Você está na página 1de 22

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA BAHAN KIMIA KULIT


PADA PROSES BEAM HOUSE OPERATION (BHO)
Dosen Pengampu Indri Hermyati, B.Sc., S.T

Disusun Oleh:

KELOMPOK 6
1. Ega Holiyan Meilia. L 140101017
2. Puput Ayu Wulandari 140101030

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................. 2
ANALISA BAHAN KIMIA BEAM HOUSE OPERATION....................................3
PROSES PICKLING.................................................................................... 3
A. TUJUAN......................................................................................... 3
B. DASAR TEORI................................................................................. 3
C. ALAT DAN BAHAN..........................................................................7
D. CARA KERJA.................................................................................. 9
E. DATA PENGAMATAN.....................................................................11
F. PERHITUNGAN............................................................................. 13
G. PEMBAHASAN.............................................................................. 15
ANALISA BAHAN KIMIA BEAM HOUSE OPERATION
PROSES PICKLING

A. TUJUAN
1. Menganalisa pH kulit sebelum pickle
2. Menganalisa kadar air kulit masuk
3. Menganalisa kesadahan air masuk
4. Menganalisa kadar HCOOH dan H2SO4 teknis
5. Menganalisa kadar NaCl teknis

B. DASAR TEORI
1. Kulit Pickle
Menurut thortensen (1976), kulit pickle adalah kulit
yang diperlakukan terhadap garam dan asam menuju ph
yang diinginkan untuk penyamakan dan pengawetan
kulit. Proses pengasaman menggunakan bahan kimia
yang nantinya mampu merubah muatan protein kulit
menuju ph 2,5-3,0. Hal ini karena bahan penyamak
mineral yang digunakan bermuatan positif, sehingga
penetrasi bahan penyamak ke dalam serat-serat kulit
dapat berjalan lancer.
Sedangkan menurut OFlaherty (1978), pengasaman
adalah perlakuan kulit terhadap asam dan garam.
Proses ini umumnya dilakukan setelah buang bulu dan
pengikisan protein dengan tujuan menyiapkan bahan
untuk samak mineral. Pada dasarnya pengolahan ini
dilakukan sebelum samak mineral untuk membuat agar
bahan dalam kondisi asam untuk mencegah
pengendapan garam-garam krom yang tidak larut di
dalam serat kulit.

