Você está na página 1de 14

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No.

1, Juni 2014: 76 - 89

HUBUNGAN SAINS DAN AGAMA:


Refleksi Filosofis atas Pemikiran Ian G. Barbour
Waston
Prodi Ushuluddin Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl A. Yani Pabelan Tromol Pos 1 Telp. (0271) 717417 Surakarta 57102
E-mail: waston.ums@gmail.com

Abstract: This paper investigates Ian G. Barbours thoughts on the relationship between
science and religion from the perspective of philosophy of knowledge, and observes its
relevance for the development of Islamic contemporary thought. The research finds
that according to Barbour there are four typologies of the relationship between science
and religion, namely: (1) Conflict typology, which includes Biblical Literalism and
Scientific Materialism; (2) Independence typology, which includes Contrasting Me-
thods (including existentialism and neo-orthodoxy) and Differing Languages (i.e.
analytic traditions); (3) Dialogue, which contains Presuppositions and Limit Questions,
and Methodological Parallels; and (4) Integration, which consists of the three sub-
typologies Natural Theology, Theology of Nature, and Systematic Synthesis (which
is indebted to Whiteheads process theology). The some opinion comes from Cristian
teology, John F. Haught. He finds there are four approachs to study the relation between
science and religion, namely: conflict, contras, contact, and confirmation. But Some
scholars critize Barbours typlogies, among them are Cristian and Islamic teology:
Houston Smith and Seyyed Hossein Nasr. Both of the note that Barbours integration
has subordinate theology under science; the theology are modofied for the shake of
scientific invention. For Smith and Nasr, who are the supporters of perennial philoshopy,
it is the theology in terms of Tradition that should be the parameter of scientific theories.

Key words: Ian Barbour; conflict; dialogue; independence; integration, science-religion


relationship.

Abstrak: Makalah ini membahas mengenai pemikiran Ian G. Barbour tentang hubungan
antara sains dan agama dari perspektif filsafat ilmu dan bagaimana relevansinya dengan
perkembangan pemikiran Kristen dan Islam kontemporer. Pembahasan ini menemukan bahwa
terdapat empat tipologi hubungan sains dan agama yang dibuat Barbour yaitu: (1) Tipologi
konflik, yang melibatkan antara materialisme ilmiah dan literalisme biblical. (2) Tipologi
independen, memisahkan dua tipe itu dalam dua kawasan yang berbeda. Keduanya dapat
dibedakan berdasakan masalah yang ditelaah, domain yang dirujuk, dan metode
(eksistensialisme dan neo-ortodoksi) yang digunakan dan dua bahasa dan dua fungsinya
yang berbeda (tradisi analitik) (3) Tipologi dialog, yang mempertimbangkan pra-anggapan
dalam upaya ilmiah, atau mengeksplorasi dalam kesejajaran metode antara sains dan agama,
(4) Integrasi, yang terdiri dari natural theology, theology of nature, sintesis sistematis (sains
ataupun agama memberikan kontribusi pada pengembangan metafisika inklusif seperti telogi
filsafat proses Whitehead). Pandangan yang mirip tetapi tak sama dengan Barbour diajukan

76
Hubungan Sains dan Agama: Refleksi Kritis Atas Pemikiran Ian G. Barbour (Waston)

oleh John F. Haught yang membagi pendekatan ilmu dan agama menjadi: konflik, kontras,
kontak, dan konfirmasi. Keempat pandangan ini bisa dilihat sebagai semacam tipologi seperti
yang dibuat Barbour, namun Haught juga melihatnya sebagai semacam perjalanan. Tetapi,
terdapat beberapa kritik dari pemikir Kristen dan Islam kontemporer terhadap tipologi yang
dibuat oleh Barbour. Diantaranya kritik yang dilakukan oleh Houston Smith dan Seyyed
Hossein Nasr. Keduanya mengkritik Integrasi Barbour karena di sini teologi tampak seperti
ditaklukkan oleh sains; teologi diubah demi mempertimbangkan hasil-hasil pengkajian sain.
Bagi Smith dan Nasr yang keduanya pendukung filsafat perenial, yang sebaliknyalah yang
seharusnya terjadi: teologi tepatnya Tradisi menjadi tolok ukur teori-teori ilmiah.

Kata Kunci: Ian Barbour; konflik; dialog; independen; integrasi; hubungan sain-agama.

PENDAHULUAN lisis dalam perspektif lain: sains Kristen


dan sains Islam.
Sejarah hubungan ilmu dan agama di
Barat mencacat bahwa pemimpin gereja RIWAYAT HIDUP BARBOUR
menolak Teori Heliosentris Galileo atau Teo-
ri Evolusi Darwin. Pemimpin gereja mem- Riwayat hidup Barbour dalam kon-
buat pernyataan yang berada di luar kom- teks hubungan sains dan agama telah
petensinya. Sementara di dunia Timur, digambarkan secara komprehensif oleh
dalam hal ini dunia Islam, pengajaran ilmu- Russel.2 Ian G. Barbour dikenal sebagai sa-
ilmu agama Islam yang normatif-tekstual lah seorang penggagas dialog antara sains
terlepas dari perkembangan ilmu penge- dan agama sekarang ini. Ia telah mendedi-
tahuan dan teknologi, ilmu-ilmu sosial, kasikan dirinya dan memberi kontribusi
ekonomi, hukum dan humaniora pada yang luas pada ranah ini. Kontribusinya
umumnya. dalam usaha menghubungkan antara sains
Di Barat, wacana mengenai hubung- dan agama dapat dikatakan jauh lebih be-
an ilmu dan agama di era millenium baru sar daripada sumbangan para ahli lainnya
ini dipopulerkan oleh Barbour. Teolog cum bahkan sampai sekarang yang masih me-
fisikawan Kristen ini dianggap sebagai sa- nulis. Sejak tulisan-tulisannya yang paling
lah seorang peletak dasar wacana mutakhir awal, Barbour telah memberi perhatian
sains dan agama, baik dari segi materi mau- serius terhadap bentuk bagaimana hubu-
pun metodologinya. Pengaruhnya kini telah ngan yang tepat antara ilmu dan agama.
amat menyebar berkat penerjemahan buku- Ia karenanya secara terus menerus mem-
bukunya, termasuk di Indonesia. 1 Dalam bahas masalah ini. Bukti keseriusannya
tulisan ini, pendapat Barbour akan diana- terhadap masalah ini adalah tipologi Bar-

1
Zaenal Abidin Bagir, Pengantar dalam Ian G. Barbour Terjemahan ER Muhammad, Juru Bicara
Tuhan, Antara Sans dan Agama, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 22.
2
John Robert Russell (ed.), Fifty Years in Science and Religion, (Burlington, USA: Asghate Publishing
Company, 2004), hlm. vii-ix.

