Você está na página 1de 10

ANALISIS KEBIJAKAN PANGAN DAN GIZI

SURAT EDARAN MENTRI DALAM NEGRI NO 521 -21/408 SJ TAHUN 2015 TENTANG
IMPLEMENTASI PROGAM RASKIN DAERAH

OLEH :

NAMA : MOHAMAD SAMSUL ARIFIN


NIM : 016110032

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT


PASCASARJANA STIK TAMALATE
MAKASSAR
2017
RINGKASAN EKSEKUTIF

ISU DAN MASALAH PUBLIK


TUJUAN KEBIJAKAN
SUBTANSI POKOKKEBIJAKAN
MASALAH YANG TIMBUL AKIBAT KEBIJAKAN
RESISTENSI TERHADAP KEBIJAKAN
PREDIKSI KEBERHASILAN
KESIMPULAN REKOMENDASI
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

RINGKASAN EKSKLUSIF

BAB I : KAJIAN KEBIJAKAN

1.1 MASALAH DASAR


1.2 TUJUAN YANG INGIN DI CAPAI
1.3 SUBTANSI KEBIJAKAN

BAB II : KOSEKUENSI DAN RESISTENSI

2.1 PRILAKU YANG MUNCUL ( POSITIF DAN NEGATIF)


2.2 RESISTENSI

BAB III : PREDIKSI KEBERHASILAN

3.1 PREDIKSI TRADE OOF


3.2 PREDIKSI KEBERHASILAN

BAB IV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


PENDAHULUAN

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti
makanan, pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan
kualitas hidup. Kemiskinan di sebabkan oleh berbagai hal, baik rendahnya tingkat pengetahuan
maupun tidak adanya akses terhadap pekerjaan yang menyebabkan ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan pangan dasar sebagai mahluk hidup.

Pangan merupakan sumberdaya kemanusiaan yang unik. Setiap individu memiliki hak bebas dari
rasa lapar dan kelaparan. Pangan memiliki dimensi yang sangat kompleks, tidak saja dari sisi
kehidupan dan kesehatan, tetapi juga dari sisi sosial, budaya dan politik. Oleh karena itu,
perwujudan ketahanan pangan dan gizi tidak dapat dilepaskan dari upayaupaya untuk
meningkatkan kualitas kesehatan individu dan masyarakat, peningkatan daya saing SDM, yang
selanjutnya menjadi daya saing bangsa. Pangan dapat dikatakan sebagai produk budaya, karena
pangan merupakan hasil adaptasi aktif antara manusia / masyarakat dengan lingkungan nya,
sehingga perwujudan ketahanan pangan harus bertumpu pada sumberdaya dan kearifan lokal,
sehingga ia dapat menjadi media dalam mengembangkan budaya dan peradaban bangsa.

Ketahanan pangan dan gizi merupakan satu kesatuan konsep dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia yang berkualitas. Dalam konteks ini, pembangunan pangan seiring dengan
upaya pemenuhan konsumsi gizi mayarakat berdasarkan kaidah beragam bergizi seimbang dan
aman. Implementasi pendekatan ini adalah pembangunan pangan dan gizi merupakan rangkaian
kegiatan lintas sektor, mulai dari penyiapan infrastruktur dan faktor produksi usaha pangan;
proses produksi dan pengolahan; distribusi, pemasaran, dan perdagangan; sampai pada
pemberdayaan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan perlunya konsumsi pangan.

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan yang menjadi hak setiap warga negara, maka
pemerintah menetapkan kebijakan penyediaan dan penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok
masyarakat miskin (Raskin). Penyaluran beras bersubsidi ini telah membantu sebagian besar
masyarakat miskin sehingga beban pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pangan dapat
dikurangi, yang pada akhirnya memberikan kontribusi positif dalam upaya penanggulangan
kemiskinan di Indonesia. Program ini dibentuk agar keluarga miskin mempunyai akses yang baik
terhadap pangan (beras) dalam hal harga dan ketersediaan.

