Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENERBIT ANDI
Konsep a Aplikasi
Penqantar
Te[nlk Si pll
,i
ryeg{
rman
KONSEP DAN APLIKASI PENGANTAR
TEKNIK SIPIL
E. Sutarman
Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk
apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau
dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis,
Percetakan: AN Dl OFFSET
Jl. Beo 38-40, Telp. (0274) 561881 (Hunting), Fax. (O2741 588282 yogyakarta 55281
Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa serta kehendak-Nya memberikan hidayah dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga buku ini selesai kami susun.
Penyusun menyadari bahwa isi buku ini, masih jauh dari sempurna. Terlepas dari hal
itu, kami berharap Konsep dan Aplikasi Pengantor Teknik Sipil ini dapat memberikan
sumbangsih yang bermanfaat bagi khazanah sains - teknologi khusus bidang teknik
sipil, pemahaman dan penalaran konsep ilmu pengetahuan di bidang teknik sipil, serta
terapannya dalam kehidupan.
Saran dan kritik dari pembaca serta pemerhati sains - teknologi khususnya bidang
keilmuan teknik sipil untuk perbaikan penyusunan dan penulisan serta kelengkapan isi
buku ini, akan saya terima dengan kerendahan hati.
Terima kasih.
Bandung, 201-3
Hormat Saya,
7. Pemulih
Goya ............29
B. TANAH..
STFAT FtStS ........... 133
c. KAStFtKASt TANAH ...........139
1-. ldentifikasi Berdasarkan Butiran ....................139
2. Batas Atterberg ........ L41,
3. Analisa Saringan .......L42
4. Analisis Hidrometer .....................145
5. Klasifikasi Unified ....1.46
Pemboran ............L97
Konsep Tegangan Efektif .......200
Pemilihan Parameter Tanah .....,.............2O2
1. Total Stress Approoch... .............202
2. Effective Stress Approoch.. ........202
Uji Geser Triaxiol ..................203
1. Kuat Geser Undroined ... ......204
2. Kuot Geser Drained ...................205
3. Hubungan Antaro Kekuotan Undroined don Droined Tanoh
Kohesif ...... ............206
4. Stress Trioxiol
- Stroin dalom Kompresi ......207
Kriterio Keruntuhon Mohr Coulomb
5. ............208
Persamaan Daya Dukung Fondasi Dangka! .............209
L. Teori Plastisitas Prondtl ..........209
2. Persamoan Daya Dukung Jumikis dan Dovidson...............................210
3. Persamoon Daya Dukung Terzoghi .............21_2
4. Daya Dukung Meyerhof (7951, 1963) .........215
BAB 9. GEMPA
ANALISA ............235
Momen
BAB 10. Distribusi ...--....25L
F. Konsol... ...........357
BAB MATRIKS
14' ""' 387
A. tJmum ............387
B. Aljabar Matriks ...............397
c' Determinan "" 394
D. Persomaon Linier.... ,.........399
E. Matriks Adjoint Ddn Matriks lnvers ..409
Linier
F. Transformasi ..........406
G. Matriks Ortogonal ...........409
H. Tronsformasi Ortogonol . ..409
KONVERSISATUAN ...4T7
Konsep vektor dan aljabar vektor pada bidang, dimana vektor digambarkan
sebagai garis yang menghubungkan satu titik ke titik selanjutnya. Sedangkan dua buah
vektor pada bidang dapat kita ukur panjangnya, sejajar serta mengarah ke satu titik.
Pada bab ini kita akan membahas definisi dari sejumlah vektor, vector negative, hasil
kali titik (dot product) serta hasil kali silang (cross product) dari dua buah vektor pada
bidang.
1. Penjumlahan Vektor
Dua buah vektor dikatakan sama apabila kedua vektor itu besar serta arahnya
sama, oleh sebab itu sebuah vektor dapat digerakan asal panjang dan arahnya tidak
berubah. Penjumlahan dari dua buah vektor ditunjukan pada Gambar L;
":)4"
(a) (b)
Gambar 1
Vektor C merupakan vektor hasil penjumlahan dari vektor A + B;
C=A+B=B+A
C:A*B
Gambar 2
.-- l- --B --
C:A+B C:A+(_B):A-B
-
Gbr.3 (a) Gbr.3 (b)
Apabila lebih dari dua vektor (polygon) dijumlahkan, kita dapat menentukan
penjumlahan dari dua vektor sembarang, kemudian hasil ini dijumlahkan secara
vektorial dengan vektor ketiga dan seterusnya, hal ini ditunjukkan pada Gambar 4, sbb;
Gambar 4
2. Selisih vektor
A-B=A+(-B)
Perhatikan Gambar 5, untuk mencari selisih A dan B, kita dapat menggunakan metode
jajaran genjang (b) atau metode segitiga (c);
*/
- Gambar 5
Gambar 6 (b); vektor A diurai terhadap sumbu x dan sumbu y, dan 0 merupakan sudut
antara vektor A dengan sumbu x.
\/
\/
\_
Gambar l
Teori 1;
Tiga buoh vektor disebut coplonar jiko dan hanyo jika berkoiton dengan skalor a,
b dan c;
oA+bB+cC=0
Dimona;
a=O b=O dan c=0
Vektor satuan i dan j dalam arah sumbu x dan y positil dalam bidang xy non-coplanar,
karena itu merupakan garis yang berdiri sendiri seperti ditunjukkan pada Gambar 8;
Gambar 8
i dan j disebut vektor standar dasar (basis stondard vector) di bidang xy.
Setiap vektor pada bidang xy dapat dinyatakan dalam kombinasi linier dari i dan j. Kita
tinjau vektor R seperti ditunjukkan oleh Gambar 9 di bawah, yang berada pada bidang
xy;
Q: (x, y)
Gambar 9
Kita dapat menggeser titik tangkap vektor R ke titik asal 0, sebab itu vektor R = 0p
yang merupakan posisi vektor dari titik p = (riy), yang mana titik q = lxiy) yang
merupakan titik perpotongan titik P terhadap bidang?y.
Di sini QP sejajar dengan vektor satuan j, maka Qp = vj sehingga;
=>_->
R=0Q+QP
Atau, kita nyatakan;
R=xi+yj
Dimana, x dan y merupakan komponen scalor dari R dengan berpegang pada vektor
standar dasar (bosis stondord vectorl i dan j.
Penjumlahan A + B, serta selisih A - B, dan hasil sA dapat dihitung, komponen-
komponen vektor A dan B pada bidang xy, hanya jika;
A=ai+ai dan B=bi+bi
Sehingga;
a) A+B
b) A-B
Solusi
a) A+B
A=2i-3j B=i+2j
A+ B = (2 + 1)i + (-3 + 2)j = 3i-j
b) A- B
x1i+Ytj=xzi+Yzj
sehingga;
X1-X2=Q Yr-Yz=0
sehingga;
Xt=X2 Yr= Yz
Ketika xi + yj serta yang lainnya, ini merupakan bentuk dari dua komponen
R=
scalar yaitu x dan y yang dimiliki oleh R sehingga dapat ditulis
R = (x, y).
Cara ini, dapat kita gunakan untuk penyelesaian contoh 2 sbb;
Contoh 2
Misalkan, A= 2i-3j dan B=i+2i
Cari;
a) A+B
b) A-B
Solusi;
maka;
a) A+B
A + B = (2 -3) + (1 + 2) = (3,- L)
b) A-B
A- B = (2-3)-(1 + 2) = (1, -5)
Kami anjurkan agar menggunakan cara double vector yang sesuai untuk vektor pada
bidang xy.
Sudut 0 yang terbentuk antara dua vektor A dan B pada bidang xy memiliki titik
tangkap vektor sama, sehingga besarnya sudut dapat diketahui.
Dengan cara dot product dari A dan B;
A.B=lAl A.B
lBl cos0 maka; cos0= lAl
lBl
Dimana lAl dan lBl merupakan panjang atau nilai dari vektor A dan B.
Kita sekarang dapat menurunkan persamaan untuk menentukan jarak antara dua titik
P = (x, y) dan Q = (a, b) di dalam ruang xy, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 10;
Gambar 10
Disini;
>-->
OP=xi+yj dan 0Q=ai+bi dan --
PQ = 0Q- 0P
PQ = (a - x)i + (b -yli
___>
Disini komponen scolor dari vektor PQ di bidang xy dengan koordinat pada Q berbeda
dengan koordinat P, maka jarak antara P dan Q sbb;
lpdt = l@-rl'+(b-y)'
Contoh 3
Jika koordinat P = (2, 3) dan Q = (- 1, 1). Tentukan;
a) Komponen scaloraaritsQ
b) Jarak antara P dan Q
6. Arah CosinusVektor
Yang dimaksud vector A tidak nol di bidang xy yaitu, pindahkan A sehingga titik
tangkapnya di titik semula 0, serta a dan p merupakan sudut antara A terhadap sumbu
Gambar 11
Sudut o dan p sama halnya sudut antara A terhadap vektor basis standar i dan j,
hal ini merupakan arah sudut vektor A.
Cosinus dari dua arah sudut disebut juga cosinus arah dari vektor A. yang
didefinisikan sbb;
cosc,=A.i
E! cosP-
A.i
lAl
A=xi+yj
maka;
Ai=o Aj =fi
Sehingga;
cos o,
Wl bT
b
cos p =_'-
Vo2 + b2
Selanjutnya;
o
(cos a)i+ (cos g)j
w-7- (oi + bil
A
= lAl
Cosinus arah dari vector A tidak nol merupakan komponen scolor dari vektor
satuan A/lAl sama dengan arah A.
Karena (cos a)i + (cos p)j merupakan vektor satuan, maka;
cos'a*cos'6 =!
Contoh 4
Jika P = (- 1, 2) dan Q = (- 3, 3). Tentu kan Cosinus arah dari PQ = i
Solusi
_->
PQ = A = [- 3 - (- 1]li + (3 - 2lj= -2i + j
o
Konsep vektor dan aljabar vektor pada bidang dapat dikembangkan ke dalam
permasalahan vector dan aljabar vektor pada ruang.
Vektor pada ruang seperti halnya pada bidang digambarkan sebagai garis yang
menghubungkan satu titik ke titik selanjutnya.
Dua buah vektor pada ruang dapat kita ukur panjangnya, sejajar serta mengarah
ke satu titik.
Pada sub bab ini kita akan membahas definisi dari sejumlah vektor, vektor
negatif serta hasil kali titik (dot producf) dari dua buah vektor pada bidang yang dapat
diterapkan pada ruang.
Sifat aljabar vektor pada ruang tentunya sama dengan aljabar vektor pada
bidang;
Gambar 12
Teori 1;
Tiga buoh vektor disebut coplanar jiko dan hanyo jiko berkoitan dengan scolar o,
b don c;
aA+bB+cC=0
Dimano;
o=O b=O dan c=0
Vektor satuan i, j dan k dalam arah sumbu x, y dan z positif, dalam ruang xyz non-
coplonar, karena itu merupakan garis yang berdiri sendiri seperti ditunjukkan pada
Gambar 13;
Gambar 13
i, j dan k disebut vektor standar dasar (bosrs standard vector) di ruang xyz.
Setiap vektor pada bidang xy dapat dinyatakan dalam kombinasi linier dari i dan
j, juga setiap vektor dalam ruang xyz dapat dinyatakan dalam kombinasi linier i, j dan k.
Gambar 14
Kita dapat menggeser titik tangkap vektor R ke titik asal 0, sebab itu vektor
_>
R= 0P yang merupakan posisi vektor dari titik p = (x, y, z), serta titik
Q = (x, y, 0) dimana Q merupakan titik perpotongan titik p terhadap bidang xy.
-)
Di sini QP sejajar dengan vektor satuan k, maka ep = zk sehingga;
>>
R=0Q+QP
Sehingga ;
a) A+B
b) A-B
Solusi;
a) A+B
A=2i-3j+k B=i+2j+5k
A+ B = (2 + 1)i + (-3 +2li+(1 + 5)k = 3i-j + 6k
b) A- B
A- B = (2- 1)i + (- 3 -z)i +(1- s)k = i-5j-4k
Tiga komponen scolar dari vektor di ruang xyz secara unik dapat menentukan
vektor, untuk itu maka;
x1i + y; * z1k = x2i + yi + z2k
Sehingga;
se h i ngga;
Kami anjurkan agar menggunakan cara triple vector yang sesuai untuk vektor di
ruang xyz.
Kaidah dari dat product di ruang tiga dimensi serta penggunaannya, seperti
halnya untuk vektor pada bidang.
Gambar 15
Disini;
_> --> >_>
0P=xi +yj+zk dan OQ =oi+ bj+ck dan PQ OQ- OP
-'>
Atau PQ dapat dinyatakan;
tdt =w
Konsep dan Aplikasi Pengantar Teknik Sipil - 1
Contoh 5
Jika koordinat P = (2, 3, - 2l dan Q = (- 1, 1, 5). Tentukan;
a) Komponen scalaraari d
b) Jarak antara P dan Q
Solusi;
c) ->
PQ= {(- 1-2)i + (1-3)i + (s-(-2)k}=-3i -Zi+7k
d) lfil = /erf +1212+72 ={62
3. Arah Cosinusvektor
Yang dimaksud vektor A tidak nol di ruang xyz yaitu, pindahkan A sehingga titik
tangkapnya di titik semula 0, serta a, p dan y merupakan sudut antara A terhadap
sumbu x, y dan z positif. Hal ini ditunjukkan oleh Gambar 76;
}T LTAIIIUAI T
Sudut a, p dan y, sama halnya sudut antara A terhadap vektor basis standard i, i
dan k, hal ini merupakan arah sudut vektor A.
Cosinus dari tiga arah sudut disebut juga cosinus arah dari vektor A. Dan
didefinisikan sbb;
A=xi +yj+zk
maka;
lN=W + b'+t
Sehingga;
coso =
cosv= -+
Selanjutnya;
(cos a)i+ (cos p)j + (cos V)t = (oi+ bj + ck )
-i- + b'+ c'
Va'
= r*r
Cosinus arah dari vektor A tidak nol, maka komponen scolor dari vektor satuan
A/lAl sama dengan arah A.
Karena (cos a)i + (cos p)j + (cos y)k merupakan vektor satuan, maka;
cos'a+cos'6+coszy=1
Solusi;
a) Fe=e=[-3-(-1)]i+(3-2)j+(s-3)k = -zi+j+2k
a
COSd, = t, z -f, ,r. ,
va D tc
cosP =
b2+c2
C
COSY =
b2+c2
3aya yang bekeja pada benda, baik benda yang diletakkan pada suatu bidang maupun
:ergantung pada seutas tali dengan sistem katrol maupun lift, pada prinsipnya berlaku
caldah hukum Newton ke 2.
Pada umumnya orang berpendapat supaya benda tetap bergerak maka pada
:enda itu perlu suatu gaya yang bekerja. Meskipun pula benda tersebut berada di atas
F=ma (persamaanl)
Dalam gerak lurus gaya F yang bekerja pada suatu benda dengan kecepatan v,
maka selalu mempunyai garis kerja. Namun, jika arah gaya tidak sama dengan arah
kecepatan, maka benda itu akan bergerak menyamping. Jadi dalam setiap kondisi,
goyo vektor somo dengan hosil kali mossa bendo dengan percepoton vektor.
Jika gaya vektor yang bekerja membentuk sudut dengan salah satu sumbu
koordinat (x,y), maka gaya itu dapat diurai menjadi komponen arah x dan arah y,
jumlah aljabar vektor gaya )F* dan )F, dapat dihitung sebagai berikut;
IF"=m
&* =lrllx
At
av*
IFv=m il =ffidy
Setara dengan persamaan;
F1---------)
lF = R (resultan gaya), dan nilai Resultan gaya dapat dicari dengan Persamaan
3, sbb;
ft= (persamaan 3)
Suatu benda diletakkan pada suatu bidang, baik datar maupun miring, maka pada
bidang yang terkena beban akan memberikan gaya perlawanan sebesar beban atau
gaya yang diberikan terhadap bidang tersebut. Gaya perlawanan tadi disebut gaya
normal N, besarnya sama tetapi arahnya berlawanan dengan arah gaya aksi dan tegak
lurus bidang' Hal ini sesuai azas hukum tiga Newtofl, Faksi= - Freaksi(negatif menunjukan
suatu perlawanan).
Gaya gesek f merupakan gaya perlawanan akibat adanya gesekan antara alas
terhadap permukaan bidang, terlebih efek dari adanya gerakan yang dilakukan benda.
Gaya gesek f terdiri dari gaya gesek kinetik fp dan gaya gesek statis f,. Besarnya
gaya gesek merupakan gaya Normal kali koefisien gesekan, secara matematik f = NU.
Harga f, = N[., terjadi tepat saat benda akan bergerak akibat gaya luar. Misalnya
adanya gaya tarik T atau gaya dorong yang menyebabkan benda itu
bergera k/melu ncu r.
Saat benda meluncur gaya gesek berkurang, gaya gesek ini disebut dengan gaya
gesek kinetik fp !ang besarnya berbanding dengan gaya Normal kali koefisien
kinetiknya atau lewat persamaan;
f1= ;.rpN (persamaan 6)
Jiko goya luor lebih besor daripado goya gesekan, mako bendo okan meluncur.
Koefisien gesekan statik tergantung dari jenis atau sifat kedua permukaan yang
bersinggungan. Untuk beberapa jenis material nilai koefisien statik dan kinetik,
ditunjukan pada Tabel 1:
dipahami. Sebagai gambaran kita tinjau kondisi seperti pada Gambar 3 dan Gambar 19,
dl bawah ini;
a. Benda Terletak pada Bidang Datar;
Gbr. 19a
F- plmg - ma
makaF=m(a+Fr.g)
Jadi yang menyebabkan benda bergerak yaitu F;
F>m(a+trrg)
w
Gbr.20a
Gbr. 20b
EJ.:F-,.
Gbr-C8
Solusi
Tinjau Benda A
Maka;
q-
F-fe-fo
m't * filB
Dalam hal ini ada dua kondisi, apakah benda ditarik ke atas atau ke bawah. Jika
ditarik ke atas, berarti benda itu berlawanan dengan arah berat W benda, sebaliknya
jika ditarik ke bawah, berarti arah gerak benda tersebut searah dengan arah berat W
benda.
1. Benda tergantung dan digerakkan/ditarik ke atas;
T-W=ma maka,
T= ffia*W=m(a+g)
2. Benda tergantung dan digerakkan/ditarik ke bawah;
T= W-ma =m(g-a)
Dalam situasi dua benda atau lebih yang dihubungkan dengan katrol, maka tali
penghubung akan mengalami tegangan sesuai dengan bagaimana konstruksi tersebut.
Tetapi pada prinsipnya sama seperti di atas, hanya apakah benda yang terhubung itu
bergerak atau dalam keadaan diam. Sebagai ilustrasi dan penurunan persamaan
ditunjukkan pada Gambar 22;
J*.
Gbr.22.a
Gbr 22.b
Ws-wA g(ms-me)
d- atau a=
ffis*m4 ms*ma
Contoh 9
Dua buah benda terbuat dari baja dan satunya lagi terbuat dari tembaga yang masing-
masing memiliki berat Wa. Terletak pada suatu bidang datar meja dan terbuat dari
kaca, kemudian bidang kontak benda A terhadap alas memiliki koefisierl gsek J.rpa,
sedangkan benda B tergantung yang dihubungkan oleh tali antara dua buah benda
dengan sistem katrol.
Jika berat benda B lebih besar daripada berat benda A, tentukan percepatan
luncur tanpa ada gaya luar terkecuali berat benda B yang tergantung itu. Contohnya
pada Gambar C 9:
[]il
r-E
r---------------
Gbr - C9
I IVWB
l--=#-:::-;:-::
Tinjau Benda A
Tinjau Benda B
Dimana Te = Ta
f6+ma3=We-fi1g0
ma$J&a*IT.la0=Wg-rns8
a(ma+ ms ) = I ( ms -ma[r,e)
g(ms-meFr.a)
Maka;
file * ms
Suatu benda melakukan gerak bolak-balik terhadap suatu titik tertentu maka benda itu
dikatakan bergetar. Dalam hal ini, jika pegas dalam posisi tergantung dan kemudian
menerima gaya luar misalnya dengan cara ditarik setelah gaya luar dihilangkan atau
pegas dilepas. Maka yang terjadi ialah pegas akan mengalami suatu gerakan yang
berupa getaran, gerak seperti itu dinamakan gerak harmonik, dimana terjadi gerakan
bolak-balik terhadap suatu titik, atau melewati garis keseimbangan.
I. Gaya Pemulih
Apabila suatu benda berubah bentuk akibat menerima gaya, maka gaya yang
nnenyebabkannya proporsional dengan besar perubahan dan batas elastisitas tidak
terlampaui. Artinya perubahan itu dapat berupa bertambah atau berkurang
canjangnya dari semula.
Gaya luar di sini diartikan secara luas, atau apa saja yang menyebabkan
oerubahan bentuk tersebut. Gaya dimana benda itu elastik dalam menarik kembali
suatu benda yang terletak padanya, maka gaya seperti itu disebut dengan gaya
cemulih (restoring force); seperti yang dimiliki pegas. Menurut hukum Hooke, gaya
aemulih elastik sbb;
F= - k. Ax (persamaan 7)
Jimana
Gambar 23
Pada pegas yang menerima gaya tarik atau gaya tekan maka akan terjadi
-lbungan antara besarnya gaya terhadap perubahan panjang dari pegas tersebut.
3rafik hubungan antara gaya terhadap perubahan panjang merupakan grafik linier,
seperti pada Gambar 24 di bawah ini;
Gambar 24
2. Usaha Pegas
Adanya gaya yang diterima pegas baik gaya tarik maupun gaya tekan, menyebabkan
timbulnya reaksi atau perlawanan dari pegas untuk mempertahankan kondisi awalnya.
sehingga ada suatu usaha (W) yang dilakukan pegas, mari kita tinjau usaha yang
dilakukan pegas akibat adanya usaha luar, ditunjukan pada Gambar 25 di bawah ini;
V1
(b)
Gambar 25
fr [mflffm, I
menekan pegas sebesar /x
(a)
Gambar ClO
Solusi
Ek benda = Ep pug",
'1. Gaya
Gaya dalam mekanika teknik diartikan sebagai beban yang bekerja pada suatu
konstruksi.
Gaya merupakan besaran vektor, yaitu suatu besaran yang mempunyai nilai dan
arah serta titik tangkap.
Jenis gaya terbagi ;
1. Gaya terpusat
2. Gaya terbagi
a) Terbagi rata
b) Teratur
c) Tidak teratur
3. Gaya momen
d) Momen lentur
e) Momen puntir
2. Keseimbangan Gaya
a. Keseimbangan Dua Gaya
Jika dua buah gaya yang besarya sama bekerja pada garis kerja yang sama pula,
namun dengan arah yang berlawanan satu dengan lainnya, maka dapat
digambarkan seperti pada Gambar L di bawah ini.
@-----@------ Gairbege
I. F:
Gambar I
arahnya berlawanan;
, Guiskerla
Gambar 2
kejar dan tertutup, serta melalui titik pertemuan yang sama di titik A.
Gambar 3
d. Perletakan
Dalam mekanika teknik perletakan ada empat macam, yaitu;
a. Jepit
Jepit diberitanda;
Sifat darijepit;
Sendidiberitanda; ,A
Sifat dari sendi;
Rolldiberitanda ; ,Z
Sifat dari roll;
Dopot menohan gaya vertikol (tegok lurus roll), tetopi tidok dapat
menohan gayo horizontol (sejojar bidong roll) serta tidak dapat menahan
momen (rotasi)
d. Pendel
Pendel diberitanda; o-
Sifat dari pendel;
Reaksi (R,)
lxtlxtl
Solusi
Syarat;
IMn=0
-Rs(/)+F( %l)=g maka Re =%F (tl
IF'=0
Ra+Re -F =0 makaRa=F-Re =%F (ll
Garis kerja vertikal, maka gaya horizontal nol.
A Lr.."-*,- - -. n
Solusi
7 {Tm
Ar
-
n*f- l t n,
'lal'.14tl-
Bebantotal;Q=q/
Syarat;
IMn=0
-Rs(l)+ql(%l)=s maka;Rs=%ql
IFr=0
Ra+ Rs -ql =O maka;Ra=g/-Re=%ql
lal $l
Gambar 4
Ra Ingat ;
Gaya geser bertanda posilifjika ;I t
Gaya geser bertanda negatifjika ;tt
Gambar 5
ll
Gonsxorrmj;exlr,i.:
N
G*ga rai:rnr*l
eltsenlris tegak
Gambar 7
2. Gaya normal tarik apabila gaya dalam itu arahnya ke luar dari titik
pertemuan.
Berdasarkan perjanjian bertanda positif ( + ), maka ditunjukkan pada
gambar 9 di bawah ini;
(+)
*+
Gambar 9
It
I
:-_--.Bmsstsiffi
^n-a-
ffi
Gambar 10
erB
TB
ldl il
Gambar 10 (a)
; gads grotongan
Gambar 10 (b)
Sarispotongfir I f.
garls Elstl]3
s
RE
I-x
Gambar 10 (c)
a\
M11..; thdpotongan = - -- F.xb//f_
RaX
Mk.n.nthd potongan = + Rs (t-x )- F(a -r)
)
= + ( F . al l)(l -x )-F(o-x)
Jika balok AB dibebani dengan gaya sebesar F, maka balok itu cenderung
melentur ke bawah. Maka tanda momen adalah positif; (f
Gambar 11
llTllllllTllll[flTlTlllTllllllll
':r.
rrst\i\\\
-
tlr
' 4rt .lm
Gambar C 3
Solusi
Reaksi perletakan di B,
IF,=0OR4+Re -2-1(4) =9
4+Rs -2-L(4) =0 makaRs=2Ton(t)
DaerahAC(0sxs4)
M, = Rn x- lrqxz
= 4x- %(Llx2 = 4x-Trx2
x=0 O Mx=0Tm
x=4 O M,=8Tm
dM,/dx=4-x=0 O x=4m
M ,.* = 4x- /.x2 = }Tm
M=0
M=4x*Trx2 = 0 atau 8x-x2=0
x(8-x)=0(+x=0danx=8
Daerah BC (0 3 x'S 4 )
Mr= Rex=2x
x=0O M*=0
x=4O M*=8Tm
S, - dM"/ dx
= (bertanda negatif karena bergerak dari kanan ke kiri)
Sr=-Re=-27
N*= 0
S=JJimirm
Pada konstruksi gambar 13 (a) ini reaksi yang tidak diketahui berjumlah 5
I I
buah, sedangkan jumlah persamaan ada 3 yaituj F, = 0, Fr, = 0 dan M I
= 0. Maka konstruksi di atas termasuk statis tak tentu luar derajat 2, agar
menjadi statis tertentu harus dipasang 2 buah sendi.
