Você está na página 1de 22

Definisi Korupsi

1. Korupsi berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang


diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Korupsi merupakan tindakan
melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah
korporasi) , yang secara langusng maupun tidak langsung merugikan keuangan atau
prekonomian negara, yang dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan
yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat.

2. Resuah berasal dari bahasa Arab risywah menurut kamus umum Arab- Indonesia
artinya sama dengan korupsi (Andi Hamzah: 2002). Risywah (suap) berarti pemberian
yang diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan perkaranya
dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk memperoleh kedudukan.

3. Baharuddin Lopa mengutip pendapat David M. Chalmers, menguraikan istilah korupsi


dalam berbagai bidang, yakni menyangkut masalah penyuapan, yang berhubungan
dengan manipulasi bidang ekonomi, dan yang menyangkut kepentingan umum.

4. Korupsi sebagai suatu fenomena sosial bersifat kompleks, sehingga sulit untuk
mendefisinikannya secara tepat tentang ruang lingkup konsep korupsi.

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Peranan Pendidikan Anti Korupsi Dini di Kalangan Mahasiswa dalam Mencegah
Terjadinya Tindak Korupsi

Pendidikan budi pekerti adalah salah satu pendidikan penting untuk

bekal hidup setiap orang. Disini murid belajar memahami nilai-nilai yang diterima dan harus
ditaati dalam masyarakat tempat dia tinggal dan dalam masyarakat dunia. Dalam mempelajari
nilai-nilai ini akan ditemui manfaat jika kita mematuhi pagar aturan tersebut dan apa akibatnya
jika kita melanggarnya. Sebetulnya inti dari pendidikan anti korupsi adalah bagaimana
penanaman kembali nilai-nilai universal yang baik yang harus dimiliki oleh setiap orang agar
dapat diterima dan bermanfaat bagi dirinya sendiri serta lingkungannya.Di antara sifat-sifat itu
ada jujur, bertanggung jawab, berani, sopan, mandiri, empati, kerja keras, dan masih banyak lagi.
Pendidikan adalah salah satu penuntun generasi muda untuk ke jalan yang benar. Jadi, sistem
pendidikan sangat memengaruhi perilaku generasi muda ke depannya. Termasuk juga pendidikan
anti korupsi dini. Pendidikan, sebagai awal pencetak pemikir besar, termasuk koruptor
sebenarnya merupakan aspek awal yang dapat merubah seseorang menjadi koruptor atau tidak.
Pedidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan masyarakat demokrasi yang madani, sudah
sepantasnya mempunyai andil dalam hal pencegahan korupsi. Salah satu yang bisa menjadi
gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah penerapan anti korupsi dalam pendidikan karakter
bangsa di Indonesia, khususnya ditujukan bagi mahasiswa. Karena pada dasarnya mereka adalah
agen perubahan bangsa dalam perjalanan sejarah bangsa.

Pendidikan anti korupsi sesungguhnya sangat penting guna mencegah tindak pidana korupsi. Jika
KPK dan beberapa instansi anti korupsi lainnya menangkapi para koruptor, maka pendidikan anti
korupsi juga penting guna mencegah adanya koruptor. Seperti pentingnya pelajaran akhlak dan
moral. Pelajaran akhlak penting guna mencegah terjadinya kriminalitas. Begitu halnya
pendidikan anti korupsi memiliki nilai penting guna mencegah aksi korupsi. Satu hal yang pasti,
korupsi bukanlah selalu terkait dengan korupsi uang. Seperti yang dilansir dari program KPK
yang akan datang bahwa pendidikan dan pembudayaan antikorupsi akan masuk ke kurikulum
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi mulai tahun 2012. Pemerintah akan memulai proyek
percontohan pendidikan antikorupsi di pendidikan tinggi. Jika hal tersebut dapat terealisasi
dengan lancar maka masyarakat Indonesia bisa optimis di masa depan kasus korupsi bisa
diminimalisir.

3.2 Peran Mahasiswa dalam Mencegah Tindak Korupsi

Pemuda khususnya mahasiswa adalah aset paling menentukan kondisi zaman tersebut dimasa
depan. Mahasiswa salah satu bagian dari gerakan pemuda. Belajar dari masa lalu, sejarah telah
membuktikan bahwa perjalanan bangsa ini tidak lepas dari peran kaum muda yang menjadi
bagian kekuatan perubahan. Tokoh-tokoh Sumpah Pemuda 1928 telah memberikan semangat
nasionalisme bahasa, bangsa dan tanah air yang satu yaitu Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda
memberikan inspirasi tanpa batas terhadap gerakan-gerakan perjuangan kemerdekaan di
Indonesia. Peranan tokoh-tokoh pemuda lainnya adalag Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945,
lahirnya Orde Baru tahun 1966, dan Reformasi tahun 1998. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil di depan sebagai motor penggerak dengan
berbagai gagasan, semangat dan idealisme yang mereka miliki dan jalankan.

Untuk konteks sekarang dan mungkin masa-masa yang akan datang yang menjadi musuh
bersama masyarakat adalah praktek bernama Korupsi. Peran penting mahasiswa tersebut tidak
dapat dilepaskan dari karakteristik yang mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda dan
idealisme. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan
idealisme yang murni terlah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam
sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini telah
terbukti mahasiswa berperan penting sebagai agen perubahan (agent of change). Mahasiswa
didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu: intelegensia, ide-ide kreatif,
kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi
yang mereka miliki tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mereka
mampu menyuarakan kepentingan`rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang
koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.

3.3 Upaya Mahasiswa

Faktanya fenomena korupsi selalu tidak berhenti menggrogoti negeri kita, korupsi merupakan
kejahatan yang bukan hanya merugikan negara tetapi juga masyarakat. Artinya keadilan dan
kesejahteraan masyarakat sudah mulai terancam. Maka saatnya mahasiswa sadar dan bertindak.
Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa adalah:

1. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus.

Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa yaitu menanamkan kepada
diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh melakukan tindakan korupsi walaupun itu hanya
tindakan sederhana, misalnya terlambat datang ke kampus, menitipkan absen kepada teman jika
tidak masuk atau memberikan uang suap kepada para pihak pengurus beasiswa dan macam-
macam tindakan lainnya.

Memang hal tersebut kelihatan sepele tetapi berdampak fatal pada pola pikir dan dikhawatirkan
akan menjadi kebiasaan bahkan yang lebih parah adalah menjadisebuahkarakter. Selain
kesadaran pada masing-masing mahasiswa maka mereka juga harus memperhatikan kebijakan
internal kampus agar dikritisi sehingga tidak memberikan peluang kepada pihak-pihak yang
ingin mendapatkan keuntungan melalui korupsi. Misalnya ketika penerimaan mahasiswa baru
mengenai biaya yang diestimasikan dari pihak kampus kepada calon mahasiswa maka perlu bagi
mahasiswa untuk mempertanyakan dan menuntut sebuah transparasi dan jaminan yang jelas dan
hal lainnya. Jadi posisi mahasiswa di sini adalah sebagai pengontrol kebijakan internal
universitas.

Dengan adanya kesadaran serta komitmen dari diri sendiri dan sebagai pihak pengontrol
kebijakaninternal kampus maka bisa menekan jumlah pelaku korupsi. Upaya lain untuk
menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di lingkungan kampus adalah mahasiswa bisa
membuat koperasi atau kantin jujur. Tindakan ini diharapkan agar lebih mengetahui secara jelas
signifikansi resiko korupsi di lingkungan kampus.Mahasiswa juga bisa berinisiatif membentuk
organisasi atau komunitas intra kampus yang berprinsip pada upaya memberantas tindakan
korupsi. Organisasi atau komunitas tersebut diharapkan bisa menjadi wadah mengadakan diskusi
atau seminar mengenai bahaya korupsi. Selain itu organisasi atau komunitas ini mampu menjadi
alat pengontrol terhadap kebijakan internal kampus.

Sebagai gambaran, SACW yang baru saja dibentuk pada kabinet KM (semacam BEM) ITB
2006/2007 lalu sudah membuat embrio gerakannya. Tersebar di seluruh wilayah Indonesia,
anggota SACW dari UIN Padang sudah mulai mengembangkan sayap. Begitu pula mereka yang
berada di UnHalu Sulawesi sudah melakukan investigasi terhadap rektorat mereka yang ternyata
memang terjerat kasus korupsi.

1. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi. Upaya


mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai bahaya
melakukan tindakan korupsi karena pada nantinya akan mengancam dan merugikan
kehidupan masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar masyarakat ikut serta dalam
menindaklanjuti (berperan aktif) dalam memberantas tindakan korupsi yang terjadi di
sekitar lingkungan mereka. Selain itu, masyarakat dituntut lebih kritis terhadap kebijakan
pemerintah yang dirasa kurang relevan. Maka masyarakat sadar bahwa korupsi memang
harus dilawan dan dimusnahkan dengan mengerahkan kekuatan secara massif, artinya
bukan hanya pemerintah saja melainakan seluruh lapisan masyarakat.
2. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.

Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen pengontrol dalam
pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa
kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan masyarakat
dan semakin memperburuk kondisi masyarakat. Misalnya dengan melakukan demo untuk
menekan pemerintah atau melakukan jajak pendapat untuk memperoleh hasil negosiasi yang
terbaik.

1. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait
dengan kepentingan publik.

2. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.

3. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa hingga ke
tingkat pusat/nasional.

4. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-rintahan


negara dan aspek-aspek hukumnya.

5. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam setiap
pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

3.4 Hambatan dalam Penerapan Pendidikan Anti Korups di Lingkungan Kampus

1. Minimnya role-models atau pemimpin yang dapat dijadikan panutan dan kurangnya
political-will dari pemerintah untuk mengurangi korupsi.

2. Penegakan hukum yang tidak konsisten dan cenderung setengah setengah.

3. Karena beberapa perilaku sosial yang terlalu toleran terhadap korupsi.

4. Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas, termasuk perbaikan birokrasi yang


cenderung terjebak perbaikan renumerasi tanpa membenahi struktur dan kultur.

5. Peraturan perundang-undangan hanya sekedar menjadi huruf mati yang tidak pernah
memiliki roh sama sekali.

6. Kurang optimalnya fungsi komponen-komponen pengawas atau pengontrol, sehingga


tidak ada check and balance.

7. Banyaknya celah/lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan korupsi

8. pada sistem politik dan sistem administrasi Indonesia.


9. Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara, sehingga dari contoh-contoh
kasus yang terjadi para pelaku korupsi begitu gampang mengelak dari tuduhan yang
diajukan oleh jaksa.

10. Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat pemeriksa dan masyarakat yang semakin
canggih.

11. Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri dalam

12. menjalankan amanah yang diemban.

