan untuk nodul tiroid. Faktor lain adalah ketiadaan, atau pengurangan nyata dari
vaskularitas nodul. Hasil dari EA diklasifikasikan sebagai berikut, berdasarkan penurunan
volume nodul dan vaskularitas nodul: respon buruk (10% penurunan volume, tanpa
memperhatikan vaskularitas nodul), respon inkomplit (10-50% penurunan volume, tanpa
memperhatikan vaskularitas nodul), respon baik (50-90% penurunan volume dan penurunan
vaskularitas), dan respon unggul (90% penurunan volume dan penurunan vaskularitas).
Pada ultrasonograsi colour Doppler, vaskularitas nodul pada hari yang sama dilakukan
ultrasonografi, sesaat sebelum injeksi ethanol, dan saat ultrasonografi ulangan terakhir setelah
EA dibandingkan. Dan juga, volume nodul diukur pada hari yang sama dengan ultrasonografi
sesaat sebelum injeksi ethanol dan saat ultrasonografi ulangan terakhir setelah EA juga
dibandingkan. Lebih jauh lagi, angka keberhasilan EA dibandingkan pada ukuran nodul, rasio
komponen kista, jumlah ethanol yang dimasukkan, derajat pewarnaan echo intranodular
dengan injeksi ethanol, dan jumlah sesi EA. Pewarnaan echo intranodular kurang lebih dinilai
saat ultrasonografi setelah dilakukan EA dan diklasifikasikan sebagai berikut: tidak ada
pewarnaan (injeksi ethanol hampir pudar), pewarnaan buruk (10% area injeksi), pewarnaan
ringan (10-50% area injeksi), pewarnaan sedang (50% area injeksi) (Gambar1).
Analisis Statistik
Menggunakan uji Kruskal-Wallis atau uji Fishers exact, angka keberhasilan EA
dibandingkan pada vaskularitas nodul, ukuran nodul, rasio komponen kista, jumlah ethanol
yang diberikan, derajat pewarnaan echo intranodular, dan jumlah sesi EA. Piranti lunak SPSS
(SPSS,Inc., Chicago, IL) digunakan untuk semua penilaian statistik. Nilai p dua ekor <0,05
dianggap secara statistik signifikan.
Gambar 1. Empat klasifikasi pewarnaan echo intranodular pada ultrasonografi grayscale.
Berdasarkan derajat pewarnaan echo intranodular (panah) selama dan setelah injeksi
ethanol, nodul tiroid diklasifikasikan sebagai (a) tidak ada pewarnaan, (b) pewarnaan buruk,
(c) pewarnaan ringan, (d) pewarnaan sedang.
Hasil Penelitian
EA dari 30 nodul jinak tiroid predominan padat (rerata diameter terlebar, 2,9cm;
rentang diameter terlebar, 1,5-5,7cm) dilakukan pada 27 pasien. Seluruh pasien memiliki
tingkat hormon tiroid serum yang normal selama periode pemeriksaan ulangan (3-6 bulan
setelah sesi terakhir). Dari tiga pasien yang memiliki tingkat tirotropin serum rendah sebelum
dilakukan EA, satu pasien masih menunjukkan tingkat tirotropin serum rendah yang normal
setelah dilakukan EA. 26 pasien lainnya memiliki tingkat tirotropin serum yang normal
selama periode pemeriksaan ulangan.
Keberhasilan pengobatan dicapai pada 18 nodul (60%). Dari hasil tersebut, satu
menunjukkan hanya sedikit vaskularitas, delapan menunjukkan vaskularitas rendah, tujuh
menunjukkan isovaskularitas, dan dua menunjukkan peningkatan vaskularitas ringan, yang
ditentukan oleh ultrasonografi colour Doppler (Gambar 2). Untuk nodul yang menunjukkan
respon keberhasilan, ultrasonografi ulangan dilakukan setelah periode 12 bulan (rerata 18,5
bulan; rentang 12-30 bulan). Lima nodul, yang terdiri dari empat isovaskularitas dan satu
peningkatan waskularitas ringan, dianggap menunjukkan respon inkomplit (10-50%
penurunan volume); bagaimanapun juga, pasien merasa terjadi sedikit perbaikan pada
gejalanya (seperti benjolan yang teraba). Untuk nodul yang menunjukkan respon inkomplit,
ultrasonografi tiroid ulangan dilakukan setelah periode 6 bulan (rerata 13,8 bulan; rentang 6-
22 bulan), dan ablasi radiofrekuensi (RFA) dilakukan untuk dua nodul yang menunjukkan
respon inkomplit. Tujuh nodul, yang mana diantaranya empat dengan peningkatan
vaskularitas ringan dan tiga dengan peningkatan vaskularitas nyata, dianggap memiliki
respon buruk (10% penurunan volume). Untuk semua nodul yang menunjukkan respon
burk, RFA dilakukan tanpa ultrasonografi ulangan jangka panjang.
Gambar 2. Kasus ablasi ethanol (EA) perkutan dengan panduan ultrasonografi yang
berhasil. Gambaran longitudinal (a) grayscale dan (b) ultrasonografi colour Doppler dari
nodul tiroid pada lobus kanan pada wanita berusia 32 tahun yang menunjukkan vaskularitas
rendah (berkisar 1,3 x 1,8 x 2,5 cm). Gambaran ultrasonografi ulangan secara berurutan
pada (c) 5 bulan dan (d) 18 bulan setelah sesi kedua EA menunjukkan penyusutan sedang
(berkisar 0,8 x 0,9 x 1,3 cm; 84% penurunan volume) dan penyusutan nyata (berkisar 0,5 x
0,5 x 0,6 cm; 97,4% penurunan volume).