77
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014: 76 - 89

bour yang terkenal, tentang empat kategori liah-kuliah mereka, karenanya dia menga-
cara menghubungkan ilmu dan agama, jukan proposal agar kepulangan dirinya di-
yaitu: Konflik, Independensi, Dialog, dan tunda satu tahun kemudian. Barbour yakin
Integrasi. apabila pilihan demikian dapat merefleksi-
Barbour lahir di Beijing pada tahun kan suatu kecerdasan pribadi, minat, dan
1923. Ibunya adalah seorang anggota gere- dalam konteks keagamaan juga merupakan
ja Episkopal, sedangkan ayahnya anggota respons atau panggilan terhadap Tuhan
Gereja Presbiterian, keduanya bertemu di dan kebutuhan manusia. Barbour menik-
Edinburgh Skotlandia dan segera setelah itu mati ilmu fisika dan cukup familiar dengan
menikah. Kedua orangtua Barbour pindah ilmu itu, sehingga dia bisa mengajar dan
ke China lagi untuk mengajar di Universitas masih banyak waktu yang digunakan un-
Yenching; ayahnya di Geologi sedangkan tuk aktivitas-aktivitas yang berhubungan
ibunya di Pendidikan Agama. dengan ilmu fisika. Terlebih, Barbour me-
Tahun 1940 Barbour masuk sekolah ngerti betul apabila para ilmuwan dihor-
Swarthmore, memulai sebagai seorang ma- mati dan dihargai di dunia akademik, dan
hasiswa engineer tetapi kemudian pindah pendapat-pendapat mereka sangat diper-
ke fisika karena teori-teori dan eksperimen- timbangkan dan didengar dalam isu-isu
nya lebih menggugah rasa keingintahuan pendidikan, etika dan keagamaan. Di sam-
Barbour. Pengalaman menjadi asisten labo- ping itu, Barbour juga sepakat dengan ke-
ratorium sampai kekaguman pada se- yakinan Gereja Reformasi bahwa semua
orang guru muda fisika yang terampil, se- keilmuan yang berguna dapat digunakan
makin menguatkan dia akan pilihan ini. Di untuk melayani Tuhan dan kebutuhan ma-
antara mata kuliah humaniora yang dipe- nusia. Namun perasaan Barbour semakin
lajari Barbour adalah filsafat agama, se- yakin, tertarik dan merasa penting untuk
buah mata kuliah yang menurutnya ketika menghabiskan paling tidak sebagian dari
itu agak tidak membangkitkan semangat hidupnya untuk belajar dan mengajar
dirinya karena hanya berisi tentang argu- Studi Agama (Religious Studies). Dia kemu-
men-argumen klasik ketuhanan. Akan te- dian memperoleh sarjana Teologi di Yale,
tapi pada suatu musim panas sewaktu be- dengan cara memanfaatkan dua kali libu-
kerja di Quaker merupakan pengalaman ran musim panas di Union, New York.
penting baginya; terdapat lingkungan yang Universitas Carleton di Minnesota me-
akrab, meditasi, dan diskusi atau sharing. nawarkan Barbour suatu pekerjaan, yaitu
Di Universitas Chicago Barbour men- untuk mengajar setengah waktu untuk
jadi asisten Enrico Fermi, di mana ilmu fisi- mengajar fisika dan setengah waktu lagi
ka telah menyita sebagian besar waktunya. mengajar agama di fakultas Filsafat (tidak
The Ford Foundation menawarkan bea- ada fakultas Agama di sini). Di samping
siswa ke departemen Barbour untuk belajar mengajar beragam mata kuliah penting,
selama setahun, di luar disiplin ilmu yang membimbing kelompok-kelompok keaga-
selama ini digelutinya. Tahun 1951 dia me- maan mahasiswa, dan melanjutkan ekspe-
ngambil Studi Teologi dan Etika di se- rimen sinar kosmik. Barbour tengah berada
kolah Teologi Yale, dan dia merasa sungguh dalam situasi dan kondisi yang sangat
beruntung karena bisa kuliah bersama H. tertekan selama lima tahun pertama di
Richard Niebuhr, Roland Bainton, dan sini dan sangat kecewa, karena dia tidak
Robert Calhoun, juga yang lain-lainnya. menghabiskan waktunya bersama anak-
Barbour merasa sangat puas dengan ku- anaknya ketika mereka sangat belia, ter-

