Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pasien
Pasien rawat jalan, yang sebelumnya mengalami reaksi alergi lokal segera
terhadap makanan, dan setelahnya mengalami respon alergi dengan
mengonsumsinya, diseleksi pada studi ini. Pasien seluruhnya didapatkan di
Departemen Kulit Rumah Sakit Pendidikan Kota Yokohama selama periode 7
tahun antara Januari 2004 dan Desember 2011. Dua dari pasien-pasien tersebut,
tersensitisasi oleh ikan dan nasi, telah digambarkan sebelumnya. 7,8 Pasien
dengan hasil positif untuk pemeriksaan IgE spesifik, SPT, dan/atau challenge test
dengan makanan alergen didiagnosis dengan alergi makanan dengan
sensitisasi epikutan. Setelah mendapatkan persetujuan, pasien menjalani
pemeriksaan darah dan kulit untuk mendiagnosis alergi makanan. Studi ini telah
disetujui oleh badan tinjauan institusional kami.
Pemeriksaan Laboratorium
Kadar IgE serum total dan IgE spesifik (ImmunoCAP; Phadia, Uppsala, Sweden)
untuk makanan yang relevan diperiksa. Nilai ambang dari pemeriksaan ini
adalah 0.7 kUA/1 kelas 2.
Pasien dilakukan skin prick test (SPT) dengan ekstrak komersial, seperti gandum
dan nasi (Torii, Tokyo, Jepang) menurut prosedur standar. 9 Selain itu, makanan
segar dan makanan dimasak yang juga dicurigai merangsang reaksi alergi juga
diperiksa berdasarkan teknik prick-prick.10 Histamin dihidroklorida sebanyak 10
mg/ml dan phosphate-buffered saline ditetapkan sebagai kontrol positif dan
negatif. Respon yang muncul dipertimbangkan positif jika rata-rata diameter lesi
terinduksi ekstrak alergen 50% dari kontrol positif.9 Tes prick-prick dengan
seluruh makanan juga dilakukan pada 5 subjek kontrol.
Hasil
Lima belas pasien (rerata umur 31.1 tahun; rentang, 21-50 tahum; 5 pria
dan 10 wanita; n = 15) didiagnosis dengan alergi makanan dengan sensitisasi
epikutaneus terhadap makanan (Tabel 1).
Pada pasien lain, makanan penyebab bersifat segar dan tidak diproses
(Tabel 1). Selain itu, pada kelompok pekerja, pasien dengan alergi terhadap biji-
bijian (seperti nasi dan gandum) dan sayuran (seperti wortel, bayam, dan
brokoli) dapat memakan makanan ini setelah dimasak, seperti nasi yang dikukus,
roti, atau sayur rebus. Pada tiga pasien yang tersensitisasi dengan tepung
gandum timbul gejala alergi setelah mencicipi pasta dan roti, yang tidak terebus
atau terpanggang sempurna. Sementara pada pasien yang tersensitisasi dengan
ikan mentah timbul gejala setelah konsumsi ikan matang seperti conger dan
flounder.
Pada hampir seluruh pasien (14/15, 93.3%), gejala utama setelah konsumsi
yaitu oral, mencakup rasa gatal dan bengkak pada kavitas oral dan faring
(Gambar 3). Pada kelompok pekerja, seluruh pembantu rumah tangga timbul
gejala oral relatif ringan setelah konsumsi makanan penyebab, sementara koki
mengalami reaksi yang lebih berat, diikuti dengan gejala kulit, seperti urtikaria
(5/9, 55.6%), gejala respirasi (2/9, 22.2%), gejala abdominal (3/9, 33.3%), dan
hilangnya kesadaran (1/9, 11.1%). Secara khusus, koki sushi yang tersensitisasi
dengan kulit mengalami reaksi anafilaktik berat setelah konsumsi ikan. Pada
kelompok perawatan kulit, gatal dan bengkak pada kavitas oral juga diinduksi
oleh konsumsi mentimun segar pada pasien yang tersensitisasi dengan
mentimun.