2. Kulit Domba Pickle


Kulit pickle adalah pengawetan dengan cara
mencampur garam serta asam dengan komposisi dan
cara tertentu sehingga suasana kulit berubah menjadi
asam. Daya tahan simpannya kurang lebih 1 tahun,
asalkan ph dikontrol kurang lebih 2,5 (fahidin dan
muchlis, 1999). Pengawetan kulit pickle proses yang
menggunakan garam dan asam untuk mencapai ph
rendah untuk dipersiapkan kondisi kulit terhadap bahan
penyamak, juga merupakan salah satu cara pengawetan
kulit mentah agar tidak busuk maupun untuk
dipersiapkan untuk proses penyamakan (thorstensen,
1993).
Menurut Sarkar (1995) pickling adalah proses
pengasaman menjadi operasi persiapan yang sangat
penting sebelum tanning, khususnya krom pada ph
yang lebih rendah di mana kromium dasar sulfat
cenderung untuk mengendapkan. Praktek normal dalam
pickle asam sulfat, asam klorida, asam formiat baik
sendiri atau dalam kombinasi, jumlah asam tergantung
pada jenis kulit pada tujuan yang akan digunakan.
Kulit pickle yang baik juga dipengaruhi oleh
jumlah garam yang digunkan pada proses
pembuatannya, bila garam yang digunkan terlalu
banyak akan mengakibatkan permukaan yang tidak rata
pada kulit jadi (leather0 dan bila terlalu sedikit akan
menyebabkan pembengkakan (purnomo, 1985) serta
menyebabkan penyusutan ketebalan kulit oada akhirnya
kulit akan berwarna putih, bertekstur lembut dan lemas
(purnomo & wazah, 1984).
Menurut Thorstensen (1976), proses
pengasaman merupakan perlakuan kulit dengan garam
dan asam untuk membawa kulit pada ph yang
diinginkan unutk disimpan atau disamak. Pada tahap ini
kulit direaksikan dengan bahan kimia untuk
menghasilkan karakter kulit yang diinginkan. Pemberian
sejumlah garam digunakan untuk mengontrol
pembengkakkan kulit, karena ph dibawah pada daerah
yang sangat rendah yaitu ph 2 atau lebih rendah.
Konsep dasarnya kulit diasamkan hingga mencapai ph
tertentu, bervariasi antara ph 2,5-3,5 tergantung dari
tujuan pengasamannya. Pengasaman berarti
menambahkan asam seperti asam sulfat, asam formiat,
asam oksalat dll kedalam kulit.
Selama pengasaman, struktur protein seperti
kolagen, gugus rantai samping nya (amina- NH2) akan
mengalami protonisasi sehingga mengakibatkan ketidak
seimbangan muatan positif dan negative. Penambahan
asam hingga ph dibawah titik iso elektrik menyebabkan
ionisasi seperti asam lemah. Menurut Purnomo (2008)
titik iso elektrik adalah ph dimana muatan negative dan
positif pada protein kolagen seimbang atau dalah
jumlah yang sama. Pada ph 5,6 protein kolagen
mempunyai gugus (-COO-) dan (-NH3+) dalam jumlah
yang sama TIE=5,6. Seperti diuraikan diatas pada ph di
bawah TIE kulit cenderung bermuatan positif.
Sedangkan di atas ph TIE kulit cenderung memiliki
kuatan negative. Pada saat terjadi ketidakseimbangan
muatan baik positif atau muatan negative kulit akan
mengalami kebengkakkan (swelling) yang disebabkan
aksi tolak menolak muatan sejenis sehingga terjadi
ruang antara serat yang segera terjadi imbisi air
(dimasuki air) akibatnya kulit bertambah tebal, volume
meningkat, kulit mengalami kebengkakan dan sehingga
kulit akan mengalami kerut.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses
pengasaman
a. Pengaruh kepekatan garam
Cairan pickle yang terlalu pekat akan
mengganggu terjadinya ikatan antara molekul-
molekuul obat penyamak. Hal ini juga
mengakibatkan kulit tersamak menjadi kulit tidak
supel (untuk kulit samak krom). Pada saat kulit
kering, garam yang terkandung dalam cairan
pickle akan keluar ke permukaan kulit sehingga
permukaan kulit menjadi kurang rata. Sebaliknya
jika terlalu cair kulit tidak dapat menahan aksi dari
asam sehingga akan terjadi pen]mbengkakkan
(acid swelling). Adanya acid swelling ditandai
dengan kult yang terasa licin, lemas dan mulur
(purnomo, 1985).

b. Pengaruh penggunaan jenis asam pada proses


pengasaman
Proses pengasaman menggunakan H2SO4
menjadi kulit tersamak penuh (full), tetapi pada
bagian nerf kulit terasa kurang halus. Sementara
penggunaan HCOOH pada proses pengasaman
akan berfungsi sebagai masker. Hal ini menjadikan
permukaan lebih halus tetapi harga yang lebih
mahal dari pada asam sulfat.

3. Pickling atau Pengasaman


a. Tujuan
Proses ini mempunyai beberapa tujuan.
1) Menyiapkan kulit masuk proses penyamakan
khususnya penyamakan krom
2) Menyiapkan kulit untuk diawetkan dalam jangkan
(1-2 tahun)

