Você está na página 1de 32

Sesungguhnya kematian merupakan misteri bagi manusia.

Tak seorangpun yang


tahu kapan datangnya. Namun satu kepastian bahwa ajal (waktu kematian)
seseorang sudah tercatat jauh hari di Lauhul Mahfudz sebelum manusia diciptakan.
Dan ketika seseorang sudah tiba ajalnya, maka tidak bisa diajukan barang sesaat
ataupun diundurkan. Allah Taala berfirman

Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula)
memajukannya. (QS. Al Araf: 34)

Setelah kematian maka kesempatan beramal telah habis. Manusia akan


mendapatkan balasan dari amal-amal perbuatannya di alam kubur, berupa nikmat
atau adzab kubur. Dan ketika sudah terjadi kiamat, dia akan dibangkitkan dan
mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Allah.

Maka barang siapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS.Al-
Araf:35)

Sedangkan orang yang kafir dan ingkar terhadap kebenaran Islam, Dan orang-
orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya,
mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.(QS.Al-Araf:36)

Kematian Mendadak Semakin Marak di Akhir Zaman

Diungkapkan oleh Yusuf bin Abdullah bin Yusuf al Wabil dalam kitabnya Asyratus
Saah.

Dalam kitabnya tersebut, Yusuf al-Wabil menyebutkan bahwa kematian yang datang
tiba-tiba atau mendadak merupakan salah satu dari tanda dekatnya kiamat. Hal ini
didasarkan pada beberapa kabar hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam. Salah
satunya hadits marfu dari Anas bin Malik radliyallah anhu,

. . .

Sesungguhnya di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah . . . akan banyak


kematian mendadak. (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih
al-Jami al-Shaghir no. 5899)

Maksud Kematian Mendadak

Banyak sebab kematian, tapi kematian itu tetap satu. Hal ini menunjukkan bahwa
kematian memiliki sebab, seperti sakit, kecelakaan, atau bunuh diri dan semisalnya.
Sedangkan kematian yang tanpa didahului sebab itulah maksud kematian yang
mendadak yang belum bisa diprediksi sebelumnya.

Seiring majunya ilmu kedokteran, manusia bisa menyingkap tentang sebab


kematian seperti kanker, endemik, atau penyakit menular. Penyakit-penyakit ini
mengisyaratkan dekatnya kematian, tetapi sebab yang utama adalah mandeknya
jantung secara tiba-tiba yang datang tanpa memberi peringatan.

Para ulama mendefinisikan kematian mendadak sebagai kematian tak terduga yang
terjadi dalam waktu yang singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang
dialami orang yang terkena serangan jantung.

Imam al-Bukhari dalam shahihnya membuat sebuah bab, Bab


kematian yang datang tiba-tiba. Kemudian beliau menyebutkan hadits Saad bin
Ubadah radliyallah anhu ketika berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam,

Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia secara mendadak dan aku yakin
seandainya ia berbicara sebelum itu, pastilah dia ingin bersedekah. Maka dari itu,
apakah dia akan mendapat pahala apabila jika aku bersedekah untuknya?
Beliaupun menjawab, Ya. (Muttafaq alaih)

. . . kematian mendadak sebagai kematian tak terduga yang terjadi dalam waktu
yang singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang dialami orang yang
terkena serangan jantung.

Kematian Mendadak Dalam Pandangan Ulama

Sebagian ulama salaf tidak menyukai kematian yang datang secara mendadak,
karena dikhawatirkan tidak memberi kesempatan seseorang untuk meninggalkan
wasiat dan mempersiapkan diri untuk bertaubat dan melakukan amal-amal shalih
lainnya. Ketidaksukaan terhadap kematian mendadak ini dinukil Imam Ahmad dan
sebagian ulama madzhab Syafii. Imam al-Nawawi menukil bahwa sejumlah sahabat
Nabishallallahu alaihi wasallam dan orang-orang shalih meninggal secara
mendadak. An-Nawawi mengatakan, Kematian mendadak itu disukai oleh para
muqarrabin (orang yang senantiasa menjaga amal kebaikan karena merasa diawasi
oleh Allah). (Lihat (Fathul Baari: III/245)

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, Dengan demikian, kedua pendapat itu dapat
disatukan. (Fathul Baari: III/255)

Terdapat keterangan yang menguatkan bahwa kematian mendadak bagi seorang


mukmin tidak layak dicela. Dari Abdullah bin Masud radliyallah anhu, dia berkata,

Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan kemurkaan


atas orang-orang kafir. Ini adalah lafadz Abdul Razaq dan al-Thabrani dalam al-
Mujam al-Kabir, sedangkan lafadz Ibnu Abi Syaibah, Kematian mendadak
merupakan istirahat (ketenangan) bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang
kafir. (HR. Abdul Razaq dalam al Mushannaf no. 6776, al-Thabrani dalam al-Mujam
al-Kabir no. no. 8865)

Dari Aisyah radliyallah anha, berkata, Aku pernah bertanya kepada


Rasulullahshallallahu alaihi wasallam mengenai kematian yang datang tiba-tiba.
Lalu beliau menjawab,

Itu merupakan kenikmatan bagi seorang mukmin dan merupakan bencana bagi
orang-orang jahat. (HR. Ahmad dalam al-Musnad no. 25042, al-Baihaqi dalam
Syuab al-Iman no. 10218. Syaikh al Albani mendhaifkannya dalam Dhaif al Jami
no. 5896)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud dan Aisyah radliyallah anhuma, keduanya
berkata, Kematian yang datang mendadak merupakan bentuk kasih sayang bagi
orang mukmin dan kemurkaan bagi orang dzalim. (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam al
Mushannaf III/370, dan al-Baihaqi dalam al-Sunan al Kubra III/379 secara mauquf).

Kematian mendadak yang dialami seorang mukmin adalah kebaikan baginya. Dia
merdeka dari hiruk pikuk dunia yang menjemukan dan terbebas dari fitnah-
fitnahnya.

Alangkah indahnya hadits yang dijadikan sebagai penguat oleh Imam al-Baihaqi
dalam al Sunan al-Kubra pada kitab Al-Janaiz Bab, Fi Mautil Fajah, dari hadits
Abu Qatadah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah dilalui iring-iringan
jenazah. Beliau lalu bersabda, Yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya. Para
sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, apa maksud yang istirahat dan yang
diistirahatkan darinya? Beliau menjawab,

Seorang hamba yang mukmin beristirahat dari keletihan dunia dan kesusahannya,
kembali kepada rahmat Allah. Sedangkan hamba yang jahat, para hamba, negeri,
pohon dan binatang beristirahat (merasa aman dan tenang) darinya. (HR. Muslim
no. 950, Ahmad no. 21531)
Kematian mendadak yang dialami seorang mukmin adalah kebaikan baginya. Dia
merdeka dari hiruk pikuk dunia yang menjemukan dan terbebas dari fitnah-
fitnahnya. Sedangkan Kematian mendadak yang dialami seorang fajir merupakan
kabar gembira bagi hamba Allah. Mereka akan terbebas dari gangguannya. Di
antara gangguannya adalah kedzalimannya terhadap mereka, kesenangannya
melakukan kemungkaran dan jika diingatkan malah menantang dan itu menyulitkan
mereka. Jika diingatkan malah menyakiti dan bila didiamkan mereka menjadi
berdosa. Sedangkan istirahatnya binatang adalah dikarenakan sang fajir tadi selalu
menyakiti dan menyiksanya serta membebani di luar kemampuannya, tidak
memberinya makan dan yang lainnya. Sedangkan istirahatnya negeri dan
pepohonan adalah karena perbuatan jahat sang fajir hujan tidak turun, dia
mengeruk kekayaannya dan tidak mengairinya.

Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan kemurkaan


atas orang-orang kafir. Ibnu Masud

Menyikapi Kematian Mendadak

Bagi orang yang berakal sehat tentu akan mengambil pelajaran dari fenomena yang
ia saksikan. Terlebih fenomena tersebut telah disampaikan oleh orang yang
terpercaya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Maka sepantasnya ia segera
kembali kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya, sebelum kematian itu
menjemputnya.

Imam al-Bukhari pernah berkata,

Peliharalah waktu rukumu ketika senggang.

Sebab, boleh jadi kematian akan datang secara tiba-tiba

Betapa banyaknya orang yang sehat dan segar bugar

Lantas meninggal dunia dengan tiba-tiba

Dan setelah memahami adanya kematian yang mendadak, dan semakin sering
terjadi pada akhir zaman (termasuk zaman kita ini), hendaknya kita mempersiapkan
diri dengan bersegera menyambut seruan Allah untuk melaksanakan perintah-
perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dan perintah Allah yang paling
utama adalah memurnikan tauhid kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu, baik dalam masalah ibadah dan pengabdian, juga dalam masalah
ketaatan dan ketundukan kepada syariat-Nya.