78
Hubungan Sains dan Agama: Refleksi Kritis Atas Pemikiran Ian G. Barbour (Waston)

utama anak yang ketiga dan keempat, tertarik pada karyanya ini. Buku tersebut
David dan Heather. Keempat anak Barbour telah dipakai secara luas sebagai teks kuri-
semuanya secara kontinyu telah memper- kulum di saat banyak penulis lain juga men-
kaya kehidupannya secara tak terbatas. coba melakukan hal serupa.
Tahun 1960, Fakultas Agama telah Beberapa tahun kemudian Barbour
disetujui untuk didirikan dan Barbour mendapat hadiah beasiswa dari Guggen-
keluar dari jurusan Fisika untuk menjadi heim dan Fulbright untuk belajar memper-
ketua jurusan dan mengajar secara full-time dalam persoalan-persoalan epistemologi di
di jurusan Agama yang baru ini. Pada per- Cambridge, Inggris. Dia dan istrinya Deane
mulaan tahun 1962, dia merasa sangat sangat menikmati kesempatan tinggal di
enjoy bisa masuk dalam himpunan para sana karena ditemani tiga anak mereka,
ilmuwan dan teolog bersama-sama Harold yang kemudian didaftarkan pada sekolah
Schilling, William Pollard, Frederick Ferre, lokal di sana. Barbour menghadiri beberapa
Huston Smith, Roger Shinn, dan Dan Wil- seminar dan setelah itu menulis Myths, Mo-
liam (orang-orang yang memperkenalkan dels and Paradigms (1973).4
Barbour pada teologi proses), dua orang Para filosof positivistik memperten-
pertama merupakan para filosof dan tiga tangkan objektivitas sains dan subjektivitas
sisanya adalah para teolog. Barbour bebe- agama, namun tema-tema baru dalam fil-
rapa waktu berikutnya sempat mengedit safat ilmu (seperti Mary Hesse dalam Wri-
paper-paper yang ditulis perhimpunan ini, ting on Models dan Thomas Kuhn dalam
yang diberi judul: Earth Might be Fair: Reflec- Paradigma), dan pandangan-pandangan
tions on Ethics, Religion and Ecology. baru bahasa agama dalam filsafat analitik
Pada tahun 1963, Barbour kembali Inggris, mengedepankan persamaan-per-
mendapat beasiswa untuk mengadakan pe- samaan sebagaimana perbedaan-perbeda-
nelitian di Harvard. Setelah menghadiri annya. Realisme kritis yang dipegangi
sebuah seminar yang diketuai oleh Gardon Barbour mendapat dukungan dari Arthur
Kaufman dia secara seksama membaca Peacocke dan John Polkinghorne dan telah
teologi-teologi Charles Hartshorne, John menjadi daya tarik bagi para filosof dan teo-
Cobb, dan David Griffin, orang-orang yang log yang lain.
sebelum itu diragukannya. Sekembalinya ke Sejak diskusi-diskusi senjata nuklir di
Carleton, Barbour menulis beberapa tulisan Chicago bergulir kencang, Barbour semakin
yang sebelumnya telah diujicobakan dalam menaruh perhatian secara mendalam ter-
perkuliahan-perkuliahannya yang kemu- hadap hal-hal yang berkaitan dengan etika
dian direvisi dan menjadi buku dengan ju- penerapan sains. Di awal tahun 1970-an
dul: Issues in Science and Religion (1966) 3 Barbour telah menulis tema-tema tentang
Apa yang Barbour tulis dari karya ini etika lingkungan dan teknologi. Dari tuli-
merupakan sebuah upaya awal untuk me- san-tulisan itu dia himpun dalam satu bu-
nyatukan dua sisi hidupnya dalam sains ku yang berjudul Technology, Environment
dan agama. Hal itu menjadi wawasan yang and Human Values. Tahun berikutnya Bar-
lebih luas bahkan banyak orang ternyata bour mengajar tema-tema sains, teknologi

3
Ian G. Barbour, Issues in Science and Religion, (New York: Harper & Row, 1971).
4
Ian G. Barbour, Myths, Model, and Paradigm, (New York: Harper & Row,1973).

79
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014: 76 - 89

dan masyarakat di Perdue sebagai profesor Science and Theology in Cristendom karya
tamu bidang science, theology and human A.D. White. Beberapa sejarahwan muta-
values, dan menikmati satu tahun berikut- khir menunjukkan bahwa bukti yang me-
nya di The National Humanities Center, sam- reka sodorkan sangat selektif dan panda-
bil menulis Energy and American Values ngan-pandangan alternatif tentang hubu-
dibantu oleh tiga orang penulis lainnya. ngan sains dan agama telah dianut secara
Undangan pada tahun 1989 dan 1990 luas selama berabad-abad. Kini, potret po-
untuk memberikan kuliah di Gifford Skot- puler perang sains melawan agama diper-
landia merupakan kesempatan yang baik tajam oleh media karena kontroversi antara
bagi Barbour untuk mencoba mengajarkan materialisme ilmiah dan literalisme biblikal
teologi dan etika secara bersamaan. Buku jauh lebih diminati khalayak dari pada po-
seri pertamanya Religion in an Age of sisi moderat.
Sciece (1990),5 telah dipakai secara luas se- Spektrum teologis dapat dipetakan
bagai teks perkuliahan, sedangkan seri ke- sebagai berikut: naturalisme (termasuk ma-
dua bukunya Religion in an Age of Techno- terialisme), panteisme, liberalisme, neo-
logy (1993) dipakai oleh khalayak namun ortodoksi, tradisionalisme, konservatisme,
tidak se-heboh buku seri pertama. Menurut dan literalisme biblikal (atau fundamen-
Barbour kenyataan ini mungkin karena bu- talisme). Barbour menempatkan dua eks-
ku seri kedua ini memang telah diajarkan trem ini dalam hubungan konflik dua
olehnya pada kuliah-kuliahnya di kampus- pandangan yang tampak saling asing. Ala-
kampus Teknik, Seminari-seminari, dan sannya, materialisme ilmiah dan literalisme
sekolah-sekolah seni. biblikal sama-sama mengklaim bahwa sains
dan agama memberikan pernyataan yang
PANDANGAN BARBOUR TENTANG berlawanan dalam domain yang sama (seja-
HUBUNGAN SAINS DAN AGAMA rah alam) sehingga orang harus memilih
satu di antara dua. Mereka percaya bahwa
Barbour memetakan pandangan ten- orang tidak dapat mempercayai evolusi
tang hubungan sains dan agama dalam dan Tuhan sekaligus. Masing-masing hal
empat tipologi yakni konflik, independensi, tersebut menghimpun penganut dengan
dialog, dan integrasi.6 mengambil posisi-posisi yang bersebera-
ngan. Keduanya berseteru dengan retorika
Tipe Konflik perang. 7
Tipologi konflik ini melibatkan antara
materialisme ilmiah dan literalisme biblical. Tipe Independensi
Menurut Barbour, pandangan konflik me- Satu cara yang diupayakan Barbour
ngemuka pada abad ke 19 melalui dua untuk menghindari konflik antara sains
buku berpengaruh, yakni History of the con- dan agama adalah dengan memisahkan
flic between Religion and Science karya J.W. dua bidang itu dalam dua kawasan yang
Draper dan A History of the warfare of berbeda. Keduanya dapat dibedakan ber-

Ian G. Barbour, Religion and Science: Historical and Contemporary Issues, (San Fransisco: Harper
5

SanFransisco, 1990).
6
Ian G. Barbour, When Science Meets Religion, (San Fransisco: Harper SanFransisco, 2000), hlm, 7-39.
7
Ian G. Barbour, Ibid., hlm. 10-17.

