Você está na página 1de 11

Tulisan ini adalah resume dari buku karangan McDonald Lee Cameron part 2 berjudul

Western Political Theory, yang diterbitkan oleh Harcourt Brace Jovanovich pada tahun 1968
khususnya Bab 9. Bab ini menuliskan tentang reformasi di Gereja, tokoh-tokoh penggerakan
reformasi Gereja, sekte-sekte yang muncul setelah reformasi Gereja, doktrin-doktrin
reformasi (perlawanan) di Gereja dan Generasi paska Gerakan Reformasi Martin Luther. Bab
ini menuliskan jelas dan medetail tentang pergerakan reformasi gereja yang dipelopori oleh
Martin Luther, seorang akademik yang juga aktif di Gereja.

Reformasi Gereja di Eropa


Martin Luther adalah sosok panutan reformis Gereja Protestan. Beberapa ajarannya banyak
memengaruhi doktrin, budaya dan tradisi Gereja Protestan. Seruannya pada masyarakat
Romawi dan Gereja untuk kembali kepada ajaran-ajaran Alkitab melahirkan tradisi baru dan
perubahan radikal di kalangan Gereja Katolik Roma. Sumbangannya terhadap peradaban
Barat jauh melampaui kehidupan Gereja Kristen. Latar belakang gerakan Marthin Luther
adalah adanya penyelewengan kaum Gereja yang menjual Indulgensi (penebus dosa) kepada
masyarakat waktu itu. Indulgensi merupakan surat pengampunan dosa atas dosa yang sudah
diampuni. Dan surat Indulgensi ini diperjual belikan di kalangan Gereja yang menyebabkan
terjadinya penyimpangan di kalangan Gereja. Fenomena ini menjadikan keresahan di
sebagian kalangan Gereja. Mereka mencoba mengurai terjadinya penyimpangan yang
dilakukan kelompok Gereja tersebut, diantaranya Wiclyf, Huss, dan Erasmus. Usaha mereka
dalam mengurai penyimpangan di kalangan Gereja memuncak pada saat Martin Luther
mengirimkan 95 surat (tesis) kepada Gereja yang ditempel di pintu gerbang Gereja.
Tindakan Martin Luther ini mendapat respon besar di kalangan masyarakat Gereja dan
kemudian membawa perubahan besar di kalangan Gereja Katolik. Dari sinilah lahir gerakan
reformasi Gereja.

Reformasi adalah suatu gerakan untuk mengadakan pembaharuan dalam kekristenan barat
yang dimulai sejak abad ke-14 hingga abad ke-17, pada internal Gereja Katolik Roma.
Reformasi merupakan gerakan yang hendak mengembalikan kekristenan kepada otoritas
Alkitab, dengan iman kepercayaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Wahyu Allah.
Reformasi terjadi pada abad 16 dan gerakan reformasi ini menyebar beberapa tempat yang
berbeda. Awalmula terjadi di Jerman yang dipelopori oleh Martin Luther. Kemudian disusul
oleh Zwingli di Swiss, kemudian Johanes Calvin di Perancis, serta di Jenewa dan Swiss.
Selain itu, reformasi juga terjadi di tempat lain seperti di Inggris. Pada awal abad 16 gereja di
Eropa Barat sangat memerlukan pembaharuan secara menyeluruh. Kehidupan gereja sedang
tidak sehat, gereja di Eropa benar-benar membutuhkan pembongkaran yang menyeluruh,
birokrasi gereja menjadi tidak efisien dan penuh korupsi, moral para rohaniwan tampak
lemah dan menjadi sumber skandal bagi jemaat. Sementara jabatan gereja yang tinggi di
peroleh melalui cara-cara yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, yakni dengan dasar
hubungan keluarga, status politik, atau status keuangan, bukannya atas kualitas kerohanian
mereka.

