Você está na página 1de 29

A.

Ruang Lingkup dan Kedudukan


Agama adalah satu doktrin dan realitassonal yang ada pada manusia, baik sebagai
individu maupun masyarakat, karena agama ada sejak manusia ada. Artinya, agama itu seumur
dengan usia manusia. Di balik itu, dapat dipahami bahwa sejarah umat manusia adalah sejarah
agama-agama, begitu juga sebaliknya, sejarah agama-agama adalah sejarah manusia.

Sejarah Agama-Agama
Sejarah agama-agama adalah sejarah umat manusia dengan aneka ragam tindakan
manusia yang terjadi pada masa lalu dengan sandaran doktrin agama, karena doktrin agama yang
mampu membentuk kepribadian umat manusia. Maka dalam kenyataanya beragam pengalaman
ajaran agama bagi pemeluknya sangat ditentukan oleh pemahaman keagamaannya. Disamping
bernilai normatif, sejarah agama-agama juga bernilai historik. Hal yang bersifat normatif dapat
dipahami dengan kitab suci (manuskrip), sedangkan hal-hal yang bersifat historik merupakan
pemahaman dan pegamalan ajaran agama sebagai pengalaman keagamaan umat manusia yang
sifatnya beragam dan seragam.
Dalam pemahaman ilmu agama disepakati bahwa ajaran agama ada yang seragam
(paralel) dan ada yang beragam (berbeda). Artinya, pada setiap ajaran agama ada persamaan dan
perbedaannya, baik yang seragam maupun yang beragam. Itulah sebabnya, sejarah agama-agama
disebut juga sebagai ilmu agama yang membicarakan tentang persamaan dan perbedaan doktrin
agama-agama. Sebagian tokoh mengidentikkan sejarah agama-agama dengan perbandingan
agama-agama.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sejarah agama-agama merupakan studi ilmiah dalam
menghampiri agama, karena pada dasarnya masalah keagamaan ada sebagai suatu pengalaman
sejarah yang harus diakui keberadaannya. Sejarah agama-agama merupakan disiplin ilmu yang
memberika gambaran masa lalu agama-agama. Hal ini memberikan implikasi bahwa sejarah
agama memiliki batasan yang spesifik dalam kajiannya, yakni tentang asal-usul, tokoh, dan
perkembangan agama tersebut. Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang lingkup
pembahasan sejarah agama-agama meliputi segala aspek yang berkaitan dengan asal-usul (the
origin), tokoh (the greatman), dan perkembangannya (the growth).

Perkembangan agama-agama erat juga kaitannya dengan masalah asal usul dan tokoh agama,
yang dikaitkan dengan lingkungan yang mengitarinya, termasuk juga lingkungan dari tokoh
agama, dimana ia dilahirkan. Sejarah agama juga secara tidak langsung mengkaji persamaan dan
perbedaan eksistensi, baik doktrin dan pemahamannya maupun doktrin dan pengalamannya.
Kesemuanya merupakan pengalaman pemeluk agama sebagai corak dari pengalaman sejarah
agama-agama.

Pengalaman agama adalah objek dari sejarah agama yang bisa dibagi, diteliti, dan diungkap
secara faktual menuju lahirnya sejarah agama sebagai ilmu. Artinya, pengalaman agama adalah
sumber kebenaran ilmiah kajian tentang agama. Berdasarkan pemahaman ini, maka dapat
digambarkan bahwa agama mempunyai dua posisi, yakni sebagai cabang ilmu pengetahuan
agama dan sebagai pendekatan dalam kajian agama. Sebagai cabang ilmu agama, karena
objeknya memperbincangkan masa lalu agama sebagai karakteristiknya, dan sebagai pendekatan
dalam kajian agama karena berbeda dengan disiplin ilmu lainnya yang menekankan aspek asal-
usul , tokoh agama, dan perkembangannya.

B. Komponen dan Klasifikasi Agama


Pengertian agama belum ada satu kesepakatan yang jelas dari para tokoh agama. Artinya,
masing-masing tokoh agama memiliki batasan tertentu dalam mendefinisikan agama.
Pendefinisian masalah agama sangat beragam, dan lebih dari 48 definisi. Para psikolog
cenderung mengatakan bahwa agama pada dasarnya adalah berlakunya aturan yang sakral atas
profan (suci).
1. Komponen-Komponen Agama
Komponen agama maksudnya adalah unsur-unsur yang menjadi indikator untuk memahami
agama. Dengan adanya komponen tersebut, maka dapat dimengerti mana yang agama dan mana
yang bukan. Menurut Joachim Wach, paling tidak ada 3 macam unsur-unsur agama.
a) Komponen Thought
Arti dasar dari kata thought adalah pemikiran yang mengandung makna semua yang dapat
dipikirkan untuk diyakini. Sesuatu yang termasuk komponen tought meliputi aspek teologi,
mitologi, dan doktrin atau dogma. Teologi adalah ajaran yang membicarakan tentang keyakinan
terhadap Tuhan, seperti :siapa Tuhan, hubungan antara manusia dengan Tuhan, begitu pula
mitologi, merupakan serangkaian cerita yang mengandung nilai spiritual sehingga menumbuhkan
keyakinan pada kekuatan spiritual tersebut.
Doktrin dan dogma secara langsung berasal dari Tuhan. Oleh karena itu juga tidak mesti
dapat dicerna oleh akal, melainkan cukup diimani atau minimal diinterpretasikan dan dimaknai
doktrin atau dogma merupakan suatu ketentuan dan aturan, hukum dan kaedah yang diciptakan
untuk manusia. Secara substantif dapat dikatakan bahwa dogma dan doktrin merupakan undang-
undang yang terkandung dalam agama yang seharusnya sebagai pedoman pengamalan agama.
Ketiganya harus ada dan merupakan isi dan inti agama. Oleh karena itu, memahami agama harus
mengetahui apa doktrin dan dogma tersebut.
b) Komponen Ritual
Masalah ritual pada dasarnya merupakan ajaran agama tentang tata cara pengabdian kepada
Tuhan dalam bentuk peribadatan. Pada komponen ini, tentunya lebih ditekankan pada aspek nilai
spiritual yang bersifat normatif. Masalah ritual juga sebagai karakteristik suatu agama, sebab inti
ajaran agama adalah berbicara masalah ritual yang bersifat spiritual. Artinya, pada hal-hal yang
bersifat spiritual jiwa agama itu yang sebenarnya. Agama tanpa spiritual akan kehilangan
substansinya.
c) Komponen Fellowship
Fellowship dalam masalah keagamaan dikenal sebagai embracer (pemeluk, peganut,
pengikut) suatu agama baik dalam arti pribadi atau kelompok. Suatu agama erat kaitannya
dengan pemeluk. Artinya, tanpa pengikut berarti agama tidak berkembang atau tidak punya nilai
sejarah. Disamping tokoh agama, maka pemeluk agama merupakan penentu keberadaan agama
tersebut.
Fellowship dapat berarti juga pribadi, tetapi tentunya lebih kepada komunitas . Dalam semua
agama dikenal istilah pemeluk ini sesuai dengan bahasa kitab suci masing-masing. Dalam islam
dikenal jamaah, ummah, Kristen ada jemaat, sangha dalam Budha, dan kasta dalam Hindu.
2. Klasifikasi Agama-Agama

Konsep klasifikasi agama sanga beraneka ragam, tergantung dari sudut pandang yang digunakan.
Ada yang berangkat dari pandangan normative yang memunculkan aspek substansinya yang
efeknya akan lahir pembicaraan kebenaran agama. Umumnya, klasifikasi semacam itu di satu
sisi memantapkan keyakinan keagamaan, namun di sisi lain berefek adanya agama yang
tersudutkan.

Klasifikasi agama yang cenderung deskriptif bernuansa obyektif dan bersifat terbuka menerima
keberadaan agama manapun. Klasifikasi semacam ini tergantung pada saudut pandangnya,
namun sangat terbuka dan universal.
C. Teori Asal-Usul Agama-Agama
Kajian tentang sejarah agama-agama dari aspek asal-usul agama telah banyak dikaji dan
telah melahirkan teori-teori tentang asal-usul agama-agama. Prof.H.A. Mukti Ali mengemukakan
beberapa teori tentang asal-usul agama. Menurut beliau teori tentang asal usul agama itu paling
tidak ada 3 macam teori :
1. Teori Evolusi
Ilmuan agama juga menggunakan teori evolusi dalam mencari asal-usul agama. Kekuatan di
luar diri manusia yang diyakini dan dipercaya sebagai elemen yang dominan pada diri manusia
telah mengkristal menjadi suatu kekuatan yang menjadikan manusia itu sebagai sesuatu yang
bergantung secara spiritual, sehingga harus selalu berhubungan secara rutin dan intensif.

