Você está na página 1de 12

LAMPIRAN : Keputusan Kepala Puskesmas Gandapura

NOMOR :

TENTANG : Permintaan, Pemeriksaan, Permintaan


Spesimen, Pengambilan dan Penyimpanan
Labolatorium.

PERMINTAAN, PEMERIKSAAN, PENERIMAAN SPESIMEN, PENGAMBILAN DAN


PENYIMPAN LABOLATORIUM

VII. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1

PENGELOLAAN BERBAGAI SPESIMEN

1. Persiapan Pasien Secara Umum


Persiapan spesimen adalah pemberitahuan kepada pasien hal yang perlu diketahui
sebelum dilaksanakan pengambilan spesimen (darah, urin, feses, dan lain-lain)
a. Persiapan pasien untuk pengambilan specimen pada keadaan basal :
1) Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 10 - 12 jam
sebelum diambil darah seperti pada pemeriksaan glukosa dan profil
lipid.
2) Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00 - 09.00
b. Menanyakan dan mencatat obat-obatan yang dikonsumsi pasien :
1) Untuk pemeriksaan dengan spesimen darah dan urin pasien wajib
memberitahu petugas obat yang dikonsumsi 24 jam sebelum
pengambilan spesimen
2) Apabila pemberian pengobatan tidak memungkinkan untuk dihentikan,
harus diinformasikan kepada petugas laboratorium. Contoh : sebelum
pemeriksaangula 2 jam pp pasien minum obat anti diabetes.
c. Menghindari aktifitas fisik/olah raga sebelum spesimen diambil.
d. Memperhatikan posisi tubuh
Untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh dari perubahan posisi,
dianjurkan pasien duduk tenang sekurang-kurangnya 15 menit sebelum diambil
darah.
e. Memperhatikan variasi diurnal (perubahan kadar analit sepanjang hari)
2. Faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan :
a. Diet
Makanan minuman dapat mempengaruhi hasil beberapa jenis pemeriksaan,
baik langsung maupun tidak langsung, misalnya pemeriksaan gula darah dn
trigliserida. Pemeriksaan ini dipengaruhi secara langsung oleh makanan dan
minuman (kecuali air putih tawar). Karena pengaruhnya yang sangat besar,
maka pada pemeriksaan gula darah puasa, pasien perlu dipuasakan 10-12 jam
sebelum darah diambil dan pada pemeriksaan trigliserida perlu dipuasakan
sekurang-kurangya 12 jam.
b. Obat obat
Obat obat yang diberikan baik secara oral maupun cara lainnya akan
menyebabkan terjadinya respon tubuh terhadap obat tersebut. Disamping itu
pemberian obat secara intramuskular akan menimbulkan jejas pada otot
sehingga mengakibatkan enzim yang dikandung oleh sel otot masuk ke dalam
darah, yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil pemeriksaan antara lain
pemeriksaan Creatin kinase (CK) dan Lactic dehydrogenase (LDH).
c. Merokok
Merokok menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan lambat pada kadar zat
tertentu yang diperiksa. Ditemukan peningkatan kadar HD pada perokok
kronik.
d. Alkohol
Konsumsi alkohol juga menyebabkan perubahan cepat dan lambat beberapa
kadar analit. Perubahan cepat terjadi dalam waktu 2 4 jam setelah konsumsi
alkohol dan terlihat akibatnya berupa peningkatan pada kadar glukosa, laktar,
asam urat, dan terjadi asidosis metabolik.
e. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya pemindaha cairan tubuh antara
kompertemen di dalam pembuluh darah dan interstitial, kehilangan cairan
karena berkeringat dan perubahan kadar hurmon. Akibatnya akan terdapat
perbedaan yang besar antara kadar gula darah di arteri dan di vena serta terjadi
perubahan kadar asam urat, kreatinin, SGOT (AST), LED, Hb, hitung seel
darah dan produksi urin.
f. Ketinggian/ altitude
Beberapa parameter pemeriksaan menunjukkan perubahan yang nyata sesuai
dengan tinggi rendahnya daratan terhadap permukaan laut. Parameter tersebut
adalah hematokrit, hemoglobin dan asam urat. Adaptasi terhadap perubahan
ketinggian daratan memerlukan waktu harian hingga berminggu-minggu.