80
Hubungan Sains dan Agama: Refleksi Kritis Atas Pemikiran Ian G. Barbour (Waston)

dasarkan masalah yang ditelaah, domain kerja secara sangat berbeda dan oleh ka-
yang dirujuk, dan metode yang digunakan. rena itu, satu sama lain tidak bisa saling
Di sini Barbour menggunakan analisisnya menilai dengan standar masing-masing.
dengan metode filsafat eksistensialisme dan Bahasa ilmiah (scientific language) terutama
neo-ortodoks serta filsafat analitik. Ini me- berfungsi untuk melakukan prediksi dan
rupakan jenis-jenis pembedaan yang tegas, kontrol. Teori digunakan untuk menghim-
tetapi secara keseluruhan mereka mem- pun data, menemukan keteraturan dalam
bangun independensi dan otonomi dalam dunia fenomena yang teramati, dan mem-
kedua bidang ini. Jika ada wilayah hukum, produksi aplikasi teknologis. Sains meng-
sains dan agama pastilah cenderung me- eksplorasi masalah terbatas tentang feno-
mentingkan dirinya sendiri dan tidak men- mena alam. Kita tidak boleh mengarapkan
campuri yang lain.Setiap mode penelitian sains untuk melakukan fungsi di luarnya,
bersifat seleksi dan mempunyai keterbata- misalnya menawarkan pandangan-dunia,
annya sendiri. Pemisahan wilayah ini tidak filsafat hidup, atau seperangkat norma etis
hanya dimotivasi oleh kehendak untuk yang menyeluruh. Para saintis tidak lebih
menghindari konflik yang tidak perlu, te- bijak daripada orang lain begitu mereka
tapi juga keinginan untuk mengakui perbe- keluar dari laboratorium dan berspekulasi
daan karakter dari setiap area kehidupan di luar kerangka ilmiah.
dan pemikiran ini. Kita akan memeriksa Barbour percaya bahwa tesis Inde-
terlebih dahulu sains dan agama sebagai pendensi merupakan titik berangkat atau
dua domain yang terpisah kemudian menin- pendekatan awal yang baik. Tesis ini mem-
jau perbedaan bahasa dan fungsi masing- pertahankan karakter unik, baik agama
masing.8 maupun sains. Ia menjadi strategi jitu untuk
Jalan untuk memisahkan sains dan merespon kalangan yang menganggap
agama adalah dengan menafsirkan sains konflik di antara keduanya mustahil dielak-
dan agama sebagai dua bahasa yang tidak kan. Agama mempunyai metode, masalah,
saling berkaitan karena fungsi masing-ma- dan fungsi yang khas berbeda dengan sains.
sing benar berbeda.Di kalangan filosof era Tetapi Barbour mengingatkan bahwa,
1950-an, kaum positif logis menetapkan kita tidak boleh puas dengan pendapat
pernyataan keilmuan (scientific statement) bahwa sains dan agama merupakan dua
sebagai norma bagi semua pernyataan kog- bahasa yang tidak saling berkaitan, seolah-
nitif (cognitif assertion) dan menolak per- olah mereka sebagai dua bahasa yang
nyataan apa pun yang tidak berlandaskan berbeda tentang dunia yang sama. Jika
verifikasi emperis. berupaya mencari penafsiran koheren atas
Analitika bahasa, sebagai respon atas- semua pengalaman, kita tidak bisa
nya, menekankan bahwa bahasa-bahasa menghindar dari mencari pandangan-
yang berbeda ini melayani fungsi-fungsi dunia yang lebih terpadu.
yang berbeda pula dan tidak perlu mere- Jika sains dan agama benar benar In-
duksi satu sama lain. Setiap permainan dependen, kemungkinan terjadinya konflik
bahasa (language game, istilah Wittgen- bisa dihindari, tetapi memupus kemung-
stein) dibedakan berdasarkan fungsinya kinan terjadinya dialog konstruktif dan pe-
dalam konteks sosial. Sains dan agama be- ngayaan di antara keduanya. Kita meng-

8
Ibid., hlm. 17- 19.

81
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014: 76 - 89

hayati kehidupan bukan sebagai bagian- agama memberian kontribusi pada pe-
bagian yang saling lepas. Kita merasakan ngembangan metafisika inklusif, seperti
hidup sebagai keutuhan dan saling terkait filsafat proses.
meskipun kita membangun berbagai di-
siplin untuk mempelajari aspek-aspeknya a) Natural Theology
yang berbeda.9 Terdapat beberapa contoh natural
theology dari abad-abad lalu. Thomas Aqui-
Tipe Dialog nas berpendapat bahwa beberapa sifat
Dialog memotret hubungan yang Tuhan hanya dapat diketahui melalui
lebih konstruktif antara sains dan agama wahyu dalam kitab suci, tetapi eksistensi
daripada pandangan Konflik dan Indepen- Tuhan itu sendiri dapat diketahui hanya
densi. Namun, Dialog tidak menawarkan dengan nalar. Salah satu bentuk argumen
kesatuan konseptual sebagaimana yang kosmologis menegaskan bahwa setiap peris-
diajukan pendukung integrasi. Dialog tiwa harus mempunyai sebab sehingga kita
mungkin muncul dengan mempertimbang- harus mengakui sebab pertama jika hendak
kan pra-anggapan dalam upaya ilmiah, atau menghindari siklus yang tak berujung
mengeksplorasi kesejajaran metode antara pangkal. Bentuk argumen yang lain menya-
sains dan agama atau menganalisiskan takan bahwa seluruh rantai sebab-sebab
konsep dalam satu bidang dengan konsep natural (terbatas atau tidak terbatas) ber-
dalam bidang lain. Dalam membandingkan sifat kontingen dan bisa jadi sebelumnya
sains dan agama, Dialog menekankan ke- tidak demikian. Ia bergantung pada suatu
miripan pra-anggapan, metode, dan konsep. maujud yang mengada secara niscaya.
Sebaliknya, Independensi menekankan per- Argumen teleologis (dari telos, bahasa Yuna-
bedaan yang ada. ni, berarti tujuan) Aquinas berangkat dari
keteraturan dan intellijibilitas sebagai ciri
Tipe Integrasi umum alam semesta, tetapi menunjukkan
Beberapa penulis menyerukan peru- bukti tentang desain alam.
musan ulang gagasan-gagasan teologi Natural theology mempunyai daya
tradisional yang lebih ekstensif dan siste- tarik kuat di dunia multi-agama, karena
matis dari pada yang dilakukan pendu- berangkat dari data ilmiah yang berpotensi
kung dialog. Ada tiga versi berbeda dalam untuk mencapai kesepakatan di antara
Integrasi. Dalam natural teology, terdapat berbagai budaya dan agama. Lebih lanjut,
klaim bahwa eksistensi Tuhan dapat disim- ia konsisten dengan kekaguman dan ke-
pulkan dari (atau didukung oleh) bukti ten- terpesonaan personal yang dirasakan para
tang desain alam, yang tentangnya alam saintis dalam kerja mereka. Pendukung
membuat kita semakin menyadarinya. Da- desain kini tidak mengklaim bahwa argu-
lam teology of natur, sumber utama teologi men desain menawarkan bukti yang kon-
terletak di luar sains, tetapi teori-teori ilmiah klusif bagi teisme, mereka menegaskan
bisa berdampak kuat atas perumusan ulang bahwa semakin sederhana klaim yang
doktrin-doktrin tertentu, terutama doktrin mempercayai Sang Perancang tentulah le-
tentang penciptaan dan sifat-dasar manu- bih berterima dari pada (atau paling tidak
sia. Dalam sintesis sistematis, sains ataupun setara dengan) usulan penafsir alternatif.