Frederich Max Muller mengintrodusir asal-usul dan kepercayaan umat manusia itu berkembang
dari polytheistic dan henotheistic menuju monotheistik. Teori selanjutnya adalah aliran
antropology evolusionisme dan psikologi evolusionisme. Antropology evolusionisme pada
dasarnya merupakan faham evolusi yang meliha asal-usul agama dari aspek budayanya. Teori ini
mendasarkan bahwa keyakinan seseorang terhadap agamanya selaras dengan kemajuan
budayanya. Aliran ini beranggapan bahwa keyakinan atas suatu agama berkembang secara
perlahan-lahan menuju kesempurnaan.

Edward Burnett Tylor berkeyakinan bahwa agama animisme merupakan keyakinan dasar bangsa
primitif yang merupakan bentuk sederhana dari kepercayaan umat manusia, sesuai dengan isi
karyanya, The Primitif Culture. Begitu juga menurut antropolog Emile Durkheim. Menururt
penganut aliran anthropology evolusionisme ini, pada dasarnya sudah ada agama yang sederhana
pada masyarakat primitif yang beraneka ragamnya dari bentuk polytheisme, henotheisme,
menuju dualism monoisme dan pantheisme, hingga monotheisme.
2. Teori Oer Monotheisme
Teori ini berangkat dari fakta bahwa suku primitif pada awalnya adalah penyembah Tuhan
yang satu. Teori ini melakukan pandangan bahwa pada mulanya monotheisme merupakan agama
dasar yang telah manusia peluk. Kemudian, selanjutnya terjadi perubahan menjadi henotheisme
dan selanjutnya menjadi polutheisme.

Perubahan ini pada dasarnya bergerak secara linear dan dipengaruhi oleh kondisi geografik,
antropologik, dan sosiologiknya yang pada akhirnya terjadi penyimpangan dari aslinya. Teori ini
bertentangan dengan teori evolusi, ketika nampaknya terjadi perbedaan arah yang satu maju ke
depan, dan yang lain mundur ke belakang. Namun, titik persamaan keduanya beranggapan
bahwa asal-usul agama berasal dari bangsa primitif sebagai basic tumbuhnya agama-agama
masyarakat pada umumnya.

Andrew Lay, dalam karyanya berjudul The Making Religion beranggapan bahwa monotheisme
di kalangan bangsa primitif sudah lama ada. Karena itu, teori ini menamakan Oer-Monotheisme,
yang berarti kepercayaan terhadap Tuhan yang satu yang sudah lama.
3. Teori Relevasi
Kata relevasi berarti wahyu, berarti semua agama itu adalah diwahyukan dari sumbernya,
yakni Tuhan. Teori ini sependapat dengan Oer-Monotheisme, karena relevasi juga mengakui
Tuhan yang satu, hanya berbeda dalam substansi sumbernya. Oer-Monotheisme cenderung
mengaitkan dengan bangsa primitive sebagai asal-muasalnya (the origin), sedangkan relevasi
mengakui doktrin monotheisme ini adalah dari kitab suci dan bersifat revelatif, merupakan ajaran
langsung daru Tuhan.

Tokoh teori ini adalah William Schmid, seorang katolik yang kuat sebagai teolog. Ia menulis
aryanya yang berjudul Der Ursprung der Gottesidee, yang terdiri dari delapan jilid yang besar. Ia
mengajukan teorinya tentang revelasi yang dianggapnya berbeda dengan pendapat sebelumnya
yang diwakili oleh tokoh evolusi dan oer-monotheisme. Teori revelasi ini merupakan hasil
penelitiannya terhaap beberapa suku primitif yang ada di beberapa negara Asia.
D. Metode / Pendekatan dalam Studi Agama-Agama (Sejarah Agama-Agama)
Dalam studi sejarah agama-agama, yang menjadi sasaran penelitian adalah pengalaman
keagamaan pemeluk-pemeluk agama yang merupakan aspek insasiyah sebagai pemahaman dan
pengamalan ajaran agama. Pengalaman keagamaan ini adalah sejarah sebagai kultur manusia
yang dikenal sebagai ajaran yang bersifat historic. Jaran ini mungkin sama, mungkin juga
berbeda.

Para ahli studi agama-agama, antara lain Joachim Wach mengatakan bahwa pendekatan studi
agama termasuk sejarah-agama-agama ada empat macam :
1. Historical Approach
2. Sosiological Approach
3. Psichological Approach
4. Phenomenological Approach

Sedangkan H.A. Mukti mengistilahkan dengan metodos. Menurutnya, ada enam metodos studi
sejarah agama-agama.
1. Metodos Philologis
2. Metodos Historis
3. Metodos Antropology
4. Metodos Volker Psychologie
5. Metodos Sosiology
6. Metodos Apology
Secara substantif, keduanya cenderung berfikir ke arah kerangka methodology pengkajian
agama-agama dengan meminjam istilah multidisiplin. Hanya saja, Wach memaparkan
metodologi ke arah makro, sedangkan Mukti Ali dalam artian mikro.

E. Konsep Toleransi Beragama


Adanya ajaran agama yang bersifat normatif memberikan peluang untuk munculnya
konflik di tengah umat beragama, baik internal maupun eksternal. Masalah normatif pada agama
telah mempengaruhi keyakina agama secara radikal yang melahirkan adanya kecenderungan ke
arah fundamentalisme. Sikap pemeluk agama yang fundamentalistik cenderung menganggap
orang lain berbeda, bahkan bertentangan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pemeluk agama
yang menerima ajaran agama dalam konteks keyakinan, bukan pemahaman. Artinya, agama
hanya didudukan sebagai suatu sistem krido yang eksklusif dan tidak affair.

Umat beragama yang cenderung eksklusif tersebut memberikan ekses terisolirnya komunitas
tersebut dari khalayak dan pada akhirnya menjadi statis. Beragama statis menjadikan sikap tidak
toleran, bahkan berdampak makin menajamnya konflik dan pertentangan di kalangan umat
beragama. Tidak ada toleransi di antara umat beragama karena lemahnya studi deskriptif bagi
umat beragama, sehingga komunitas masing-masing pemeluk berjalan secara parsial dan
terpisah.

Pemahaman dan pengakuan adanya persamaan dan perbedaan merupakan modal dasar umat
beragama menuju tercapainya kerja sama dan toleransi antar umat beragama secara
komprehensif, sebab secara obyektif setiap agama memiliki peluang terjadinya konflik dan
toleransi diantara umat beragama baik secara internal maupun eksternal. Namun, kesemuanya itu
harus dikembalikan pada pemahaman ajaran agama oleh pemeluknya masing-masing. Artinya,
apabila pemahamannya rasional, tentu saja mudah terjadi kerukunan, sedangkan sebaliknya,
dipahami secara emosional, maka akan muncul konflik yang berkepanjangan.
http://www.adheb.info/2011/12/sejarah-agama-agama.html

www.adheb.info/2011/12/sejarah-agama-agama.html
19 Des 2011
sejarah agama kristen di dunia

PENGERTIAN AGAMA KRISTEN


Sesuai dengan rumusan Keputusan Sidang Umum DGD New Delhi 1961, yang berbunyi: Dewan
Gereja-Gereja Sedunia (DGD) adalah persekutuan gereja-gereja yang mengakui Yesus Kristus
adalah Allah dan Juru selamat menurut kesaksian Alkitab, bersama berupaya memenuhi
panggilan bersama bagi kemuliaan satu Allah, Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ada beberapa
prinsip dasar yang terkandung dalam rumusan ini, yang menggambarkan tentang agama Kristen,
yaitu:

1. Yesus Kristus dipercayai sebagai Allah dan Juruselamat

2. Alkitab sebagai sumber dimana pengakuan iman akan Yesus Kristus muncul

3. Ada misi panggilan di bumi

4. Punya tujuan keberadaan di bumi, yakni untuk kemuliaan dan kerajaan Allah Tritunggal,
Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

Dengan demikian maka agama Kristen dapat diartikan sebagai hubungan pribadi antara orang-
orang percaya dengan Allah dalam Yesus Kristus. Hubungan ini adalah hubungan ketaatan,
loyalitas, kepada Yesus Kristus dan menjadi pokok utama iman dan kepercayaan yang menuntun
kepada ikatan persekutuan dengan segala orang percaya di segala tempat dan segala abad.

