Você está na página 1de 14

Analisis dan Pembahasan

Pada percobaan Indentifikasi Gugus Aldehid, Keton, dan Karboksilat bertujuan untuk
mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus aldehid, mengidentifikasi
senyawa organik yang mengandung gugus keton, mengidentifikasi senyawa organik yang
mengandung gugus karboksilat, dam membedakan antara gugus aldehid, keton, dan
karboksilat yang terdapat di dalam senyawa organik. Pada percobaan ini terdapat 8 percobaan
yaitu uji tollens, uji fehling, adisi bilsufit, pengujian dengan fenilhidrasin, pembuatan oksim,
reaksi haloform, kondensasi, identifikasi karboksilat.

1. Uji Tollens
Pada percobaan pertama yaitu uji tollens dengan menggunakan Prinsip reaksi redoks,
dimana reagen tollens sebagai oksidator (mengalami reduksi) dan aldehid atau keton sebagai
reduktor(mengalami oksidasi).
Pembuatan Reagen Tollens
Sebelum melakukan percobaan, semua alat yang digunakan harus bersih terlebih
dahulu dengan menggunakan sabun dan aquades lalu dioven sampai kering. Pengovenan
dilakukan agar tidak ada lagi sisa air setelah dicuci sehingga tidak mengganggu proses reaksi
yang terjadi. Selanjutnya pembuatan reagen tollens yaitu Larutan AgNO 3 5% (tidak
berwarna) dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu di tambahkan 2 tetes larutan NaOH 5%
(tidak berwarna) menghasilkan endapan Ag2O yang berupa endapan berwarna abu-abu
persamaan reaksinya yaitu:
2AgNO3 (aq) + 2NaOH (aq) Ag2O (s) + 2NaN3 (aq) + H2O (aq)
kemudian ditambahkan larutan NH4OH 2% (tidak berwarna) tetes demi tetes sampai
endapan larut dan menjadi larutan tak berwarna. Fungsi penambahan larutan NH 4OH 2%
yaitu untuk mencegah terjadinya pengendapan ion perak sebagai oksida pada suhu tinggi.
Dalam percobaan ini dibutuhkan 30 tetes Larutan NH4OH 2% tetapi pada tetes ke 28 sampai
30 reagen tollens berubah menjadi abu-abu. Namun, pada percobaan ini tidak menghasilkan
larutan tak berwarna. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang akan dibahas dalam
diskusi. Larutan berwarna abu-abu tersebut merupakan Reagen Tollens yang akan digunakan
untuk menguji sampel. Persamaan reaksinya:
2Ag2O (s) + NH4OH (aq) 2Ag(NH3)2+ (aq) + 3 OH- (aq)
Reagen Tollens

Pada reagen tollens, Aldehid bereaksi lebih cepat daripada keton terhadap suatu reagen
tollens yang sama. Ini disebabkan karena atom karbon karbonil dari aldehid lebih kurang
terlindungi dibandingkan dengan atom karbon karbonil dari keton. Aldehid sangat mudah
menjalalani oksidasi menghasilkan asam karboksilat yang mengandung jumlah atom karbon
yang sama. Sementara itu keton tidak menjalani reaksi yang serupa, karena pada oksidasi
terjadi pemutusan ikatan karbon-karbon menghasilkan dua asam karboksilat masing-masing
mengandung atom karbon yang jumlahnya lebih sedikit daripada keton semula (keton siklik
menghasilkan suatu asam dikarboksilat yang mengandung atom karbon yang sama
banyaknya sebagai akibat putusnya ikatan karbon).