Program Raskin sebagai implementasi kebijakan subsidi pangan terarah merupakan upaya
peningkatan kesejahteraan sosial Pemerintah terhadap keluarga miskin. Secara Vertikal, program
Raskin akan berdaampak pada peningkatan kesejahteraan dan ketahanan pangan rumah tangga.
Secara horizontal, Raskin merupakan Transfer Energi yang mendukung program perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan, peningkatan kualitas pendidikan yang pada akhirnya akan meningkatkan
produktivitas tenaga kerja(Petunjuk Teknis Pelaksanaan Raskin).
BAB 1

KAJIAN KEBIJAKAN

SURAT EDARAN MENTRI DALAM NEGRI NO 521 -21/408 SJ TAHUN 2015 TENTANG
IMPLEMENTASI PROGAM RASKIN DAERAH

1.1 MASALAH DASAR

1.1.1 Ketidak tepatan sasaran dalam pembagian kupun untuk pengambilan bantuan
raskin yang seharusnya di terima oleh yang berhak menerima.
1.1.2 Mutu dan kualitas beras kurang baik yang di terima masyarakat, meski
pemerintah menjamin kualitas raskin berkondisi baik, namun bnyak di keluhkan,
beras dibagikan apek, kotor dan bnyak kutu.
1.1.3 Raskin tidak di bagikan kepada yang berhak menerima, tetapi oleh oknum petugas
di jual ke penadah, di berbagai pasar.
1.1.4 Jumlah berkurang, Jumlah raskin yang dibagikan bukan dalam bentuk ukuran per
kilo gram, tetapi per liter, sehingga beras yang diterima jumlahnya berkurang.
Kekurangan itu juga bisa terjadi karena penggunaan timbangan yang keliru dan
berbeda dengan timbangan standar.
1.1.5 Tidak sesuai harga, harga pembelian raskin yang semestinya RP 1.000/kg harus di
beli seharga RP 1.300/liter ( bukan kilo gram)
1.1.6 Kesalahan data. Akibat ketidak danya kordinasi antara pemerintah baik dari pusat,
propinsi, kabupaten sampai desa, jumlah orang miskin yang di data lebih besar
atau lebih sedikit dari yang sebenarnya, sehingga raskin yangdibagikan kurang
atau lebih.
1.1.7 Menunggak pembanyaran setoran. Akibat tunggakan hasil penjualan raskin di
suatu daerah yang tidak di setorkan ke dolog, maka dolok tidak mau menyalurkan
lagi jatah raskin sebelum tunggakan di lunasi. Hal ini amat merugikan penerima
manfaat raskin, karena mereka membeli secara kontan, sedangkan urusan uang
penyetoran tidak di ketahui.

1.2 TUJUAN YANG INGIN DI CAPAI


1.2.1 Tujuan Program Raskin adalah memberikan bantuan beras bersubsidi kepada
keluarga miskin untuk memenuhi sebagian kebutuhan pangannya dengan jumlah
dan harga tertentu, dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga.
Sasaran program raskin adalah terpenuhuinya sebagian kebutuhan kalori dan gizi
dalam bentuk beras bagi sekitar 15,79 juta keluarga Prasejahtera dan keluarga
sejahtera I dengan tingkat harga dan jumlah yang telah ditentukan oleh
pemerintah.

1.3 SUBTANSI KEBIJAKAN


1.3.1 mengoptimalkan dan mengfasilitasi pembentukan tim kordinasi raskin
daerah, melaksanakan kordinasi antar pihak, melakukan updating data
rumah tangga sasaran penerimaan manfaat (RTS-PM). Untuk
mengevaluasi pelaksanaan 6T (tepat sasaran, tepat harga, tepat mutu, tepat
jumlah, tepat waktu, dan tepat administrasi)
1.3.2 mengoktimalkan dan mengefektifkan sistim informasi manejemen (SIM)
pada unit pengaduan raskin propinsi dan kabupaten /kota dengan
membentuk sekretarian sebagai tempat pengaduan yang bersinegri dengan
TKPK. Pelaksanaan penanganan pengaduan raskin di bawah kordinasi
badan yang membidangi pemberdayaan dengan melibatkan ispektorat
daerah.
1.3.3 Bupati /walikota melakukan percepatan penerbitan surat permintaan
alokasi (SPA) dalam waktu 5 hari dan rutin dilakukan setiap bulan
1.3.4 Memanfaatkan secara maksimal fasilitas kecamatan progam nasional
pemberdayaan masyarakan (PNPM) dan tenaga kesejahtraan sosial
kecamatan (TKSK) dalam mengawal implementasi raskin di daerah
1.3.5 Melaporkan pelaksanaan raskin daerah kepada mentri dalam negri c.q
drektur jendral pemberdayaan masyrakat dan desa sesuai dengan
ketentuan yang di ataur dalam pedoman umum rask

