Você está na página 1de 12

ANALISIS KEBIJAKAN

GERAKAN MASYARAKAT SEHAT (GERMAS)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Kebijakan dalam Pelayanan Kesehatan

Disusun Oleh:
1. Purnomo (22020116410003)
2. Devi Hairina (22020116410013)
3. Heru Ginanjar (22020116410031)
4. Nurul Laili (22020116410035)
5. Prita Adisty H (22020116410040)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
ANALISIS KEBIJAKAN GERAKAN MASYARAKAT SEHAT (GERMAS)

1. Kebijakan Gerakan Masyarakat Sehat PMK 49 tahun 2016


a. Masalah yang melatarbelakangi ditetapkan kebijakan tersebut
Pembangunan Kesehatan merupakan upaya yang harus dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa. Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang tinggi. Dalam nawa cita presiden RI 2014-2019

menciptakan sembilan agenda yang menunjukan prioritas jalan perubahan menuju

indonesia yang berdaulat, salah satu dalam nawa cita tersebut adalah meningkatkan

kualitas hidup manusia indonesia, yang dijabarkan melalui kebijakan kesehatan

kementerian kesehatan dengan membentuk suatu gerakan nasional yang dinamakan

Gerakan Nasional Kesehatan Gerakan masyarakat hidup sehat (Germas)1.

Timbulnya Germas didalandasi data data (Kemenkes, 2016) tingginya jumlah

kematian ibu pada tahun 2015 sebanyak 4.809 jiwa, tingginya jumlah angka kematian

bayi tahun 2015 sebanyak 22. 267 orang, balita pendek pada usia 0-59 bulan

tersebar di wilayah aceh, kalimantan, sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan sebagian

maluku dengan status gizi balita 30 s.d 40%2. Selain itu Tingginya angka prevalensi

penyakit tidak menular menjadi beban tanggungan masyarakat akibatnya akan

berdampak pada pada hilangnya potensi sumber daya manusiadan menurunnya

produktivitas sehingga tingkat sosial ekonomi masnayarakat menurun3.

Dari data tersebut peyakit menular, kematian dan kecacatan menempati prioritas

masalah yang harus segera diatasi, pengobatan menjadi dasar kebijakan kesehatan

akibatnya, beban tanggungan Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS) meningkat. Jika


kondisi ini berlanjut maka beban negara akan habis untuk pembiayaan klem

kesehatan dari masalah ini maka pemerintah mencanangkan program Germas ,

melalui program Germas pemerintah berorientasi pada upaya promotif dan

preventif melalui penguatan Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat dengan

menggandeng Stakeholder dari berbagai pihak, mangajak masyarakat, keluarga, dan

individu untuk berpartisipasi aktif dalam program Germas2,4. Upaya priomotif dan

preventif merupakan upaya yang sangat efektifuntuk mencegah tingginya kesakitan

dan kecacatan3.

b. Tujuan kebijakan (peraturan perundangan yang terkait)


1) Tujuan GERMAS:
a) Menurunkan beban penyakit menular, baik kematian maupun kecacatan
b) Menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk
c) Menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya

penyakit dan pengeluaran kesehatan.


2) Tujuan umum:
a) Menurunkan beban penyakit
b) Menurunkan beban biaya pelayanan kesehatan
c) Meningkatkan produktivitas penduduk
d) Menekan peningkatan beban finansial masyarakat untuk pengeluaran
kesehatan
3) Tujuan khusus:
Tujuan khusus Germas adalah untuk menurunkan resiko utama penyakit menular

dan tidak menular terutama melalui:


a) Intervensi gizi 1000 hari pertama kehidupan
b) Memperbaiki pola konsumsi gizi seimbang seluruh keluarga
c) Meningkatkan aktifitas fisik teratur dan terukur
d) Meningkatkan pola hidup sehat
e) Meningkatkan lingkungan sehat
f) Mengurangi konsumsi rokok dan alkohol

d) Penilaian kelompok terhadap implementasi kebijakan tersebut


Indikator GERMAS adalah parameter pembangunan kesehatan yang cenderung

terkait dengan perubahan prilaku masyarakat, indikator tersebut terdiri dari 12

indikator yaitu: (1). Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana; (2). Ibu
melakukan persalinan di fasilitas kesehatan; (3). Bayi mendapat imunisasi dasar

lengkap; (4). Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif; (5). Balita mendapatkan

pemantauan pertumbuhan; (6). Penderita tuberculosis paru mendapatkan pengobatan

sesuai standar; (7). Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur; (8).

Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak diterlantarkan; (9).

Anggota keluarga tidak ada yang merokok; (10). Keluarga sudah menjadi anggota

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN); (11). Keluarga mempunyai akses sarana air

bersih; dan (12). Keluarga menggunakan jamban sehat.

Apabila kita cermati bersama terkait capaian keberhasilan kebijakan gerakan

masyarakat sehat belum optimal dalam capaiannya dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu lingkungan, prilaku, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan (genetik).

Faktor keturunan hampir tidak dapat dirubah, sedangkan faktor pelayanan kesehatan

apalagi di daerah kepulauan merupakan faktor yang membutuhkan sumber daya yang

mahal. Faktor lingkungan dan faktor prilaku adalah dua faktor yang cenderung dapat

dirubah dan dikendalikan. Seluruh indikator yang belum tercapai diatas cenderung

terkait dengan faktor prilaku dan lingkungan, misalnya kesadaran untuk memberikan

asi eksklusif, pemantauan pertumbuhan, aktifitas merokok serta kepesertaan JKN itu

karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat. Termasuk kesadaran

dalam pemeriksaan penyakit tuberculosis dan hipertensi.

e) Analisis implementasi kebijakan


1) Faktor Sumber daya
Dalam hal ini yang dimaksud sumber daya gerakan masyarakat sehat yang

diperlukan dalam melakukan sebuah implementasi menurut Edwards adalah :


(a) Staff
Jumlah staff dan skill (kemampuannya) sesuai dengan apa yang di butuhkan

dalam melaksanakan gerakan masyarakat sehat dalam mendukung

kebijakan7,8.
(b) Informasi
Informasi yang diberikan dalam gerakan masyarakat sehta berbeda dengan

komunikasi. Yang diperlukan disini adalah: i). Informasi yang terkait dengan

bagaimana melaksanakan kebijakan tersebut (Juklak-Juknis) serta, ii). Data

yang terkait dengan kebijakan yang akan dilaksanakan7,8.


(c) Kewenangan
Kebijakan Gerakan masyarakat sehat memerlukan kewenangan yang

dibutuhkan dan harus tersedia bagi implementor yang sangat bervariasi

tergantung pada kebijakan apa yang harus dillaksanakan. Kewenangan

tersebut dapat berwujud : membawa kasus ke meja hijau; menyediakan

barang dan jasa; kewenangan untuk memperoleh dan menggunakan dana, staf,

dll kewenangan untuk meminta kerjasama dengan badan pemerintah yang

lain, dll7,8.
(d) Fasilitas
Kebijakan ini memiliki implementor staff yang memadai, tela memahami apa

yang yang diharapkan darinya dan apa yang harus dilaksanakan, juga telah

memperoleh kewenangan yang diperlukan untuk mengimplementasikan

kebijakan, namun tanpa fasilitas fisik yang memadai, implementasi juga tidak

akan efektif. Fasilitas fisik ini beragam tergantung pada kebutuhan kebijakan :

ruang kantor, komputer, dll7,8.


Program pemerintah dengan melengkapi tenaga medis dan alat kesehatan berhasil

secara signifikan dalam meningkatkan indikator derajat kesehatan. Tetapi karena

program tersebut membutuhkan anggaran dan sumberdaya yang besar maka

terkadang program-program kesehatan tersebut di beberapa wilayah tidak dapat


berkelanjutan. Mislanya Kebijakan Puskesmas Keliling (Puskel). Dengan maksud

untuk mendekatkan jangkauan pelayanan kesehatan maka pemerintah

menyediakan puskel di setiap puskesmas yang dengan jangkauan kepulauan.