O O

R C H + R C OH

Sedangkan pada keton


O O O
H2
R C C R' R C OH + HO C R

Perbedaan kereaktifan, terhadap oksidator antara aldehid dapat digunakan untuk


membedakan kedua senyawa karbonil tersebut.
Pada percobaan ini dilakukan 4 kali pengujian terhadap reagen tollens yaitu dengan
belzaldehid, aseton, sikloheksanon dan formalin.
a. Pengujian dengan Benzaldehid
1 mL reagen tollens (berwarna abu-abu) dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 2 tetes benzaldehid (tidak berwarna) larutan menjadi tidak
berwarna. Setelah itu dikocok dan didiamkan selama 10 menit larutan menjadi sedikit
keruh. Menurut teori, ketika benzaldehid ditambahkan dengan reagen tollens
terbentuk endapan cermin perak pada dinding tabung reaksi. Atom H pada gugus
karbonil mudah dioksidasi oleh reagen Tollens, sedangkan gugus aktif Ag 2O pada
reagen Tollens direduksi menjadi logam Ag dan menempel pada dinding tabung yang
menyerupai cermin perak. Namun, pada percobaan ini tidak terbentuk cermin perak
pada dinding dalam tabung reaksi sehingga akan dibahas pada diskusi. Kemudian
larutan tersebut ditempatkan pada tabung reaksi yang berisi air panas dan dipanaskan
selama 5 menit larutan menjadi sedikit keruh. Air panas disini berfungsi sebagai
pemercepat terjadinya reaksi aseton dengan reagen tollens. Persamaan reaksinya:
b. Pengujian dengan Aseton
1 mL reagen tollens (berwarna abu-abu) dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 2 tetes aseton (tidak berwarna) larutan menjadi kehitaman.
Setelah itu dikocok dan didiamkan selama 10 menit larutan masih menjadi
kehitaman. Kemudian larutan tersebut ditempatkan pada tabung reaksi yang berisi air
panas dan dipanaskan selama 5 menit larutan menjadi kehitaman. Air panas disini
berfungsi sebagai mempercepat terjadinya reaksi aseton dengan reagen tollens.
Setelah dipanaskan terbentuk cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi. Hal
tersebut tidak sesuai dengan teori, menurut teori bahwa reagen Tollens tidak bereaksi
dengan aseton. Pada pengujian aseton dengan reagen Tolens tidak terbentuk cermin
perak. Hal ini disebabkan oleh gugus keton yang dimiliki oleh aseton, dimana reagen
Tollens merupakan oksidator lemah, sedangkan keton hanya dapat bereaksi dengan
oksidator kuat. Menurut Persamaan reaksinya:

CH3COCH3(aq) + 2Ag(NH3)2OH(aq)
c. Pengujian dengan sikloheksanon
1 mL reagen tollens (berwarna abu-abu) dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 2 tetes sikloheksanon (tidak berwarna) larutan menjadi
kehitaman. Setelah itu dikocok dan didiamkan selama 10 menit larutan masih menjadi
kehitaman. Kemudian larutan tersebut ditempatkan pada tabung reaksi yang berisi air
panas dan dipanaskan selama 5 menit larutan menjadi kehitaman. Air panas disini
berfungsi sebagai mempercepat terjadinya reaksi sikloheksanon dengan reagen
tollens. Setelah dipanaskan terbentuk cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi.
Hal tersebut tidak sesuai dengan teori, menurut teori bahwa reagen Tollens tidak
bereaksi dengan aseton. Pada pengujian aseton dengan reagen Tolens tidak terbentuk
cermin perak. Hal ini disebabkan oleh gugus keton yang dimiliki oleh aseton, dimana
reagen Tollens merupakan oksidator lemah, sedangkan keton hanya dapat bereaksi
dengan oksidator kuat. Menurut Persamaan reaksinya:

+ 2 [Ag(NH3)2]OH(aq)

d. Pengujian dengan Formalin


1 mL reagen tollens (berwarna abu-abu) dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 2 tetes formalin (tidak berwarna) larutan menjadi tidak
berwarna dan terbentuk cermin perak. Setelah itu dikocok dan didiamkan selama 10
menit larutan terbentuk cermin perak. Menurut teori, ketika sikloheksanon
ditambahkan dengan reagen tollens terbentuk endapan cermin perak pada dinding
tabung reaksi. Atom H pada gugus karbonil mudah dioksidasi oleh reagen Tollens,
sedangkan gugus aktif Ag2O pada reagen Tollens direduksi menjadi logam Ag dan
menempel pada dinding tabung yang menyerupai cermin perak. Kemudian larutan
tersebut ditempatkan pada tabung reaksi yang berisi air panas dan dipanaskan selama
5 menit larutan terbentuk cermin perak berwarna abu-abu. Air panas disini berfungsi
sebagai pemercepat terjadinya reaksi formalin dengan reagen tollens. Persamaan
reaksinya:

(aq) + 2[Ag(NH3)2]OH(aq) 2Ag(s) + (aq) + H2O(l) + 3NH3(g)

Pada percobaan uji tollens dapat disimpulkan bahwa uji tollens digunakan untuk
membedakan aldehid dan keton dengan terbentuk cermin perak pada senyawa aldehid
sedangkan senyawa keton tidak terbentuk cermin perak.
2. Uji Fehling
Pada percobaan kedua yaitu uji fehling dengan tujuan untuk membedakan
aldehid dan keton dengan reagen Fehling. Prinsip uji Fehling, yaitu didasarkan pada
sifat kemudahan oksidasi untuk membedakan aldehida dari keton, sehingga reaksi
yang terjadi adalah reaksi redoks (reduksi-oksidasi). Dimana reagen fehling sebagai
oksidator (mengalami reduksi) dan aldehid atau keton sebagai reduktor (mengalami
oksidasi).
Reagen Fehling dibuat dengan mencampurkan 10 mL Fehling A (terdiri dari
CuSO4 dalam air dan H2SO4) berwarna biru dan 10 mL Fehling B (terdiri dari kalium
natrium tartarat dan KOH dalam air) berupa larutan tidak berwarna yang
menghasilkan larutan berwarna biru (++). Reagen Fehling merupakan kompleks ion
Cu2+ tartrat dalam larutan asam. Ion Cu2+ bersifat oksidator lemah, sehingga ion
tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid, tetapi tidak dapat mengoksidasi gugus
keton seperti halnya reagen Tollens. Selain itu, aldehid dapat mereduksi reagen
Fehling, sedangkan keton tidak dapat mereduksi reagen Fehling. Ion Cu 2+ direduksi
menjadi Cu2O yang berupa endapan berwarna merah bata. Persamaan reaksinya
adalah:
RCOH + 2Cu2+ + 5OH- RCOH- + Cu2O + 3H2O
endapan merah bata
Pada percobaan ini, larutan yang akan diuji ada tiga, yaitu formaldehid,
aseton, dan sikloheksanon. Berikut pembahasan mengenai percobaan uji fehling
terhadap senyawa aldehid dan keton.
a. Reagen Fehling dengan Formaldehid
Pada percobaan ini, 5 mL reagen Fehling berwarna biru (++) pada tabung
reaksi (1) ditambahkan 5 tetes formaldehid tidak berwarna, larutan menjadi berwarna
biru (++). Kemudian, tabung reaksi (1) dipanaskan di dalam air mendidih selama 10-
15 menit, dan terbentuk endapan berwarna merah bata Cu 2O dan larutan tetap
berwarna biru. Pemanasan berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi
pengendapan Cu2O berwarna merah bata. Terbentuknya endapan berwarna merah bata
membuktikan bahwa formaldehid dapat bereaksi dengan pereaksi Fehling. Hal itu
dikarenakan formaldehid memilki gugus aldehid. Dimana formaldehid dapat
dioksidasi oleh ion Cu2+ dalam pereaksi Fehling, karena formaldehid mempunyai
atom hidrogen yang terikat langsung pada gugus karbonilnya, dimana terikat pada
atom karbon , yang mana atom karbon adalah atom karbon yang mengikat gugus
fungsi. Formaldehid dalam pereaksi Fehling akan mereduksi Cu2+, sehingga terbentuk
endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

+ 2 Cu2++ 4OH- + Cu2O (s) + 2


H2O(l)
b. Reagen Fehling dengan Aseton
Pada percobaan ini, 5 mL reagen Fehling berwarna biru (++) pada tabung
reaksi (2) ditambahkan 5 tetes aseton tidak berwarna, larutan menjadi berwarna biru
(++). Kemudian, tabung reaksi (2) dipanaskan di dalam air mendidih selama 10-15
menit, warna larutan tetap berwarna biru dan tidak terbentuk endapan. Pemanasan
berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi. Tidak terbentuknya endapan
dikarenakan aseton memiliki gugus keton (tidak mempunyai atom H yang terikat
langsung pada atom C karbonilnya) sehingga tidak mengalami oksidasi. Aseton dalam
reagen Fehling tidak dapat mereduksi ion Cu2+, sehingga tidak terbentuk endapan.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
+ 2 Cu2+ + 4OH-