Sejarah Umum
Mengenai kapan mulai muncul agama Kristen mulai, ada beberapa pendapat yang berbeda:
Pertama, mengatakan bahwa agama Kristen dimulai pada saat peristiwa Pentakosta (turunnya
Roh Kudus), karena pada peristiwa tersebut Tuhan memberikan Roh-Nya kepada Para Rasul atau
orang percaya lainnya, yang memberi kekuatan dan kemampuan kepada mereka untuk
mengabarkan Injil. Kedua, menunjuk kepada penyebutan terhadap pengikut Kristus sebagai
orang-orang Kristen di Antiokia (Kis. 15:7-21). Ketiga, ada yang menunjuk awal agama Kristen
pada peristiwa Paskah/Kebangkitan Yesus, karena anggapan bahwa kebangkitan Yesus itu
menjadi titik awal dari iman Kristen dan penyebarannya. Namun demikian, karena sumber
pengajaran atau tokoh yang mengajarkan agama Kristen /Injil adalah Yesus Kristus, maka tentu
awal sejarah agama Kristen dapat kita tunjuk pada waktu ketika Yesus masih hidup dan berkarya,
atau bahkan dapat ditunjuk pada saat kelahiran Yesus. Dengan kata lain, sejarah agama Kristen
sudah dimulai sejak Yesus ada di dunia dan melakukan karya penyelamatan-Nya.
Yesus: Riwayat Hidup dan Karyanya
Di dalam masa pelayanan Yesus, kita tahu bahwa Yesus merupakan Allah yang menjadi manusia
dengan tujuan untuk menyelamatkan manusia. Dengan tugas ini maka Yesus mulai mengajarkan
kabar suka cita atau keselamatan itu, melalui khotbah-khotbah-Nya, juga melakui mujizat-
mujizat dan melalui pemanggilan para murid atau pemuridan. Ketika Yesus berkarya kemudian
dilanjutkan oleh murid-murid-Nya, sudah banyak orang yang menjadi pengikut Kristus.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagaimana yang dilakukan dalam agama Kristen,
yaitu bersekutu (koinonia), memberitakan firman (marturia), melayani orang-orang (diakonia).

Keadaan dan Perkembangan Awal Umat Kristen


Kehidupan umat Kristen pada abad ke-1 ke-2, melanjutkan cara ketika bersama Yesus, yaitu
mereka berkumpul lalu membicarakan firman Tuhan, menyampaikan puji-pujian dan makan
bersama. Ibadah atau persekutuan ini, umumnya dilakukan di rumah-rumah atau di tempat-
tempat yang tersembunyi, khususnya di ruang bawah tanah (goa), ketika terjadi penganiayaan
atau penindasan terhadap orang Kristen (Kis 16:10; Rom 16:5, 15; 1 Kor 16:19). Belum ada
gedung gereja.

Gedung gereja pertama yang dipakai orang-orang Kristen baru berdiri di Edessa, di Syria tahun
200M. Pada awal sejarah gereja, umat Kristen yang ada terdiri dari berbagai latar belakang suku
bangsa. Namun yang paling menonjol dan berperan utama adalah orang-orang Kristen Yahudi.
Mereka terutama tinggal di Yerusalem. Karena mereka berlatar belakang Yahudi, maka mereka
masih beribadah di Bait Allah dan Synagoge, serta masih mempraktekkan ajaran Hukum Taurat
secara ketat (Kis 2:46; 3:1). Mereka tidak bergaul dengan masyakarat non Yahudi atau yang
disebut kafir (Kis 10). Pada masa awal itu di Yerusalem, orang-orang Kristen mengalami
penghambatan, seperti difitnah, dianiaya bahkan dibunuh. Karena hal ini, mereka lalu melarikan
diri dari Yerusalem dan pindah ke Samaria di bagian Utara daerah Palestina/Israel. Di sana
mereka menyebarkan Injil dan banyak orang yang termasuk kafir kemudian menerima Injil (Kis
8:19-30; 10). Dengan demikian sudah terjadi penyebaran Injil ke luar daerah. Tersebarnya Injil di
luar Yerusalem dan terhadap orang-orang bukan Yahudi menyebabkan masalah dalam
lingkungan umat Kristen.

Masalahnya adalah orang-orang Kristen Yahudi itu hendak memaksakan pelaksanaan Hukum
Taurat atau tradisi Yahudi kepada orang-orang Kristen baru dari bangsa lain. Juga dalam hal-hal
tertentu, mereka tidak mau bergaul dengan orang-orang Kristen bukan Yahudi, misalnya di
Anthiokia, Petrus tidak mau bersama dengan orang-orang Kristen itu (Kis 15:1-2, 7-21, Gal
2:11-14). Tetapi ketika di Yerusalem, Petrus bersedia masuk ke rumah Kornelius yang bukan
Yahudi. Di pihak lain, yaitu Paulus mengajarkan bahwa kita dapat bergaul dengan sesame orang
Kristen yang bukan Yahudi karena mereka adalah saudara-saudara seiman. Mereka juga tidak
harus mengikuti aturan atau adat Yahudi atau Taurat dan mereka dapat diselamatkan (Gal 5:6).
Persoalan ini diselesaikan melalui sidang para pemimpin gereja sekitar tahun 48, jadi 18 tahun
setelah Pentakosta (Kis 15). Di sini Paulus berhasil meyakinkan orang-orang Krsiten Yahudi
bahwa orang-orang Kristen bukan Yahudi tidak harus melakukan Hukum Taurat untuk
diselamatkan (Kis 15).
Dalam perkembangan kemudian, Injil tersebar secara luas dan pada tahun 175 sudah banyak
daerah yang menjadi Kristen termasuk bagian Eropa Barat, yaitu sebagian Perancis dan Roma
dan sebagian daerah Asian Kecil (Kis 18:24-25; Rom 16:20-24). Pusat pekabaran Injil adalah
kota Anthiokia (bagian Samaria) (Kis 11:20). Tokoh utama dalam penyebaran Injil ini adalah
Rasul Paulus. Di bagian Timur, yaitu daerah Syria dan Persia, penyebaran agama Kristen
dilakukan oleh orang-orang Kristen Yahudi. Pada tahun 179 Raja Edessa, salah satu kerajaan di
daerah Timur itu masuk Kristen. Agama Kristen manjadi agama Negara dan kerajaan Edessa
menjadi kerajaan Kristen yang pertama. (End, 24). Penyebaran Kristen juga mengarah ke
Selatan, yaitu ke Mesir dan ke Arabia, khususnya Yaman. Pada tahun 150 sudah ada banyak
orang Kristen di daerah tersebut. Pada tahun 180M, agama Kristen sudah tersebar di banyak
tempat dengan daerah yang luas, yaitu di Eropa bagian Selatan, Perancis dan Itali sekarang,
Arabia Selatan dan Persia. (End, 25)

Pergumulan Teologis
Di abad-abad pertama perkembangannya, agama Kristen mengalami pergumulan tentang pokok
ajarannya, khususnya mengenai Yesus; siapakah Dia sebenarnya; apakah Tuhan atau manusia;
Anak Allah atau anak manusia. Jadi persoalan ini menyangkut Kristologi. Bersamaan dengan
masalah Kristologi ini, muncul juga masalah hubungan antara Allah, Yesus dan Roh Kudus, yang
kemudian dikenal dengan masalah Trinitas. Soal-soal ini kemudian diselesaikan oleh umat atau
pemimpin-pemimpin Kristen melalui perumusan pokok-pokok ajaran atau pengakuan iman,
seperti Pengakuan Iman Rasuli (sekitar abad 2 M) dan melalui sidang-sidang atau konsili, seperti
Konsili Nicea (325M) dan Konstantinopel (381M), yang menghasilkan rumusan pengakuan
iman, yaitu Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel.

