Você está na página 1de 3

ARGENTOMETRI

Posted on December 21, 2010 by riskan

Agentomentri atau Titrasi pengendapan adalah penetapan


kadar zat yang didasarkan atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji
dengan titran larutan titer perak nitrat. Pada argentometri, ion perak memegang
peranan penting dalam pembentukan endapan cara ini dipakai untuk penetapan kadar
ion haliuda, anion yang dapat membentuk endapan garam perak, atau untuk penetapan
kadar perak tersebut.

Reaksi yang menghasilkan endapan dapat digunakan untuk analisis secara titrasi jika
reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir dapat dideteksi. Beberapa
reaksi pengendapan berlangsung lambat danmengalami keadaan lewat jenuh. Tidak
seperti gravimetri, titrasi pengendapan tidak dapat menunggu sampai pengendapan
berlangsung sempurna . hal yang penting juga adalah hasil kali kelarutan harus cukup
kecil sehingga pengendapan bersifat kuantitatif dalam batas kesalahan eksperimen.
Reaksi samping tidak boleh terjadi demikian juga kopresipitasi. Keterbatasan
pemakaian cara ini disebabkan sedikit sekali indikator yang sesuai. Semua jenis reaksi
diklasifikasi berdasarkan tipe indikator yang digunakan untuk melihat titik akhir
(Underwood, 1999)

Tergantung dari tujuan penetapan kadar, maka dikenal 3 macam metoda argentometri,
yaitu : metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans.

1. Metode Mohr

Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 10. Dalam larutan yang
lebih basa perak oksida akan mengendap. Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat
akan sangat dikurangi, karena HCrO4 hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula
hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat :
2H+ + 2CrO42- 2HCrO4 Cr2O72- + H2O
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion
perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat, dan karenanya
menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut
(Svehla, 1990).

Metode Mohr dapat juga diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan perak, dan juga
ion sianida dalam larutan yang sedikit agak basa. Efek adsorpsi menyebabkan titrasi
ion iodida dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi langsung dengan ion
klorida, dengan menggunakan indikator kromat. Endapan perak kromat yang telah ada
sejak awal, pada titik kesetaraan melarut kembali dengan lambat. Tetapi, orang dapat
menambahkan larutan klorida standar secara berlebih, dan kemudian menitrasi balik,
dengan menggunakan indikator kromat (Svehla, 1990).

2. Metode Volhard

Titrasi Ag dengan NH4CNS dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh
metode Volhard, yaitu pembentukan zat berwarna di dalam larutan. Selama titrasi,
Ag(CNS) terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4CNS yang berlebih
bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap (FeCNS)++. Jumlah
thiosianat yang menghasilkan warna harus sangat kecil. Jadi kesalahan pada titik akhir
harus sangat kecil, dengan cara mengocok larutan dengan kuat pada titik akhir
tercapai, agar Ag yang teradsorpsi pada endapan dapat didesorpsi. Pada metode
Volhard untuk menentukan ion klorida, suasana haruslah asam karena pada suasana
basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 yang ditambahkan berlebih ke larutan klorida
tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag tersebut kemudian di titrasi balik dengan
menggunakan Fe(III) sebagai indikator, tetapi cara ini menghasilkan suatu kesalahan
karena AgCNS kurang larut dibandingkan AgCl. Sehingga :
AgCl + CNS- AgCNS + Cl-
Akibatnya lebih banyak NH4CNS diperlukan sehingga kandungan Cl- seakan-akan
lebih rendah. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan mengeluarkan endapan AgCl
sebelum titrasi balik berlangsung atau menambahkan sedikit nitrobenzen, sehingga
melindungi AgCl dari reaksi dengan thiosianat tetapi nitrobenzen akan memperlambat
reaksi. Hal ini dapat dihindari jika Fe(NO3)3 dan sedikit NH4CNS yang diketahui
ditambahkan dulu ke larutan bersama-sama HNO3, kemudian campuran tersebut
dititrasi dengan AgNO3 sampai warna merah hilang (Khopkar, 1990)

3. Metode Fajans

Metode ini dipakai untuk penetapan kadar halida dengan menggunakan indikator
adsobsi. Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor,
titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga.
Jika didiamkan, tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna
disebabkan adanya adsobsi indikator pada endapan AgCl. Warna zat yang terbentuk
dapat berubah akibat adsorpsi pada permukaan (Harjadi, 1993)

Daftar Pustaka :
Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. UI Press. Jakarta.
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jilid I.
PT. Kalman Media Pusaka. Jakarta.
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jilid II.
PT. Kalman Media Pusaka. Jakarta.

http://riskan.wordpress.com/2010/12/21/argentometri/

Você também pode gostar