Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DAFTAR ISI
HUMANIORA
NILAI LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN
DAN PENGEMBANGAN HUKUM
Fenty U. Puluhulawa, Nirwan Yunus ..........................................................................................................3
CALONARANG
MAGIS, RITUAL DAN PERSPEKTIF KESEJARAHAN DI BALI DAN JAWA TIMUR
Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, MA, Dr. I Ketut Setiawan. M.Hum
Dra. Sulandjari, MA ................................................................................................................................115
PURI BADUNG:
KONSTELASI DAN PERUBAHAN SOSIAL - POLITIK DALAM PEMERINTAHAN
DI BALI DARI 1950 HINGGA 2014
Piers Andreas Noak .................................................................................................................................127
KRITIK SOSIAL DALAM SATWA PAN BALANG TAMAK SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN
REVOLUSI MENTAL ANAK BANGSA
I Nyoman Sukartha, I Ketut Jirnaya, I Ketut Nuarca ..............................................................................356
NILAI PATRIOTISME
DALAM GEGURITAN WIRA CARITA PUPUTAN MARGARANA
PERSPEKTIF PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA
I Wayan Cika dan I Made Soreyana ........................................................................................................567
KETAHANAN PANGAN
POTENSI STREPTOMYCES SP SEBAGAI BIOKONTROL PATOGEN RALSTONIA
SOLANACEARUM PENYEBAB LAYU BAKTERI PADA TANAMAN PISANG
(MUSA PARADISIACA L.)
Retno Kawuri ..........................................................................................................................................787
NILAI CERNA, RETENSI ENERGI DAN PROTEIN KELIONCI LOKAL (LEPUS NIGRICOLLIS)
YANG DIBERI RANSUM MENGGUNAKAN KULIT KOPI TERFERMENTASI DAN NON
FERMENTASI DENGAN ARAS BERBEDA
I.M Nuriyasa, I.M. Mastika, G.A.M.K. Dewi .........................................................................................806
KUALITAS KIMIA DAGING SAPI BALI YANG DIBERI PAKAN SAMPAH KOTA
Tirta Ariana IN., I Gd.Suranjaya .............................................................................................................982
PANJANG SIKLUS ESTRUS DAN JUMLAH ANAK TIKUS BETINA (RATTUS RATTUS)
YANG DIINJEKSI WHITE VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA
1)
Ni Wayan Sudatri , Dwi Ariani Yulihastuti, 2) Iriani Setyawati .........................................................1101
POTENSI DAUN ASHITABA (ANGELICA KEISKEI) SEBAGAI OBAT ANTI VIRUS DILIHAT
DARI RESPON KEKEBALAN SELULER PADA MENCIT BALB/C
Sudira I Wayan1), Merdana I Made .......................................................................................................1250
EFEK HIPOGLIKEMIK DIET RUMPUT LAUT GRACILARIA SP. DAN CAULERPA SP.
PADA TIKUS DIABETES INDUKSI ALLOXAN
N. L. Ari Yusasrini1), Luh Putu T. Darmayanti1) Ni Made Yusa .........................................................1297
KANDUNGAN UNSUR NITROGEN DAN KARBON PADA KOMPOS DARI BAHAN BAKU
SAMPAH ORGANIK YANG DICACAH DENGAN MESIN PENCACAH
I Gede Putu Agus Suryawan, I Gst. A. K. Diafari D. Hartawan,
Cok. Istri P. Kusuma Kencanawati .......................................................................................................1517
KANDUNGAN UNSUR NITROGEN DAN KARBON PADA KOMPOS DARI BAHAN BAKU
SAMPAH ORGANIK YANG DICACAH DENGAN MESIN PENCACAH
I Gede Putu Agus Suryawan, I Gst. A. K. Diafari D. Hartawan,
Cok. Istri P. Kusuma Kencanawati .......................................................................................................1517
APLIKASI DAN PELATIHAN SATU ALAT TIGA FUNGSI SEBAGAI BLENDER, PENGUPAS
KULIT ARI KACANG TANAH DAN MIXER DENGAN KAPASITAS 1 KG DI DESA
BUNGBUNGAN, BANJARANGKAN, KELUNGKUNG
Ketut Astawa, I Ketut Sudarsana, Hendra Wijaksana, I Putu Lokantara ..............................................1758
BIODIVERSITY LINGKUNGAN,
SUMBERDAYA ALAM
HIDROLISA DENGAN ASAM DAN ENZIM DALAM PROSES KONVERSI ULVA LACTUCA
MENJADI ETANOL
Tri Poespowati1, Ali Mahmudi Rini Kartika Dewi ...............................................................................2077
ANALISIS BEBAN PENCEMAR DAN KAPASITAS ASIMILASI MUARA TUKAD MATI - BALI
Yulianto Suteja, I Gusti Ngurah Putra Dirgayusa .................................................................................2108
l
Udayana University Press,
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Udayana
ABSTRAK
Konik Kelembagaan pada Penyelenggaraan Penataan Ruang Kawasan Sarbagita, sering terjadi diantara
pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Masyarakat, khususnya dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam.