Sesungguhnya kematian akan tetap datang ke manapun kita lari dan di manapun
kita sembunyi. Tidak ada kekuatan di alam raya yang bisa melawan ketetapan ilahi
ini. Dan setelah kematian, setiap orang akan mendapat balasan dari amal yang
telah dikerjakannya di dunia. Maka bertakwalah kepada Allah, Wahai hamba-hamba
Allah! Janganlah engkau menjadi orang yang menyesal ketika kematian datang dan
minta diberi kesempatan untuk beramal. Sesungguhnya ajal tidak bisa
ditangguhkan dan tidak bisa ditunda barang sesaat.

Ketahuilah! sesungguhnya dunia ini terus berjalan ke belakang meninggalkanmu,


dan akhirat berjalan mendatangi. Ingatlah saat kematian dan perpindahan ke alam
Barzah. Dan (ingatlah) yang akan tergambarkan di hadapanmu, berupa banyaknya
keburukan dan sedikitnya kebaikan. Maka, apa yang ingin engkau amalkan pada
saat itu, segeralah amalkan sejak hari ini. Dan apa yang ingin engkau tinggalkan
saat itu, maka tinggalkanlah sejak sekarang.

Maka seandainya setelah mati, kamu dibiarkan. Sesungguhnya kematian itu


merupakan kenyamanan bagi seluruh yang hidup. Namun. jika kamu telah mati,
kamu pasti dibangkitkan dan akan ditanya tentang segala sesuatu, lalau diberi
balasan dari setiap perbuatan. Kalau seperti itu, maka kematian merupakan sesuatu
yang menakutkan dan menghawatirkan.

KEMATIAN MENURUT AL-QURAN

10- Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari
kiamat): Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada
kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman lalu kamu
kafir

11- Mereka menjawab: Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan
telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka
adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?

Ketika manusia dikumpulkan dipadang Mahsyar pada hari berbangkit kelak dan
orang kafir telah melihat dengan jelas akibat perbuatan mereka menentang ayat
ayat Allah selama ini, mereka mengeluh : Ya Allah Engkau telah mematikan kami
dua kali, dan menghidupkan kami dua kali pula, lalu kami mengakui dosa kami,
adakah jalan keluar bagi kami dari kesulitan yang dahsyat pada hari ini (neraka
jahanam) . Dialog antara orang kafir dengan Allah ini diabadikan dalam surat Al
Mukmin ayat 10 -11, sebagaimana kami kutipkan diawal artikel ini.

Selama hidup didunia ini kita hanya mengerti bahwa mati dan hidup itu hanya
sekali saja, namun setelah diakhirat kelak kita baru, mengerti bahwa kita hidup dan
mati sebanyak dua kali. Memperhatikan dialog diatas kita jadi bertanya, apakah
yang dimaksud dengan kematian itu? Dalam Al Quran dikatakan bahwa kita mati
dan hidup sebanyak dua kali, padahal yang kita ketahui selama ini kita hidup dan
mati hanya satu kali.
Definisi mati menurut Al-Quran

Mati menurut pengertian secara umum adalah keluarnya Ruh dari jasad, kalau
menurut ilmu kedokteran orang baru dikatakan mati jika jantungnya sudah berhenti
berdenyut. Mati menurut Al-Quran adalah terpisahnya Ruh dari jasad dan hidup
adalah bertemunya Ruh dengan Jasad. Kita mengalami saat terpisahnya Ruh dari
jasad sebanyak dua kali dan mengalami pertemuan Ruh dengan jasad sebanyak
dua kali pula. Terpisahnya Ruh dari jasad untuk pertama kali adalah ketika kita
masih berada dialam Ruh, ini adalah saat mati yang pertama. Seluruh Ruh manusia
ketika itu belum memiliki jasad. Allah mengumpulkan mereka dialam Ruh dan
berfirman sebagai disebutkan dalam surat Al Araaf 172:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan), (Al Araaf 172)

Selanjutnya Allah menciptakan tubuh manusia berupa janin didalam rahim seorang
ibu, ketika usia janin mencapai 120 hari Allah meniupkan Ruh yang tersimpan
dialam Ruh itu kedalam Rahim ibu, tiba-tiba janin itu hidup, ditandai dengan mulai
berdetaknya jantung janin tersebut. Itulah saat kehidupan manusia yang pertama
kali, selanjutnya ia akan lahir kedunia berupa seorang bayi, kemudian tumbuh
menjadi anak anak, menjadi remaja, dewasa, dan tua sampai akhirnya datang saat
berpisah kembali dengan tubuh tersebut.

Ketika sampai waktu yang ditetapkan, Allah akan mengeluarkan Ruh dari jasad.
Itulah saat kematian yang kedua kalinya. Allah menyimpan Ruh dialam barzakh, dan
jasad akan hancur dikuburkan didalam tanah. Pada hari berbangkit kelak, Allah akan
menciptakan jasad yang baru, kemudia Allah meniupkan Ruh yang ada di alam
barzakh, masuk dan menyatu dengan tubuh yang baru sebagaimana disebutkan
dalam surat Yasin ayat 51:

51- Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari
kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. 52- Mereka berkata: Aduh celakalah
kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)? Inilah
yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya). (Yasin
51-52)

Itulah saat kehidupan yang kedua kali, kehidupan yang abadi dan tidak akan adalagi
kematian sesudah itu. Pada saat hidup yang kedua kali inilah banyak manusia yang
menyesal, karena telah mengabaikan peringatan Allah. Sekarang mereka melihat
akibat dari perbuatan mereka selama hidup yang pertama didunia dahulu. Mereka
berseru mohon pada Allah agar dizinkan kembali kedunia untuk berbuat amal soleh,
berbeda dengan yang telah mereka kerjakan selama ini sebagaimana disebutkan
dalam surat As Sajdah ayat 12:

Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang
berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): Ya
Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke
dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-
orang yang yakin. (As Sajudah 12)

Itulah proses mati kemudian hidup, selanjutnya mati dan kemudian hidup kembali
yang akan dialami oleh semua manusia dalam perjalanan hidupnya yang panjang
dan tak terbatas. Proses ini juga disebutkan Allah dalam surat Al Baqaqrah ayat 28:

Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali,
kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? (Al Baqarah 28)

Demikianlah definisi mati menurut Al-Quran, mati adalah saat terpisahnya Ruh dari
Jasad. Kita akan mengalami dua kali kematian dan dua kali hidup. Jasad hanya
hidup jika ada Ruh, tanpa Ruh jasad akan mati dan musnah. Berarti yang
mengalami kematian dan musnah hanyalah jasad sedangkan Ruh tidak akan pernah
mengalami kematian.

Pada saat mati yang pertama, jasad belum ada namun Ruh sudah ada dan hidup
dialam Ruh. Pada saat hidup yang pertama Ruh dimasukan kedalam jasad ,
sehingga jasad tersebut bisa hidup. Pada saat mati yang kedua, Ruh dikeluarkan
dari jasad , sehingga jasad tersebut mati, namun Ruh tetap hidup dan disimpan
dialam barzakh. Jasad yang telah ditinggalkan oleh Ruh akan mati dan musnah
ditelan bumi. Pada saat hidup yang kedua, Allah menciptakan jasad yang baru
dihari berbangkit, jasad yang baru itu akan hidup setelah Allah memasukan Ruh
yang selama ini disimpan dialam barzak kedalam tubuh tersebut. Kehidupan yang
kedua ini adalah kehidupan yang abadi, tidak ada lagi kematian atau perpisahan
antara Ruh dengan jasad sesudah itu.

Kalau kita amati proses hidup dan mati diatas ternyata yang mengalami kematian
dan musnah hanyalah jasad, sedangkan Ruh tidak pernah mengalami kematian dan
musnah. Ruh tetap hidup selamanya, ia hanya berpindah pindah tempat, mulai dari
alam Ruh, alam Dunia, alam Barzakh dan terakhir dialam Akhirat. Pada saat datang
kematian pada seseorang yang sedang menjalani kehidupan didunia ini, maka yang
mengalami kematian hanyalah jasadnya saja, sedangkan Ruhnya tetap hidup
dialam barzakh. Allah mengingatkan hal tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 154 :

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah,
(bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu h idup, tetapi kamu tidak
menyadarinya. (Al Baqarah 154)
Perjalanan panjang tanpa akhir

Kalau kita amati proses perjalan hidup dan mati seperti yang disebutkan diatas ,
maka yang mengalami kematian hanyalah jasad kita saja, sedangkan Ruh tidak
pernah mengalami kematian. Sejak diciptakan pertama kali dan diambil
kesaksiannya tentang ke Esaan Allah ketika dikumpulkan dialam Ruh sebagaimana
disebutkan dalam surat Al Araaf 172, mulailah Ruh menempuh perjalanan panjang
yang tidak akan pernah berkahir.