b. Bahan kimia
1) Garam dapur (NaCl). Digunakan sebagai penahan
kebengkakan kulit apabila diasamkan sampai
mencapai ph 2-3. Penggunaannya sangat
bervariasi antara 7%-15% tergantung dari
tujuannya. Apabila ingin langsung disamak maka
penggunaannya cukup 7%-8% atau kepekatan
6,0-6,5 Be. Namun apabila kulit akan diawetkan
atau disimpan atau dieksport maka kepekatan
garam mencapai 10-12 Be atau menggunakan
12%-15% garam dihitung dari berat bloten.
2) Asam. Asam yang sangat umum digunakan
adalan asam sulfat dan asam formiat.
Penggunaannya selalu dikombinasi dari
keduanya. Penggunaan asam sulfat berkisar 1%-
1,5% sedang asam formita antara0,5%- 0,75%
dihitung dari berat bloten. Standar baku kulit
yang langsung disamak krom adalah 3,0-3,1
tetapi untuk kulit yang akan diawetkan biasanya
ph akhir dipatok 2,2-2,4.
3) Antimould/anti jamur. Bahan ini terutama
digunakan bila kulit akan disimpan dalam jangka
waktu lama untuk dieksport. Jamur akan mudah
tumbuh terutama diudara lembab walaupun
dalam suasana asam seperti jamur tipe
aspergillus niger yang berwarna hitam. Terkena
jamur yang akan membekas pada kulitnya dan
sulit untuk dihilangkan. Anti jamur yang banyak
digunakan antara lain turunan dari clorophenol,
seperti Triclosan, heksaklorofenol, komponen nitro
contoh bronapol, bronidox dll.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Analisa Kulit Masuk
a. Analisa pH Kulit Sebelum Pickle
1. Alat
Alat yang digunakan adalah:
- Neraca analitik
- Gelas arloji
- Erlenmeyer 250 ml
- Propipet
- Pipit gondok 100 ml
- Gunting
- Pipet volum 10 ml

2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah
- Sampel kulit pickle
- Aquades bebas CO2
- Kertas pH

b. Analisa Kadar Air Kulit Masuk


1. Alat
Alat yang digunakan adalah:
- Cawan porselen
- Oven
- Gunting
- Neraca analitik
2. Bahan
Bahan yang digunkan adalah:
- Sampel kulit pickle 2,5 gram

c. Analisa Kesadahan Air Masuk


1. Alat
Alat yang digunakan adalah:
- Pipet gondok 25 ml
- Erlenmeyer 250 ml
- Buret 50 ml
- Statif dan klem
- Kompor listrik
- Propipet
- Pipet ukur 10 ml
- Corong kaca
- Kertas saring
- Labu takar 50 ml
- Botol semprot
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
- Sampel cairan pickle
- Indicator MO
- Larutan NaOH 0,1 N
- Larutan Na2CO3 0,1 N
- Larutan HCl 0,1 N

d. Analisa Kadar H2SO4 dan HCOOH Teknis


1. Alat
Alat yang digunakan adalah:
- Buret 50 ml
- Statif dan klem
- Erlenmeyer 250 ml
- Pipet tetes
- Gelas beaker 100 ml
- Propipet
- Labu ukur 100 ml
- Botol semprot
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
- Akuades
- Indikator MO
- Larutan NaOH 0,5 N
- H2SO4 Teknis
- HCOOH Teknis

A.
D. CARA KERJA
1. Analisa Kulit Masuk
a. Analisa pH Kulit Sebelum Pickle
1) Menimbang 5,0459 gram sampel kulit pickle
2) Memasukkan dalam Erlenmeyer 250 ml dan
menambahkan 100 ml aquadest bebas CO2
3) Menggojog selama 4 jam kemudian
mendiamkan selama beberapa menit
4) Memipet 10 ml larutan kemudian
mengencerkan 10 kali dengan aquades
5) Mengecek nilai pH dengan menggunakan
kertas pH

b. Analisa Kadar Air Kulit Masuk


1) Menimbang cawan porselen, kemudian
menimbang sampel kulit picle sebanyak 2,5
gram
2) Meletakkan sampel kulit dalam cawan
porselen
3) Menyalakan oven dan menunggu hingga
suhu oven mencapai 100 C
4) Memasukkan cawan porselen dalam oven
5) Mengoven selama 30 menit. Setelah itu
letakkan cawan dalam desikator kemudian
menimbang cawan + sampel
6) Memasukkan kembali cawan dalam oven.
Mengoven selama 15 menit kemudian
masukkan kembali dalam desikator.
Menimbang cawan + sampel.
7) Mengulang langkah 6 hingga didapat berat
konstan sampel
8) Mencatat data berat cawan+sampel awal
hingga didapat berat konstan.

