Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Pendahuluan
MacArthur-Bates Communicative Development Inventories (CDI) [1] adalah
bentuk standar laporan orang tua untuk menilai perkembangan kosa kata anak-
anak antara usia 8 dan 37 bulan [2-5]. Menurut survei terbaru, CDI telah
diadaptasi menjadi setidaknya 68 bahasa secara luas dan mayoritas berhubungan
dengan bahasa yang digunakan di masyarakat industri [6]. Pada 68 laporan, hanya
15 yang berhubungan dengan bahasa yang digunakan di negara-negara
nonindustrial, 7 bahasa berasal dari bahasa yang digunakan di Negara sub-Sahara
Afrika [7]. Selain itu, sementara CDI dikembangkan untuk masyarakat industri
yang bernorma dan digunakan dalam berbagai proyek penelitian skala besar, CDI
dikembangkan untuk masyarakat nonindustrial sering digunakan dalam studi skala
kecil dan karena itu tidak bernorma [8].
Makalah ini menyajikan adaptasi baru dengan CDI versi pendek [9] ke
dalam tiga bahasa yang digunakan di Mozambik: Changana, Ronga, dan
(Mozambik) Portugis. Adaptasi ini dirancang untuk tujuan penelitian mengenai
aspek budaya dan sosial dari akuisisi bahasa di komunitas pedesaan dan perkotaan
dengan bahasa monolingual Changana, bilingual Ronga dan masyarakat
berbahasa Portugis [10-12]. Changana dan Ronga (bahasa Southern Bantu) dapat
dimengerti dalam kelompok bahasa Tsonga, yang juga digunakan di sebagian
Afrika Selatan [13, 14]. Portugis merupakan bahasa resmi Mozambik, digunakan
secara luas di perkotaan dan lembaga pemerintah, bahasa Portugis juga bahasa
resmi yang digunakan di sekolah-sekolah.
Untuk memungkinkan perbandingan yang dapat dipercaya pada
perkembangan kosa kata antara masyarakat pedesaan dan perkotaan, penelitian
norma dan studi validasi dilakukan di kedua komunitas tersebut. Tujuan utama
makalah ini untuk menyajikan CDI yang disesuaikan sebagai instrumen untuk
mengukur perkembangan kosa kata di tiga bahasa dan sebagai sumber yang
berguna untuk adaptasi berikutnya ke bahasa lain yang digunakan di budaya
Afrika terkait.
2.2.1. Peserta.
Asisten peneliti lokal diinstruksikan untuk mengelola CDI melalui wawancara
tatap muka dengan pengasuh utama anak-anak antara usia 12 dan 25 bulan pada
dua komunitas. Sebanyak 724 ibu diwawancarai. Pada saat pengumpulan data,
tingkat respon dianggap terlalu sulit untuk dinilai, karena asisten kami mendekati
ibu di jalan-jalan, pasar atau pergi ke rumah mereka secara langsung. Sebanyak 87
respon dihilangkan, total ada 637 responden. Lebih lanjut, 71 bentuk dihilangkan
karena item yang hilang pada daftar kata, informasi demografis lengkap, usia
anak-anak di luar kisaran target, atau bahasa primer yang digunakan berbeda dari
tiga bahasa target. Sebagai tambahan, 16 bentuk dihilangkan karena terkandung
outlier ekstrim (skor sangat tinggi dengan kosa kata ekspresif pada anak-anak
bungsu).
2.2.2. Informasi Demografis.
Tabel 1 menunjukkan informasi demografis 637 peserta yang termasuk dalam
sampel studi norming. Sampel sebanyak 378 anak-anak masyarakat pedesaan
(usia rata-rata = 18,71 bulan, 194 perempuan) dan 259 masyarakat perkotaan (usia
rata-rata = 18,49 bulan, 137 perempuan). Keluarga di daerah pedesaan ( = 8.10,
SD = 3.80) memiliki anggota rumah tangga secara signifikan lebih dari keluarga
di daerah perkotaan ( = 6.88, SD = 2.73), (634) = 4,72, <0,001, dan rumah
tangga di daerah pedesaan secara signifikan memiliki anak-anak lebih banyak (
= 3.47, SD = 1.59) dari rumah tangga di daerah perkotaan ( = 2.29, SD = 1.13),
(634) = 10.87, <0,001. Pendidikan ibu dibagi menjadi 6 kategori berbeda:
none, bagian pertama sekolah dasar (EP1) selama lima tahun, bagian kedua
sekolah dasar (EP2) selama dua tahun, bagian pertama sekolah menengah (ESG1)
selama tiga tahun, bagian kedua sekolah menengah (ESG2) selama dua tahun, dan
pendidikan tinggi. Untuk analisis kami, kami bagi ke dalam tiga kategori: 108 ibu
(17%) tidak menerima pendidikan, 464 ibu (73%) selesai EP1 atau EP1 dan EP2,
dan 65 ibu (10%) mengenyam pendidikan tinggi. Kategori pendidikan yang tidak
lolos dengan cara ini karena dua alasan: pertama, sudah mewakili pencapaian
pendidikan mayor; dan kedua, mengurangi jumlah prediktor analisis regresi kami.