Dalam memasang sendi, kita harus hati-hati agar tetap stabil. Perhatikan
Gamabar 13 (b) di bawah ini, terpasang 2 buah sendi o dan b pada daerah
BC, yang mana balok ob merupakan balok anak, sedangkan balok Aba
dan bCD merupakan balok induk.
Gambar 13 (b)
Gambar 13 (c)
Untuk meletakkan kedua sendi itu, kita dapat juga meletakkan seperti
pada gambar 14(a). sendi a diletakkan di balok AB, dan b diletakkan
di
balok cD. Pada pelaksanaannya ditunjukkan seperti gambar 14 (b) di
bawah ini;
."F-- ,
Gambar 14 (a)
15 (a)
Gambar 15 (b)
Bdolwri{tdhg
Gambar 16 (a)
LF,:0,LFr:0dan>,M--0
Maka konstruksi ini termasuk statis tak tentu luar derajat
Gambar l7(a)
1 (kekurangan I persamaan).
atau etau
0 0 F
Enlaupotongatr-r
= -j-
L
Gaya F berada antara Garis potong n- n dan B pada interval ( a S x S L)
M*--
I--x
L-a ,l'
L
o
=L:*
L
.a
Gambar C 5
Solusi
F berada didaerahAC,(0SxS3m)
Ra = ? jikax=0()Ro=1
x=3QRe=/,
x
Rg = L jikax=0(+Rr=6
x=3ORs=y,
Mc =Rn.3-F(3-x)=0,5x
Mc=0,5x jikax=09M.=9
x=3Mc=1,5
Axi2 + Ayi2
Pada selang (t i-r, ti ) dalam busur pe di atas, terdapat titik_titik t; dan t,; maka;
Ax;= /(t1) -/(t,_1) =F(t'i)At; dan Ayi= g(tr) - g(t r_r) = g,(t,;)Ati
Dimana; At; = 1. - t i- r
Sehingga;
2+ 2
Arr=
V[/'(t'i)Ati1 [g,(t,;)At;] = V'ft',ll' * lg'{t',1 l' At'
Untuk panjang segi banyak;
Ar; =lyffi
:r
i '
Jadi panjang busur kurva L di atas sebagai limit dari Ar; apabila garis normal
mendekati nol maka L;
b
L= ,lf A*)'+ i avf dt
I v I^dt I l-::l
dt
a
Dimana;
b
L- JV
[.',t1+r ax'dy
L-a 1
Contoh 1
3uktikan keliling lingkaran L = Znr, iika f(x)=*'*Y' 0<tS2nsePerti
:,tunjukkan pada Gambar C Ll
flxS:x2 +f
Gambar C 1
Solusi
L= I l^toxtl2 +r r)\/
^ t2
a A' '0t'
) ^nana;
Ax
f (t',) = a dan g'(t'i)= ry
dt
x=rcost dan Y =rsint
6x--rsint dan 6x = rcost
et 0t
-2 I dx-]2 = 12 cos2 t
-& = r2 sin2 t dan
6t -l
Idt,
Ingat ;
Ztr
't+r'cos't r sin2t+"ot't:l
lat
0
-2n
,.tl
)g = 2nr OK
Luas yang terbentuk serta dibatasi kurva, garis dan sumbu x atau sumbu y, teorinya
sudah kita paparkan pada bab sebelumnya (integral). Contoh berikut ini sebgai aplikasi
dan mengingat kembali;
Contoh 5
Tentukan luas A yang dibatasi kurva Y = 3 - tlx/2 danY ={x/2 seperti pada Gambar C 5
di bawah ini;
x):3 - ''lx/ 2
-0 2x'''
=Jx- .
)'
J I
l0
=[rror
^y ]- [rtor ^y)
= = 6,67 satuan luas
+
.!v
dw
Gambar2
Kita ambil sembarang titik, tetapi perlu kita ketahui bahwa tekanan
di
-erupakan fungsi dari kedalaman y, makin jauh dari dasar makin kecil tekanan
- drostatis tersebut.
Tekanan merupakan rasio gaya normal dF terhadap satuan luas penampang dA,
:rsamaan tersebut ialah;
dF=PdA
F=.[pdA =p4
Contoh 2
Bak dengan tinggi 0,9 ,
dan panjang 1,5 m berisi air setinggi
0,5 m seperti pada
Gambar c 2 (a) dan sarah satu tepi
uat aiperriir*r" g.*bil c 2 (b) di bawah ini.
Jika kerapatan massa air pr;. r. "r-r,
= T/m3 dan g = m/s2, hitung gaya F yang menekan
pada tepi tersebut.
'0
0.7m
Gbr C 2 (a)
Solusi
o,s - vrl-,- ,
T
vil"'". /
L:li ::i:ri,r:r'./
Y
10,5
-
GbrC lt (b)
F = pS fo,s -y)(%y+0,4) dy
0
Gambar 3
,bccd
= [in,no, + JnrAds ] - [lo,Ads + Jo,no' I
Pada segm"n ,Jn* ,.rn, oo"r.,. tekanan ,.o"rttir - pz sehingga;
CC "*'"0,
Jo,oot= JozAds
b
Sehingga;
W netto =
Jornds- JnzAds
aC
konstan,
Jarak ab, juga jarak cd cukup kecil, sehingga tekanan serta luas dianggap
maka; d
o
Jnt
n ds = Pr Ar Asr serta PzA2As2
a Irrods=
W netto = W1 - W2
6 = Jledl
Contoh 3
Sebatang baja panjangnya L,5 m dengan luas penampang 1",13 cm2, ditarik dengan
gaya sebesar 20 kN, modulus elastisitas dari baja itu 2,1.L06 kg/cm2.Jika regangan yang
:erjadi dari baja itu 8,4 . L0 - o . Hitung besarnya deformasi 6 dari batang baja akibat
gaya tarik itu.
Solusi
Dimana;
M: momen yaitu M = F x lengan (dalam mekanika)
Hal ini tentunya dapat dikembangkan jika terdapat beberapa benda serta massa
dan jarak yang berbeda sehingga dapat diketahui titik pusat massanya.
1. Dua Dimensi
a. Kerapatan Massa ldensityl dan Massa
Penerapan integral lipat dua telah digunakan secara luas, andaikan ada suatu pelat
tipis yang sedemikian tipisnya sehingga dipandang suatu bidang atau pelat berdimensi
dua, yang demikian kita sebut lamina. Dalam pasal ini kita akan bahas lamina yang
terbuat dari bahan yang tidak homogen atau kerapatannya (densityl tidak seragam.
Jika lamino menempati suatu region R dengan density o(x, y), dimana R
merupakan kumpulan dari partisi-partisi Ri atau Rr, Rz, . . . Rb seperti ditunjukkan pada
Gambar 5 (b);
' { Io(x' Y) dA
Gambar 6
Aplikasi lntegral,
Maka elemen massa dari dA itu yaitu dm, didefinisikan sebagai;
dm = o(x, y)dA
Elemen massa berjarak x dan y satuan, sehingga momen dari elemen dengan
luas dA berjarak y (lengan vertikal) dari titik 0, yaitu;
Dan momen dari elemen dengan luas dA berjarak x (lengan horizontal) dari titik
0, yaitu;
dM, - dm x = o(x, y)x dA
Dengan mengambil limit untuk norma partisi mendekati nol, yaitu suatu integral
lipat dua, maka momen M* dari lamino terhadap jarak y, didefinisikan;
*- = IJ o(x, y) y dA
R
*, = JI o(x, v) x dA
R
Dari definisi di atas, kita dapat menentukan koordinat pusat massa, yaitu;
-M, M,
x= m- dan Y= m
Gambar 7
Contoh 4
-entukan pusat massa dari lomina R yang memiliki kerapatan massa (densityl o(x, y) =
.,-r, di bawah kurva y = x 1/3 sebagai batas pada sumbu x dan sebelah kanan oleh garis
.ertikalx = 8, seperti ditunjukkan oleh gambar C 4;
Gambar C 4
m = I I o(*, y) dN ll,,ro, y) dx dy
v-
= (32_
i)n
2
2
Ittr-{ro*
0- =k (32y
#) ] = s+,esz k
0
Yt X1
28
=I
Yo Xg
I kxydxdy= II*ydxdy
0y'
8
2
"-l 2
= Io I Y')l* =1 t", - ! tu *
0
y'o
8-
)
= k (16y2 -fttl= ot o
Yt xt
Yt X1
28
=I I kxxckdy =l!*'*ot
Yo X6 0y'
=lo [ ]'l
ov' l* =
{['1,
-+l- dy
( st?. t
=(
- t. ,'o l'
,. rY-it jo
= 307,2k
_ My 307,2k
x= 11 = 543571=5,6
y- = M* = 48k
atau(x;y)=(5,6;0,875)
# ffir.=0,875
d. Momen lnersia
Suatu partikel bermassa m bergerak dengan kecepatan v pada suatu garis lurus, maka
energi kinetik yang dihasilkannya yaitu;
Eu=Y' mvz
jika partikel berputar terhadap suatu sumbu dengan kecepatan sudut r.u rad per
detik, maka kecepatan liniernya yaitu v = rul dengan r merupakan radius lintasannya.
Jika kita substitusikan terhadap Eu maka;
Eu=/rmv2 = %m(ralz
=7, mr2u2
Seandainya n buah partikel pada sebuah bidang bermassa ffl1, ff12, IIl:. Ifln
cerjarak t1,t2,13,... rndarigaris L, maka didefinisikan bahwa momen inersia;
Jika lamino dengan kerapatan massa o(x, y), menempati region R dari bidang xy
seperti ditunjukkan oleh gambar 8;
J
ri,{r ulenlgnt F*
(x= vi
Gambar 8
dm = o(x, y)dA
t:n yang berjarak terhadap x yaitu I y I satuan, maka momen inersia terhadap x;
I
il't=ri
It
'l@-x
I
:
Gambar C 5
-
Konsep dan Aplikasi
Pengantar Teknik Sipil _
1
Solusi
ll
,, = IIo(x,y) y2 dA= 2[ [v'a*av
R -r-l
1
I r ,3
= zI2y':dy=L
-i-,3 -1
1l
,, = IIo(x,v) x' dA= 2[ !*' a*dy
R -r-r
I
4x3
= 2l x"
J
1
dy
=
a
J
-1 -l
-1
lr=l* +1,
=2(8/31= L6l3
Jadi momen inersia polar lo = 1613 gr cm'
2. Tiga Dimensi
a. Kerapatan Massa {densityl dan Massa Tiga Dimensi
Penerapan integral lipat tiga telah digunakan secara luas, andaikan ada suatu
benda solid. Dalam bagian ini kita akan membahas mengenai benda solid terbuat dari
bahan yang tidak homogen atau kerapatannya (densityl tidak seragam.
Jika benda solid pada ruang tiga dimensi dengan density o(x, y, z), dimana S
merupakan kumpulan dari partisi-partisisiatau Sr, Sz, . . . Sr..
Secara hompiron (pendekatan) massa R1 adalah o(x, V, z) Vnr, sehingga secara
hampiran massa total benda solid adalah ;
n
m = I o (-xu yr.,7t )Vsr,
k=1
Massa benda solid sebenarnya dengan mengambil limit untuk norma partisi
mendekati nol, yaitu suatu integral lipat tig ;
M= JJJ o(x, y, z) dV
S
dm = o(x, y,zl
^l
Momen dari elemen dengan volume dV berjarak z (lengan vertikal) dari titik 0,
yaitu;
Dengan mengambil limit untuk norma partisi mendekati nol, yaitu suatu integral
ipat tiga, maka momen M*rdari benda solid terhadap jarak vertikal z, didefinisikan;
Dari definisi di atas, kita dapat menentukan koordinat pusat massa, yaitu;
f --s
Gambar C 6
Solusi;
o(x, Y, z) = k(x2 + Y2 )o's = kr
= I2grde=rrriie = 9nk
i: o
tt/2 3 2 xl2 3
ril2 3 rc/2
= 40,5 k(-cos0),=40,5k
0
2tr
I
= 40,5 k sin 0 i= 40,5 k
0
V = massa/density
Maka;
V=9nk/kr=9n/r
= 3n (karena r = 3)
Pada benda solid berbentuk centroid, yang mana titik pusat dalam arah tinggi
atau dalam arah sumbu z posisinya konstan, hanya berubah pada tingginya saja jika
:kurannya berubah. Sedangkan letak titik arah z bergeser ke bawah atau ke atas,
;eperti ditunjukkan oleh gambar 9;
rikaV=ff[
S
*
merupakan volume dari region S dari centroid, maka koordinat dari centroid pada
bidang S yaitu;
*=|lll.^o =
+flf y dYdanr= $fjf , av
d. Momen lnersia
Jika benda solid S berjarak L dari garis A seperti ditunjukkan pada gambar 10,
dengan kerapatan massa o (x, y, z). Kemudian yang dimaksud elemen dm massa pada
titik P (x,y,zl, maka; dm = o (x, y, z) dV
,%
k . dJ,I
P(x,Y,z)
\
\?
._Y
\
\
Grs A
Gambar 10
Dengan menghampiri tiap elemen Sr serta kita jumlahkan serta mengambil limit
-ntuk norma elemen mendekati nol, maka momen inersia benda solid l*, l, dan l, ,
, aitu;
\t Y1 zt
r- =JJJ o(x, y,z)L2ru=IJI o(x, y, ,)(y'+ r') dy dx dz
S
xo Yo zo
xt Yr zt
r, =JJJ o(x, y,z)L2 *= [ll o(x, y, z)(x'+ r') dy dx dz
S
xo Yo zo
Rn = L-x
L
jika x=3ORe=7,
x=6ORn=0
Rs= i jika x=3(-)Re=/z
x=6ORe=L
Mc=Ra.:=Li* {a)
dimanaL=6maka;
Mc=3-0,5x jikax=3 () Mc= 1,5
x=6 OMc=0
h*
3ri"'- '
L:6
0 rrijrliillliiliiiiil
t
MEKANIKA FLUIDA
*.r4
A. HIDROSTATIKA
Hidrostatika yaitu ilmu yang mempelajari zat alir/fluida dalam kondisi diam tidak
bergerak. Fluida dapat berupa air dan gas, perbedaan antara air dan gas terletak pada
tingkat kompresibilitasnya. Gas dapat dimampatkan sedangkan air tidak dapat
dimampatkan. '
Air mempunyai massa dan volume, hubungan antara massa dan volume
dinyatakan dengan kerapatan massa (density\, yaitu massa per satuan volume,
dinyatakan dengan p (rho);
p= m/V persamaan 1
Perlu dipahami perbedaan antara kerapatan massa ldensityl dengan berat jenis
:ahan (grovityl. Dimana gravity merupakan rasio antara rapat massa bahan itu
:erhadap rapat massa air. Beberapa kerapatan massa material ditunjukkan pada Tabel
i di bawah ini;
Tabel 1 Kerapatan Massa Beberapa Jenis Material
Kerapatan Kerapatan
Jenis
massa Jenis Material massa
Material
kr/cm3l (grlcm3)
Air L,00 Gliserin L,26
Aluminium 2,70 Kuningan 8,60
Baia 7,80 Perak 10,50
Benzena 0,90 Platina 2L,40
Besi 7,80 Raksa 13,60
Emas 1_9,30 Tembaea 8,90
Es 0,92 Timah Hitam LL,30
Sumber; Seor Zemonsky
Tekanan merupakan gaya yang bekerja per satuan luas. Gaya yangi bekerja dapat
berupa gaya tekan atau gaya tarik.
Tekanan hidrostatis merupakan tekanan yang diakibatkan oleh beban atau berat
air yang menekan satuan luas yang memikulnya.
t
I I
PA Y
dF = P dA persamaan 2
-;di, F untuk seluruh luas penampang A, dengan kaidah integrasi akan didapat besar
F;
=ari
p=JpdA
=PA persamaan3
Artinya tekanon itu somo disembarang titik pada ketinggion yong somo.
Hubungan umum antara tekanan P pada sembarang titik dengan ketinggian y
: t1k itu, jika fluida dalam kesetimbangan maka semua unsur volumenya dalam
resetimbangan pula. Lihatlah lapisan tipis seperti pada Gambar 1 (b) dengan tebal dy
:an luas A. Rapat massa p, massa unsur itu pAdy dan beratnya;
61ry = pgAdy
Gaya ke atas pada permukaan sebelah bawah PA, sedangkan gaya bagian atas (P
- dP)A.
dPldV = - pg persamaan 4
oair=F/A=yV/A
oair = yair h persamaan 5
Sedangkan gaya hidrostatika merupakan gaya yang diakibatkan air yang memiliki
berat serta karakteristik dari air yang memungkinkan mendorong ke segala arah
berupa gaya tekan;
F=O";,. A
F=y";rhA persamaanS
Atau;
F=p.;1ghA persamaanT
Gantbar 2
Ax=Asin0 Av=Acos0
Jelas bohwa gayo per sotuan luas dimano-mona somo atou tekonannyo sama
da n merupokan kompresi.
Gaya terhadap sembarang bidang di dalam atau yang membatasi fluida yang
diam, tekanan yang terjadi normal terhadap bidang itu. Bisa juga dengan ungkapan
"tekonon di dalom fluida soma besor ke segala aroh".
Perlu diingat, jika zat padat direndam ke dalam fluida yang tertekan, maka gaya
Contoh 1
Bendung dengan kedalaman 15 m, jika massa kerapatan air p adalah 1T/m3 serta
g sebesar 10 m/detik2. Buktikan tegangan akibat gaya fluida besarnya sama dalam
segala arah.
Solusi
W=F=rt'tg
=pvg V = A h, A ambil 1 m'( luas yang ditinjau)
Maka
F=pVg=pAhg
=pgh
= l- . L0 . 15 = 150 T/mdetik2 (= 150 kN)
F merupakan gaya yang dihasilkan dari berat air W dan di sini F merupakan F,
(gaya vertikal).
F=Fy=150kN
maka;
F.
P=F/A=150kN/1m2
= 150 kN/m2
r
Jika Ax pada gambar di atas membentuk sudut misalnya 300, seperti pada
gambar di bawah ini, maka gaya normal akan membentuk sudut pula dengan sama
besarnya.
Sehingga,
(lebih kecil dibondingkan jika A tidak mempunyoi kemiringon), hol inilah yong
menjodi alason kenopa kaki bendung dibuot miring.
3. Paradoks Hidrostatis
-ika bejana dihubungkan seperti pada gambar 3, permukaan zat cairakan sama tinggi.
ral ini dianggap aneh karena pada saat itu asas-asas hidrostatika belum dipahami
:etul, sehingga hal tersebut merupakan keanehan atau paradoks hidrostatika.
,erhatikan gambar 3, di bawah ini;
Gambar 3
Mari kita tinjau Bejana c dan tekanan di C' pada gambar 4, sbb;
Gambar.4
Mekanika Fluida
Contoh 2
Botol berisi minyak tanah (p = 0,8 gr/cm3) memiliki tinggi 30 cm serta panjang
leher botol 10 cm. Jika diameter luar botol bagian bawah L0 cm dan diameter luar
leher botol 2 cm, terbuat dari kaca tebal 5 mm.Tentukan besar tekanan persis di
tengah bagian dasar botol.
Solusi
F= W=mg=(pV)g
p=WA=pyg/A
=pAhg/A = pgh
Maka besar tekanan persis di tengah bagian dasar botol yaitu;
Di sinijelas bohwa tekanon merupakan fungsi dori ketinggian (h) dan p = f (h)
tidak tergantung dari bentuk botol atau medio.
4. Hukum Archimedes
Archimedes (Tahun 287 - 212 sM) mengemukakan bahwa, ,,suatu benda yang
terbenam dalam fluida akan terangkat ke atas oleh gaya yang sama besar dengan
berat fluida yang dipindahkan", yang terkenal dengan asas Archimedes. Hal ini sesuai
dengan hukum Newton serta sifat-sifat fluida.
Balon udara yang melayang di udara tepat sama beratnya dengan berat volume
balon udara, serta berat kapal selam yang melayang di bawah permukaan air pada
suatu kedalaman tepat sama berat kapal selam dengan berat volume air. Kapal selam
harus mengapung tegak serta kesetimbangan yang stabil agar tidak terbalik. Syarat
kesetimbangan bahwa garis kerja gaya apung harus lewat pusat berat kapal. Kemudian
apabila kapal miring ke arah kopel karena berat kapal serta oleh gaya apung, maka hal
ini harus dapat menegakan kapal kembali.
Jika menimbang dengan neraca analitik yang peka, harus diadakan koreksi
terhadap gaya apung yang ditimbulkan oleh udara. Jika rapat massa benda (pu) yang
Kasus 1.
Sepotong kayu yang rapat massanla p6 = 0,4 gr/cm' dengan menggunakan anak
timbangan dengan rapat massa nla p1= 8 gr/cm3 ditimbang beratnya 20 gr.
Diketahui;
IIlu = Pr V6 maka Wr = Pu I Vr
IIlr = Pr Vr maka Wr = Pu I Vr
Berat semu masing-masing benda yaitu selisih antara berat sesungguhnya
dengan gaya apung udara.
Fat=PaBVt
Jadi berat semu;
=(Pr-P.)gvn
Berat semu anak timbangan/kuningan yaitu;
= (pr-P.)gVr
Massa sejati anak timbangan/kuningan yaitu; pi Vp
Massa sejati benda/papan yaitu; pu Vu = pr Vr + p. (Vr - Vr)
Mekanika Fluida
Artinya ;
Kasus 2
Tangki berisi air dengan berat Wra ditimbang di atas timbangan pegas, kemudian
sebongkah batu dengan berat Ws diikat pada seutas tali dan dicelupkan ke dalam
tangki air tanpa menyinggung dasar tangki seperti ditunjukkan pada Gambar 5.
Tentukan berat seluruhnya (S), menurut jarum timbangan pegas tersebut.
*.r}*r*
TI
d.
Ws
Kita tinjau batu tersebut, disini gaya-gaya yang bekerja yaitu tegangan tali T, Fuo
dan berat dari batu We. Hukum kesetimbangan I Fy = 0.
Sehingga;
T+Frr=Ws
Lalu, seperti ditunjukkan Gambar 5 (b), mengikuti kaidah kesetimbangan dan
rukum Newton ke tiga; S merupakan gaya reaksi akibat sistem yang dikerjakan
:imbangan pegas terhadap tangki. Kita peroleh persamaan; T + S = Ws + Wrn sehingga;
S= Wr + Frp persamaan 10
Cotatan;
Aroh vektor gayd menunjukkon besoran bernilai positif dan negotif sesuai
perjonjion aroh.
Contoh 3
Sebuah batu dengan volume 100 cm3 dimasukkan ke dalam air (p = 1. gr/cm3).
-entukan gaya angkat yang diterima batu.
Solusi
Fup = mB
= Vair Pair g ( di sini Vri, yang terdesak/dipindahkan = Vu.,, )
= 1os gr cmf s2
=10sdyne=1N
Cataton ;
gr cmf s2 = dyne
1o-s N = dyne
Mekanika Fluida
5. Gaya terhadap Tubuh Bendungan
Sebuah bendungan berisi air memiliki kedalaman H antara permukaan air dengan
dasar bendungan. Resultan gaya horizontal yang diakibatkan air di bagian hulu berada
di kedalaman t/3 H dari dasar bendungan.
Untuk keperluan analisa ini ditunjukkan pada gambar 6, di bawah ini;
dF=PdA
=pLdy persamaan 11
Pr,=pBy
Maka gaya F6, yang diterima tubuh bendung yaitu;
H
Fn =IdF =jpgLydy
o
Atau;
Fn = lrp gL H2 Persamaan 12
dM=(H_y)dF
= (H-y) pLdy
Maka momen yang diakibatkan gaya total terhadap titik p yaitu;
M, = J(u-v) PLdy
Mo =
[(H-v) (pgy) Ldy = ps LJHy-y'dy
Di sini H' = 'J./3 H karena yang kita tinjau titik p berada di dasar bendungan, maka;
Mp = Fn H'
= (% ps L H2 ) $/3 Hl = L/6p g L H3
Contoh 4.
Dam terisi air dengan kedalaman H = L5 m. Jika momen terhadap dasar dam
: 625 kN m. Hitung gaya resultan horizontal F6 !ang menekan tubuh bendungan per
e:ar bendungan, serta pada kedalaman berapa gaya itu bekerja? (pr,, = 1.F/m3 dan g
= io m/s2)
Mekanikq Eluida
Solusi
MP = FnH'
Fn=lrpgLH2
=% .1,.!O.1,.152
F6 H'= 5.625
H'= 5.625 / 7.725 = 5 m dan Fr., bekerja 5 m dari dasar dam
Hidrodinamika merupakan ilmu tentang fluida (zat alir) bergerak. Untuk menelaah hal
ini dengan menganalisa zat alir sempurna, yaitu zat alir yang tidak dapat dimampatkan
dan tidak terjadi gesekan dakhilatau kekentalan (viskositas).
Gas pun dapat termasuk katagori itu, asal dalam mengalirnya dibuat sedemikian
rupa sehingga perbedaan tekanan tidak terlalu besar.
Gesekan dakhil dalam suatu fluida akan menimbulkan tegangan geser/luncur
apabila dua lapisan yang berdekatan relatif bergerak satu sama lain, atau mengalir
pada pipa maupun ketika mengalir melampaui sebuah rintangan. Pada beberapa
aliran, gaya geser diabaikan, kecuali gaya gravitasi dan gaya akibat perbedaan tekanan.
Unsur fluida yang bergerak mempunyai suatu lintasan yang disebut garis alir.