Gerakan reformasi Gereja ini menjadi sejarah terpenting dalam perkembangan dunia politik,
selain pembaharuan di gereja. Pasalnya, setelah terjadi gerakan reformasi gereja ini, terjadi
perubahan cara berpikir dan pemahaman di Eropa tentang pemisahan antara ruang kekuasaan
gereja yang sifatnya akhirat dan ruang politik yang sifatnya duniawi. Sebagaimana kata
Figgis, "politik kita sangat dipengaruhi oleh perbedaan prinsip antar gereja, yang mana
cenderung tidak kita sukai, atau persaingan teologi yang cenderung kita abaikan". Peristiwa
Reformasi adalah simbol terjadinya proses transfer fungsi dan kekuasaan, antara era gereja
abad pertengahan dan era sekuler/duniawi. Namun proses peralihan terpenting, adalah proses
peralihan keyakinan para rakyat umum, yang hingga saat ini sangat sulit dijelaskan. Kata
Figgis ini semakin jelas terbukti dengan lahirnya para pemikir dan reformis paska gerakan
reformasi ini seperti Thomas Aquinas, Machiavelli, Thomas Hobes, John Locke,
Montesquieu.

Lebih dari itu, gereja abad pertengahan juga menjalankan fungsi pemerintahan, dan
merupakan pengatur hukum agama untuk hal-hal yang praktis. Gereja memiliki peran lebih
daripada sekedar hierarki kependetaan. Baik imam/pendeta sekuler dan umatnya diasumsikan
adalah anggota dari gereja yang sama, dengan persekutuan dan klerus yang juga sama.
Artinya, umat kristiani, bukanlah kumpulan anggota gereja di dalam tatanan politik, tetapi
kumpulan anggota gereja dan tatanan politiknya. Keadaan ini mengundang beberapa
kalangan yang peduli dengan pembebasan gereja, dimana kondisi ini sering disebut dengan
masa Middel Age atau masa kegelapan. Masa dimana gereja adalah penentu, kekuatan gereja
diatas segalanya, sehingga dunia Barat mengalami kemerosotan pada ranah seni,
pengetahuan, ekonomi dan seterusnya. Hal ini dikarenakan agama yang dinaungi oleh Gereja
memasung ranah kehidupan masyarakat pada saat itu.
Sejarah Terjadinya Reformasi Gereja
Middle Age merupakan masa suram Eropa sedang mengalami masa suram. Hal ini
dikarenakan wewenang Gereja Romawi yang melebihi kapasitasnya sebagai lembaga
keagamaan. Selain mengurusi agama, Gereja juga mengurusi politik, ekonomi hingga sosial
masyarakat di Romawi. Gereja membuat beberapa aturan yang mengekang kreativitas
masyarakat Romawi saat itu. Gereja mendominasi berbagai aspek kehidupan masyarakat
dengan kuat, dalam hal ini Kristen Katolik Katedral sangat mempengaruhi berbagai kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah, seolah raja tidak mempunyai kekuasaan, sebaliknya Gereja
yang mengatur pemerintahan. Berbagai hal diberlakukan demi kepentingan gereja, tetapi hal-
hal yang merugikan gereja akan mendapat balasan yang sangat kejam. Sebagai contoh adalah
pembunuhan Copernicus yang telah berteori tentang tata surya, yang menyebutkan bahwa
matahari pusat dari tata surya. Teori ini bertolak belakang dari gereja sehingga Copernicus
dibunuhnya.

Pada abad pertengahan Doktrin Gereja snagat mendominasi pemikiran manusia. Kehidupan
manusia selalu dikaitkan dengan tujuan akhir (ekstologi) dan sudah ditentukan oleh Tuhan.
Maka tujuan hidup manusia adalah mencari keselamatan. Pemikiran tentang ilmu
pengetahuan banyak diarahkan Gereja kepada theology. Pemikiran filsafat berkembang
sehingga lahir filsafat scholastik yaitu suatu pemikiran filsafat yang dilandasi pada agama dan
untuk alat pembenaran agama. Oleh karena itu disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan.
Dengan adanya pembatasan-pembatasan dalam berbagai lini kehidupan manusia yang
dilakukan oleh pihak pemerintah atas saran dari gereja maka timbulah sebuah gerakan
kultural, yang awal mulanya merupakan pembaharuan di bidang kejiwaan, kemasyarakatan,
dan kegerejaan di Italia pada pertengahan abad XIV. Gerakan ini merupakan cara untuk
mengembalikan tradisi seni di kalangan masyarakat Eropa saat itu, dimana Gereja telah
memangkas kreativiats seni masyarakat di masa Pertenaghan ini. Gerakan ini didukung oleh
golongan kesatria yang telah dipangkas kehidupannya selama Gereja mendominasi
pemerintah, kehidupan yang mewah, perkasa dan masyhur telah diambil alih oleh Gereja
selama masa Pertengahan ini.

