Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
EPIDEMIOLOGI
FAKTOR RESIKO
Genetik melalui defisiensi alfa 1
Umur, semakin tua semakin kumulatif tereksposur dan gender dulu laki
lebih banyak dari perempuan perempuan, sekarang seimbang (perubahan
pola merokok).
Pertumbuhan dan perkembangan Paru, BB lahir mempengaruhi FEV1 saat
dewasa.
Eksposur partikel, asap rokok, occupational, outdor dan indoor.
eksposur partikel
-merokok (perokok aktif, pasif, saat hamil gangguan ertumbuhan di janin)
-occupational kotoran organik/anorganik
-kayu, kotoran hewan, batu bara, biomass cooking indoor polution ventilasi
kurang baik.
-outdoor asap kendaraan, fossil combution,
PATOGENESIS
iritan kronis (ex: rokok) inflamasi mekanisme amplifikasi inflamasi (belum
diketahui)
pasien COPD tanpa merokok respon inflamasi natural belum diketahui
mekanisme
stress oksidatif & protenise berlebih inflamasi paru perubahan patologi
COPD
menetapnya inflamasi berhenti merokok ga tau mekanisme
Stress oksidatif biomarkers (H2O2, 8 isoprostane) meningkat pada
COPD (ekspirasi, sputum, sirkulasi) oksidan direlease o/ makrofag dan
neutrofil berhubungan penurunan antioksidan (menurunkan faktor
transkripsi Nrf2 regulasi gen antioksidan)
PATOFISIOLOGI
Airflow limitation & Air Trapping inflamasi fibrosis dan eksudasi Reduksi
FEV1 dan rasio FEV1/FVC COPD airtrap hiperinflasi penurunakan
kapasitas inspirasi, peningkatan kapasitas residu fungsional, dyspnue dan
keterbatasan kapasitas olahraga.
hipersekresi mukus
Agen noxious & cigarette iritasi kronis peningkatan sel goblet dan
pembesaran kel.submukosa + beberapa mediator dan protease(stimulasi
hipersekresi dan aktivasi EGFR) hipersekresi batuk produktif gambaran
bronkitis kronis.
GEJALA
RIWAYAT MEDIS
1. Spirometri
Diambil FVC (ekspirasi paksa dari inspirasi max)
FEV 1 ekspirasi paksa dalam 1 detik
FEV1/FVC
-- nilai menurut rujukan normal (tergantung tinggi, ras, usia,
jenis kelamin) cutt point <0,70
Pemakaian spirometri
Persiapan =
PENILAIAN PENYAKIT
2 moderate 50-80
3 severe 30-50
6. Investigasi Tambahan
a. Imaging ga selalu rutin untuk eklusi diagnosis lain + liat
komorbiditas (respi fibrosis, bonkiektasis, peny. Pleural| skelet
kyphoscoliosis| peny. Cardiac cardiomegaly)
Radiologi CXR hyperinflasi ( diafragma datar di lat chest film+
peningkatan volume retrosternal air sace), hiperlusens paru, rapid tapp
- vaskular marking.
CT scan chest ga direkomendasikan scra rutin kalo ada doubt
tentang diagnosis, sebelum operasi liat distribusi emfisema.
b. Kapasitas difusi dan volume paru untuk liat drajat keparahan tp
kurang berguna untuk treatment peningktan volum residual (trap),
peningkayan total lung capacity airflow limitation statik
hiperinflasi plethysmography/ dilusi Helium.
c. Oximetri dan AGD oksimetri u/ liat saturasi oksigen harus
dilakukan FEV1 <35% / tanda klinis gagal nafas/ RHF AGD harus
dilakukan kalo STO2 <92%.
d. Exercise Test walking tes penilaian disabilitas menilai efektifitas
rehabilitasi paru paced shuttle walk test & unpaced 6 minut walk
test?? | lab treadmil co-exiting/kondisi alternatif ex: jantung
e. Composite Score BODE method Body index, Obstruction,
Dyspnea, Exercise prediksi survival ???
f. DD tabel hal 17
PILIHAN TERAPI
Key point :
Assesm Assesment
ent & 1. Detail riwayat dan pem. Fisik
follow 2. Penilaian spirometri post bronkodilator
up 3. Penilaian status kes dan impact sasak CAT dan MMRC
4. Penilaian kekuatan otot inspirasi dan ekspirasi dan
kekuatan lower limb (ex: quadriceps) pd muscle
wasting.