Sifat Ruh sama seperti energy, dalam ilmu fisika kita mengenal teori kekekalan
Energy. Teori kekalan Energy mengatakan bahwa Energy bersifat kekal, tidak bisa
dimusnahkan, dihancurkan ataupun dilenyapkan. Ia hanya mengalami perubahan
bentuk. Ruh memiliki sifat seperti Energy ini, ia tidak bisa dimusnahkan,
dilenyapkan ataupun dihancurkan, ia kekal selamanya, ia hanya berubah bentuk
mulai dialam Ruh, alam Dunia, alam Barzakh dan alam Akhirat kelak.

Kita bisa merasakan selama hidup didunia ini bahwa Ruh kita tidak pernah tidur
atau beristirat. Kalau kita tidur pada malam hari, yang tidur adalah jasad atau
jasmani kita sedang Ruh kita sendiri, pergi berjalan entah kemana. Ruh tidak bisa
hancur, musnah dan lenyap namun ia bisa merasa lemah, sakit dan menderita. Ruh
yang kurang mendapat perawatan akan menjadi lemah menderita dan sakit.
Penyakit Ruh umumnya akan merembet pada penyakit fisik atau jasmani, penyakit
ruh yang umum kita kenal antara lain, gelisah, kecewa, dengki, cemas, takut, sedih,
tertekan dan stress berkepanjangan.

Ruh mengalami proses pendewasaan selama hidup didunia. Semua bekal yang
dibawa untuk perjalanan hidup dialam barzakh dan akhirat didapat dari alam dunia.
Namun sayang selama hidup didunia banyak orang yang tidak memperdulikan
kebutuhan Ruhnya untuk menghadapi perjalan panjang yang tak akan pernah
berakhir ini. Kebanyakan manusia hanya fokus pada masalah kehidupan dunia, dan
tidak perduli dengan masalah kehidupan akhirat yang lebih dahsyat dibandingkan
dengan kehidupan dunia.

Mereka baru menyadari kekeliruan mereka tatkala ruh telah sampai ditenggorokan,
hingga tatkala mereka telah pindah kelam barzakh mereka mengeluh sebagaimana
disebutkan dalam surat Al Mukminun ayat 99-100 :

99- (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian
kepada seseorang dari mereka, dia berkata: Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke
dunia),

100- agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-
kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di
hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan (Al Mukminun 99-
100)
Penyesalan itu memang selalu terlambat datangnya, namun penyesalan yang
muncul setelah datangnya kematian hanyalah sesuatu yang sia-sia. Masa lampau
tidak akan pernah kembali, kita hanya terus maju menghadang masa yang akan
datang, apapun keadaan kita. Orang yang bijaksana akan mengumpulkan bekal
sebanyak banyaknya untuk menempuh perjalanan panjang dialam barzakh dan
akhirat. Orang yang lalai hanya fokus pada kehidupan dunia, tidak pernah
mempersiapkan diri untuk menempuh perjalanan panjang itu. Bahkan terkesan
tidak peduli dengan kehidupan akhirat. Sebagian besar manusia didunia termasuk
kedalam golongan orang yang lalai ini, sebagaimana disebutkan dalam surat Yunus
ayat 92: sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami. Lebih tegas lagi disebutkan dalam surat al Insan ayat 27 :

Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak
memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat). (Al Insan
27)

Mudah2an kita tidak termasuk orang yang lalai, seperti disebutkan dalam ayat
Quran diatas. Mari kita persiapkan perbekalan kita untuk menempuh perjalanan
panjang yang tidak akan pernah berakhir didunia dan akhirat. Penyesalan diakhirat
kelak tidak ada gunanya, masa lalu tidak akan pernah kembali, masa yang akan
datang pasti terjadi. Bersiaplah menghadap berbagai perubahan yang akan kita
alami sepanjang perjalan hidup yang amat panjang dan melelahkan ini. Berbekallah
sebaik baik bekal adalah Taqwa

https://ibh3.wordpress.com/2013/04/28/kematian-mendadak-menurut-al-quran-dan-
hadits/
AWAS KEMATIAN MENDADAK !

Oleh

Ustadz Abu Ismail Muslim al-Atsari

Kita berada di akhir zaman, banyak terjadi kematian mendadak, memang itu
merupakan salah satu tanda-tanda hari kiamat. Sebagaimana disebutkan di dalam
hadits :

: :

Dari Anas bin Mlik, dia meriwayatkan dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ,
beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Di antara dekatnya hari kiamat, hilal
akan terlihat nyata sehingga dikatakan ini tanggal dua, masjid-masjid akan
dijadikan jalan-jalan, dan munculnya (banyaknya) kematian mendadak.[1]

KENYATAAN DI HADAPAN KITA

Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tersebut pada zaman ini benar-benar sudah
nyata di hadapan kita. Seseorang yang sehat, kemudian mati tiba-tiba. Orang-orang
sekarang menyebutnya dengan serangan jantung. Berapa banyak orang yang
sedang berolah-raga, dengan maksud meningkatkan kesehatan, namun justru
kematian tiba-tiba mendatanginya di lapangan. Berapa banyak orang yang sedang
melakukan perjalanan, kemudian terjadi kecelakaan yang tidak diperkirakan, hingga
menghantarkan kepada kematian. Berapa banyak orang yang sedang bermaksiat,
berzina di suatu tempat, kemudian mendadak sekarat. Atau sebaliknya, orang yang
sedang beribadah, kedatangan malakul-maut yang tidak pernah menyelisihi
perintah, sehingga orang itu meraih husnul-khatimah. (Semoga Allh Azza wa Jalla
menjadikan kita termasuk orang-orang yang meraih husnul khatimah-red).

Melihat kenyataan ini, hendaklah masing-masing dari kita segera memperhatikan


dirinya, segera kembali dan bertaubat kepada Penguasanya, sebelum kematian itu
datang.
NASIHAT IMAM BUKHRI YANG BERHARGA

Imam al-Bukhri rahimahullah telah mengingatkan masalah kematian mendadak


melalui syairnya, seraya menasihatkan untuk memperbanyak amalan. Beliau
rahimahullah berkata :

manfaatkanlah di saat longgar keutamaan ruku (shalat, ibadah); kemungkinan


kematianmu datang tiba-tiba;

berapa banyak orang sehat yang engkau lihat tanpa sakit; jiwanya yang sehat pergi
dengan mendadak

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, Termasuk perkara yang mengherankan,


bahwa beliau (Imam al-Bukhari rahimahullah) mengalaminya (kematian mendadak)
atau yang semacamnya.[2]

NASIHAT ORANG MULIA

Seorang yang mulia mengatakan bahwa banyak di antara kawanku yang telah
melepaskan nyawanya di saat mengikuti syahwatnya, menjadi tawanan
kenikmatan, dan lalai dari mengingat maut dan hisab (perhitungan amal). Setelah
Allh Azza wa Jalla memberikan petunjuk kepadaku untuk mentaati-Nya, aku segera
menemui sahabatku untuk menasihatinya, mengajaknya kepada ketaatan, dan
mengancamnya dari kemaksiatan. Tetapi ia hanyalah beralasan dengan keadaannya
yang masih muda, ia telah tertipu oleh panjang angan-angan Maka demi Allh,
kematian telah mendatanginya secara mendadak, sehingga hari ini ia telah berada
di dalam tanah, terkubur. Dia terbelenggu dengan keburukan-keburukan yang telah
ia lakukan. Kenikmatan telah hilang darinya. Penyanyi-penyanyi wanita telah
meninggalkannya. Tinggallah berbagai tanggung-jawab di atas lehernya. Dia telah
menghadap kepada al-Jabbar (Allh Yang Maha Perkasa) dengan amalan-amalan
orang-orang fasik dan durhaka Semoga Allh melindungiku dan Anda dari
catatan amal, seperti catatan amalnya, dan dari akhir kehidupan, seperti akhir
kehidupannya.
Maka bertakwalah kepada Allh wahai hamba Allh- janganlah engkau seperti dia,
sementara engkau tahu bahwa dunia ini telah berjalan ke belakang, dan akhirat
berjalan mendatangi. Ingatlah saat kematian dan perpindahan, dan (ingatlah) apa-
apa yang akan tergambarkan di hadapanmu, berupa keburukan yang banyak
sedangkan kebaikan begitu sedikit. Kebaikan yang ingin engkau amalkan, maka
segera amalkan sejak hari ini. Dan apa yang ingin engkau tinggalkan, maka
(tinggalkanlah) sejak sekarang:

Maka seandainya jika kita telah mati, kita dibiarkan,

Sesungguhnya kematian itu merupakan kenyamanan seluruh yang hidup,

Tetapi jika kita telah mati, kita pasti dibangkitkan,

Dan setelah itu, kita akan ditanya tentang segala sesuatu.[3]

MATI MENDADAK TANDA KEMURKAAN ALLH?