Penghambatan dan Penganiayaan


Sementara bergumul dengan masalah ajaran seperti tersebut di atas, orang Kristen mengalami
penghambatan atau penganiayaan, baik dari rakyat maupun pemerintah. Penghambatan terutama
terjadi karena orang-orang Kristen memiliki kehidupan yang berbeda dengan masyarakat.
Mereka menjadi eksklusif dengan tidak mengikuti kebiasaan masyarakat. Misalnya mereka tidak
mau menonton pertandingan antara binatang buas dengan manusia; tidak mau menonton drama-
drama yang menunjukkan ketidak-sopanan; tidak masuk dan memberikan persembahan kepada
dewa-dewa di kuil; dan tidak mengikuti upacara kenegaraan dan tidak menyembah dewa-dewa
atau kaisar yang disembah oleh masyarakat. (End, 53). Karena itu, orang Krsiten dicurigai dan
difitnah sebagai pelaku ajaan sesat. Misalnya mereka difitnah melakukan pembunuhan anak-
anak kecil untuk dikorbankan kepada dewa mereka (karena ada ajaran tentang pengorbanan
Anak manusia atau Anak Domba Allah, yaitu dalam diri Yesus); juga mereka difitnah membunuh
manusia dan dagingnya dimakan dan darahnya diminum bersama dalam perjamuan (karena ada
ajaran tentang makan roti dan minum anggur sebagai symbol tubuh dan darah Yesus yang
dikorbankan untuk menebus dosa); juga mereka difitnah akan memberontak di bawah pimpinan
seorang raja yang akan datang dan menciptakan kerajaan baru (karena ada ajaran tentang Yesus
yang datang sebagai Raja dan membawa Kerajaan yang baru, yaitu Kerajaan Sorga).

Dengan tuduhan dan fitnah itu, banyak orang Kristen dianiaya dan dibunuh, baik oleh rakyat
maupun oleh pemerintah. Kaisar pertama yang terkenal menganiaya umat Kristen adalah Kaisar
Nero, yang pada tahun 64 menuduh orang-orang Krsiten yang membakar kota Roma, kemudian
menganiaya orang-orang Kristen. Padahal dia sendiri yang membakar kota itu. Diduga bahwa
Rasul Petrus dibunuh pada masa penganiayaan ini. Tokoh-tokoh Kristen lain yang dibunuh pada
masa penganiayan ini adalah Ignatius (Uskup Anthiokia di Syria), Policarpus (Uskup Smirna di
Asia Kecil) dan Blandina (budak dari kota Lyon di Perancis). Penindasan yang dialami orang-
orang Kristen, tidak membuat mereka meinggalkan agama Kristen. Bahkan penindasan itu
membuat banyak orang bukan Kristen bersimpati dan kemudian menjadi Kristen. Dengan
demikian umat Kristen semakin bertambah banyak. Pada akhir abad ke-2, umat Kristen mulai
diberi kebebasan (End, 55). Mulai pada awal abad ke-3, penyebaran agama Kristen semakin luas
melingkupi seluruh wilayah Romawi, Persia bahkan sebagian India. Namun penghambatan
dimulai lagi secara intensif, yang dilakaukan oleh penguasa, yaitu Kaisar Desius (250 ) dan
Kaisar Diocletianus (th 300). Di jaman Kaisar Desius, orang Kristen dihambat karena mereka
tidak mau mempersembahkan korban kepada para dewa, yang disembah oleh kaisar. Di sini
mereka dituduh sebagai penghianat karena tidak mengikuti perintah kaisar. Setelah
penghambatan kaisar Desius ini, umat Kristen mengalami perkembangan yang baik. Mereka
diberikan kesempatan untuk menyebarkan agama Kristen dan di dalam perintahan ada
menduduki jabatan-jabatan penting. Namun, di masa Kaisar Diocletianus, penganiayaan terhadap
orang Kristen berlangsung lagi bahkan semakin dahsyat. Orang-orang Kristen dipecat dari
pekerjaan dan jabatan mereka, gedung-gedung gereja dibakar, uskup-uskup dibunuh. Perubahan
besar terjadi bagi umat Kristen ketika Kaisar Konstantinus Agung memerintah. Dia berpikir
bahwa menganiaya orang Kristen bukan hal yanag baik bagi Negara. Justru ajaran tentang
persaudaraan dan persatuan dalam agama Kristen penting bagi kesatuan dan kekuatan Negara.
Oleh karena itu, ia bersimpati dan melindungi orang Kristen. Ia mengeluarkan keputusan Milano
(th313), yang berisi: pertama, gereja diberikan kebebasan penuh untuk beraktivitas; kedua, milik
gereja yang dirampas nergara dikembalikan, bahkan pemerintah memberikan fasiltas untuk
membangun gedung-gedung gereja yang dirusak; hari Minggu dijadikan sebagai hari ibadah
resmi. Kaisar ini kemudian masuk Kristen. Setelah itu agama Kristen menjadi agama Negara,
khususnya ketika Kaisar Thoedosius (th 380) memerintah. Karena fasilitas ini, maka gereja
menjadi sangat kaya dan semakin berkembang pesat dari segi jumlah dan daerah penyebarannya.
Pada abad ke-5, penyebaran Kekristenan sudah meliputi daerah Asia Kecil, Eropa Barat,
Palestina dan sekitarnya, Afrika Utara, termasuk Arabia Selatan, Persia dan sebagian India.

Pemisahan antara Gereja Timur dan Barat


Setelah perkembangan yang pesat itu, gereja menjadi lembaga yang resmi dan kuat, muncullah
masalah-masalah menyangkut organisasi kepemimpinan dan ajaran. Karena hal itu, maka
terjadilah pemisahan antara gereja-gereja di Timur dan di Barat. Terjadilah yang disebut Gereja
Orthodoks Timur, yang berpusat di Konstantinopel/Turki sekarang dan Gereja Katolik Roma,
yang berpusat di Roma. Pemisahan ini terjadi sekitar tahun 600-an dan secara resmi dan nyata
pada tahun 1200. Perbedaan antara kedua gereja itu adalah: Gereja Orthodoks Timur masih
berpegang pada system Episkopal, yaitu kepemimpinan para uskup, dengan pemimpin (dalam
fungsi koordinasi). Pada saat itu pemimpinnya adalah uskup atau Patriakh Konstantinopel. Posisi
uskup ini hanya sebagai posisi kehormatan, dan tidak memiliki kekuasaan yang menentukan.
Sedangkan Gereja Katolik Roma, kekuasaan tertinggi ada pada Sri Paus di Roma, yang memiliki
kekuasaan yang menentukan di dalam kehidupan gereja dan Paus menjadi atasan bagi para uskup
lain. Mengenai ajaran, GOT menekankan kehidupan yang kekal atau tentang kefanaan dan
ketidak-fanaan. Sedangkan GKR menekankan bagaimana manusia menjadi benar atau soal dosa
dan rahmat. Dalam kehidupan bermasyarakat, GOT menekankan sikap kasih dan kerendahan
hati. sedangkan GKR menekankan tindakan/perbuatan. (End, 81-82).
Perkembangan GOT meluas dari daerah Asia Kecil ke arah Eropa Timur, yaitu sebagian wilayah
Rusia. Namun, mulai abad ke-7, GOT mulai menghadapi penghambatan dan bahkan akhirnya
harus tunduk di bawah kekuasaan Islam. Daerah-daerah yang dulunya memiliki jumlah orang
Kristen yang banyak/mayoritas, lalu dikuasai deleh Islam dan bahkan menjadi daerah Islam. Itu
terjadi di daerah Asia Kecil (Turkey sekarang) dan daerah-daerah Balkan (atau daerah bagian
selatan bekas Uni Sovyet, seperti Khazakstan, Uzbekistan, dsb), serta sebagian daerah-daerah
Eropah Timur. Sekarang ini, yang termasuk GOT adalah Gereja Orthodoks Yunani, Syria, dan
Rusia.

Di pihak lain, Gereja Katholik Roma berkembang pesat ke daerah Eropah Barat, seperti Italia,
Spanyol, Portugis, Prancis, Jerman, Belanda, Belgia, Inggris, dan negara-negara di Eropah Utara,
yaitu Swedia, Denmark dan Finlandia. Sejak abad ke-7 sampai abad ke-16, atau disebut sebagai
abad pertengahan, Gereja Katholik Roma berkembang dengan sangat pesat. Agama Kristen
menjadi agama resmi dan kekuasaan para uskup, khususnya Paus, di Roma menjadi sangat
menentukan. Bahkan raja-raja pun tunduk pada kekuasaan Paus. Agama Kristen menjadi suatu
lembaga yang sangat kuat, yang dengan kekuatan dan kekuasaan itu dapat memaksa rakyat untuk
melaksanakan ajaran dan praktek yang diterapkan gereja, dan bahkan juga dapat memerintahkan
raja-raja untuk mendukung dan melaksanakan kebijakan gereja.