Konselin -25% pasien GOLD 2- GOLD 4 penurunan BMI dan fat mass
g Nutrisi --> peningkatan asupan kalori +olahraga bantu cegah
deplesi nutrisi.
TERAPI LAIN
1. O2 terapi > 15 jam/hari meningkatkan survival
Indikasi long term terapi O2
a. PaO2 < 55 mmHg / SaO2 <88& +/- hiperkapni konfirmasi 2 kali,
dalam 3 minggu.
b. PaO2 55mmHg-60mmHg/SaO2<88% + bukti HTN pulmonal, edema
perifer gagal jantung, polisitemia (Hct>55%)
2. Support ventilasi
Non-invasive ventilation improve survival tapi ga kualitas
CPAP continus positif airway preasure untung u/ COPD dan OSA
3. Operasi
a. LVRS (lung volume reduction surgery)
Reseksi bagian paru mengurangi hiperinflasi otot respirasi lebih
efektif
ada manfaat pasien dengan emfisema lobus atas + kapasitas
olahraga yang rendah dngn pengobatan.
b. BLVR (bronkospasme Lung Volume Reduction)
ada manfaat > FEV1 15-45% (severe limited airflow limitation)
emfisema heterogen
hiperinflasi TLC >100% dan RV >150
c. Transplantasi paru COPD sangat berat
Kriteria u/ referal transplantasi paru BODE index >5
rekomendasi 710 + PaCo2> 50 mmHg, hipertensi
pulmonal, cor pulmonal, FEV <20%.
d. Bulektomi hilangin bula ga berfungsi untuk pertukaran gas,
menekan parenkim paru yang berdekatan
4. Paliative Care, End of life Care, dan Hospine Care
TREATMENT COPD STABIL
Key point
1. Identifikasi dan reduksi faktor resiko, yang merokok didorong u berhenti.
2. Level FEV1 deskriptor inadekat impact penyakit.
3. Terapi farmakologi u/ mengurangi gejala, frekuensi dan berat serangan,
improve status kes.
4. B2 agonist dan antikolinergik long acting lebih baik dari short, efikasi dan
ES inhalan > oral
5. u/ pasien high risk eksaserbasi long term ICS + long acting bronkodilator
6. monoterapi ga direkomendasikan
7. roflumilast mungkin berguna u/ passien FEV <50%
8. Vaksin influenza mengurangi serius illness dan kematian
9. Antiniotik Cuma dipake obat infeksi eksaserbasi/ infeksi bakteri lain
10.Pasien yang sesak kalo jalan punya manfaat kalo rehabilitasi
NON-FARMAKOLOGI TREATMENT
1. Berhenti Merokok semua pasien COPD
2. Aktifitas Fisik semua pasien Cegah peny. Cardiovaskular.
3. Rehabilitasi pulmonary rehabilitasi mMRC > 1
4. Vaksinasi influenza, pneumococcal.
Pengobatan Farmakologi
1. Grup A 1. Short acting bronkodilator (first choice)
2.kombinasi short acting bronkodilator/pengenalan long acting
bronkodilator.
2. Brup B 1. Long acting bronkodilator (sirt choice)
2.berat sesak kombinasi long acting bronkodilator.
3.short acting bronkodilator + theophilin
3. Grup C 1. Kombinas ICS + long acting b2agonist/long acting
antikolinergik
2. kombinasi 2 long acting bronkodilator atau kombinasi ICS/long
acting antikolinergik.
3.fosfodiesterase inhibitor kombinasi long acting
bronkodilator
4. short acting bronkodilator + theophilin
4. Grup D 1. ICS +long acting b2agonist/antikolnergik
2. kombinasi ICS-LABA-long acting antikolenergik
3. tambah phospodiesterase inhibitor LA. Bronkodiator
4. Short acting bronkodilator +theophilin/carbocysteine.
Rekomendasi u/ bronkodilator
1. Long acting lebih baik dari short
2. Kombinasi long/short acting b2 agonist + antikolinergik ga respon
terhadap singel agent.
3. Inhalan > oral efikasi dan ES
4. Theofilin ga direkomendasiin kalo bisa pake long acting brokodilator
ES
DEFINISI
- kejadian akut dikarakteristikan sbg perburukan gejala respirasi
sebelumnya memiliki variasi normal membutuhkan perubahan pengobatan.