BAB 11

KONSEKUENSI DAN RESISTENSI


2.1 PRILAKU YANG MUNCUL ( POSITIF DAN NEGATIF)

2.1.1 PRILAKU POSITIF

Progam raskin terasa manfaatnya bagi masyarakat miskin karena bisa


menabung atau mengalihkan dana pangan ke kebutuhan lain untuk lebih
produktif.
Kebutuhan pangan sehari hari keluarga terbantu dengan adanya raskin
15kg/bulan
Jumlah raskin15kg/bulan bisa untuk memenuhi kebutuhan mulai dari dua
minggu hingga satu bulan tergantung jumlah anggota keluarga
Warga miskin yangbisa mengeluarkan uang 400.000 untuk membeli beras bisa
menghemat hingga 100 persen karena ada bantuan raskin

2.1.2 PRILAKU NEGATIF

Ketidak tepatan sasaran dalam pembagian kupun untuk pengambilan bantuan


raskin yang seharusnya di terima oleh yang berhak menerima.
Mutu dan kualitas beras kurang baik yang di terima masyarakat, meski
pemerintah menjamin kualitas raskin berkondisi baik, namun bnyak di
keluhkan, beras dibagikan apek, kotor dan bnyak kutu
Tidak sesuai harga, harga pembelian raskin yang semestinya RP 1.000/kg
harus di beli seharga RP 1.300/liter ( bukan kilo gram)
Raskin tidak di bagikan kepada yang berhak menerima, tetapi oleh oknum
petugas di jual ke penadah, di berbagai pasar.

2.2 RESISTENSI

2.2.1 Masyarakat selaku yang menerima raskin

2.2.2 kepala desa / kades selaku penampung terahir, pendata penerimaan raskin dan
penyalur ke tangan yang berhak menerima.

2,2.3 Tim kordinasi RTS-PM

2.2.4 PT BULOG ( PENYUPLAI BERAS RASKIN)

2.3 MASALAH BARU YANG TIMBUL

BAB III

PREDIKSI
3.1 PREDIKSI TRADE OFF

3.1.1 Program bantuan pangan pada dasarnya dirancang utamanya untuk motif
kemanusiaan. Barret dan Maxwell (2005) secara lebih spesifik menjelaskan
bahwa program bantuan pangan peemrintah pada hakekatnya memiliki peran
penting dalam kondisi darurat (emergency) serta tujuan pengembangan
(developmental). Namun demikian, sebagaimana disitir oleh Sulaiman (2010),
program semacam ini ini juga berpotensi memiliki dampak yang tidak
diharapkan. Dampak sampingan yang mungkin muncul di antaranya adalah
disincentive untuk bekerja dan crowding-out effect terhadap bantuan pangan yang
sebelumnya diterima rumah tangga dari keluarganya (private transfer) maupun
dari lembaga swadaya masyarakat. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
kecurigaan akan munculnya efek negatif ini bukanlah sesuatu yang mengada-ada.
Sulaiman (2010) menemukan bukti bahwa program bantuan makanan justru
menurunkan tingkat pendapatan keluarga di Sudan.

3.2 PREDIKSI KEBERHASILAN

3.2.1 Banyak upaya pemerintah untuk mengatasi kemiskinan salah satunya


melalui Program Beras Miskin (Raskin). Raskin merupakan subsidi pangan dalam
bentuk beras yang diperuntukkan bagi rumah tangga berpenghasilan rendah
sebagai upaya dari pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan
memberikan perlindungan social pada rumah tangga sasaran. Keberhasilan
Program Raskin diukur berdasarkan tingkat pencapaian indikator 6T, yaitu: tepat
sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat
administrasi. Program ini bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran Rumah
Tangga Sasaran (RTS) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok
dalam bentuk beras dan mencegah penurunan konsumsi energi dan protein. Selain
itu, Raskin bertujuan untuk meningkatkan atau membuka akses pangan keluarga
melalui penjualan beras kepada keluarga penerima manfaat dengan jumlah yang
telah ditentukan (www.tnp2k.co.id, diakses 22 September 2013).