13 pasien mengalami nyeri ringan baik selama atau beberapa menit setelah
dilakukannya prosedur (13/27, 48,1%). Bagaimanapun juga, hanya satu pasien yang
mengonsumsi analgesik oral untuk satu hari untuk mengatasi nyeri lokal. Tidak terjadi
komplikasi serius selama atau setelah EA.
Diskusi
Pada penelitian ini, hubungan signifikan ditemukan diantara vvaskularitas nodul dan
angka keberhasila EA. EA dari nodul tiroid predominan padat dengan vaskularitas tinggi
pada ultrasonografi colour Doppler menunjukkan hasil yang lebih buruk daripada yang
dengan vaskularitas rendah. Sebagai tambahan, kepudaran vena dari injeksi ethanol sering
ditemukan selama EA dari nodul tiroid padat dengan vaskularitas tinggi. Peneliti menemukan
bahwa kepudaran vena yang buruk dari injeksi ethanol selama EA berhubungan dengan
pewarnaan echo intranodular yang baik dengan hasil yang baik, sedangkan kepudaran vena
sedang berhubungan dengan pewarnaan echo intranodular yang buruk dengan hasil yang
buruk. Oleh karena itu, pewarnaan echo intranodular berhubungan dengan angka
keberhasilan EA. Hal ini menjadi hipotesa bahwa ablasi ethanol yang efektif mungkin hanya
bisa saat ethanol bertahan di dalam nodul tiroid dan tidak ada kepudaran vena dari injeksi
ethanol. Lama bertahannya ethanol dengan sedikit kepudaran dapar memiliki efek
mekanisme sklerotik dari ethanol, trombosis pembuluh darah kecil, dan infark hemorragik.
Oleh karena itu, EA menjadi pengobatan lini awal saat gejala nodul tiroid padat menunjukkan
vaskularitas rendah atau isovaskularitas pada ultrasonograsi colour Doppler.
Hanya satu atau dua sesi EA yang dilakukan untuk tiap nodul pada penelitian ini.
Peneliti membatasi sesi EA tambahan jika terjadi kemunculan signifikan dari kepudaran vena
dari injeksi ethanol daat prosedur dilakukan atau pewarnaan echo intranodular yang buruk
segera setelah injeksi ethanol; oleh karena itu, tidak lebih dari dua sesi EA yang dilakukan.
Lebih jauh lagi, bergantung pada vaskularitas nodul, derajat pewarnaan echo intranodular,
dan hasil yang tidak sukses pada ultrasonografi ulangan, sesi EA tambahan atau RFA dapat
diputuskan sebelumnya; sehingga, tiga atau empat sesi EA dapat dihindari.
Fakta bahwa EA pada nodul tiroid padat yang luas lebih tidak berhasil daripada EA
pada nodul yang kecil secara umum dapat diterima; namun, penelitian lain
mendemonstrasikan teknik yang aman dan efektif untuk pengobatan nodul hiperfungsi luas
(>30 ml). Beberapa investigator menekankan bahwa dosis yang lebih tinggi dari ethanol pada
tiap sesi lebih penting daripada ukuran nodul dan dapat secara signifikan berhubungan
dengan keberhasilan EA. Bagaimanapun juga, peneliti percaya bahwa pewarnaan echo
intranodular dari injeksi ethanol dengan ketiadaan kepudaran lebih penting daripada ukuran
nodul atau jumlah injeksi ethanol tiap sesinya.
Mekanisme ablasi ethanol meliputi nekrosis koagulatif dan trombosis pembuluh darah
kecil dengan infark hemorragik. Bagian yang terablasi dari nodul digantikan dengan jaringan
granulasi, yang diikuti oleh penyusutan progresif. Kecuali pada nyeri leher sementara dan
ketidaknyamanan, tidak terjadi komplikasi serius dari EA pada penelitian ini. Peneliti berpikir
bahwa kebanyakan komplikasi yangs erius adalah nekrosis dari jaringan ikat yang berdekatan
dan jaringan saraf dari adanya kebocoran injeksi ethanol. Untuk menghindari komplikasi,
pengalaman yang substansial dan injeksi yang dipandu ultrasonografi yang teliti sangat
dibutuhkan. Untuk mengurangi efek samping, sejumlah injeksi ethanol selama tiap sesi tidak
melebihi 10 ml pada penelitian ini. Tidak terdapat panduan yang pasti untuk jumlah yang
adekuat dari injeksi ethanol; pada penelitian lain, jumlah maksimal dari injeksi ethanol per
sesi bervariasi dari 7 14 ml tanpa komplikasi serius.
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Yang pertama, ukuran sample
kecil dan rentangukuran nodul atau konfigurasinya terlalu luas. Oleh karena itu, penelitian
skala besar direkomendasikan kedepannya. Kedua, hitungan objektif dari vaskularitas,
pewarnaan echo intranodular, dan kepudaran vena dari injeksi ethanol tidak dilakukan. Hasil
ini dihitung dan kemudian diklasifikasikan oleh operator ultrasonografi. Akhirnya, pemindai
tiroid tidak dilakukan sebelum EA.