Você está na página 1de 6

NAMA : SYAHNAS YA

RAHMA

I. Analisis Masalah
1 Ny. N umur 30 tahun, seorang janda dengan 3 orang anak, bekerja sebagai asisten rumah
tangga, sejak 1 hari ini mengalami sesak nafas makin berat sampai harus duduk, sesak
disertai suara mengi dan tidak ada perbaikan dengan obat yang dipakainya, lalu diantar
oleh tetangganya ke unit gawat darurat RSMH.
a. Mengapa tidak ada perbaikan dari obat yang dipakai ?
Keluhan sesak nafas semakin berat, sesak disertai suara mengi tidak ada perbaikan
setelah menggunakan inhaler dikarenakan telah terjadi progresivitas dari asma yang
diderita. Pada asma kronik, bronkus kecil menunjukkan perluasan epitel membrana
basalis dan hilangnya sebagaian sel-sel mukosa. Lumen terisi mukus dan debris sel, dan
submukosa dipadati oleh banyak sekali sel radang termasuk eosinofil. Akibat kerusakan
epitel oleh karena inflamasi dapat juga meningkatkan penetrasi alergen dan mediator
inflamasi, iritasi ujung-ujung saraf otonom sehingga semakin cepat perburukan dan tidak
mengalami perbaikan.

3. Sudah satu bulan ini Ny. N juga mengalami gejala sesak yang timbul hampir setiap hari
dan terbangun malam hari karena sesaknya rata-rata 2 kali dalam seminggu. Ny. N hanya
memakai inhaler pelega sesak setiap hari tetapi tidak memakai obat inhaler untuk mencegah
serangan. Sesak ini mengganggu aktifitas sehari-hari Ny. N.

a. apa makna klinis dari sesak terjadi 2 kali dalam seminggu ?


Asma persisten ringan

Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1 kali dalam 1 hari, eksaserbasi
mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi > 2 kali dalam 1
bulan, PEF dan PEV1 > 80%

5. Enam bulan yang lalu, Ny. N mengalami serangan asma dan dibawa ke UGD,
dinebulisasi 2 kali, sesak berkurang lalu pulang dan mendapatkan obat oral bronkodilator. Tiga
hari kemudia berobat ke poliklinik, dilakukan spirometry (tanggal 10 april 2016) dan mendapat
obat inhaler pelega dan pencegah serangan. Pada saat control ke poliklinik tanggal 21 meil 2016,
tidak ada keluhan sesak, skor tes control asma Ny. N adalah 24 dan dilakukan spirometri saat itu.

1
a. Bagaimana cara menghitung skor tes control asma ?

2
b. Bagaimana cara pemeriksaan spirometri ?

Pelaksanaan :
1. Siapkan alat spirometri
2. Nyalakan alat terlebih dahulu dengan memencet tombol ON
3. Masukkan data seperti nama, umur, jenis kelamin, TB, BB
4. Kemudian masukkan mouthpiece yang ada dalam alat spirometri kedalam
mulutnya dan tutuplah hidung dengan penjepit hidung.
5. Untuk mengatur pernapasan, bernapaslah terlebih dahulu dengan tenang sebelum
melakukan pemeriksaan
6. Tekan tombol start jika sudah siap untuk memulai pengukuran
7. Mulai dengan pernapasan tenang sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi
maksimal (tidak terputus). Bila dilakukan dengan benar maka akan keluar data
dan kurva pada layar monitor spirometri
8. Kemudian ulangi pengukuran dengan melanjutkan inspirasi dalam dan ekspirasi
maksimal
9. Setelah selesai lepaskan mouthpiece, periksa data dan kurva kemudian dilanjutkan
dengan mencetak hasil rekaman (tekan tombol print pada alat spirometri)
c. Klasifikasi gangguan respirasi ( % nilai prediksi )
1. Gangguan restriksi :Vital Capacity (VC) < 80% nilai prediksi; FVC < 80% nilai
prediksi
2. Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai
prediksi
3. Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75%
nilai prediksi.

9. Keadaan spesifik :
Kepala : konjuctiva pucat (-), ikterik (-)
Leher : JVP (5-2) cm H2O
Thoraks : Paru : inspeksi tampak retraksi sela iga, auskultasi: vesicular normal, ekspirasi
memanjang, wheezing diluruh lapangan paru.
a. Apakah Interpretasi dan bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan spesifik ?
Keadaan Konjuntiva tidak
spesifik: konjugtiva pucat pucat, tidak
Kepala: (-), ikterik (-) ikterik, JVP 5-

