Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : An. A
Umur : 6 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jepang Pakis 04/02 Jati
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Dirawat di : Bougenville 2
No. RM : 735xxx
Tanggal masuk : 20 november 2016
Tanggal pulang : 26 november 2016
B. ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesa terhadap ibu pasien pada tanggal 20 november 2016
pukul 08.00 WIB di ruang perawatan - Bangsal Bougenville 2.
Keluhan Utama
Demam sejak 14 hari yang lalu
Keluhan Tambahan
Batuk, Sesak, BAB berlendir dan sedikit berdarah
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berobat sebelumnya ke Puskesmas, dan mendapat obat penurun
demam dan puyer.
Riwayat Prenatal
Saat hamil, ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke
Bidan dan tidak terdapat masalah dalam kehamilannya.
Riwayat Kelahiran
Pasien merupakan anak kelima dalam keluarga, dan lahir secara spontan per-
vaginam dengan bantuan Bidan Puskesmas.
- Berat badan : 4200 gram
- Panjang badan : 55 cm
- Lingkar kepala : ibu pasien tidak tahu
- Lingkar dada : ibu pasien tidak tahu
- Tanpa cacat bawaan, anus (+)
Riwayat Imunisasi
Ibu tidak membawa KMS-nya, namun ibu mengaku bahwa anaknya sudah
mendapat imunisasi lengkap sesuai dengan jadwal di Posyandu hingga usia 6
bulan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 20 November 2016 pukul 08.00 WIB di ruang perawatan
H1 - Bangsal Bougenville 2.
- Weight-for-length : -2 (Kurus)
Pemeriksaan Sistem :
Kepala
Bentuk dan Ukuran Normosefali, fontanel anterior menonjol (-)
Rambut Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil: isokor,
diameter 2 mm/2 mm, refleks cahaya langsung dan tidak
langsung (+/+)
Telinga Bentuk normal, pembesaran KGB retroaurikula (-)
Hidung Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-), pernafasan cuping
hidung (+)
Mulut Bibir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-), stomatitis (-)
Leher Trakea letak di tengah, tidak teraba pembesaran KGB
Kulit Turgor baik, kulit tidak kering, sianosis (-), warna kulit sawo
matang
Thorax : Paru
Paru Depan Paru Belakang
Inspeksi Simetris saat inspirasi dan ekspirasi, Simetris saat inspirasi dan
Jantung
Inspeksi Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Perkusi ictus cordis teraba di sela iga IV linea midklavikularis sinistra
Palpasi Batas atas : ICS III linea parastrenalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midklavikula sinistra
Auskultasi Suara jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Tampak datar
Palpasi Supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi Timpani pada semua kuadran
Auskultasi Bising usus (+) normal
Ektremitas
Superior Inferior
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Oedem -/- -/-
CTR > 2 detik -/- -/-
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 20 november 2016
HEMATOLOGI
Hematokrit 30.6 34 40
Netrofil 37.0 % 50 70
Limfosit 50.6 % 25 40
Monofit 11.6 % 28
Eosinophil 0.1 % 24
Basofil 0.2 01
SERO IMUNOLOGI
WIDAL Hasil Nilai Rujukan
s. typhi O Negatif Negatif
s. typhi H Negatif Negatif
s. paratyphi AH Negatif Negatif
s. paratyphi BH Negatif Negatif
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 20 Juni 2016
E. DIAGNOSA
Diagnosis kerja : Bronkopneumonia (BRPN)
Diagnosa Banding : Bronkiolitis, Aspirasi pneumonia
F. PENATALAKSANAAN
Infus RL 10 tpm
Cefotaxim 2x200 mg
Paracetamol 3 x
Ambroxol syr 3 x cth
Nebulizer (Combivent + Nacl)
G. EDUKASI
Memberikan informasi kepada keluarga mengenai :
Kepatuhan minum obat
Menjauhkan anak dari asap rokok, asap kayu bakar, dan polusi udara
lainnya
Makan makanan yang bergizi
Melakukan imunisasi
H. PROGNOSIS
I. FOLLOW UP
21 november 2016
S : demam (+), batuk (+), pilek (+), sesak (+), muntah (-), susu
formula (+), bubur bayi (+), BAK (+), BAB lunak (+,kuning, darah(-),
lendir (-))
O :
- KU : tampak sakit
- Kesadaran : composmentis