3.5 Pentingnya Peran Mahasiswa

Tiga pilar strategi yang dijelaskan di atas pada intinya membutuhkan usaha keras dari pemerintah
dalam memberantas korupsi juga sangat penting dalam melibatkan partisipasi
masyarakat/mahasiswa. Penjelasan sebelumnya telah dipaparkan bahwa pentingnya peran
masyarakat dalam memberantas korupsi. Masyarakat yang akan dibahas dalam artikel ini adalah
masyarakat intelektual atau kaum terpelajar terutama mahasiswa. Mengapa harus mahasiswa?
Karena mahasiwa adalah elemen masyarakat yang paling idealis dan memiliki semangat yang
sangat tinggi dalam memperjuangkan sesuatu. Selama ini mahasiswa dipandang bisa cukup
signifikan dalam mempengaruhi perubahan kebijakan atau struktur pemerintahan. Di sisi lain
mahasiswa juga bisa mempengaruhi lapisan masyarakat lainnya untuk menuntut hak mereka
yang selama ini kurang diperhatikan oleh pemerintah. Peran mahasiswa bisa dilihat dalam
sejarah perjuangan kemerdekaan mengenai kebangkitan bangsa Indonesia dalam melawan
penjajahan Belanda yang mana dipelopori oleh para mahasiswa kedokteran Stovia. Presiden
pertama Indonesia, Soekarno sang Proklamator Kemerdekaan RI merupakan tokoh pergerakan
dari kalangan mahasiswa. Selain itu peristiwa lain yaitu pada tahun 1996, ketika pemerintahan
Soekarno mengalami keadaan politik yang tidak kondusif dan memanas kemudian mahasiswa
tampil dengan memberikan semangat bagi pelaksanaan Tritura yang akhirnya melahirkan orde
baru. Akhirnya, ketika masa orde baru, mahasiswa juga menjadi pelopor dalam perubahan yang
kemudian melahirkan reformasi.

Begitulah perjuangan mahasiswa dalam memperjuangkan idealismenya yaitu untuk memperoleh


cita-cita dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan di masyarakat. Maka tentunya
mahasiswa dituntut utuk benar-benar konsisten atau memegang teguh idelisme mereka. Memang
tidak dipungkiri sekarang ini banyak mahasiswa yang sudah luntur idealismenya karena terbuai
dengan budaya konsumtif dan hedonisme. Hal tersebuut ternyata membuat mereka semakin
berfikir dan bertindak apatis terhadap fenomena yang ada di sekitar mereka dan kecenderungan
memikirkan diri mereka sendiri. Padahal perjuangan mahasiswa tidak berhenti begitu saja ada
hal lainnya yang menanti untuk diperjuangankan oleh mereka, yaitu dalam melawan dan
memberantas korupsi. Bentuk bentuk peran serta mayarakat dalam pemberantasan tindak
pidana korupsi menurut UU No. 31 tahun 1999 antara lain adalah SBB :

1. Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan tindak pidana
korupsi
2. Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan informasi
adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada penegak hukum

3. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak
hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi

4. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg di berikan kepada penegak
hukum waktu paling lama 30 hari

5. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum

6. Penghargaan pemerintah kepada mayarakat


Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan pembangunan di Indonesia dalam segala
bidang berkembang pesat pula. Tidak terkecuali pembangunan dalam bidang pendidikan. Hal ini
merupakan upaya yang sungguh-sungguh dari rakyat untuk mencapai kehidupan yang dicita-
citakan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Sedangkan yang dimaksut dengan pendidikan, tercantum dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Amanat UU No 20 Tahun 2003 tersebut sangat jelas bahwa, pendidikan pada hakekatnya
adalah mengembangkan potensi diri peserta didik dengan dilandasi oleh kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.
Dengan demikian, pendidikan mempunyai peran yang strategis dalam membangun karakter
mahasiswa. Tujuan pendidikan bukan hanya untuk mengembangkan intelegensi akademik
mahasiswa, tapi juga membentuk mahasiswa yang berbudaya jujur. 1[2]
Namun permasalahan yang hingga saat ini masih menjadi fenomena dikalangan
mahasiswa yaitu, budaya ketidakjujuran mahasiswa. Fakta menunjukkan bahwa, budaya
ketidakjujuran kian menggejala di kalangan mahasiswa. Bahkan akar dari masalah korupsi,
kolusi dan nepotisme di Indonesia adalah murni dari faktor ketidakjujuran pada waktu menjadi
mahasiswa. Saya masih mahasiswa, dan saya melihat bahkan merasakan itu semua, bagaimana
budaya ketidakjujuran mahasiswa sangat sistemik. Semangat inovasi dan etos kerja para
mahasiswa menunjukkan grafik yang menghawatirkan. Indikatornya sederhana, terdapat
beberapa contoh budaya ketidakjujuran mahasiswa, misalnya:

1. Mencontek

2. Plagiasi (penjiplakan karya tulis)

3. Titip absen

1
4. dll.

Pertama, contoh budaya ketidakjujuran mahasiswa adalah perilaku mencontek, maka


teman yang di contek tentunya telah terampas keadilan dan kemampuannya. Ketika mahasiswa
yang di contek belajar siang malam, tetapi penyontek yang suka hura-hura dengan gampangnya
mencuri hasil kerja keras temannya. Mencontek akan menghilangkan rasa percaya diri
mahasiswa. Bila kebiasaan tersebut berlanjut maka percaya diri akan kemampuan diri menjadi
luntur, sehingga semangat belajar jadi hilang, mahasiswa akan terkungkung oleh pendapatnya
sendiri, yang merasuki alam pikirnya bahwa untuk pintar tidak harus dengan belajar, tapi
mencontek.
Kedua, perilaku ketidakjujuran mahasiswa adalah fenomena plagiasi (penjiplakan karya
tulis) yang selalu menjadi momok bagi pendidikan di Indonesia. Terungkapnya kasus plagiasi di
bebarapa perguruan tinggi, menjadi tolok ukur bagi kualitas pendidikan. Tindakan copy paste
seakan menjadi ritual wajib dalam memenuhi tugas dari dosen. Mahasiswa bahkan peneliti
ditengarai banyak yang melakukan tindakan plagiat.
Dengan diterbitkannya Permendiknas nomor 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan plagiat di perguruan tinggi, diharapkan dapat meredam maraknya plagiarisme.
Tapi lagi-lagi berita mengejutkan datang dari dunia perguruan tinggi, setelah guru besar
Universitas Katolik Parahyangan Prof. AABP melakukan plagiat, dan kini disusul rekan
sejawatnya, sesama guru besar dari Universitas Riau. Guru besar Universitas Riau, Prof. II,
terbukti melakukan plagiarisme dalam membuat buku berjudul Sejarah Maritim yang
merupakan jiplakan dari buku Budaya Bahari karya Mayor Jenderal (Marinir) Joko Pramono
terbitan Gramedia tahun 2005 (Kompas, 2011). Hebohnya lagi yang bersangkutan pada tahun
2008 menerima piagam dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas karyanya menerbitkan 66
buku dalam tempo lima tahun, dan buku Sejarah Maritim merupakan salah satu dari 66 buku
yang masuk rekor tersebut.2[3]
Kemudian pada awal Maret 2012, tampaknya menjadi hari kelabu bagi dunia pendidikan
di Indonesia. Kasus plagiat doktor dan calon guru besar mulai merebak di Universitas
Pendidikan Indonesia. Yang pada akhirnya Senat Akademik UPI pada Jumat pekan lalu, 2 Maret
2012, menjatuhkan sanksi kepada tiga dosen pelaku. Hukumannya berupa penurunan pangkat