Distribusi antara masyarakat pedesaan dan perkotaan menunjukkan bahwa ibu
daerah pedesaan lebih banyak yang tidak menerima pendidikan daripada ibu
daerah perkotaan. Sebaliknya, ibu dari daerah perkotaan menerima pendidikan
lebih jauh dari ibu daripada daerah pedesaan.
Kami meminta responden apakah mereka pernah mengalami
masalah yang berhubungan dengan kesehatan anak mereka, seperti kesehatan
yang buruk dan berdampak negatif serta mempengaruhi perkembangan bahasa.
Khususnya, kami bertanya apakah ada masalah selama kehamilan, apakah anak
lahir prematur, apakah anak memiliki masalah dengan penglihatan atau
pendengaran, dan apakah anak pernah dirawat atau sakit parah dalam waktu lama.
Masalah pendengaran dilaporkan pada 75 anak-anak; biasanya karena infeksi
telinga. Jumlah skor kosa kata ekspresif dan reseptif anak-anak tidak berbeda
secara signifikan pada sisa sampel, contoh; anak-anak ini dimasukkan dalam
analisis kami. Total, 236 (37%) responden menjawab setidaknya salah satu dari
pertanyaan ini tegas, 200 di antaranya berasal dari masyarakat pedesaan.
Saudara pengasuhan merupakan fitur yang menonjol praktik pengasuhan
Afrika dan berefek negatif terhadap perkembangan bahasa [33], kami meminta ibu
mereka dianggap sebagai pengasuh sekunder anak-anak. Total, 160 (25%)
responden menunjukkan bahwa mereka satu-satunya pengasuh, 174 (27%)
menyebutkan saudara, dan 303 (48%) menyebutkan orang dewasa lain, seperti
nenek, ayah, atau bibi. Perbedaan yang jelas antara pengasuhan pedesaan dan
perkotaan; di mana 40% anak-anak pedesaan dilaporkan memiliki saudara sebagai
pengasuh sekunder, dilaporkan 43% anak-anak perkotaan tidak ada pengasuh
sekunder.
Tabel 1 merangkum kejadian dan frekuensi bahasa yang diucapkan dalam
rumah tangga. Sebagian besar responden perkotaan (70%) melaporkan Portugis
sebagai bahasa pertama, diikuti bahasa Changana (27%) dan kemudian bahasa
Ronga (3%). Dalam masyarakat pedesaan, hampir semua, kecuali satu pengasuh
melaporkan Changana sebagai bahasa pertama. 97% pengasuh rumah tangga
perkotaan dilaporkan berbicara lebih dari satu bahasa. biasanya bahasa kedua
adalah Changana, Portugis, atau Ronga, tapi kadang-kadang bahasa Bantu lain
atau bahasa Inggris. Dalam enam kasus, bahasa ketiga juga dilaporkan. Dalam
16% rumah tangga pedesaan, bahasa kedua (atau ketiga) juga digunakan. Jika
begitu, paling sering digunakan bahasa Portugis, ada juga bahasa Bantu lainnya
dan kadang-kadang bahasa Inggris.
2.3.2. Prosedur.
Anak-anak direkam dua kali pada setiap usia. Rekaman pertama pada saat anak
anak dan keluarga mereka menerima kehadiran kami dan memahami
prosedurenya. Rekaman kedua digunakan untuk analisis data. Semua rekaman
dilakukan di rumah peserta dan semua orang dewasa yang hadir diminta untuk
melanjutkan kegiatan sehari-hari mereka dan mengabaikan kehadiran kami
sebanyak mungkin. Rekaman analisis data berkisar 45-75 menit untuk
memastikan ada cukup bahan untuk menuliskan sekitar 30 menit perilaku verbal
mereka.