Guna mengurangi angka kemiskinan di Indonesia, pemerintah telah


mencanangkan berbagai program kompensasi. Salah satu program kompensasi
tersebut adalah Raskin. Program Raskin adalah salah satu program
penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial di bidang pangan yang
diselenggarakan oleh pemerintah pusat berupa bantuan beras bersubsidi kepada
rumah tangga berpendapatan rendah (rumah tangga miskin dan rentan miskin).
Sampai saat ini Program Raskin masih terus bergulir. Namun realisasi penyaluran
Raskin belum mencapai 100%. Seperti di Kabupaten Toba Samosir, Sumatera
Utara misalnya. Penyaluran Raskin hingga Juli 2013 direncanakan sebesar
972.405 kilogram, namun hanya terealisasi sebanyak 676.080 kilogram. Begitu
juga di Papua, realisasi Raskin dari Januari hingga Juni 2013 baru mencapai 52%.
Memang sejak bantuan Raskin digulirkan, berbagai persoalan terus terjadi.
Belakangan ini bantuan Raskin ini diduga tidak didistribusikan kepada
masyarakat yang berhak menerima bantuan. Salah satunya seperti yang terjadi di
Desa Larangan Badung, Kecamatan Palengaan, Pamekasan. Di desa ini, bantuan
Raskin yang diterima masyarakat hanya 1 kilogram dengan harga tebus Rp 4.000
perkilogram. Padahal sesuai dengan ketentuan, bantuan Raskin sebanyak 15
kilogram dengan harga tebus Rp 1.600 per kilogram. Ketidaksesuaian harga
terjadi dengan alasan karena adanya hambatan geografis. Jauhnya lokasi RTS dari
Titik Ditsribusi mengakibatkan RTS harus membayar lebih untuk mendekatkan
beras ke rumahnya. Harga tebus Raskin oleh RTS tidak lagi seharga Rp 1.000/kg
atau 1.600/kg karena RTS harus membayar biaya-biaya lain untuk operasional
dan angkutan dari Titik Distribusi (TD) ke rumah mereka. Lalu pada awal 2013,
kasus dugaan penggelapan Raskin kembali mencuat di Pamekasan dengan nilai
kerugian Negara sekitar Rp 2,6 miliar di Desa Larangan Slampar, Kecamatan
Tlanakan, Pamekasan. Bantuan Raskin hanya disalurkan selama tiga bulan,
padahal bantuan itu semestinya setiap bulan sekali, termasuk bantuan Raskin ke-
13. Data RTS yang berubah-ubah juga menjadi suatu kendala tersendiri di
lapangan. Masih ada RTM di luar RTS yang belum dapat menerima Raskin
karena tidak tercatat sebagai RTS di BPS, sehingga tidak jarang disalahkan
sebagai ketidaktepatan sasaran.

BAB 1V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 KESIMPULAN KAJIAN


Problematika Raskin terbilang cukup rumit mulai dari proses pendataan penerima
Raskin sampai pada penerimaan Raskin. Hal tersebut bisa diketahui dari BPS yang
bekerja kurang maksimal dan kurang peduli atau peka dengan masyarakat yang tidak
mampu, mereka asal mendata tanpa mengetahui siapa yang berhak menerima Raskin.
Karena data BPS yang tidak valid, maka RT/RW bersama masyarakat bekerjasama untuk
membagi rata atas asas keadilan bersama. Raskin yang sebelumnya setiap keluarga
mendapat 15 kilogram/kk, atas kesepakatan bersama maka setiap keluarga hanya
mendapat 5 kilogram/kk.

Dilihat dari kualitas beras itu sendiri, kondisi berasnya jelek dan yang banyak
dikeluhkan masyarakat adalah berbau apek dan berkutu. Oleh karena itu, sebagian dari
masyarakat menjual kembali berasnya untuk menggantinya dengan lauk maupun
membeli beras yang lebih bagus kualitasnya. Meskipun sudah ada kriteria penerima
Raskin namun tetap saja masih ada yang menerima Raskin, padahal masyarakat tersebut
tergolong mampu. Ketidaktepatan sasaran inilah yang membuat rancu antara yang
seharusnya menerima dan yang tidak berhak menerima.
Dari Program Raskin ini pemerintah mengharapkan adanya perubahan
kesejahteraan yang dialami masyarakat. Namun dalam kenyataannya perubahan tersebut
tidak langsung terjadi secara signifikan. Yang diharapkan tidak muluk-muluk, hanya saja
masyarakat diharapkan bisa mengkonsumi beras yang layak, serta memenuhi kebutuhan
hidup mereka.

4.2 REKOMENDASI

Di perlukannya pengawasan yang lebih baik lagi demi tercapainya progam


penyaluran bantuan raskin kepada masyarakat yang berhak menerima, dan juga perlu di
perhatikan dan di evaluasi dampak dari progam bantuan raskin tersebut terhadap
masyarkat.

Você também pode gostar