Muncullnya Gereja Protestan


Sejak perkembangannya GKR menjadi sangat kuat di Eropa. Paus memiliki kekuasaan yang luar
biasa. Ajaran-ajaran gereja dimutlakkan, termasuk ajaran tentang api penyucian dan penghapusan
siksa. Ajaran tentang api penyucian adalah bahwa setelah orang mati dan sebelum orang masuk
pengadilan Tuhan, ia harus melalui api penyucian. Jika ia berdosa maka ia akan terbakar, tetapi
jika tidak maka dapat melewati api penyucian tersebut. GKR kemudian mengajarkan bahwa
supaya dapat selamat dari api penyucian orang harus bertobat dan menyucikan diri. Buktinya
adalah harus memiliki surat penghapusan siksa. Di dalam praktek, surat ini diperjual-belikan.
Martin Luther sebagai seorang biarawan dan guru besar di univ. Wittenberg, bidang Kitab Suci,
melihat hal ini sebagai sesuatu yang tidak benar. Untuk itu, pada tgl 31 Oktober 1517, ia
menerbitkan 95 dalil, dalam bahasa Latin, yang menentang ajaran GKR yang tidak benar itu. Dia
menempelkan 95 dalil tersebut di pintu gerbang gereja di Wittenberg, kemudian diterjemahkan
oleh murid-muridnya dalam bahasa Jerman. Banyak orang membaca dalil tersebut dan
menyetujui pendapat Luther. Hal ini menimbulkan protes terhadap GKR. Protes ini menjadi
gerakan umum melawan GKR dan disebut sebagai gerakan Protestan. Gerakan ini menghasilkan
bermunculannya gereja-gereja Protestan. Sedangkan Gereja Anglikan muncul di Inggris karena
Raja Inggris tidak menginginkan kewibawaanya sebagai raja harus ditundukkan oleh kekuasaan
Paus sebagai pemimpin agama Katolik.

Penyebaran Kekristenan Dari Eropa, GKR menyebar ke berbagai tempat: Amerika Latin, Afrika,
Inda dan Asia, khususnya sampai ke Indonesia. Demikian juga dengan gereja Protestan,
disebarkan ke Amerika Utara, Afrika, Asia dan khusus Indonesia

BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Makalah dengan tema pembahasan pada dasarnya untuk memenuhi tugas


agama.
Sistematika dan kedalaman materi agama yang dibahas dalam makalah ini
bertujuan untuk memahami lebih jauh mengenai pengertian,lahirnya dan sejarah perkembangan

agama kristen. Sehingga dengan tersusunnya makalah ini


diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan tentang Agama Kristen bagi kawan-
kawan Mahasiswa/i Lainnya baik di dalam kampus maupun di luar kampus.
Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat turut membantu dalam
meningkatkan mutu pendidikan Nasional.

B.Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui :


1.Pengertian agama kristen
2.Lahirnya agama kristen
3.Sejak kapan indonesia mengenal agama kristen

C.Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :

1.Untuk memahami tentang pengertian agama kristen


2.Untuk memahami tentang kapan lahirnya agama kristen
3.Untuk memahami sejarah perkembangan agama kristen
BAB 2
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN AGAMA KRISTEN

Sesuai dengan rumusan Keputusan Sidang Umum DGD New Delhi 1961, yang berbunyi:

Dewan Gereja-Gereja Sedunia (DGD) adalah persekutuan gereja-gereja yang mengakui Yesus

Kristus adalah Allah dan Juruselamat menurut kesaksian Alkitab, bersama berupaya memenuhi

panggilan bersama bagi kemuliaan satu Allah, Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

Ada beberapa prinsip dasar yang terkandung dalam rumusan ini, yang menggambarkan

tentang agama Kristen, yaitu:

Yesus Kristus dipercayai sebagai Allah dan Juruselamat

Alkitab sebagai sumber dimana pengakuan iman akan Yesus Kristus muncul
Ada misi panggilan di bumi

Punya tujuan keberadaan di bumi, yakni untuk kemuliaan dan kerajaan Allah Tritunggal,

Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

Dengan demikian maka agama Kristen dapat diartikan sebagai hubungan pribadi antara orang-

orang percaya dengan Allah dalam Yesus Kristus. Hubungan ini adalah hubungan ketaatan,

loyalitas, kepada Yesus Kristus dan menjadi pokok utama iman dan kepercayaan yang menuntun

kepada ikatan persekutuan dengan segala orang percaya di segala tempat dan segala abad.

2. LAHIRNYA AGAMA KRISTEN

Benih Agama Kristen sudah ada di bumi ini hampir 2000 tahun sebelum lahir ke muka bumi,

yakni ketika Allah memanggil untuk menjadi berkat bagi segala bangsa (Kej. 12:1-3)..

Agama Kristen lahir ketika Firman Allah menjadi manusia yang dalam diri Yesus Kristus dan

tinggal bersama dengan manusia (Yoh. 1:14). Dan manusia menerima Dia dan diangkat menjadi

anak-anak Allah (Yoh. 1:12). Ketika Yesus menyelesaikan karya penyelamatan Allah melalui

kematian-Nya di kayu salib, bangkit dari antara orang mati, naik ke sorga dan bersama dengan

Allah Bapa mengutus Roh Kudus ke atas murid-murid-Nya pada hari pentakosta, maka resmi

agama kristen lahir. Agama Kristen secara resmi lahir pada hari pentakosta di Yerusalem.

3. ALASAN PEMBERIAN NAMA KRISTEN

Nama Kristen bukanlah nama yang diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus, atau diberikan oleh

murid-murid Tuhan Yesus. Nama itu merupakan ejekan yang diberikan oleh penduduk Antiokhia,

Syiria kepada kelompok kecil orang-orang yang baru saja pindah ke kota itu pada Tahun 45M.
Dari kesaksian Kisah Para Rasul 11:19-30 menunjukan bahwa pemberian nama kepada

pendatang baru di kota itu. Mereka itu adalah murid-murid Yesus yang datang ke kota itu karena

penganiayan besar yang mereka alami karena iman kepada Yesus Kristus. Dengan kata lain

mereka menjadi surat Yesus Kristus yang dibaca oleh penduduk Antiokhia, sehingga untuk

pertama kalinya mereka disebut Kristen (Kis. 11:26). Dalam perkembangannya, nama Kristen

diterima oleh orang-orang percaya sebagaik identitas diri tanpa merasa malu atau merasa rendah

diri, tetapi diterima dengan sukacita dan kebanggaan diri pribadi dan persekutuan orang percaya

dalam sejarah umat Kristiani.

4. CIRI KHAS AGAMA KRISTEN

Wujud dari kasih Allah akan dunia ini maka agama Kristen lahir dan berkembang hingga kini.

Agama Kristen sendiri ada di muka bumi karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini

sehingga rela mengutus anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia (Yoh. 3:16). Jadi sebenarnya cirri

khas agama kristen adalah kasih. Alkitab yang dimiliki oleh umat Kristen menjadi pedoman

hidupnya adalah Kitab Suci Kasih. Seluruh isi Alkitab diringkas dalam Mat. 22:37-40 yang

berbunyi,Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan

dengan segenap akal budimu. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah: kasihilah

sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum

Taurat dan Kitab para Nabi.

5. DASAR-DASAR AGAMA KRISTEN

Prinsip-prinsip dasar kekristenan:

1. Penyataan Allah

Maksud dari penyataan Allah:


Penyataan ialah tindakan Allah dalam membuka rahasia diri-Nya

Penyataan ialah keterbukaan diri Allah sendiri kepada manusia

Penyataan terjadi dalam dialog antara Allah dengan manusia

Dalam penyataan, ada hubungan erat antara peristiwa dan penyataan

1. Iman Kristen (Sola Fide)

Ada empat unsur iman:

Iman sebagai kepercayaan kepada hal yang dianggap penting

Iman sebagai hubungan perorangan dengan Tuhan Allah

Iman sebagai pengikutsertaan dalam pekerjaan Allah

Iman sebagai penderitaan tentang apa yang benar, sebagaimana dikatakan dalam Alkitab

1. Anugerah (Sola Gratia)

Iman dan anugerah saling berhubungan. Iman Kristiani adalah anugerah dari Allah. Hanya

karena anugerah Allah kita dapat beriman, yakni berhubungan dengan Allah dalam Yesus

Kristus, dan dalam hubungan itu keselamatan yang kekal kita nikmati. Dengan demikian

keselamatan yang kekal akan dinikmati oleh orang-orang yang percaya hanya anugerah Allah,

pemberian yang cuma-cuma dari Allah (Sola Gratia).