Konik kelembagaan sangat rentan terhadap struktur ruang sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi, maupun
pola ruang sebagai fungsi lindung dan budidaya; seperti kasus-kasus alih fungsi lahan. Maka dilakukan penelitian
dengan tujuan: (1) mengidentikasi sumber tejadinya konik kelembagaan; (2) melakukan cognitive mapping
terhadap sumber konik kelembagaan; dan (3) membuat rekomendasi terhadap penyelesaian konik kelembagaan
dalam penyelengaraan penataan ruang kawasan Sarbagita. Koleksi data sekunder dan primer dilakukan melalui
kajian pustaka, observasi dan wawancara (semi-structured interviews). Sedangkan pengolahan dan analisis data
dengan deskipsi kualitatif menggunakan content analysis techniques dan cognitive mapping solutions. Sehingga,
hasil/luaran penelitian berupa model yang mencakup beberapa obyektif antara lain: identikasi dan pemetaan
sumber konik kelembagaan serta rekomendasi solusi (cara penyelesaian masalah), dalam rangka pemanfaatan
sumber daya alam pada penyelenggaraan penataan ruang kawasan Sarbagita.
Kata kunci: cognitive mapping, content analysis, kawasan sarbagita, konik kelembagaan, penataan ruang, sumber
daya alam.
Organisational conicts for implementation of spacial planning in the regional Sarbagita often occur between Province
government, district/city, and social community, especially about optimising natural resources. Organisational
conicts are considered as very important aspects to spacial structures for maintaining social economic activities,
and the function of spacial patterns for protection and usable space; for example: the cases of revision of spacial
functions. Then, the research is conducted and the objectives are: (1) to identify the causes of organisational conicts;
(2) to carry out cognitive mapping for the causes of organisational conicts; and (3) to recommend a solution for
organisational conicts of spacial planning in Sarbagita region. Secondary and primary data were collected through
literature review, observation and semi-structured interviews. The data was managed and analysed into qualitative
descriptions using content analysis techniques and cognitive mapping solutions. Therefore the result presented
through a model which includes research objectives, such as: identication and cognitive maps of organisational
conicts, also recommended for their solutions, in order to utilise the land as natural resources regarding to spacial
plans in Sarbagita region.
Keywords: cognitive mapping, content analysis, natural resources, organisational conicts, regional sarbagita,
spacial planning.
1. PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi masyarakat dapat dipengaruhi oleh banyak aspek, seperti: politik,
hukum, keamanan, sosial dan budaya termasuk kelembagaannya. Kelembagaan (aspek peraturan dan
keorganisasian) merupakan salah satu variabel penting yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan sosial. Kelembagaan menjadi sangat kompleks karena sangat
erat kaitannya dengan dinamika kehidupan sosial masyarakat, berbeda dengan variabel lainnya, seperti:
Sumber Daya Alam (SDA), pendidikan, penduduk, teknologi dan sebagainya, dimana merupakan variabel
sederhana yang bisa dipisahkan dengan realitas sosial.
Kelembagaan merupakan modal sosial yang dapat memberikan sumbangan penting dalam
pembangunan ekonomi (Ikhsan, 2000). Menurut Acemoglu (2003:27), kelembagaan yang baik adalah
kelembagaan yang dicirikan dengan tiga hal yaitu: (1) adanya insentif bagi masyarakat karena hak
kepemilikan: (2) membatasi tindakan para politisi, elit, dan kelompok kepentingan untuk memperoleh
keuntungan tanpa prosedur yang benar; (3) memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat dalam
meningkatkan kapasitas individu masing-masing.
Kelembagaan biasanya tumbuh secara spontan seiring dengan kondisi social masyarakat dan waktu.