g. Demam
Pada waktu demam akan terjadi :
1) Peningkatan gula darah pada tahap permulaan, dengan akibat terjadi
peningkatan kadar insulin yang akan menyebabkan terjadinya penurunan
kadar gula darah pada tahap lebih lanjut.
2) Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal demam
karena terjadi peningkatan asam lemak bebas dan benda-benda keton
karena penggunaan lemak yang meningkat pada demam yang sudah lama.
3) Lebih mudah menemukan parasit malaria dalam darah.
4) Reaksi anamnestik yang akan menyebabkan kenaikan titer Widal.
h. Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabka, antara lain terjadinya
penurunan kadar substrat maupun aktivitas enzim yang akan diukur, termasuk
kadar Hb, hematokrit dan produksi urin. Hal ini disebabkan karena terjadi
pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan
terjadinya pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan
kadar ureum dan kreatinin serta enzim-enzim yang berasal dari otot.
i. Variasi circadian rythme
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh dari
waktu ke waktu yang disebut dengan variasi circadian rhytme. Perubahan
kadar zat yang dipengaruhi oleh waktu dapat bersifat linear (garis lurus), siklus
bulanan (menstruasi) dan musiman. Variasi diurnal yang terjadi antara lain :
1) Glukosa, kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari,
sehingga apabila tes toleransi glukosa dilakukan pada siang hari, maka
hasilnya akan lebih tinggi dari pada bila dilakukan pada pagi hari.
2) Enzim (ALT/SGPT, AST/SGOT, ALP), aktifitas enzim yang diukur
akan berfluktuasi disebabkan oleh kadar hormon yang berbeda dari
waktu ke waktu.
3) Eosinofil, jumlah eosinofil menunjukkan variasi diurnal, jumlahnya
akan lebih rendah pada malam sampai pagi hari dibandingkan pada
siang hari.
j. Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktivitas zat dalam darah. Hitung
eritrosit dan kadar Hb jauh lebih tinggi pada neonates dari pada dewasa.
Fosfatase alkali, kolesterol total dan kolesterol LDL akan berubah dengan
pola tertentu sesuai dengan pertambahan umur.
k. Ras
Jumlah leukosit orang kulit hitam Amerika lebih rendah dari pada orang kulit
putihnya.
l. Jenis Kelamin
Berbagai kadar dan aktifitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Kadar Hb
berbeda pada wanita dan pria dewasa. Perbedaan ini akan menjadi tidak
bermakna lagi setelah umur lebih dari 65 tahun. Perbedaan akibat gender
lainnya adalah aktifitas CK dan kreatin. Perbedaan ini lebih disebabkan karena
massa otot pria relatif lebih besar dari pada wanita. Sebaliknya kadar kolesterol
- HDL akan dijumpai lebih tinggi pada wanita dari pada pria.
m. Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada pasien hamil, sewaktu interpretasi hasil perlu
mempertimbangkan masa kehamilan wanita tersebut. Pada kehamilan akan
terjadi hemodilusi (pengenceran darah) yang dimulai pada minggu ke-10
kehamilan dan terus meningkat sampai minggu ke-35 kehamilan.
Volume urin akan meningkat 25% pada trimester ke-3. Selama kehamilan akan
terjadi perubahan kadar protein total dan albumin, lemak dan aktivitas fosfatase
alkali serta laju endap darah.

Adalah tugas dari pengirim pasien/ klinisi untuk memberitahukan persiapan yang
perlu dilakukan oleh pasien sehubungan dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.
Untuk persiapan yang tidak benar karena tidak mungkin dilakukan oleh pasien, maka
keadaann ini perlu dicatat pada buku penerimaan pasien dan formulir pemeriksaan,
sehingga dokter pengirim pasien akan mengetahui keadaan tersebut bila menerima
hasil pemeriksaan.