Beberapa kendala yang dialami Puskesmas mulai dari terbebani dengan biaya

bahan bakar (bensin) yang mahal dan perawatan yang tidak tersedia. Akibatnya,

hampir puskel tidak dapat beroperasional dengan semestinya. Selain itu

ketersediaan sumber daya manusia seperti tenaga Dokter Keluarga dan Bidan

Desa juga belum semua terpenuhi. Termasuk pengangkatan dokter menjadi ASN

di daerah. Selain membebani APBD Provinsi, keberlanjutan dokter tersebut juga

tidak terjamin di daerah. Akibatnya, setelah setahun atau dua tahun,

merekapindah ke provinsi atau kota dengan dalih untuk mendapatkan hak-hak

mereka, meskipun terkadang juga lupa dengan kewajiban mereka yang

sebenarnya. Hal tersebut berakibat pada fluktuasi indikator derajat kesehatan.

Pencapaian cenderung baik ketika masih tersedia sumberdaya pelayanan

kesehatan. Namun ketika sumber daya pelayanan kesehatan tersebut terganggu

maka capaian status kesehatan juga terganggu. Hal tersebut tidak sesuai dengan

paradigma pembangunan millennium yang mengedepankan keberlanjutan suatu

program. Program dan kegiatan yang berorientasi pada pengobatan dan

rehabilitasi melalui penyediaan tenaga medis dan sarana prasarana cenderung juga

tidak berjalan.
2) Faktor Komunikasi
Dalam hal ini komunikasi yang banyak mendapatkan perhatian :
(a) Transmisi
Kebijakan Gerakan masyarakat sehat yang akan di implementasikan harus

terlebih dahulu disalurkan kepada pejabat yang akan melaksanakannya.


Dimana seringkali transmisi terjadi dan pelaksana tidak menyetujui kebijakan

(disposisi) dengan mendistorsikan perintah kebijakan atau bahkan menutup

komunikasi yang diperlukan. Masalah dari transmisi kebijakan yang akan

diimplementasikan harus melalui struktur birokrasi yang berlapis atau karena

tidak tersedianya saluran komunikasi yang memadai7,8.


(b) Kejelasan (Clarity)
Kejelasan tujuan dan cara yang akan digunakan dalam sebuah gerakan

masyarakat sehat harus merupakan hal yang sangat mutlak agar dapat

diimplementasikan sesuai dengan apa yang telah diputuskan tanpa ada

kerumitan pada saat dilaksanakan yaitu : i). kerumitan dalam pembuatan

kebijakan yang terjadi antara eksekutif dan legislatif, sehingga mereka

cenderung menyerahkan detil pelaksanaannya pada bawahan; ii) Adanya

oposisi dari masyarakat atas kebijakan tersebut; iii). Kebutuhan mencapai

konsensus antara tujuan yang saling bersaing saat merumuskan kebijakan

tersebut; iv). Kebijakan baru yang para perumusnya belum terlalu menguasai

masalah (tentang ini sering dikatakan sebagai upaya untuk menghindar dari

tanggung jawab); v). Biasanya terjadi pada kebijakan yang menyangkut aturan

hukum. Hal ini dikaitkan dengan implementasi dengan tipe/jenis kebijakan

menurut Edwrads banyak mengacu pada hasil stdui Bardach dalam

implementation Game7,8.
(c) Konsistensi
Implementasi kebijakan gerakan masyarakat sehat harus membutuhkan

implementasi yang efektif selain membutuhkan komunikasi yang jelas, juga

konsisten. Karena apabila proses transmisi baik tetapi perintah tidak konsisten

maka akan sangat membingungkan pelaksana. Banyak hal yang bisa


menyebabkan arah kebijakan menjadi tidak konsisten, diantaranya karena : i).

Kompleksitas kebijakan yang harus dilaksanakan; ii). Kesulitan yang biasa

muncul saat memulai implementasi sebuah kebijakan baru; iii). Kebijakan

memiliki beragam tujuan dan sasaran, atau kadang karena bertentangan

dengan kebijakan yang lain; iv). Banyaknya pengaruh berbagai kelompok

kepentingan atas isu yang dibawa oleh kebijakan tersebut7,8.