Peranan kelembagaan menjadi sangat penting dan strategis karena kenyataannya bisa eksis dan berfungsi
disegala bidang kehidupan sosial masyarakat, maka hal tersebut dapat dipertimbangkan sebagai penyebab
terjadinya konik kelembagaan dalam penyelenggaraan penataan ruang, baik kawasan nasional maupun
regional. Demikian halnya konik kelembagaan dapat terjadi pada penataan ruang kawasan Sarbagita.
Permasalahan yang menyebakan terjadinya konik kelembagaan dalam penataan ruang kawasan Sarbagita
adalah adanya perbedaan tiga hirarki kepentingan, antara kepentingan Nasional, Daerah Provinsi, dan
Kabupaten/Kota.
Dalam pelaksanaan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) ditetapkan delapan program utama, yaitu: pertanian, pertambangan, energi, industri,
kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan strsategis. Wilayah Provinsi Bali
termasuk dalam Koridor V (Bali dan Nusa Tenggara) dengan program utama Pariwisata. Bali memiliki
nilai strategis; struktur sosial budaya masyarakat sangat kuat dipengaruhi tata kehidupan agama Hindu,
melalui Tri Hita Karana yang unik dan berjati diri mempengaruhi pembangunan Bali secara menyeluruh.
Sarbagita merupakan perwujudan struktur dan pola ruang kawasan perkotaan metropolitan sebagai
pusat perekonomian regional dan nasional melalui tiga sektor penting: pariwisata, pertanian dan industri
pendukung pariwisata. Sarbagita menjadi sentra industri pariwisata, maka kegiatan utama kepariwisataan
dipusatkan di kawasan perkotaan inti pada dua titik sebagai pendorong perkembangan sekitarnya, yakni:
kawasan kota Denpasar dan perkotaan Kuta. Sedangkan, kawasan pariwisata disekitarnya dikembangkan
sebagai daya tarik penyeimbang (couter magnet) yaitu: kawasan perkotaan Mangunpura dan Jimbaran di
kabupaten Badung; kawasan perkotaan Gianyar, Sukawati dan Ubud di Kabupaten Gianyar; serta kawasan
perkotaan Tabanan di kabupaten Tabanan.
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) mengidentikasi
sumber tejadinya konik kelembagaan; (b) melakukan mapping terhadap sumber konik kelembagaan
dalam penyelengaraan penataan ruang kawasan Sarbagita; dan (c) Rekomendasi terhadap penyelesaian
konik kelembagaan dalam penyelengaraan penataan ruang kawasan Sarbagita.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk menyelesaikan konik kelembagaan dalam
penyelengaraan penataan ruang kawasan Sarbagita dan dijadikan masukan dalam menetapkan strategi dan
arahan kebijakan dalam penyelenggaraan penataan ruang wilayah Provinsi maupun Perkotaan Metropolitan
Sarbagita.
2. KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka sangat bermaanfaat untuk mencermati dan mensintesis hasil-hasil riset terkini dalam
rangka membuat inference judgement dan mengorganisasikan ide-ide yang berhubungan dengan bidang
penelitian tertentu (Saunders et al., 2009). Proses sintesis sangat penting ketika harus mengidentikasi
dan memahami Masalah Penelitian yang memerlukan solusi tepat dalam rangka mencapai Tujuan
Penelitian melalui metoda ilmiah yang sistematis. Tahap kajian pustaka dalam penelitian ini dimaksudkan
untuk mengidentikasi dan memetakan sumber-sumber konik kelembagaan serta memperkirakan solusi
alternatif terhadap penyelesaian Konik Kelembagaan dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam pada
Penyelenggaraan Penataan Ruang Kawasan Sarbagita, yaitu kawasan perkotaan Denpasar, Badung,
Gianyar, dan Tabanan.