Para Pelopor Reformasi Gereja


Reformasi Gereja tidak lepas dari beberapa pelopor yang mendahulunya. Sebelum Martin
Luther, ada beberapa sekte atau pelopor gerakan reformasi Gereja dari abad 12-an. Mereka
memiliki tuntutan yang seide dengan Gerakan Reformasi yang dilakukan oleh Martin Luther,
hanya saja cara dan waktu yang berbeda sehingga mengakibatkan dampak yang berbeda.
Diantara pelopor Reformis Gereja sebelum Luther adalah:

Wyclif (Lollard)
Adalah John Wyclif, seorang profesor ilmu teologi dari Oxford, menggabungkan kepercayaan
yang kuat terhadap takdir yang diantisipasi Calvin, dengan konsep tentang Gereja yang
menentang jiwa keduniawian. Ia berpendapat Tuhan Yesus mengharapkan pengikut-
pengikutnya menjadi pekerja. Dalam melakukan misinya, Wyclif sangat berhati-hati,
pemahaman akan teorinya akan menimbulkan reformasi sosial, bukan reformasi Gereja.
Serangannya terhadaap harta kekayaan Gereja dengan apik ia kombinasikan bersama hukum
alam dan keabsahan injili. Ia juga mengartikan takdir dengan sedemikan rupa sehingga
terlihat bahwa rahmat Tuhan mengalir langsung kepada individual dan tidak melalui institusi
seperti Gereja. Gerakan reformasi ini berada di daerah utara, telah memiliki daya tahan kuat.
Para misionaris Wyclif, yang biasa disebut Lollard, mengajarkan, kita sebagai manusia cukup
memiliki kekayaan duniawi yang minimum dan menggambarkan Kristen sebagai yang ideal
dalam kesetaraan kasih.

Hussite (1369-1415)
Pergerakan Hussite ini adalah gerakan pendukung teori dan perbandingan teologi untuk
bergerak jauh dibandingkan dengan kaum Lollard. Khotbah Huss yang bertujuan untuk
mengembalikan kesucian Gereja, yang merupakan kombinasi retorika modern, telah menarik
perhatian para kaum patriotisme Slavia. Pergeraakan ini merupakaan perpanjangan dari
prinsip Wyclif, namun gerakan Hussitee lebih cenderung pada aksi kekerasan yang sifatnya
memberontak menentang tatanan politik, dimana aksi kekerasan ini cukup asing bagi paham
Kristen Wyclif.

Kelompok Hussite memiliki peran besar terhadap pergerakan reformasi, meskipun Luther
sangat mengutuk aksi kaum Hussite. Pada tahun 1520 Luther menyatakan "Tanpa sadar, saya
telah mempelajari seluruh doktrin dari John Huss, dan John Staupitz, tanpa
sepengetahuannya, telah mengajarkan hal yang sama. Akhirnya Luther mengakui bahwa
Luther adalah Hussite, maka dari itu Paul dan Augustine juga adalah Hussite".
Erasmus
Didasari oleh keinginan untuk mempertahan kesatuan umat Kristiani, Desiderius Erasmus
(1467-1536) "Pangeran Kaum Humanis" dari Belanda disebut sebagai pelopor kaum pelaku
reformis. Pada abad ke-16, kritiknya yang hati-hati terhadap doktrin Gereja sangat populer
dan dibaca banyak orang. Ia memiliki kelebihan, mampu meyakinkan siapapun yang
menentangnya sebagai pihak yang salah. Ia memulai pergerakan revolusi dengan persiapan
yang matang. Erasmus mendapat predikat sebagai seorang yang humanis karena Collectanea
Adagiorum (1500), yakni sebuah kompilasi pepatah dari penulis-penulis klasik yang ternama
dengan pandangan-pandangan pribadinya.