Secara umum kecepatan dan arah dari unsur fluida berubah besar di sepanjang garis
alirnya. Jika unsur fluida bergerak mengikuti lintasannya secara konstan, maka aliran
zat alir itu dikatakan bersifat stasioner atau tenang. Sifat stasioner ini umunya dialami
Garis-garis arus itu, jika melewati sebuah penampang dengan luas A misalnya
pada pipa, maka semua garis arus itu akan melalui batas luar (keliling) dari luas A
tersebu.t Lalu garis-garis arus itu akan membentuk suatu pembuluh, atau pembuluh
aliran ltube of ftow). Berdasarkan konsep tersebut, maka dinding pembuluh aliran
pada aliran stasioner, akan membuat fluida di dalam pembuluh aliran yang satu tidak
dapat bercampur dengan fluida pada pembuluh aliran lainnya. Gambar 7 di bawah ini
menunjukkan pembuluh aliran yang dibentuk oleh garis-garis arus dan mengikuti
bentuk suatu ruang penampang.
Tipe aliran yang sederhana adalah tipe aliran homogen, dimana semua
oembuluh aliran di dalamnya lurus dan paralel dengan kecepatan di dalam tiap
:embuluh adalah sama.
l. Fluida ldeal
Fluida ideal yaitu fluida yang tidak kompresibel (tidak dapat dimampatkan),
oerpindahannya tidak terjadi gesekan serta alirannya stasioner (tenang).
Fluida ideal volumenya tidak berubah karena perubahan tekanan. Gesekan yang
terjadi ketika fluida ini mengalir terhadap dinding ruang tempat mengalir diabaikan.
Dan pada fluida ini setiap partikel fluida mempunyai garis alir (stream /ine) tertentu,
serta pada penampang yang sama mempunyai kecepatan aliran yang sama pula.
Meklnikq Fluida
2. Viskositas
Viskositas atau kekentalan merupakan gesekan di bagian dalam suatu fluida. Melalui
adanya viskositas ini, maka dapat menggerakan salah satu lapisan fluida di atas lapisan
lainnya. Bahkan permukaan satu dapat meluncur di atas permukaan lainnya bila
terdapat fluida. Fenomena ini ditunjukkan oleh gambar 8;
---+ F
Gambar 8
Pada Gambar 8, pelat A bergerak dan pelat B diam, di antara pelat itu terdapat
lapisan fluida. Cairan yang bersentuhan dengan pelat A yang bergerak ternyata sama
kecepatannya dengan pelat itu, sedangkan cairan yang bersentuhan dengan pelat B
yang diam, tidak bergerak pula.
Y vlh
^_ F.h persamaan L4
'l- v. A
Besar eaya (F)
v.A
F= Q. h persamaan 15
Cairan yang mudah mengalir misalnya air atau minyak, viskositasnya relatif kecil
(3'ena tegangan gesernya relatif kecil pula untuk cepat mengubah regangan geser
::r'tentu. Sedangkan untuk molase atau gliserin diperlukan tegangan geser yang lebih
:esar untuk perubahan regangan geser yang sama. Viskositas gas relatif kecil sekali
: candingkan viskositas cairan.
Dimana dv merupakan selisih kecil kecepatan dua titik yang berjarak satu dengan
: inya sebesar dy dan tegak lurus dengan arah aliran. Hal ini didefinisikan sebagai;
Mekanika Fluida
n= i3 persamaan 16
F = rl A dv persamaan L7
dy
satuan viskositas dalam cgs dyne detik/cm2 atau 1 poise, sebagai bentuk
penghargaan kepada sarjana prancis, poiseuille.
Satuan viskositas yang kecil dalam centiPoise atau L cp = 10-2 poise dan
micro Poise atau 1uP - L0-6 Poise. Harga viskositas beberapa material serta
Viskositas Viskositas
Temperatur Viskositas Air
Minyak jarak Udara
(oc) (centiPoise)
(Poise) (microPoise)
0 53,00 1.,792 L7L
20 9,g6 1,005 181
40 2,3L 0,656 L90
60 0,90 0,469 200
80 0,30 0,357 209
100 0,77 0,294 218
Sumber; Seor Zemansky' L98
Jika diketahui kecepatan meluncur pelat itu 20 cm/detik, hitung tebal dari
pelumas tersebut.
Solusi
h - 2,31 '2-015.
-^o= 0,0LL55cm = 0,1155mm
2.70"
3. Persamaan Kontinuitas
Gambar 9
Aliran massa fluida dengan kerapatan massa p yang masuk melalui A1 ialah
pAlvldt dan massa aliran fluida yang keluar melalui 42 ialah pAzvzdt. Sedangakan
volumenya konstan, karena aliran tenang maka massa aliran masuk sama dengan
massa yang keluar. Jadi ungkapan di atas bermakna:
Contoh 6
Air disalurkan dari satu tempat ke tempat lain menggunakan pipa berdiameter 2 inc.
Jika diketahui kecepatan dalam pipa itu 5.101 m/detik, kemudian disambung
menggunakan pipa berdiameter 1,5 inc. Hitung kecepatan air di pipa yang diameternya
1-,5 inc, serta debit alirannya.
TDI ^ nD.'
A1= A2 = ---;+
+
vz= Atvrf Az
q=v2A2
Mekanika Fluida
Sebagai bahan analisa, ditunjukkan oleh gambar 10 berikut;
Gambar 10
Dari gambar 10, usaha yang dilakukan unsur fluida (diarsir) sama dengan
pertambahan energi kinetik dan energi potensial. Unsur itu bergerak dari satu titik ke
titik lain sepanjang pembuluh aliran. Ketinggian dari titik 1 adalah y1 dengan kecepatan
v1 Srtd luas penampang A1 ketinggian titik 2 adalah y2 dengan kecepatan v2 serta luas
penampang A2. Perlu dipahami massa jenis/kerapatan massa, di kedua titik adalah
sama p.
Semua titik fluida menderita tekanan, ditunjukkan dengan anak panah yang
mengarah ke dalam terhadap kedua permukaan dari unsur kecil fluida itu. Ketika unsur
fluida bergerak dari titik 1 ke titik 2, gaya yang mengarah ke penampang masing-
masing melakukan usaha.
Gaya yang bekerja terhadap penampang kiri melakukan usaha positif sedangkan
gaya yang bekerja terhadap penampang kanan melakukan usaha negatif. Neto usaha
(selisih usaha positif-negatif) yang dilakukan sama dengan perubahan energi kinetik
ditambah perubahan energi potensial (fungsi dari ketinggian).
Besar gaya yang bekerja di titik unsur fluida itu merupakan hasil perkalian
tekanan di titik itu, kali luas penampang yang bersangkutan, F = p.A.
Dari gambar di atas, usaha yang dilakukan terhadap muka kiri (usaha positif)
unsur fluida, adalah;
dw1 = pr A ds sehingga wr = I pr A ds
aC
= IprAds+JplAds
6b
wz =l p2Ads
d
cc
[pzAds+JpzAds
= bd
Wneto=W1 -Wz
h " I [. d
Pada segmen yang sama besar tekanan relatif sdm0 p1= p2 sehingga;
bb
IprAds=JpzAds c
Sehinega;
w netto = Jop, A ds - Jop2 A ds
Jarak ab, iuga;araf .O .rt rp kecil, sehingga tekanan serta luas dianggap konstan,
maka;
Wneto=W1 -Wz
w neto = Pr Ar Asr - p2 42 AS2
Dimana;
jika Vr=Vz=V
maka;
w neto - pz Az Asz
= Pr Ar Asr
w neto = ( pr- pz )V persamaan 20
V=m/p
p
W neto = (pr-pr)
m
Usaha neto sebanding dengan perubahan energi kinetik dan perubahan energi
potensial, sehingga;
( pr- pz )f = {% mvz2 -% mv12) + (mgyz - mgyr)
'=
( pr- p, ) % pN22 -vr2) + pg (yz - yr)
Atau;
Solusi
Dr=1inc(=2,54cm\
a
Pr = 0,5 N/ cm2 ( = 5 .10 dyne/cm21
h+%pVr2 = pr+lzpv22
Pz= Pr+%P(vr'-vzzl
' (5'- 9')=
a+ 3
pz = 5 .10 % .Lo 22.10 dyne/cm2 (= o,22lt/cm2)
Diameter tekanan pada Pipa vang menvempit
= 2,8!34 cmz
r,r:r: r ameter pipa kecil (Dz)
n--
ut - 4Arlo's
-
-Tt |
)
= 1,893 cm (= 0,745inc) =Yoin,
5. Hukum Stokes
Sebuah bola bergerak dalam suatu fluida yang diam, garis-garis arusnya akan
membentuk suatu pola simetri sempurna di sekeliling bola. Tekanan di sembarang titik
permukaan bola yang menghadap arah aliran datang, tepat sama dengan tekanan
terhadap titik pada permukaan bola yang menghadap ke hilir aliran. Maka resultan
gaya terhadap bola itu adalah nol. Jika fluida itu mempunyai kekentalan, maka akan
ada seretan-seretan gaya akibat kekentalan itu. Gaya kekentalan yang menghambat
jalannya bola dikemukakan oleh Sir George Stokes (1845), yang dikenal dengan hukum
Stokes.
F= 6nnrvu persamaan 24
Bola jatuh ke dalam fluida kental, maka akan tercapai kecepatan dari bola v pada
saat tercapai kesetimbangan antara gaya dari kekentalan, plus gaya apung dengan
berat dari bola.
Jika berat bola W6 = ! nr3 po E, gaya apung F,p = 1 n' pg dan gaya akibat
kekentalan fluida Fu = 6nqrv6. Kecepatan saat itu dari bola vb yaitu;
Fro+F, =W6
nr3prg+6n4rv6 4 =4 nr3puB
v6 = ( pu - pr) persamaan 25
?'t'
,engetahui viskositas suatu fluida, dapat kita turunkan persamaan
Jika kita ingin
untuk itu dengan cara mengukur kecepatan akhir dari bola yang dijatuhkan ke dalam
fluida. Kerapatan massa fluida, kerapatan massa dari bola serta radius bola sudah
diketahui.
n
Persamaan untuk viskositas yang diturunkan dari kecepatan akhir bola ialah;
2 ( Pu- Pr)
n= g
'2o persamaan 25
Contoh 8
Bola terbuat dari logam kuningan berdiameter 1 cm, jatuh ke dalam fluida. Kecepatan
dari bola ketika tercapai kesetimbangan vs = 10-1 m/detik, kerapatan massa fluida p1 =
L,26 g/cm3 dan kuningsh po = 8,50 g/cm3. Tentukan viskositas dari fluida dan besarnya
gaya dari viskositas itu.
Solusi
D=Lcm, r=0,5cm
p1= L,26 E/cm3
p6 = 8,60 g/cm3
g = 9,8 m/det2 = 9,8. LO2 cm/det2
Vu = 10-1 m/detik = 10 cm/detik
Besar viskositas:
)) (Pu-Pi)
n = ;;
Mekanikq Fluida
Gaya yang disebabkan viskositas fluida;
F=6nnrvu
F=6. 3,L4 .39L62,98. 0,5 . 10 = 36891-52,71,6 dyne = 36,89 N
Cotaton;
L Poise = dyne detik/cm2 = dyne/cm detik = 0,00L g/cm detik
6. Bilangan Reynold
Jika fluida mengalir pada pipa melampaui harga kritis tertentu dan tergantung dari
sifat fluida serta radius pipa, maka sifat aliran menjadi sangat kompleks. Antara dinding
pipa dan fluida terdapat lapisan batas fluida yang sangat tipis, dengan sifat aliran
laminer. Kecepatan aliran di dalam lapisan batas pada dinding pipa adalah nol dan
bertambah besar secara uniform di dalam lapisan itu.
Sifat lapisan batas sangat penting dalam menentukan tahanan terhadap aliran
dalam sirkulasi panas ke dalam atau dari fluida yang sedang bergerak.
Di luar lapisan batas, aliran fluida tidak teratur. Di dalam fluida timbul arus
pusaran setempat yang memperbesar tahanan terhadap aliran. Aliran seperti ini
disebut aliran turbulen atau bergejolak.
Bilangan Reynold merupakan kombinasi dari empat faktor yaitu; kerapatan
massa, kecepatan rata-rata atau kecepatan merata yang melalui penampang lintang
dan menimbulkan pengosongan yang sama, viskositas, serta diameter pipa, untuk
menentukan apakah aliran itu laminer atau turbulen. Definisi bilangan Reynold sbb;
Ns = pvD/q persamaan 27
Suatu sistem dikatakan sama secara dinamika jika bilangan Reynoldnya sama
untuk kedua sistem itu. Bilangan Reynold sering digunakan dalam pemodelan seperti
halnya dipakai dalam aerodinamik, contohnya torowongan angin untuk mengukur gaya
yang menerpa pesawat terbang. Diameter dapat berupa sembarang dimensi suatu
sistem, atau bisa diartikan rentang sayap pesawat terbang. Tentunya skala pada
pemodelan ini akan menjadifaktor pengali dalam hal nyata.
Contoh 9
Air mengalir dalam pipa yang berdiameter 4 inc dengan kecepatan 10-1 m/detik. Dari
tabel 3.1, air 40 0C memiliki viskositas sebesar 0,656 cP, serta kerapatan massa air L
grf cm3. Cek apakah sifat dari aliran itu.
Solusi
/cm') (10-'
6,656.10" grlcm detik
Mekanika Fluida
C. KAPILARITAS DAN HIDROLIKA TANAH
1. Kapilaritas
a. Kapilaritas pada Pipa
Naiknya zat cair di dalam pipa terbuka yang penampangnya sangat kecil disebut
kapilaritas (kapiler artinya rambut), dengan sudut kurang dari 900 atau lebih dari 900.
Hal ini merupakan efek permukaan air sampai mencapai tinggi kesetimbangan h. Jika
pipa beradius r dengan keliling pipa/selinder 2nr dan zat cair serta gasnya
menyinggung pipa, maka zat cair akan membentuk suatu lengkungan permukaan yang
disebut meniskus.
Kapilaritas sering kita jumpai pada kehidupan sehari-hari, seperti terhisapnya
tinta oleh kertas hisap, bensin naik pada sumbu geretan, minyak tanah naik pada
sumbu kompor, dll.
Perhatikan gambar lL di bawah ini. Berat ke bawah merupakan berat silinder W
yang beratnya sama dengan berat silinder air W = rr'h pg , serta gaya total ke atas F =
Znry* cos q,.
r\\*h{+/
/r
'.
hi}
l\y'h-'
ffi
I 1r I
L, *
I nr I
, l'*llr
1Y$
Gambarl 1a Gambarll b
,
[=
2T"
persamaan 28
rpg
Persamaan ini berloku pulo jiko terjodi penurunon, seperti poda Gombor L1. (b).
,il*
Gambar 12
P=P.-pgh
P-P.=pgh
dari Persamaan2S,
2 y"n coso.
P-Pa
r
pBh=+
Maka h = +, pgr persamaan ini sama dengan persamaan 29.
Persomaan 28 digunakan untuk tinggi oir ketiko naik otau turunnya permukoon
zot coir.
b. Kapilaritas pada Tanah
Bas merupakan tekanan atmosfir, aliran homogen, dimana semua pembuluh aliran di
dalamnya lurus dan paralel dengan kecepatan di Zona air dalam massa tanah yang
mempunyai muka air dapat dibagi menjadi dua, yaitu;
a) Zona jenuh di bawah muka air
Di zona jenuh, sebagian ruang pori terisi udara, tetapi udara ini sedikit
pengaruhnya terhadap reaksi tanah kepada tegangan-tegangan luar. Sedangkan zona
di atas muka air makin besar pengaruhnya karena semakin jauh jarak dari muka air.
Zona kapiler dapat dibagi ke dalam tiga bagian zona, namun batas-batasnya tidak
terlalu jelas;
7. Zona kapilerjenuh
Zona paling dekat dengan muka air, kandungan air dalam zona ini
mendekati 7OO%. Gaya-gaya yang dikeluarkan terhadap struktur tanah
oleh kapilaritas sangat kecil, tanah berperilaku seperti kondisijenuh.
Zona ini, air dihubungkan melalui pori-pori kecil dan jumlah udara lebih
besar di zona ini.
Kenaikan tinggi kapiler dalam tanah mirip kenaikan kapiler dalam tabung gelas.
Gaya-gaya yang menahan kolom air di dalam tabung untuk mencapai keadaan
seimbang adalah kompleks, tetapi kita dapat menganggap bahwa permukaan air
bertindak sebagai membran yang bekerja dalam tarikan menahan berat kolom air.
Gambar l3
t"
Keseimbangan dari kolom air;
Fr=Wcosq
Y*(rr'h1=T,(2xr)cosa
Tinggi kenaikan kapiler;
2 T' cos a'
n- persamaan 3o
Ywr
Selisih tekanan antara udara dan air;
uB = 4.r cos q persamaan 31-
2. Hidrolika Tanah
a. Permeabilitas
Kemampuan fluida untuk mengalir melalui media porous merupakan sifat teknis yang
disebut daya rembesan (permeabilitas), dimana fluida sebagai air dan media porous
merupakan massa tanah. Pada massa tanah alamiah, ruang kosong antar butir (ruang
pori) merupakan jalan yang dilalui air berupa rembesan. Semakin kecil ruang pori maka
semakin kecil pula rembesan yang terjadi.
Porositas n dan ruang pori e dipergunakan untuk menerangkan ruang kosong
dalam massa tanah.
Permeabilitas darijenis tanah ditunjukkan pada Tabel 4 di bawah ini;
Lanau 10-4-10-6
Pasir 10-10 4
Kerikil >10
ky = !'r,- persamaan 32
te"l
tk"J
Dimana;
k.H)i
K,, = r( persamaan 33
IHi
Dimana;
v = -k hL persamaan 34
L
.hL
L
v = -ki persamaan 35
Debit aliran air (q)
Q= vA persamaan36
Qn = Vn An persamaan 37
Dimana;
Vn=v/n
Volumeair(Vl
V = vAt persamaan38
Dimana;
hL tebal lapisan aliran air/hilang tinggi tekanan air
i gradien hidrolik
V kecepatan aliran
n porositas
A luas penamPang
V volume air
t waktu
"l
Konsep dan Aplikasi Pengantar Teknik Sipil -
c. Bendungan Tanah
Bendungan dari tanah idealnya secara keseluruhan terbuat dari lempung atau hanya
inti bendung, agar tidak tembus air. Tentu dengan garis freatik atau garis kejenuhan
pula, yaitu garis yang mewakili batas aliran bagian atas. Sebuah zona kapiler basah
akan terdapat di atas garis freatik ini.
Apabila nilai permeabilitas k,"/kinti > 100, yakni batas aliran dan permukaan
freatik diperoleh, maka penurunan energi di dalam sel dapat diabaikan relatif terhadap
inti. Contohnya seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.
o GeometriTempat Masuk Garis Freatik
Tempat masuk garis freatik yaitu di hulu muka bendungan pada jarak
sekitar 0,3 S. Jarak S tergantung kepada kemirlngan dari muka bendungan
bagian hulu, karena muka bendungan bagian hulu ini merupakan garis
ekipotensial.
Garis ekipotensial sebenarnya masuk dan memotong muka bendungan
secara tegak lurus dan memotong di elevasi kolom dengan muka
bendungan. Hal ini sesuai persamaan Laplace;
t*l
l-
t ..anl
rr.i*,o'*g*r* Hii
L ,f;F{
Gambar 15
^_
o d d2- -H'
=
cos p -' c--B - sin2 B persamaan 4L
Sehingga;
Q=Av=k(dy/dx)v(1)
,2
,2 !L
qx= +C persamaan42
Maka,C= gx y
pada x=d dan y= H akan didapatkan c= Qd-
Y
Sehingga persamaan;
Gambar 16
sudut keluar garis freatik dapat dibentuk pada titik L sepanjang muka
bendung hilir;
Ah = csin (p-c) persamaan 44
A- (y'-H''t
Y- k2 (*-d\ persamaan 46
KarenaQ=vAdanv=ki
Q=ktanE(asinB)
Atau ;
Dengany= a sin 9dan x=a cos p, maka panjangzone basah "a " untuk
B < 3Oo adalah sama seperti di atas.
a) Kasusp<30o
Garis freatik merupakan parabola, kita dapat pergunakan bentuk
persamaan sederhana yaitu;
V=Kx2
Pada xo dan y - y6
Sehingga ;
K=yo/xo2 Persamaan 48
X*
Mekanika Fluida
Parabola itu menyinggung muka bendung di bagian hilir pada bagian atas
dari bagian basah (titik A) dan berangsur tegak lurus terhadap muka
bendungan bagian hulu pada garis air. Hal ini penting karena muka
bendungan bagian hulu merupakan garis ekipotensial dan garis freatik
yang merupakan garis aliran.
b) Kasusp>3Oo
Untuk memperoleh garis freatik pada kasus P > 3Oo maka dibutuhkan
jarak parameter dari parabola p yang di ukur dari fokus F. Dapat
ditunjukkan gambar 18 di bawah ini;
*-*&
Tentukan jarak% p yang merupakan lokasi dari sebuah titik pada garis
freatik. suatu busur dari F menentukan lokasi titik kedua pada parabola
sepanjang garis tegak lurus dari F menuju busur. oleh karena titik awal di
hulu telah diketahui, hal ini memberikan titik-titik cukup banyak untuk
menggambarkan garis freatik yang parabolis ini. Apabila tidak, jarak tegak
lurus lainnya dari garis horizontal DJ dapat dihitung dengan
menggunakan;
,
yox' H
f - -,2 _
.,- x2
-
,r0 fz
Persamaan 49
Mekanika Fluida
MINERAL TANAH, SIFAT FISIS, DAN
- KLASIFIKASI TANAH
,.03
A. MINERAL TANAH
Dari rekayasa geoteknik, makro struktur lebih penting karena dapat mengontrol
perilaku rekayasa dari tanah seperti halnya:
L. Kekuatan geser tanah
3. Drainase
c. Kalsium (K)
d. Ferrum (Fe)
Analisis mineral tanah diperlukan jika ada tendensi aditif kimia. Reaksi kimia akan
mempengaruhi kekuatan serta perilaku butirannya.
Disamping dapat diketahui struktur mineral, juga dijumpai ikatan-ikatan mineral
antara lain;
a. Silikat (SiO4)
1. Mineral Lempung
Partikel lempung ber-flokulosi (berkelompok) dalam satu satuan tekstur
submikroskopis dan disebut domain (Collins dan MC Gown, L974; Young's dan
Sheeran, L973). Domaln-domain berkelompok membentuk cluster, dan cluster
berkelompok membentuk ped (butir tanah - dapat dilihat).
Mineral lempung berukuran sangat kecil (kurang dari 2 Um) dan merupakan
partikel yang aktif secara elektro kimiawi, serta hanya dapat dilihat dengan mikroskop
elektron. Mineral lempung menunjukkan karakteristik yang berhubungan dengan air
dan plastisitas yang dihasilkannya, namun tidak ditunjukkan oleh material lain
walaupun berukuran lebih kecil seperti kuarsa.
Setiap deposit lempung sekaligus mengandung mineral lempung dan berbagai
partikel dari material-material lainnya yang dapat dianggap pengisi. Secara kimiawi
mineral lempung merupakan ikatan hydrous aluminosilicotes (aluminasilika dengan air)
ditambah ion metalik. Dari mikroskop elektron diketahui bahwa kristal berupa plates
(lempengan) kecil dan diffraksi sinar x, merupakan lembaran kecil terdiri dari banyak
lembaran kristal sebagai struktur atom berulang(repeating atomic structurel.
f. Vermecullite
g. Attapulgite
h. Allophane
N : jumlah pukulan untuk menutup goresan selebar 0,5 inci pada dasar
contoh tanah yang diletakan dalam mangkok kuningan dalam uji
batas cair.
N ( N/25)'""p N ( N/25)t""p
20 0,973 26 1,005
21 o,979 27 1,009
22 0,995 28 1,o74
23 0,990 29 1,018
24 0,995 30 7,O22
25 1,000
Casagrande (1932) menyimpulkan bahwa tiap pukulan dari uji batas cair sesuai
dengan tegangan geser tanah sebesar kira-kira L g/ cmz (0,1 kPa). Oleh karena itu,
batas cair dari tanah berbutir halus adalah kadar air dimana tegangan geser tanahnya
kira-kira 25 g/cm2 (= 2,5 kPa).
Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat keplastisan suatu tanah.
Didefinisikan sebagai kadar air dan dinyatakan dalam persen, dimana tanah apabila
digulung sampai dengan L/8 inci (3,2 mm) menjadi retak-retak. Cara pengujiannya
sangat sederhana yaitu dengan menggulung contoh tanah dengan telapak tangan di
atas kaca datar.
Plasticity tndex merupakan selisih antara batas cair dengan batas plastis suatu
tanah. ASTM Test Designotion D - 424, dimana; Pl = LL - PL persamaan 2
Bagan hubungan batas cair LL, batas plastis PL serta batas susut SL disebut bagan
bagan batas-batas Atterberg, seperti ditunjukkan oleh gambar L, di bawah ini;
Cair
I
Batas Susut Batas Plastis Batas Cair
Air berfungsi sebagai penentu plastisitas dari lempung dan akan menjadikan
massa yang telah mengering pada suatu kadar air awal mempunyai kekuatan yang
cukup besar. Apabila air ditambahkan kembali material, maka akan menjadi plastis
dengan kekuatan kurang dari kekuatan bongkahan kering. Kekuatan lempung
bervariasi dari nilai yang sangat rendah untuk S = l-00% (tingkat jenuh) sampai sangat
tinggi untukS=0.
Air merupakan bahan bipolar yang cenderung membentuk daya positif (+) dan
negati (-) pada dua sisi berlawanan dari suatu molekul. Daya (+) pada satu sisi bipolar
akan menarik daya negatif (-) dari setiap material yang ada, termasuk partikel
lempung dan sisi negatif dari molekul air lainnya.
2. ukuran partikel
Kekuatan geser dengan kriteria Mohr - Coulomb, menurut Olson (1974), semakin
besar tekanan efektif maka semakin besar kekuatan geser dengan urutan non-Clay,
Kaolinite, lllite, Montmorillonite. Perbedaan selubung keruntuhan merupakan faktor
dari pabrik, tipe kation yang tertarik, PH dan OCR.
Kekuatan geser lempung merupakan kontribusi dari komponen kohesi yang
tergantung pada angka pori (kadar air) dan geser akibat dari tekanan normal efektif
(Lermmertman & Osterberg, 1960). Untuk mengevaluasi kedua bagian tersebut perlu
pengukuran kekuatan geser dari dua contoh tanah pada angka pori yang sama dengan
tegangan effektif yang berbeda dan contoh tanah itu sendiri; satu Normally
Consolidated dan yang lainnya Overconsolidated. Parameter kekuatan geser seperti ini
disebut parameter "Hoorslev", L937. Kenaikan dari kohesi dan penurunan dari friksi
sebanding dengan kenaikan plastisitas dan aktivitas dari lempung.
