Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
3. Pelayanan pendidikan, kesehatan, olah raga dan kepemudaan yang prima serta
memberikan perhatian khusus pada masyarakat berpenghasilan rendah.
Untuk keperluan tersebut, IPM diproyeksikan secara linier, sehingga pada tahun 2016
diperkirakan IPM mencapai 79,3 atau mendekati kategori wilayah dengan tingkat
kesejahteraan tinggi, yaitu IPM 80-100. Dengan laju pertumbuhan IPM seperti tertera di
atas, maka dapat diperkirakan estimasi kebutuhan belanja langsung per kapita hingga
tahun 2016 menurut bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan
suprastruktur. Hasil estimasi masing-masing bidang kemudian dijumlahkan sehingga
dapat diketahui belanja langsung per kapita. Untuk mencapai IPM seperti yang
ditargetkan, maka total belanja langsung per kapita pada tahun 2012 ditargetkan senilai
Rp728.000 per kapita dan meningkat terus, hingga pada tahun 2016 sebesar
Rp.742.000,- per kapita.
(BelanjaLangsung/kapita=000 Rp)
640
IndeksPembangunanManusia
79.3
79.0
79 549 78.8 600
78.5
78.3
78.0
78 77.7 400
77.5
77.3
77 IPM 200
BelanjaLangsung/Kapita
76
2008 9 10 11 2012 13 14 15 2016
Gambar 8.1.
Target Pencapaian IPM dan Perkiraan Kebutuhan Belanja Langsung
per Kapita Tahun 2012-2016.
Untuk memperoleh perkiraan belanja langsung, maka belanja langsung per kapita
menurut bidang dikalikan dengan jumlah penduduk Kota Batam hingga tahun 2016.
Perkiraan pertumbuhan penduduk per tahun hingga tahun 2016 adalah sekitar 10%.
Rp.221 milyar tahun 2016. Belanja langsung bidang kesehatan menjadi Rp.179 milyar
tahun 2016. Belanja langsung bidang ekonomi menjadi Rp.60 milyar tahun 2016.
Belanja langsung bidang infrastruktur menjadi Rp.225 milyar tahun 2016 dan untuk
bidang suprastruktur menjadi Rp.232 milyar tahun 2016.
Tabel 8.1.
Perkiraan Belanja Langsung Menurut Bidang Tahun 2012-2016 (juta Rp)
Berdasarkan perkiraan tersebut, maka komposisi atau persentase menurut bidang cukup
mengalami perubahan. Komposisi belanja langsung yang mengalami peningkatan relatif
tinggi adalah belanja langsung Bidang Pendidikan. Bidang pendidikan meningkat dari
23,4% menjadi 24% kemudian bidang kesehatan mengalami peningkatan yang
signifikan dari 15,4% menjadi 19,5%, sedangkan bidang yang mengalami penurunan
adalah Bidang Ekonomi dari 6,7% menjadi 6,6%, bidang Infrastruktur dari 24,9%
menjadi 24,5% dan Bidang Suprastruktur dari 29,6% menjadi 25,3%. Perubahan
struktur tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
SUPRASTRUKTUR 25.3
29.6
24.5
INFRASTRUKTUR
24.9
6.6
EKONOMI 6.7 Tahun2016
19.5 Tahun2011
KESEHATAN
15.4
PENDIDIKAN 24
23.4
0 10 20 30 40
[PersentaseterhadapBelanjaLangsung]
Gambar 8.2.
Komposisi Belanja Langsung Tahun 2010 dan 2016 (Persen)
8.3.1. Umum
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, Pemerintah Daerah selain dibiayai oleh
anggaran yang bersumber dari daerah sendiri (PAD), juga bersumber dari Dana
Perimbangan dan sumber lainnya. Pada masa yang sama Kementerian dan Lembaga
serta pemerintah provinsi juga melaksanakan kegiatan dan mengalokasikan sejumlah
anggaran di berbagai wilayah (daerah) yang ada. Dari sudut pandang ini artinya
diperlukan koordinasi dan sinergi kegiatan antara pemerintah (pusat), provinsi dan
kab/kota. Selain sinergi kegiatan dan anggaran dengan Pemerintah dan provinsi,
kabupaten/kota juga dapat mengupayakan partisipasi masyarakat, misalnya dari dunia
usaha, lembaga-lembaga internasional dan lain sebagainya. Dana pemerintah daerah
dapat berperan sebagai pengungkit (leverage) berbagai sumber dana masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pembangunan melalui program mereka sendiri.