Erasmus memiliki karya terbaik yakni In Praise Of Folly (1509), karya ini dipublikasikan
tanpa nama. Buku tersebut merupakansinggungan kepada para Gereja dengan gaya bahasa
satir yang ditujukan kepada kaum Gereja. Dengan karyanya tersebut, ia menjadi idola para
peopor reformis dimasanya. Dengan karyanya, Erasmus dianggap telah menghasilkan telur
dimana Luther yang akan menetaskan telurnya. Meski kurang spektakuler dibandingkan
Luther, karya Erasmus memiliki pengaruh yang sama besarnya. Di waktu yang hampir
bersamaan dengan Praise Of Folly, Erasmus juga menerbitkan Perjanjian Yunani baru yang
dilengkapi dengan terjemahan latinnya.

Mengenai para rahib miskin, Erasmus berpendapat : "Mereka menyebut ketidakmampuan


membaca sebagai pertanda kesucian. Mereka berpura-pura dalam kemiskinan, namun mereka
mencuri dari rumah orang-orang baik dan mengotorinya. Disebabkan oleh rasa takut, tidak
ada yang berani menolak dan melarang perbuatan mereka. Mereka mengetahui rahasia setiap
orang di setiap keluarga dari bilik pengakuan dosa, dan ketika mereka sedang mabuk, atau
ingin melontarkan lelucon kepada teman-temannya, mereka membocorkan rahasia tersebut.
Apabila seseorang berani menirukan, mereka akan menjadikannya bulan-bulanan dari atas
mimbar gereja."

Karyanya yang tajam terhadap ayat-ayat Alkitab menjadi fondasi bagi kritik modern terhadap
Alkitab. Perhatian yang diberikan terhadap konteks ucapan di dalam Alkitab, pada akhirnya
mendatangkan perubahan besar pada iman terhadap agama, sehingga memungkinkan
terjadinya perubahan dan modifikasi pada kekuasaan institusional yang dimiliki Gereja, yang
telah lama memonopoli interpretasi Alkitab.
Pesan Gerakan Reformasi Gereja
Dalam buku McDonald menuliskan bahwa pada abad 14, jauh sebelum munculnya tesis
Martin Luther di Gereja Wittenberg pada tahun 1517, Jerman dan Inggris mulai menentang
Gereja Roma karena paus-paus Avignon dari Perancis tidak bisa dipercaya. Beberapa pelopor
reformasi gereja telah memulia gerakan reformasi gereja pada abad 12-an, namun gerakan
reformasi ini meletus pada abad 15-an seiring dengan munculnya tesis Martin Luther di
kalangan Gereja Romawi. Para pelopor reformasi tersebut diantaranya Wyclif, Huss,
Erasmus, dan More. Mereka adalah gerejawan yang memiliki kapasitas cukup, diantaranya
adalah orang-orang akademik dan terdidik yang bergabung di Gereja, dan sebagian terdiri
dari pemuka agama. Mereka memiliki pengikut dan pemikiran yang berbeda, tetapi mereka
memiliki satu tujuan yakni adanya pembebasan Gereja dari praktik-praktik korupsi dan
penyimpangan. Diantaranya Aliran Hussite. Aliran ini memperjuangkan kesetaraan di
kalangan Gereja dan masyarakat, mereka juga menentang tatanan politik di kalangan Gereja
yang sudah mapan. Untuk itu, Aliran ini awal mulanya ditentang sebagian kalangan,
termasuk Lutherian, namun akhirnya Lutherian mengakui pemikiran Hussite.

Diantara Aliran reformis Gereja diingat adalah Luther. Pemilik nama lengkap Martin Luther,
seorang pekerja tambang keras kepala, lahir dari kota kecil Leipzing, anak pertama dari 7
saudara. Luther remaja bermimpi jadi seorang Pengaca, tetapi seusai menamatkan pendidikan
Universitasnya, memutuskan untuk bergabung di Gereja. Selain aktif di Gereja, dia juga
seorang professor Teologi. Gerakan Luther bermula dari ketidaksukaan Lutheterhadap
beberapa kebijakan Paus di Gereja sehingga pada tahun 1517, Luther mengirimkan 95
tesisnya ke Universitas Wittenberg denganharapan bisa dibaca banyak orang. Ketidaksukaan
Luther berujung pada pemanggilan Luther oleh Paus Leo untuk datang ke Roma, tetapi
Luther menolak. Luther dipanggil karena alasan dianggap tidak disiplin dan melakukan
penyalahgunaan pemikiran di kalangan masyarakat Romawi tentang beberapa tesisnya.
Namun Luther menolak undangan Paus. Penolakan Luther ini akhirnya dimaknai oleh
masyarakat Romawi sebagai reformasi di Gereja Paus. Sejak saat itulah Luther menjadi
incaran para pangeran di Jerman yang sebetulnya juga merasakan tidak adanya keterbukaan
tentang ekonomi yang dipegang oleh kalangan Gereja.