c. Reagen Fehling dengan Sikloheksanon


Pada percobaan ini, 5 mL reagen Fehling berwarna biru (++) pada tabung
reaksi (3) ditambahkan 5 tetes sikloheksanon tidak berwarna, larutan berwarna biru (+
+). Kemudian, tabung reaksi (3) dipanaskan di dalam air mendidih selama 10-15
menit, larutan tetap berwarna biru, serta tidak terbentuk endapan. Pemanasan
berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi. Tidak terbentuknya endapan
dikarenakan sikoheksanon memiliki gugus keton (tidak mempunyai atom H yang
terikat langsung pada atom C karbonilnya), sehingga tidak mengalami oksidasi.
Sikloheksanon dalam reagen Fehling tidak dapat mereduksi ion Cu 2+, sehingga tidak
terbentuk endapan. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:

+ Cu2+ + 5OH-

3. Adisi Bilsufit
Pada percobaan ketiga yaitu adisi bisulfit dengan menggunakan prinsip adsi
bilsufit didasarkan pada pemutusan ikatan rangkap gugus karbonil yang diserang oleh
nukleofil menjadi ikatan rangkap tunggal, sehingga reaksi yang terjadi adalah reaksi
adisi.
Pada percobaan ini 5 mL larutan jenuh NaHSO3 (tidak berwarna) dimasukkan
kedalam Erlenmeyer 50 mL. Kemudian Larutan yang didalam erlenmeyer,
didinginkan dalam air es tujuannya untuk memperlambat reaksi. Reaksi adisi berjalan
cepat pada suhu meningkat, sedangkan pada suhu rendah berjalan lambat. Lalu
ditambahkan 2,5 ml aseton (tidak berwarna) tetes demi tetes dan di kocok selama 5
menit sehingga mulai terbentuk hablur berwarna putih. Fungsi Penambahan aseton
tetes demi tetes yaitu supaya larutan tercampur secara sempurna (homogen) sehingga
reaksi dapat berjalan dengan baik. Aseton memilki gugus keton. Agar gugus keton
dapat bereaksi dengan natrium bisulfit maka salah satu gugus hidrokarbon yang
terikat pada gugus karbonil harus berupa gugus metil dan aseton mempunyai gugus
metil dimana dari ikatan rangkap dua pada aseton akan diadisi menjadi ikatan rangkap
tunggal, hal tersebut dibuktikan dengan terbentuknya hablur berwarna putih. Dengan
demikian, aseton bereaksi dengan natrium bisulfit.
Setelah itu di tambahkan 10 ml etanol (tidak berwarna) larutan terbentuk hablur putih
yang larutan semakin banyak. fungsi penambahan etanol yaitu untuk mempercepat
penghabluran. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

+ NaHSO3(aq)
Setelah itu, hablur yang berwarna putih disaring menggunakan corong penyaring dan
kertas saring untuk memisahkan hablur dan filtratnya. Kemudian hablur yang
menempel dikertas saring dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 5
tetes HCl pekat (tidak berwarna) sehingga larutan menjadi larut dan tidak berwarna.
Pada percobaan ini membuktikan bahwa hablur putih larut dalam HCl pekat yang
menunjukkan ikatan tunggal menjadi ikatan rangkap kembali, yakni aseton terbentuk
kembali. Menurut teori, senyawa adisi yang dihasilkan dapat diuraikan dengan mudah
agar dapat menghasilkan kembali suatu aldehid atau keton maka ditambahkan asam
encer atau basa encer. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

+ HCl(aq) +
NaCl(aq)