c. Analisa Kesadahan Air Masuk


1) Mengambil sampel air pickle sebanyak 25 ml
ke dalam Erlenmeyer 250 ml
2) Menambahkan indicator MO sebanyak 3 tetes
3) Menitrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
kemudian memanaskan sampel hingga pH
netral
4) Menambahkan 10 ml Na2CO3 0,1 N dan 10
ml HCl 0,1 N
5) Memanaskan kembali sampel selama 10
menit kemudian dinginkan
6) Menyaring sampel tersebut dengan kertas
saring dan memasukkan ke dalam labu takar
50 ml dan menambahkan aquadest sampai
tanda batas.
7) Mentitrasi kembali NaOH 0,1 N hingga warna
sampel berubah menjadi merah keunguan
8) Mencatat hasil yang didapat

d. Analisa Kadar H2SO4 dan HCOOH Teknis


1) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan dalam praktikum
2) Membuat larutan H2SO4 0,5 N dari larutan
36 N dengan metode pengenceran
3) Memasukan larutan H2SO4 0,5 N kedalam
Erlenmeyer 250 ml dan tambahkan 3 tetes
indicator MO
4) Mentitrasi larutan menggunakan larutan
NaOH 0,5 N hingga terjadi perubahan warna
dari ungu menjadi biru
5) Mencatat hasil titrasi
E. DATA PENGAMATAN
1. Analisa Kulit Masuk

a. Analisa Kulit Sebelum Pickle


1) Berat Sampel : 5,0459
2) pH pengenceran : 4
3) pH pickle : 3

b. Analisa Kadar Air Kulit Masuk


1) Berat cawan porselen : 24,1253 gram
2) Berat sampel : 2,5050 gram
3) Berat sampel + cawan : 26,6303 gram
N Waktu (menit) Berat sampel + cawan Berat kulit
o (gram) (gram)
1 0 26,6303 2,5050
2 30 25,5068 1,1235
3 15 25,2313 0,2755
4 15 25,1035 0,1278
5 15 25,0497 0,0538

c. Analisa Kesadahan Air Masuk

N Sampel Titrasi Titrasi


Penambahan Perubahan
o (ml) I (ml) II (ml)
Titrasi I : orange
kemerahan
kuning
1 25 10,8 11 keorangenan
10 ml
(menggumpal saat
Na2CO3 + 10
dipanaskan kedua)
ml HCl
Titrasi II : kuning
keorangenan
2 25 45 35
orange sedikit
keruh
d. Analisa Kadar H2SO4 dan HCOOH Teknis

Volume Titran
No Titrat Perubahan Warna
(NaoH 0,5 N)
Merah bening
10 ml HCOOH + 3 tetes
1 61,5 ml orange kuning
indikator PP
bening
Merah bening
10 ml H2SO4 + 3 tetes indikator
2 175 ml orange kuning
PP
bening
F. PERHITUNGAN
1. Analisa Kulit Masuk
a. Analisa Kulit Sebelum Pickle
Analisa kulit masuk (analisa pH kulit sebelum pikel ) tidak ada

b. Analisa Kadar Air Kulit Masuk


Analisa kadar air kulit masuk
berat sampel awalberat konstan
100
Kadar air pickle = berat sampel awal
2,5050 gram0,0538 gram
100
= 2,5050 gram
2,4512 gram
100
= 2,5050 gram

= 97, 85

c. Analisa Kesadahan Air Masuk


1) Kesadahan sementara =

100000
25 ( a ) ml N NaOH
BM CaCO3 D
1000
4000 10,8 0,1
100,0869 D
Sampel I = 1000