3
Leher: JVP (5-2) 2cmH2O
cmH2O

Thoraks: paru: retraksi sela iga, Tidak ada Abnorma Karena


inspeksi vesikuler normal, retraksi, l patogenesis
tampak ekspirasi vesikular normal, asma yang
auskultasi: memanjang.Wheezi eksipirasi menyebabka
Pemeriksaan ng diseluruh memanjang, n obstruksi
lapangan paru. tidak ada saluran
wheezing pernapasan
terutama
pada saat
eksipirasi
laboratorium: Hb 12,5 gr%, Hb 12-15g/dl,
LED:

WBC 8.000/mm3, 5000- Normal -


10.000/mm3,
hitung jenis: hitung jenis 0-1/ Peningka Karena
0/5/6/70/18/1; 1-3/ 2-6/ 50- tan pada inflamasi
70/20-40/2-8 eosinofil yang terjadi.
Tipe 1
igE
LED 20 mm/jam 0-20 Normal -

II. Hipotesis

Ny. N berumur 30 tahun seorang janda dengan 3 anak, mengalami sesak nafas et causa
serangan asma.
1. Apa diagnosis banding pada kasus?

4
Asthma bronkiale
PPOK

2. Apa patofisiologi dan patogenesis pada kasus?


Inflamasi saluran napas yang ditemukan pada pasien asma diyakini merupakan hal yang
mendasari gangguan fungsi.Respon terhadap inflamasi padamukosa saluran napas pasien
asma ini menyebabkan hiperreaktifitas bronkus yang merupakan tanda utama asma.Pada
saat terjadi hiperreaktivitas saluran napassejumlah pemicu dapat memulai gejala asma.
Pemicu ini meliputi responhipersensitivitas tipe 1 (dimedisi 1gE) terhadap alergen debu
rumah dan serbuk sari yang tersensitisasi, iritan seperti udara dingin, polutan atau asap
rokok, infeksi virus,dan aktivitas fisik/olahraga. Hiperreaktivitas saluran napas akan
menyebabkan obstruksi saluran napas menyebabkan hambatan aliran udara yang dapat
kembalisecara spontan atau setelah pengobatan. Proses patologis utama yang
mendukungobstruksi saluran napas adalah edema mukosa, kontraksi otot polos dan
produksimukus. Obstruksi terjadi selama ekspirasi ketika saluran napas mengalami
volumepenutupan dan menyebabkan gas di saluran napas terperangkap.Bahkan, pada
asmayang berat dapat mengurangi aliran udara selama inspirasi. Sejumlah
karakteristik anatomi dan fisiologi memberi kecenderungan bayi dan anak kecil
terhadappeningkatan risiko obstruksi saluran napas antara lain ukuran saluran napas
yanglebih kecil,recoil elasticparu yang lebih lemah, kurangnya bantuan otot polossaluran
napas kecil, hiperplasia kelenjar mukosa relatif dan kurangnya saluranventilasi kolateral
(pori cohn) antar alveolus.
3. Apa pencegahan dan KIE pada kasus?
Pencegahan
1. Mencegah anak mengalami gejala yang lebih berat dan berkepanjangan.
2. Memelihara fungsi paru-paru senormal mungkin
3. Agar anak dapat beraktifitas normal.
4. Mencegah serangan asma berulang
5. Mengurangi jumlah kunjungan darurat ke rumah sakit, dan
6. Memberikan pengobatan dengan hasil terbaik dan efek samping seminimal mungkin.7
Pengobatan terbagi menjadi dua kategori.Kategori pertama bertujuan untuk
mengontrol asma dalam jangka panjang dan biasanya digunakan setiap hari untuk
mencegah timbulnya serangan asma.Obat dalam kategori ini meliputi kortikosteroid

5
inhaler, kromolin atau nedokromil inhaler, bronkhodilator kerja panjang, teofilin, dan
antagonis leukotrin.
Kategori kedua adalah obat-obat yang berguna untuk menyembuhkan secara cepat
gejala asma yang timbul.Obat tersebut adalah bronkhodilator kerja singkat dan
kortikosteroid sistemik.Ipratropium dapat digunakan bersama dengan bronkhodilator
inhaler jika terjadi serangan asma atau gejala asma memburuk.
Umumnya, dokter akan memulai terapi tingkat tinggi lebih dahulu, kemudian
menurunkannya ke tingkat yang lebih rendah yang masih efektif mencegah serangan asma
dan membuat anak dapat hidup normal.

DAFTAR PUSTAKA

TePas E, Umetsu D. imunologi dan alergi. Nelson esensi pediatric.ED IV.EGC. 2002. Jakarta. hal
341-350
Supriyatno B. Tatalaksana Serangan Asma Pada Anak. Bagian IlmuKesehatan Anak FKUI-
RSCM, Jakarta.
Riyanto B, Hisyam B. Obstruksi saluran pernapasan akut. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed.
V. Jakarta. 2009.

Você também pode gostar