Proses penelitian diawali dengan kajian pustaka untuk pemahaman terhadap kelembagaan,
kemudian mengetahui dimana posisi sumber daya alam terhadap kelembagaan tersebut. Dengan
mengetahui posisi sumber daya alam dalam kelembagaan, selanjutnya dikaitkan dengan penyelenggaraan
penataan ruang. Samuel (1995) mendiskusikan pembahasan struktur kelembagaan dalam Prasad (2003),
menjelaskan bahwa, sumber daya dialokasikan melalui struktur kelembagaan yang bermacam-macam
dan dalam beragam hirarki kekuasaan yang hidup di masyarakat. Faktanya, di negara-negara berkembang
sebagian besar sumber daya milik negara (seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
daya buatan), hanya dipegang oleh pimpinan lokal dan didalam kantor-kantor pemerintahan. Bahkan,
sering terjadi kolusi antara pengusaha lokal dengan pemegang kekuasaan terhadap proses alokasi sumber
daya negara tersebut. Disisi yang lain, kelembagaan lebih memberikan perhatian kepada kendala yang
menghalangi pengkondisian kelembagaan, yang utamanya memfokuskan pentingnya kelembagaan
sebagai kerangka interaksi antar individu (Hodgson, 1998; dan Williamson, 1998).
Kelembagaan sebagai aturan main dan sistem organisasi dalam institusi pemerintah diharapkan
dapat memberikan manfaat penting dalam rangka meningkatkan kesejahtraan sosial masyarakat. (Yeager,
1999) mejelaskan aturan main tersebut, merupakan regulasi yang dapat memapankan masyarakat
dalam melakukan interaksi sosial. Disisi lain, kelembagaan juga dapat mengurangi ketidakpastian yang
inheren dalam interaksi manusia melalui penciptaan pola prilaku (Pejovich, 1995). Pendekatan para ahli
kelembagaan bergerak dari ide-ide umum mengenai prilaku manusia, kelembagaan, dan perkembangan
sifat dari proses ekonomi menuju ide-ide dan teori-teori khusus yang berkaitan dengan kelembagaan
ekonomi yang spesik.
Hodgson (1998) juga mendenisikan kelembagaan sebagai sistem aturan main dalam kehidupan
bermasyarakat. Ketika aturan main dalam kelembagaan masyarakat dijalankan secara teratur dengan
keteraturan, maka hedaknya dapat diwujudkan melalui proses pembiasaan. Kebiasaan dapat mencerminkan
struktur kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Lebih lanjut, kebiasaan juga dapat menyebabkan
perubahan niat, itikad, sikap, prilaku dan tindakan. Hal ini mengidikasikan bahwa semestinya sistem
kelembagaan juga dapat menyebabkan perubahan struktur sosial-ekonomi masyarakat. Dengan demikian,
kebiasaan merupakan mekanisma kehidupan sosial-ekonomi masyarakat sebagai penghubung antara
kelembagaan dan struktur (Hudson, 1998).
Variabel Kelembagaan
Seperti telah disadari bahwa kelembagaan bukanlah merupakan variabel statis, namun sangat
dinamis dan interaktif dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang dapat menjembatani antar
kepentingan. Sifat dinamis dari aspek-aspek kelembagaan juga disebabkan oleh berubahnya nilai-nilai
kultur masyarakay sejalan dengan perubahan/ kemajuan jaman. Dalam kondisi seperti ini dinamika
kelembagaan memiliki dua dimensi, yakni: pertama, perubahan kongurasi antar pelaku ekonomi yang
memicu terjadinya perubahan kelembagaan; yang kedua, perubahan kelembagaan memang sengaja
didesain untuk mempengaruhi (mengatur/merubah) kegiatan sosial dan ekonomi. Dalam pendekatan yang
pertama, perubahan kelembagaan dianggap sebagai dampak dari perubahan (kepentingan/kongurasi)
prilaku sosial dan pelaku ekonomi. Sedangkan, pada pendekatan yang kedua, kelembagaan ditempatkan
secara aktif sebagai instrumen untuk mengatur kegiatan sosial dan ekonomi (termasuk aktor-aktor yang
terlibat didalamnya). Dari dua spektrum penomena tersebut dapat diyakini bahwa perubahan kelembagaan
relatif sama pentingnya dengan desain kelembagaan itu sendiri (Yustika, 2008).
Proses perubahan kelembagaan, menurut North (1990), dapat digambarkan dimana perubahan
harga relatif mendorong kedua belah pihak untuk melakukan pertukaran. Pertkaran yang dimaksud bisa
dalam bentuk politik atau ekonomi yang bertujuan untuk menunjukkan kedua belah pihak dapat bekerja
lebih baik dengan kesepakatan atau kontrak yang telah diperbaharui. Perubahan kelembagaan juga selalu
berproses sesuai penjelasan Manig (1991), bahwa dinamika perubahan berarti terjadinya perubahan prinsip
regulasi dan organisasi, prilaku dan pola-pola interaksi dalam masyarakat. Arah perubahan tersebut biasanya
menuju peningkatan kebutuhan untuk melakukan interaksi dan integrasi dalam sistem sosial yang sangat
kompleks. Perubahan/perbedaan tersebut juga bisa berarti memperluas mata rantai saling ketergantungan
yang menuntut adanya integrasi. Dalam posisi ini, perbedaan dan integrasi merupakan proses pelengkap
(komplementer).