Setelah itu rekaman kedua, ibu diwawancarai untuk mengelola CDI.
Prosedur wawancara sama seperti yang dijelaskan untuk studi norming. Satu-
satunya perbedaan adalah bahwa salah satu dari dua penulis pertama hadir selama
wawancara dan kadang-kadang mengganggu wawancara untuk meminta
klarifikasi atau meminta asisten penelitian menyelidiki sebagai verifikasi jawaban
mereka.
2.3.3. Analisis Data.
Dari setiap video, selama 30 menit dipilih di mana anak itu terlihat jelas di
kamera, tidak berinteraksi secara ekstensif dengan para peneliti, dan tidak sedang
disusui selama lebih dari dua menit. Asisten peneliti lokal mencatat kemampuan
bicara anak selama 30 menit ini di bawah pengawasan langsung terus menerus
dari salah satu dua penulis yang pertama. Semua kemampuan bicara dimengerti
pertama kali ditulis di bahasa lisan, dan bila perlu, diterjemahkan ke dalam bahasa
Portugis. Semua kemampuan bahasa dimengerti dan vokalisasi, seperti uhm, tawa,
dan teriakan, ditandai tetapi tidak termasuk dalam analisis ini. Untuk setiap video,
kami menghitung jumlah jenis kata berbeda yang dibuat oleh anak-anak. Kata-
kata itu dianggap berbeda jika mereka telah benar-benar memiliki arti yang
berbeda. Kata-kata yang mirip (misalnya, "mama" dan "ma" untuk ibu, "avo" dan
"Vovo" untuk nenek, "Keke" dan "makeke" untuk biskuit, atau "nila" dan "nilava"
untuk "Aku ingin") dihitung sebagai satu. Juga kata-kata dengan morfologi relatif
kompleks, seperti "nitakuba" ("ni" -I, "ta" -akan, "Kuba" -hit, -you), dihitung
sebagai salah satu, karena tidak jelas apakah anak-anak belajar morfologi kata
atau apakah itu disimpan sebagai holofrase.
Jumlah jenis kata yang berbeda direkam di daerah pedesaan dan perkotaan
tidak lulus untuk analisis lebih lanjut. Beberapa jenis kata yang berbeda diukur
pada tiga kelompok usia kemudian berkorelasi dengan kosa kata ekspresif, diukur
dengan CDI dalam ketiga kelompok usia tersebut. Kami menghitung korelasi
Spearman, karena data kemampuan bicara dalam sampel kecil menggambarkan
distribusi miring.
3. Hasil
3.1. Temuan Validasi.
Jenis frekuensi mengungkapkan peningkatan signifikan ukuran kosa kata
ekspresif dari usia 13 bulan ( = 2) ke usia 18 bulan ( = 4) untuk usia 25
bulan ( = 24) di kedua komunitas. Hal yang sama berlaku pada laporan skor
CDI pada kosa kata ekspresif: = 5 pada usia 13 bulan, = 19,5 pada usia
18 bulan, dan = 68 pada usia 25 bulan. Korelasi tersebut menghasilkan (28)
= 0,50, (28) = 0,55, dan (27) = 0.50 (semua <0,01) untuk usia 13, 18, dan 25
bulan, masing-masing. Perhatikan bahwa jenis frekuensi untuk satu peserta pada
usia 25 bulan hilang, jadi di sini = 27. Mengingat bahwa ini merupakan korelasi
Spearman, hasil tersebut menunjukkan bahwa laporan orangtua terhadap kosa kata
ekspresif anak-anak menggunakan adaptasi CDI kami sesuai baik dengan pangkat
kemampuan anak mereka dalam hal jumlah kata berbeda yang mereka ucapkan
selama satu setengah jam berbicara spontan pada hari yang sama saat CDI
diberikan.
4. Diskusi
Makalah ini menjelaskan adaptasi MacArthur-Bates CDI (versi pendek) [9] ke
dalam tiga bahasa yang digunakan di Mozambik selatan. Kami menyajikan hasil
sebuah studi norming dan penelitian validasi di mana adaptasi ini berhasil
digunakan. Seperti banyak CDI pendek versi lainnya (misalnya, [5, 9]), daftar
adaptasi kami berisi 108 item yang dapat dinilai dengan mewawancarai pengasuh
utama anak-anak di usia kisaran 12 sampai 25 bulan. Item yang diadaptasi sesuai
budaya kedua daerah, pedesaan dan perkotaan Mozambik dan diterjemahkan ke
dalam bahasa Changana untuk daerah pedesaan dan bahasa Mozambik Portugis
dan Ronga untuk daerah perkotaan.