2
dan jabatan serta menggugurkan kenaikan promosi guru besar mereka. 3[4] Guru besar
merupakan sosok yang diharapkan sebagai teladan bagi mahasiswa dan sesama dosen, sosok
yang dipandang sangat tinggi oleh masyarakat. Sangat mengherankan jika guru besar yang
notabene adalah orang pintar dengan bekal keilmuan dan profesionalitas yang lebih tetapi
melakukan tindakan plagiat.
Ketiga, perilaku ketidakjujuran mahasiswa adalah titip absensi, absensi yang
ditandatangani mahasiswa sering disalahgunakan. Tandatangan fiktif pun mewarnai absensi,
padahal dalam satu pertemuan adakalanya jumlah kehadiran mahasiswa tidak sebanding dengan
tandatangan yang hadir. Mahasiswa yang hadir terlihat tidak banyak tapi tandatangan di absensi
penuh dan mahasiswa hadir semua.
Perilaku mencontek, plagiasi dan titip absen merupakan manifestasi ketidakjujuran, yang
pada akhirnya memunculkan perilaku korupsi. Kejujuran merupakan barang langka di Indonesia.
Banyak orang pintar yang lulus perguruan tinggi, tapi sangat langka orang pintar yang jujur,
sehingga berakibat sulitnya mengukur kadar kesuksesan proses belajar-mengajar.
Persoalan ketidakjujuran tersebut merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan dan perlu
perhatian serius. Sebab, bagaimana mungkin institusi pendidikan, justru menjadi sarang korupsi.
Ini jelas berbanding terbalik dengan hakekat pendidikan yang benar, yakni ingin menciptakan
manusia yang berilmu dan bermoral. Dan apabila budaya ketidakjujuran mahasiswa seperti
mencontek, plagiasi, titip absen, dll tidak segera diberantas, maka perguruan tinggi akan menjadi
bagian dari pembibitan moral yang dekstruktif di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang diatas guna menetapkan strategi yang tepat dalam
pemberantasan korupsi yang merupakan sesuatu yang sangat urgent dan relevan untuk segera
dilakukan. Oleh karena itu, tema sentral yang diangkat dalam penulisan ini adalah
Menumbuhkan Budaya Jujur Mahasiswa Sebagai Paradigma Baru Pemberantasan Korupsi.

Menumbuhkan Budaya Jujur Mahasiswa Sebagai Paradigma Baru Pemberantasan


Korupsi

Untuk dapat berperan secara optimal dalam pemberantasan korupsi, maka harus
dilakukan pembenahan terhadap mahasiswa dan kampusnya. Dengan kata lain, mahasiswa harus
3
mendemonstrasikan bahwa diri dan kampusnya harus bersih dan jauh dari perbuatan korupsi.
Selanjutnya adalah pada proses perkuliahan. Dalam masa ini, perlu penekanan terhadap
moralitas mahasiswa dalam berkompetisi untuk memperoleh nilai yang setinggi-tingginya, tanpa
melalui cara-cara yang curang.
Guna menciptakan strategi untuk memberantas korupsi di indonesia, maka paradigma
yang harus dibangun terlebih dahulu adalah, dengan menumbuhkan budaya jujur dikalangan
mahasiswa. Karena memang ketidakjujuran dikalangan mahasiswa di negeri ini sudah sistemik
dan tidak cukup hanya dituntaskan lewat penambahan pelajaran budi pekerti. Dan upaya untuk
menumbuhkan budaya jujur mahasiswa, dapat dilakukan melalui :
1. Pendidikan Integritas.
2. Pendidikan Karakter.