4. Pengujian dengan Fenilhidrasin


Pada percobaan ini yaitu pengujian dengan fenilhidrazin yang
bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa aldehid dan keton. Prinsip dari percobaan
ini adalah perbedaan titik leleh antara aldehid dan keton. Titik didih aldehid lebih
tinggi dari pada keton karena terdapat H pada gugus fungsi aldehid sedangkan pada
keton tidak terdapat gugus H.
Dari pengujian ini nantinya dapat diketahui apakah aldehid maupun keton
dapat bereaksi dengan turunan amina (fenilhidrazin) sehingga dihasilkan
fenilhidrazon melalui pengujian terhadap titik lelehnya. Larutan yang akan diuji
adalah benzaldehid dan sikloheksanol.
Pada percobaan pertama 5 mL fenilhidrazin berwarna kuning muda dimasukkan ke
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 tetes benzaldehid tidak berwarna
menghasilkan larutan berwarna kuning keruh. Agar reaksi berjalan sempurna tabung
reaksi ditutup dan diguncangkan dengan kuat selama 1-2 menit yang sehingga
menghasilkan hablur berwarna kuning. Hal tersebut dapat terjadi karena pasangan
elektron bebas pada atom fenilhidrazin menyebabkan senyawa-senyawa ini bereaksi
membentuk fenilhidrazon yang mula-mula membebaskan 1 mol air. Hasil dari reaksi
ini adalah berupa hablur dimana hablur ini nantinya dapat mengidentifikasi senyawa
benzaldehid. Senyawa yang dihasilkan oleh reaksi antara benzaldehid dengan
fenilhidrazin yaitu berupa senyawa benzaldehid fenilhidrazon. Reaksi yang terjadi :

Setelah itu hablur disaring menggunakan corong pemisah dan dihasilkan filtrat larutan
tidak berwarna dan residu hablur berwarna kuning. Hablur kemudian dicuci dengan
air es tidak berwarna dan dihablurkan kembali dengan sedikit etanol tidak berwarna,
selanjutnya dikeringkan dalam desikator selama 3 hari untuk menghilangkan
kandungan airnya. Setelah 3 hari diperoleh hablur kering berwarna jingga (+)
sehingga dapat diketahui titik lelehnya. Besar titik leleh terhadap hablur yaitu sebesar
160oC. Dalam hal ini akan dibahas pada diskusi. Menurut teori titik leleh
fenilhidrazon secara 90oC 120oC. Jika dibandingkan dengan keton, benzaldehid
lebih tinggi titik lelehnya dibanding keton, hal ini dikarenakan pada aldehid terdapat
ikatan hidrogen antar molekul sehingga mengakibatkan ikatannya kuat sehingga titik
lelehnya tinggi.
Pada percobaan kedua 5 mL fenilhidrazin berwarna kuning dimasukkan ke dalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 tetes sikloheksanon tidak berwarna
menghasilkan larutan berwarna kuning keruh. Agar reaksi berjalan sempurna tabung
reaksi ditutup dan diguncangkan dengankuat selama 1-2 menit sehingga
menghasilkan terbentuk hablur berwarna kuning. Hal tersebut dapat terjadi karena
pasangan elektron bebas pada atom fenilhidrazin menyebabkan senyawa-senyawa ini
bereaksi membentuk fenilhidrazon yang mula-mula membebaskan 1 mol air. Hasil
dari reaksi ini adalah berupa hablur dimana hablur ini nantinya dapat mengidentifikasi
senyawa keton. Senyawa yang dihasilkan oleh reaksi antara sikloheksanon dengan
fenilhidrazin yaitu berupa senyawa sikloheksanon fenilhidrazon. Reaksi yang terjadi :

Setelah itu hablur disaring menggunakan corong pemisah dan dihasilkan filtrat larutan
tidak berwarna dan residu berwarna kuning. Hablur kemudian dicuci dengan air es
tidak berwarna dan dihablurkan kembali dengan sedikit etanol tidak berwarna,
selanjutnya dikeringkan dalam desikator selama 3 hari untuk menghilangkan
kandungan airnya. Setelah 3 hari diperoleh hablur kering berwarna merah bata
sehingga dapat diketahui titik lelehnya. Besar titik leleh terhadap hablur yaitu sebesar
80oC. Secara teoritis titik leleh hablur sikloheksanon lebih rendah jika dibandingkan
dengan hablur benzaldehid. Hal ini dikarenakan pada keton tidak terdapat ikatan
hidrogen antar molekul sehingga mengakibatkan ikatannya lemah sehingga titik
lelehnya rendah.