Studi validasi CDI kami untuk kedua masyarakat pedesaan dan kota
menunjukkan bahwa laporan produksi kata anak-anak sesuai dengan jumlah kata
berbeda yang anak-anak ini hasilkan selama rekaman kami di usia 13, 18, dan 25
bulan. Mengingat bahwa kami melaporkan skor korelasi Spearman, temuan ini
menunjukkan bahwa laporan ibu setidaknya sesuai dengan tingkat kecakapan
bahasa anak mereka. Jadi, sementara ibu masih dapat meremehkan atau melebih-
lebihkan ukuran kosa kata ekspresif anak mereka, ibu tersebut melakukannya
dengan cara yang sistematis.
Untuk meringkas, studi norming kami mengungkapkan bahwa
kecenderungan umum yang diamati dalam pengembangan kosa kata ekspresif
(lihat Gambar 1) adalah sesuai dengan pengamatan studi CDI yang fokus terhadap
bahasa lain [1, 5, 15], juga seperti dengan tren perkembangan produksi kata
spontan pada anak-anak [27]. Dari variabel-variabel demografis kami
mengumpulkan, menjadi perempuan, memiliki seorang ibu dengan tingkat
pendidikan tinggi, dan hidup di daerah perkotaan-selain usia- secara positif
berkaitan dengan ukuran kosa kata ekspresif anak-anak. Kecenderungan serupa
diamati untuk mengetahui perkembangan kosa kata reseptif (Gambar 3), juga
sejalan dengan penelitian sebelumnya pada perkembangan kosa kata [1, 5, 15].
Namun, tingkat pendidikan ibu tidak memprediksi ukuran kosa kata reseptif
secara signifikan. Memiliki saudara sebagai pengasuh sekunder secara negatif
berkaitan dengan ukuran kosa kata ekspresif, sebaliknya, memiliki saudara
sebagai pengasuh berkaitan positif terhadap ukuran kosa kata resptif. Melaporkan
masalah kesehatan memiliki hubungan positif dengan ukuran kosa kata reseptif.
Melaporkan masalah kesehatan secara negatif mempengaruhi baik ukuran kosa
kata ekspresif dan reseptif. Untuk ukuran kosa kata ekspresif, pendidikan ibu dan
melaporkan masalah kesehatan sebagai prediktor signifikan hanya ketika diganti
lokasi dalam analisis regresi; untuk menerima ukuran kosa kata, memiliki
pengasuh sekunder dan melaporkan masalah kesehatan merupakan prediktor
signifikan, tapi hanya jika dievaluasi dalam model terpisah. Alasan untuk ini
adalah bahwa memiliki pengasuh sekunder dan melaporkan masalah kesehatan
sangat berhubungan dengan masyarakat pedesaan, dan tidak begitu banyak
berhubungan dengan masyarakat perkotaan. Selain itu, tingkat pendidikan ibu
yang umumnya lebih rendah di daerah pedesaan daripada di perkotaan. Meskipun
demikian, lokasi tampaknya menjadi prediktor yang terbaik ukuran kosa kata
ekspresif dan reseptif. Sisanya, kita akan membahas temuan ini secara lebih rinci.
Perempuan memproduksi dan memahami kata-kata lebih banyak daripada
anak laki-laki, tetapi efek ini relatif kecil. Hal ini konsisten dengan temuan
penelitian lain di mana jenis kelamin tidak cenderung memiliki dampak yang
besar pada ukuran kosa kata (misalnya, Jackson-Maldonado et al., 2013 [5]).
SES, yang diukur melalui tingkat pendidikan ibu, berhubungan positif
dengan ukuran kosa kata ekspresif, tetapi tidak untuk ukuran kosa kata reseptif.