9
Ibid., hlm. 19-23.

82
Hubungan Sains dan Agama: Refleksi Kritis Atas Pemikiran Ian G. Barbour (Waston)

Ini dapat membantu mengatasi kendala sains terkini.


untuk percaya dan dapat mengarah ke ke- Pemahaman kita tentang sifat umum
terbukaan lebih besar bagi bentuk-bentuk alam mempengaruhi model hubungan
pengalaman keagamaan dan bagi parti- Tuhan dengan alam. Alam kini dipahami
sipasi dalam komunitas keagamaan. Pada sebagai proses evolusiner dinamis dengan se-
sisi lain, keterbatasan dan argumen desain jarah panjang kebaruan yang muncul yang
Ilahi tetap diakui. Dipandang secara ter- ditandai oleh kebetulan (chance) dan hukum
pisah, argumen-desain paling-paling me- (law).Karakteristik ini mengubah represen-
ngarah ke Tuhan menurut paham deisme: tasi dalam hubungan antara Tuhan dan
Sang Perancang yang jauh dari dunia. Ba- manusia dengan alam bukan manusia. Ini
gaimanapun argumen desain dapat diga- pada gilirannya mempengaruhi sikap kita
bungkan dengan keyakinan teistik ber- terhadap alam dan berimplikasi praktis bagi
dasarkan pengalaman keagamaan personal etika lingkungan. Problem kejahatan juga
dan tradisi historis. Pendukung theologi of dipandang secara berbeda dalam dunia
nature dapat menggunakan argumen-de- evolusioner daripada dalam dunia statis.
sain, tetapi cenderung untuk memberinya Bagi Arthur Peacocke, biokimiawan
posisi sentral dalam kehidupan dan pe- dan teolog, titik berangkat refleksi teologi
mikiran mereka. adalah pengalaman keagamaan masa lalu
dan masa kini dalam komunitas keagamaan
b) Theology of Nature yang berkembang. Keyakinan keagamaan
Theology of Nature tidak berangkat dari diuji dengan konsensus komunitas dan de-
sains sebagaimana natural theology. Alih- ngan koherensi, kekomprehensifan dan ke-
alih, ia berangkat dari tradisi keagamaan manfaatan. Akan tetapi Peacocke hendak
dan wahyu historis. Akan tetapi, ia berpen- merumuskan ulang kepercayaan tradisio-
dapat bahwa beberapa doktrin tradisional nal demi merespon sains terkini. Dia men-
harus dirumuskan ulang dalam sinaran sains diskusikan secara panjang lebar bagaimana
terkini. Di sini, sains dan agama dipandang kebetulan dan hukum bekerja bersama-sama
sebagai sumber ide-ide yang relatif inde- dalam kosmologi, fisika kuantum, termodi-
penden, tetapi bertumpang tindih dalam namika nonkeseimbangan, dan evolusi bio-
bidang minatnya. Secara khusus, doktrin logis. Dia menggambarkan munculnya ben-
tentang penciptaan dan sifat dasar manu- tuk-bentuk aktivitas yang khas pada tingkat
sia dipengaruhi oleh temuan-temuan sains. kompleksitas yang lebih tinggi, dalam
Jika kepercayaan keagamaan hendak dise- hierarki bertingkat dari kehidupan organis
laraskan dengan temuan-temuan pengeta- dan pikiran. Dia memberikan peran positif
huan ilmiah, kita mesti melakukan dan pe- pada kebetulan dan eksplorasi dan ekspresi
nyesuaian dan modifikasi yang lebih besar potensialitas pada semua tingkat. Tuhan
dari pada yang dilakukan oleh pendukung mencipta melalui seluruh proses hukum
tesis Dialog. Dikatakan bahwa teolog harus dan kebetulan, tidak dengan menginter-
mengambil bentangan luas-sains yang telah vensi celah-celah proses Tuhan mencipta
diterima secara luas, alih-alih beresiko me- di dalam dan melalui proses dunia alami
ngadaptasikannya ke teori terbatas atau yang disingkap sains..
spekulatif yang cenderung ditinggalkan Versi- mutakhir theology of nature da-
pada masa mendatang. Doktrin teologi ha- pat ditemukan di kalangan penulis feminis.
rus konsisten dengan bukti ilmiah bahkan Mereka menunjukkan adanya korelasi di
jika ia tidak dipengaruhi langsung oleh teori antara dualisme yang begitu melekat dalam