1. Pendidikan Integritas
Ketidakjujuran selalu dapat dihubungkan dengan setiap gejala kerusakan dimensi
kehidupan seseorang. Perilaku korupsi misalnya, yang ditengarai akibat ketidakjujuran pejabat
semakin bobrok. Begitu pula perilaku tidak jujur mahasiswa, ditengarai karena mahasiswa tidak
mempunyai integritas. Integritas bukan kata atau istilah Indonesia, tetapi berasal dari bahasa
inggris yang berarti the quality of being honest and of always having high moral principles.
Yang pasti integritas menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia yang luhur dan berbudi.
Integritas bertalian dengan moral yang bersih, kejujuran serta ketulusan terhadap sesama dan
Tuhan YME. Integritas berlaku pada segala atau semua bidang kehidupan, misalnya bidang
hukum, sosial, politik, ekonomi, dll.4[5]
Pendidikan integritas adalah pendidikan yang mengedepankan pembangunan karakter.
Pendidikan seperti ini tidak hanya mengandalkan terori, tapi mahasiswa juga harus bisa
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu Pendidikan Integritas muncul
sebagai suatu kebutuhan terhadap tantangan yang dihadapi mahasiswa, sebab tanpa prinsip dasar
integritas tidaklah mungkin tercapai tingkat efektifitas yang tinggi untuk menegakkan kejujuran
mahasiswa.
Sistem pendidikan harus dibangun dengan menekankan pada prinsip-prinsip pendidikan
integritas, dapat ditegaskan bahwa yang terpenting dalam pendidikan integritas adalah,
4
bagaimana menciptakan faktor kondisional yang dapat mengundang dan memfasilitasi
mahasiswa untuk selalu berbuat secara jujur, moral dan beretika, dalam ujian (tidak menyontek,
melakukan plagiat, titip absen, dll) maka strateginya adalah mengkondisikan faktor penyebab
ketidakjujuran mahasiswa ke arah yang mendukung, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.
Upaya Membangun Budaya Jujur Mahasiswa
No Aspek Upaya yang Dilakukan
.
1. Pribadi a. Membangkitkan rasa percaya diri mahasiswa
b. Arahkan self consept mahasiswa ke arah yang lebih
proporsional
c. membiasakan mahasiswa berpikir lebih realistis dan
tidak ambisius.
2. Lingkungan dan Meniptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok
Kelompok yang sarat dengan pertimbangan moral.
3. Sistem Evaluasi a. Membuat instrumen evaluasi yang valid dan reliable
(yang tepat dan tetap)
b. Menerapkan cara pemberian skor yang benar-benar
objektif
c. Melakukan pengawasan yang ketat
d. Bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan
kematangan mahasiswa dan dengan mempertimbangkan
prinsip paedagogy serta prinsip andragogy.
4. Guru/ Dosen a. Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.
b. menunjukkan keteladanan dalam perilaku moral.
c. memberikan umpan balik atas setiap penugasan.
Sumber: Sujinal Arifin, 2009, Menyontek: Penyebab dan Penanggulangannya,
http://sujinalarifin.wordpress.com/2009/06/09/menyontek-penyebab-dan-penanggulangannya/, diakses pada 23
Maret 2012.

Pendidikan integritas terhadap mahasiswa adalah sebagai paradigma baru dan upaya

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa

dapat secara efektif mengembangkan potensi dirinya, baik aspek kognisi, afeksi dan
sikomotoriknya sesuai dengan nilai-nilai integritas (keutuhan moralitas). Dan pendidikan

Integritas dapat dilaksanakan dengan cara :

1. Memesukkan pendidikan integritas di institusi perguruan tinggi dan di harapkan pelajaran

integritas ini bisa diterapkan sehingga dapat mewujudkan efektifitas yang tinggi untuk

pemberantasan korupsi. Pendidikan integritas ini merupakan salah satu upaya mencetak

mahasiswa yang bermoral. Dalam proses pendidikan integritas ini, para mahasiswa akan

dikenalkan dengan berbagai praktek-praktek penyimpangan misalnya, korupsi secara

menyeluruh, maksutnya mahasiswa akan dikenalkan apa itu korupsi, dampaknya, serta modus-

modusnya, sehingga dengan demikian mereka akan mengenal hinanya perbuatan korupsi pada

akhirnya mahasiswa tidak mau melakukannya.


2. Dengan cara menguji pengetahuan (kognisi), sikap (afeksi), dan tindakan (psikomotorik) para

mahasiswa terkait dengan sejumlah masalah-masalah kejahatan korupsi.

2. Pendidikan Karakter
Universitas sebagai lembaga pendidikan tinggi adalah salah satu sumber daya yang
penting. Sambil mengevaluasi tujuan kita, sangatlah penting untuk menyusun kurikulum yang
secara jelas memuat pendidikan karakter. Sedangkan yang dimaksut dengan karakter adalah:5[6]
Character determines someones private thoughts and someones actions done. Good character
is the inward motivation to do what is right, according to the highest standard of behaviour, in
every situation.

Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu
individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan
membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Karakter yang
menjadi acuan seperti yang terdapat dalam The Six Pillars of Character yang dikeluarkan oleh

5
Character Counts! Coalition (a project of The Joseph Institute of Ethics). Enam jenis karakter
yang dimaksud adalah sebagai berikut:6[7]
a. Trustworthiness, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi: berintegritas, jujur, dan
loyal.
b. Fairness, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran terbuka serta tidak suka
memanfaatkan orang lain.
c. Caring, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap peduli dan perhatian terhadap
orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar.
d. Respect, bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan menghormati orang
lain.
e. Citizenship, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan serta peduli
terhadap lingkungan alam.
f. Responsibility, bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan selalu
melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin.

Pendidikan karakter penting bagi pertumbuhan individu menjadi manusia yang seutuhnya
dan sebaiknya dilakukan sejak dini. Namun bukan berarti jika pendidikan dasar belum
mengakomodasi pendidikan karakter, perguruan tinggi juga merasa tidak perlu untuk
menyelenggarakannya. Penting bagi perguruan tinggi untuk tidak hanya memperhatikan
kebutuhan kompetensi akademis mahasiswa, tapi juga pembinaan karakternya agar lulusan
menjadi lulusan yang siap secara akademis dan berkarakter baik.7[8]

Tabel 2.
Implementasi Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa
No. Aspek Jenis Kegiatan
1. Kurikuler Terintegrasi melalui perkuliahan
2. Kokurikuler a. Succes skill (ESQ training, OSPEK)
b. Tutorial Pendidikan Agama
c. Creativity training
d. Leadership training
e. Entrepreneurship training
3. Ekstrakurikuler Kegiatan yang dirancang untuk mengembangkan
bakat, minat, dan kegemaran mahasiswa:
Penalaran
Olahraga
6

7
Seni
Minat khusus
Sumber: Herminarto Sofyan, Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Kemahasiswaan, Makalah Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY).