2. Yesus Kristus

Tidak akan ada yang namanya agama kristen bila Allah tidak menyatakan diri-Nya kepada

manusia melalui Yesus Kristus. Agama Kristen sendiri merupakan hasil dari kelahiran Yesus di
bumi, melayani, bersaksi, menderita, mati dan bangkit dari antara orang mati dan naik ke surga.

Orang Kristen mengaku bahwa Yesus itu adalah Tuhan dan Juruselamat. Ia mengaku bahwa

Yesus itu Kristus dan Mesias. Pengakuan itu merupakan sikap hidup, tidak hanya dalam kata-

kata, tetapi suatu kehidupan di mana Yesus menjadi Tuhan, Raja dalam kehidupannya.

3. Alkitab

Alkitab adalah kitab suci orang Kristen. Kitab ini menyaksikan tentang kehidupan suatu bangsa

dan hubungannya dengan Allah mereka, atau dengan kata lain kitab ini bersifat histories. Tetapi

bukan hanya itu, di dalam kitab ini terdapat juga janji-janji dari Tuhan dan nubuat-nubuat para

nabi yang sudah tergenapi, sedang digenapi bahkan belum digenapi.

Alkitab mengandung kebenaran abadi, kebenaran yang bermakna menyelamatkan. Tetapi

kebenaran ini bukan sekedar kebenaran yang diketahui saja, melainkan kebenaran yang telah

terbukti dan dirasakan oleh setiap pelaku-pelaku kebenaran itu.

4. Keberadaan Agama Kristen di Indonesia

Agama Kristen ada di Indonesia erat hubungannya dengan kedatangan bangsa-bangsa barat di

Indonesia. Bangsa barat yang pertama kali datang di Indonesia ialah bangsa Portugis yang tiba di

Maluku pada tahun 1522 dan menyebarkan agama Katolik di sana. Kemudian mereka datang ke

Timor dan menyebarkan agama katolik. Kemudiann, bangsa Belanda menyusui datang ke

Indonesia untuk berdagang. Pada tahun 1602 Verenige Oost Indisce Compagnie (VOC) didirikan

bangsa Belanda. Pulau-pulau yang ditempati bangsa Portugis direbut oleh bangbsa Belanda dan

penduduk yang beragama katolik menjadi Kristen Protestan. Setelah VOC bubar, maka

pelayanan kepada orang-orang Kristen dibiayai oleh pemerintah Belanda. Kemudia di Belanda,
Jerman, Inggris dan Amerik muncul gerakan Pietisme, yang menyebabkan munculnya Yayasan-

yayasan pekabaran injil ke pulau-pulau di Indonesia.

6. SEJAK KAPAN INDONESIA MENGENAL AGAMA KRISTEN

Sesungguhnya, penyebaran agama Kristen di Indonesia merupakan bagian dari kegiatan

penyebaran Kristen ke seluruh dunia. Penyebaran agama Kristen sebenarnya sudah mulai

dilakukan semasa penjelajahan samudra.

Penyebaran Kristen Katolik dirintis oleh rohaniawan (pastor dan biarawan) sedangkan

penyebaran Kristen Protestan dirintis oleh para pendeta atau pengabar Injil. Lantas, sejak kapan

agama Kristen di Indonesia mulai disebarkan? Ternyata penyebaran Kristen di Indonesia sudah

mulai dirintis oleh dua rohaniawan Fransiskan dari Italia. Pada abad VII M, sudah ada

perkampungan Kristen di Fansur, dekat Barus, Sumatra Utara. Keberadaan umat Kristen di

daerah tersebut dimuat dalam catatan sejarawan Mesir, Sheik Abu Salih al-Armini. Namun, pada

abad-abad berikutnya perkampungan itu tidak diketahui lagi kabar beritanya.

Pada tahun 1321, rohaniawan Fransiskan bernama Oderico de Pordonone singgah ke Sumatra,

Kalimantan, dan Jawa. Ia berkunjung dalam rangka perjalanannya ke Cina dari Eropa. Ia sempat

berkunjung ke Istana Majapahit dan bandar Lamuri di Aceh. Pada tahun 1347, rohaniawan

bernama Joao de Marignolli sempat berkunjung ke Istana Samudera Pasai dan disambut hangat

di istana tersebut.

Hal-hal di atas memang belum memperlihatkan tumbuhnya pengaruh Kristen ke Indonesia.

Namun setidaknya sudah ada interaksi meskipun dalam tahap awal antara penduduk Nusantara

dengan rohaniawan-rohaniawan penyebar agama kristiani.


7. SEJARAH PERKEMBANGAN DAN MASUKNYA AGAMA KRISTEN DI

INDONESIA

Perkembangan Agama Kristen di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 zona waktu.

1. Sebelum kolonialisme Belanda

2. Saat kolonialisme Belanda

3. Setelah kolonialisme Belanda

1. Sebelum Kolonialisme Belanda

Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ke-7 di

Sumatera Utara. Kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak di dalam

Keuskupan Sibolga di Sumatera Utara adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia

2. Saat Kolonialisme Belanda

Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti

bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah, Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1534, di

kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius,

misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546

sampai tahun 1547. Namun ketika Belanda mengalahkan Portugis tahun 1605, Belanda mengusir

misionari-misionari Katolik dan memperkenalkan Kristen Protestan (dari aliran Calvinist Dutch

Reformed Church), sehingga terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran.

Perkembangan Kekristenan di Indonesia pada jaman itu cukup lambat. Hal ini

dikarenakan ajaran Calvinist merupakan aliran agama Kristen yang memerlukan pendalaman
Alkitab yang mendalam, sementara edisi Alkitab saat itu belum ada yang berbahasa Indonesia

(bahasa Belanda). Lagipula, VOC sebagai kendaraan Belanda untuk masuk dan menguasai

Indonesia saat itu adalah sebuah perusahaan sekuler dan bukan perusahaan yang cukup religius,

sehingga tidak mendukung penyebaran agama yang dilakukan oleh misionaris Belanda sendiri.

Setelah pengaruh VOC mulai tenggelam pada tahun 1799, pemerintah Belanda mulai

memperbolehkan penyebaran agama dengan lebih leluasa. Orang Kristen aliran Lutheran dari

Jerman yang lebih toleran dan tidak memaksa pemeluknya untuk mempelajari agama Kristen

dengan sedemikian dalam, mulai memanfaatkan perijinan tersebut untuk mulai menyebarkan

agama di antara orang Batak di Sumatera pada tahun 1861, dan misionari Kristen Belanda dari

aliran Rhenish juga menyebarkan agama di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah

3. Setelah Kolonialisme Belanda

Pada abad ke 20 setelah Belanda pergi dari Indonesia, agama Kristen dan Katolik mulai

berkembang pesat. Hal ini dimulai oleh sebuah keadaan pada tahun 1965, ketika terjadi peralihan

kekuasaan Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto. Saat itu, Komunisme (dan Atheisme)

merupakan hal yang dilarang oleh pemerintah. Semua orang-orang yang tidak beragama,

langsung dicap Atheis, dan dengan demikian sangat mudah untuk dituduh sebagai pengikut

Komunis. Saat itu, gereja dari berbagai aliran mengalami pertumbuhan jemaat yang pesat,

terutama dari orang-orang (sebagian besar beretnis Tionghoa yang berasal dari Cina, yang

merupakan negara Komunis) yang merasa tidak nyaman dengan kebijakan pemerintah mengenai

Komunisme dan Atheisme pada saat itu.