Selanjutnya, North (1995) menjelaskan karakteristik dasar dari perubahan kelembagaan adalah
interaksi kelembagaan dan organisasi yang terjadi secara terus-menerus dan kemudian diperkuat oleh
kompetisi. Disisi lain, perbedaan dipercaya bahwa ada dua faktor utama sebagai cara untuk memahami
dinamika perubahan kelembagaan. Perubahan kelembagaan sebagi hubungan simbiotik antara kelembagaan
dan organisasi yang mengelilingi disekitar struktur insentif yangdisediakan oleh inividu, merasa dan bereaksi
terhadap perubahan dalam berbagai kesempatan. Dalam penjelasan lainnya, menyebutkan hubungan
yang pertama menegaskan bahwa organisasi bersifat aoptimis dalam beradaptasi dengan lingkungannya.
Berdasarkan proporsi tersebut, tantangan mendasar dalam menciptakan kelembagaan yang dinamis adalah
dengan melakukan reformasi kelembagaan dan penyatuan politik yang melibatkan seluruh lembaga dalam
proses pembuatan peraturan/kelembagaan dalam mencari keseimbangan baru kekuasaan pemerintah
dengan membentuk kelembagaan dalam rangka Penyelenggaraan Penataan Ruang.
Selama manusia dianggap sebagai pusat utama yang paling menentukan dalam penataan ruang,
maka sangat penting untuk mengarahkan cara pandang (sistem nilai) tentang dirinya, masyarakat, dan
sumber daya didalam ruang serta mengatur prilaku manusia terhadap ruang dan sumber dayanya. Hal ini
menjadi sumber inspirasi kelembagaan dalam penataan ruang yang pengaturan selanjutnya dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu: (1) pengaturan yang bersifat non-sik (kelembagaan), dan (2) pengaturan secara sik
yang meliputi Struktur Ruang dan Pola Ruang.
Penyelenggaraan penataan ruang pada hakekatnya bertujuan mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang yang dapat meberikan kesejahtraan manusia dan tata kehidupan lingkungannya. Struktur ruang
merupakan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Sedangkan,
pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang
sebagai fungsi lindung dan fungsi budidaya.
Pola ruang dan struktur ruang memiliki sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia.
Pemanfaatan berbagai sumber daya demi kepentingan bersama, semestinya tertata dalam sistem
kelembagaan yang baik agar tidak mengakibatkan terjadinya permasalahan; seperti degradasi dan
eksploitasi pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan. Hal ini mengisyaratkan betapa pentingnya
kelembagaan dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk kepentingan bersama.
Hubungan antara manusia dengan manusia yang tercermin dalam soscial systems (sistem sosial
masyarakat) banyak keterkaitannya dengan pemanfaatan sumber daya alam dan pengelolaan linkungannya.
Torras dan Boyce (1998) menjelaskan banyak fakta dari hasil studi terdahulu menunjukkan bahwa
telah terjadi degradasi lingkungan yang berkaitan dengan: kesenjangan pendapatan, rendahnya tingkat
pendidikan, dan ketidakseimbangan distribusi kekuatan politik. Pendidikan yang lebih baik/tinggi dan
distribusi kekuasaan yang lebih merata akan membawa pengaruh positif terhadap kualitas lingkungan. Jadi
pada dasarnya masalah degradasi dan eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan bukan saja masalah
sik, sosial dan ekonomi, namun juga merupakan masalah kelembagaan. Malah kelembagaan dalam hal
ini berkaitan dengan aturan yang dapat merubah perilaku sosial bermasyarakat. Pretty dan Ward (2001),
menunjukkan berbagai contoh yang mengindikasikan bagaimana ikatan-ikatan dan perilaku sosial yang
tercermin dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan bersama semua pihak.
