Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Hukum acara pidana berkaitan erat dengan adanya hukum pidana, maka dari itu
merupakan suatu rangkaian aturan - peraturan yang memuat cara bagaimana badan
pemerintah yang berkuasa yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan harus bertindak
guna mencapai tujuan negara dengan mengadakan hukum pidana
Negara yang menganut asas legalitas, Jerman yang pertama kita sebut. Jaksa
jerman pada prinsipnya tidak boleh menyampaikan perkara tetapi harus diteruskan
kepengadilan. Sitem penuntutan Jerman diatur didalam strafprozessordnung
(Undang-undang Hukum Acara Pidana), Terutama pasal 152, 153-153e, 154-154e.
Asas legalitas titegaskan dalam Pasal 152 ayar (2). Setelah strafprozessordnung
diubah dan diperbaharui pada tahun 1975 ketentuan di dalam pasal ini tidak berubah.
III. Acara Pidana Pada Zaman Penduduk Jepang Dan Sesudah Proklamasi
Kemerdekaan
Pada zaman penduduk Jepang tidak terjadi perubahan asasi kecuali
hapusnya Raad van Justitie Untuk golongan eropa. Dan berlaku undang-undang
no.1 tahun 1942 yang berlaku pada tanggal 7 Maret 1942, dikeluarkan peralihan
di Jawa dan Madura.
Pada saat proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, keadaan tersebut
dipertahankan dengan dengan pasal II aturan peralihan UUD 45 berlaku pada
tanggal 18 Agustus 1945 yang berbunyi Segala badan Negara dan peraturan
yang masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut
Undang-undang Dasar ini.
Untuk memperkuat aturan peralihan ini, maka Presiden mengeluarkan suatu
peraturan pada tanggal 10 Oktober 1945 yang disebut peraturan No 2.
Setelah dibentuk RIS, maka segera dengan undang-undang No1 tahun 1951
LN 1950 Nomor 30 dibentuk Makamah Agung di Jakarta dan Makamah Agung
di Yogyakarta. dengan undang-undang No18 Tahun 1950 LN 1950 Nomor 27.,
Landrecht (gaya baru) di Jakarta diganti menjadi Pengadilan Negeri, dan
Appelraad di Jakrta diubah menjadi Pengadilan Tinggi.
Dalam perkara pidana sebetulnya terlibat beberapa pihak. Dintara pihak-pihak yang
saling berhadapan itu terdapat hakim yang tidak memihak kedua pihak. Adapun
pihak-pihak yang terlibat dalam hukum acara pidana yaitu :
B. Penuntut Umum
Penuntut umum dengan kekuasaan dan organisasinya seperti dikenal sekarang
ini berasal dari Perancis.belandalah yang bercermin kepada sistem
Perancis dan melalui asas konkordansi membawanya pula keIndonesia,terutama
dengan paket perundangan-perundangan yang mulai berlaku pada tanggal 1 Mei
1848.
BAB 5
Hakim Dan Kekuasaan Kehakiman
I. Penangkapan
Pasal 1 butir 20 KUHAP memberikan defenisi, penangkapan adalah suatu
tindakan penyidik berupa pengekangan kebebasan sementara waktu tersangka
atau terdakwa apabila cukup terbukti guna kepentingan penyidikan atau
penuntutan dan atau pengadilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini.
II. Penahanan
Penahanan merupakan suatu bentuk perampasan kemerdekaan bergerak
seseorang. Jadi terdapat di sini pertentangan dua asas yaitu hak bergerak
seseorang yang merupakan hak asasi seseorang yang harus dihormati disatu
pihak dan kepentingan keterlibatan umum di lain pihak harus dipertahankan
untuk orang banyak atau masyarakat dari pembuat jahat tersangka.
BAB 11
Pra-Peradilan
BAB 15
Sistem Teori Pembuktian
Tentang pembuktain benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang
didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam hal ini pun hak
asasi manusia dipertaruhkan. Bagaimana seseorang terdakwa yang malakukan
perbuatan yang didakwakan dinyatakan terbukti berdasarkan alat bukti yang disetai
dengan keyakinan hakim, padahal itu tidak benar. Untuk itulah hukum acara pidana
bertujuan mencari kebenaran materiel berbeda dengan hukum acara perdata yang
cukup puas dengan kebenaran formil.
-
A. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan undang-undang secara positif
(positief wettelijke bewijs theorie)
Dalam nilai kekuatan pembuktian alat-alat bukti yang ada dikenal beberapa
sistem atau teori pembuktian. Teori pembuktian yang berdasarkan undang-undang
adalah teori atau sistem pembuktian berdasarkan undang-undang positif.
BAB 16
Alat-Alat Pembuktian Dan kekuatan Pembuktian
Didalam hukum acara pidana kita tidak mengenal adanya alat bukti sungguhan
(Real evicdence), yang bisa disebut barang bukti. Didalam KUHAP menurut pasal
184 KUHAP alat bukti ialah :
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk keterangan terdakwa
Kini ternyata bahwa kekuatan pembuktian dari alatalat bukti terserah kepada
kebijaksanaan hakim, kecuali dua hal, yaitu tentang keterangan terdakwa dan
keterangan seorang saksi, yang keduaduanya harus dikuatkan oleh alat bukti lain,
agar dapat mebuktikan seluruh tuduhan.
A. Keterangan Saksi
Syarat-syarat seorang saksi:
Pada umumnya semua orang dapat menjadi saksi.Kecuali menjadi saksi tercantum
dalam pasal 186 KUHAP berikut:
a. keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus keatas atau lebawah sampai
derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama sama sebagai terdakwa.
b. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa saudara ibu atau
saudara bapak ,juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan
anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga.
c. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama
sebagai terdakwa.
BAB 17
Putusan Pengadilan
Yang menajdi dasar bagi seorang hakim dalam memutuskan suatu perkara
pidana adalah surat tuduhan menurut bunyi yang terakhir, yaitu setelah melalui proses
perkara dalam sidang. Keputusan hakim tersebut dapat berupa :
1. Pembebasan terdakwa.
2. Pelepasan terdakwa dari segala tuntutan
3. Penghukuman terdakwa
Mengenai barangbarang bukti yang digunakan selama proses pengadilan maka dapat
dikembalikan kepada yang berhak atau dapat disita untuk dimiliki atau dimusnahkan
oleh negara.
Hal Kasasi
Kasasi yang berarti pembatalan adalah suatu tindakan mahkamah agung sebagai
pengawas tertinggi atas putusan putusan pengadilan pengadilan lain. Berdasarkan
lembaran negara tahun 1950 nomor 30, Mahkamah agung dapat melakukan kasasi
yaitu pembatalan atas putusan pengadilan pengadilan lain dalam peradilan yang
terakhir dan penetapan serta perbuatan pengadilan pengadilan lain dan para hakim,
yang bertentangan dengan hukum, kecuali putusan pengadilan dalam perkara pidana
yang mengandung pembebasan terdakwa dari segala tuntutan.
Kasasi juga dapat dijatuhkan apabila ada kekeliruan dalam menyusun surat
tuduhan, yang tidak diperbaiki selama pemeriksaan perkara dalam sidang. Kasasi
dapat dilakukan atas permohonan pihak berkepentigan atau atas permohonan jaksa
agung karena jabatannya, dengan pengertian bahwa kasasi atas permohonan
kejaksaan agung hanya semata mata hanya untuk kepentingan hukum dengan tidak
merugikan pihak pihak yang berkepentingan lainnya.