3. Pengambilan Spesimen
Hal yang perlu diperhatikan :
a. Identitas
Sebelum melakukan pengambilan specimen harus dipastikan identitas pasien secara
aktif, berupa nama lengkap, umur dan alamat. Bila pasien dalam kondisi tidak sadar
identitas bisa ditanyakan kepada keluarga pasien.
b. Waktu
Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari, terutama untuk
pemeriksaan kimia klinik, hematologi, dan imunologi karena umumnya nilai normal
ditetapkan pada keadaann basal. Namun ada beberapa pemeriksaan yang waktu
pengambilan spesimennya harus disesuaikan dengan perjalanan penyakit dan
fluktuasi harian, misalnya :
1) Demam tifoid
Untuk pemeriksaan Widal dilakukan pada fase akut dan penyembuhan.
2) Pemeriksaan Gonorrhoe
Untuk menemukan kuman gonorrhoe, pengambilan secret uretra sebaiknya
dilakukan 2 jam setelah buang air kecil yang terakhir.
3) Pemeriksaan/ microfilaria
Untuk menemukan parasit mikrofilaria dalam darah, pengambilan darah
sebaiknya dilakukan pada waktu malam (antara jam 21-00-24.00).
4) Pemeriksaan tuberkulosis
Pengambilan dahak pada pemeriksaan TB dilakukan 3 kali (sewaktu, pagi,
sewaktu).
c. Lokasi
Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu lokasi pengambilan
yang tepat sesuai denga jenis pemeriksaan yang diminta, misalnya:
Spesimen untuk pemeriksaan yang menggunakan darah vena umumnya
diambil dari vena cubiti daerah siku.
Spesimen darah kapiler diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan
bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki atau cuping
telinga pada bayi. Tempat yang dipilih tidak boleh memperlihatkan
gangguan peredaran darah seperti cyanosis atau pucat dan pengambilan
tidak boleh di lengan yang sedang terpasang infus.
Lokasi pengambilan darah untuk pemeriksaan mikrofilaria: sampel diambil
dari darah kapiler (jari tangan), atau darah vena dengan anti koagulan.
d. Jenis Spesimen
Darah
Spesimen darah dapat diperoleh dengan 2 cara:
1) Darah kapiler
Cara pengambilan darah kapiler adalah sebagai berikut :
a) Pilih salah satu dari dua jari tangan (jari tengan atau jari manis).
b) Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan swab alcohol 70% dan biarkan
sampai kering
c) Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa
nyeri berkurang
d) Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari tusuklah arah tegak
lurus pada garis-garis sidik kulit jari, jangan sejajar dengan itu. Tusukan harus
cukup dalam supaya darah mudah keluar.
e) Hapuslah tetesan darah pertama dengan kassa steril, karena mungkin
terkontaminasi dengan cairan jaringan atau debris.
f) Jangan menekan-nekan jari untuk mendapat cukup darah. Darah yang diperas
keluar semacam itu telah bercampur dengan cairan jaringan sehingga menjadi
encer dan menyebabkan kesalahan pemeriksaan
g) Apabila jumlah darah kurang, maka tidak perlu ditusuk lagi, cukup dilakukan
dengan mengusap bekuan yang ada dijari yang sudah ditusuk. Apabila gagal
maka perlu ditususk ulang pada jari yang lain
h) Setelah pengumpulan darah selesai, tutuplah bekas luka dengan kapas steril
untuk menghentikan pendarahan.

Sumber kesalahan dalam pengambilan darah kapiler:


a) Mengabil darah dari daerah jari yang memperlihatkan adanya gangguan
peredaran darah seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,
trauma dsb), kongesti atau sianosis setempat
b) Tusukan tidak cukup dalam. Pada orang dewasa seharusnya 3-5 mm, sehingga
darah tidak perlu diperas keluar
c) Menusuk kulit yang masih basah oleh alkohol, hal demikian dapat
menyebabkan darah terencerkan.
d) Tidak membuang tetes darah pertama sehingga bercampur dengan cairan atau
alkohol
e) Tidak bekerja dengan cepat sehingga darah membeku.
2) Darah Vena
a) Cara pengambilan darah dengan menggunakan disposable syringe
i. Petugas menyiapkan semua peralatan pengambilan darah
ii. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan harus lurus.
Pilih lengan yang jelas telihat pembuluh vena nya (vena medianan
cubiti)
iii. Pasien diminta untuuk mengempalkan tangan
iv. Pasang tourniquet 10 cm di atas lipat siku
v. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan kapas
alkohol 70% dan biakan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan
rasa terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan ditiup dan dipegang
lagi.
vi. Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum menghadap ke atas
dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 30-45 derajat. Bila
jarum berhasil masuk vena, akan terlihat darah masuk dalam ujung spuit.
Selanjutnya lepas torniquet dan pasien diminta lepaskan kepalan tangan.
vii. Petugas menarik piston spuit supaya darah mengalir kedalam spuit
sebanyak volume yang dibutuhkan
viii. Letakkan kassa steril diatas jarum pada bekas tusukan untuk menentukan
bagian tersebut selama 2 menit. Setelah darah berhenti, plester bagian
ini. Siku bekas sukan jangan dilipat
ix. Informasikan pada pasien untuk segera menghubungi petugas bila terjadi
bengkak, nyeri dan pendarahan yang tidak berhenti.
b) Cara pengambilan darah denga menggunakan tabung vakum (Vaccutainer)
i. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan pasien harus lurus,
jangan membengkokkan siku. Pilih lengan yang jelas terlihat pembuluh
vena nya (vena mediana cubiti)
ii. Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
iii. Pasangan tourniquet 10 cm di atas lipat siku
iv. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan kapas
alcohol 70% dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis
dan rasa terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan di pegang lagi.
v.Tusuk bagian vena tadi dengan jarum yang sudah terpasang pada holder,
lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut kemiringan antara jarum
dan kulit 15 derajat, tekan tabung vakum sehingga darah terhisap ke
dalam tabung. Bila jarum berhasil masuk vena, akan terlihat darah masuk
dalam flash jarum. Selanjutnya lepas torniquet dan fasien diminta
lepaskan kepalan tangan.
vi. Biarkan darah mengalir ke dalam tabung sampai selesai sesuai dengan
volume tabung. Apabila dibutuhkan darah dengan antikoagulan yang
berbeda dan volume yang lebih banyak, digunakan tabung vakum yang
lain.
vii. Tarik jrum dan letakkan kassa steril pada bekas tusukan untuk menekan
bagian tersebut selama 2 menit. Setelah darah berhenti, plester bagian
ini. Siku bekas tusukan jangan dilipat
viii. Tabung vakum yang berisi darah dibolak-balik kurang lebih 8-10 kali
agar bercampur dengan antikoagulan.
ix. Informasikan pada pasien untuk segera menghubungi petugas bila terjadi
bengkak dan perdarahan yang tidak berhenti

Sumber kesalahan dalam pengambilan darah vena :


a) Mengenakan tourniquet terlalu lama (lebih dari 1menit) dan terlalu keras
sehingga megakibatkan terjadinya hemokonsentrasi
b) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol
c) Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi sesuai volume
d) Mengocok tabung dapat mengakibatkan hemolisis
e) Menggunakan antikoagulan dengan perbandingan yang tidak sesuai
f) Menggunakan peralatan yang sudah kadaluarsa dan rusak

Urin
Spesimen urin harus ditampung pada wadah dengan persyaratan sebagai berikut :
1) Terbuat dari pot plastic dengan volume minimal 30 ml
2) Bermulut lebar dan bertutup ulir, dapat ditutup rapat sehingga tidak bocor atau
tidak merembes
3) Bersih dan kering karena penampung yang kotor dapat menyebabkan
berkembangbiaknya kuman dan menyebabkan perubahan komposisi urin
4) Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen karena dapat menyebabkan hasil
protein urin positif palsu
5) Wadah penampung yang digunakan sekali pakai (dispossible)
6) Identitas pasien ditulis pada labl wadah penampung (jangan pada tutup
penampung). Data yang perlu ditulis adalah nama pasien dan tanggal lahir pasien,
tanggal dan jam pengambilan specimen.

Cara pengambilan urin adalah :


Menggunakan metode Urin Porsi Tengah (Mid Stream Urine) pengambilan dilakukan
oleh pasien sendiri, sebelumnya harus diberikan penjelasan sebagai berikut:
1) Pada Wanita
a) Cuci tangan memakai sabun dan keringkan
b) Lebarkan labia dengan satu tangan
c) Bersihkan labia menggunakan sabun dan air bersih
d) Bilas dengan air bersih dan kemudian keringkan
e) Biarkan urin keluar selama beberapa detik, kemudian tampung urin hingga
setengah sanpai dua pertiga wadah. Pengumpulan uurin selesai sebelum aliran
urin habis
f) Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah.
g) Wadah ditutup rapat dan segera diberikan ke petugas
2) Pada laki-laki
a) Cuci tangan pakai saun dan dikeringkan
b) Jika tidak disunat tarik kulit preputium ke belakang, keluarkan urin, aliran
yang pertama keluar, aliran urin selanjutnya tampung urin hingga setengah
sampai dua pertiga wadah
c) Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah
d) Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium
3) Pada bayi dan anak-anak
a) Penderita sebelumnya diberi minum untuk memudahkan buang air kecil
b) Bersihkan alat genital seperti yang telah diterangkan diatas
c) Pengambilan urin dilakukan dengan cara anak duduk di pangkuan orang tua/
keluarga
d) Tunggu anak sampai mengeluarkan urin, tamping urin dalam wadah atau
kantung plastic steril
e) Pada bayi, dipasang kantung penampung urin pada alat genital.