Semua orang pasti akan menemui kematian. Kematian itu, terkadang diawali
dengan tanda-tanda, seperti sakit, terkadang kedatangannya mendadak tanpa
tanda. Kematian mendadak merupakan tanda kemurkaan Allh Azza wa Jalla
kepada orang tersebut.

Dalam sebuah hadits disebutkan:

Dari Ubaid bin Khalid as-Sulami, seorang laki-laki dari sahabat Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam , perawi terkadang mengatakan dari Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam , dan terkadang mengatakan dari Ubaid, dia berkata: Kematian mendadak
adalah siksaan yang membawa penyesalan.[4]

Akh-dzatu artinya siksaan atau serangan atau musibah. Sedangkan asaf memiliki
dua makna, yaitu kesusahan yang serius dan kemurkaan. Dan para ulama telah
menjelaskan mengapa kematian mendadak merupakan siksaan yang membawa
penyesalan.

Ali al-Qari rahimahullah berkata, Yaitu, kematian mendadak merupakan dampak


dari dampak kemurkaan Allh, sehingga Allh Azza wa Jalla tidak membiarkannya
bersiap-siap untuk akhiratnya dengan taubat dan dengan mempersiapkan bekal
akhirat, dan Allh Azza wa Jalla tidak memberikannya sakit yang bisa menjadi
penghapus dosa-dosanya.[5]

Ibnu Baththl rahimahullah berkata, Hal itu wallhu alam- karena di dalam
kematian mendadak dikhawatirkan terhalangi dari membuat wasiat dan tidak
mempersiapkan untuk (bekal) akhirat dengan taubat, dan amal-amal shalih
lainnya.[6]

Akan tetapi bukan berarti semua orang yang mati mendadak merupakan orang
yang dimurkai oleh Allh Azza wa Jalla . Sesungguhnya hal itu berlaku bagi orang
kafir atau orang yang selalu berada dalam maksiat. Adapun orang Mukmin, yang
selalu mempersiapkan diri dengan iman yang shahh dan amalan yang shalih, maka
kematian mendadak merupakan keringanan baginya.

:
:

Dari Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata: Aku mendengar Raslullh


Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Kematian mendadak adalah keringanan
terhadap seorang mukmin, dan siksaan yang membawa penyesalan terhadap orang
kafir.

Kalimat ini juga diriwayatkan dari perkataan sebagian sahabat:

:
Dari Ibnu Masud Radhiyallahu anhu, ia berkata: Kematian mendadak adalah
keringanan terhadap seorang mukmin, dan siksaan yang membawa penyesalan
terhadap orang kafir.[8]

Yang dimaksud Mukmin di sini, adalah orang Mukmin yang telah mempersiapkan
diri menghadapi kematian dan selalu memperhatikannya. Sedangkan orang kafir,
maka sangatlah jelas, karena dengan kematian mendadak, ia tidak sempat
bertaubat dan mempersiapkan diri untuk akhirat.

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan, Telah diriwayatkan dari Imam


Ahmad dan sebagian (Ulama) Syafiiyyah tentang tidak disukainya kematian
mendadak. Sedangkan Imam Nawawi rahimahullah meriwayatkan dari sebagian
orang-orang zaman dahulu bahwa sekelompok orang dari para nabi dan orang-
orang shalih mati mendadak. (Imam) Nawawi rahimahullah berkata, Itu disukai oleh
orang-orang yang memperhatikan (akan datangnya kematian). Aku (al-hfizh)
berkata, Dengan ini dua pendapat itu berkumpul.[9]

Semoga Allh selalu menolong kita untuk selalu mengingat-Nya, bersyukur kepada-
Nya, dan meningkatkan ibadah kita kepada-Nya. Hanya Allh tempat mengadu dan
memohon.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XVII/1435H/2013. Diterbitkan


Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

_______

Footnote

[1]. HR Thabarani dalam al-Mujamush Shaghr (2/261, no. 1132) Dhiya al-Maqdisi
dalam al-Ahdts al-Mukhtrah (no. 2326). Dihasankan oleh Syaikh al-Albni dalam
Shahh al-Jmi (2/1.026, no. 5.899), Penerbit al-Maktabul-Islami, Cet. 3, Th. 1408 H /
1988 M.

[2]. Hadyus Sri, hlm. 481. Dinukil dari kitab Asyrtus Sah, Syaikh Yusuf bin
Abdullh bin Yusuf al-Wabil, hlm. 199.

[3]. Kitab Ahwalul Qiymah, hlm. 4-5, secara ringkas. Dinukil dari Mukhtashar
Ahkmil Janiz, karya Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi.
[4]. HR Ahmad (no. 15.496, 15.497, 17.924, 17.925), Abu Dawud (no. 3.112), al-
Baihaqi dalam Sunan al-Kubra (6.809). Dishahhkan oleh al-Albni dalam al-Misykah
(no. 1.611) dan Syuaib al-Arnauth dalam Taliq Musnad Ahmad.

[5]. Dinukil dari Aunul Mabd, 8/260.

[6]. Fathul Bri, 3/254.

[7]. HR Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf, no. 6.781.

[8]. Riwayat Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf (no. 6.776), ath-Thabrani dalam


Mujamul Kabr (no. 6.782).

[9]. Fathul-Bari, 3/255.

Sumber: https://almanhaj.or.id/4128-awas-kematian-mendadak.html

https://almanhaj.or.id/4128-awas-kematian-mendadak.html
Waspadai Kematian Mendadak

Yusuf bin Abdullah bin Yusuf al Wabil dalam kitabnya Asyratus Sa'ah, menyebutkan
salah satu tanda dekatnya kiamat, yaitu banyaknya kematian yang mendadak.
Diriwayatkan secara marfu' dari Anas bin Malik radliyallah 'anhu, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

. . .

"Sesungguhnya di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah . . . akan


banyak kematian mendadak." (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam
Shahih al-Jami' al-Shaghir no. 5899)

Fenomena ini sudah sering kita saksikan pada masa sekarang ini. Orang yang
sebelumnya sehat bugar, tiba-tiba ia mati mendadak. Hal ini dibenarkan oleh
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) berdasarkan sebuah penelitian, setiap tahunnya
banyak orang meninggal karena stroke dan serangan jantung, bahkan disebutkan
kalau penyakit jantung menempati urutan pertama yang banyak menyebabkan
kematian pada saat ini.

Dalam hadits ini terdapat mukjizat ilmiah yang kita benarkan melalui kajian
kedokteran yang harus diakui. Mukjizat ini membuktikan bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam adalah utusan Allah yang tidak berbicara berdasar hawa nafsunya,
tapi yang beliau sampaikan adalah wahyu dari Allah yang diturunkan kepada beliau.

Rasanya orang yang hidup pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tak pernah
membayangkan akan datangnya zaman yang merebaknya kematian mendadak,
kecuali berdasarkan wahyu ilahi yang menyingkap fenomena ini.

Maksud Kematian Mendadak

Banyak sebab kematian, tapi kematian itu tetap satu. Hal ini menunjukkan bahwa
kematian memiliki sebab, seperti sakit, kecelakaan, atau bunuh diri dan semisalnya.
Sedangkan kematian yang tanpa didahului sebab itulah maksud kematian yang
mendadak yang belum bisa diprediksi sebelumnya. Seiring majunya ilmu
kedokteran, manusia bisa menyingkap tentang sebab kematian seperti kanker,
endemik, atau penyakit menular. Penyakit-penyakit ini mengisyaratkan dekatnya
kematian, tetapi sebab yang utama adalah mandeknya jantung secara tiba-tiba
yang datang tanpa memberi peringatan.

Para ulama mendefinisikan kematian mendadak sebagai kematian tak terduga yang
terjadi dalam waktu yang singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang
dialami orang yang terkena serangan jantung.

Imam al-Bukhari dalam shahihnya membuat sebuah bab, " Bab


kematian yang datang tiba-tiba". Kemudian beliau menyebutkan hadits Sa'ad bin
'Ubadah radliyallah 'anhu ketika berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
"Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia secara mendadak dan aku yakin
seandainya ia berbicara sebelum itu, pastilah dia ingin bersedekah. Maka dari itu,
apakah dia akan mendapat pahala apabila jika aku bersedekah untuknya?"
Beliaupun menjawab, "Ya". (Muttafaq 'alaih)

. . . kematian mendadak sebagai kematian tak terduga yang terjadi dalam waktu
yang singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang dialami orang yang
terkena serangan jantung.