Diantara delapan tesis Luther yang dianggap penting dan menjadi cikal bakal lahirnya
reformasi ajaran Gereja diantaranya:
1. (41) Pengampunan dosa oleh Paus harus dikhotbahkan dengan sangat hati-hati. Jangan
sampai orang-orang mengalami salah paham bahwa ini lebih disukai daripada hal-hal
baik lainnya
2. (43) Umat kristiani harus diajarkan bahwa tindakan membantu atau meminjamkan
sesuatu kepada orang yang membutuhkan adalah lebih baik daripada membeli
pengampunan dosa.
3. (47) Umat kristiani harus diajarkan bahwa mereka membeli pengampunan dosa secara
sukarela dan bukanlah sebuah kewajiban untuk melakukannya.
4. (48) Umat kristiani harus diajarkan bahwa paus lebih menginginkan dan membutuhkan
doa yang taat atas nama sendiri daripada uang dari pengampunan dosa tersebut.
5. (79) Adalah sebuah penghinaan apabila dikatakan bahwa lambang salib yang dibuat oleh
tangan Sri Paus memiliki nilai yang sama dengan salib tempat dimana Yesus mati.
6. (86) Lagi-lagi, karena kekayaan Sri Paus saat ini melebihi dari orang terkaya sekalipun,
mengapa ia tidak membangun gerea St. Peter dengan uangnya sendiri dan bukan dari
uang pengikutnya yang kurang mampu.
7. (87) Apa yang Sri Paus bebaskan dari umatnya yang merasakan penyesalan atas dosa dan
memiliki hak untuk pengampunan/pembebasan dari dosa yang sempurna?
8. (90) Pertanyaan-pertanyaan ini adalah hal yang serius bagi kaum awam. Untuk menekan
mereka dengan metode kekuatan dan tidak menyanggah mereka dengan memberikan
alasan, malah mengakibatkan tereksposnya gereja dan Sri Paus yang kemudian menjadi
bahan olokan musuh-musuhnya serta membuat umat kristiani tidak senang.

Berikutnya, pada tahun 1520, Paus Leo menerbitkan Exsurge Domine, yang isinya mengutuk
41 dari 95 tesis Luther, dan memerintahkan masyarakat untuk membakar tulisan-tulisannya,
dan memerintahkan Luther untuk datang ke Roma untuk meminta maaf pada publik dalam
waktu 60 hari atau ia akan diasingkan. Luther membalas dengan Surat Terbuka Kepada Kaum
Bangsawan Jerman Perihal Pengaturan Ulang Negara-negara Kristen, yang akhirnya
menyebabkan ia diasingkan. Dalam semangat dan gairah revolusi, Luther membakar tulisan-
tulisan Sri Paus di depan publik pada bulan Desember tahun 1520.

Menyikapi tindakan Luther, Maharaja Charles V mengadakan pertemuan di Worms dengan


para pemimpin dari kaum bangsawan, klerus, dan perwakilan dari kota bebas, serta
memanggil Luther untuk menjawab pertanyaan terkait tindakan Luther mengutuk Gereja.
Setelah mengelak satu hari, kemudian pada tanggal 18 April tahun 1521, Luther menjawab
pertanyaan yang ditujukan kepadanya, "hati nurani saya terpanggil oleh Firman-firman
Tuhan, dan saya tidak akan menarik kembali pernyataan saya (tentang gereja)". Aksinya
tersebut dikutuk oleh Charles dan anggota pertemuan yang pendapatnya terbagi-bagi. Luther
diam-diam dibawa pergi oleh Frederick ke sebuah kastil di Watrburg. Ia tinggal disana selama
1 tahun sampai kaum protestan yang ada di Wittenberg menjadi tidak terkendali, sehingga
Luther merasa memiliki kewajiban untuk kembali kesana dan menerapkan keteraturan.
Setelah kejadian itu, Luther menulis, berkhotbah, dan mengajar, Luther bersama istrinya
Katie membantu mengubah prinsip pemahaman agama dunia barat.