Secara khusus, anak dari ibu yang menerima pendidikan menengah atau lebih
tinggi mengembangkan kosa kata ekspresif lebih besar daripada anak-anak dari
ibu yang hanya menerima pendidikan dasar atau tidak menerima pendidikan sama
sekali. Hal ini mempengaruhi tingkat pendidikan ibu pada ukuran kosa kata
ekspresif konsisten dengan penelitian lain yang menyelidiki efek SES pada
perkembangan kosa kata [1, 4, 5, 15, 27]. Ibu berpendidikan tinggi cenderung
berbicara lebih banyak untuk anak-anak mereka, menggunakan lebih banyak
umpan balik positif, dan lebih sering menemani bicara mereka dengan gerakan
yang dapat membantu anak-anak untuk mengidentifikasi kata yang dimaksud [27,
35]. Tidak jelas mengapa pendidikan ibu tidak berpengaruh signifikan terhadap
ukuran kosa kata reseptif, tapi ini dapat dijelaskan oleh perbedaan antara
masyarakat pedesaan dan perkotaan, seperti yang akan kita bahas lebih lanjut di
bawah.
Selain tingkat pendidikan ibu, lokasi menjadi prediktor kuat dari ukuran
kosa kata ekspresif. Anak-anak masyarakat perkotaan berkembang secara
substansial lebih besar mengenai kosa kata ekspresif daripada anak-anak
masyarakat pedesaan. Mengingat tingkat SES umumnya lebih tinggi di
masyarakat perkotaan melalui pendapatan yang lebih tinggi dan pendidikan tinggi
[25], tingkat yang lebih tinggi dari kosa kata ekspresif mungkin dikaitkan dengan
efek tambahan SES. Kita telah melihat dalam sejumlah studi bahwa pengasuh
perkotaan lebih bersosialisasi dengan anak-anak mereka daripada pengasuh
pedesaan. Sebagai contoh, kita memiliki perbedaan substansial yang diamati
antara masyarakat mengenai jumlah dan jenis kemampuan bicara anak diarahkan
dan gerak tubuh [10, 12], serta cara di mana anak-anak terlibat dengan lingkungan
sosial mereka [11]. Secara khusus, kami telah mengamati bahwa masukan
linguistik anak perkotaan menerima lebih kaya dalam pola berbicara dan gerakan,
serta bahwa anak lebih terlibat dalam beberapa episode perhatian daripada anak-
anak pedesaan. Karena setiap aspek ini telah berkaitan dengan pertumbuhan kosa
kata anak-anak [4, 27, 28, 36, 37], jika dibayangkan bahwa perbedaan-perbedaan
budaya dapat menjelaskan perbedaan dalam perkembangan kosa kata yang
diamati dalam penelitian ini. Hal ini juga sejalan dengan pengamatan terkait anak
di berbagai populasi pedesaan non-Barat yang kurang menerima masukan
linguistik, seperti lebih sedikit kalimat pernyataan atau pertanyaan, daripada di
sebagian besar masyarakat Barat [29, 38, 39], serta orang-orang dari berbagai
komunitas perkotaan non-Barat [40].
Bertentangan dengan temuan produksi kata, anak-anak memahami kata
yang secara signifikan kurang dalam masyarakat kota daripada anak-anak di
masyarakat pedesaan, dan mengakibatkan efek yang tampaknya lebih besar untuk
kelompok usia muda (lihat Gambar 4). Perbedaan SES antara dua masyarakat juga
dapat menjelaskan temuan ini. Contohnya, Jackson-Maldonado dan rekan [5]
menyarankan bahwa ibu SES rendah mungkin melebih-lebihkan tingkat kosa kata
reseptif anak mereka, terutama di awal selama perkembangan. Seperti penjelasan
di tempat, karena studi dengan penilaian langsung telah menunjukkan bahwa
anak-anak dengan latar belakang SES rendah cenderung memiliki skor lebih
rendah pada pemahaman tugas daripada anak-anak dengan latar belakang SES
tinggi [4]. Tidak jelas mengapa ibu berpendidikan rendah melebih-lebihkan
pemahaman anak-anak mereka, tetapi dapat dibayangkan bahwa mereka
mengalami beberapa kesulitan dengan pemahaman petunjuk atau bahwa mereka
merasa sulit untuk menilai kata apa yang anak mereka bisa pahami. Penilaian
langsung pemahaman bahasa, seperti tugas pemahaman komputerisasi [41] atau-
untuk anak-anak yang sedikit lebih tua-tes kosa kata gambar Peabody [42] bisa
dikatakan akan menghasilkan perkiraan yang lebih handal daripada pemahaman
kata.