Persamaan 3 merupakan persamaan dari Mohr Coulomb untuk kekuatan geser
yang didefinisikan sbb:
r = c + on tan$ persamaan 3
Dimana:
d. Kompresibilitas
Semakin mampat suatu material, semakin nyata efek dari tipe kation tertarik dan
konsentrasi elektrolisanya.
Kemampatan juga dipengaruhi oleh:
a. Komposisi tanah
0,06x10-o-o,3x1o-o
Kaolinite
cm'/detik
e. Pengaruh Organik
a) Plastisitas tinggi
b) Penyusutan tinggi
c) Kompresibilitastinggi
d) Permiabilitasrendah
e) Kekuatan geser rendah
- Protein
- Hldrokarbon
- Karbon.
Shrinkage dan swelling lebih ditentukan oleh tipe dan jumlah tanah lempung,
disamping factor-faktor lain seperti perubahan tegangan yang lebih ditentukan
perubahan lingkungan.
3
s = 2,1-6 x Lo (pll',oo persamaan 4
Hubungan swelling dengan shrinkage index (Sl):
S= 41,13 x 1o
- 6
(Sl)',u' persamaan 5
Dimana;
Sl (shrinkage index) = w1 - ws
g. Pengaruh PH
PH berpengaruh pada interpartikel repulsion (tolak menolak antar partikel), dan
merupakan faktor kontrol terbentuknya pabrik sedimen dari suspension, pengaruh ini
sangat penting pada kaolinite tetapi kurang penting pada illite dan tidak sama sekali
pada montmorillonite.
2. Porositas (porosity\, n
7. Kadar udara, A,
2. Porositas lporosityl, n
Rentangnilai n: 0(ns1
Kadar air merupakan variabel bebas, oleh karena w konstan untuk kondisi tanah
dalam keadaan tetap (steody state).
Rentangnilai w: 0S w (%) n-Kadarairalami untuksebagianbesartanah
dibawah 60%.
Derajat kejenuhan merupakan rasio antara volume air yang berada dalam pori
terhadap volume void;
Tanah dalam kondisijenuh S = l-00%
Tanah Dalam keadaan kering S = 0
MakabatasnilaiSyaitu; 0s S (%) < 700%
5. Berat Jenis (specific grovityl, G,
Salah satu fundamental dari sifat fisis tanah yaitu berat jenis (specific grovity) G,,
dan nilai khas dari berat jenis antara lain;
Butirtanah '.2,65 - 2,72
Ir
berat volume satuan suatu material
=
berat volume satuan suatu air pada 40
Jenis Tanah G,
Jenis Tanah G,
Kerapatan butir, p, dari tanah didapatkan berdasarkan massa per unit volume,
atau;
^_m
.V persamaan 6
P = GrQlfD*
(t+e)
persamaan 7
Jika tanah dalam kondisi jenuh air, maka S = L, dan keraPatan massa dalam
kondisijenuh Yaitu;
IG. + e-)
persamaan 8
o,= l-,*"-] o*
po=
IG.] persamaan 9
[l+erp*
kerapatan massa tanah
KeraPatan massa tanah efektif juga dapat dinyatakan
basah lsubmorged\.
Atau daPat dinYatakan;
persamaan 10
Pr'=P-P*
Atau daPat dinYatakan;
. rG.-1-'r
pr'=r l'*.=;P* persamaan 1-L
oo = su(1.4Ju
*6*; P* persamaan 13
Terzaghi dan Peck pada tahun 1967 mengungkapkan hasil penelitian untuk sifat
fisis beberapa jenis tanah yang ditunjukkan oleh tabel 5;
Tabel 5 Beberapa Sifat Fisis Khas Tanah (Terzaghi and Peck, 1967)
Kadar udara A, merupakan persentase udara pada ruang pori tanah terhadap
volume tanah V. Kadar udara, derajat kejenuhan serta kadar air merupakan parameter
tanpa satuan. Tetapi umumnya dinyatakan dengan persen (%1, yang mana rentang
nilainya; 0 S S. < 100 % dan0 ( A, ( n.
Hubungan Sr, A, dan n;
Sebagai alternatif untuk kerapatan massa yang dinyatakan dalam bentuk berat
satuan isi (unit weight), hal itu didapatkan berdasarkan berat per volume ;
Y=Y persamaan 15
Y =pg persamaan L6
Permasalahan lain terjadi ketika semua ruang pori terisi air, maka berat satuan isi
yang didapatkannya yaitu berat satuan isi jenuh air y,r; dan ketika ruang pori dalam
kondisi kering maka berat satuan isi yang didapatkannya yaitu berat satuan isi kering
Ya.v.
Sistem klasifikasi yang digunakan antara lain ; sistem klasifikasi AASHTO dan sistem
klasifikasi tanah unified.
Metoda percobaan tanah untuk klasifikasi dalam perspektif yang wajar antara lain;
- Batas Atterberg
- Analisis Saringan
- Analisis Hidrometer.
c. Pasir {sondl
d. Kerikil (grovell.
llmu pengetahuan tentang tanah merupakan bagian dari ilmu mekanika tanah,
tetapi perlu diketahui berdasarkan jumlah persentase dari ukuran butir tanah
terkait dengan permeabilitas tanah. Hal ini antara lain;
Lempung (cloy),lanau (si/t), pasir (sond)dan krikil (gravell.
Tanah berbutir kasar dimana tanah ini tidak kohesif antara lain;
1. Kerikil, apabila dari setengah fraksi tanah tertahan pada saringan
nomor 4 atau berukuran 101,6 mm.
2. Pasir, apabila lebih dari setengah fraksi kasar berada antara saringan
nomor 4 dan nomor 200.
2. Batas Atterberg
Batas Atterberg (Atterberg limit) yailu ukuran untuk menentukan batas cair yang
dimodifikasi Casagrande (1925). Hal ini menjadi metode untuk meningkatkan hasil
percobaan yang dapat diulang kembali.
Batas cair w1 dan batas plastis P1 biasanya dilakukan pada tanah kohesif yang
kering udara. Tanah dikeringkan secara alamiah kemudian disaring, pengeringan ini
tidak terlalu berpengaruh terhadap batas plastis. Kemudian tanah dihancurkan dan
disaring melalui saringan nomor 40 (O,422 mm).
Percobaan batas cair wL dan batas plastis P1 dapat diulang untuk contoh yang
sama, percobaan dengan kerucut jatuh ffall cone test) sering dilakukan di Eropa.
Percobaan ini untuk menambah daya ulang percobaan batas cair, serta untuk
mengurangi beberapa kekurangan pada tes sebelumnya.
Percobaan dengan kerucut jatuh (fall cone test) ditunjukkan oleh gambar 2 di
bawah ini;
Fl n, = s,,u',,
II
il r \uiloruilnbru(ilr,m1,, j,,.
rvr
fI
Jl
I r'ufi
:o**
t
II H-lhnULt
-, . .
l-
3. Analisis Saringan
Percobaan ini berlandaskan ASTM D422, AASHTO T88, yang pada dasarnya analisis
ukuran butir ini terdiri dari;
1. Mendapatkan contoh tanah yang representatif dan mengurangi menjadi
partikel-partikel elemen, diaduk menjadi mortelserta dicuci pada saringan
nomor 200.
2. Contoh disaring melalui susunan saringan empat sampai enam buah
saringan, kemudian butiran yang tertahan pada setiap saringan ditimbang.
3. Hitung persentase tanah yang tertahan oleh masing-masing saringan
berdasarkan berat kumulatif serta berat total contoh.
4. Gambarkan persentase tanah yang lolos saringan pada kertas semilog.
Gambaran semilog ini digunakan untuk memberikan keterangan dari
ukuran butir tanah.
Perlu kita ketahui ukuran serta nomor saringan yang digunakan untuk
percobaan, antara lain saringan standar A.S., lnggris dan Perancis yang ditunjukkan
oleh tabel 7 (a) dan tabel 7 (b);
5 4,00 37 4,000
6 3,36 +5 3,353
16 t,t9 t4 1,2o4
18 1,00 16 1,003 31 1,000
20 0,841 L8 0,853
50 0,297 52 0,295
0,080
323 0,044 L7
400 0,037
* : Untuk percobaan pemadatan standar dan f : Untuk batas-batas Atterberg
Yo"
lYo" 32,0 6,35
(No.3)
^ Deo
Lu= persamaan 17
D*
Bentuk kurva dengan ukuran butir Doo dan Dro didefinisikan sebagai koefisien
kecekungan (coefficient of concafity) C6, !ang didefinisikan sebagai:
2
Dso
Cc= persamaan L8
Dao. Dio
Sebagai contoh, yang dimaksud seandainya D56 = 2, artinya 60% dari butir tanah
lebih kecil dari 2 mm.
Nilai Cc dan Cu hanya digunakan dalam sistem klasifikasi unified (USC). Cc dan Cu
tidak mempunyai arti apapun jika lebih dari tO% butiran tanah itu dapat lolos saringan
nomor 200.
Nilai Cc cenderung untuk memperlihatkan bentuk kurva antara butir Dro dengan
D6e, sehingga tanah tadi memilikigradasiyang kurang baik.
Jika Cc besar maka terdapat perbedaan yang besar antara ukuran D1s dengan D66,
hal ini terjadi karena distribusi di antara dua ukuran persen ini.
4. Analisis Hidrometer
Analisis ini diperlukan untuk memperpanjang kurva distribusi ukuran butir serta
menentukan ukuran butir yang lolos saringan nomor 200 atau ukuran butir yang lebih
kecil dari O,OO2 mm, sebagai contoh fraksi dari tanah lempung. Analisis hidrometer ini
tidak dilakukan secara langsung pada sistem klasifikasi.
Sistem ini telah digunakan di Amerika sejak tahun 1942 yang pada awalnya
dikembangkan untuk pembangunan lapangan terbang. Pada tahun 1948 Casagrande
menguraikan sistem ini kemudian dimodifikasi pada tahun L952 agar dapat dipakai
pada bendungan dan konstruksi lainnya.
W Gradasi baik
Pasir S M Berlanau
C Berlempung
Lanau M
Gambut Pt
Sebagai contoh;
SM Pasir berlanau
SC Pasir berlempung
Tanah bergradasi buruk yaitu butirannya seragam, hal ini tergantung dari
distribusi dari ukuran butir. Tanah seperti ini dapat kita peroleh dengan cara
menggambarkan kurva ukuran butir. Salah satu contoh tanah bergradasi buruk yaitu
pasir pantai.
1. Kerikil
Kerikil memiliki lebih dari setengah fraksi kasar lebih besar dari
saringan nomor 4. Klasifikasi visual, butiran ukuran 6 mm dapat
digunakan sebagai ekuivalen dari ukuran saringan nomor 4.
a. Kerikil bersih yaitu tidak ada atau sedikit butiran halus;
1) Kisaran yang luas, dalam ukuran butir dan jumlah yang cukup
berarti dari semua partikel ukuran antara.
2) Satu ukuran saja yang banyak terdapat atau suatu kisaran
ukuran, dimana beberapa ukuran antara tidak terdapat.
b. Kerikil berbutir halus yaitu adanya butir halus yang cukup
banyak;
Pasir lebih dari setengah fraksi kasar lebih kecil dari ukuran saringan
nomor 4.
a. Pasir bersih yaitu tidak ada atau sedikit butir halus;
1) Kisaran yang luas, dalam ukuran butir dan jumlah yang cukup
berarti dari semua ukuran partikel antara.
2) Satu ukuran saja yang banyak terdapat atau suatu kisaran
ukuran-ukuran, dimana beberapa ukuran antara tidak
terdapat.
b. Pasir berbutir halus yaitu adanya butir halus yang cukup banyak.
3) Sedikit.
2. Bagan Plastisitas
A. TEGANGAN
Perubahan bentuk atau volume suatu benda akibat gaya luar yang bekerja ditentukan
oleh gaya antar molekulnya, tetapi teori molekuler saat ini belum cukup untuk dapat
menjawab semua permasalahan fisika. Dalam permasalahan ini, teori molekuler kita
kesampingkan dan kita tinjau besaran langsung yang dapat diukur.
Perhatikan gambar 1, dimana sebuah batang yang tegang akibat gaya tarik atau
gaya tekan. Jadi tegangan merupakan besaran akibat gaya yang bekerja per satuan
luas penampang, dan gaya yang bekerja dapat berupa gaya tegak lurus atau miring
terhadap bidang; baik itu bidang rata atau miring.
(a) (b)
Gambar l-
Gaya yang bekerja dapat berupa gaya vertikal, horizontal serta miring. Gaya yang
bekerja miring terhadap bidang dapat diurai ke dalam komponen gaya vertikal dan
horizontal.
Tegangan di bidang miring berupa tegangan normal serta tegangan tangensiol.
Tegangan dapat kita ungkapkan dengan persamaan berikut;
P = Fl A Persamaan 1
Tentunya diperlukan pengetahuan untuk dapat menguraikan gaya ke dalam komponen
gaya vertikal dan horizontal.
Suatu massa tanah jenuh air terdiri dari dua fase, yaitu soil skeleton dan pori di antara
partikel tanah yang jenuh air. Tekanan kontak terjadi antar butir yang mengimbangi
beban vertikal. Tekanan inilah yang membentuk suatu tahanan geser F1 terhadap
gera ka n-gera ka n pa rti kel seperti tergu li ng, tergelinci r da n sebaga inya.
Dalam kondisi tanah jenuh air dan muka air telah stabil, semua ruang kosong
yang saling berhubungan akan terisi air dan tegangan dari air di dalam yoid disebut
sebagai tekanan air pori. Maka, gaya tekan P1 akan ditahan oleh kombinasi dari
tekanan air pori dan tegangan efektif (o').
Persamaan tegangan efektif sebagai berikut:
Ui = hV*+AhV*
Ui = U*Au Persamaan 3
T= UO' Persamaan 4
r- uIot-(u+Au)] Persamaan 5
Setiap kombinasi ot dan perubahan tekanan pori (Au) akan mengurangi tekanan
efektif (o') sampai mendekati nol.
o'- h (Vr"t- Y*)
Hal ini memperlihatkan berat satuan efektif dikali tinggi akan menghasilkan
tegangan efektif.
Contoh 1
Pada sebidang lahan akan ada pekerjaan timbunan, tinggi timbunan 6 m menggunakan
tanah dengan berat satuan isi y = 77 kN/m3. Tebal lapisan tanah paling atas 5 m
dengan berat satuan isi y, =77,5 kN/m3, kemudian muka airtanah ada di kedalaman 5
m dari permukaan tanah. Tanah di bawah muka air yrrl = l-9 kN/m3.
Hitung tegangan total dan efektif di kedalaman 12 m sebelum dan sesudah adanya
timbunan, seperti pada gambar di bawah ini;
,r4 .s.m
7m
u=7 . L0 = 70 kN/m2
Ao=G.y
= 6.17
= \02 kN/m2
Tegangan Total (o1) yaitu;
or = Ao +220,5 kN/m2
= 322,5 kN/m2
Atau
o =or-u = 322,5 -7O=252,5kN/m2
Air dalam ruong pori berfungsi pula menohan bebon luor, jaditidok hanya butir-
butir tonah sajo memberikan reoksi ketika odo beban luor (oksi).
Ketika air dalom ruong pori itu keluor (konsolidosi) sebagion atou seluruhnyo,
moka okon teriodi penurunan (settlement), inilah soloh sotu faktor deformasi
suatu konstruksi.
-:
:.+ ci -...tu. ,:":.".+..
Talrahg - c ?
r&=r&
.' ..
:;
.s1
05
Ko = o, Persamaan 7
Dimanaor=yh
Dalam hal ini tegangan yang dipakai, yaitu tegangan efektif or' = y, h
f' = fsubmarged = Vsat - Vw
Pada tahun 1948, Jaky kemudian Brooker dan lreland (1965), melakukan
eksperimen terhadap tanah dengan pengamatan dari tekanan butir dan
mengusulkan persamaan;
Ko =M - sin $' Persamaan 9
Dimana M;
1t
1)
14"
,--,.,..,,,,j
Blok material pada bidang dengan sudut kemiringan p, koefisien geser di antara
blok dan bidang ialah u. Seperti ditunjukkan pada gambar 5 a, b dan c di
bawah;
a. Kasus gaya eksternal horizontal Fr., = 0 kondisi at restKo.
Gambar 5 (a)
Gaya eksternal horizontal Fr., = 0, maka gaya yang sejajar pada bidang miring
yaitu;
T-vN=0
Dimana;
v=tan0, N=WcoscdanT=Wsina
T-vN=0
Wsina- Wcosa tan$=Q
maka;
tanc=tan0 PersamaanL0
Artinya blok pada saat akan tergelincir, hal ini sesuai kondisi Ko.
Gaya-gaya yang paralel dengan bidang, blok tepat ditahan saat tergelincir oleh
gaya eksternal horizontal F6, seperti ditunjukkan pada gambar 5 (b);
"",3i
Gambar 5 (b)
B=a+Acr
c merupakan sudut kemiringan pada saat kondisi ot rest
F6cosB+T-vN=0
F6 coS E + W sin p- W cos B tan 6 = g
Maka ;
Untuk membentuk geseran pembatas, harus terdapat gerakan ke arah atas pada
bidang itu. Hal ini dikarenakan adanya gaya eksternal horizontal Fr.,.
Hal ini merupakan kondisi tekanan pasif yang ditunjukkan oleh gambar 5 (c) di
bawah ini;
Gambar 5 (c)
F=a+aa
o merupakan sudut kemiringan pada saat kondisi ot rest
sehingga;
FncoSp-T-vN=0
F6 cos 9-W sin p-W cos B tan 6 = I
Maka;
Fh = W( tan p + tan Q) pada(p > 0)
Gaya eksternal horizontal Fr., maksimum karena harus dapat gaya tangensial
akibat berat.
Tentukan sudut kemiringan q maksimum yang aman dari galian itu, seperti yang
ditunjukkan pada gambar;
Solusi
tan 0, = tan S
Sehingga sudut kemiringan maksimum aman a =0
Atau a = 300
Gambar 7
Kr=tan'1+s+
\)
op=yh tan'(q5* y
atau
op= yh Kp Persamaan 1,4
Ka=tan'(qs-
\t
Besar tekanan aktif dari tanah yaitu;
Pada tanah tidak kohesif dengan permukaan miring, metode Rankine meninjau
kesetimbangan statis elemen pada kedalaman y. Berat tanah bekerja secara vertikal,
sedangkan tekanan lateral bekerja sejajar dengan permukaan tanah. Asumsi dinding
tanpa geseran, maka tegangan vertikal pada bagian depan yang vertikal dari elemen
merupakan tegangan prinsipal seperti ditunjukkan oleh gambar 8, sehingga;
a. Koefisien Tekanan Aktif Ka
Ka = COS 0, Persamaan L7
coso *
Gambar 8
0a= yytan2lqS-E)=Vy K.
op= yytan2(45+9)=yyK.
op = o, K, + 2c V Ko Persamaan 20
Pada galian vertikal tanah kohesif seperti ditunjukkan pada gambar xx, akan
terjadi retakan akibat tarikan sedalam H1 dan pada titik H, kita dapatkan oa = 0i
,r ri. __2a
- -i : Persamaan 2L
T!K,
u1I(5-furr I[
Gambar 9 (a)
H.=2Ht Persamaan 23
Gaya lateral F. per satuan lebar terhadap dinding yaitu;
-kt I{"
FS : faktor keamanan
Contoh 3
Tanah kohesif v = L9 kN/m3 dan kuat geser berdrainase S, atau C, = 20 kpa tanpa ada
penguatan atau dinding halang.
Solusi
FS=L,5 danQ=60
4c 4)o
= ra* = JtTi = 4,2 m
'' ,I
n.,,=*=ff=2,8m
Jadi kedalaman yang diizinkan digali sedalam 2,8 m.
B. REGANG AN (sTBAtM
1. Regangan Panjang
Yang dimaksud dengan regangan panjang adalah perbandingan perubahan panjang AL
akibat adanya gaya yang bekerja terhadap panjang benda yang ditinjau. Gambar 10
menunjukan regangan panjang akibat gaya tarik dan tekan.
Gambar L0
Gambar 10 (a), sebuah batang memiliki panjang awal 16, setelah mendapat gaya
tarik sebesar F maka panjangnya menjadi 11. Sedangkan gambar 10 (b) setelah
mendapat gaya tekan sebesar F, panjangnya berkurang menjadi 11.
Adanya perubahan dari Lo menjadi Lt sebesar AL yaitu;
Akibat gaya tarik, AL = Lt- h. Sedangkan akibat gaya tekan, AL = Lo- 1,.
AL
c- Lo Persamaan 26
2. Regangan Volume
_Jl I \ -,-
\I4'
- lz\,/r I
-4.'l+\U
\ I r'\r.
;
\"1'
v!
f-
Gambar 11 (a) sebuah titik volume awal Vo dalam tekanan o. Gambar 11 (b) titik
volume setelah mendapat tambahan tekanan sebesar Ao, volumenya berkurang
menjadiVt. AV merupakan perubahan dariV6 menjadiVl.
Rasio antara perubahan volume AV terhadap volume awal Vs disebut regangan
volume votume. Regangan volume didefinisikan dengan persamaan 27;
AV
Evotum = Persamaan2T
%
Besarnya perubahon baik ponjang, luas otaupun volume untuk benda, tergantung
doriienis moterial bendo itu. Sekalipun gaya yong diberikon besornya soma, okan
tetopi perubohannya tidak okon somo, hol ini ada hubungonnyo dengan
kekakuon don tingkot elastisitas moterial.
1. Modulus Elastisitas
Apabila diplot hubungan tegangan terhadap regangan, akan didapatkan kurva garis
lurus pada batas tertentu untuk baja dan beberapa material lainnya' Kurva akan
melengkung untuk beton, tanah dan sebagian besar material lainnya yang ditunjukkan
oleh gambar 12 sbb;
Knn"aBettqr. Tauek
f DaBeb$epa &.{skrial
Salah satu parameter elastis yang digunakan untuk analisa deformasi dari benda
padat diberikan oleh kemiringan dari bagian lurus kurva tegangan - regangan'
parameter itu yaitu modulus elastisitas E, yang merupakan rasio perubahan tegangan
Ao terhadap perubahan regangan Ae. Ditunjukkan oleh persamaan 29 berikut ini;
E=ole Persamaan 29
Jenis Tanah
Modulus Tegangan - Regangan Statis E,
(ksf) MPa
Lempung
Sangat lunak 50- 250 2- 15
Lunak 100 - 500 5-25
Sedang 300 - 1000 15-50
Keras 1000 - 2000 s0 - 100
Berpasir 500 - s000 25 - 250
Laci es
Lepas 200- 3200 10 - 153
Padat 3000 - 1s000 -720
1.44
Sangat padat
10000 - 30000 478- t440
Tanah lus
(loss) 300 - 1200 15-60
Pasir
Berlanau 150 - 4s0 s-20
Lepas 200 - 500 10-25
Padat 50-81
L000 - 1700
Pasir kerikil
Lepas 1000- 3000 50- 1s0
Padat 2000 - 4000 100 - 200
Serpih 3000 - 300000 150- 5000
Lanau 40 -400 2-20
Contoh 4
Sebatang baja panjangnya 1,5 m berdiameter 12 mm, ditarik dengan gaya sebesar 20
kN. Jika modulus elastisitas dari baja itu 2,1-.105 kgfcmz, hitung penambahan panjang
dari batang baja akibat gaya tarik itu.
Solusi
20.1,5x102
or = r4r.1= 2,1 .l0o . r,13
= 0,\26 cm = L,26 mm
3. Poisson Rasio
Jika benda padat dibebani maka akan memendek, akan tetapi menjadi lebih tebal atau
memanjang serta lebih tipis. Poisson (18i.1) menunjukkan bahwa rasio regangan
lateral e6 terhadap regangan vertikal v merupakan konstanta untuk material yang
berada pada batas-batas proporsional.
Konstanta ini disebut Poisson rasio p, sebagaimana persamaan 30, berikut:
ttr
V=- - Persamaan 30
-tv
Untuk regangan yang teramat kecil terdapat di daerah linier, tetapi deformasi
yang terjadi untuk dapat menggambarkan regangan yang sekecil ini sulit didapatkan.
Maka untuk tujuan praktis suatu kurva yang tidak linier akan didapatkan dari
percobaan tekan di laboratorium.
T
/-*
_t
- E= Arlri Il
Gambar 13
Sehingga;
x=ltEy
Ey=
# [o"r- $ ( Ao, +Ao, ) ] e"rsamaan 31 (a)
Ex-
#; [o"--
p ( Ao,+ Aor) J n"rsamaan 31 (b)
cz-
t Io",- pr ( ao'+ Aoy) ] nersamaan 31 (c)
Gambar 14
Keterangan;
Tx,,yxz : tegangan, regangan normal pada sb x mengarah ke sb z
ox, x : tegangan, regangan sejajar dengan sb x
Persamaan 32
Dan modulus bulk atau modulus butir Es, rnrupdkan rasio tegangan oktahedral
terhadap regangan volumetrik. Penurunan formula modulus butir sbb;
Ev =x+Ey+tz
_ ox + o:_&
Ookt = J
-.
o**or-lo,
rtB=
-_ 3 e.,,
-
Atau;
6okt
Persamaan 33
E, =#
Dari hukum Hooke kita dapatkan hubungan Er, serta v terhadap Es dengan cara
manipulasi dari hukum Hooke tersebut. Hal ini ditunjukan oleh persamaan 34 berikut;
Eg= Persamaan 34
Jika contoh tanah itu mempunyai Poisson rasio 0,35, hitung modulus elastisitas E, serta
modulus geser G dari contoh tanah itu.
Solusi
ox = Oy = Oz = 100 N/Cm2
o okt = (o* + o, + o,) / 3 = 300 /3 = LOON/cm2
E. 213.624
c=
ffi = ffi5y79,12 N/cm2 =79:.,2 kN/m2
it ffi*! &rE*h
Tegangan maximum or.* terjadi di serat terbawah atau disebut o."* serat tarik,
dan sebaliknya minimuffr omin di serat teratas atau disebut o6;n sr?t tekan.