Selain sikapnya tersebut, Luther juga membuat surat terbuka yang isinya mengkoreksi dan
mengkritik sikap dan kebijakan Gereja Romawi. Dengan antusiasme, sarkasme dan
kecerdikan, Luther menulis Surat Terbuka untuk menyerang sistem birokrasi Roma yang
korup beserta pemborosan dan kemegahannya. Ia membuat daftar 27 Hal Yang Harus
Dilakukan Untuk Memperbaiki Umat Kristiani, yang mana termasuk di dalamnya adalah
menghilangkan pengampunan dosa, memperbolehkan anggota klerus untuk menikah,
menyerahkan sebagian besar tanah milik kepausan di Italia, menghapuskan kemiskinan
dimanapun, mengurangi jumlah misa khusus, menghentikan upeti yang dibayar oleh kota-
kota di Jerman kepada Roma dan memberikan hal untuk menunjuk paderis di Jerman. Ia juga
mencemooh kebiasaan mencium kaki Sri Paus dan mengangkatnya diatas tandu kemanapun
ia pergi padahal ia masih mampu untuk berjalan kaki.

Dalam surat terbukanya, Luther menambahkan beberapa point yang terlihat tertuju kepada
humanisme dan tidak semata kepada kegerejaan atau keagamaan. Dari surat terbukanya inilah
Luther terlihat sangat progresif dan reformis dalam menyikapi kebijakan-kebijakan Gereja
yang menurutnya menyimpang sangat jauh. Diantara tulisan-tulisan tersbut adalah:

1. Orang-orang yang memiliki harta mengenakan terlalu banyak baju-baju mewah terbuat
dari sutra dan beludru dimana seharusnya mereka hanya mengenakan linen dan wol.
2. Terlalu banyak perdagangan asing. Saya tidak melihat adanya hal baik yang dibawa oleh
perniagaan.
3. Lalu lintas perdagangan dengan anuitas (sebuah cara memperkenalkan regulasi anti riba)
adalah perangkat milik setan.
4. Rumah perbankan Fugger dan perusahaan serupa harus kita kekang
5. Penyalahgunaan makanan dan minuman adalah kegagalan khusu milik kita
6. Rumah pelacuran harus segara ditutup.

Lebih dari itu, Luther mengungkapkan beberapa pendapatnya yang merupakan titik
kesedihannya terhadap kebijakan-kebijakan Paus di gereja. Beberapa katanya mengalir
dengan mudah melontarkan kritik yang ditujukan kepada institusi Gereja yang sudah
menyimapng jauh menurutnya, diantara beberapa kritiknya terhadap Gereja antara lain:
Luther mengungkapkan simpatinya untuk para pemimpin yang harus menanggung beban
berat dengan berkata: "semua orang dapat belajar dari kejadian-kejadian ini bahwa tidak
mudah menjadi penguasa dan duduk di kursi tertinggi". Kemudian Luther terpeleset dalam
kekeliruan dengan mengatakan bahwa kebutuhan agar pria-pria muda menikah dan memiliki
pekerjaan duniawi lebih besar dibandingkan kebutuhan agar mereka masuk ke lembaga
kependetaan."Saya mengkhawatirkan bahwa alasan (menjadi pendeta) mereka adalah
kebutuhan untuk mata pencaharian dan perasaan ragu-ragu akan kemampuan dirinya sendiri
menghidupi rumah tangganya nanti. Saya pikir, mungkin saja pepatah terkenal itu benar
adanya, bahwa sebagian besar biarawan adalah orang yang ragu/pesimis".Luther menaruh
simpati kepada kaum pemuda-pemudi yang tidak memiliki pembimbing dalam hidupnya,
karena para pendeta dan pemimpin tidak memperhatikan tanggung jawab mereka yang
sesungguhnya. "Mereka bermaksud menerapkan kekuasaan dengan seluas-luasnya padahal
tidak ada gunanya. Dengan keadaan sepertini ini, akan sedikit sekali tuan dan penguasa yang
diizinkan berada di surga". Demikian petuah Luther.