Sejalan dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali nomor 16 tahun 2009, tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Bali maka ditetapkan kesepakatan bersama, yang tertuang dalam
RTRWP Bali, nomor 9 tahun 2009 antara pemerintah Provinsi Bali dengan pemerintah Kabupaten/Kota
mengenai Kawasan Strategis Provinsi Bali. Namun dari 108 titik kawasan strategis, baru hanya 18 titik
yang telah dibuatkan turunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Kawasan Strategis (Wiryasa, 2014).
Penetapan kawasan strategis Provinsi untuk semua Kabupaten/Kota di Bali, semestinya segera diikuti
dengan arahan peraturan zonasi sistem Provinsi, melengkapi RRTR Kawasan Strategis, indikasi program
dan pembiayaannya.
1. METODA PENELITIAN
Dalam penelitian empiris (empirical approaches), sering dilakukan kombinasi dua tradisi riset
(triangulation), yaitu metoda kuantitatif dan kualitatif sebagai cara koleksi data dan analisis, disebut juga
mix-methods untuk memecahkan permasalahan dan mencapai tujuan penelitian.
Penelitian ini mengacu kepada pendekatan empiris karena instrumen penelitian cendrung dirancang
lebih banyak mendekati desain kualitatif untuk memperoleh data dan informasi dari narasumber
menggunakan daftar pertanyaan semi-terstruktur (semi-structured interviews). Disain penelitian semi-
structured interviews mengkonstruksi format kualitatif-verikatif dimana strategi triangulasi dalam
memperoleh data di lapangan tetap terbuka dalam hal memperlakukan teori. Salah satu keunggulan
penelitian kualitatif-verikatif adalah berupaya mengungkapkan fakta dibalik data yang tampak, sehingga
hal-hal yang tidak nampak inilah menjadi sasaran metode kualitatif. Variabel pertanyaan terbuka (open-
ended) dirancang agar bisa mengukur tingkat keyakinan (kebenaran) data/informasi yang diperoleh dengan
menggunakan ukuran kedekatan hubungan relatif antar jawaban-jawaban narasumber sebagai responden.
Ringkasan jawaban responden dicatat kedalam 3tema (yaitu: perencanaan tata ruang; pemanfaatan
ruang; pengendalian pemanfaatan ruang; dan aspek kelembagaan lainnya), kemudian diolah, dianalisis
dan dibahas secara kualitatif dalam rangka meyakinkan tingkat validitas (structured, external dan internal)
terhadap instrumen penelitian dan reliabilitas terhadap replikasi metode dan data/informasi yang dihasilkan
melalui proses triangulasi.
cara dan sistem kelembagaan berkaitan dengan penyelenggaraan penataan ruang wilayah Provinsi
Bali tahun 2009 2029.
aturan main dan keterlibatan kelembagaan dalam rencana tata ruang kawasan perkotaan Sarbagita
(Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan).
ruang wilayah Provinsi Bali, berjudul: Analisis Kelembagaan dalam Pelaksanaan Penataan Ruang
Wilayah Provinsi Bali (Wiryasa, 2014).
Content
Analysis Techniques dan Cognitive Mapping Solutions.
KESIMPULAN
Dari pembahasan hasil penelitian kualitatif secara triangulasi-komplementer menggunakan kombinasi
antara metode Content Analysis Techniques (CAT) dan Cognitive Mapping Solutiondan (CMS), telah
mengidentikasi sumber-sumber Konik Kelembagaan dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam pada
Penyelenggaraan Penataan Ruang Kawasan Sarbagita.
Aspek kelembagaan dalam pemanfaatan sumber daya alam teridentikasi tiga indikator penting,
yaitu: Tugas, Wewenang, dan Kedudukan; terhadap penyelenggaraan penataan ruang (Perencanaan,
Pemanfaatan, dan Pengendalian), menhasilkan Model Solusi Konik Kelembagaan dalam Penataan
Ruang kawasan Sarbagita.
DAFTAR PUSTAKA
Acemoglu, D., 2003. Root Causes: A Historical Approach to Assessing the Role of Institution in Economic
Development. Finance and DevelopmentVol.40, No.2, 27-30
Creswell, J.W., 2009. Research Design; Qualitative, Quantitative, and Mixed Method Approaches. 3rd
Edition. London ECIY 1SP UK: SAGE Publication, Ltd.
Easterby-Smith, M., Crossan, M., and Nicolini., D., 2002. Organisational Learning: Debates Past, Present
and Future. Journal of Management Studies, 37:783-796, doi: 10.1111/1467-6486.00203.