83
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014: 76 - 89

pikiran Barat: pikiran/tubuh, nalar/emosi, Pembela lingkungan memberikan kritik


objektivitas/subjektivitas, dominasi/kepas- tajam terhadap Kristen klasik atas sikapnya
rahan, kekuatan/cinta. Dalam setiap ka- yang menarik garis batas yang sangat tajam
sus, istilah pertama dari setiap pasangan antara manusia dan alam bukan-manusia,
(pikiran, nalar, objektivikasi, dominasi, dan dan atas penekanannya pada transendensi
kekuatan) tersebut diidentifikasi dalam bu- Tuhan yang melampaui Immanensi-Nya. 10
daya kita sebagai bersifat maskulin, sedang-
kan istilah kedua (tubuh, emosi, subjektivitas,, ANALISIS
kepasrahan, dan cinta) sebagai bersifat fe-
minim. Budaya patriarkat secara historis Di atas, Barbour pertama-tama beru-
lelaki memegang posisi tertinggi dalam ke- saha mencirikan integrasi secara umum
kuasaan telah melestarikan citra maskulin dengan membedakannya dari pendekatan
Tuhan. Lebih jauh lagi, istilah pertama dari konflik (sains dan beragama mau tak
setiap pasangan tersebut dipandang se- mau bertentangan), atau Independensi
bagai karakter sains, utamanya dalam upa- bahwa keduanya seharusnya, jalan sendiri-
yanya untuk mendominasi dan mengen- sendiri). Barbour kemudian memetakan
dalikan alam. Beberapa feminis berpen- empat pandangan dalam tipologi yang di-
dapat bahwa eksplorasi atas perempuan buatnya, tiga di antaranya telah disebutkan
dan alam mempunyai akar ideologis yang di atas: Konflik, Independensi, Dialog, dan
sama di Barat. Ekofemins yang radikal Integrasi.Tak sulit diketahui dari uraian di
menengok ke budaya pribumi bagi simbol- atas bahwa Babour lebih bersimpati pada
feminim ilahiah dan pemulihan kesucian dua pandangan terakhir, khususnya Inte-
alam. Pada sisi lain, feminis berhaluan re- grasi.
formis parcaya bahwa watak patriarkat Terdapat beberapa kritik yang diaju-
dari Kristen historis dapat disisihkan tanpa kan pada pendekatan yang dilakukan Bar-
perlu menolak tradisi Kristen secara kese- bour ini. Houston Smith (2001) dan Sayyed
luruhan. Saya terutama berutang budi Hossein Nasr (dalam beberapa tulisannya),
pada feminis reformis semacam Sallie mengomentari pandangan Integrasi ala
McFague dan Rosemary Radford Ruether, Barbour bahwa di sini teologi tampak se-
kata Barbour. perti ditaklukkan oleh sains. Bagi Smith
Barbour percaya bahwa theology of dan Nasr, yang keduanya adalah pendu-
nature harus ditarik dari sains dan agama kung filsafat Perenial, yang sebaliknyalah
dalam upayanya untuk merumuskan etika yang seharusnyalah terjadi: teologi tepat-
lingkungan yang relevan dengan dunia nya tradisi menjadi tolok ukur teori-teori
kontemporer. Hanya sainslah yang dapat ilmiah. Seperti Barbour, Smith dan Nasr
memasok data yang diperlukan untuk me- melihat sains terutama dari relevansi filo-
ngevaluasi ancaman terhadap lingkungan sofis/teologisnya. Sementara Barbour me-
yang muncul dari teknologi dan gaya hidup ngizinkan perubahan konseptual pada
kita. Akan tetapi, kepercayaan agama se- teologi atas nama belajar dari sains,
cara signifikan mempengaruhi sikap ter- Smith dan Nasr melihat implikasi teologis
hadap alam dan motivasi tindakan kita. sains mesti dinilai dari kacamata Tradisi

Ibid., hlm. 27-38. Lihat juga Ian G. Barbour, Terjemahan E.R. Muhammad. Juru Bicara Tuhan
10

Antara Sains dan Agama, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 47-100.

84
Hubungan Sains dan Agama: Refleksi Kritis Atas Pemikiran Ian G. Barbour (Waston)

yang kebenaran ajaran-ajarannya sudah kan sains beserta asumsi metafisisnya pada
bertahan selama beberapa milenium. pandangan dasar agama mengenai realitas
Pandangan yang mirip tetapi tak realitas yang, setidaknya dalam tiga aga-
sama dengan Barbour diajukan oleh John ma monoteistik, pada akhirnya berakar
F. Hought (2004), yang membagi pende- pada wujud yang disebut Tuhan. Asumsi
katan ilmu dan agama menjadi Konflik, metafisis sains yang disebut Hought dian-
Kontras, Kontak dan Konfirmasi. Keempat taranya bahwa alam semesta adalah suatu
pandangan ini bisa dilihat sebagai semacam keteraturan (tertib wujud) yang rasional.
tipologi seperti yang dibuat Barbour, tetapi Tanpa ini, sains sebagai upaya pencarian
Hought juga melihatnya sebagai semacam intelektual tak dapat melakukan langkah
perjalanan.5). Konflik terjadi akibat penga- pertamanya sekalipun.12 Ini bisa dibayang-
buran batas-batas sains dan agama; kedua- kan sebagai semacam premis awal Aris-
nya dianggap bersaing dalam menjawab totelian yang sifatnya apriori, yang diperlu-
pertanyaan-pertanyaan yang sama sehing- kan untuk menggerakkan sillogisme per-
ga orang harus memilih salah satunya. Ka- tama. Bagi kaum beragama, premis awal
renanya, langkah pertama adalah menarik ini merupakan objek keimanan.
garis pemisah untuk menunjukkan kontras Terkait dengan pembahasan tentang
keduanya. Ini mirip dengan Independensi hubungan ilmu dan agama, John F. Hought
Barbour. Langkah berikutnya, setelah per- (teolog Kristen) dan Mehdi Golshani
bedaan kedua bidang ini jelas, baru bisa di- (fisikawan muslim) memberikan pendapat
lakukan kontak. Langkah ini didorong oleh yang berbeda. Meskipun keduanya
dorongan psikologis yang kuat bahwa ba- memiliki pendapat berbeda, namun
gaimanapun bidang-bidang ilmu yang terdapat beberapa persamaan. Di beberapa
berbeda perlu dibuat koheren. Di sini impli- tempat, mereka bahkan menggunakan
kasi teologis teori ilmiah ditarik ke wilayah metafora yang sama: akar. Haught
teologis, bukan untuk membuktikan doktrin berupaya untuk mengakarkan sains pada
keagamaan, melainkan sekedar menafsirkan pandangan agama mengenai realitas.
temuan ilmiah dalam kerangka keagama- Ketika menyebut perbedaan antara apa
an demi memahami teologi dengan lebih yang disebutnya Islamic Science dan
baik. Dasarnya adalah keyakinan bahwa sains sekular, Golshani mengajukan dua
apa yang dikatakan sains mengenai alam alasan, satu diantaranya adalah bahwa
punya relevansi dengan pemahaman ke- asumsi metafisis kerap dapat diakarkan
agamaan kita. Batang tubuh sains sendiri (atau berakar) pada pandangan dunia
tak berubah sama sekali, tak ada data em- agama. 13
peris yang disentuh. 11 Di tempat lain, Golshani menjelaskan
Gerakan ini melangkah lebih jauh alasan itu. Baginya, seperti juga bagi Ha-
pada Konfirmasi dengan upaya mengakar- ught, sains mau tak mau mesti berasumsi

11
John F. Haught. Perjumpaan Sains dan Agama. Terjemahan Franciscus Burgias. (Bandung: Mizan
bekerja sama dengan CRCS, dan ICAS Jakart, 2004) hlm. 17-19.
12
Ibid., hlm. 27-29).
13
Mehdi Gholshani, Filsafat Sains Menurut Al Quran. Terjemahan Agus Effendi. (Bandung : Mizan,
1999), hlm. 48.