Sehingga;
M
umin - Persamaan 35 (a)
Yt
-
umax - -'^
-M persamaan 35 (b)
Yz
ingot;
II
Jr dan y, : merupaka n section modulus w
Gambar C 6
Momen lnersia l;
t* = {14(2)3 + L4 .2(8 - Ll2]}/L2 + {2(L2)3 + t2 .2(8 - 5f]}/L2
+ {14(2)3 + L4 .2(8 - LrI/I2 = 3 266,67 cm
Watas=Wbawah=W
[--:.--l 1
*;
lli-",
ttl --l-
-l'-'--
B i- x
./.I I
gl ner:l
"
I l i":
l;'
serat baq'ah
,n- - TN Persamaan 36
Yang mana;
N : gaya normal
Uatas
_M
- Persamaan 37 (a)
Watas
I
dan w.1.,
Yr
M
Oatas = - Persamaan 37 (b)
wba*
I
dan wbawah =
Y2
H
6].I=]ltE i!
Gambar 17 (a) Diagram Tegangan Akibat Momen M dan Gaya Normal N Tekan
Pada awalnya garis netral berada tepat di tengah penampang balok (persegi),
bergeser ke bawah atau ke arah serat tarik akibat adanya gaya tekan.
Diagram tegangan akibat momen M dan gaya normal N berupa tarikan
ditunjukkan oleh gambar 17 (b);
Gambar 17(b) Diagram Tegangan Akibat Momen M dan Gaya Normal N Tarik
Pada awalnya garis netral berada tepat di tengah penampang balok (persegi),
lalu bergeser ke atas atau ke arah serat tekan akibat adanya gaya tarik.
i
l
Konsep dan Aplikasi Pengantnr Teknik Sipil - 1
*
3. Tegangan Lentur Akibat Gaya NormalTekan atau Tarik
a. Akibat gaya normal sentris
Kita tinjau gambar 18. Balok AB, dan dikatakan sentris jika gaya normal N bekerja
tepat di titik berat penampang seperti ditunjukkan gambar 1g (b) di bawah ini;
Gambar 18 (a)
Gambar 18 (b) Pot. a - a
o"=-* Persamaan 38
Yang mana;
N :gaya normal
A : luas penampang balok (persegi)
- : negatif untuk tekan
Kita tinjau Gambar 19. Balok AB, dan dikatakan eksenteris jika gaya normal N
bekerja tidak di titik berat penampang seperti ditunjukkan gambar pot. a - a di
bawah ini;
lokasi gaya normal N bekerja sejauh e, dari titik beraU
_t
'
eret iaq'sl
bi
Tegangan akibat gaya normal N yang berlokasi sejauh e, dari titik berat, maka
akan menimbulkan momen.
Sekarang kita tinjau potongan a - a pada balok AB di atas.
Kita pindahkan gaya normal N ke garis netral, maka akan menimbulkan momen
M sebesar;
M=Ne, Persamaan 39
3
ti
Itiln n".. I
x --+/.---
Y1 -1,1,---
llN
3
Sehingga;
LrN tekan
_N
- -
A
Persamaan 40
uN tekan_N
bh
t*"= - N/bh
Sehingga ;
Persamaan 42
",= *h
Tegangan akibat gaya normal N yang berlokasi sejauh e* dari titik berat seperti
ditunjukkan oleh gambar 20, maka akan menimbulkan momen;
eE -E 3tretber1ah
a serat beqzh
M=Ne* Persamaan 43
Sehingga;
oNtekan=-
NN
;
-
oMttarik=
M= (N e-)x
* I,
1
yang mana l, = tZhb' danx=lzb
maka;
6Xg* N
hb- bh
Sehingga;
rS +f)
Kita tinjau gambar 21, balok AB yang dibebani oleh beban terpusat F.
FFuF
Gambar 21 (a)
Gambar 21 (b)
Sekarang kita tinjau elemen antara pot. a - a dan b - b yang ditunjukkan oleh
Gambar 21 (c) dan 21 (d);
Gambar zl(d)
Tegangan geser t*, bekerja pada bidang tegak lurus sb x dan searah dengan sb y,
t,, bekerja pada bidang p - p1 dan g - Qr yang akan menimbulkan momen kopel
sebesar;
r*, b dA Persamaan 45
Atau;
r*rbdxdy=ry*bdydx
Jadi t*, = ty*
Yang mana;
b : lebar balok
Tegangan geser r yang terjadi pada bidang penampang sama besarnya dengan
tegangan geser yang bekerja pada bidang sejajar ll UiOang netral.
Perhatikan Gambar 22;
6"+
-
.\ n** do"
IrIt t r j M"* dhI"
1-/-'-'-'-'-'- "
ru Io*- ao*
D
&*. ,t- L
N4J dA
dA =
o,^1,
Ovt t dtrl) Y dA
(o* + do*) dA =
,fliaM)YdA -JydA=tv*bdx
I,,
t*,= luLI$yoo
ingot;
dM/dx = D dan Jy dA = S
Sehingga;
.' = -P,S
bI, Persamaan 46
b lebar balok
S statis momen
D gaya lintang
I momen inersia
Contoh 7
BalokkayuABtersusundariduabuahbaloksepertipadaGambarCT,ditengah
' lentur
ontlt antara balok dengin lainnya' serta tegangan
bentanganbekerjagayaterpusatFsebesar500kg,hitungtegangangeseryangterjadi
;;
pada bidang t
maksimum yang terjadt' ,= ,ro** -.I;
*b-I-,-l
i 9cm
i scm
Solusi
Momen lnersia l;
,-=i56'= fltro) (1'6)3 = 3 4L3' 34 cma
Teknik SiPil - 1
KonsrP dan APlikasi Pertgantar
Statis momen S pada garis netral;
S=15.8.4= 480cm3
D S 250.480
= 2,344kg/cm2
bt, t5 .34t3.34
Tegangan lentur maksimum omax yang terjadi.
M,a* = %F l=%.50O kS (3 m) =375 kg m = 3,75.10a kg cm
Watas=Wbawah=W
M-r*
Omax tekan =- Omax tarik =-
= - H##ffi=- 87'8sks/cm2
I
e- -' It
I
T, I
h
Gambar 23 (a)
Gambar diagram tegangan (a): diagram tegangan akibat M dan F, jika e > h/6
Gambar diagram tegangan (b): diagram tegangan akibat M dan F, jika e = h/6
Gambar diagram tegangan (c): diagram tegangan akibat M dan F, jika e <h/6
Dolam rekayosa fondosi, pada penampang tegongon sejenis otau tekonon semuo
harus diupayakon eksentrisitos e < h/6.
sedangkon jika e > h/6, maka odo bagion ydng mengolomi penarikan, hol ini
m e nye ba bko n te ro n g kat nya fo nd o si.
Dalam penerapannya, pelat di atas tanah seperti halnya fondasi pelat atau fondasi
batu kali, dapat ditunjukkan pada gambar 1, di bawah ini;
Lskasi gar.aF
I
-,.-i L.-,1---,.----- - -.
it lu
rYi
I
F.,. --_-- _i--- --_--- -q
:n
Gambar C 8
Gambar Tampak Atas
Solusi
F=2f=20kN
e,, ( h/6
O,2m<hl6 (=0,25m) )OK
M., F
d* bh= 4/0,375b +20/7,5b=24/b
b >24 / o"fftanrh
>24 / 20 (= 1,2 m)
Jadi lebar pelat fondasi, b > L,2 m.
A. PEMBORAN
Letak dan banyaknya titik bor ditentukan oleh jenis dan karakteristik
struktur yang direncanakan, geologis dan topografis setempat.
Contoh tanah asli adalah contoh tanah yang struktur butiran dan kadar
airnya sama dengan aslinya di dalam tanah. Contoh tanah harus mewakili
asli nya (re p re se ntotive sa m pl e).
Uji laboratorium untuk memperoleh parameter kuat geser, konsolidasi dan
kompresibilitas dan mengukur berat volumenya, dilakukan terhadap contoh
tanah asli. Biasanya contoh tanah diambil dari setiap perubahan kedalaman 2
sampai 3 meter, dan dari setiap ada perubahan jenis tanah yang dipantau
selama pemboran.
Sholby Tube
Alat ini digunakan untuk tanah kohesif yang kokoh sampai keras. caranya
dengan diputar dan ditekan dengan tenaga hdrolik. Terdiri dari dua tabung
(tabung luar dan tabung dalam), tabung luar diputar dengan menggunakan
mesin sedangkan tabung dalam tidak ikut berputar dan tanah masuk
kedalam tabung dalam. cara ini tidak cocok untuk tanah pasir lepas dan
lempung lunak.
Suatu massa tanah jenuh air terdiri dari dua fase yaitu soil skeleton dan pori di antara
partikel tanah yang jenuh air. Tekanan kontak terjadi antar butir yang mengimbangi
beban vertikal. Tekanan inilah yang membentuk suatu tahanan geser F6 terhadap
gera ka n-gera ka n partikel seperti; tergu ing, tergel inci r da n sebaga inya.
I
Fr = uN Persamaan 1
Dimana;
Fr : tahanan geser
u : koefisien antar butir
N : gaya kontak normal (tegangan bila Fr tegangan)
Dalam kondisi tanah jenuh air dan muka air telah stabil, semua ruang kosong
yang saling berhubungan akan terisi air dan tegangan dari air di dalam void disebut
sebagai tekanan air pori. Maka gaya tekan Pt akan ditahan oleh kombinasi dari tekanan
air pori dan tegangan efektif (o').
Persamaan Tegangan efektif sebagai berikut:
Tahanan geser tanah akan ditentukan oleh besarnya tegangan efektif di dalam
tanah. Tegangan efektif tidak dapat ditentukan secara langsung, tetapi harus diketahui
tegangan total dan tekanan air pori. Kriteria untuk stabilitas lereng yaitu kriteria
keruntuhan Mohr Coulomb.
Apabila tahanan geser;
T= UO'
r- u[o1-(u+Au)] Persamaan3
Setiap kombinasi ol dan perubahan tekanan pori (Au) akan mengurangi tekanan efektif
(o') sampai mendekati nol.
Dimana:
Hal ini memperlihatkan berat satuan efektif dikali tinggi akan menghasilkan tegangan
efektif.
Kondisiyang sesuai dimana tekanan excess dan tekanan air poritelah terdisipasi, maka
parameter sesuai tegangan efectif dan parameter tahanan geser drained c' dan O'
digunakan untuk effective stress onalysis.
Parameter yang sesuai yaitu parameter tahanan geser droined (c', O') dengan
tekanan air pori (u) terukur - ASTM (1988) STP No. 977.
tJji trioxialyaitu dengan cara memberikan tegangan cel/ sebelum sliding, ditunjukkan
dalam gambar L di bawah ini;
Gambar 1a. Penyusun melakukan uji trioxioldi Lab mektan lTB, Februari 2006
Gambar 1b. Alat Uji Unconfined
Gambarlc. Pecah sampel tanah setelah melakukan uji unconfined atau uji triaxiol.
Parameter-parameter tahanan geser tanah c dan $, sesuai dengan kriteria
keruntuhan Mohr Coloumb, diperoleh dari beberapa tes trioxiol. Dalam analisa
stabilitas pemilihan parameter-parameter tanah, mensimulasikan keadaan
sesungguhnya di lapangan mutlak untuk diketahui. Untuk tanah lempung ada tiga
macam lest triaxiol; Consolidoted undrained lesf (CU - Test), Consolidated Drained
Iest (CD - Test), Unconsolidoted Undrained Test (UU - Iesf).
Huruf pertama dari test triaxial menunjukkan kondisi pada saat awal
pembebanan (confining pressure = or) di lapangan yang sesungguhnya, sedangkan
huruf kedua menunjukkan keadaan setelah pembebanan geser.
Sampel dengan tegangan confining pressure o1c dan o3c, tanpa terjadi
konsolidasi dan selama pemberian beban geser berlangsung (slidingl, drainase
tidak diperbolehkan.
Apabila kondisi dari suatu lempung jenuh di analisa dengan pendekatan tegangan
total, maka evaluasi tekanan air pori tidak diperlukan. Pada kondisi ini analisa dengan
metode O = 0 diasumsikan kuat geser Undroined cu sama dengan nilai kohesi pada
selubung Mohr Coulomb untuk tegangan total. Maka undroined strength dari lempung
jenuh ini tidak dipengaruhi oleh perubahan confining pressure sepanjang kadar air
tidak mengalami perubahan.
Natural deposit tanah lempung jenuh (soturoted clayl yang terkena beban secara
cepat relatif terhadap kecepatan konsolidasi atau drainase yang terjadi diasumsikan
mengalami undroined ideal.
Dimana;
T' : kuat geser drained tanah o': sudut dalam efektif
c' : kohesi efektif u: tekanan air pori
Umumnya tekanan pori atas tekanan pori awal ue dan perubahan tekanan air
pori Au (excess pore woter pressure), diakibatkan adanya perubahan beban.
Jenis Tanah
Soft (NC) Clay Stiff (Highly OC) Clay
Timbunan
Kondisi
Bisa, kasus UU atau Kasus CD (drainase penuh)
Kritikal
CD
a. Lempung yang over consolidoted lebih kuat dan lebih lentur. Lempung ini
mempunyai sliding strength maximum yang akan hilang bila dikenai lagi
strain. Dengan demikian strength lempung normally consolidoted dan
lempung over consolidated akan saling mendekati pada strain yang tinggi.
c. Kurva stress- stroin suatu lempung vang over consolidated mirip dengan
kurva pasir, sedangkan lempung yang terkonsolidasi secara normal serupa
dengan pasir gembur (loose sand). Umumnya strain yang dibutuhkan untuk
peak strength ( strength maximum ) lebih besar, untuk lempung yang
terkonsolidasi normal memperlihatkan kecenderungan yang kecil berekspasi
setelah terjadinya pengecilan volume. lJltimate strength lempung over
consolidoted dengan normolly consolidoted saling mendekati pada strain
yang besar.
Dimana;
Tm
x
:L
o:B oaA orB orA Normalstress (o')
Yang dimaksud tanah $ - c yaitu tanah yang memiliki sifat kohesif maupun gesekan
(sudut geser dalam). Kerusakan pasak berdasarkan teoritis dan pemodelan Jumikis
(1962) dan Davidson (1973). Pada waktu pasak menghujam tanah, tekanan lateral
sepanjang garis og cenderung mengalihkan blok ogf secara horizontal, seperti
diperlihatkan oleh gambar 4 di bawah ini;
F=4i-F,2
Yang mana;
Pasak ogb menimbulkan garis gelincir tegangan seperti yang dinyatakan sisipan kecil
blok tegangan pada c = 45 + +12 terhadap horizontal. Lalu untuk telapak dengan alas
licin sehingga ob merupakan bidang utama, dengan cara yang sama maka pasak afe
mempunyai sudut gelincir sebesar I = 45 - 6/Z yang keluar pada bidang oe yang juga
sebagai bidang utama pada sudut p.
Kita dapat menghitung tekanan tanah tahanan total sebagai gaya po dengan cara
integrasi dari blok tegangan sebelah kanan dari garis o/ sepanjang H dari gambar 1 di
atas;
HH
pr =l o, a, =! [ ( vz + q') tan2 (4s + Qlz) + 2c tan @s + g/21) dz
00
vH2
Pp = '2 K, + q'H K, + 2cHVK, Persamaan 8
Dengan cara menjumlahkan gaya-gaya vertikal untuk setengah pasak adg dalam
satu satuan lebar;
2 -
"
(0,7sa - 0/2)
-*"145*rr,
tan 0 Nv= "i* [4
_LcosA) -11
o N. N N, Kou
Contoh 1
Hitung besarnya daya dukung fondasi yang diizinkan q"rr dengan faktor keamanan 3,
jika lebartelapak B = 1,5 m serta B = 3 m.
Data tanah dari hasil test trioxial undrained serta dimensi dari fondasi seperti
ditunjukan oleh gambar C 1 berikut ini;
p
c: 14.5 kPa
Q:200
',2m y : 17,5 kN/m3
J
l
B
Gambar C 1
= 489,5 + 35 B
Daya dukung Meyerhof mirip dengan daya dukung Terzaghi, tetapi memasukan faktor
bentuk yang mana so untuk suatu kedalaman No. Faktor kedalaman disertai faktor
kemiringan i;. la menyarankan bentuk persamaan sbb;
Beban vertikal;
Faktor bentuk, kedalaman serta kemiringan ditunjukkan oleh tabel 6, tabel 7 dan
tabel 8 sbb;
Tabel 6 Faktor Bentuk s dari Meyerhof
Faktor Bentuk Kegunaan
B
s.=1+0,2Kp L Semua nilaiQ
sq=1+0,LKof=s, o>10o
s,=s"=1 0= oo
D
d.=L+0,2 BVKe Semua nilai0
do=dr=t+0,1*VKo
o>10o
do=dr=1 0= oo
2@s
Kp = tan + +lz)
i,=[1-9]'
'q o>100
iv=0 0=oo
0 : sudut kemiringan terhadap vertikal
Sompoi sekitar D = B nilai daya dukung botos qult Meyerhof tidak jauh berbeda
dengon Terzoghi, perbedoannya lebih kelihotan poda rasio D/B yang lebih besar.
Contoh 2
Diketahui fondasi telapak dengan lebar B = 0,5 m, panjang L = 2m dan dalam fondasi D
= 0,5 m. Serta dari test trioxialdidapatkan 0t = 42,70 dan c = 0. Seperti ditunjukkan
oleh gambar C 2. Hitung daya dukung batas q,l1fondasi.
,,.
J
0,5 m c--0
Qtr:42,70
Y' :9,31
B:0,5 m
Ganbar C 2
Sq=sv= 1,16
= 1,25
= ( 4,65 . 186,9 . 1,16 . 1,25 ) + ( 0,5 . g,3l- .0,5 . 4L3,6 . L,16 . 1,25ll
= 2659 kPa
Contoh 3
Berdasarkan uji sPT pada pengujian lubang bor didapatkan q, rata-rata 200 kN/m2.
Rencanakan daya dukung yang diizinkan dengan SF = 3 untuk fondasi telapak bujur
sangkar berdasarkan metode Meyerhof dan Terzaghi.
cu= 9ul 2
a) Daya dukung berdasarkan metode Meyerhof yaitu;
=3,705 Q, + Q, Nq
ga1 = Quh/ SF = \,23 qu + 0,334 q' No
Dapot disimpulkon bahwo daya dukung izin dori keduo metode itu mendekati qu
dari SPT karena es11= L,03 qu ataupun Qs11 = L,23 q, mendekoti qudori SPT.
Penggunaoff Qu = qorr hampir bersifot umum bila contoh tonoh dori SPT digunakan
untuk qr, koreno contoh tonoh ini poda keodaon tergonggu sehinggo SF berada
podo 4 atou 5 sebogai penggonti SF = 3 seperti contoh 2 di otas.
Metode seperti ini tidok diperbolehkan iika Qu < 75 kPa dan hal ini su harus
ditentukan pado bahan atau tonah yang kualitosnya lebih boik daripoda contoh
bohan dori SPT.
Berat sendiri dari bangunan atau beban mati dapat ditentukan setelah konstruksi
direncanakan, faktor beban untuk beban mati dan hidup menyatakan secara terbatas
derajat ketidakpastian yang berbeda untuk setiap jenis beban.
Ketidakpastian dalam penentuan kekuatan tanah izin lebih besar daripada beton
dan baja, ketidakpastian ini sbb;
a) Kurang kontrolnya terhadap perubahan lingkungan setelah konstruksi selesai
mana;
beban mati seperti berat konstruksi dan semua beban yang membebani
DL
secara permanen.
beban hidup atau semua beban yang membeban secara tidak permanen
LL
tetapi mempe
W beban angin bekerja pada konstruksi yang terbuka.
beban gempa atau gaya lateralyang bekerja pada konstruksi.
beban hidrostatika atau semua beban yang disebabkan tekanan (+)
HS
atau ( - ).
beban salju bekerja pada atap, nilainya berdasarkan peraturan.
beban akibat tekanan tanah bisa vertikal atau lateral.
Umumnya SF untuk beban sementara seperti angin dan gempa lebih kecil yang
bukan suatu keharusan.
Jika perencona menemukon intensitos beban yong tinggiokibot kombinasi bebon
sementoro, mako tekonon dukung yang direkomendasikan tidok dinoikkon secara
sembarangan sebesor sotu per tiga otou nilai lainnya; tonpa berkonsultasi
de nga n pe re nca na geotekn ik.
A. PENURUNAN
Dimana:
s : regangan AH : settlement
o : tegangah E, : modulus elastisitas tanah
Dimana;
d+-]
setttement(aH) = #. H.log t ,urrumaan
Dimana;
AH : Settlement
cc : lndeks Kompresi
c, : lndeks Muai
PS1r,lJm{eEe
Beban q yang disalurkan melalui fondasi berdiameter B, akibat beban q maka pada
elemen tanah yang ditinjau bekerja adanya perubahan beban vertikal total Ao, dan
perubahan beban horizontal total Aor.,. Akibat tekanan air pori awal (initial excess pore
woter pressurel u"o meningkat pada elemen itu lebih kecil dari Aou dan lebih besar dari
Aon, maka;
Aou< u"6(A06
Dalam bentuk tegangan efektif;
Aou'=AOr-u"o
A06'=A06-u"o
"..r'-
{. :i-
,|F
r'kF
"u,u
-?ia
z.
r tt-'
.'i r
:;'':
*:i ;i' :: :; : i:a:i
i I lt I
or' = yH Persamaan 6
Dikarenakan kedalaman dan berat isi satuan tanah (V) bervariasi, maka harus
dicari secara linier.
Dimana;
3) KoefisienKonsolidasi
Atau
to+- lt )
Persamaan L0
Settlement(AH,; = co .H log 1
tIt )
C'o = Ae ln (tz/tr)
Dimana
At : Penambahan waktu
tp:waktuketikakonsolidasipertamatelahselesai
Contoh 1
Pekerjaan timbunan tanah setinggi 4 m dengan bahan
timbunan dengan Vti-t = 18
y 17,5
kNlmi, di atas tanah lempung bongkahan dengan ketebalan 5 m, memiliki =
k*7;r. Alas timbunan diberi lapisan pasir tipis untuk mengalirkan air arah horizontal,
seperti pada gambar Cl di bawah ini'
-'m'/kN'
Jika hasil lob untuk tanah dasar timbunan memiliki ffi, = 1,2.10
Hitung total sett/e ment yang terjadi'
FsEXr
Gambar. Cl
Solusi
Aor'=Yti.n,Htimbunan
=18.4=72kN/m2
Maka total sett/e ment yang terjadi;
AH = ffiv Aou' H1
= L,2.10-o .72 .5
= 0,0432 m = 4,32 cm
B. TINGKAT KONSOLIDASI
1. Waktu Konsolidasi ( tr)
Lama proses te-rjadinya konsolidasi yang berakibat pada terjadinya settlement, dapat
ditentukan dengan diketahuinya c, ( Lab ). Posisi t diambil pada saat konsolidasi
mencapai 50%, sehingga waktu yang digunakannya adalah tso.
c, = k/( m,V*) = k( 1 + el /(a,y*)
Atau;
cu=THz/ti Persamaan 1l-
Maka;
ti = TH2/ c, Persamaan L2
Dimana:
U T
00 0.000
10 0.008
20 0.031
30 0.071,
40 0.L26
50 o.L97
60 0.287
70 0.403
80 0.567
90 0.848
100 F
t I4-=
Gambar. C 2
Solusi
sebesar;
*6
cv = 1o m2/menit.
t =\H2/ cu
= (0,848x5)'/ tO-u
7
= 2,L2. 10 menit = 40,34 tahun
--r9
A. LIQUIFAKSI
Liquifaksi (liquifactionl dan tingkat kerusakan akibat gempa dimana sifat dan
penyebaran kerusakan akibat gempa terutama dipengaruhi oleh respons tanah
terhadap beban siklik. Respon tanah ini ditentukan oleh parameter tanah, dalam hal ini
parameter dinamik tanah antara lain; modulus geser maksimum (G ,.*), kecepatan
rambat gelombang geser (V,) dan damping (0.
Liquifaksi yaitu hilangnya kekuatan tanah akibat kenaikan tegangan air pori yang
timbul akibat beban siklik.
o'=otot-u=0 Persamaanl
Potensi liquifaksi pada suatu tanah dapat ditentukan dari kombinasi sifat-sifat
tanah, faktor lingkungan dan karakteristik gempa, antara lain:
1. Sifat Tanah : modulus geser, sifat redaman, karaktristik butiran
dan kepadatan.
2. Faktor Lingkungan : cara pembentukan tanah, riwayat geologis, koefisien
tekanan lateral, kedalaman air tanah, tegangan keliling
tanah.
3. Karakteristik gempa : intensitas getaran, lama getaran, besar dan arah getaran.
Analisa liquifksi dapat dihitung berdasarkan void rotio/relative density dan SPT;
Sifat dan penyebaran kerusakan akibat gempa terutama dipengaruhi oleh respons
tanah terhadap beban siklik. Respon tanah ini ditentukan oleh parameter tanah dalam
hal ini parameter dinamik tanah.
Parameter dinamik yang digunakan antara lain:
a. Modulus geser maksimum (G ,.* )
1/3 o's
G."* = 2o,ooo ( Nr )eo oo
yaitu N yang telah dikoreksi dengan tegangan over burden efektif sebesar
(Nr)oo
96 kPa dan menyatakan efisiensi 6% dari energijatuh bebas teoritis.
Catotan: Untuk anoliso liquifaksi dan dompak kerusokan akibat gempa diperlukan
dato hosil SPT dan CPT.
Gempa merupakan beban siklik yang perlu untuk dianalisis terhadap stabilitas
timbunan. Begitu juga terhadap kuat geser tanah yang akan mereduksi berupa
transmisi beban, sehingga mengakibatkan terjadinya regangan siklik (cyclic stroinsl.
Beban siklik mengakibatkan hilangnya kekuatan daritekanan air pori (pore woter
pressure) pada tanah non-cohesive, sehingga menyebabkan terjadinya liquifaksi.
Pada tanah cohesive yang tidak sensitif masih ada 8O% kekuatan tanah statis
(Makdisi dan Seed, L978).
Secara umum ada empat metode analisa untuk stabilitas lereng akibat gempa;
- Pseudostatic Method;
Beban gempa disimulasikan berupa gaya horizontal dan vertikal dengan analisa
kekuatan batas.
Analisa ini memakai dua atau tiga dimensi dan analisa menggunakan
pendekatan model tanah, sehingga mendapatkan data tegangan, regangan
serta displacement permanen (Finn,1988; Prevost et a1.,1985).