Secara rinci nilai-nilai karakter yang terkandung melalui kegiatan tersebut dapat dilihat
pada table berikut :

Tabel 3.
Nilai-nilai Karakter yang Dibangun
No Kegiatan Nilai-nilai Karakter
.
1. Succes skill (Orientasi Kejujuran, tanggungjawab, kerjasama,
studi, ESQ, dll) kepedulian, visioner, disiplin.
2. Tutorial Pendidikan Keimanan, kepatuhan, kejujuran, komitmen,
Agama tanggungjawab, dan disiplin, dsb.
3. Pengembangan Kreatif, motivasi, inovatif, kritis, berani tampil
Kreativitas beda, dsb.
4. Pelatihan Kepemimpinan Tanggungjawab, disiplin, keteladanan, kejujuran,
keberanian, dsb.
5. Kewirausahaan keuletan, kecermatan, kejujuran kemandirian,
pantang menyerah, dsb.
Sumber: Herminarto Sofyan, Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Kemahasiswaan, Makalah Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY).

Pembinaan mahasiswa melalui pendidikan integritas dan pendidikan karakter tersebut,


diharapkan dapat menghasilkan sosok mahasiswa yang (1) cerdas komprehensif (cerdas spiritual,
emosional/sosial, intelektual, dan kinestetik), (2) memiliki kemauan dan kemampuan untuk
berkompetisi, (3) memiliki kemampuan untuk menuangkan daya kreasi, (4) mampu untuk
menangkap ide-ide dosen dan perkembangan lingkungan, (5) tanggap dan memiliki sensitivitas
terhadap realita kehidupan di masyarakat, dan (6) mendapatkan kesempatan untuk menggunakan
fasilitas-fasilitas dan membangun jaringan baik di dalam dan di luar kampus. Sehingga pada
akhirya kajahatan korupsi bisa di berantas.8[9]

Kesimpulan dan Saran


8
Kesimpulan
Akar dari masalah korupsi di Indonesia adalah murni dari faktor ketidakjujuran pada
waktu menjadi mahasiswa. Saya masih mahasiswa, dan saya melihat bahkan merasakan itu
semua, bagaimana budaya ketidakjujuran mahasiswa sangat sistemik. Semangat inovasi dan etos
kerja para mahasiswa menunjukkan grafik yang menghawatirkan. Indikatornya sederhana,
terdapat beberapa contoh budaya ketidakjujuran mahasiswa misalnya, mencontek, plagiasi
(penjiplakan karya tulis) dan titip absen.
Orientasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi adalah hanya untuk mendapatkan nilai
tinggi dan gelar, artinya lebih banyak kemampuan kognitif daripada afektif dan psikomotorik,
inilah yang membuat mahasiswa mengambil jalan pintas atau melakukan praktek ketidakjujuran.
Guna menciptakan strategi untuk memberantas korupsi di indonesia, maka paradigma
yang harus dibangun terlebih dahulu adalah, dengan menumbuhkan budaya jujur dikalangan
mahasiswa. Namun yang menjadi kunci untuk menumbuhkan budaya jujur mahasiswa yaitu
dapat dilakukan melalui :
1. Pendidikan Integritas.
2. Pendidikan Karakter.

1.1 Latar Belakang


Korupsi kata ini mungkin sudah tak asing lagi di telinga kita, kata ini sering kita
baca di media masa dan bahkan kerap kali menghiasi layar kaca televisi kita.
Dimana pelaku korupsi biasanya berasal dari kalangan pejabat yang telah mendapat
kepercayaan dari masyarakat. Namun, dengan mudahnya mereka mengkhianati
kepercayaan rakyat. Dengan rasa tidak bersalah mereka menggelapkan uang Negara
dan berhura-hura dengan uang tersebut sementara itu Negaralah yang menjadi
korban ulah mereka dan harus menanggung kerugian yang mereka sebabkan.
Korupsi di negeri ini sekarang sedang merajalela bahkan telah menjadi suatu
kebiasaan bahkan bisa dikatakan sudah menjamur hingga sulit untuk dihilangkan.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam menangani korupsi. Namun,
tetap saja korupsi masih terdapat di negeri ini. Salah satu mengapa orang berani
melakukan tindak pidana korupsi yaitu karena kurangnya kesadaran pribadi tentang
bahaya korupsi. Tentu saja kita tidak bisa menyadarkan para koruptor karena
mereka sudah terlanjur terbiasa dengan tindakan tersebut.
Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik untuk mengatasi korupsi adalah
dengan memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan generasi muda
sekarang. Karena generasi muda adalah generasi penerus yang akan menggantikan
kedudukan para penjabat terdahulu. Selain itu, generasi muda juga sangat mudah
terpengaruh dengan lingkungan di sekitarnya. Melalui penerapan pendidikan anti
korupsi di sekolah diharapkan bisa lebih mudah mendidik dan memengaruhi
generasi muda supaya tidak melakukan tindak pidana korupsi sebelum mereka lebih
dulu dipengaruhi oleh budaya korupsi dari generasi pendahulunya.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang pendidikan anti korupsi.
2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan anti korupsi di sekolah
3. Untuk mengetahui peranan penting pendidikan anti korupsi dini di dalam
mencegah korupsi.
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai pengertian dari pendidikan anti
korupsi, bagaimana implementasinya di sekolah dan juga peranannya di dalam
mencegah tindak pidana korupsi.
1.4 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan anti korupsi?
2. Bagaimanakah implementasi pendidikan anti korupsi di sekolah?
3. Mengapa pendidikan anti korupsi dini memiliki peranan penting di dalam
mencegah tindak pidana korupsi?