= 432, 37 D

4000 11 0,1
100,0869 D
Sampel II = 1000

= 440, 38 D

2) Kesadahan jumlah =

100000
25 ( b2 a ) ml N NaOH
BM CaCO 3 D
1000
Sampel I =

4000 ( 4521,6 ) ml 0,1


56,08 D
1000

= 524, 9 D

4000 ( 3522 ) ml 0,1


Sampel II = 56,08 D
1000

= 291, 6 D
d. Analisa Kadar H2SO4 dan HCOOH Teknis
1) Kadar H2SO4 =

Volume NaOH Normalitas NaOH fp BM


100
Volume Sampel
175 ml 0,5 N 4 98,08/1000
100
= 25 ml
34,3
100
= 25 ml

= 1,372 100
= 137,2 %
2) Kadar HCOOH =

Volume NaOH Normalitas NaOH fp BM


100
Volume Sampel
61,5 ml 0,5 N 4 46,03 /1000
100
= 25 ml
5,658
100
= 25 ml

= 0, 2263 100
= 22, 63%
G. PEMBAHASAN
Pengasaman (pickling) dimaksudkan sebagai perlakuan terhadap kulit
dengan garam dan asam untuk mencapai pH asam yaitu 2 atau lebih
rendah lagi dan untuk mempersiapkan kulit ke dalam proses penyamakan
kulit. Kulit yang telah diasamkan dengan tujuan penyimpanan dalam
jangka panjang sebelum tanning harus mencapai pH 1-1,5, sedangkan
kulit yang langsung masuk dalam proses penyamakan kulit, pH kulit
pickle bisa dirange pH 2,5-3. Setelah itu, kulit siap masuk dalam proses
penyamakan.
Penyamakan merupakan proses yang bertujuan mengubah kulit
mentah yang sifatnya labil yaitu mudah rusak oleh aktifitas
mikroorganisme, fisis maupun kemis menjadi kulit tersamak yang
bersifat stabil, lebih tahan terhadap pengaruh mikroorganisme, fisis
maupun kemis.
Pada kedua proses di atas sangat berpengaruh terhadap hasil kulit
jadi, sehingga untuk mengetahui kandungan ataupun sisa bahan kimia
yang keluar diperlukan beberapa analisa agar jika terjadi kesalahan dapat
diketahui dan dapat diperbaiki.

1. Uji Kadar Air Kulit Masuk (Pickle)


Pengujian kadar air dalam kulit pickle menggunakan metode oven
drying atau pengeringan. Metode ini dilakukan dengan cara pengeringan
bahan dalam oven.
Berat sampel yang digunakan sebanyak 2, 5050 gram, kemudian
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang sebelumnya telah di oven dan
ditimbang. Pengovenan cawan porselin dimaksudkan agar berat cawan
porselin yang diperoleh merupakan berat asli dari cawan. Berat cawan
kosong yaitu 24, 1253 gram dan berat cawan + sampel yaitu 26, 6303
gram.
Proses pengeringan dilakukan dalam oven dengan suhu 100C secara
terus-menerus sampai sampel bahan dan cawan beratnya tidak berubah
lagi (konstan). Periode pengeringan dilakukan selama 30 menit pada
awal pemanasan dan pengeringan berikutnya dilakukan selama 15
menit. Setelah pengeringan, sampel beserta cawannya disimpan di dalam
desikator selama 10 menit untuk menyesuaikan suhu media yang
digunakan dengan suhu lingkungan di sekitarnya. Kemudian sampel dan
cawan tersebut ditimbang.
Berat sampel dan cawan yang konstan yaitu 25, 0497 gram.
Berdasarkan data yang diperoleh didapat persentase kadar air kulit
masuknya yaitu 97, 85%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa di dalam
kulit pickle melebihi dari persentase yang sebenarnya yaitu 60-80%.
Sehingga kadar air tersebut terlalu tinggi, hal ini dikarenakan air yang
masuk ke dalam kulit pickle berasal dari proses-proses sebelumnya.
Tetapi kadar air tersebut sangat cukup untuk membuat penetrasi bahan
kimia dalam kulit dapat merata ke semua bagian kulit pickle.

2. pH dalam Kulit Pickle


Metode pengecekan pH dalam kulit menggunakan kertas pH. Kertas
pH yaitu alat yang digunakan untuk pengukuran pH air secara manual
dan harus dicocokkan dengan tabel range pH yang telah ada atau sudah
tersedia sesuai dengan warna yang timbul pada kertas pH itu sendiri.
Sesuai pustaka di atas bahwa kulit terlebih dahulu harus dilarutkan
dalam air. Air yang digunakan yaitu aquadest bebas CO2. Hal ini
berfungsi agar tidak terjadi suatu reaksi kimia dalam larutan, sehingga
pH diperoleh akurat. Untuk mempercepat proses pelarutan, dilakukan
penggojokan secara manual selama 4 jam. Setelah itu larutan disaring
dan dicek pH-nya menggunakan kertas pH. Sebagai perbandingan
diambil 10 ml larutan tersebut dan diencerkan dalam 100 ml aquadest
bebas CO2, kemudian dicek pH.
Nilai pH yang diperoleh sebelum pengenceran yaitu 3 dan setelah
pengenceran yaitu 4. Karena kulit langsung masuk dalam proses
penyamakan maka pH tersebut tidak dipermasalahkan karena pH tersebut
juga merupakan pH TIE, yaitu suatu keadaan dimana jumlah muatan
positif dan negative sama. Tanning pada saat TIE masih dapat dilakukan.