{,ilmnJ rru*l*ratinn
Gambar 1
1,S
1$
p
'; 1J
-
G
rJ
- t.:
I
na
0,6
UU 0-l 0; 0_3 o3 n{ $"6
lirrtison Snlsrntc
Gambar 3
1ff
i
i :.-
4
UO
F
T
-=a
E
,,
L
1, J 1E .l
Dimana;
Dimana;
Atau;
I
l',,\]rf [J.lll (Lrmpufnt, l9i)
1 ii
,.i
E1 1- )alrDllls, S.}'
n
E 'i_+_____'
I I tl{'s
, i..", !
E ;J
at -* Jil% l
-4._.4*\L
..g"
Ps irrJa'I-, d.tik
y av = 0,195[H/v2]Sri Persamaan 1L
7n,,/,li
100
l,{= i
,/\
a.'\
10
/' <:t t
E
rHh-
;_''/,/.x:\
EI '<,]:t/
4
a
", 5'
t 1l
01
u
s.01
0 0,3 rJ B$ 0,8 1,n
6,50 L-8
7,50 1.-14
8,25 1.4 - 40
Contoh
Timbunan setinggi 46 m memiliki parameter tanah bahan timbunan yaitu;
Gr"* = 175OOO kPa, berat satuan volume y = 20,4 kN/m3. Respon spectra percepatan
untuk damping rasio antara 5 - 20% ditunjukkan oleh gambar 5. Tentukan
displacement permonent untuk percepatan max (peak ground accelerotionl 0,2 g,
yang mana rasio keruntuhan permukaan y/H untuk masalah ini sebesar 0,85 dan
acceloration kritis leleh (crifical yield occelerotion) sebesar O,14 g.
Solusi
Putaran 1
Tahap 1; Asumsi regangan rata - rata (sheor strain averoge) y"u = 0,06%o
Tahap 2; Pada gambar 4, Y^u = O,06% didapatkan G/Grr* = 0,4 sehingga;
F(ir\= [ llg
"1"]U:-fS. IiL'mr4re-r 4 leil
/3
ri
.T
l.i li
II
E ':J i-'i.----+
r,. i :'. 1i I .muine. i3
L,
t1
u
E
i*l:X
3 n
---'-----*!5-","
.r : rro.
"..::-ic:::-..?}-U/q
L%-
i*-q
,1 ni 1r1 Ii 1t* tn
Tahap 7 ; Nilai 0,068% didapatkan dari perhitungan dengan asumsi awal sheor
stroin overoge y^u = O,O6Yo, selanjutnya ulang perhitungan dari tahap 1
sampai 6 dengan asumsi strain overage yru = O,O7Yo;
Putaran 2
Maka;
Tt = 2,6L8 Hf v = 2,618 . 46/ 174,L = 0,692 detik
Tz = 1,138 Hf v = 1,138 . 461 L74,L = 0,301 detik
Tz = 0,726 Hf v = 0,726 .46/ 174,1= 0,192 detik
Untuk;
Tahap 8; Keruntuhan permukaan kritis memiliki rasio y/H = 0,85 serta percepatan
leleh k, = 0,14 8.
Tahap 9 ; Gunakan grafik pada gambar 6 untuk rasio y/H = 0,8, maka;
..ti:
,*#
{.tf""'i
Fli m dnt .4. i, fri'i".:.
,r:!;'i:,f
":ttifriiii{:i i ilirii.!iiil
\d ':ll:.1.":Lili:
6@
: ;\
:lii:ff1:r..
:iiYi:. liii:
""."".',
1
i'\
f.'.".r;i: th sliT
!i!!1:i.,,.i.i.',4;::r"
.!h.:"::,
E 'J.6
=
3
!
;r\ -Aw gr ftIrldir
Lr_5
?*:iililriill
liiiiiii.::;ilal
r!irlii!!i!t
:!ii:.:.:::it
i!!:! !il:! !4 {
i: i':!.,'.'! i:il
Gunakan grafik pada gambar 7 untuk rasio kr/ k ,r* = 0,G1_ maka;
d isplce me nt pe rm o ne nt-nya ya itu;
e10
=
tr
6
:t
7,50 2,5 - 20
8,50 20-60
_", 10
Metode distribusi momen dapat digunakan untuk menganalisis balok statis tak tentu
dan portal. Perhatikan gambar 1 berikut ini;
i.:,,:,rr,,,:;,;,,:,,, GambarT(a)danGambarT(b);
L Bolok AB dibeboni, misolnyo beban meroto
I mako di A akan terjadi putoran sudut otou
Jal
rotasi sebesarOadon di B sebesorOs.
Seperti ditunjukkon oleh Gombar (b).
* '*-""{q.qr-
- -;::-5-gE"-*=
Gambar (c);
Jbl
Mtx , M'* Agar di A tidak terjadi putaran sudut (rotasi) sebesar 01
dan di B sebesar fu, maka harus diberikan momen
\{ B perlawanan sedemikian rupa sehingga di titik itu 0 : 0.
Dalam hal ini llf o, dan lld 61 atau kita sebut momen
(c) fixed end moment = momen primer.
Gambar 1
A. KEKAKUAN (STIFFNESS)
1. Sendi - Jepit
Perhatikan gambar 2. Balok AB (sendi- jepit), di bawah ini;
Gambar 2
Gambor 2(a);
Balok AB (sendi - jepit)
Di A diberikan momeff Mns, maka di A okan terjodi putaran sudut (rotasi) sebesar
En.
Syarat untuk stabil, rotasi 0 yang terjadi harus sama dengan nol (0 = 0).
0a1-Qa2=Q
0s2 - Qs1=Q
Yang mana;
L
Onr = 3EI Mos dan oaz=
# Msn
maka;
Maa = T"Mea
Dan;
L
0a1-0a2=Qa ) --I- Y1o, - 6EI
(% Morl= go
maka;
lEIeo
Mas =
jika 0e = 1 ) Mne =
r' artinya untuk memutar (rotasi) di A sebesar 1 rad
@r'ro = Kas gn
Maa =
2. Sendi - Roll
Gambar 3
Gambar 3
Balok AB (sendi- roll)
Di A diberikan momen Mne maka di A akan terjadi putaran sudut (rotasi) sebesar
0r.
maka;
Mrs=
Se^
jika 0a = L ) 3EL 3;1;6ya untuk memutar (rotasi) di A sebesar 1 rad
Mes =
L
diperlukan momen Mes sebesar E-I
L
yang mana 3El/L = Kas ?tdu kekakuan (stiffnessl, sehingga;
Gambar 4 (b)
C. FAKTOR DISTRIBUSI
Untuk menganalisis faktor distribusi kita tinjau kekakuan dari batang seperti
ditunjukkan oleh gambar 5 di bawah ini;
Gambsr 5
Di A diberikan momen M, maka di A akan terjadi
putaran sudut (rotasi) sebesar 0.
Kekakuan batang AB "- K,cn
Kekakuan batang AC + K.tc
Kekakuan batang AD ---, K,qo
r
Gambar 5
Jika Mas, Mac, Mec kita nyatakan juga dalam notasi M;;,maka;
,,,=#U M, =
f, rrr,
lngat;
Momen titik bertando ( + ) : searoh jorum jom
Momen titik bertanda ( - ) : berlowanan aroh jarum jam.
Gambar 6
Gambar 7(a)
Mas = Mea
Distribusi Moment
Yang mana;
6=#r*ou
Mas = TP atau
Gambar 7(b)
3EI 6 -2
Mea = -i?- atau 6 = Mo, L
3EI
Contoh 1.
Balok menerus ABC ( A jepit, B dan C sendi ), yang mana kekakuan dari batang AB
yaitu 3l dan batang BC kekakuannya 21, serta bekerja beban seperti ditunjukkan oleh
gambar C 1 berikut;
q = 0,5 T/m
Gambar C 1
Solusi
L. Pertama asumsikan tumpuan B dan C jepit (jepit sementara) agar tidak terjadi rotasi
di B dan C.
lntervalAB
Di A; MFns= _il=
t2 ry=o,67rm (
Di B; MFaa= - Mto, =-0,67Tm (
lnterval BC
Di B; MFsc= 'ff =
Fab2
-f
51.22
=2'22tm(
Di c; MFcs= -++
L'
=- 5.?;l'
12
= -1,11.r, (
b. Tinjau masing - masing titik tumpuan
Dititik A
Agar tidak terjadi rotasi di A, maka harus ada locking moment
Ma 1e6p larg
besarnya sama dengan MFas tetapi arahnya berlawanan atau sebesar (Marock
0,67 Tm ).
= -
o,67
iliufu
Dititik B
Msto"l=-1,55
MFea=-o,ur( *=&,
) MFec=2,22
- :*tmana;
MFs: MFuc + MFea
*'*', = r,r,
Distribusi Moment
F_
Dititik c
Agar tidak terjadi rotasi di C, maka harus ada locking moment Mq;sg1 !ong besarnya sama
dengan MF.r, tetapi arahnya berlawanan atau sebesar (Mcr.r = 1,11Tm ).
kee , kec
odnT-kB=Psc
I-kB=Psn
rro = T=4El31la=3Et
aff LU= kea*kec=5,67El
ksc = + Eetll3 = 2,07 Et )
Moment balance
Balok BA di B
Balok BC di B
Moment balance
Balok CB diC
Titik A:
A merupakan jepit tetap, hal ini tidak perlu dilepas.
Locking moment A atau Mr tock = - 0,67 Tm didistribusikan.
Moment balonce
Balok AB di A
4. Siklus ke - 2
Minimal 3 siklus, semakin bonyok siklus moka semokin teliti perhitungon momen
yang dihasilkon.
6. Jumlahkan, mulai momen primer sampai dengan momen bolonce dari siklus terakhir
yang diinginkan sehingga akan diperoleh Mne, Mer dan Mec.
0,045 Tm
\
1,93 Tm
,-ofasrn B L93Tm
\z
(a 1
c
1,93 Tm
^
Gambar C 1
Contoh 2
Balok menerus ABCD ( A, B, C dan D sendi ), yang mana kekakuan dari batang AB yaitu l, BC
yaitu 2l serta kekakuan batang CD yaitu 21, bekerja beban seperti ditunjukkan oleh gambar C 2
berikuU
F=5
a=5m rt c=5m
I o=.,.n I
Gambar C2
Solusi
lntervalAB
Di A; M'o, _t
-t2 =
Ty = 1,0415 rm
Di B; MFan = - Mto, = - 1,0415 f* (
lnterval BC
Di B; MFsc=+ = + = z,st^(
Di C; MFcs = - 2,5 Tm (
lntervalCD
Di C; MFco =
# ='E =2,083 Tm(
Di D; MFoc = i-'-Z,OSEf,
--t tt.o (
2. Kekakuan k
u*=f =#=0,71
Lrca=&*B =
2Et = 0,56
3,6 EI
Kco 1.6 EI
Fco= = = 0,44
* 3,6 EI
Foc =1
L.759 3.012
Gambar C
Reaksi perletakan
free body
Batans AB
,Mae = 1.759
Ra = 0.898 Ra = 1.602
y+114*
Re=y,q* - =% (o.sl$l - o - !'759 = 1.602 ron
Rc:2.813
Batane CD
Mcp :3.012
Rer=0.898T(t)
Rgr = 1.602 T + 2.187 T = 3.789 T ( t )
' R61= 2.813T+3.102T=5.915T(I )
Ror=1.898T('lt)
Batang lnterval M, D,
QMr: D (Rax-%qrx")
0(xS5 M, = RaX -Y, qrx'
Ax Ax
0.0 0.00 0.90
1.0 0.65 0.40
AB - 0.10
2.0 0.80
3.0 0.44 - 0.60
4.0 - 0.4L - 1.10
5.0 - L.76 - 1.60
M."* jika D* = 0 1.8 0.807 0.00
M=0 3.5 0.0 - 0.90
Batang lnterval M, D*
0SxS2 M,=RsX-Mec
QMr: 0 (Rsx-Msc)
ax Ax
BE -1,.759 2.1.87
0.0
1.0 o.428 2.187
2.0 2.614 2.187
M=0 0.804 0.00 2.L87
Batang lnterval M* D,
23x3 4
M, = RsX - Msc- F(x - 2) 14" : 6 (Rsx-Msc-F(x - 2))
)x ax
EC 2.61.4 -2.813
2.0
3.0 - 0.199 -2.813
4.0 - 3.O1.2 -2.81.3
M--0 2.930 0.00 -2.8L3
Distibusi Moment
Contoh 3
Balok menerus ABCD yang mana kekakuan dari batang AB yaitu 31, BC yaitu 3l serta
kekakuan batang CD yaitu 21, bekerja beban seperti ditunjukkan oleh gambar C 3
berikut;
b=4m
Gambar C
Solusi
lntervalAB
B; gL' | .52 (\
Di MFec =
12 = = 2.083 fm
t2
Di C; MFca = - 2.083 Tm \/
lnterval BC
Di B; MFna=
#= + = L.667r, (
Di C; MFsa= - M'o, = * L.657Tm (
2. Kekakuan k;
Kekakuan balok AB (kas) - 4EI-
L +1u= z,4Et
Kekakuan balok BC (kac) -4EI
L
- 5D=ger
3. Faktor distribusi p;
p as = 0 karena jepit
,, Kse
- 4El
K" - srgl
^. =
FrBA- =o.44
Kec 3Fr
- iiir=
P ec = o,so
--*=
Ucg=r
Titik A B c
lnterval AB BA BC CB CD
Faktor distr busi(u) 0 0.44 0,56 1
M' 2.0833 - 2.0833 1..667 - t.667 6.0
Siklus ke - 1
M b"l"n." 0.000 0.L85 o.231 - 4.333
M 0.093 0.000 - 2.167 0.116
Siklus ke - 2 '^r,,u.,
M b"l"n." 0.000 0.963 t.204 - 0.116
M indrkri 0.481 0.000 - 0.058 0.602
Siklus ke - 3
M 0.000 0.026 0.032 - 0.602
b"l"n."
M 0.013 0.000 - 0.301 0.016
Siklus ke - 4 '.r,,r.,
M b"l"n." 0.000 0.134 0.t67 - 0.015
M r^r.,u., o.067 0.000 - 0.008 0.084
Siklus ke - 5
M b"l"n." 0.000 0.004 0.004 - 0.084
Tota! 2.737 - o.772 o.772 - 6.000 6.0
Skema momen
0.772 6.0
t.
,'-c
2.737 0.772 6.0
Distibusi Moment
Reaksi perletakan
free body
Batane AB
Maa:2.737
Ra: Rs:2.107
Batane BC
Msc:0.772 Mcs : 6.0
\7 : 6.0
RB :2.693
r)
= \Mco
Rc:5.307
Mr", 2.9 2.893 1.000 4.18s 8.369 2.893 2.74 7.45 0.00
M=0 4.59s 2.893 1,.000 10.5s7 13.293 4.595 2.74 o.oo - 1.70
M=0 7.790 2.893 1.000 0.708 3.443 1.190 2.74 0.00 L.70
BatangBE(0SxS2m)
Reaksi = Rs
1Vx = (Rsx -x3/t2\- Msc
D*=Rs-x2/4
Qr= x/3
q*xzf6= x3/Lz
M=Mec
M=0 0.287 2.693 2.0 0.773 0.095 0.002 O.77 0.00 2.67
Distribusi Moment
BatangCE(0SxS2m)
Reaksi = Rc
M*=(R6x -x'/tZ)-Mce
D*=- (Ar-x2lql
Q*= x/3
q*xz/G = x3/Lz
M=Mce
oL2
Mns = if
1
Man = - Maa
ll oL2
Mna = ln'
2
Mse= -Mlg
(3o' - 8a + 6)
rvlo, =
TP
Mer=- @s'{+ -o)
#
Wor=
Mea=
#
Mng=
ff reu' +lobt,)
Men= -#r(5L -3a)
Man= * gL -4a)
Mra=
ffittt'+4al--4u,)
Man =- Mag
?i.----t--i-
Distibusi Moment
No Perletakan Jepit - jepit Momen Primer
Mae = *'
10
Mea = - Mae
q{
AL
Mre= g
17
Msn = - Mns
q{
12 AI
Mng= Ser-a
lr
'aba' Msn =* Mae
13
Mas =
$ret-r"l
<---e---+ <*--5----+ <_u''''*>
I |
Mea = - Mns
a: a/L
q
Mns=
14 ..,-lnlhfl1 P'r,-a.'(2-0)l
=-_--b----_|=a_ Man = - Mas
Mna=
#',,+p+82-r,5p3)
Msn=- *',, *o+a2- 1,5o3 ;
Mng=
#
Msa = - Mne
Mas=
#
Msn=- *'
Mb
Mra= - ,(3a-L)
Mse=- Il (:u-r)
Fab2
Mns = -E
Men= -y
No Perletakan Jepit - jepit Momen Primer
Mns= i3(L-a)
22 A B
Mea =- Mns
23
Mes=
Ilr,"'-,,
< +|*---------l< =|<------> Msa = - Mne
Lln Lln Lln Lln
Mns= lL{zn2+t)
24
-----+ l<---- - -= l.-_+ <---+:
| <--> Msa = - Mae
Ll2n Lln Lln Lln Ll2n
,r^=g
Mn=
'#'
Mo= L*'
4- eL za)
*^= _
,^= (2 _ a)'
S
,^= + Q -p')
Distribusi Moment
No Perletakan Jepit - jepit Momen Primer
2oL2
8 Mn = a6-
7oLz
9 Ma = t-zo
qI
- 15aL + 2oL2)
10
AI *^ = ,#, 2Q*
2
oa
11 Mr= r (o'ls-3a14 +213)
12 ob2
Mo= dfu ( l0l'?-:br)
13
rvro = #,( 5L2 + 4aL - 4a2)
14
Ma=
#'
o{
15 AL
*o= ff'
16
wo= Srtzr - a)
17
,^ =
g (L-3a)
No Perletakan Jepit - jepit Momen Primer
a
OL
_-10
21
Ma =
aLz
22
Mn= f
23 A Mn= - Yrr-6u+3o2)
3*o
24 rvro =
25 Mo=
&zLr(L' _b')
A
26 *o= #G-a)
27 Mu=*("*t)
__?|<_+I<_> <_>i+>
L/n L/n Lln Lln ' L/n
A
FL.(2n' -l
28
J
Mn = I\
).+i<-+i< ) -l6n
Ll2n Lln Lln l-rn 'l.Dn
KONSTRUKSI JALAN RAYA
".,
11
A. KETEBALAN KONSTRUKSI PERKERASAN BERDASARKAN KUAT
GESER IZIN TANAH
Yang mana;
Yang mana;
v koefisien kejut
CBR atau California Beoring Rotio dapat digunakan untuk menghitung ketebalan dari
perkerasan jalan.
Prinsipnya sederhana;
Perkerasan dari batu pecah yang berbutir rapat kekuatannya dinilai tOO%,
sedangkan lumpur dinilai memiliki kekerasan 0% yang selanjutnya variasi nilai
kekerasan dari jenis tanah lainnya.
Penetrometer merupakan alat untuk mengukur CBR, alat tersebut cepat dan
mudah dalam menentukan nilai CBR.
1. Hubungan KuatGeserTanah TerhadapCBR
Kuat geser tanah terhadap CBR dapat diturunkan berdasarkan hukum Hook sbb;
ot=EE Persamaan 3
Menurut Yeuff rey, merupakan konstanta dan yang lazim digunakan adalah e
= 0,008, sedangkan menurut Acun dan Fox nilai e = 0,006 jarang dipakai untuk
konstruksi perkerasan jalan. Rekomendasi Darmon; E = 100 CBR (%).
Hasil uji Laboratorium, nilai E berkisar antara 50 - 200 CBR.
Untuktanah ; E = L00 CBR serta e = 0,008
ot = 0,008.100 CBR
L ton = 1000 kg
[= /ttooo TP"
V ,^u ,, a"*
h =14 ,,8
V CBR Persamaan 5 (b)
Y koefisien kejut
CBR Colifornia Bearing Ratio dalam%
I s*f"...o"rr*
T Biud*r.o*r.
I *....o"rr"
I
t+ r'i {'!.-) ! +'} ;ira"',1, +a a 1
T
4+t.$+'i6!i+ f sub b*r*.o*rr.
t
__-L
0t= eE
Persamaan 5
I +0,7logn
dan;
eE=0,8CBR
rr _
pr r + o.zloe n;
L - ,/
[ t,oru cnR Persamaan 7
Maka;
+ 0.7 log n)
,cBR '
h- I I ,25P"( 1
\/ Persamaan 8 (a)
1 ton = 1000 kg
fi=r@
V zr CBR
h =20 ,@
| Persamaan 8 (b)
Yang mana;
-cen
h ketebalan konstruksi jalan dalam cm
Po tonase kelas jalan (standar tekanan gandar tunggal) dalam tons
n jumlah beban berulang
CBR California Bearing Ratio dalam%
Sangat baik 5
Baik 4
Sedans 3
Jelek 2
Sangat Jelek 1,
Permukaan jalan sangat baik dan rata serta aspalan baru service oblelity -nya
bernilai 5 sesuai umurnya, nilai ini makin lama makin berkurang.
Jalan raya lalu lintas cepat (jalan utama) memiliki nilai service oblelity-nya 2,5.
Jalan raya lalu lintas sedang (jalan biasa) memiliki nilai service oblelity 2.
[*]. Persamaan 9
seta ra;
n = IL%J
pl.
Persamaan 10
n- [r.J'
Tabel 8 Nilai n Berdasarkan Tonase Kendaraan
BERAT
n n
KENSDARAAN
GANDAR TUNGGAL GANDAR KEMBAR
(TONASE)
Mobil
0,0002
Penumoang
0,90 - 3,60 0,006
3,60 -7,2s 0,20 o,o2
7,25 -9,00 1,00 0,09
9,00 - Ll_,0 2,20 o,2t
11,0 - 13,5 5,00 0,50
13,5 - 15,4 9,20 0,87
Gaya tekan yang terjadi diteruskan ke segala arah dengan sudut 450 terhadap
garis vertical, sehingga lapisan bagian atas akan menerima tekanan yang paling besar
sedangkan lapisan bagian bawah menerima tekanan relatif lebih kecil. Tekanan ini
semakin bawah semakin kecil karena penyebaran gaya semakin luas, dalam hal ini
tekanan dari atas relatif sama dengan daya dukung tanah dasar.
r*lr
eE
ot= r+o,zrog, Persamaan 1L
dan;
eE=0,8CBR
atau dapat dinyatakan dalam standord oxle load atau tonase kelas jalan po,
p=2po
Maka;
L ton = 1000 kg
Maka pers. L3(a) menjadi;
h=20 \/i
ye"1t * O7 t,og n;
CBR Persamaan 13 (b)
Yang mana;
n
KLASIFIKASI LALU LINTAS
(LER)
LER : lalu lintas ekiuvalen rata-rata yaitu LHR yang telah diekuivalenkan
terhadap Po.
Karena n darijenis kendaran dalam satuan waktu tidak sama, maka perlu setiap
jenis kendaraan diekuivalenkan terhadap kelas jalan po yang ditetapkan.
Ftm
Eerc/brtnpecr[
persamaan 1a (c)
ht = hu + D2 + Ds = 20
F+*m
no=6qn, Persamaan 15
yang mana;
n curah hujan
nr lalu lintas ekuivalen rencana
no lalu lintas ekuivalen yang diperhitungkan
Jika air tertahan dalam konstruksi perkerasan atau di tanah dasar, hal ini
dipengaruhi oleh:
a) Keadaan drainase, baik alam maupun buatan.
Bila;
n curah hujan
nr lalu lintas ekuivalen rencana
ne lalu lintas ekuivalen yang diperhitungkan
11o lalu lintas ekuivalen yang diperhitungkan
flo=U6nn, Persamaan L6
Po ( 1+ 0,7logU 5 q n, )
h"t =20 Persamaan L7 (al
i/ P, ( 1+ 0,71og n")
h"t =20 Persamaan L7 (b)
Rumus tebal konstruksi perkerasan untuk umur 20 tahun dan Po = 8 tons, atau
U = 20 th dan Po = 8 tons, yaitu:
(L,9 + 0,7log 6I ,. )
h et = 56,6 Persamaan 19 (a)
Rumus tebal konstruksi perkerasan untuk umur l-5 tahun dan Po = 8 tons, atau
U = 15 th dan Po = 8 tons, yaitu:
t--
(1,7+o,71og6nn)
h"1 =56,G \/
li Persamaan 19 (c)
Cr*
Rumus tebal konstruksi perkerasan untuk umur 5 tahun dan po = 8 tons, atau
U = 5 th dan Po = 8 tons, yaitu:
LEP : lalu lintas ekiuvalen permuraan, yaitu LE pada awal umur rencana.
LEA : lalu lintas ekuivalen akhir yaitu LE pada akhir umur rencana.
LEH : lalu lintas ekuivalen yang diperhitungkan, yaitu LER yang telah
dikoreksi dengan faktor umur U atau faktor regional.
._, 12
A. UMUM
Beton terbagi atas kelas, mutu serta didasari oleh tujuan penggunaannya.
Pada beton dikenal tegangan dan regangan.
Yang mana;
Deviasi standar yaitu tingkat penyebaran kekuatan tekan dari benda uji. Penyebaran ini
tergantung tingkat kesempurnaan dari pelaksanaan yang didefinisikan sbb;
5-IffiTi
tVl"H."h-ubrJ- Persamaan 2
C_
Kuat tekan kaiikteristik o'bk dapat dirumuskan dari hubungan 0'6, dengan
standar deviasi S, yaitu
o'bk = o'b* - Lr64 S Persamaan 3
awaltinggi
Sumber PBl, 77
I\'{
srr: E- Persamaan 4
yang mana;
Setelah pengecoran beton akan terjadi proses pengerasan, pada proses itu
beton menyusut rata-rata 0,5 mm untuk 1 m balok beton.
Penyusutan beton tergantung;
1) Perbandingan campuran material adukan
2) Bahan tambahan
3) Faktor air dan semen atau w/c
4) Jenis semen
5) Temperatur.
e = {t Persamaans
yang mana;
.,{T.