Pada akhir abad ke 20 sampai awal abad 21, banyak misionaris dari Amerika yang

menyebarkan aliran Evangelican dan Pentecostal. Aliran yang sering disebut "Karismatik" ini

merupakan aliran yang dianggap "modern" karena menggabungkan antara Kristen tradisional,

dengan pola pikir modern pada jaman ini

Cabang-cabang utama

Agama Kristen termasuk banyak tradisi agama yang bervariasi berdasarkan budaya, dan juga

kepercayaan dan aliran yang jumlahnya ribuan. Selama dua milenium, Kekristenan telah

berkembang menjadi tiga cabang utama:

1. Katolik (denominasi tunggal Kristen terbesar, termasuk Gereja Katolik ritus Timur, dengan

satu koma dua milyar penganut total, lebih dari setengah dari jumlah total penganut agama

Kristiani)

2. Protestanisme (terdiri dari berbagai macam denominasi dan pemikir dengan berbagai

macam penafsiran kitab suci, termasuk Lutheranisme, Anglikanisme, Calvinisme,

Pentakostalisme, Methodis, Gereja Baptis, Karismatik, Presbyterian, Anabaptis, dsb.

3. Ortodoks Timur (denominasi tunggal Kristen terbesar kedua, dan merupakan denominasi

Kristen terbesar di Eropa timur)

Selain itu ada pula berbagai gerakan baru seperti Bala Keselamatan, Gereja Masehi Advent Hari

Ketujuh, Mormon, Saksi-Saksi Yehuwa, serta berbagai aliran yang muncul pada akhir abad ke-19

maupun abad .
Hambatan dalam Penyebaran Agama Kristiani pada Masa Penjajahan Belanda

Perkembangan agama kristiani di Indonesia mengalami berbagai macam hambatan. Hal ini jauh

berbeda dengan penyebaran agama Hindu-Buddha dan Islam. Hambatan-hambatan itu

disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini.

a. Rasa curiga terhadap para misionaris

Para rohaniawan singgah ke Indonesia bersama dengan armada dagang Eropa baik Portugis,

Spanyol maupun Belanda. Tugas utama mereka mengurus keperluan rohani para awak. Lama-

kelamaan, para rohaniawan tergerak untuk menyebarkan agama kristiani kepada penduduk asli.

Para penguasa dan penduduk pribumi, pada umumnya menaruh curiga terhadap para rohaniawan

tersebut. Para rohaniawan dianggap sebagai sekutu bangsa-bangsa kolonial. Tindakan

penindasan yang dilakukan para pedagang maupun pemerintah kolonial, menimbulkan kesan

bahwa Kristen identik dengan kolonialisme. Padahal para rohaniawan tersebut datang dengan

maksud damai. Keadaan menjadi semakin parah jika orang-orang yang ikut dalam armada

Portugis dan Belanda tersebut merupakan kalangan yang dibuang karena tindak kriminal di

negaranya. Di Indonesia, sepak terjang mereka yang buruk, merugikan usaha para rohaniawan

untuk menyebarkan agama kristiani.

b. Adanya campur tangan penguasa Kolonial

Usaha-usaha penyebaran agama kristiani sering kali dimanfaatkan oleh penguasa kolonial. Para

pengusaha ataupun pemerintah kolonial yang ada umumnya lebih mementingkan keuntungan

ekonomi sering kali melakukan campur tangan dalam urusan gereja. Hal ini mengakibatkan

penyebaran agama kristiani dilakukan dengan cara serupa dengan kegiatan kolonialisasi.

BAB 3

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dari uraian mengenai sejarah perkembangan dan masuknya agama Kristen di Indonesia dapat

disimpulkan bahwa agama Kristen masuk ke Indonesia pada abad ke-16. Hal itu disebabkan

agama Kristen diperkirakan masuk ke Indonesia bersamaan dengan kedatangan bangsa Eropa di

Indonesia.Sejak abad ke-15 Paus di Romamemberi tugas kepada misionaris bangsa Portugis dan

Spanyol untuk menyebarkan agama Katholik. Kemudian bangsa Belanda tertarik untuk

menyebarkan ajaran agama Kristen Protestan dengan mengirimkan para Zending di negeri-negeri

jajahannya. Dan mulai dari situlah agama Nasrani disebarkan di Indonesia.

B. KRITIK DAN SARAN

Di dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih

jauh dari apa yang di sebut sempurna. Untuk itu saya sebagai penulis mengharapkan saran dan

kritik yang bersifat membangun. Karna penulis masih dalam tahap belajar semoga makalah ini

menjadi salah satu mutivasi bagi kita semua. Amin !!!

DAFTAR PUSTAKA

Lakamal, Imanuel, dkk.2006. Revisi Bahan Ajar Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen.
Undana: Kupang.

http://www.sarapanpagi.org/martin-luther-vt69.html

Spiritual-World@googlegroups.com
http://www.scribd.com/doc/42278138/Sejarah-Agama-Kristen-Protestan

http://agama.kompasiana.com/2010/07/08/antara-kristen-katolik-dan-protestan/

Proses masuknya Kristen ke Indonesia


Pada abad XVI, bangsa Portugis dan kemudian bangsa Belanda datang ke
Indonesia. Maksud kedatangan mereka ke Indonesia sebenarnya adalah mencari
rempah-rempah yang akan mereka perdagangkan di Eropa. Yang pertama datang ke
wilayah Nusantara ini adalah armada dagang Portugis yang sebelumnya telah
merintis jalan melalui Tanjung Harapan.

Kemudian, kedatangan Portugis itu disusul oleh armada dagang Belanda. Selengkapnya tentang
perjalanan Portugis ke bumi Nusantara lihat pada artikel Tokoh perintis penjelajahan samudra
portugis

Armada Portugis yang pertama dipimpin oleh Alfonso D Albuquerque dan tiba di Maluku serta
mulai mengadakan pendekatan dengan penduduk asli. Dalam perjalanannya itu ikut serta imam-
imam Katolik yang kemudian menyebarkan agama Katolik. Armada Belanda datang kira-kira
pada awal abad XVII setelah sekian lama bangsa Portugis berada di Indonesia.

Kedua bangsa inilah yang memperkenalkan agama Kristen, yaitu Kristen Katolik dan Kristen
Protestan di Indonesia. Pada dasarnya kedua agama tersebut sama, karena keduanya memiliki
kitab suci yang disebut Al-kitab yang terdiri dari perjanjian Lama dan Perjanjian Baru atau Injil.
Akan tetapi keduanya mempunyai sejarah yang agak berbeda.

Masuknya Agama Kristen Katolik


Agama Kristen Katolik disebarkan pertama kali di Indonesia oleh imam-imam Katolik. Agama
ini diperkenalkan kepada penduduk asli dengan cara damai dengan penuh cinta kasih. Seorang
imam yang terkenal pada waktu itu adalah Fransiscus Xaverius, yang telah banyak memberikan
waktu dan tenaganya bagi pekerjaan misi di Indonesia.

Misi Katolik ini bekerja tidak hanya di Maluku, tetapi juga di Flores, Timor Timur, Kepulauan
Kei, Pulau Jawa, yaitu di sekitar Muntilan, Malang, dan Jakarta, serta pulau-pulau lain di
Indonesia.

Selain mengajarkan agam, misi Katolik juga membangun sekolah-sekolah dan rumah sakit yang
tersebar di seluruh Indonesia. Karya misi Katolik ini tidak hanya terbatas pada orang yang
beragama Katolik saja, tetapi bagi semua orang, apapun agama atau kepercayaannya.

Pusat agama Katolik di seluruh dunia terletak di Vatican, suatu wilayah di negara Roma, Italia.
Pimpinannya disebut Paus. Pimpinan gereja Katolik di Indonesia disebut Majelis Agung Wali
Gereja Indonesia (MAWI). MAWI sering melakukan pendekatan antara kelompok-kelompok
agama Kristen Katolik dengan kelompok agama lain yang ada di Indonesia.

Masuknya Agama Kristen Protestan


Bangsa Belanda memperkenalkan agama Kristen Protestan untuk pertama kali di Indonesia.
Mula-mula penyebaran itu di arahkan kepada orang yang berada di sekitar tempat perdagangan
rempah-rempah, umumnya di Maluku dan kemudian meluas ke segala pelosok di tanah air.

Pendeta-pendeta Protestan yang datang yang datang dari Negeri Belanda pada umumnya bekerja
untuk bangsa Belanda, tetapi kemudian mereka juga mengajarkannya kepada penduduk asli.
Dalam penyiaran ini pemerintah penjajahan sangat membatasi pekerjaan pengabaran agama
kepada penduduk asli, karena takut mengganggu perdagangan yang mereka laksanakan.