Eden, C., 1992. On the Nature of Knowledge Map. Journal of Management Studies, 29: 261-265, doi:
10.1111/j.1467-6486.1992.tb00664.x.
Eden, C., and Ackermann, F., 2004. Cognitive Map Expert Views for Policy Analysis in the Public
Sector. European Journal of Operation Research. 152: 615-630, c Elsevier, doi: 10.1016/S0377-
2217(03)00061-4.
Fellows, R., and Liu, A., 2008. Research Methods for Construction. Oxford, United Kingdom. Blackwell
Publishing Ltd.
Hodgson, G., 1998. The Approach of Institutional Economic. Journal of Economic Lterature, Vol.36, Issue
1, pp. 166-192
Hodgson, G., 2004. The Evaluation of Institutional Economics. London: Routledge, Agency, Structure and
Darwinism in American Institutionalism.
Hodgson, G., 2006. What are Institutions. Journal of Economic Issues, Structure, Institution, Agency,
habit, and Reflexcive deliberation 203. 40 (I): 1-25
Ikhsan, M., 2000. Reformasi Institusi dan Pembangunan Ekonomi. Jurnal Demokrasi dan Ham. Vol.1,
No.2, pp.30-58
Jaya, N.M., 2014. An activity-based cost controlling model for improving the management of construction
project overheads. Unpublish work (PhD thesis), University of Salford Manchester - UK, Website:
http://usir.salford.ac.uk/30758/, Accessed: 14th February 2014
Krippendorff, K., 2004. Content Analysis; an Introduction to Its Methodology. 2nd Eddition, London: Sage
Publications, Inc.
North, D.C., 1990. Institution, Institutional Changes and Economic Performance. Cambridge: Cambridge
University Press
North, D.C., 1995. Economic Performance Through Time. The American Economic Review. Vol.84,
Issue.3, pp.359-368
Pathirage, C.P., 2007. A Structured Approaches to Manage the Tacit Knowledge of Construction
Employees. Unpublished PhD. Thesis, School of the Built Environment, the University of Salford,
United Kingdom
Pejovich, S., 1999. Economic Analysis of Institution and Systems. The Nederland: Dordrecht, Kluwer
Academic Publisher
Perda Prov.Bali nomor 16., 2009. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali
Perpres-RI. nomor 45., 2011. Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan
Tabanan.
Perpres-RI. nomor 51, 2014. Perubahan atas Peraturan Presiden nomor 45 tahun 201, tentang: Rencana
Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan.
Prasad, B.C., 2003. Institutional Economic and Economic Development, Good Governence and the
Environment. International Journal of Social Economic. Vol.30, No. , pp.209-227
Pretty, J., and Ward, H., 2001. Social Capital and Environment World Development, Vol. 29, No.2, pp.209-
227
Rustiadi, E., dan Wafda, R., 2007. Masalah Penataan Ruang Pertanahan dan Reforma Agraria di Indonesia.
Makalah pada Dies Natalis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, tanggal 25 April 2007.
Rustiadi, E., Sefulhakim, S., dan Panuju, D.R., 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta:
Crestpen Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Samuel, W., 1995. Spacial Planning for Development Countries.
Saunders, M., Lewis, P., and Thornhill, A., 2007. Research Methods for Business Students. Fourth Edition.
Essex, England: Pearson Education Limited.
Saunders, M., Lewis, P., and Thornhill, A., 2009. Research Methods for Business Students. Fifth Edition.
Essex, England: Pearson Education Limited.
Torras, M., and Boyce, J.K., 1998. Income, Inequality, and Pollution: A Reassessment of the Environmental
Kuznets Curve. Ecological Economics, Vol.25, No., pp.147-160
Wiryasa, N.M.A., 2014. Analisis Kelembagaan dalam Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah Provinsi
Bali. Tesis Doktor (tidak dipublikasikan), PPs. Unud.
UU-RI 26., 2007. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang
Williamson, O.E., 1998. The Institutions of Governance. The American Journal Review, Vol.88, No.2,
pp.75-79
Yeager, T.J., 1999. Institutions, Transition Economies, and Economic Development. Oxford: Political
Economy of Global Interdependence
Yin, R.K., 2009. Case Study Research Design and Methods. Fourth Edition. London, United Kingdom:
SAGE Inc.
Yustika, A.E., 2008. Ekonomi Kelembagaan, Definisi, Teori, dan Strategi. Malang: Banyumedia
Publishing