- Tanda Vital :
Suhu : 36,2o C
Frekuensi Nadi : 110 x/menit
Frekuensi Nafas : 60 x/menit
Saturasi Oksigen : 98%
- Pemeriksaan Fisik :
Thorax : Pulmo SDV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Pernafasan cuping hidung (+), retraksi interkostal (+), retraksi
epigastrium (+)
A : Bronkopneumonia
P :
- Infus RL 10 tpm
- Cefotaxim 2x200 mg
- Paracetamol 3 x
- Ambroxol syr 3 x cth
- Nebulizer (Combivent + Nacl)
25 november 2016
S : demam (-), batuk (+, dahak), sesak (+), muntah (-),susu formula (+),
bubur bayi (+), BAK (+), BAB lunak (+,kuning, darah(-), lendir (-))
O :
- KU : tampak sakit
- Kesadaran : composmentis
- Tanda Vital :
Suhu : 37,4o C
Frekuensi Nadi : 110 x/menit
Frekuensi Nafas : 60 x/menit
Saturasi Oksigen : 98%
- Pemeriksaan Fisik :
Thorax : Pulmo SDV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Pernafasan cuping hidung (-), retraksi interkostal (+), retraksi
epigastrium (+)
A : Bronkopneumonia
P :
- Infus RL 10 tpm
- Cefotaxim 2x200 mg
- Paracetamol 3 x
- Ambroxol syr 3 x cth
- Nebulizer (Combivent + Nacl)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BRONKOPNEUMONIA
Definisi
Epidemiologi
Pneumonia merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang masih menjadi
masalah di berbagai negara terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Angka kejadian kasus baru pneumonia pada anak usia < 5 tahun di negara maju
adalah 2 - 4 kasus/100 anak/tahun. Sedangkan di negara berkembang, angka kejadian
kasus baru pneumonia adalah 10 20 kasus/100 anak/tahun. Menurut WHO pada
tahun 2015, pneumonia merupakan 15% penyebab kematian pada anak usia < 5 tahun,
dengan estimasi sebanyak 922.000 anak.
Etiologi
Bronkopneumonia dapat terjadi akibat adanya infeksi oleh bakteri, virus, atau jamur.
Bakteri penyebab bronkopneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenza type b (Hib), Staphylococcus aureus, Streptococcus group B. Virus
penyebab bronkopneumonia adalah Respiratory Syntical Virus (RSV), influenza
virus, parainfluenza, dan adenovirus. Sedangkan jamur penyebab bronkopneumonia
adalah Citoplasma capsulatum, Criptococcus nepromas, Blastomices dermatides,
Cocerdirides immitis, Aspergillus sp, Candida albicans, dan Mycoplasma pneumonia.
Faktor Risiko
Patofisiologi
Pada keadaan normal, saluran pernafasan bawah memiliki mekanisme pertahanan
terhadap mikroorgansime pathogen melalui mucociliary escalator. Sedangkan
mekanisme imunologi yang dibentuk oleh tubuh dalam melakukan pertahanan
terhadap mikroorganisme pathogen yaitu dengan adanya makrofag, IgA, dan
immunoglobulin lainnya. Apabila pertahanan tubuh tidak adekuat, maka
mikroorganisme patogen akan masuk melalui saluran pernafasan dan menyebabkan
proses inflamasi di alveoli. Pada tahap pertama atau hyperemia, proses peradangan
ditandai dengan adanya peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat
infeksi. Hal ini terjadi akibat adanya pelepasan mediator peradangan dari sel mast
(histamine dan prostaglandin) setelah pengaktifan sel imun. Degranulasi sel mast akan
mengaktifkan komplemen yang akan bekerja bersama mediator peradangan dari sel
mast untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan meningkatkan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini menyebabakan terjadinya perpindahan eksudat plasma ke dalam
ruang interstitium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan
alveolus. Adanya penimbunan cairan ini menyebabkan perpindahana gas oksigen dan
karbondioksida tidak maksimal sehingga terjadi penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
Pada tahap berikutnya atau hepatisasi merah, alveolus akan terisi oleh sel
darah merah, eksudat, dan fibrin yang dihasilkan oleh host sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena akan menjadi padat dan menyebabkan udara di
alveoli tidak ada atau sangat minimal. Pada tahap ini, gejala sesak akan terasa
semakin berat.