Alasan lain mengapa ibu pedesaan mungkin melebih-lebihkan ukuran kosa
kata reseptif anak mereka adalah bahwa mereka sering meninggalkan anak
mereka dalam perawatan orang lain. Karena banyak masyarakat non Barat, seperti
di Mozambik, cenderung memiliki beberapa sistem pengasuhan, termasuk saudara
pengasuhan [25, 26, 33], kami berharap bahwa ini mempengaruhi perkembangan
bahasa anak-anak. Pada analisis kami, memiliki pengasuh sekunder sebagai
prediktor untuk perkembangan kosa kata menyebabkan hal ini terjadi.
Kami mengamati bahwa anak-anak yang dilaporkan memiliki pengasuh
saudara sendiri, mengembangkan kosa kata ekspresif lebih lambat daripada
mereka yang dilaporkan tidak memiliki pengasuh sekunder atau pengasuh dewasa.
Walaupun efek ini kecil, hal ini sejalan dengan temuan Harkness yang
menunjukkan bahwa anak-anak Kenya pedesaan yang lebih bersosialisasi dengan
saudara kandung memiliki kosa kata ekspresif lebih kecil dibandingkan yang lebih
bersosialisasi dengan ibu mereka [33].
Sebaliknya, kami menemukan bahwa anak-anak dengan saudara atau orang
dewasa sebagai pengasuh sekunder memiliki skor lebih tinggi pada kosa kata
reseptif. Hal ini menunjukkan bahwa memiliki banyak pengasuh memberikan efek
menguntungkan pada pemahaman bahasa anak-anak, terlepas dari apakah
pengasuh saudara atau orang dewasa. Namun, seperti yang disebutkan, mungkin
juga menunjukkan bahwa ibu yang secara teratur meninggalkan anak mereka
dalam perawatan orang lain mungkin melebih-lebihkan pemahaman bahasa anak
mereka daripada ibu yang mengasuh anaknya sendiri.
Faktor penting lain yang mempengaruhi pembangunan bahasa anak adalah
kesehatan anak [32]. Temuan kami mengkonfirmasi bahwa masalah kesehatan
memperlambat pertumbuhan kosa kata ekspresif dan reseptif. Mozambik
menghadapi beberapa masalah kesehatan masyarakat yang utama, termasuk
endemis malaria, prevalensi HIV tinggi, dan banyak penyakit menular lainnya.
Lokasi di mana anak-anak direkrut tampaknya menjadi sangat dipengaruhi oleh
masalah ini [43]. Hal ini juga tercermin dalam informasi demografis yang
diperoleh dari responden kami, di mana lebih dari 50% pengasuh pedesaan
melaporkan satu atau lebih masalah kesehatan selama perkembangan anak-anak
dibandingkan dengan 14% pengasuh perkotaan (lihat Tabel 1). Adaptasi CDI bisa
menjadi alat yang berguna untuk menyelidiki jenis masalah kesehatan yang
mempengaruhi outcome bahasa di negara-negara berkembang seperti Mozambik.
Ada dua keterbatasan dengan pendekatan kami yang akan dibahas di sini.
Pertama, adaptasi CDI disajikan dalam makalah ini dikembangkan menggunakan
versi pendek CDI Inggris AS [9] daripada menggunakan versi panjang dengan
bahasa yang sama seperti pada umumnya [5, 19] atau dengan menggunakan
frekuensi dari daftar kata yang diperoleh dengan mewawancarai ibu [21].
Sementara pendekatan tersebut pasti akan menghasilkan daftar kata yang lebih
mencerminkan kosa kata anak-anak, metode tersebut memakan waktu dan mahal,
terutama ketika CDI versi lebih panjang atau daftar frekuensi tidak tersedia seperti
dalam kasus Mozambik. Mengadaptasi versi bahasa Inggris dengan
menerjemahkan kata dan mengganti kata yang tidak pantas sesuai budaya
kemudian menjadi akternatif yang cocok dan relatif efektif [8]. Namun,
penggunaan adaptasi seperti itu harus ditangani dengan benar.