Namun, penyebaran agama tidak dapat dan tidak boleh disamakan dengan kepentingan dagang.
Oleh karena itu, meskipun terdapat hambatan dari pemerintah penjajah, agama Kristen Protestan
berkembang terus.

Selain dari bangsa Belanda pendeta dari Jerman, Amerika dan Swiss juga bekerja di Indonesia.
Pada umumnya mereka bekerja di pelabuhan, seperti Kalimantan, tanah Batak dan Irian Jaya.
Karena para pendeta tidak datang hanya dari satu wilayah, umat Kristen Protestan itu terdiri dari
berbagai gereja.
Nama gereja-gereja itu disesuaikan dengan nama wilayah tempat gereja-gereja itu semula
didirikan. Misalnya Gereja Jawa, Gereja Protestan Maluku, Gereja Kalimantan, Huria Kristen
Batak Protestan, dan Gereja Kristen Sulawesi Selatan.

Setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, kesadaran sebagai satu bangsa


ini tampak juga didalam kehidupan gereja. Sejak itu diadakan pendekatan-pendekatan untuk
mempersatukan gereja-gereja ini. Pada tahun 1950 didirikanlah Dewan Gereja-gereja Indonesia
(DGI). DGI inilah yang menjadi wakil umat Kristen Protestan di Indonesia.

Meskipun agama Kristen Katolik dan Kristen Protestan diperkenalkan oleh bangsa Eropa, agama
itu bukan milik bangsa Eropa. Pemeluk agama-agama itu adalah juga bangsa Indonesia. Sebagai
satu keluarga besar bangsa Indonesia, pemeluk agama Kristen Katolik dan Kristen Protestan
sama dengan pemeluk agama lainnya.

Perkembangan Masuknya Agama Kristen


di Indonesia
9 September 2014 / 3science4

Oleh : Andreas Kevin, Thalia Alfaresa, Raihan Khafidz

Proses masuknya agama Kristen di Indonesia

o Pada abad 16, bangsa Portugis masuk ke Indonesia, diikuti bangsa Spanyol
dengan tujuan berdagang rempah rempah. Banyak dari para pedagang dan
misionaris Portugis memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Katolik di
Indonesia. Salah satunya bernama Fransiskus Xaverius, pendiri ordo Yesuit.
Mereka mulai di Maluku pada tahun 1534.

o Tak lama setelah itu, Portugis dan Spanyol mulai memperluas pengaruh agama
Katolik ke Manado dan Minahasa. Tetapi, ketika Portugis kalah dari Belanda pada
tahun 1605, Belanda mengusir para penyebar agama Katolik dan
memperkenalkan agama Kristen Protestan.
o Belanda membentuk perkumpulan Protestan di beberapa wilayah, sebagai contoh
di Tanah Toraja, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. Saat ini, kebanyakan
penduduk asli Sulawesi Utara menjalankan agama Protestan.

Perkembangan agama Kristen di berbagai daerah di Indonesia

o Berkembangnya Agama Nasrani tidak bisa lepas dari kedatangan bangsa Barat.
Dari segi agama, ambisi orang-orang Eropa ke kawasan Timur berkaitan dengan
adanya semangat bangsa-bangsa Barat untuk melanjutkan Perang Salib dan
sekaligus menyebarkan agama Kristen. Terdapat perbedaan pendapat tentang
sejarah awal keberadaan penganut Nasrani di Indonesia. Pendapat pertama
menyatakan bahwa sudah terdapat orang beragama Nasrani sebelum kehadiran
bangsa Barat di Kepulauan Indonesia, yaitu pada abad ke-7 berdasarkan
diketemukannya orang yang beragama Katholik di Barus dan Sibolga. Hal ini
diperkuat juga dengan keberadaan penganut Nasrani di Sumatra Selatan, Jawa dan
kalimantan pada abad ke-13 dan 14.

o Sedangkan pendapat kedua menyatakan kehadiran pengaut Nasrani baru ada


setelah kehadiran orang Barat. Pendapat ini berpegang pada peristiwa pemandian
terhadap penduduk Halmahera pada tahun 1534. Peristiwa ini secara luas
dipegang sebagai awal penasranian penduduk di Kepulauan Indonesia.

o Bukti-bukti menunjukkan bahwa sejak kedatangan Portugis dan Spanyol di


Kepulauan Indonesia, proses penyebaran agama Kristen mulai berlangsung. Hal
ini dikaitkan dengan motif agama selain ekonomi yang dilakukan oleh kedua
bangsa tersebut sebagai imperialisme kuno. Selain Malaka dan kepulauan Maluku
merupakan salah satu wilayah pertama bersentuhan dengan agama Nasrani,
khsusnya Katholik. Raja Ternate bernama Tabarija yang diasingkan Portugis ke
Goa pada tahun 1535 dilaporkan memeluk agama Nasrani sejak dipengungsian.
Perkembangan agama Katholik semakin pesat sejak rohaniawan Spanyol bernama
Francisacus Xaverius yang merupakan pendiri Orde Jesuit bersama Ignatius
Loyolo melakukan kegiatan keagamaan di tengah-tengah masyarakat Ambon,
Ternate dan Morotai antara tahun 1546-1547.

o Kehadiran Belanda di Indonesia merubah peta pengkristenan di wilayah ini. Di


Maluku sebagian besar penduduk yang telah beragama Katholik berganti menjadi
Calvinis. Bahkan, VOC melarang misi Katholik melakukan kegiatan kegamaan.
Biarpun sampai awal abad ke-19 Belanda sebenarnya tidak secara resmi
mendukung kegiatan para penyebar agama Protestan, proses pengkristenan
penduduk lokal berbagai wilayah di Indonesia tidak dapat dihindari.

o Pada tahun 1619 Pendeta Hulsebos mendirikan jemaat pertamanya di Jakarta.


Dalam perkembangannya, pada awal abad ke-18, sebagian besar jemaat Nasrani
yang berada di bawah gereja Calvinis, bersama-sama orang Katholik kelompok
gereja reformasi lainnya seperti Romanstran dan Lutheran dilarang.
o Gereja Lutheran baru boleh melakukan kegiatan pada tahun 1745 di bawah
pengawasan tentara bayaran Jerman.Memasuki abad ke-19 penyebaran agama
Nasrani semakin meluas ke berbagai wilayah di Indonesia. Kelompok misionaris
Katholik dari gereja reformasi baik Eropa maupun Amerika mulai berdatangan.
Pengangkatan Jacob Grooff sebagai uskup Katholik pertama di Indonesia pada
tahun 1845 telah memancing munculnya perdebatan panjang di kalangan pemeluk
Nasrani baik di Indonesia maupun Belanda yang memicu konik antara gereja
dan negara.

o Berdasarkan peratruran yang berlaku sejak tahun 1854 para guru, rohaniawan dan
misionaris Nasrani harus memiliki ijin khusus dari Gubernur Jenderal ketika akan
melakukan pekerjaan di wilayah Hindia Belanda. Wilayah Ambon dan sekitarnya
menjadi hak eklusif gereja reformasi sampai tahun 1921. Daerah Batak juga
menjadi daerah eklusif. Orang-orang Nasrani memulai kegiatan mereka di Sipirok
pada tahun 1861, sementara misionaris Katholik baru diperkenankan masuk di
wilayah ini pada tahun 1928. Begitu juga di wilayah Papua yang dikuasai oleh
Belanda, jemaat Katholik di Flores dan Timor bagian barat diserahkan kepada
Serikat Sabda Allah.

Mengapa agama Kristen di Indonesia Timur berkembang Pesat?

o Pada abad XVIII VOC bangkrut dan membubarkan diri yang diakibatkan karena
korupsi pegawainya. Kemudian pemerintah kolonial menangani secara langsung
kehidupan umat Kristen dengan membentuk suatu gereja Protestan pemerintah-
Inische Kerrk- tepatnya pada tahun 1835. Dari Inische Kerrk inilah lahir Gereja-
gereja Etnis yang besar di Indonesia bagian Timur, yaitu Gereja Masehi Injili
Minahasa, gereja Protestan Maluku, dan Gereja Masehi Injili di Timor. Jemaat-
jemaat lainya tergabung dalam satu sinode tersendiri, yaitu Gereja protestan di
Indonesia bagian Barat.

Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Kekristenan

Você também pode gostar