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Korupsi
2.1.1 Pengertian Korupsi
Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah tindakan
melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
korporasi yang berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Ada sembilan tindakan kategori korupsi dalam UU tersebut, yaitu: suap, illegal
profit, secret transaction, hadiah, hibah (pemberian), penggelapan, kolusi,
nepotisme, dan penyalahgunaan jabatan dan wewenang serta fasilitas negara.
(http://www.kajianpustaka.com/2013/08/pengertian-model-bentuk-jenis-
korupsi.html)
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan
administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun
orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga
meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya
(Adhyta Satya, 2014:5).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Korupsi adalah menyalahgunakan
kewenangan, jabatan atau amanah secara melawan hukum untuk memperoleh
keuntungan atau manfaat pribadi dan atau kelompok tertentu yang dapat merugikan
kepentingan umum.
2.1.2 Dampak Korupsi
Korupsi sangat berdampak negatif pada kehidupan masyarakat sekitar
(https://harmoniharmoni.wordpress.com/2011/10/05/korupsi-dan-dampaknya-
bagi-massyarakat/). Adapun dampak korupsi yang terlihat secara langsung dan
tidak langsung adalah sebagai berikut :
1. Kenaikan harga-harga barang akibat anggaran APBN yang dikorupsi
2. Bertambahnya rakyat miskin dikarenakan uang tunjangan bagi rakyat miskin
yang seharusnya disalurkan dikorupsi.
3. Mahalnya biaya yang harus rakyat keluarkan untuk mendapatkan layanan dasar
seperti pendidikan dan kesehatan yang seharusnya bersubsidi.
4. Kesenjangan pendapatan semakin tinggi.
5. Banyaknya rkyat yang di PHK akibat perusahaan kecil tempat mereka kerja
gulung tikar akibat dana investasinya dikorupsi.
2.1.3 Bentuk-bentuk Korupsi
Bentuk/ jenis tindak pidana korupsi pada dasarnya dapat dekelompokkan sebagai
berikut, (KPK, 2006:20-21):
(1) Kerugian keuangan Negara, (2) Suap-menyuap, (3)Penggelapan dalam jabatan,
(4) Pemerasan, (5) Perbuatan curang, (6)Benturan kepentingan dalam pengadaan,
dan (7) Gratifikasi

2.2 Definisi Pendidikan


Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan
tentang Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun
maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya .
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau
pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk
mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan
tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dalam proses
tersebut, maka Pendidikan Antikorupsi bukan sekedar media bagi transfer
pengalihan pengetahuan(kognitif) namun juga menekankan pada upaya
pembentukan karakter (afektif) dan kesadaran moral dalam melakukan perlawanan
(psikomotorik) terhadap penyimpangan perilaku korupsi.
(https://mistarppkn.wordpress.com/2013/05/15/pendidikan-anti-korupsi-artikel/).
3.1.1 Dasar Pemikiran Pendidikan Anti Korupsi :
1. Realitas dan praktek korupsi di Indonesia sudah sangat akut, maka masalah
tidakbisa diselesaikan hanya melalui penegakan hukum.
2. Menurut Paulo Freire, pendidikan mesti menjadi jalan menuju pembebasan
permanen agar manusia menjadi sadar (disadarkan) tentang penindasan yang
menimpanya, dan perlu melakukan aksi-aksi budaya yang membebaskannya.
3. Perlawanan masyarakat terhadap korupsi masih sangat rendah jalur
penyelenggaraan Pendidikan Anti korupsi selama ini tidak ada.
3.1.2 Latar Belakang Pendidikan Anti Korupsi :
1. Praktek korupsi di Indonesia telah terjadi sejak masa kerajaan di wilayah
nusantara, bahkan telah tersistematisasi mulai pada masa VOC dan pemerintahan
Hindia Belanda
2. Secara Faktual persoalan korupsi di Indonesia, dikatakan telah sampai pada titik
kulminasi yang akut tidak hanya mewabah di kultur dan struktur birokrasi
pemerintah juga menjadi fenomena multi dimensional telah menggerogoti sendi-
sendi kehidupan sosial dan kultural
3. Pergeseran pola hidup masyarakat yang tadinya menjunjung tinggi nilai-nilai
spiritual mulai bergeser pada nilai-nilai materialistis dan konsumerisme.
4. Korupsi =extra ordinary crime, Upaya menjadikan musuh
bersama/commonenemy belum menjadi bagian dari gerakan moral bangsa Karena
itu pemberantasan korupsi harus dijadikan sebagai collective ethics movement.
3.2 Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Di Sekolah
Implementasi pendidikan antikorupsi bisa dilakukan guru dengan cara
mengintegrasikan nilai-nilai moral (affektif) ke dalam mata pelajaran yang diajarkan
(http://guru.or.id/perlukah-pendidikan-antikorupsi-itu.html). Pendidikan
antikorupsi dapat dilaksanakan pada saat jam pengembangan diri, melalui kegiatan
pembiasaan. Di samping itu, sangat mungkin dilaksanakan melalui pembelajaran
yang terintregrasi ke dalam setiap mata pelajaran. Oleh karena itu, agar
pelaksanaannya dapat berjalan efektif, maka pembelajaran harus diletakkan dalam
kerangka mendewasakan anak, serta membangun insan-insan bermoral. Karenanya
isi pembelajaran harus mencakup seluruh ranah (domain pembelajaran), yakni
affektif, kognitif, dan psikomotor.
Upaya kongkrit guru agar siswa memahami essensi pendidikan antikorupsi adalah
dengan tindakan kelas, mengingatkan dan memberikan pembinaan ketika
menjumpai siswa yang mencoba melakukan perilaku menyimpang. Misalnya,
menjelaskan sebab-sebab korupsi, menjelaskan bahaya korupsi, memberi contoh
orang/pejabat yang tersandung rnasalah korupsi ketika masalahnya diputus
pengadilan, memberi contoh sebuah bangsa yang rakyat/pejabatnya banyak yang
korup. Bukankah guru selain bertugas mengajar, juga mendidik?
Pendidikan antikorupsi juga bisa dilakukan dengan menggelar bazaar/kantin
kejujuran. Pada saat jam jam istirahat peserta didik dipersilakan jajan dengan cara
swalayan. Mereka ambil jajanan sendiri, bayar-bayar sendiri. Kalau uangnya
kembali, ambil kembalian sendiri.