5. Pembuatan oksim tidak dilakukan pada percobaan ini


6. Reaksi Haloform
Pada percobaan ini yaitu reaksi haloform yang bertujuan untuk mengetahui
reaksi aldehid-keton dengan halogen yang menghasilkan haloform serta mengetahui
kemampuan aldehid dan keton untuk diionisasi. Pada reaksi haloform syarat suatu
senyawa untuk diionisasi atau menunjukkan uji positif terhadap uji iodoform adalah
ditandai dengan terbentuknya endapan kuning. Percobaan aldehid dan keton dengan
reaksi haloform menggunakan iodin, sehingga dapat disebut dengan uji Iodoform.
Yang diuji pada percobaan ini adalah aseton dan isopropil alkohol. Pada percobaan
pertama dimasukkan 3 mL larutan NaOH 5% tidak berwarna ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 5 tetes aseton tidak berwarna yang menghasilkan larutan tidak
berwarna. Selanjutnya ditambahkan larutan iodium sampai warna iodium tidak hilang
sehingga terbentuk larutan berwarna kuning (bawah) dan merah bata (atas). Setelah
itu dikocok hingga terasa panas pada tabung reaksi dan berubah warna menjadi
kuning serta timbul bau (gas) seperti obat. Endapan kuning yang terbentuk adalah
iodoform (haloform). Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
O
I2
CH3 C CH3 CH3COO CH3I
aseton OH

Atom hidrogen yang terikat pada atom karbon untuk aldehid dan keton dapat
diganti oleh unsur halogan dalam larutan basa. Reaksi ini dapat berjalan dengan cepat
karena adanya pengaruh tarikan elektron pada unsur halogen, maka atom hidrogen
yang masih ada pada karbon alfa akan lebih asam yang menyebabkab atom hidrogen
mudah diganti oleh unsur lain seperti iod. Oleh karena itu gugus metil yang terikat
pada atom karbonil mudah sekali diubah menjadi senyawa trihalometil oleh halogen
dan basa senyawa trihalo yang dihasilkan ini mudah sekali diuraikan oleh basa
menghasilkan haloform.
Percobaan kedua dimasukkan 3 mL larutan NaOH% tidak berwarna ke dalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 tetes isopropil alkohol tidak berwarna yang
menghasilkan larutan tidak berwarna. Selanjutnya ditambahkan larutan iodium
sampai warna iodium tidak hilang sehingga terbentuk larutan merah bata serta timbul
bau menyengat seperti betadine . Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa hasil reaksi yang terbentuk seharusnya memiliki endapan berwarna kuning.
Endapan kuning yang terbentuk adalah iodoform (haloform). Persamaan reaksinya
adalah sebagai berikut:
H I2 O I2
H3C C OH H3C C CH3 CH3COO CH3I
OH OH
CH3

isopropil alkohol Iodoform

Umumnya reaksi yang berjalan digunakan untuk menunjukkan adanya metil keton
(R-CO-CH2). Senyawa tersebut bila direaksikan dengan iodium dan basa akan
membentuk hablur dari iodiumnya yang berwarna kuning. Karena reagen dalam
reaksi ini dapat merupakan okidator, maka alkohol yang mengandung gugus CH(OH)-
CH2 akan mudah teroksidasi menjadi metil keton (-CO-CH3 ) yang berarti alkohol itu
mengandung gugus metil. . Endapan kuning yang menghablur dan berbau obat
dikarenakan reagen dalam reaksi ini adalah suatu oksidator, maka suatu alkohol yang
mengandung suatu gugus CH(OH)CH3akan menghasilkan pengujian yang positif.
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa gugus metil yang terikat pada atom
karbon karbonil diubah menjadi senyawa trihalometil oleh halogen dan basa.
Senyawa trihalo mudah diuraikan oleh basa menjadi haloform.

7. Kondensasi Aldol
Pada percobaan ini, 4 mL larutan NaOH 1% (tidak berwarna) dimasukkan ke
dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 0,5 mL larutan asetaldehid (tidak berwarna)
larutan menjadi kuning muda. Persamaan reaksinya:

Kemudian larutan tersebut diguncang-guncang dan dipanaskan selama 3 menit


larutan menjadi berwarna kuning keruh dan menimbulkan bau tengik. Pada percobaan
ini menggunkan prinsip reaksi kondensasi.
8. Identifikasi Karboksilat
Tabung A
Pada percobaan ini, 5 mL asam cuka (tidak berwarna) dimasukkan ke dalam tabung
reaksi lalu ditambahkan 3 mL larutan KMnO4 (berwarna ungu kehitaman) laruytan
menjadi ungu kehitaman. Persamaan reaksinya:

Tabung B
Pada percobaan ini, 5 mL larutan natrium asetat encer 10% dimasukkan ke dalam
tabung reaksi lalu ditambahkan 3 mL larutan FeCl 3 sampai larutan berwarna merah
larutan menjadi warna merah. Kemudian dipanaskan sampai terjadi endapan
bergumpal warna merah coklat, larutan berubah menjadi gumpalan berwarna merah
coklat. Selanjutnya larutan tersebut disaring antara endapan dan filtratnya. Filtrat
kemudian ditambahkan beberapa tetes K4FeCN6 larutan menjadi kuning jernih.
Larutan tersebut dibandingkan dengan waran ferri klorida dalam jumlah
Diskusi

Uji Tollens
Pada percobaan 1, yaitu uji Tollens, pada pembuatan reagen Tollens 2 mL
larutan AgNO3 5% ditambahkan 2 tetes larutan 5% NaOH terbentuk endapan abu-abu
dan percobaan kami sudah sesuai dengan teori. Setelah itu ditambahkan dengan tetes
demi tetes NH4OH 2% sampai endapan larut dan larutan menjadi tidak berwarna.
Dalam penambahan ini dibutuhkan 30 tetes Larutan NH4OH 2% tetapi pada tetes ke 29
sampai 30 reagen tollens berubah menjadi abu-abu kehitaman, sehingga pada
percobaan ini tidak menghasilkan larutan tak berwarna. Hal tersebut disebabkan oleh
faktor tercemarnya pipet yang digunakan, kami menduga pipet yg digunakan tercemar
oleh formalin karena terjadi perubahan warna kehitaman saat pembuatan reagen tollens.
Hali ini mengakibatkan

Uji Fenilhidrazin
Pada percobaan fenilhidrazin saat penentuan titik leleh diperoleh titik leleh yang
tidak sesuai dengan teori. Menurut teori titik leleh fenilhidrazin yaitu 90 oC 120oC,
sedangkan pada percobaan yang kami lakukan diperoleh titik leleh sebesar 160 0C. Hal
ini disebabkan karena kompor yang kami gunakan terlalu panas, sehingga suhu naik
secara tiba-tiba melebihi suhu yang ada pada teori dan hablur baru meleleh pada suhu
1600C.

Kesimpulan

1. Uji Tollens
Pada uji tollens senyawa aldehid bereaksi dengan reagen tollens terbentuk cermin
perak sedangkan pada senyawa keton saat bereaksi dengan reagen tollens tidak
terbentuk cermin perak
2. Uji Fehling
Pada uji Fehling digunakan untuk mengetahui perbedaan antara senyawa aldehid dan
senyawa keton. Senyawa aldehid dapat dioksidasi oleh pereaksi fehling dan terbentuk
endapan merah bata pada campuran formaldehid, sedangkan keton tidak dapat
dioksidasi oleh pereaksi Fehling.
3. Adisi Bilsufit
Pada adisi bilsufit yaitu terbentuk hablur warna putih menunjukkan bahwa keton
dapat bereaksi dengan NaHSO3 dan saat direaksikan dengan HCl pekat akan
menghasilkan senyawa karbonil
4. Pengujian dengan Fenilhidrazin
Pada uji fenilhidrazin pada senyawa benzaldehid memiliki titik leleh yang lebih tinggi
daripada sikloheksana. Titik leleh senyawa golongan aldehid (benzaldehid) lebih
tinggi dibandingkan dengan senyawa golongan keton (sikloheksanon).
5. Reaksi Haloform
Pada uji haloform terbentuk endapan kuning menunjukkan bahwa keton dapat
diidentifikasi menggunakan reaksi haloform.
6. Kondensasi Aldol
Pada percobaan kondensasi aldol timbul bau tengik yang merupakan reaksi ion enolat
dengan gugus karbonil sehingga aldehid dapat diidentifikasi.
7. Identifikasi Karboksilat
Pada percobaan identifikasi asam karboksilat dapat dibuktikan melalui asam formiat
yang teroksidasi oleh KMnO4 yang dibuktikan dengan terbentuknya endapan coklat
kehitaman.

Você também pode gostar