Urin Kateter
1) Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol 70% pada bagian selang kateter yang
terbuat dari karet (jangan bagian yang terbuat dari plastik)
2) Aspirasi urin dengan menggunakan spuit sebanyak kurang lebih 10 ml.
3) Masukkan keladalam wadah steril dan tutup rapat
4) Kirimkan segera ke laboratorium.

Beberapa jenis specimen urin menurut waktunya yaitu:

1) Urin segar ialah urin yang mulai pengambilan sampai dilakukan pemeriksaan
kurang dari 1 jam
2) Urin sewaktu ialah urin yang dilakukan pada waktu yang tidak ditentukan
3) Urin pagi ialah yang pertama-tama dilakukan pada pagi hari setelah bangun tidur.

Spesimen yang sudah diambil harus segera diperiksa paling lama 1 jam, karena
stabilitas spesimen dapat berubah.

Dahak
Cara pengumpulan dahak untuk pemeriksaan TB dilakukan:
1) Dahak sewaktu
2) Dahak pagi hari
Untuk pemeriksaan selain tuberculosis, pengumpulan dahak hanya dilakukan satu
kali. Pasien diberi penjelasaaan mengenai pemeriksaan dan tindakan yang akan
dilakukan, dan dijelaskan perbedaan dahak dengan ludah. Bila pasien mengalami
kesulitan mengeluarkan dahak, pada malam hari sebelumnya diminta minum air
putih hangat atau diberi obat gliseril guayakolat 200 mg. Pengumpulan dahak
dilakukan di ruang terbuka yang terkena sinar matahari.

Cara pengambilan dahak yang benar adalah:


1) Sebelum pengambilan specimen, pasien diminta untuk berkumur dengan air
2) Bila memakai gigi palsu, sebaikya dilepas
3) Pasien berdiri egak atau ududk tegak
4) Pasien diminta untuk menarik nafas dalam 2-3 kali kemudian keluarkan nafas
bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai dahak keluar.
Batukkan sekuat-kuatnya sampai merasa dahak yang dibatukkan keluar dari dada
bukan dari tenggorokan
5) Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam wadah, dengan cara
mendekatkan wadah ke mulut
6) Amati keadaan dahak. Dahak yang berkualitas baik akan tampak kental purulen
dengan volume cukup (3-5 ml)
7) Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium.

Sumber kesalahan :
1) Wadah tidak brsih dan kering
2) Wadah tidak memakai tutup
3) Spesimen yang diambil bercampur dengan air liur (terkontaminas)

Goresan Kulit
Peralatan dan bahan yang dipakai untuk spesimen goresan kulit :
1) Scalpel/pisau kulit
2) Kapas alcohol
3) Kaca objek yang bersi, tidak berlemak dan tidak tergores
4) Lampu spiritus
5) Pensil kaca
6) Forsep/pinset

Teknik pengambilan spesimen goresan


1) Lokasi sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif. Kulit muka
sebaiknya dihindarkan karena alasan kosmetik, kecuali tidak ditemukan.
2) Tempat-tempatt yang sering diambil sediaan apus jaringan untuk pemeriksaan M.
leprae ialah cuping telinga, lengan, punggung, bokong dan paha
3) Jumlah pengambilan sediaan apus dilaksanakan di 3 tempat yaitu cuping telinga
kiri, cuping telinga kanan, dan bercak yang paling aktif
4) Kaca objek diberi nama, nomor identias
5) Permukaan kulit pada bagian yang akan diambil dibersihkan dengan kapas
alkohol 70%
6) Jepit kulit pada bagian tersebut dengan forsep/ pinst atau denga jari tangan untuk
menghentikan aliran darah ke bagin tersebut
7) Dengan pisau steril (dicelup dulu dalam spiritus lalu dilewatkan di atas nyala api
tunggu beberapa saat hingga pisau dingin)
8) Kulit disayat sedikit sepanjang lebih kurang 5 mm, dalamnya 2 mm. bila terjadi
pendarahan bersihkan dngan kapas.
9) Kerok tepi dan dasar sayatan secukupnya dengan menggunakan punggung mata
pisau sampai didapat semacam bubur jaringan dari epidermis dan dermis,
kemudian dikumpulkan dengan skalpel pada kaca objek.