85
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014: 76 - 89

bahwa alam yang menjadi objek kajiannya tingkat epistemologi dan sedikit metafisika
adalah alam yang rasional: teratur dan (kecuali Al-Attas, yang masuk amat dalam
memiliki hukum-hukum. Pada dirinya sen- ke wilayah metafisika).
diri, sains tidak dapat memberikan asumsi Gagasan para pemikir itu tentu ber-
ini. Dalam sains sekuler, ini menjadi se- beda-beda, dan terkadang bahkan ber-
macam Imanyang tak perlu dibuktikan seberangan, meskipun terkadang secara
meskipun (mau tak mau) diyakini. Tanpa kurang cermat dilabeli sama: islamisasi
keyakinan bahwa ada hukum yang berlaku ilmu. Meski demikian, satu hal yang ba-
secara teratur, maka tak ada dasar konsep- rangkali merupakan kelemahan-bersama
tual pengembangan teori-teori ilmiah. Di gagsan ini adalah bahwa ia tampaknya te-
sinilah, menurut Golshani, senada dengan rutama digagas sebagai gagasan filosofis
Haught, agama dapat menjadi dasar untuk menganai sains, dan hingga waktu cukup
kerja sains. lama tak jelas benar bagaimana gagasan fi-
Kalaupun ada yag disebut Islami- losofis itu bisa dijadikan relevan dengan
sasi, maka itu berarti upaya memberikan aktivitas ilmiah praktis. Kelemahan ini juga
makna keagamaan seperti itu pada sains, telah menyebabkan ia mudah, dan telah,
sembari menyadari bahwa sains dapat disalah pahami.
dikembangkan dalam konteks keagamaan Menurut Golshani gagasan Islami-
maupun non keagamaan. Batang tubuh sasi Ilmu bukan gagasan yang Subversif
sains itu sendiri tak berbeda dalam kedua seperti yang terkadang dikesankan para
konteks itu. Golshani dengan tegas menya- penggagas itu: yaitu seakan ingin merom-
takan hal ini: dalam hal data ilmiah dan bak sains modern dari awal, demi menye-
penemuan hukum-hukum alam, Barat atau diakan dasar konseptual islami yang lebih
Timur tak relevan. Perbedaan hanya ada kuat. Bagi Golshani, kalaupun ada yang
ketika seorang ilmuwan menafsirkan data- disebut sains islami, ia adalah gerak maju
data tersebut. Sekali lagi, perlu dicacat, Ini- lebih jauh dari sains modern, bukan gerak
lah yang diajuka Haught pada langkah ke- mundur atau membongkar apa yang telah
tiganya, Kontak.14 ada. Disebut lebih jauh, karena yang ingin
Golshani bisa dibilang pendatang dilakukannya adalah memberikan kerang-
baru dalam wacana mutakhir Islam dan ka epistemologis dan metafisis bagi aktivitas
sains. Pada tahun l970-an hingga pertenga- ilmiah kontemporer. Secara eksplisit, dia
han 1990-an, nama-nama yang kerap mun- juga menyebutkan bahwa penggambaran
cul adalah Syed M. Naquib Al-Atas, Seyyed aspek-aspek fisis alam semesta adalah se-
Hossein Nasr, Ismail Al-Faruqi, dan Ziaud- penuhnya kerja sains: agama masuk ke-
din Sardar. Al-Attas menyebut gagasan tika ingin memberikan penjelasan akhir.15
awalnya sebagai dewesternisasi ilmu; Dengan kata lain, untuk kepentingan prak-
Ismail Al-Faruqi berbicara tentang Islami- tis, sains yang seharusnya dipelajari oleh
sasi Ilmu; sedangkan Sardar tentang pen- pelajar muslim bukanlah jenis sains yang
ciptaan suatu sains Islam kontemporer. berbeda (dan ini bisa dilihat dari sejarah
Kesemuanya bergerak terutama pada hidup Golshani sendiri sebagai fisikawan).

14
Ibid., hlm. 72-73.
15
Ibid., hlm. 246.

86
Hubungan Sains dan Agama: Refleksi Kritis Atas Pemikiran Ian G. Barbour (Waston)

Yang ideal, sains itu dilengkapi dengan dengan ilmu-ilmu baru sehingga ada ko-
pemahaman yang baik mengenai panda- heren epistemik antara fiqh dan sains. Ini
ngan dunia Islam sehingga pandangan tak tampak pada masa yang lebih bela-
mengenai alam itu dapat diasimilasikan kangan. Dalam pengamatan Moosa, ini
secara mulus dalam pribadi muslim. Yang disebabkan nyaris mandeknya pendidikan
termasuk di sini, bukan hanya epistemologi sains di dunia muslim sejak abad ke-18,
atau metafisika Islam, melainkan juga etika justru ketika sains berkembang amat cepat
(yang merupakan peran lain yang bisa di- di dunia Barat.17
lakukan agama bagi sains). Demikianlah, sejauh ini ada beberapa
Dalam spektrum pandangan me- bentuk integrasi yang telah disinggung.
ngenai hubungan ilmu dan agama, sebuah Tampak bahwa ada beragam model inte-
posisi lain ditempati oleh pemikir besar grasi yang bisa dilakukan. Perhatian yang
Muslim lain, yakni Fazlur Rahman, yang berbeda pada bagian-bagian tertentu ilmu
tak menyepakati gagasan islamisasi ilmu. akan memunculkan jenis integrasi yang
Pandangan Rahman didasari oleh keyaki- berbeda; demikian pula, perhatian pada as-
nannya bahwa ilmu, kurang-lebih, bebas pek-aspek agama (teologi, metafisika, etika,
nilai.16 atau hukum) menunjukkan adanya per-
Yang menjadi persoalan lebih besar soalan yang berbeda. Tiap-tiap posisi di-
adalah mampunya agamawan menyajikan bangun atas dasar perhatian pada aspek
suatu sistem etika yang bisa menjawab per- tertentu ilmu/agama, dan juga atas dasar
soalan baru yang diakibatkan kemajuan pandangan yang berbeda mengenai aspek-
ilmiah. Tak sulit mencarikan mitra bagi aspek itu.
Rahman dalam agama-agama lain, yang
melihat bahwa isu utama ilmu dan agama KESIMPULAN
adalah menyangkut etika yang mampu me-
nanggapi dengan cukup cepat dan baik isu- Dari uraian dia atas dapat disimpul-
isu baru itu. kan sebagai berikut:
Dalam wilayah ini, wacana Muslim 1. Terdapat empat tipologi hubungan
selama ini, yang tampak lebih hidup, terkait sains dan agama yang dibuat Barbour
dengan Fiqh (hukum/yurisprudensi). Para yaitu: (1) Tipologi konflik, yang me-
ahli Fiqh selalu menjawab persoalan-per- libatkan antara materialis ilmiah dan
soalan kontemporer mulai dari pengguna- literalisme biblical. (2) Tipologi inde-
an alat-alat KB hingga autopsi, penggan- penden, memisahkan dua tipe itu dalam
tian organ tubuh hingga kloning manusia. dua kawasan yang berbeda. Keduanya
Seperti ditunjukkan Ebraheim Moosa, ke- dapat dibedakan berdasakan masalah
cenderungan ini sesungguhnya sudah ber- yang ditelaah, domain yang dirujuk,
jalan cukup lama, sejak masa awal perkem- dan metode (eksistensialisme dan neo-
bangan sains dalam islam. Bedanya, pada ortodoksi) yang digunakan dan dua ba-
masa lalu itu kaum Fiqh relatif lebih akrab