Kematian Mendadak Dalam Pandangan Ulama

Sebagian ulama salaf tidak menyukai kematian yang datang secara mendadak,
karena dikhawatirkan tidak memberi kesempatan seseorang untuk meninggalkan
wasiat dan mempersiapkan diri untuk bertaubat dan melakukan amal-amal shalih
lainnya. Ketidaksukaan terhadap kematian mendadak ini dinukil Imam Ahmad dan
sebagian ulama madzhab Syafi'i. Imam al-Nawawi menukil bahwa sejumlah sahabat
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan orang-orang shalih meninggal secara
mendadak. An-Nawawi mengatakan, "Kematian mendadak itu disukai oleh para
muqarrabin (orang yang senantiasa menjaga amal kebaikan karena merasa diawasi
oleh Allah)." (Lihat (Fathul Baari: III/245)

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Dengan demikian, kedua pendapat itu dapat
disatukan." (Fathul Baari: III/255)

Terdapat keterangan yang menguatkan bahwa kematian mendadak bagi seorang


mukmin tidak layak dicela. Dari Abdullah bin Mas'ud radliyallah 'anhuma, dia
berkata, "Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan
kemurkaan atas orang-orang kafir." Ini adalah lafadz Abdul Razaq dan al-Thabrani
dalam al-Mu'jam al-Kabir, sedangkan lafadz Ibnu Abi Syaibah, "Kematian mendadak
merupakan istirahat (ketenangan) bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang
kafir." (HR. Abdul Razaq dalam al Mushannaf no. 6776, al-Thabrani dalam al-Mu'jam
al-Kabir no. no. 8865)

Dari Aisyah radliyallah 'anha, berkata, "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mengenai kematian yang datang tiba-tiba. Lalu beliau
menjawab,

"Itu merupakan kenikmatan bagi seorang mukmin dan merupakan bencana bagi
orang-orang jahat." (HR. Ahmad dalam al-Musnad no. 25042, al-Baihaqi dalam
Syu'ab al-Iman no. 10218. Syaikh al Albani mendhaifkannya dalam Dha'if al Jami'
no. 5896)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud dan Aisyah radliyallah 'anhuma, keduanya
berkata, "Kematian yang datang mendadak merupakan bentuk kasih sayang bagi
orang mukmin dan kemurkaan bagi orang dzalim." (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam al
Mushannaf III/370, dan al-Baihaqi dalam al-Sunan al Kubra III/379 secara mauquf).

Alangkah indahnya hadits yang dijadikan sebagai penguat oleh Imam al-Baihaqi
dalam al Sunan al-Kubra pada kitab "Al-Janaiz" Bab, "Fi Mautil Faj'ah", dari hadits
Abu Qatadah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah dilalui iring-iringan
jenazah. Beliau lalu bersabda, "Yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya." Para
sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa maksud yang istirahat dan yang
diistirahatkan darinya?" Beliau menjawab,

"Seorang hamba yang mukmin beristirahat dari keletihan dunia dan kesusahannya,
kembali kepada rahmat Allah. Sedangkan hamba yang jahat, para hamba, negeri,
pohon dan binatang beristirahat (merasa aman dan tenang) darinya." (HR. Muslim
no. 950, Ahmad no. 21531)

Kematian mendadakn yang dialami seorang mukmin adalah kebaikan bagianya. Dia
terbebas dari hiruk pikuk dunia yang menjemukan dan terbebas dari fitnah-
fitnahnya. Sedangkan Kematian mendadak yang dialami seorang fajir merupakan
kabar gembira bagi hamba Allah. Mereka akan terbebas dari gangguannya. Di
antara gangguannya adalah kedzalimannya terhadap mereka, kesenangannya
melakukan kemungkaran dan jika diingatkan malah menantang dan itu menyulitkan
mereka. Jika diingatkan malah menyakiti dan bila didiamkan mereka menjadi
berdosa. Sedangkan istirahatnya binatang adalah dikarenakan sang fajir tadi selalu
menyakiti dan menyiksanya serta membebani di luar kemampuannya, tidak
memberinya makan dan yang lainnya. Sedangkan istirahatnya negeri dan
pepohonan adalah karena perbuatan jahat sang fajir hujan tidak turun, dia
mengeruk kekayaannya dan tidak mengairinya.

"Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan kemurkaan


atas orang-orang kafir." Ibnu Mas'ud

Menyikapi Kematian Mendadak

Bagi orang yang berakal sehat tentu akan mengambil pelajaran dari fenomena yang
ia saksikan. Terlebih fenomena tersebut telah disampaikan oleh orang yang
terpercaya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ia akan bersegera kembali
kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya, sebelum kematian itu menjemputnya.

Imam al-Bukahri pernah berkata,

Peliharalah waktu ruku'mu ketika senggang.

Sebab, boleh jadi kematian akan datang secara tiba-tiba

Betapa banyaknya orang yang sehat dan segar bugar


Lantas meninggal dunia dengan tiba-tiba

Ibnu Hajar berkata, "Sungguh ajaib, bahwa kematian secara mendadak ini juga
menimpa beliau -imam Bukhari- sendiri." (Hadyus Saari Muqaddimah Fathul Baari,
Ibnu Hajar, hal. 481)

Dan setelah memahami adanya kematian yang mendadak, dan semakin sering
terjadi pada akhir zaman (termasuk zaman kita ini), hendaknya kita mempersiapkan
diri. Sesungguhnya kematian akan tetap datang. Tidak ada kekuatan di dunia ini
yang bisa melawan ketetapan ilahi ini. Dan setelah kematian, setiap orang akan
mendapat balasan dari amal yang telah dikerjakannya di dunia.

Syaikh bin Bazz rahimahullah pernah berpesan, "Sudah semestinya kita


mempersiapkan diri, bahkan karena inilah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memohon dalam doanya:

"Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmat-Mu, berubahnya


kesejahteraan dari-Mu, dan siksa-Mu yang datang tiba-tiba serta dari semua murka-
Mu." (HR. Muslim no. 2739)

Seorang yang mulia mengatakan, "Banyak di antara kawanku yang telah


melepaskan nyawanya saat memperturutkan syahwatnya, menjadi tawanan
kenikmatan, lalai mengingat maut dan hisab. Setelah Allah memberi petunjuk
kepadaku untuk mentaati-Nya, aku segera menemui sahabatku untuk
menasehatinya. Mengajaknya kepada ketaatan dan memperingatkannya dari
kemaksiatan. Tetapi, dia hanya beralasan dengan keadaannya yang masih muda.
Dia telah tertipu oleh panjang angan-angan. Maka, demi Allah, kematian telah
mendatanginya secara mendadak, sehingga hari ini dia telah berada di dalam
tanah, terkubur. Dia telah terbelenggu dengan keburukan-keburukan yang telah
dilakukannya. Kenikmatan telah hilang darinya. Penyanyi-penyanyi wanita telah
meninggalkannya. Tinggallah berbagai tanggungjawab pada lehernya. Dia telah
menghadap kepada Al-Jabbar (Allah Yang Maha Perkasa) dengan amalan-amalan
orang-orang yang fasik dan durhaka. Semoga Allah melindungiku dan Anda dari
catatan amal, seperti catatan amalnya, dan dari akhir kehidupan, seperti akhir
kehidupannya. Maka bertakwalah kepada Allah, Ya 'Ibadallah! Janganlah engkau
menjadi seperti dia, sedangkan engkau tahu bahwa dunia ini telah berjalan ke
belakang, dan akhirat berjalan mendatangi. Ingatlah saat kematian dan
perpindahan. Dan (ingatlah) yang akan tergambarkan di hadapanmu, berupa
banyaknya keburukan dan sedikitnya kebaikan. Maka, apa yang ingin engkau
amalkan pada saat itu, segeralah amalkan sejak hari ini. Dan apa yang ingin engkau
tinggalkan saat itu, maka tinggalkanlah sejak sekarang.
. . . Semoga Allah melindungiku dan Anda dari catatan amal, seperti catatan
amalnya, dan dari akhir kehidupan, seperti akhir kehidupannya. Maka bertakwalah
kepada Allah, Ya 'Ibaadallah!

Maka seandainya kita telah mati, kita dibiarkan. Sesungguhnya kematian itu
merupakan kenyamanan bagi seluruh yang hidup. Tetapi jika kita telah mati, kita
pasti dibangkitkan. Dan setelah itu, kita akan ditanya tentang segala sesuatu."
(Kitab Ahwalul Qiyamah, hal. 4-5. Secara ringkas dinukil dari Mukhtasar Ahkamul
Janaiz, karya Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi)

Oleh: Badrul Tamam

- See more at: http://www.voa-islam.com/read/aqidah/2010/05/20/6206/waspadai-


kematian-mendadak/#sthash.j0Y6Jqab.dpuf
BERITA wafatnya Ustadz Jefri Al Buchori pada akhir April 2013 sempat membuat
banyak orang tidak percaya. Ketika itu tidak sedikit pula yang menganggap berita
tersebut hoax atau cerita bohong yang sengaja disebarkan oleh pihak tidak
bertanggungjawab.