Perbedaan kedua, seperti yang dibahas di atas, diamati dalam ukuran kosa
kata ekspresif antara masyarakat perkotaan yang bicara bahasa bilingual Portugis
dan Ronga serta masyarakat pedesaan yang bicara bahasa monolingual Changana
berdasarkan perbedaan SES, budaya, dan melaporkan masalah kesehatan. Selain
itu, checklist orangtua digunakan di kedua komunitas memiliki sedikit bias kata-
kata yang diperoleh sebelumnya dalam komunitas perkotaan dibandingkan dengan
masyarakat pedesaan. Kami memikirkan hal ini sebelumnya sambil mengadaptasi
CDI dan kami telah mencoba mengimbangi item yang mungkin memicu respon
dalam suatu komunitas. Perbandingan respon item per item kami terhadap item
kosa kata ekspresif mengungkapkan bahwa ada beberapa item dengan flooring
effect atau ceiling effect. Akibatnya, CDI Mozambik perlu lebih diperbaiki
sebelum dapat digunakan untuk tujuan klinis, misalnya, dengan mengganti
beberapa item yang selalu memiliki flooring effect atau ceiling effect dengan item
yang layak bagi anak-anak akan mampu mengekspresikan serta meningkatkan
terjemahan dari beberapa item lainnya, sehingga mereka lebih baik dan sesuai
dengan cara anak-anak mengekspresikan item ini. Satu lagi yang harus
dipertimbangkan apakah perlu atau tidak mengembangkan CDI terpisah untuk dua
lingkungan belajar.
5. Kesimpulan
Adaptasi CDI versi pendek telah terbukti menjadi alat yang berguna untuk menilai
perkembangan kosa kata anak-anak Mozambik antara usia 12 dan 25 bulan.
Walaupun instrumen tersebut diterjemahkan ke dalam tiga bahasa (Changana,
Ronga, dan Portugis), item konseptual yang sama. Selain itu, upaya untuk
membedakan antara bahasa Changana dan Ronga mungkin belum perlu, orang-
orang perkotaan yang diketahui berbicara bahasa Changana daripada bahasa
Ronga dan kedua bahasa yang saling dimengerti, sehingga daftar CDI dapat
digabungkan. Bahasa dari seluruh keluarga Tsonga (Changana, Ronga, Tonga, dan
Tswa) digunakan di bagian Afrika Selatan, Swaziland, Zimbabwe, dan Provinsi
Inhambane Mozambik [13]. Hal ini akan menarik untuk melihat bagaimana
instrumen kami bekerja di daerah lain dengan bahasa yang digunakan milik
keluarga dengan bahasa yang sama.
Telah dikemukakan bahwa, dalam rangka mengatasi kemiskinan, penting
untuk meningkatkan perawatan anak usia dini, tidak hanya dengan meningkatkan
gizi dan kesehatan, tetapi juga dengan meningkatkan perkembangan kognitif dan
bahasa anak pada tahap awal dengan menyediakan pendidikan budaya ibu
ditargetkan pada perkembangan anak [44]. Dalam rangka mengembangkan
intervensi efektif, program untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak-anak,
penting untuk memahami faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi tingkah
laku orang tua. Penelitian ini telah menunjukkan bahwa SES yang diukur melalui
pendidikan ibu, melaporkan masalah kesehatan, dan apakah anak-anak memiliki
atau tidak memiliki pengasuh sekunder merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan kosa kata. Selain itu, faktor-faktor ini tampak
meluas di daerah pedesaan daripada di perkotaan. Kegunaan yang lebih luas dari
adaptasi CDI di sub-Sahara Afrika, serta banyak negara lain, bisa membantu
meningkatkan pemahaman kita tentang demografi dan faktor kesehatan yang
dapat mempengaruhi perkembangan kosa kata.
CDI saat ini dapat berfungsi sebagai titik awal untuk adaptasi CDI lainnya
dalam bahasa Bantu terkait komunitas budaya di Afrika Selatan. Adaptasi CDI
untuk bahasa Afrika telah terbukti berhasil di masa lalu [7, 18]. Ada banyak
bahasa Bantu berbeda yang digunakan di sub-Sahara Afrika-di Mozambik sendiri
ada 23 bahasa Bantu yang digunakan [14], paling banyak di daerah pedesaan-dan
relatif sedikit sumber daya yang ada untuk mengembangkan instrumen yang tepat
untuk menilai perkembangan kosa kata anak-anak. Karena banyak masyarakat
dengan tradisi budaya dan lingkungan sama, terjemahan langsung antara
komunitas ini mungkin merupakan cara yang hemat biaya untuk mengembangkan
alat yang dapat digunakan untuk menilai perkembangan kosa kata.