Berkenaan dengan hal tersebut diperlukan upaya/kegiatan yang terencana dalam rangka
mensinergikan program dan anggaran dengan pemerintah (APBN) dan provinsi (APBD
Provinsi) serta sumber dana lainnya bagi pembangunan Kota Batam, agar hasil capaian
pembangunan yang ada dapat ditingkatkan secara optimal. Sinkronisasi dan sinergisitas
program kegiatan dalam perencanaan pembangunan dikaitkan dengan perencanaan
penganggaran secara sistematik dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
RPJMD Batam
RKPD Batam
Dana Pusat/Provinsi
APBD Batam
& lain sebagainya
Sinkronisasi & Sinergi
dlm perencanaan dan
penganggaran
Program/Kegiatan Program/Kegiatan
Pusat/Provinsi/Lainnya Kota Batam
Output Output
Sinergi
Outcome Outcome
Gambar 8.3.
Sinkronisasi dan sinergisitas dalam perencanaan dan penganggaran
Untuk mengakomodir sinergisitas program kegiatan yang berasal dari Pemerintah dan
propinsi, diakomodir dalam program advokasi. Pada dasarnya proses advokasi
Pemerintah Kota Batam kepada berbagai pihak dalam upaya koordinasi dan sinergi
pembangunan sangat penting untuk dilaksanakan, diantaranya adalah ke:
Dalam kenyataan yang ditemui saat ini, pemda hanya menjadi penerima pasif atas hibah
DAK meskipun sebenarnya peraturan perundangan memungkinkan daerah untuk secara
aktif mengajukan usul (advokasi). Sejauh ini, pemda hanya bertugas untuk mengirimkan
data tentang kondisi sarana dan prasarana bidang-bidang yang memperoleh alokasi
DAK. Data tersebut menjadi bahan baku bagi Pemerintah Pusat (khususnya Menteri
Keuangan) dalam mengalokasikan DAK per bidang dan per daerah1.
Penerimaan dana DAK bagi daerah dapat diberikan apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu
(1) kriteria umum berdasarkan indeks fiskal neto; (2) kriteria khusus berdasarkan
peraturan perundangan dan karakteristik daerah; dan (3) kriteria teknis berdasarkan
indeks teknis bidang terkait2. Daerah penerima DAK wajib menyediakan dana
pendamping dalam APBD minimal 10% dari DAK yang diterima. Pengecualian dapat
diberikan kepada daerah dengan kemampuan fiskal rendah. Selain itu, daerah juga
diwajibkan menyediakan 3% dari nilai DAK yang diterima untuk biaya umum yang
diambil dari sumber penerimaan lainnya.
1
Laporan Mekanisme dan Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK), Lembaga Penelitian
SMERU, April 2008
2
UU No. 32/2004 dan UU No. 33/2004
Seluruh daerah kabupaten/kota di Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan daerah
tertinggal diprioritaskan mendapat alokasi DAK;
Karakteristik Daerah untuk kabupaten/kota; meliputi daerah pesisir dan/atau
kepulauan, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah rawan bencana; daerah
yang masuk dalam kategori ketahanan pangan, dan daerah pariwisata; dan
Karakteristik daerah untuk provinsi meliputi daerah tertinggal, daerah pesisir
dan/atau kepulauan, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah rawan bencana,
daerah yang masuk dalam kategori ketahanan pangan, dan daerah pariwisata.
Khusus untuk karakteristik daerah, Kota Batam dapat memiliki bobot penekanan dalam
hal:
DAK Pendidikan
DAK Kesehatan
DAK Keluarga Berencana
DAK Infrastruktur Jalan dan Jembatan
DAK Infrastruktur Irigasi
DAK Infrastruktur Air Minum dan Sanitasi
DAK Pertanian
DAK Kelautan dan Perikanan
Pemerintah Kota Batam dalam hal ini dapat melakukan advokasi ke pemerintah pusat
(melalui K/L terkait) dan/atau pemerintah provinsi, terutama dalam hal/kriteria
kebutuhan pembangunan Kota Batam. Advokasi terutama dapat dilakukan untuk
kebutuhan pembangunan daerah yang sesuai dengan prioritas pembangunan
nasional/provinsi dan merupakan prioritas pembangunan daerah Kota Batam.
Khusus untuk kriteria keseimbangan pendanaan di daerah, telah ada acuan dari
kementerian Keuangan tentang Rekomendasi Menteri Keuangan tentang keseimbangan
pendanaan di daerah dalam rangka perencanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan
dengan menggunakan indikator (i) Kemampuan Fiskal Daerah (KFD) dan (ii) Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
DAKU1 Nasional
Dari data kondisi saat ini, maka dapat diproyeksikan peningkatan proporsi alokasi
DAK per urusan untuk Kota Batam dibandingkan dengan keseluruhan nilai DAK
Nasional per urusannya.