Dari gerakan Reformasi yang dilakukan oleh Martin Luther beserta pendahulunya ini,
kemudian melahirkan neo-Lutherian seperti Calvin, dengan nama lengkap John Calvin. Dia
adalah seorang Protestan dan Pengkhotbah Gereja. Keberadaan Calvin penuh dengan
rasionalitas. Melalui ceramah-ceramahnya di Gereja, ia merasionalisasikan pemerintahan
yang kuat dan juga batasan yang tegas bagi pemerintah. Menurutnya, karena manusia
diasumsikan sebagai mahluk yang tidak mampu, maka manusia didituntut untuk berlatih
mendisiplinkan diri, dan tegas dalam memeirntah. Selain itu, mengingat pemimpin itu adalah
manusia, maka jangan sampai masyarakat terlalu percaya bahkan memujanya secara
berlebihan. Calvin juga mengatakan bahwa denagn adanya aturan kolektif, itu berarti bahwa
tidak ada seorang pemimpin yang akan paling baik dalam memimpin masyarakat, untuk itu
jika ada pemimpin yang fasik maka juru bicara komunitas berhak menghentikannya.
Penutup
Gerakan ferormasi di internal Gereja merupakan akumulasi kekesalan masyarakat Romawi
atas perselingkuhan Kaum Gereja dan Pemerintah Romawi yang dimulai sejak awal abad 12-
an. Kekesalan itu tidak dilakukan oleh setiap orang, melainkan kalangan yang mengerti dapur
Gereja, dan orang yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Pun tidak banyak mereka yang
memiliki kemapuan dan akses ke Gereja dapat melakukan pembebasan otoritas Gereja, sama
halnya dengan yang dilakukan oleh para Pendahulu Luther. Namun seseorang yang berasal
dari pekerja Kasar, Martin Luther adalah orang yang berjasa besar dan mempuni. Berawal
dari tindakannya memaku tesisnya di pintu gereka Wittenberg pada tahun 1517 dan adanya
Pakta Westphalia di tahun 1648, telah membuka era baru untuk modernitas masyarakat
Eropa. Tidnakan Luther tersebut diluar dugaan Luther sendiri yang tidak meyakini akan
membuka genderang pintu peradaban dunia Eropa.

Ini adalah era kebangkitan Negara-negara bangsa yang kemudian melahirkan peradaban-
peradaban baru di bidang politik, keilmuan, dan eksperimen-ekperimen baru. Reformasi yang
dilakukan kaum Protestan memberi sumbagan besar untuk 3 fenomena yang akan
menghantarkan ke babak abad pencerahan (Aufklarung), suatu masa yang memberikan
kebebasan alam piker masyarakat Eropa sehingga melahirkan peradaban baru yakni
Peradaban Barat yang saat ini banyak dielu-elukan oleh beberapa kalangan. Sumbangan tiga
fenomena tersebut antara lain (1) fundamentalisme individu atau kebebasan, (2) moralitas
yang mengatur fundamentalisme individu atau peraturan yang mengatur kebebasan individu,
dan (3) kekuatan peraturan yang dapat mengatur individu dan public.

Gerakan reformasi ini menjadi masa terpenting dalam peradaban Barat. Dengan adanya
reformasi Gereja di Romawi ini, dunia keilmuan dan seni mengalami perkembangan pesat.
Paska reformasi Gereja para ilmuwan leluasa mengembangkan keilmuannya, para seniman
lebih leluasa melakukan karya rill dan nyata tanpa harus dibayang-bayangi dengan surat
tebusan dosa dari Gereja. Paska reformasi Gereja, urusan agama dan dunia merupakan hal
yang berbeda dan dipisahkan kepengurusannya. Urusan agama adalah urusan Gereja yang
sifatnya individual dan berhubungan dengan urusna akherat, dalam hal ini agamawan akan
menjadi perantara dan pembantu antara urusan individu tersebut dengan Tuhannya,
sedangkan urusan dunia adalah urusan yang bersifat dunia, hal keduniawian yang materiil, di
dalam hal ini setiap individu memiliki kebebasan untuk melakukan kreativitas untuk
pengembangan diri di dunia.
TUGAS RESUME
PEMIKIRAN POLITIK
Reformasi Agama di Gereja dan Bangkitnya Dunia Barat
DOSEN: Prof. Dr. Maswadi rauf, MA

SITI RUFIAH
PASCASARJANA UNAS
NIM: 16011865028

Você também pode gostar