Pada tahap berikutnya atau hepatisasi kelabu, eritrosit di alveoli mulai di
reabsorpsi dan lobus masih tetap padat karena terisi fibrin dan leukosit. Dan pada
tahapan berikutnya atau resolusi, respon imun dan peradangan akan mereda, sehingga
sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan
kemabli ke strukturnya semula.
Gambaran Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-40C dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak
akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk
kering kemudian menjadi produktif.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Inspeksi : pernafasan cuping hidung (+),
sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga. Palpasi : Stem fremitus yang
meningkat pada sisi yang sakit. Perkusi : Sonor memendek sampai beda Auskultasi :
Suara pernafasan mengeras (vesikuler mengeras) disertai ronki basah gelembung
halus sampai sedang.
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya
daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada
auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu ( konfluens ) mungkin pada perkusi
terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar
mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi.Tanpa pengobatan
biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.
Diagnosis
Diagnosis bronkopneumonia umumnya ditegakkan berdasarkan trias
bronkopneumonia yaitu demam, batuk, dan sesak. Gejala infeksi umum yang terjadi
pada anak dengan bronkopneumonia adalah demam > 38.5o C, sakit kepala, gelisah,
malaise, penurunan nafsu makan, dan keluhan gastrointestinal (mual, muntah, diare).
Sedangkan gangguan respiratori pada bronkopneumonia berupa batuk, sesak nafas,
retraksi dada, takipnea, nafas cuping hidung, merintih, dan sianosis.
Pada pemeriksaan fisik, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan
umum anak, frekuensi pernafasan, serta pemeriksaan thorax. Keadaan umum anak
umumnya meliputi kesadaran dan kemampuan anak untuk makan atau minum. Pada
pemeriksaan thorax dapat ditemukan pekak perkusi, suara nafas yang melemah, dan
terdengar ronki.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Thorax pada Bronkopneumonia
Inspeksi Tampak sesak, retraksi ICS saat inspirasi
Auskulta Ronkhi basah halus nyaring >>, ronkhi
si krepitasi
Palpasi Gerakan sesak, retraksi ICS
Perkusi Redup relatif
Gambar 1.
Right lower lobe consolidation in a patient with bacterial pneumonia.
Tata Laksana
Dasar tata laksana bronkopneumonia adalah pengobatan kausal dan suportif.
Pengobatan kausal adalah pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yaitu
antibiotik. Antibiotik lini pertama untuk pengobatan bronkopneumonia adalah
golongan beta laktam atau kloramfenikol. Pada anak usia < 5 tahun, antibiotik oral
pilihan pertama yang diberikan adalah amoksisilin. Amoksisilin dipilih karena
efeknya dalam melawan sebagian besar mikroorganisme pathogen penyebab
bronkopneumonia, dapat ditoleransi dengan baik, dan harganya yang murah.
Alternatif antibiotik oral lainnya adalah co-amoxiclaf, ceflacor, eritromisin,
claritromisin, dan azitromisin. Sedangkan pilihan antibiotik intravena yang dianjurkan
adalah ampisilin, kloramfenikol, co-amoxiclaf, ceftriaxone, cefuroxime, dan
cefotaxime.
Tabel 2. Pilihan Antibiotik Intravena
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
Kondisi rumah yang memungkinkan untuk perawatan lanjut di rumah
DAFTAR PUSTAKA