16
Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition, (Chicago
& London: The University of Chicago Press, 1992), hlm. 18.
17
IbrahimMoosa, God, Life and Cosmos. Cristian and Islamic Perspectives (Lahore: Ausgate, 2000), hlm.
329-356).

87
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014: 76 - 89

hasa dan dua fungsinya yang berbeda berasumsi bahwa alam yang menjadi
(tradisi analitik) (3) Tipologi dialog, yang objek kajiannya adalah alam yang ra-
mempertimbangkan pra-anggapan sional: teratur dan memiliki hukum-
dalam upaya ilmiah, atau mengeksplo- hukum. Pada dirinya sendiri, sains tak
rasi dalam kesejajaran metode antara dapat memberikan asumsi ini. Dalam
sains dan agama, (4) Integrasi, yang ter- sains sekuler ini menjadi semacam
diri dari natural theology, theology of Iman yang tak perlu dibuktikan mes-
nature, sintesis sistematis (sains ataupun kipun (mau tak mau) diyakini.
agama memberikan kontribusi pada pe- 4. Terdapat beberapa kritik dari pemikir
ngembangan metafisika inklusif seperti Islam kontemporer terhadap tipologi
telogi filsafat proses Whitehead). Na- yang dibuat oleh Barbour. Diantaranya
mun dari tipologi yang dibuatnya, kritik yang dilakukan oleh Houston
Barbour lebih bersimpati pada dua pan- Smith dan Sayyed Hossen Nasr. Kedua-
dangan terakhir, khususnya Integrasi. nya mengkritik Integrasi Barbour
2. Pandangan yang mirip tetapi tak sama karena di sini teologi tampak seperti di-
dengan Barbour diajukan oleh John F. taklukkan oleh sains; teologi diubah
Haught yang membagi pendekatan demi mempertimbangkan hasil-hasil
ilmu dan agama menjadi konflik, kontras, pengkajian sain.Bagi Smith dan Nasr
kontak, dan konfirmasi. Keempat pan- yang keduanya pendukung filsafat
dangan ini bisa dilihat sebagai semacam perenial, yang sebaliknyalah yang
tipologi seperti yang dibuat Barbour, te- seharusnya terjadi: teologi tepatnya
tapi Haught juga melihatnya sebagai se- Tradisi menjadi tolok ukur teori-teori
macam perjalanan. ilmiah.
3. Terdapat beberapa kesamaan mendasar Meski terdapat kritik terhadap
antara Haught yang teolog Kristen dan Barbour, pemikiran Barbour yang meng-
Golshani yang fisikawan muslim dalam gunakan tipologi empat-ragam di atas
soal strategi pemaduan sains dan dapat digunakan untuk meninjau isu-isu
agama. Di beberapa tempat mereka penting tentang relasi sains dan agama.
bahkan menggunakan metafora yang Khusus bukunya yang berjudul when
sama akar. Haught berupaya untuk science meets Religion yang juga telah di-
mengakarkan sains pada pandangan terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
agama mengenai realitas. Ketika me- merupakan sumber berharga bagi para pe-
nyebut perbedaan antara apa yang di- ngajar, sarjana, pengkaji agama, ilmuwan,
sebutnya Islamic science dan sains dan para peminat yang ingin menjadi
sekuler, Golshani mengajukan dua ala- bagian dari interaksi antara sains dan aga-
san, satu di antaranya adalah bahwa ma yang positif dan kreatif yang kini ber-
asumsi-asumsi metafisis kerap dapat tumbuh dengan cepat dan bersifat inter-
diakarkan (atau berakar) pada pan- nasional.
dangan dunia agama. Baginya seperti
juga Haught, sains mau tak mau mesti

88
Hubungan Sains dan Agama: Refleksi Kritis Atas Pemikiran Ian G. Barbour (Waston)

DAFTAR PUSTAKA
Bagir, Zaenal Abidin, 2002. Pengantar dalam Ian G. Barbour Terjemahan E.R.
Muhammad, Juru Bicara Tuhan Antara Sains dan Agama. Bandung: Mizan

Barbour, Ian G. 2000. When Science Meets Religion. HarperSan-Francisco, New York:
HarperSan-Fracisco.

______________, 1971. Issues in Science and Religion. New York: Harper&Row.

______________, 1973. Myths, Model, and Paradigm. New York Harper&Row.

______________, 1990. Religion and Science. San Francisco: Harper San Francisco.

Golshani, 1999. Filsafat Sains Menurut Al-Quran, Terjemahan Agus Effendi. Bandung:
Mizan.

Haught, John F. 2004. Perjumpaan Sains dan Agama. Terjemahan. Bandung: Mizan Pustaka,
CSCR, dan ICAS.

Moosa, Ibrahim, 2002. Dalam Peters, Ted: Muduzaffar Iqbal; dan Syed Nomanl Haq,

(eds.), God, Life and the Cosmos: Cristian and Islamic Perspectives, Ausgate. Rahman, Fazlur,
l992. Islam and Modernity: Transformation of an Intelectual Tradision). Chicago&
London: The University of Chicago Press.

Russell, Robert John (ed). 2004. Fifty Years in Science and Religion. Burlington, USA: Asghate
Publishing Company.

Smart, Ninian, 2000. Worldviews: Croscultural Explorations 0f Human Beliefs. Prentice Hall,
New Jersey.

Smith, Huston, 2001. Ajal Agama di Tengah Kedigdayaan Sains. Terj. Ramani Astuti,
Bandung: Mizan Pustaka.

89

Você também pode gostar