3. Analisa Kesadahan Air Masuk


Kesadahan air adalah kemampuan air untuk mengendapkan sabun,
dimana sabun ini diendapkan oleh ion-ion Ca2+ , Mg2+ , atau dapat juga
disebabkan karena adanya ion-ion lain polyvalent metal (logam
bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr, dan Zn dalam bentuk garam
sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil. Karena penyebab
dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+ , khususnya Ca2+, maka
arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat/karakteristik air yang
menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+ , yang
dinyatakan sebagai CaCO3. Air sadah menyebabkan sabun sukar berbuih
karena ion-ion Ca2+ dan Mg2+ mengendapkan sabun.
Pada praktikum ini diawali dengan memipet 25 ml sampel air
pikel, kemudian ditetesi indicator MO (Metil Orange) dan dititrasi
dengan menggunakan NaOH sampai berubah warna dari orange
kemerahan menjadi kuning keorangenan, lalu dilanjutkan pemanasan.
Fungsi dari penambahan indikator MO adalah untuk mengetahui titik
akhir dari titrasi atau untuk memperjelas titik akhir titrasi. Fungsi dititrasi
dengan NaOH adalah untuk menaikkan pH menjadi basa, karena
perubahan warna indikator MO adalah pada pH 3,2 - 4,4 Pemanasan
dilakukan untuk menetralkan larutan hingga pH netral. Kemudian
dilakukan penambahan 10 ml Na2CO3 0,1 N dan 10 ml HCl 0,1 N dan
dipanaskan kembali selama 10 menit lalu didinginkan. Penambahan
Na2CO3 0,1N dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca 2+ atau Mg2+.
Fungsi penambahan HCl yaitu untuk menjaga pH agar tetap stabil pada
kisaran pH 3 , karena perubahan warna indikator MO berada pada
kisaran pH 3,2 4,4. Fungsi pemanasan pada saat penetapan kesadahan
tetap adalah untuk menghilangkan kesadahan sementara, karena CO2
akan keluar meninggalkan garam karbonat yang tidak larut (mengendap).
Larutan yang mengendap ini kemudian disaring dengan menggunakan
kertas saring agar tidak bercampur dengan beningannya. Beningan ini
dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml dan ditambahkan aquadest
sampai tanda batas. Hal tersebut dilakukan untuk menurunkan
kesadahan. Karena air yang memiliki tingkat kesadahan yang tinggi,
dapat diencerkan dengan air yang bebas sadah. Lalu menitrasi kembali
dengan NaOH 0,1 N sampai warna larutan berubah menjadi orange
sedikit keruh.
Dari hasil perhitungan didapat bahwa kesadahan sementara sampel
yaitu 432, 37 D. sedangkan untuk kesadahan jumlah sampel yaitu 524, 9
D. Hal ini dapat dikatakan bahwa kesadahan air yang masuk ke dalam
kulit pikel ini sangat tinggi karena sudah melebihi dari 30 D. Nilai
kesadahan menggunakan derajat kesadahan Jerman (D ), karena derajat
kesadahan Jerman yang dipakai sebagai standar ukuran kesadahan di
Indonesia.