BQ = budget quotient
Bila hasil quotient tersebut di atas BQ>1 maka akan menunjukkan bahwa upaya
memperoleh anggaran pada sektor tersebut relatif menonjol, begipula sebaliknya
apabila quotient BQ<1.
Kondisi Target
Urusan - melalui
No Indikator Awal Ket
DAK (APBN) 2012 2013 2014 2015 2016
RPJMD
DAKU1 Kota Batam x 100%
1 ...................... DAK U1 Nasional ....... .... .... .... .... ....
DAKU2 Kota Batam x 100%
2 ...................... DAK U1 Nasional ....... .... .... .... .... ....
dengan Pulau Janda Berias dan gugusannya, hal ini berdasarkan PP Nomor 5 Tahun
2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.
Untuk dapat mengembangkan Kawasan Batam sebagai kawasan bebas dan
perdagangan bebas, diperlukan peran yang lebih deterministik kepada badan pengelola
kawasan, antara lain:
Tuntutan pelayanan dan pengembangan bisnis dan investasi yang berskala nasional
dan internasional.
Sebagai sebuah badan pengelola Kawasan Batam, maka dalam melaksanakan rencana
kegiatannya telah dibuat dalam bentuk Rencana Strategis (Renstra) yang disusun untuk
kurun waktu Tahun 2008-2012 yang berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat
indikatif. Renstra tersebut merupakan dokumen perencanaan taktis strategis lima
tahunan yang akan menggambarkan visi, misi, strategi, kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan dan investasi di Kawasan Batam.
Visi yang dicanangkan dalam membangun kawasan PBPB adalah Menjadi Pengelola
Kawasan Tujuan Investasi Terkemuka di Asia Pasifik. Visi ini telah disinkronkan
dengan Visi Pemerintah Kota Batam Tahun 20062011. Untuk mewujudkan Visi tersebut
maka ditetapkan Badan Pengusahaan Kawasan Batam selaku pengelola Kawasan Batam
adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan jasa kepelabuhanan kelas dunia;
2. Menjadikan kawasan industri yang berdaya saing internasional;
Misi tersebut diatas, menjadi pendukung untuk pencapaian misi Walikota Batam Tahun
2011-2016 pada misi I dalam mewujudkan visi yaitu Terwujudnya Kota Batam sebagai
Bandar Dunia Madani yang Modern dan Menjadi Andalan Pusat Pertumbuhan
Perekonomian Nasional.
Berdasarkan visi dan misi yang sudah ditetapkan, maka tujuan BP-Batam ke depan
dijabarkan dalam tujuan tiap misi yang sekaligus juga mencerminkan tujuan tiap sektor,
yakni sebagai berikut:
Misi 1 : Menyediakan jasa kepelabuhanan kelas dunia
Tujuan : Mengembangkan pengelolaan jasa kepelabuhanan yang bertaraf
internasional
Misi 2 : Menjadikan kawasan industry yang berdaya saing internasional
Tujuan : Meningkatkan daya tarik investasi bidang industri dan jasa
Berdasarkan tujuan, maka sasaran yang ingin dicapai oleh BP-Batam dalam lima tahun
ke depan yaitu:
Misi 1 : Menyediakan jasa kepelabuhanan kelas dunia
Sasaran :
1. Terwujudnya kapasitas pelabuhan bongkar muat container yang
berstandar internasional
2. Terwujudnya Bandar udara yang mampu melayani lalu lintas barang
dan jasa yang berstandar internasional
Misi 2 : Menjadikan kawasan industry yang berdaya saing internasional
Sasaran :
1. Terwujudnya iklim investasi yang kondusif
Indikator umum adalah indikator makro yang akan dicapai pada tahun 2012-2016.
Indikator tersebut terutama mengacu pada PP. No.6 Tahun 2008 tentang Evaluasi
Kinerja Otonomi Daerah. Indikator utama menurut PP tersebut adalah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Target IPM tahun 2016 adalah sekitar 79,3%.
Peningkatan kegiatan bisnis di Kota Batam dan pertumbuhan lalu lintas barang dan
orang dari dan ke Kota Batam.
Terjalin kerjasama efektif dengan Pengelola Kawasan Batam.
Aksessibilitas antara wilayah pusat kota dan daerah hinterland meningkat.
Kualitas lingkungan permukiman yang lebih teratur, nyaman dan aman.
Layanan pendidikan dan kesehatan yang prima.
Indikator kinerja daerah adalah sejumlah indikator yang akan dicapai melalui sejumlah
indikasi kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2012-2016 Pada dasarnya
indikator ini adalah indikator-indikator sasaran guna mencapai indikator umum yang
telah disebutkan sebelumnya. Daftar indikasi kegiatan dan indikatornya dapat dilihat
pada tabel berikut ini,