-eksaserbasi penting u/ dicegah karena kualitas hidup pasien jelek
punya efek ke gejala dan fungsi paru
perlu beberapa minggu u kembaliin
peningkatan penurunan fungsi paru
berhub. Mortalitas yang signifikan
high sosioekonomui cost
- eksaserbasi gejala respirasi COPD dyspnea overlap dengan
embolisme pulmonal, CHF, aritmia, pneumotorax, efusi pleura. perlu DD.
DIAGNOSIS
awal perubahan gejala yang akut dyspnea, batuk dan/ produksi sputum
PENILAIAN
1. Riwayat medis
a. Drajat keparahan COPD keterbatasan airflow
b. Durasi perburukan/gejala baru
c. Episode sebelumnya berapa kali ?
d. Komorbiditas
e. Pengobatan yang sedang digunakan
f. Penggunaan mekanikal ventilasi sebelumnya
2. Tanda Keberatan
a. Penggunaan otot bantu nafas
b. Pergerakan dinding dada paradoxical
c. Perburukan/ onset baru sianosis sentral
d. Edema perifer
e. Hemodinamik ga stabil
f. Deteriorated status mental
Tes lain :
-Pulse oximetry untuk memantu &/ penambahan suplemen O2, suspek gagal
nafas AGD PaO2 <60mmHg, PaCO2>50mmHg hitun asam-basa
sebelmu mekanik ventilasi.
- Chest radiograph u// eksclude DD
-ECG coexisting masalah cardiac
-WBC polisitemia Hct > 55%, anemia/leukositosis
-Sputum purulent indikasi u terapi antibiotik Hae. Influenza, Strep. Pneu,
Moraxella catarrhalis (paling sering); GGOLD 3-$ penting pseudomonas
aeruginosa.
-tes biokimia gangguan elektrolit, hiperglikemi. abnormalitas jg berhub
komobditas.
PEMILIHAN TERAPI
tujuan meminimalkan terapi dan cegah eksaserbasi
Pasien indikasi potensial u/ assesment/admission hospital peningkatan
gejala yang nyata dyspne saat istirahat| severe underlying COPD | onset baru
> sianosis dan edema perifer | gagal respon pengobatan awal | adanya
komorbididtas (HF, aritmia). Eksaserbasi sering, umur lbh tua| home support
kurang.
pasien datang Em. Dept kasih suplementasi O2 liat apa eksaserbasi life
threating ?? iya kasih ICU.
farmakoterapi respiratory support O2, ventilasi.
TABEL hal42
Kortikosteroid
- 30-40 mg prednisolone/hari 10-14 hari
- Oral lebih baik
-Nebulizer budenoside sendiri alternatif tapi lebih mahal.
Antibiotik
- kalo pasien punya tanda klinis infeksi bakteri sputum purulen
- beberapa artikel review support antibiotik eksaserbasi COPD moderate
berat + sputum purulent.
- penggunaan ventilasi mekanik ga dikasih antibiotik berhub risk
peningkatan kematian nosokomial pneumonia.
SUPPORT RESPIRASI
Terapi O2
-target Saturasi 88-92% setelah itu 30-60 min perlu cek gas darah.
pastikan ga da retensi CO2 dan asidosis.
- Venturi mask ( hihg flow devices) lebih akurat dan kontrol delivery O2
daripada nasal prongs.
NIV improve asidosis respiratoris akut, mengurangi RR, usaha nafas, drajat
sesak, komplikasi ventilator pneumonia, rawat inap.
- Indikasi Asidosis respiratorik (arterial pH </= 7,35 dan/ PaCO2 >/= 45
mmHg)
-Dyspnea berat gejala klinis kelelahan otot, peningkatan kerja pernafasan
(penggunaan otot bantu pernafasan, gerakan paradoxical abdomen, retraksi
interkostal space.
Key Point:
COPD sering bersama penyakit lain impact yang signifikan trhdp prognosis
Komorbiditas ga mengubah pengobatan COPD
CV disease mayor, paling banyak dan paling penting koexisting dengan
COPD
Osteoporosis dan depresi komorbiditas sering underdiagnosis
Ca. Paru sering terlihat pada COPD penyebab terbanyak kematian pd
COPD ringan.
4. Cancer Paru
Treatment kanker paru COPD saam penurunan fungsi paru
faktor limiting operasi.
Treatment COPD sama
5. Infeksi
Treatment infeksi makrolid meningkatkan konsentrasi serum teophilin|
perawatan sama| penggunaan antibiotik yang berulang saat eksaserbasi
meningkatkan risk resistensi kultur diperlukan
Treatment COPD sama ICS menyebabkan pneumonia berulang
medikasi harus di stop.