4. Uji Kadar H2SO4 dan HCOOH Teknis


Proses pikel merupakan proses awal yang sangat penting pada
tahapan penyamakan kulit. Proses pikel memiliki beberapa fungsi yaitu
sebagai salah satu cara pengawetan bagi kulit yang tidak langsung
diproses karena menunggu jumlah tertentu agar proses produksi
mencapai nilai ekonomis. Pengawetan dengan cara pikel dapat
meningkatkan daya simpan kulit hingga satu tahun apabila disimpan
dalam air rendaman pikel.
Proses pikel mengubah kondisi kulit menjadi asam. Asam sulfat
(H2SO4) merupakan zat kimia yang paling sering digunkan pada proses
pikel pada industry kulit. Pada proses pikel selain menggunakan asam
sulfat digunakan juga asam formiat (HCOOH) untuk menurunkan Ph
kulit agar bersifat asam. Penggunaan asam sulfat sering dikombinasikan
dengan asam formiat pada proses pikel karena memiliki sifat yang saling
melengkapi.
Asam sulfat memiliki daya ionisasi asam lebih kuat sehingga asam
sulfat lebih mudah dan lebih banyak bereaksi dengan zat-zat dalam kulit.
Banyaknya asam sulfat yang berikatan dengan kulit akhirnya akan
memudahkan terikatnya krom dengan kolagen kulit sehingga kulit dapat
tersamak penuh (full tan). Kelemahan dari penggunaan asam sulfat
adalah dapt menyebabkan bagian luar kulit (nerf) menjadi kasar.
Asam formiat termasuk kedalam golongan asam organik. Jenis asam
organik ini apabila dipakai di dalm proses pikel, selain membantu
menurunkan nilai ph kult pada proses pikel juga gugus asamnya dapat
bereaksi dengan krom kompleks dan berfungsi sebagai masking agent
pada proses tanning. Penggunaan asam formiat menghasilkan nerf yang
lebih halus dibandingkan dengan asam sulfat.
Uji kadar dari H2SO4 dan HCOOH bertujuan untuk mengetahui kadar
asam dari kedua jenis asam yang digunkan pada proses pikel.
Penggunaan asam sulfat dan asam formiat pada proses pengasaman dapat
mempengaruhi ph akhir dari kulit pikelnya sehingga perlu diketahui
kadar asam teknis yang digunakan pada saat praktikum. Dari hasil
pengujian didapatkan kadar H2SO4 adalah 137,2 % dan kadar HCOOH
adalah 22,63%. Kadar asam sulfat dan asam formiat ini menentukan
banyaknya penggunaan atau persentasi asam yang akan digunakan pada
proses pikel. Nilai pH yang akan dicapai pun ditentukan dengan
persentasi penggunaan asam sulfat dan asam formiat yang digunakan.
Percobaan ini menggunakan 25 ml asam sulfat dan 25 ml asam
formiat yang diencerkan pada labu takar 100 ml kemudian untuk
penitaran memipet larutan sebanyak 10 ml dalam Erlenmeyer dan
menambahkan 3 tetes indicator metil oranye. Metil orange (Methyl
Orange) MO adalah senyawa organik dengan rumus
C14H14N3NaO3S dan biasanya dipakai sebagai indikator
dalam titrasi asam basa. Indikator MO ini berubah warna
dari merah pada pH dibawah 3.1 dan menjadi warna
kuning pada pH diatas 4.4 jadi warna transisinya adalah
orange. Perubahan warna yang terjadi pada saat titrasi
H2SO4 dengan NaOH 0,5 N dari warna merah menjadi kuning. Perubahan
warna ini mennunjukkan bahwa titik ekuivalen sudah tercapai dan pH
berada pada kisaran di atas 4,4.
Kadar H2SO4 yang didapat dari hasil perhitungan adalah 137,2 %.
Kadar ini tidak sesuai dengan referensi. Kadar H 2SO4 pada referensi
hanya berkisar antara 96%-98% tetapi dari hasil perhitungan kadar
H2SO4 mencapai 137,2%. Kesalahan perhitungan kadar H2SO4 dapat
terjadi karena kesalahan pada saat titrasi, konsentrasi titran, dan
kesalahan pada perhitungan.
Kadar HCOOH dari hasil perhitungan adalah sebesar 22,63% . Kadar
HCOOH teknis dari referensi adalah 85%-90%. Hasil perhitungan kadar
ini berbeda jauh dengan kadar asam formiat teknis yang terdapat pada
referensi. Beberapa faktor dapat menyebabkan perbedaan nilai kadar ini
adalah asam formiat teknis yang digunakan telah lama disimpan sehingga
kadarnya menurun selain itu, ketepatan volume titran NaOH pada saat
titrasi pun dapat menjadi faktor kesalahan pada perhitungan kadar asam
formiat.

Você também pode gostar