Bahkan, sebagian orang menganggap kematian Ustadz Jefri ini hanyalah mimpi,
meskipun mereka secara langsung sudah melihat berita di berbagai media massa
terkait pemulangan jenazah dari rumah sakit, prosesi shalat jenazah di Masjid
Istiqlal, dan prosesi pemakaman Ustadz Jefri. Seperti mimpi menyaksikan kematian
Ustadz Jefri, celetuk salah seorang rekan kepada penulis.

Keterkejutan masyarakat atas wafatnya Ustadz Jefri bisa dimaklumi. Karena,


wafatnya Ustadz Jefri sangat mendadak, dengan cara yang tragis (akibat
kecelakaan lalulintas), dan ketika ajal menjemput usianya pun tergolong masih
muda, 40 tahun. Sebetulnya kematian mendadak seseorang sudah sering terjadi
sebelum-sebelumnya.

Setiap yang Hidup Pasti Mati

Sebelum Ustadz Jefri, kita juga pernah dikejutkan dengan kematian mendadak
seorang politisi muda, Adjie Massaid, akibat serangan jantung. Jika dilihat dari
riwayat penyakit, Adjie tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Bahkan menjalani
gaya hidup sehat dan ia rutin berolahraga. Itulah takdir kematian yang tidak
mengenal istilah ketuk pintu.

Mengenai hal ini, Allah Subhanahu wa Taala berfirman

Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah
datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.
(Al-Munaafiquun [63]:11)
Ayat di atas menjadi peringatan bagi kita bahwa kematian itu bisa terjadi kapan
saja. Karena itu meskipun manusia berusaha menghindar dari kematian, dia tidak
akan bisa mengelak dari dari kematian itu sendiri, meskipun bersamanya ada
banyak dokter spesialis yang ahli dan dilengkapi dengan peralatan kedokteran yang
canggih dan mahal harganya.

Kematian akan menghampiri siapa pun, baik ia seorang yang shalih atau durhaka,
baik yang tua maupun yang muda, baik yang miskin maupun yang kaya, seorang
yang turun ke medan perang ataupun duduk diam di rumahnya, seorang yang
bersemangat mengejar kehidupan akhirat, ataupun yang lalai dan malas-malasan.

Mengenai fenomena kematian mendadak seperti halnya kasus Ustadz Jefri al-
Buchori dan politisi Adjie Massaid ini, beberapa abad yang lalu sudah Rasulullah
Shallallahu alaihi wasallam sudah memberi isyarat. Dalam Haditsnya Rasulullah
bersabda, Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari kiamat adalah munculnya
kematian mendadak. (Riwayat Thabarani)

Dalam pandangan Islam, mati bukanlah akhir dari kehidupan manusia, tetapi
hanyalah fase perpindahan dari kehidupan di dunia kepada kehidupan akhirat. Oleh
sebab itu, kita dapat menyatakan bahwa mati sebenarnya awal dari kehidupan yang
baru. Bahagia atau sengsaranya seseorang dalam kehidupan akhirat bergantung
apakah dia menjalani kehidupan di dunia ini sesuai dengan nilai-nilai Islam atau
tidak. Manakala seseorang sudah menjalani kehidupan dengan baik hingga
kematiannya, kematiannya sering disebut husnul khatimah (akhir kehidupan yang
baik).

Manfaat Dzikrul Maut

Seorang Mukmin sejatinya tidak mengenal kata malas atau menunda-nunda waktu
dalam beribadah kepada Allah Subhanahu Wataala. Dalam benaknya harus selalu
dipenuhi rasa curiga; jangan-jangan batas usianya di dunia akan berakhir lusa,
besok atau bahkan hari ini. Dengan mengingat kematian (dzikrul maut), seseorang
selalu berhati-hati dalam menapaki hidup di dunia. Rasulullah bersabda, Cukuplah
kematian itu sebagai nasihat. (Riwayat Thabrani dan Baihaqi)
Jika pun terjerembab dalam maksiat, buru-buru ia bangkit dan bertaubat kepada
Allah Subhanahu Wataala. Rasulullah bersabda: Orang yang cerdas adalah orang
yang mengevaluasi dirinya dan melakukan sesuatu untuk hidup setelah mati.
(Riwayat At Tirmizi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Coba tanyakan dengan jujur pada diri kita, seberapa sering kita mengingat
kematian? Hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya. Jika kenyatannya kita masih
sangat sedikit dalam mengingat kematian di tengah kesibukan dan semua urusan
keduniaan, maka segeralah mengubah langkah.

Banyak manfaat yang diperoleh jika kita mengingat kematian. Umar bin Abdul Aziz
pernah berkata, Barangsiapa yang mendekatkan hatinya pada kematian, niscaya
dia akan banyak mendermakan apa yang dia punya.

Mengingat kematian juga merupakan satu cara yang sangat efektif untuk dapat
menaklukan dan mengendalikan hawa nafsu. Perhatikan sabda Rasulullah berikut ini
: Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu
kematian! (Riwayat Tirmidzi)

Dari uraian di atas, secara garis besar dzikrul maut akan membuat seseorang
meraih kemulian lantaran: segera bertaubat, qanaah hatinya, dan semangat dalam
beribadah. Sementara orang yang lupa dengan kematian dapat dicirikan: suka
menunda-nunda taubat, tidak puas dengan apa yang ada (rakus bin tamak), dan
bermalas-malas dalam beribadah.

Cara Mengingat Kematian

Di antara perkara yang dapat mendorong seseorang untuk beramal dan


bersemangat adalah menyaksikan orang-orang yang sedang menghadapi sakaratul
maut. Bisa jadi pengaruhnya akan membekas pada diri seseorang sampai ia
meninggal dunia.

Suatu ketika, Hasan Al Bashri, seorang ulama pada masa kekhalifahan Umayyah,
menjenguk seseorang yang sedang sakit. Didapati orang tersebut sedang
menghadapi sakaratul maut. Secara langsung Hasan menyaksikan kesulitan dan
derita yang dialami orang itu. Kemudian Hasan Al- Bashri pulang kepada
keluarganya dengan raut muka yang berbeda saat ia keluar rumah meninggalkan
mereka. Oleh karenanya mereka bertanya kepadanya, Apakah engkau ingin
makan? Semoga Allah Subhanahu Wataala memberi rahmat kepadamu.

Imam Hasan Al-Bashri menjawab, Wahai keluargaku, ambilah makanan dan


minuman! Demi Allah, sesungguhnya aku telah melihat kematian, aku akan terus
beribadah hingga bertemu dengan-Nya. (dinukil dari At-Tadzkirah fi Ahwalil Mauta
wa Umuuri Akhirat karya Imam Al-Qurthubi)

Sementara Umar bin Abdul Aziz punya cara unik untuk selalu mengingat kematian.
Biasanya secara rutin Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan para fukaha setiap
malam untuk mengingat kematian, kemudian mereka menangis seolah-olah di
hadapan mereka ada jenazah.

Ziarah kubur juga termasuk hal yang dapat mengingatkan kita pada akhirat
(termasuk di dalamnya kematian, sebagai pintu menuju akhirat), sebagaimana
sabda Nabi Shallallahu alaihi Wassalam: Dahulu aku melarang kalian berziarah
kubur, namun sekarang berziarahlah, karena hal itu akan menjadikan sikap hati-hati
di dunia dan akan dapat mengingatkan pada akhirat. (Riwayat Ahmad)

Pada akhir tulisan, marilah kita renungi Hadits Rasulullah berikut ini, Orang yang
paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah
orang-orang cerdas. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan
kemuliaan akhirat. (Riwayat Ibnu Majah) *

http://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-
muslim/read/2013/12/25/13782/saatnya-mencurigai-batas-umur.html
Pendahuluan

Sekumpulan doktor forensik di Swiss telah menjalankan 100 autopsi (ujikaji post-mortem) mayat dalam
masa setahun tanpa melakukan sebarang pemotongan terhadap mayat-mayat tersebut, sebaliknya
menggunakan peralatan optik 3D yang berupaya mengesan 80% punca kematian.

Michael Thali, seorang professor di University of Berne, dan rakan-rakan sepasukannya telah
membangunkan suatu sistem yang dikenali sebagai virtopsi (virtual autopsy) sejak tahun 2006, yang
digunakan untuk mengesan punca-punca kematian mengejut dan kematian yang tidak semulajadi.

Tanpa melakukan sebarang pemotongan ke atas mayat, kami dapat mengesan 60-80% kecederaan dan
punca kematian, katanya.