Persamaan 6
-Lo
Di sini terdapat hubungan antara tegangan dari gaya yang bekerja terhadap
reganganyang dihasilkan akibat gaya itu dengan membandingkan perubahan panjang
terhadap panjaang awal. Berupa modulus elestisitas E yang diperlihatkan oleh gambar
3, di bawah ini;
OAA'
Gambar 3 Hubungan Tegangan - Regangan
Atau;
Eu = 19oo (o'o.,n)o't Persamaan 8
Yang mana
Pada konstruksi beton bertulang yang dicor di tempat, harus mempunyai selimut atau
penutup beton.
Tebal minimum selimut beton darijenis pekerjaan ditunjukkan oleh tabel 4;
Yang dimaksud;
Sifat Pembebanan
Jenis Pembebanan
Tetap Sementara
Lentur tanpa atau ada gaya
normal 7,2 1,0
- Tegangan tekan
- Tegangan tarik 1,0 1r0
Gaya aksial
- Tegangan tekan 1,2 L,0
- Tegangan tarik 1,0 L,O
Lentur atau puntir
- Tegangan tekan L,1 1,0
- Tegangan tarik L,1. 1,0
Sumber PBl,71
Yn: lr4 /9
Yang mana Q merupakan koefisien kekuatan beton, besarnya nilai dari Q
ditunjukan oleh tbel 6;
tr{"ekuatan bahar
Gtb : Persamaan L0
Tp'?* 'Y'
3. Jenis dan Kombinasi Pembebanan
b. Beban hidup
c. Beban angin
d. Beban gempa
2. Kombinasipembebanan
Ada beberapa jenis kombinasi pembebanan, hal ini dimaklumi bahwa
konstruksi beton merupakan bagian yang penting dari sebuah bangunan
baik gedung maupun bangunan lain.
Selain kombinasi di atas ada rekomendasi dari ACI Code 318 - 93 untuk
faktor beban (U).
Ata* ,
u =i.r"$I) * l.]xr
Ata* ;
L1 *;}"$fi + i,+ilii
Br$*:t vlurti iJ,}.! * l:*'h*n kid*trt lt.i h*l;all akib;*r ai:' ;rre* rx**ir :
&t.n*,
LIH*.tl:r* l.?L
Yang mana;
sendiri, yang merupakan rasio antara tegangan terhadap regangan. Modulus elastisitas
baja E, sebesar 2,L . LO6 kg/cmz.
Dalam hal mutu digunakan notasi U, tegangan tekan dan tarik baja yang diizinkan
o'" ditunjukkan oleh tabel 7, dalam satuan kg/cm2.
Tabel 7 Tegangan Tekan dan Tarik Baja yang Diizinkan
Tegangan Tekan dan Tarik lzin Baja o'.
Mutu baja (kelcm2)
U Pembebanan
Pembebanan Sementara
Tetap
Uzz t.2so 1.800
Uzq 1.400 2.000
Usz 1.850 2.650
UEg 2.250 3.200
U+s 2.750 4.000
Uu-r- 0,58 o", 0,83 o,,atau 0,83 ooz
Sumber; PBl,71.
Tegongan tekon don torik boja leleh karakteristik atou yong memberikan
tegongan tetap sebesar 0,2% (os,) ditunjukkon oleh Tabel 8, dalam satuan
kg/cm2.
q.R
$.r.:63
-_, 13
Pada perhitungan balok
beton bertulang akibat beban
batas (ultimate strength). berdasarkan metode kekuatan
Metode ini JiOagi atrs;
1. Keadaan seimbang (batonced)
2. Keadaan tulangan lemah (under
reinforcedl
3. Keadaan tulangan kuat (ouer
reinforced).
Garisaeual ---
Sehingga;
x t'u
" Persamaan 1
Yang mana;
A. HUBUNGAN TEGANGAN
- REGANGAN BAJA PADA KEKUATAN
BATAS
ot.,
0 8. 0)96
Gambar 3 Diagram tegangan - regangan baja pada kekuatan batas
Yang mana;
'i = E'*
L--i_----J
1. Kuat tekan beton mox lo*aul dan regangan beton max le'6ul
Kuat tekan beton mox sebagai kekuatan tekan lentur beton rencana
didefinisikan sbb;
CI*b, = Ko O'bk Persamaan 3
Jadi regangan tekan mox beton (e'5,) sebagai regangan batas di serat tepi
balok beton yang tertekan sebesar t'u, = 0,0035.
4bu
g
r tl '-"' I h
d hrr *3
Sehingga;
135*
735* * o*o Persamaan 4
JL'
&)b=
bh
-
T. = A'o*., dan D = ab o*ru
Di sini;
Ta=D dana=0,8V, o*b, = Ko o'nt
Sehingga;
all^xubk
&)b : -E $a*-
Yang mana;
Syarat;
6,4 - qi-I1::-
.l Ii..: S'rr
:9r0
-'" ti!0-s',,
il-g,.-
I K:0't:,
{,t:e.t = U.,'-r ,o
T"
Atau;
q,o8-1 : t0_i
- ll-ao-u-- Persamaan 5
wErr - s*.,,
1t bh
-
1Ii.; s".1p
Oan A*;- = O'.,
Sehingga ;
{t)snr- =
A*"
BII
t0 Persamaan 8
9uin - ET-
Hubungan Eu,fludan a
alE
tA Ega I--u
vr!-:
- s'lo - i"
-
iu : atau vu: iu h
h-
a=0,8yrdana=q.h
q, h = 0,8 y, 0,8 ([, h)
=
sehingga;
Ao*.r=2bKoo'ur
]bKooil
^_ S**
A0r, a Aot*
" - EN,.o-If EtSU
-3h
= ffiE"68
As** A : *
tA:X*fit=bL = e
yseg mEr.E bh
o*"u
' IILoo'hl
Meke;
q= +- atau q =Yta
.Ifr
Dan;
Mu = Tr(h -% a)
Yang mana;
a=q,h, danTrg=q
Maka;
M, = Ao*., hlL-%o'l Persamaan 9a
Atau;
Maka;
M, = 2qbh2Koo'bk (r - q) Persamaan 9c
Recallpersamaan 9a,
M, = Ao*., h(L-% al
Yang mana;
L-lz a=\u
1-q=(,
Maka;
Mr=Ao*rrh(, Persamaan 9d
Atau;
M, = 2qbhzKoo'ur (,
y,=
' A F}fuo'61bh:]
bh 2=9**=
Koo'lr
Yang mana;
A lK"S'* _-
-qo* -'{"
EE-
M, = Q, (2bh2Koo'61(u )
Dan;
{ 1I"
h=i 2 ltr*ra
t, b q,, iu jot persamaan 1o
( t lo'r :cu
L-"GJ
Atau;
Sehingga;
ru=h"-illth{I'*
r _l
][" , - o'i
Persamaan L2
I
Yang mana;
{lmu:0"5 c,:t
{{9JL
Atau;
I 110
Yffi - 7350-ot Persamaan 13
1) 6u1 Qu^^*
6.. = t"i
Lt
{ O, *o-c-: -t=!r
u:.l
2l Ou) 0u^"*
Ada di atas garis netral, yang mana untuk regangan t'b
( t'b'
0,= * )o,*=ff
t'6 ( '5u maka Eau = t'arn.*
h1
cr = 0,8 (, untuk [, ( 1
u:1- 0'2
(rr
untuk [, > 1-
Yang mana;
,u a
!- L
fl
dan 0:_
h
Garis netml
Dan;
A o*"*
' bli I I( o'ut
Maka luas penampang tulangan tarik A yaitu;
2IAO'rt
4=qbh o*;- Persamaan 1a (a)
Pada kondisi tulangan tekan sudah meleleh, tegangan tekan baja yang
diizinkan o'., mencapai tegangan tekan baja renca.na o*.r.
Maka;
- Pada bagian tekan
3uit'6u=(h-Yu):Y,
", :q-y') 1l
l-qu
t'n, Y" 5u
Atau;
1l Persamaan L5
'r:o:0,,
(*
'.r:'5r=(Yr-d'):Y,
d'
=,- (uh
j'' :
l- ("h o'o Persamaan L6
Atau;
o'u:1- (0'8d'/tl)
([
Persamaan 17
Yang mana;
IFn=0makaTa=Da+Do
T" = Ao*",
D. = A'o*., atau D" = 6Ao*r, dan Dr = db o*uu
T" = D.+ P6
Dimana;
A' = 6A, o*b, = K, o'bu dan a = cth
Maka;
Ao*r, = A' ox., + ab o*0,
Ao*.u = 6A o*., + q.h b o*uu
(1- 6)A O*.u = ch b o*6,
Dimana;
o*b, = Ko o'bk
Maka;
Dimana;
As*". : q
bh(2K"$i*)
Sehingga;
0,
e 2(l- o) Persamaan 18
Yang mana;
q merupakan jarak resultan gaya dari serat tepi atas atau dari serat
tertekan;
rl(D. + Du) = D. d' + lz a Du
Dimana;
Ta=Du+Da
D, = 6Ao*., dan Ta = Ao*.,
=o*au(A'd'+%aA-64)
o**( A'd' + % aA-EA )
T: As*"o
Dimana;
-A'_
o: A
Maka;
G*"oIEd'+(Yza-A)]
*, O*.u
Tl:5d'+Yza(1-6) Persamaan 19
Yang mana;
Dimana;
Atau;
I\L : q[el-s+)-(r-ay1
2 I( o'u. bh2
v-Z
L"- n
Yang mana;
M, = T. (, h dan T. = Ao*",
Yang mana;
A o*.o
T[ zno'-*=^Y
Mu = Q h (2Koo'ur.bh2 )
f I\lL l o'5
h=
{zn'i--uq5}
Dan;
atau;
: I 470
e*o 65117;361;;;1 Persamaan 26 b
1) Syarat;
o't' ( o*t'
Yang mana;
Eu= L,25 o.
q=2q(1-6) dan o'.u = E, '"u
Maka;
-_ {1- o4d.rh
o"u:73501 ".,* " I
I
I q(l-d) J
Persamaan 27
IFn=0 Ta=Da+Du
A o*., = A'o'., + ( a b Ko o'ut)
Yang mana;
4=qbh
q bh o*r, = A'o'., + ( a b Ko o'ut )
0'1d"h +
qbh (2 BL o'ur.) = d qbh (2 K" o'ou)lz:soIr - q(1-o)iJ
l] a bh Ko o'rt
L L
Mr=T"(rh
persamaan 28
rr{,=bh:(2rqc;kl[(r-5)(t- ])*eotr-#lr, **,] r;
Dan;
1) Syarat;
E'" ) t"
'r:t'6r=(Vr-d'):Y,
t', : tFt -
t'h,, {r O:-U }
L{-u)
Yang mana;
q=2q(1-6)
.}
d'/h
__t> 6*ro
e'.:O,OO:SIt
\n T,r- 1oa
Maka;
0.4 d'l h
c( I -0 )
"
-= --i- Persamaan 30
0"u
'
I
7f5A-
(":1.25o o,:
6'u:1- (0'8d'lh)
fi
cr. (
e = 211- s; dan c.: La'| )0.5
"l
Contoh 1
Balok beton berpenampang persegi dengan lebar 30 cm, tinggi total 60 cm, selimut
beton daerah tekan 5 cm serta mutu beton yang digunakan Krzs. Baja yang digunakan
sebagai tulangan dari Ugz.
Rencanakan penulangan dua rangkap jika balok itu menerima beban berupa momen M
= 15 Tm yang merupakan pembebanan tetap.
Solusi
A'-- 6A
Untuk mengetahui q atau indeks tulangan tarik, kita harus ketahui diameter
beban atau reaksi beban terpusat cu.
o'1
. I
cu=h
Mu t-'''-- J 1,5 . 1,5. 106 I --
=2,6st
1 znu"i. t= 55 1r.-J.?0-175J
Mu = Vs M dalam contoh soal ini dalam satuan kg cm
Syarat ke - 1-;
.
= -# -r*
tt, 0,0 I
@,,., a3-635
2,68
@uo=
+ = ffiH,,"
lngat;
o*u,
t"= E^ #%o,oo13
kita recallpersamaan 26 a;
220s 2205
Q*u:[-J1g35gao*"*; =
1ry;0,3628
Syarat ke - 2 terpenuhi ; 0,0686 < O,L56l < 0,362g OKE
Maka luas penampang tulangan tarik;
4= q bh
25i*=
o,!s6t.3o . ss , li;irt = L6,27 cmz
Dan luas tulangan tekan A';
Contoh 2
Balok beton berpenampang persegi dengan lebar 30 cm, tinggi total 50 cm, selimut
beton 5 cm serta mutu beton yang digunakan K175. Serta baja yang digunakan sebagai
tulangan dari Uz+.
iika beban berupa momen i.0 Tm yang merupakan pembebanan sementara, tulangan
tekan menggunakan 4 D 1-9 mm, tulangan tarik menggunakan 5 D 22 mm. Tentukan
momen batas yang diizinkan.
Solusi
Krzs) o'ax=L75kg/cm2 '0, =0,0035
Uzq ) o*.u = 2080 kg/cm' e'^r.* = 0,01- E" =2,L. 1-06 kg/cm2
Pembebanan sementara Ko = 0,6
ht=50cmd=5cm b=30cm
h=ht-d=50-5=45cm
M, = Aox"u (, h pers. (*
o't
,
cu=n
M, ,-
i zr<"b"i*J
Sehingga;
2
L'
6= [ =1_L,4/7g=0,6
4= q' bh
25{'ut maka
A o*u,= 19 2080
O^uu
q =-bh ](dbk 30 .rt5 2 .oT. tT5
= 0,139
q ,in kita recallpersamaan 8 untuk pembebanan, sementara dengan Ks = 0,6
: 2?45 _2205 _
Q-* {l - E; g 350 + o*."; =
(l - 0,6 x7350 *zoffi)o'584
Syarat;
Qu = 6,273
cu = 2,82
(, = 0,918
.
@, ,.* = ttu;,;;.=
-u, 0,0 = 2,68
o.ools
1
t"c
@ro =E-;, = " 0,286
--
lngat;
o*u, zq!q--
ti= - -
e" = n
2J .16r= 0,00099
^^^oo = 0,001
M, = Aox", (, h Pers. (*
M,=
I hl2 2Kobo'6p pers. (**
tej
f t< )2
ra"= \t'SzJz . o,a. 30 . L75 = L 504 233 kg cm = l-,604 Tm
Momen batas yang diizinkan M, diambil dari pers (xx karena nilai lebih kecil.
Sengkang atau beugel merupakan tahanan geser untuk menahan gaya geser yang
bekerja pada balok beton, atau berupa tulangan miring.
Perhatikan gambar 8, di bawah ini;
Jika gaya lintang F diperbesar, maka balok beton akan retak di zona retak.
Persamaan 3L
Yang mana;
A,=2[aD'
-
n.=+[]-orl
l+ I
Yang mana;
Gambar 10
A. o*u,
os= Persamaan 32
;*o
Tegangan geserrru dipikulkan terhadap sengkong sebesar;
Tsu=Tbr-T*bu
Pada bentang sejarak L2 dipasang lebih renggang dan kita harus periksa,
bahwa;
tr'r 2J#"
Jiko lebih kecil, moka o, harus dirapotkon kembali.
Jarak senqkonq menurut PBI
Diameter Sengkong
Dalam pelaksanaan, bahan sengkang yang digunakan;
- Baja lunak sampaisedang (Uzz,Uzz dan U3e) digunakan diamater
D>6 mm.
- Baja keras ( > Uag ) digunakan diamater D > 5 mm.
a. Tegangan geser
Jarak antar tulangan miring (jarak antar tulangan diambil dari belokan
tulangan miring) yaitu;
Keterangan notasi;
Tmu tegangan geser yang dapat dipikul oleh tulangan miring pada
kondisi batas
Tsu tegangan geser yang dapat dipikul oleh sengkong pada kondisi batas
A* luas penampang tulangan miring
Tegangan geser puntir pada penampang balok beton akibat beban batas
dapat dihitung sbb;
dan Puntir
b. Tegangan Geser Lentur
Tegangangeserlenturdanpuntirbersama-sama,makaditengah-tengah
tepipenampangvertikaltegangangeserlenturt's,dantegangangeser
terpenuhi;
dan harus
puntir r'6u, saling memperbesar
T 6u * t'6g 3 t*br,'
diperbesor'
apabila; T 6u * T'5u 2 T*b',u moko penompang horus
Diperlukanuntukmemikulseluruhjumlahtegangangeseritusertabeton
terjadi jika;
harus dianggap tidak ikut
memikul' hal ini
r 6u * T'6u 2 T*b,,u
geser
puntir dapat dianggap dapat memperbesar tegangan
Tegangan geser
balok sebesar;
teritur paOa seluruh lebar
- Mto
,Or-
-r Persamaan 36
bA'
Yang mana;
Mt, : momen puntir batas akibat beban batas
teras balok beton
& : luas Penampang
Teknik Stpil - 1
Konsep dan Aplikasi Pengantar
d. Sengkong sebagai Tulangan Geser
Trr 2 T.r+T"b,
ingat;
A, oxuu
Lsu - a"b
Perhatikan gambar 12 di bawah ini, yang mana tulangan geser hanya berupa
sengkang - sengkang;
/, qr, /, orz
m.
yang mana;
r"s, : tegangan geser puntir fiktif pada keadaan batas untuk perhitungan
tulangan geser
'' . ,v.:
Amin = o, Persamaan 38
Yang mana; '#,
Amin : luas tulangan total minimum
pt : keliling penampang teras
Kuat tekan B1 Krzs Krzs Kzzs Umum B1 Krzs K:.zs Kns Umum
o'bk
Beton karakteristik
100 t25 175 22s o'bk 60 125 775 22s o'ur
Lentur tanpa/+
gaya normal o'* 50 62 88 112 0,5 o'r.r, 60 75 105 135 5o'
Tekan
0*bu 7 8 9,5 11. O,7t'lo'd'" 7 8 9,5 TL 0,71Vo'sr
Tarik
Gaya aksial
at* 50 62 88 1_72 0.5 o' 60 7,5 10s 135 0.6 o'
Tekan
0,54 Vo'61 5, 0,54 Vo'61
Tarik o* br,u 5,s 6 7 8 6 7 8
5
Geser oleh
lentur/puntir T+ 5.5 7,5 8.5 9,s 0,65 Vo'r.r 7 8 9,5 1.7 0,7I,'lo'a,
Tanpa tulangan t,62 tlo'6y 1,78 Vo'61
geser t bm,u 1-6 18 2t 24 18 20 24 27
Ada tulansan seser
Geser oleh lentur &
puntir r*n, 8 9 L7 12 0.81Vo' 9 10 12 13 0.89 Vo'n,
Tanpa tulangan 2,O3 tlo'6y 2,23,,1o'a*
geser T*br,, 20 23 77 30 22 75 30 33
Ada tulangan geser
Geser pons pd
penampang kritis 10 11 13 15 0,97 Vo'61 11 t2 14 15 1.07 Vo',
Tanpa tulangan L,94tto'* 2,t4 tto'61,
r bpm,u
geser 20 22 26 29 22 24 28 32
Ada tulangan geser
Sumber PBI Tl Tobel 10.4.4
Balok Beton
E. LENDUTAN PADA BALOK BETON BERTULANG
Setiap balok maupun pelat dari beton bertulang harus memiliki tinggi penampang yang
sedemikian rupa, sehingga lendutannya (f)akibat beban kerja cukup aman.
Syarat besarnya lendutan akibat pembebanan tetap yaitu;
f<# Persamaan 39
b) Pada balok dan pelat lantai di atas tumpuon menerus, Leyaitu jarak antara
dua titik balik, titik yang mana momen sama dengan nol.
c) Pada balok dan pelat lantai yang terletak di atos tumpuon jepit - bebos, Ls
yaitu 0,85 kali panjang bentang L atau Lo = 0,851.
d) Pada balok dan pelat lantai yang terletak di otas tumpuan jepit - jepit, Ls
yaitu 0,75 kali panjang bentang L atau Lo= 0,751.
e) Pada balok dan pelat lantai kantilever, Lsyaitu 2 kali panjang bentang L atau
Lo = 2L'
f) Pada balok dan pelat lantai yang menumpu pada ke empat tepinya, L6
ri -- re
r I'kt. kz* F'
q +F
Persamaan 40
F lendutan
- Bangunan industri, beban terbagi rata per m2 pada pelat lantai atau per m'
pada balok harus dianggap sebagai beban jongka pendek (besornyo = 750
kg/cm2).
Koefisien kl dan k2
- Koefisien kl yaitu koefisien yang tergantung dari bentuk penampang balok atau
pelat. Ditunjukkan oleh tabel 2.
Tabel 2 Koefisien k1 faktor bentuk penampang balok beton
Bentuk penampang k1
Koefisien k2 yaitu koefisien yang tergantung dari rasio luas tulangan tekan dan
tarik.
A
kz = A +A' Persamaan 41
. ]gr1t
f"=
oa Lo2. 10-6
(t') ,
Persamaan 42
- 6;6
Yang mana;
Og : tegangan tarik baja yang bekerja di daerah lendutan akibat beban kerja
E : rasio garis netral terhadap tinggi manfaat balok
Ao*u,
\c-rtr
- .tJ bh O,Ut
Tinggi konsol h, harus diukur pada bidang muka dari kolom atau konstruksi
pemikul yang tidak boleh lebih dari 2 kali ht di bagian luar.
Tulangan tarik A harus diperhitungkan terhadap momen lentur akibat beban
batas sebesar Fr. a.
Apabila konsol memikul gaya horizontal atau tarik horizontal, misalnya pada
perlintasan kren, maka gaya harus diperhitungkan dalam menentukan tulangan tarik
pokok A.
nasio f h* tidak boleh kurang dari o,o3
$* ,rnarn menahan tegangan
geser harus dipasang tulangan horizontal yang sejajar d6ngan tulangan tarik pokok A
sebesar Ah di 2/3 tinggi manfaat konsol.
Persamaan untuk menentukan luas efektif dari dari tulangan horizontal Ah yaitu;
An= Persamaan 43
S",
Yang mana;
p : koefisien gesek
It = L,4: konsol di cor monolit
Lr = 1,0 : konsol di cor kemudian
A : tulangan tarik
46 : tulangan horizontal dan Ar, tidak boleh kurang dari 0,5A
F, : gaya batas
6=0
fiu",' fi'*'l '
rtt '.
6=0
{, 0" fi:u CU
6=0
6=0.2
6=0.2
t' 6to. q
0.148 0.185 4.405 0.459 0.921 0.093 3.43
0.1s0 0.188 4.333 o.467 0.920 0.094 3.41
0.153 0.191 4.229 o.477 0.919 0.096 3.37
0.15s 0.194 4.161, 0.484 0.918 0.097 3.35
0.158 0.198 4.063 0.494 0.9L7 0.099 3.32
0.160 0.200 4.000 0.500 0.916 0.100 3.30
0.163 0.204 3.908 0.509 0.915 0.102 3.28
0.165 0.206 3.848 0.5L5 4.914 0.103 3.26
0.168 0.210 3.762 0.s24 0.913 0.105 3.23
0.170 0.2L3 3.706 0.s29 0.912 0.106 3.21
0.173 0.21.6 3.624 0.538 0.911 0.108 3.19
0.175 0.219 3.571 0.554 0.911 0.109 3.L7
0.L78 0,223 3.494 0.551 0.909 0.111 3.14
0.180 0.225 3.444 0.556 0.908 0.113 3.13
0.183 0.229 3.372 0.s53 0.907 0.1.L4 3.L1.
0.185 0.23L 3.324 0.568 0.906 0.11_6 3.09
0.188 0.235 3.2s5 o.s74 0.905 0.118 3.07
0.190 0.238 3.2L1, 0.579 0.904 0.119 3.05
0.193 0.24L 3.145 0.585 0.903 o,LzL 3.03
0.195 0.244 3.103 0.590 0.902 0.722 3.02
0.198 0.248 3.040 0.596 0.901 0.724 3.00
0.200 0.250 3.000 0.600 0.900 0.12s 2.98
0.203 0.254 2.941" 0.606 0.899 0.127 2.96
0.205 0.2s6 2.902 0.610 0.898 0.128 2.95
0.208 0.260 2.846 0.51s 0.897 0.130 2.93
o.2LO 0.263 2.8LO 0.6L9 0.896 0.131 2.92
0.2L3 0.266 2.756 0.624 0.89s 0.133 2.90
0.215 0.269 2.72L 0.628 0.894 0.L34 2.89
0.218 0.273 2.670 0.633 0.893 0.136 2.87
0.220 0.275 2.636 0.636 4.892 0.138 2.86
0.223 0.279 2.587 0.641 0.891 0.139 2.84
0.225 A.28L 2.556 0.644 0.890 0.1.4L 2.83
0.228 0.285 2.509 0.649 0.889 0.L43 2.81
0.230 0.288 2.478 0.6s2 0.888 0.L44 2.80
0.233 0.297 2.433 0.657 0.887 0.146 2.78
0.235 0.294 2.404 0.660 0.886 0.1.47 2.77
0.238 0.298 2.361" 0.664 0.885 0.149 2.76
6=0.2
0u Q'U r* g cs
0.240 0.300 2.333 0.667 0.884 0.150 2.7s
0.243 0.304 2.292 0.671 0.883 0.152 2.73
0.245 0.306 2.265 0.673 0.882 0.153 2.72
0.248 0.310 2.226 0.677 0.881 0.155 2.71
0.2s0 0.313 2.200 0.680 0.880 0.1s6 2.70
0.253 0.316 2.162 0.684 0.879 0.158 2.68
0.2s5 0.319 2.137 0.686 0.878 0.1s9 2.67
0.258 0.323 z.lot 0.690 0.877 0.161 2.66
0.260 0.325 2.077 0.692 0.876 0.163 2.6s
0.263 0.329 2.042 0.696 0.875 0.L64 2.64
0.26s 0.331 2.019 0.598 0.874 0.166 2.63
0.268 0.335 1.985 0.70L 0.873 0.168 2.62
o.270 0.338 1.963 0.704 0.872 0.169 2.6L
0.273 0.341 1.930 0.707 0.871, 0.77'1. 2.59
0.275 0.344 1.909 0.709 0.870 0.L72 2.59
0.278 0.348 L.878 0.712 0.869 0.L74 2.57
6=0.2
t fiu fi', Cu
0.333 0.41.6 1..402 0.760 0.847 0.208 2.38
0.335 0.4L9 1.388 0.761 0.846 0.209 2.38
0.338 0.423 L.367 0.763 0.845 0.211. 2.37
0.340 0.42s 1.3s3 0.763 0.844 0.213 2.35
0.343 0.429 1,.332 0.767 0.843 0.214 2.3s
0.345 0.431- 1.319 0.768 0.842 0.2L6 2.35
0.348 0.435 L.299 0.770 0.841 0.21.8 2.34
0.350 0.438 L.286 0.77L 0.840 0.2!9 2.33
0.353 0.441- L.266 0.773 0.839 0.221. 2.32
0.355 0.444 7.254 0.775 0.838 A.222 2.32
Balok Beton
0.3s8 0.448 1.235 0.777 0.837 0.224 2.31,
0.360 0.450 1,.222 0.779 0.836 0.225 2.3L
0.363 0.454 L.204 0.780 0.835 0.227 2.30
0.36s 0.456 L.192 0.781 0.834 0.228 2.29
0.368 0.460 L.174 0.783 0.833 0.230 2.28
0.370 0.463 L.t62 0.784 0.832 0.231 2.28
0.373 0.466 L.L45 0.786 0.831 0.233 2.27
0.375 0.469 1.L33 0.787 0.830 0.234 2.27
0.378 0.473 L.71.6 0.788 0.829 0.236 2.26
0.383 0.479 1..089 0.791 0.827 0.239 2.25
0.385 0.481 L.078 0.792 0.826 0.241" 2.24
0.388 0.485 1.062 0.794 0.825 0.243 2.24
0.390 0.488 1.051 0.79s 0.824 0.244 2.23
0.393 0.49L 1.036 0.796 0.823 0.246 2.22
0.395 0.494 1.025 0.797 0.822 0.247 2.22
0.398 0.498 1.010 0.799 0.82L 0.249 2.2L
0.400 0.s00 L.000 0.800 0.820 0.250 2.2L
0.403 0.504 0.985 0.801 0.819 0.252 2.20
0.405 0.506 0.97s 0.802 0.818 0.253 2.20
0.408 0.510 0.961 0.804 0.8L7 0.255 2.19
0.410 0.513 0.9s1 0.80s 0.816 0.2s6 2.19
0.4L3 0.516 0.937 0.806 0.8L5 0.2s8 2.!8
0.415 0.519 0.928 0.807 0.814 0.2s9 2.18
0.418 0.523 0.91_4 0.809 0.813 0.26L 2.17
0.420 0.525 0.905 0.81.0 0.812 0.263 2.L7
0.423 0.529 0.891 0.811 0.81_1 0.264 2.1.6
0.425 0.531 0.882 0.8L2 0.810 0.266 2.L6
6=0.2
6=0.4
tn $; ', ,,,t.gtu,l' ,(u Cu
6=0.4
6=0.4
6=0.4
(" $" *,n
0.428 0.s35 0.869 0.813 a.832 0.3s7 L.84
0.430 0.538 0.860 0.814 0.831 0.3s8 1.83
0.433 0.541 0.848 0.815 0.830 0.361 1.83
0.435 0.544 0.839 0.816 0.829 0.363 1.82
0.438 0.548 0.826 0.8L7 0.829 0.36s L.82
0.440 0.550 0.818 0.818 0.828 0.367 1.81
0.443 0.s54 0.806 0.819 0.827 0.369 1.81.