3.3 Peranan Penting Pendidikan Anti Korupsi sejak Dini unruk mencegah tindak
korupsi
Berdasarkan sumber dari internet () dinyatakan bahwa, Indonesia tercatat sebagai
salah satu negara yang memiliki kasus korupsi yang cukup tinggi di dunia. Hal ini
dapat disimpulkan dari hasil pengumuman negara-negara korup yang dikeluarkan
oleh Transparency International sebuah organisasi internasional yang bertujuan
untuk memerangi korupsi- pada tahun 2010 yang menempatkan Indonesia di
ranking ke-110 dengan IPK (Indeks Presepsi Korupsi) 2,8. Prestasi yang memalukan
ini tidak terlepas dari tingkah laku dan tindak tanduk para pejabat yang menduduki
posisi-posisi penting di pemerintahan. Maraknya kasus korupsi di Indonesia dapat
diartikan sebagai lemahnya kontrol diri para pejabat terkait dan tidak berdayanya
instansi-instansi pemerintahan maupun non-pemerintahan yang menjadi pengamat
kasus ini. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah antisipasi yang dapat menekan laju
pertumbuhan kasus korupsi Indonesia di masa mendatang.
Pendidikan anti-korupsi sejak dini adalah salah satu cara untuk menekan laju
tersebut. Mengingat pendidikan merupakan salah satu penuntun generasi muda
untuk ke jalan yang benar. Pendidikan, sebagai awal pencetak pemikir besar,
termasuk koruptor sebenarnya merupakan aspek awal yang dapat merubah
seseorang menjadi koruptor atau tidak. Pedidikan merupakan salah satu tonggak
kehidupan masyarakat demokrasi yang madani, sudah sepantasnya mempunyai
andil dalam hal pencegahan korupsi. Salah satu yang bisa menjadi gagasan baik
dalam kasus korupsi ini adalah penerapan anti korupsi dalam pendidikan karakter
bangsa di Indonesia.
Betapa pentingnya pendidikan anti-korupsi sejak dini bisa dianalogikan sebagai
betapa pentingnya merawat, menjaga dan mempersiapkan bibit-bibit tanaman yang
hendak ditumbuhkan menjadi sebuah pohon yang memberikan banyak manfaat.
Yang keberadaanya tak hanya bisa menyerap sari tanah dengan akarnya tetapi juga
bisa menghasilkan buah-buah yang segar untuk dikonsumsi serta dahan yang
rindang untuk dijadikan tempat berteduh. Ini sejalan dengan misi pendidikan anti-
korupsi sejak dini. Dengan penanaman nilai-nilai moral, pembekalan ilmu
pengetahuan tentang hukum, adat istiadat ketimuran serta religiusitas kepercayaan
pada Tuhan diharapkan bisa mencetak calon-calon figure pemangku kekuasaan
yang bersih dari korupsi.
Pendidikan anti-korupsi sejak dini pun diharapkan bisa menumbuhkan pemikiran
yang kritis bagi peserta didik. Nantinya diharapkan, anak-anak terdidik ini bisa
menjadi garda terdepan dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Pendidikan anti korupsi sejak dini itu penting. Akan tetapi, akan menjadi lebih
penting dan powerful jika dibarengi dengan pendidikan agama yang dilaksanakan
secara konsisten dan berkelanjutan.
Maraknya kasus korupsi di Indonesia memang tidak bisa secara serta merta
diberantas dan hilang begitu saja. Perlu antisipasi dini untuk menekan laju
peningkatan kasus korupsi ini. Dengan adanya pendidikan anti korupsi, diharapkan
beberapa tahun kemudian ketika bibit-bibit calon pemimpin yang kini masih
menjadi tunas menjabat bisa menghilangkan kegelisahan masyarakat akan kasus
korupsi yang tak kunjung berakhir. Dan Indonesia bisa menjadi salah satu negara di
dunia yang bersih dari korupsi.

http://ashbur-backstage.blogspot.com/2011/03/pentingnya-pendidikan-anti-
korupsi.html. (diunduh tanggal 27 Januari 2015)
http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/” \l
ixzz3PzB3gt5q. (diunduh tanggal 27 Januari2015)
http://guru.or.id/perlukah-pendidikan-antikorupsi-itu.html.(diunduhtanggal 30
Januari 2015)
https://harmoniharmoni.wordpress.com/2011/10/05/korupsi-dan-dampaknya-
bagi-massyarakat/. (diunduh tanggal 27 Januari 2015)
http://mahardhikaputra31.blogspot.com/2011/11/pentingnya-pendidikan-anti-
korupsi.html. (diunduh tanggal 27 Januari 2015)
https://mistarppkn.wordpress.com/2013/05/15/pendidikan-anti-korupsi-artikel/.
(diunduh tanggal 28 Januari 2015)
http://www.kajianpustaka.com/2013/08/pengertian-model-bentuk-jenis-
korupsi.html. (diunduh tanggal 29 Januari 2015)
Komisi Pemberantasan Korupsi. 2006. Memahami Untuk Membasmi: Buku Saku
Untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi
Republik Indonesia, 2003.Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sekretariat Negara. Jakarta
Satya Widyananda, Adhyta. 2014. Peran Pendidikan Anti Korupsi Dini Dalam
Mencegah Terjadinya Tindak Korupsi. Makalah. Tidak diterbitkan. Malang.
Univesrsitas Negeri Malang

Você também pode gostar