Dalam proses virtopsi, yang mengambil masa selama lebih kurang 30 minit, mayat diletakkan di atas
meja ujikaji dan pengimbas CT (CT scan) yang dikawal secara robotik akan mengimbas seluruh kontur
badan mayat. Seterusnya, penemuan akan diteliti melalui komputer. Pengimbas CT dapat menghasilkan
imej-imej yang baik untuk kecederaan skeletal, manakala pengimbas magnetik (MRI scan) menghasilkan
imej-imej untuk kecederaan ligamen, tendon dan tisu-tisu lembut yang lain.

Itulah kebaikan terbesar, kerana anda tidak melakukan sebarang kerosakan pada mayat, malah masih
mampu melihat ke dalam badan secara 3D sambil melakukan analisis.

Walaupun pengimejan 3D telah bermula sejak pertengahan 1990an, namun kajian tentang penggunaan
peralatan tersebut untuk ujikaji post-mortem baru sahaja bermula sekitar tahun 2006.

Pada masa ini, autopsi biasa, yang merupakan prosedur yang sangat lama, masih menjadi standard
yang diguna pakai untuk mengesan punca kematian. Virtopsi boleh digunakan untuk mengesan
kecederaan daripada kemalangan, tambahnya. Tapi bukan untuk selesema burung.

Soalan:

Apakah hukum melakukan autopsi virtual (virtopsi) ke atas mayat sebagai alternatif
kepada bedah mayat?

Jawapan:

Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia Kali Ke-73
yang bersidang pada 4 6 April 2006 telah membincangkan Hukum Menggunakan Kaedah Autopsi Maya
Sebagai Alternatif Kepada Bedah Siasat Mayat. Muzakarah telah memutuskan bahawa: Penggunaan
kaedah Autopsi Maya (Virtual Autopsy) dalam bedah siasat mayat jika memenuhi keperluan, wajib diberi
keutamaan berbanding kaedah bedah siasat yang diamalkan sekarang.

Hujah-Hujah

1. Kaedah ini merupakan kaedah teknologi pengimejan yang biasanya dilakukan ke atas pesakit hidup
sebagai salah satu prosedur pemeriksaan atau mengesan suatu penyakit seperti ketumbuhan, kanser
dan sebagainya. Kaedah yang sama boleh lakukan ke atas mayat yang bertujuan mengenal pasti punca
kematian tanpa menyentuh mayat tersebut.

2. Autopsi maya / virtual mempunyai kelebihan terutama dalam menyiasat kes-kes jenayah yang
memerlukan bukti asal pada tubuh mayat tanpa sebarang perubahan atau tercemar disebabkan prosedur
pembedahan klasik yang diamalkan sekarang.

3. Kombinasi sistem 3D Computed Tomography (CT) dan teknik Imejan Resonans Magnetik
ataumagnetic resonance imaging (MRI) yang dibangunkan ini dikenali sebagai Virtopsy. Ia
menggunakan 7.0-Tesla magnet ke atas mayat berbanding 1.5 atau 3.0-Tesla magnet yang digunakan ke
atas pesakit hidup. Kadar radiasi tinggi yang digunakan ke atas mayat membolehkan imej yang dihasilkan
lebih bermutu. Imej yang dihasilkan dari kaedah ini membolehkan mayat diperiksa dari pelbagai sudut
yang dikehendaki tanpa memusnahkan bukti-bukti forensik yang diperlukan. Malah penelitian,
pengamatan dan pemeriksaan ini boleh dilakukan secara terperinci dengan melakukan pemotongan
secara maya dan boleh disaksikan berulang-ulang kali. Ini adalah di antara kelebihan autopsi digital
berbanding dengan autopsi klasik yang mempunyai beberapa limitasi seperti masalah pemerhatian
tunggal yang hanya terhad kepada pakar forensik yang terlibat dengan bedah siasat dan pembentukan
semula organ atau tisu yang diawet yang mungkin merubah bukti forensik.

4. Islam mengajar agar umatnya memuliakan orang-


orang yang telah meninggal dunia. Melakukan kemudaratan yang boleh mencacatkan fizikal orang yang
telah meninggal dunia merupakan satu penganiayaan dan pencerobohan ke atas maruah serta
kehormatan mayat. Oleh yang demikian, autopsi terutama autopsi klasik adalah satu bidang medikal yang
dianggap sensitif bukan sahaja dari segi agama tetapi juga oleh budaya masyarakat negara ini.

5. Islam berpegang kepada prinsip bahawa jasad seorang yang telah meninggal dunia tetap mempunyai
kemuliaan, nilai dan hak kemanusiaan yang wajib dihormati dan dipelihara sepertimana orang yang
masih hidup.

6. Hadis Rasulullah SAW yang melarang menyakiti mayat:

Diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah, al-Baihaqi dan Imam Ahmad: Daripada Saidatina Aisyah r.a.
bahawa Rasulullah SAW bersabda: Memecahkan (mematahkan) tulang mayat sama seperti
memecahkannya (mematahkannya) sewaktu hidupnya.

7. Berdasarkan kepada keupayaan dunia perubatan semasa, kebanyakan ulama di seluruh dunia Islam
mengharuskan bedah siasat mayat dalam keadaan darurat. Jumhur fuqaha kecuali Mazhab Hambali
berpandangan bahawa harus membedah mayat ibu hamil demi menyelamatkan nyawa bayi yang
dipercayai masih hidup dalam kandungan.

8. Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Kali ke-8 yang telah bersidang pada 24- 25 September 1984 telah
membincang mengenai hukum bedah siasat dan memutuskan bahawa: Pembedahan mayat orang Islam
hanya boleh dilakukan jika keadaan benar-benar memerlukan (darurat) sahaja seperti terlibat di dalam
kes-kes jenayah yang sangat memerlukan post-mortem atau si mati tertelan benda yang sangat berharga
atau si mati yang sedang mengandung sedangkan anaknya dalam kandungan masih hidup.

Dan keputusan Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan kali ke-61 pada 27 Januari 2004 dalam
membincangkan mengenai hukum bedah siasat mayat yang kematian bukan dikategorikan kes jenayah
telah memutuskan bahawa: Hukum asal pembedahan mayat adalah haram tetapi dibolehkan sekiranya
dalam keadaan darurat dan terdapat keperluan yang mendesak seperti membuat kajian terhadap
penyakit, mengenal pasti punca kematian dan penyelidikan serta pendidikan khususnya dalam bidang
perubatan.

9. Menyeksa mayat memang diharamkan oleh Islam. Sekiranya ada kaedah lain dalam bedah siasat
mayat yang lebih baik, kaedah tersebut elok digunakan. Penemuan kaedah autopsi maya / virtual
sekiranya setanding dengan kaedah bedah siasat mayat atau post-mortem sedia ada, memberi
gambaran bahawa bedah siasat bukan lagi satu-satunya prosedur yang boleh digunakan untuk mencari
punca kematian, mengkaji penyakit atau tujuan pembelajaran. Ini bermakna autopsi klasik bukan lagi
darurat. Jika autopsi maya / virtual diterima sebagai alternatif atau pelangkap kepada bedah siasat mayat
sedia ada, kaedah ini sepatutnya menjadi keutamaan.
Wallahualam.

Rujukan

1. Hukum Menggunakan Kaedah Autopsi Maya Sebagai Alternatif Kepada Bedah Siasat
Mayat.http://www.e-fatwa.gov.my/fatwa-kebangsaan/hukum-menggunakan-kaedah-autopsi-maya-
sebagai-alternatif-kepada-bedah-siasat-mayat

2. Virtopsy: Autopsy Without the Scalpel.http://www.telegraph.co.uk/expat/expatnews/6654975/Virtopsy-


autopsy-without-the-scalpel.html

https://hafizmusleem.wordpress.com/2012/12/15/hukum-autopsi-virtual-sebagai-
alternatif-bedah-mayat/
Pandangan Islam Terhadap Autopsi Maya. (Siri II) Oleh: Norliah Sajuri, JAKIM

Pandangan Islam Terhadap Autopsi Maya

(Siri II)

Oleh: Norliah Sajuri, JAKIM

Majalah Sinar Rohani Keluaran September-Oktober 2008

Kepesatan dunia perubatan yang seiring dengan pembangunan sains dan teknologi
demi untuk menghindari kemudaratan adalah perkembangan positif dan amat
digalakkan. Dalam konteks ini, penerokaan dalam bidang patologi forensik
khususnya Autopsi Maya yang dianggap sebagai pelengkap kaedah bedah siasat
mayat klasik adalah suatu penemuan yang patut diberi pujian.