0.448 0.s60 0.786 0.821 0.826 0.373 1.80
0.450 0.563 0.778 4.822 0.825 0.375 1.80
0.453 0.566 0.766 0.823 0.824 0.378 1.79
0.455 0.s69 0.758 0.824 0.823 0.379 7.79
0.458 0.573 o.747 0.825 0.823 0.382 1.78
0.460 0.575 0.739 0.826 0.822 0.383 L.78
0.463 0.s79 0.728 0.827 0.821 0.386 1..78
0.465 0.58L 0.720 0.828 0.821 0.388 L.77
6=0.6
(r0uO'uftq Cu
6=0.6
0" 6',, Cu
6=0.6
0u fi'u (o Cu
6=0.6
6=0.8
6=0.8
t" :$u ',' 6ru :: Q cu
0.148 0.185 4.405 0.459 0.90s 0.370 L.73
0.1s0 0.188 4.333 0.467 0.905 0.375 L.72
0.153 0.L91 4.229 4.477 0.905 0.383 L.70
0.1_55 0.L94 4.L6L 0.484 0.905 0.388 1.69
0.158 0.198 4.063 0.494 0.904 0.395 1..67
0.160 0.200 4.000 0.500 0.904 0.400 1.66
0.163 0.204 3.908 0.509 0.904 0.408 1.6s
0.165 0.206 3.848 0.515 0.903 0.4L3 7.64
0.168 0.2t4 3.762 0.524 0.903 0.420 1.62
0.L70 0.213 3.706 0.529 0.903 0.425 1.61_
o.L73 0.216 3.624 0.538 0.903 0.433 L.60
0.L75 0.219 3.57L 0.564 0.906 0.438 1.59
0.t78 0.223 3.494 0.551 0.902 0.445 1.58
0.180 0.225 3.444 0.5s6 0.902 0.450 1.57
0.183 0.229 3.372 0.563 0.902 0.458 1.56
0.185 0.23L 3.324 0.568 0.902 0.463 1.55
0.188 0.235 3.255 0.574 0.901 0.470 L.54
0.19o 0.238 3.21.L 0.579 0.901 0.475 L.53
0.1_93 0.241 3.L45 0.585 0.901 0.483 1.52
0.19s 0.244 3.103 0.590 0.901 0.488 1.51
0.198 0.248 3.040 0.595 0.900 0.49s 1.s0
0.200 0.250 3.000 0.600 0.900 0.500 L.49
0.203 0.254 2.94L 0.606 0.900 0.s08 L.48
6=0.8
6u 6l G q eu:',
0.240 0.300 2.333 0.896 0.600 L.36
0.667
0.243 0.304 2.292 0.896 0.608 1.36
0.671
0.24s 0.306 2.265 0.895 0.613 1.35
0.673
0.248 0.310 2.226 0.895 0.620 7.34
0.677
0.250 0.313 2.200 0.89s 0.62s 1,.34
0.680
0.253 0.316 2.1,62 0.895 0.633 1.33
0.584
0.2ss 0.319 2.137 0.894 0.638 1".32
0.686
0.2s8 0.323 2.101. 0.894 0.645 1.32
0.690
0.260 0.325 2.077 0.894 0.650 1.3L
0.692
0.263 0.329 2.042 0.894 0.658 1.30
0.696
0.26s 0.331 2.019 0.893 0.663 1.30
0.598
0.268 0.33s 1.985 0.893 0.670 1.29
0.701
0.270 0.338 1.963 0.893 0.67s 1..29
0.704
0.273 0.341 1.930 0.893 0.683 1.28
0.707
0.275 0.344 1.909 0.892 0.688 L.28
0.709
0.278 0.348 1..878 0.892 0.695 7.27
0.7L2
0.280 0.350 L.8s7 0.7t4 0.892 0.700 7.27
0.283 0.354 L.827 0.7L7 0.892 0.708 1.26
0.285 0.356 1.807 0.719 0.891 0.7L3 1..2s
0.288 0.360 L778 0.722 0.891 0.720 t.2s
0.290 0.363 !.759 0.724 0.891 0.725 L.24
0.293 0.356 1,.730 0.727 0.891 0.733 1.24
0.29s 0.369 1..712 0.729 0.891 0.738 1.23
0.298 0.373 1.685 0.732 0.890 0.745 L.23
0.300 0.375 1.667 0.733 0.890 0.750 1..22
0.303 0.379 1.640 0.736 0.890 0.758 7.22
0.30s 0.381 L.623 0.738 0.890 0.763 L.27
0.308 0.385 1.s97 A.740 0.889 0.770 L.21
0.310 0.388 1.581 0.742 0.889 0.775 1..20
0.313 0.391 1.556 0.744 0.889 0.783 1*20
0.315 0.394 1.540 0.746 0.888 0.788 L.20
0.318 0.398 1.516 0.746 0.887 0.795 1.19
0.320 0.400 1.500 0.750 0.888 0.800 1..19
0.323 0.404 L.477 0.752 0.888 0.808 1.18
0.32s 0.406 1,.462 0.754 0.888 0.813 L.18
0.328 0.410 t.439 0.756 0.887 0.820 1..17
0.330 0.413 1..424 0.758 0.887 0.825 L.L7
6=0.8
t fi" 6',; g Cu
0.333 0.41"6 1.402 0.760 0.887 0.833 1..16
0.335 0.419 1.388 0.761 0.886 0.838 1.16
0.338 0.423 L.367 0.763 0.886 0.84s L.L6
0.340 0.425 1.3s3 0.763 0.885 0.8s0 1.1s
0.343 0.429 r.332 0.767 0.886 0.858 1.15
0.345 0.431. 1.319 0.768 0.88s 0.863 1..1.4
0.348 0.435 1,.299 0.770 0.885 0.870 L.L4
0.350 0.438 1.286 A.77L 0.885 0.875 1_.74
0.3s3 0.44L t.266 0.773 0.885 0.883 1.13
0.3s5 0.444 L.254 0.775 0.885 0.888 1.13
0.358 0.448 1".235 0.777 0.884 0.895 L.Lz
0.360 0.4s0 1.222 0.778 0.884 0.900 t.t2
6=0.8
.., 14
A. UMUM
Sebuah matriks biasanya dinyatakan dengan huruf kapital misalnya A, serta bilangan
yang terdapat di dalamnya merupakan elemen dari matriks itu. Semua bilangan yang
tersusun dalam jalur vertikal disebut kolom, sedangkan elemen yang tersusun dalam
jalur horizontal disebut baris. Objek matriks dapat berupa bilangan reof kompleks
ataupun fungsi.
Elemen matriks dapat dinyatakan dengan notasi a;;, !ang mana i menyatakan
baris sedangkan j menyatakan kolom.
Bentuk umum matriks A dengan elemen a;1 sebagai berikuU
a
Att AtZ Atl ... Atn
[ = | or., ":, ":' '
:.r."
Amn
t
Dimana;
Contoh 1
[:
JikaA= i_2_t-4
2)
I
Contoh 2
Tentukan ordo dari matriks A dan B, jika;
[:-]
JikaA=[3-4 2) dan g=
-41
Solusi
[2,]
Matriks A di atas, dengan m = 1 dan n = 3, maka A berordo 1 x 3 atau Arg
Matriks B, dengan m = 3 dan n = 1, maka B berordo 3 x 1 atau Bsr
Jika matriks memiliki baris dan kolom sama atau ffi = h, maka matriks itu disebut
matriks bujur sangkar, di antara matriks bujur sangkar yang penting yaitu;
1. Matriks Satuan I I ]
Matriks satuan adalah matriks yang memiliki elemen ory dimana ; = j dan
bernilai 1, sedangkan i * j bernilai nol, seperti contoh berikut;
I 0 0-r
A=
h ol
$= 0 I ol I
oo
|
[0 1.]
1,1
2. Matriks Nol
Matriks nol semua elemennya bernilai nol, sifat dari matriks nol sama seperti
bilangan nol dan umumnya dituliskan [0 ], sebagai contoh;
0 0 0-l
tol [o ,l
000
io ol
0 0 0l
3. Matriks Transpose
ad
lu b c I
A= I lmaka Ar= be
Ld . f l
cf
4. Matriks Vektor
Matriks vektor yaitu matriks yang elemennya berupa komponen vektor, dan
dinyatakan ke dalam matriks kolom, sebagai contoh;
It'-l
]r,
1-l I
i=1. | =trrrz..rnlr
['"-]
t1 t2 rn menunjukkan elemen dari matriks yang mana vektornya
merupakan vektor dalam ruang n.
5. Matriks Diagonal
Matriks diagonal A merupakan matriks bujur sangkar, yang mana elemen -
elemennya a;; . Jika I = j, maks d1i *0, sedangkan jika i * j, maka ait = 0, lebih
jelasnya;
lu o o-l
A- o e o
lo o i l
Elementa,edani*0
Dan jika sebuah matriks mempunyai semua elemennya nol di atas atau di
bawah diagonal utama, maka matriks itu disebut matriks segi tiga, sebagai
contoh ;
,^ b c lu o o
], e r Atau de0
Lo o i [* h i
6. Matriks Simetri
Jika matriks bujur sangkar yang matriks tronspose-nya matriks itu sendiri,
maka matriks itu disebut matriks simetri, Ar = A.
Dua matriks sama besar jika aij = bij, yang mana a1; elemen dari A dan b1i
elemen dari B, dikatakan A = B
Sebagaicontoh,misalnya;A=[1 4 2ldanB=lt 4 2)
Di sini;
Otr = brr d111-=bn dan a13 = b13
2. Penjumlahan Matriks
Dua buah matriks atau lebih dijumlahkan, pada dasarnya merupakan
penjumlahan dari elemen-elemen matriks itu yang letaknya sama, dengan
syarat matriks yang akan dijumlahkan memiliki ordo yang sama satu dengan
yang lainnya, serta matriks hasil perkaliannya pun berordo sama.
Misalnya;
la b cl kb *l
a=]a " ,ka ke
r] maka kA = )kd kfl
lrh'] t" kpkhk ,)
4. Perkalian Matriks dengan Matriks
Atau;
AooxBo,.=Cp,
a) AxB*BxA
b) Ax( B+C)=(AxB )+(AxC)
c) Matriks A x Matriks satuan = Matriks A
Axill=4
atau;
d) Ax[0]=[0]
Contoh 3
t1
Jika A = 0
.)
dan B=[125]
a
TentukanmatriksC=AxB
Solusi
JikaA=1.1rlidanB=[20]
t
t JJ
TentukanmatriksC=Ax B
Solusi
[r'2''ol=['
[, ]r, or= ,,1.2
L3- 3.ol
o-
lool
Contoh 5
Il 2) 03
JikaA=i4 5 danB= 51
lo ol
TentukanmatriksC=AxB
Solusi
-(1.0+2.5)
Il 2]To:r
l+ sl I
(1.3+2.r)l [10 5
l=
(4.3+5.1)'=
1o ol Ist;
i(+.0+5.5) lrt l7
Ito.o+0.5) (6.3+o.t)] | o t8
C. DETERMINAN
Determinan merupakan nilai sebuah matriks bujur sangkar, misalnya matriks A, maka
determinannya dengan notasi det A,iika;
A- detA=': :
t. l,"o'
o .-] abc
["
B- d e 1 maka detB= d ef
[* n ,] g hi
Determinan hanya untuk matriks berordo n x n atau matriks bujur sangkar,
sehingga disebut determinan ordo n.
o
detA= l" =ad-bc
lc d
A3 t AIZ AZZ
AZ t AIZ Azz
Sedangkan kofaktor M;; yaitu hasil perkalian tanda a;1 dengan M;1;
Kofaktor Mit= (- 1)'*
jM,i.
penjumlahan dari hasil
d) Determinan matriks ordo n merupakan hasil
perkalian elemen a1; dengan kofaktornya'
det A= I aii(- 1)'*'M,i.
Contoh 6
Tentukan determinan dari matriks A' seandainya;
[' , ,l
[= 4 s
tl
6l
Jrl s 9J
Solusi
Misalnyaelemenyangkitaambilterletakpadabarispertama,maka
sesuai Prosedur;
jMi;
det A=I a,,(- 1)i*
= ar, (l rJtlt vtrr* atzFl)1*2 Mr z.* dt
(- 1)t*'Mrs
- 1(- 1)' M. i 2(- 1)' Mt z + 3(- L)a Mr r
= LMtr-2Mrz +3Mrs
Sekarangcarinilaidarikofaktor-kofaktornya,dengancaramenarik
baris pertama;
garis vertikal dan horizontalterhadap elemen-elemen
ruti
[*i
15 6
= (5o9-6.8)=-3
l4l 5 6.l
makaMrr= i* e
I
U* el
46
maka Mrz =
79 = (4o9-6'71=-e
45
7\ ---3
maka Mra = 78 [,0.8-5'
dank=2 maka;,Mij
4sl l_ 810
7 8l t4 t6
Perubahan Tanda pada Determinan
letaknya;
)4-5 47
l', 8 -5 8
4-5
78 = 67 akan berubah tanda jika;
78 -5 4l
atau l= -67
4-5 8 tl
c. Determinan Sama dengan Nol
1) Determinan sama dengan nol jika semua elemennya nol pada
sebuah baris atau kolom;
4 -sl
0 0 l= o
2) Determinan sama dengan norjika dua baris atau kolom sama besar;
15
=Q
15
l3 6l=o
lz 4l
Sebelum kita selesaikan persamaan linier dengan metode matriks, kita tinjau
persamaan linier serempak sbb;
Terdapat n buah variabel x, yaitu X1, Xz ....... xn serta a dan b yang merupakan
konstanta.
Persamaan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk matriks sbb
Atau;
AX=b
Dimana;
?1X+b1y=9, pers. L
?2X*b2\=C2 pers. 2
Yang mana a, b dan c merupakan konstanta, dari kedua persamaan linier ini kita
dapat mencari nilai x dan y, yaitu dengan cara menghilangkan salah satu variabel
x atau y.
Maka;
31 OzX + dr bzY = O1 C2
I
tl
u, b,l
la,
l- -
b,-)
fu, br crl
l u, b,
- .,1-)
t-
Jika kita ingin mencari variabel x atau y, kita harus mengetahui determinan
dominator x dan y masing-masing dengan notasi D* dan Dr.
Jika persamaan linier dengan n buah variabel tak diketahUi, X1, x2, .... xn dengan
determinan koefisien D * 0, maka;
D1 D,
Xr=
D2
-D , X2= D r..'..'.. /(n - r
Contoh 7
Solusi
2x+5Y =9
3x-2Y =4
95
D*= = 9(-21-5.4=-38
42
29
Dv= =2.4-9.3=-19
34
Maka;
-38
x=--lg=2
Y= -t9 J9=r
1. Matriks Adjoint
Matriks adioint Kr yaitu matriks yang elemennya terdiri dari elemen kofaktor
yang di-transpose-kan, yang mana K merupakan kofaktor.
Jelasnya seperti contoh g;
Contoh 8
Jika;
A_ trl
2 4)
Tentukan matriks odjoint dariA.
Solusi
l+ -2)
Jadi matrik K=
[-: ,]
Dimana;
K : matriks kofaktor
Kr : adjoint A
Sehingga;
A-1= *"odioint A
Contoh 9
Jika;
[= I 3l
2 4)
Tentukan matriks inversA atau A-1dan buktikan A A-1 = |
Solusi
10
AA-1=lyangmanal=
01
Misalnya;
la bl
A-1_
I s d]
.1r
A-' = dot rK'
det F - t/2
Krr = (- 1)'* t Mr, = (- L)2 M1r
=(-1)2@) = 4
Krz = (- L)r*, M1. (_ 1)3
= Mir =(-1)3Q) =_2
l
Kzr = (- 1)2* Mrr (- 1)3
= M1r =(-1)3(3) =_g
Kzz = (- 1)'*, Mr,
= (- 1)a M1r = (- 1)o(1) = 1
Jadi matrik K=
o -r]
[
i -3 lJ
[t ol
(oke terbukti)
=l
lo r)
l
Perlu diingat;
- Matriks A disebut matriks non-singular jika det A * 0 dan matriks itu
memiliki invers.
- Matriks A disebut matriks singulor jika det A = 0 dan matriks itu tidak
memiliki invers.
F. TRANSFORMASI LINIER
Transformasi linier merupakan hubungan antara variabel lama dengan variabel baru
dari hasil transformasi. Misalnya;
X=ax+by
y=cx+dy
Dimana;
A, b, c dan d: konstanta
Perhatikan gambar 1
Gambar 1
R merupkan vektor atau garis yang menghubungkan titik (0,0) ke titik P (X,Y).
titik (0,0) ke titik Q
Sedangkan vektor r garis yang menghubungkan
x
r=xi+yi=
v
x
R=Xi+Yj=
Y
Hubungan antara titik P dan Qyaitu;
ab x ab
R=Mr = Yang mana; M =
cd v cd
Gambar 2
x'=ax*by
Y'=cx+dY
dan i=7 maka xi + yj = x'i + y'j
Jadi fungsi dari matriks transformasi M yaitu memberikan informasi mengenai
komponen yang menyebabkan r = r'.
G. MATRIKS ORTOGONAL
Contoh 10 (
A= ltot0 -sine
[sin 0 cos 0
l- ,i,, e cos 0
(cos 0cos0 + (- sin 0)(- sin 0)) ( (cos 0 sin 0 + (- sin 0) cos 0))
lrcI
=[O t] @ke terbukti, matrik A orthogonol untuk semuo E)
H. TRANSFORMASIORTOGONAL
Seperti halnya transformasi linier, jika sumbu xy diputar sebesar 0, sehingga (x, y)
menjadi (x', y') dan x'I y'.
Perhatikan gambar 3;
Gambar 3
Sehingga;
x'= xcos0+ysin0
y'=-xsin0+ycos0
Dalam bentuk matriks;
x' 0
cos sin 0 x
cos0 sin 0
Dimana = M atau matriks transformasi
-sin0 cos0
Dan, MMr = l, maka matriks transformasi adalah matriks ortogonal.
t_
x= xr l-
I
[x1 xzJ
*rJ
Jika vektor x dalam ruang n, dapat kita nyatakan dalam bentuk matriks;
x= ... xn]r
tit=[:l'-]"'
Bentuk umum dari perkalian titik dalam dari dua vectoridanf ditulis;
0 sudut antara dua vektor idrn yl tit, cos 0 = 0 ini menunjukkan bahwa vektor
tegak lurus satu sama lainnya, yang merupakan ortagonalitas vektor x dan y dalam
ruangn, jadixa y jika<x,y>=0
atau;
Solusi
1 J
x=
1
dan fl=
-1
-1 0
2 -1
Panjang dari vektor;
X'ffjika<X,!)=0
atau;
Cek;
Ayres, Frenk Jr, Ph. D. 1974. Theory and Problems of Motrices - Sl Edition. Mc Graw -
Hill, lnc.
Berry Peter L. 1987. An lntroduction to Soil Mechanics. Mc Graw - Hill Book Company
England.
Bowles, Joseph E. 1988. Foundotion Anolysis and Design, Fourth Edition. Mc Graw -
Hill, lnc.
Bowles, Joseph E. L984. Physicol ond Geotechnical Propertises Of Soils. Mc Graw - Hill,
lnc.
Chu Kiawang. L983. lntermediate Structural Anolysis. Mc Graw - Hill Book Co.
Chu Kiawang. 1953. Stoticolly lntermediate Stuctures. Mc Graw- Hill Kogakusha Ltd.
Edil, Tuncer B. 1982. Seepoge, Slopes & Embankments, CEE 530. Medison: University
Of Wisconsin .
Foulis & Munem. 1982. Colculus, Fourth Edition. Massachusetts,: Addison - Wesley
Publishing Company, lnc. Reading.
Gunawan T, lr. & Margaret S.,lr. 1985. Soal dan Penyelesoian Mekoniko Teknik Jilid 1.
Jakarta: Delta Group.
Kamajaya, Drs. & Linggih, Suardhana, lr. l-985. Fisika, Edisi Pertomo. Bandung: Ganeca
Exact Bandung.
Khurmi, RS. Strength of Materiol. New Delhi: schand & company Ltd. Ram Nagar.
Mudjiarto, Roswati & Fr:a1s J. Krips. 1995. Matemotika Fisika. Bandung: lnstitut
Teknologi Bandung.
Purcell, Edwin J. L984. Colculus with Anolytic Geometry, Fourth Edition. prentice
- Hall,
lnc.
Ryder, GH. 1975. strength of Material, jrd Edition. Mc - Millian press Ltd.
Suratman llyas, DR., CEA., lr. 2004. Perilaku Tanah. Bandung: lTB.
Sutarman, Encu. 2006. Pengaruh Kimia Terhodap Kuat Geser Tanah. Bandung: lnstitut
Teknologi Bandung.
Timoshenko, Sp. & Young Dh. !977. Element of Strength of Moterials. Affliated East
west Press Pvt Ltd.
Timoshenko, Sp. 1976. Strength of Materials Part L, g'd Edition Van Nostrand
Reinhold.
Timoshenko, Sp. & Young Dh. 1965. Theory of Structures. Mc Graw - Hill Kogakusha
Ltd.
Vazirani V.N. & Ratwani M.M. 1978. Analysis of Structures. Khana Publishers 2 - B Nath
Market NaiSarak Delhi 110086.
m 100 cm 1000 mm
km 1000 m 0,6Zl4mil
Panjang
m 39,37 nc
inc 2.54 cm
mil 5280 ft 1,609 kq
Ecm
Ar 1o
cm
2 0,155 inc'
Luas
144 incz
liter 1000 cmj 10 -' m'
Volume
ftr 0.0283 m3 7,5 gal
cm/detik 0,03281 ft /detik
Kecepatan
mit / men 60 mil/ jam 88 ft / detik
g 10 -'kg u't';Lo
6
1.013 . 10
Tekanan atm',,2 oYne/cm
i * 'erg
10 0,239 kal
Energi ev 10 Mev 1,6 . 10 -: erL
1.66.10-zag, 1,49.10'erg
"mu
KONSTANTA DAN FAKTOR KONVERSI
PENTING
Laju cahaya dalam ruang hampa
c=2,998.108m/s
Besar muatan elektron
e: 1,602. l0 - lo Coulomb
Tetapan Bolzmann
k: 1,381 . 10 -23 Joule / oK
Tetapan Coulomb
1 / 4 neo = g,9gg . 10 eNmz/ C2
Tetapan Plank
h : 6,.626. l0 - 34 Js serta h / 2n: 1,055 .
lo -3a Js
Bilangan Avogadro
No = 6,02 ,1023 / mol
Massa elektron
m" = 9,109 . l0 -31 kg 0,51 I
= Mev I c2
Massa proton
mr= 1,672 .10-27 kg = 93g,3 Mev I c2
Satuan massa atom 12
( C) u: 1,661 . l0 - 27 kg = 93 1,5 Mev I c2
Magneton Bohr
Ps
: eh I 2 m.: 9,27 . 10-24 J / T
Magneton Nuklir
i lrN: eh / 2mo = 5,05 . l0-7 J / T
Jari -jari Bohr do: 4 n .l^hz I m" : 0,529 A
",
Panjang gelombang Compton
)v c:0,0243 A
Tetapan struktur halus
a.: e' I 4 n eohc: l/ 137
k T ( suhu kamar )
k . 300 0K : 0,025g ev l/40 eY
=
Tetapan Rydberg
R-: 1,097373 . W7 /m
I barn: 10 -28 m2
10
1 Ci:3,7 . 10 Bq