Usap Dubur
Tindakan pengambilan usap dubur dilakukan bila diperlukn pemeriksaan tinja pada
keadaan wabah penyakit diare untuk biakan tinja.
Alat :
1) Kapas lidi steril
2) Vaselin cair steril
3) Media transport Carry Blair

Cara Krja :
1) Pasien diminta membuka celananya dan berbaring dengan posisi miring, kaki
yang berada di atas dilipat pada sendi lutut dan padha.
2) Buka anus dengan cara menarik otot gluteus ke atas dengan tangan kiri
3) Celupkan kapas lidi steril ke dalam vaselin cair, masukkan kapas lidi ke dalam
lobang anus sampai seluruh bagian kapas berada di dalam anus
4) Usapkan kapas lidi pada dinding anus dengan gerakan memutar searah jarum jam
sambil ditarik keluar
5) Masukkan lidi kapas .ke dalam media transport.

Kerokan Kulit

Tindakan pengambilan kerokan kulit dilakukan bila diperlukan untuk pemeriksaan jamur.
Bahan pemeriksaan dapat diambil dari kerokan kulit, kerokan/ guntingan kuku:

Cara pengambilan :

Lokasi
- Kelainan kulit terutama bagian tepi yang menampakkan kelainan yang aktif
- Kuku yang mengalami perubahan warna dan penebalan
Kerokan kulit
- Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alcohol 70% untuk
menghilangkan lemak, debu, dan kotoran lainnya serta kuman yang ada di
atasnya. Biarkan sampai kering
- Keroklah dibagian yang tersangka jamur denga pisau kecil dengan arah dari atas
ke bawah. Caranya : dengan memegang pisau kecil harus miring membentuk
sudut 450 ke atas.
- Letakkan hasil kerokan tersebut di atas kertas atau wadah yang bersih.
Kerokan/ guntingan kuku
- Bersihkan kuku yang sakit dengan kapas alkohol 70% dengan maksud seperti
di atas
- Keroklah kuku yang sakit pada bagian permukaan dan bagian bawah kuku yang
sakit, bila perlu kuku tersebut digunting
- Letakkan kuku tersebut pada wadah yang bersih.

Tinja
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan (tanpa bantuan obat
pencahar), jika pemeriksaan sangat diperlukan, dapat pula sampel tinja diambil dari rectum
dengan cara colok dubur.

4. Penanganan Spesimen
Yang dimaksud dengan penanganan spesimen ialah pengolahan specimen (darah, urin,
dan lain-lain) sebelum digunakan untuk pemeriksaan laboratorium.
Hal yang harus diperhatikan dalam penanganan spesimen
a. Identifikasi spesimen
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting, baik pada
saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan, pendaftaran,
pengisian laber wadah spesimen. Pada surat pengantar/formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium harus memuat secara lengkap :
1) Tanggal permintaan
2) Tanggal dan jam pengambilan specimen
3) Identitas pasien (nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk
rekam medik.
4) Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telepon)
5) Nomor laboratorium
6) Diagnosis/keterangan klinik
7) Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian
8) Pemeriksaan laboratorium yang diminta
9) Jenis spesimen
10) Lokasi pengambilan spesimen
11) Volume spesimen
12) Transport media/pengawet yang digunakan
13) Nama pengambil spesimen
14) Informed consent (untuk tindakan dan pemeriksaan tertentu)

Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil ke laboratorium harus
memuat:
1) Tanggal pengambilan spesimen
2) Nama lengkap dan nomor pasien
3) Jenis spesimen
b. Peralatan yang digunakan
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :
1) Bersih
2) Kering
3) Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen
4) Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada specimen
5) Pengambilan specimen yang bersifat invasive harus menggunakan peralatan yang
steril dan sekali pakai buang (contoh : dispossable syeringe)
c. Wadah
Wadah specimen harus memenuhi syarat:
1) Terbuat dari gelas atau plastik
2) Tidak bocor atau tidak merembes
3) Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir
4) Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
5) Bersih
6) Kering
7) Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen
8) Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai karena
pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan botol berwarna coklat (inaktinis)
9) Untuk wadah spesimen urin, dahak, tinja sebaiknya menggunakan wadah yang
bermulut lebar.
d. Antikoagulan
Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah sampel darah
membeku.
Bahan tambahan yang dipakai harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mengganggu
atau mengubah kadar zat yang akan diperiksa. Contoh antikoagulan yang paling
banyak digunakan di puskesmas :
EDTA (Ethylene diamine tetraacetic acid)
Digunakan dalam bentuk Dipotasium (K2), tripotasium (K3) dan Disodium
(Na2). untuk penggunaan alat otomatis antikoagulan yang digunakan harus
K2 atau K3 EDTA. Perbandingan yang digunakan adalah 1 mg/ml darah.
e. Hindarkan dari cahaya matahari langsung
Spesimen diusahakan terhindar dari cahaya matahari langsung, karena dapat merusak
zat yang akan diperiksa.
f. Unuk spesimen darah atau darah dengan antikoagulan harus dilakukan penanganan
khusus berupa sentrifugasi setelah 30 menit darah diambil, sehingga diperoleh serum
atau plasma.
g. Sentrifugasi yang kurang baik dapat menyebabkan pemisahan spesimen darah tidak
sempurna dan sedimen tidak terkumpul seluruhnya. Sebaliknya sentrifugasi yang
berlebihan menyebabkan terjadinya penguapan kandungan air dan komponen zat
mudah menguap pada spesimen.
5. Pengolahan Spesimen
a. Darah (whole blood)
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisikan antikoagulan
yang sesuai, kemudian dihomogenisasi dengan cara membolak-balik tabung kira-kira
10-12 kali secara perlahan dan merata.
b. Serum
1) Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama 20-30 menit,
kemudian disentrifugasi 3000 rpm selama 5-15 menit.
2) Pemisahan serum dilakukan segera setelah sentrifugasi.
3) Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah (hemolisis), sedangkan
serum yang ikterik dan keruh (lipemik) memerlukan penanganan khusus.
Catatan : Bila didapatkan serum atau plasma yang hemolisis lakukan
pengambilan ulang sampel, sedangkan bila ikterik dan lipemik
sebaiknya dilakukan penanganan khusus.
6. Penyimpanan Spesimen
Spesimen yang sudah diambil harus segera diperiksa, karena stabilitas spesimen dapat
berubah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen antara lain :
a. Terjadinya metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen.
b. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia.
c. Terjadi penguapan.
d. Pengaruh suhu.
e. Terkena paparan sinar matahari.
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan memperhatikan
jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Persyaratan penyimpanan beberapa spesimen
untuk beberapa pemeriksaan laboratorium harus memperhatikan jenis spesimen.
Antikoagulan/ pengawet dan wadah serta stabilitasnya.
Beberapa cara penyimpanan specimen :
a. Darah EDTA disimpan pada suhu kamar (20-250 C), stabil selama 24 jam
b. Serum dan plasma disimpan dalam lemari es dengan suhu 2-8 0 C, stabil dalam 7
hari

POKOK BAHASAN 2
RUJUKAN SPESIMEN
Rujukan specimen ialah pengiriman specimen ke laboratorium lain karena laboratorium
yang bersangkutan tidak mampu mengerjakan pemeriksaan tersebut.
Dalam pengiririman spesimen sebaiknya yang dikirim bahan yang relative stabil (lebih
baik yang dikirim serum dari pada darah lengkap untuk pemeriksaan kimia klinik maupun
imunologi dan lebih baik sediaan mikroskopis dari pada dahak untuk pemeriksaan BTA).
Transport spesimen antar laboratorium dengan tujuan rujukan perlu memperhatikan
keadaan transportasi, sehingga terjamin stabilitas spesimen sampai di tempat tujuan
Perlu diperhatikan bahwa beberapa pemeriksaan laboratorium memerlukan persyaratan
transport spesimen yang khusus. Pihak laboratorium penerima specimen hendaknya
menolak apabila cara ansportasi tidak memenuhi syarat.
Cara pengiriman
a. Spesimen sudah diambil seperti di atas, ditutup rapat.
b. Untuk keperluan administratif, setiap spesimen yang dirujuk diberi identitas
yang jelas seperti yang disebutkan di atas ditambah dengan asal puskesmas.
c. Pengiriman disertai formulir permintaan pemeriksaan yang dirujuk beserta
identitas sama seperti pada spesimen.
d. Wadah transpor disesuaikan untuk menjaga stabilitas spesimen.
e. Kemudian dicatat di buku rujukan spesimen dan dikirim oleh petugas atau
pos.

Você também pode gostar