Firman Allah SWT yang maksudnya: Katakanlah (wahai Muhammad) : 'Perhatikan


dan fikirkanlah apa yang ada di langit dan di bumi (dari segala kejadian yang
menakjubkan, yang membuktikan keEsaan Allah dan kekuasaan-Nya). Dalam pada
itu, segala tanda dan bukti (yang menunjukkan kekuasaan Allah), dan segala Rasul
(yang menyampaikan perintah-perintah Allah dan memberi amaran), tidak akan
memberi faedah kepada orang-orang yang tidak menaruh kepercayaan kepada-Nya.
(Yunus : 101)

Penggunaan Autopsi Maya adalah menepati gesaan memuliakan orang-orang yang


telah meninggal dunia dan melakukan kemudaratan yang boleh mencacatkan
secara fizikal orang yang telah meninggal merupakan satu penganiayaan dan
pencerobohan ke atas maruah serta kehormatan mayat. Kaedah baru ini lebih
cenderung mengaplikasikan larangan menyakiti mayat kerana autopsi klasik yang
sering melibatkan pemotongan fizikal mayat, pemeriksaan luar dan organ dalaman
mayat serta prosedur pengambilan sampel-sampel atau tisu organ sangat sukar
diterima oleh waris si mati. Kebanyakan agama tidak menggalakkannya malah
melarang bedah siasat secara klasikal ini kecuali dalam keadaan darurat.

Islam berpegang kepada prinsip bahawa jasad seseorang yang telah meninggal
dunia tetap mempunyai kemuliaan, nilai dan hak kemanusiaan yang wajib dihormati
dan dipelihara sepertimana orang yang masih hidup. Firman Allah SWT maksudnya :
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam dan Kami telah beri
mereka menggunakan berbagai kenderaan di darat dan di laut, dan kami telah beri
rezeki mereka dengan benda-benda yang baik serta Kami telah lebihkan mereka
dengan selebih-lebihnya atas makhluk yang telah Kami ciptakan. (al-Isra' :70)

Sebuah hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah, al-
Baihaqi dan Imam Ahmad menyatakan bahawa baginda telah bersabda
maksudnya : Daripada Saidatina Aisyah r.a bahawa Rasulullah SAW bersabda
maksudnya : 'Memecahkan (mematahkan) tulang mayat sama seperti
memecahkannya (mematahkannya) sewaktu hidupnya'. Manakala dalam riwayat
lain daripada Umm Salamah r.a pula meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW
bersabda maksudnya : 'Memecahkan (mematahkan) tulang mayat sama seperti
memecahkannya (mematahkannya) sewaktu hidupnya dari segi dosanya'.

Sehubungan itu, sebarang bentuk tindakan yang menyakiti orang yang hidup tidak
sepatutnya dilakukan ke atas mayat. Walau bagaimanapun Islam memandang
bahawa keperluan kepada bedah siasat mayat atau post-mortem bagi
menyelesaikan kes jenayah, tujuan penyelidikan, pendidikan, kajian penyakit dan
sebagainya adalah harus.

Malah ulama' kontemprori Syeikh Dr Yusuf al-Qaradhawi ketika mengemukakan


pandangan mengenai isu derma organ mengharuskan memotong anggota tertentu
orang yang telah meninggal dunia demi maslahat orang hidup. Menurut beliau lagi,
berdasarkan hadis di atas beliau menekankan pembedahan ke atas mayat perlu
dilakukan dengan tertib dan teliti tanpa mencemarkan kehormatan mayat.

Pandangan ini turut dikongsi oleh Syeikh Imam Ahmad Kutty dari Institut Islam
Toronto yang juga mensyaratkan post-mortem hanya boleh dilakukan dalam kes-kes
yang benar-benar perlu sahaja. Keharusan tidak bermakna boleh memperlakukan
apa sahaja ke atas mayat. Peraturan yang ketat perlu dipatuhi untuk memelihara
kemuliaan mayat. Ini bermakna ulama' berpandangan bahawa: Pengambilan
sampel atau organ untuk keperluan tertentu, merupakan suatu pengecualian kerana
memenuhi keperluan.

Dengan penemuan kaedah Autopsi Maya, bedah siasat wajar dipertimbangkan agar
tidak semata-mata sebagai memenuhi prosedur undang-undang atau tuntutan
insurans seperti yang berlaku dalam kebanyakan kes.
Dalam konteks perbincangan mengenai bedah siasat mayat, keharusan bedah
siasat mayat dalam keadaan darurat merupakan pandangan yang dikemukakan
oleh kebanyakan ulama di seluruh dunia Islam, berdasarkan kepada keupayaan
dunia perubatan semasa. Pertimbangan kategori darurat, menyaksikan jumhur
fuqaha kecuali Mazhab Hanbali berpandangan bahawa harus membedah mayat ibu
hamil demi menyelamatkan nyawa bayi yang dipercayai masih hidup dalam
kandungan. (Lihat al-Imam Abi Zakariyya Muhyi al-Din bin al-Syaraf al-Nawawi,
Kitab Majmv' Syarah al-Muhazzab Li al-Syirazy. J 5 Hal. 192-193 dan Dr Wahbah al-
Zuhaily. al-Fiqh al-Islamiy wa Adillahtuh. J.2 hal 1557/1558).

Klasifikasi darurat ini diperluas mengikut peredaran masa dan perkembangan


masyarakat berdasarkan keperluan menyelesaikan kes-kes jenayah, kawalan
penyakit, kajian, pendidikan dan sebagainya. Bagaimanapun, perkembangan
teknologi perisian dan penjanaan jasad maya yang menggunakan data diperoleh
dari teknik imbasan memungkinkan pandangan ulama' terkini berbeza daripada apa
yang pernah dikemukakan. Pandangan semasa ini amat wajar memandangkan
unsur 'darurat' yang menjadi illah (sebab) keharusan bedah siasat mayat telah
berubah dengan penemuan teknologi autopsi digital ini.

Kaedah Fiqhiyyah

Dalam perbincangan mengenai aspek hukum menggunakan kaedah Autopsi Maya


sebagai alternatif kepada kaedah bedah siasat mayat yang diamalkan masa kini,
beberapa kaedah fiqhiyyah boleh dijadikan sandaran. Di antaranya ialah :

i) Darurat mengharuskan perkara yang dilarang

Penemuan kaedah Au

opsi Maya sekiranya setanding dengan kaedah bedah siasat mayat atau post-
mortem sedia ada, memberi gambaran bahawa bedah siasat bukan lagi satu-
satunya prosedur yang boleh digunakan untuk mencari punca kematian, mengkaji
penyakit atau tujuan pembelajaran bermakna autopsi klasik bukan lagi dharurat.
Jika Autopsi Maya diterima sebagai alternatif atau pelengkap kepada bedah siasat
mayat sedia ada, kaedah ini sepatutnya menjadi keutamaan.

ii) Keharusan melakukan bedah siasat mayat tidaklah terbuka seluas-luasnya tetapi
ia dibolehkan sekadar keperluan sahaja.
Ini berdasarkan kepada kaedah L.,4 ,..Li; (darurat sekadar keperluan). Para ulama'
fiqh menetapkan setiap manusia walaupun dalam keadaan darurat tidak boleh
menyerah dan meletakkan diri dalam keadaan tersebut secara sengaja. Mereka
perlu berusaha dan membebaskan diri dari situasi darurat tersebut. (Wahbah al-
Zuhaily, Nazariyah al-Dharurah al-Syariyyah. hal. 230-235). Usaha peneroka bidang
teknologi digital ini, membolehkan pemotongan mayat, pengambilan sampel organ
atau tisu hanya dilakukan jika perlu sahaja.

Kaedah ini menetapkan bahawa keharusan sesuatu perkara itu adalah disebabkan
keuzuran tertentu dan ia terbatal dengan hilangnya keuzuran tersebut Ini bermakna
apabila keadaan darurat telah hilang maka keharusan melakukan perkara terlarang
juga terangkat.

iii) Apabila bertembung dua maslahat maka diutamakan yang paling kukuh
maslahahnya dan apabila bertembung dua keburukan maka yang paling ringan
harus dilaksanakan.

Keputusan Fatwa

Muzakarah jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Kali
Ke-73 yang bersidang pada 4-6 April 2006 memutuskan bahawa 'penggunaan
kaedah Autopsi Maya (virtual autopsy) dalam bedah siasat mayat jika memenuhi
keperluan wajib diberi keutamaan berbanding dengan kaedah bedah siasat yang
diamalkan sekarang.' . Dalam masa yang sama, kaedah autopsi klasik yang diguna
pakai sekarang adalah diiktiraf oleh peraturan yang sedia ada. Dalam konteks
Autopsi Maya, selain melihat aspek hukum, aspek pelengkap yang lain bagi
menentukan keberkesanan pelaksanaan kaedah ini juga penting. Dari aspek
perundangan, kaedah Autopsi Maya mungkin memerlukan penelitian lanjut
khususnya bagi membolehkan testimoni yang dihasilkan boleh diterima oleh pihak
mahkamah sebagai bukti yang tulen dan sah. Perhatian harus diberi khususnya dari
aspek keselamatan rekod dan jaminan tiada sebarang unsur manipulasi manusia.

http://e-muamalat.gov.my/en/node/27865

Você também pode gostar