Komunikasi disini dapat terkait dengan adanya interkoneksi antara masyarakat,

swasta dan pemerintah. Paradigma pembangunan partisipatif menyaratkan

keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pengawasan dan evaluasi program

pembangunan daerah. Mekanisme tersebut dilaksanakan dalam seluruh level

pemerintahan dimana masyarakat dapat secara aktif mengontrol bahkan

melaksanakan pembangunan di daerahnya sendiri. Saat ini sudah begitu banyak

kelompok masyarakat yang bekerja secara rutin dan terstruktur dalam

meningkatkan pembangunan kesehatan berdasarkan sasaran masing-masing.

Misalnya ada yang aktif dalam menurunkan kasus HIV dan AIDs, meningkatkan

cakupan ASI Eksklusif, mengendalikan kejadian kanker dan diabetis, bahkan

melakukan advokasi untuk penyediaan jamban dan sanitasi. Program

pemberdayaan masyarakat tersebut juga tidak lepasa dari bantuan para donator

yaitu pihak swasta. Dengan motif kepedulian sosial (CSR) tidak sedikit diantara

perusahaan yang ada memberikan anggaran yang besar untuk melaksanakan

pembangunan kesehatan, oleh karena itu, potensi ini perlu mendapatkan perhatian

dari Pemerintah Daerah. Kiranya pemerintah provinsi dan kabupaten/kota jangan

lagi berfikir bahwa pembangunan kesehatan hanya ada di instansi Masing-masing.

Pemerintah perlu melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan seluruh elemen


pemberdayaan masyarakat apakah dalam bentuk yayasan, organisasi masyarakat

maupun organisasi kepemudaan yang sesungguhnya juga berkewajiban

melaksanakan aktifitas pembangunan kesehatan. Wujud interkoneksitas yang

kami makasud adalah melalui penyusunan rencana-rencana aksi daerah (RAD).

Melibatkan seluruh kelompok masyarakat bersama instansi terkait, menyusun

rencana program untuk mencapai suatu target pembangunan kesehatan. Dalam

penyusunasn RAD tersebut, diatur peran dan fungsi masing-masing dalam

pelaksanaannya dan pengawasannya. Setelah itu, evaluasi bersama untuk

mempersiapkan pengelolaan program ke depan.


3) Faktor disposisi
Disposisi merupakan sikap dan komitmen dari pelaksana terhadap kebijakan atau

program yang harus dilaksanakna karena kebijakan gerakan masyarakat sehat

membutuhkan pelaksana-pelaksana yang memilki hasrat kuat dan komitmen yang

sangat tinggiuntuk mencapai kebijakan yang diharapkan. Dan terdapat tiga unusr

yang utama dalam mempengaruhi kemampuan dan kemauan aparat pelaksana

untuk menjalankan kebijakannya yaitu9:


(a) Kognisi yaitu seberapa jauh pemahaman pelaksanan terhadap kebijakan.

Pemahaman terhadap tujuan kebijakan sangatlah penting bagi aparat

pelaksana lebih-lebih apabila sistem nilai yang mempengaruhi sikapnya

berbeda dengan sistem nilai pembuat kebijakan, maka implementasi

kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif. Ketidakmampuan administratif

dari pelaksana kebijakan yaitu ketidakmampuan dalam menanggapi

kebutuhan-kebutuhan dan harapan-harapan yang disampaikan oleh

masyarakat dapat menyebabkan pelaksanaan suatu program tidak efektif7,8.


(b) Arahan dan tanggapan pelaksanan, hal ini meliputi bagaimana penerimaan,

ketidakberpihakan maupun penolakan pelaksana dalam menyikapi

kebijaksanaan7,8.
(c) Intensitas respon atau tanggapan pelaksana.
Karakter dari pelaksana akan mempengaruhi tindakan-tindakan pelaksana

dalam mengimplementasikan kebijakan karena pelaksana adalah individu

yang tidak mungkin bebas dari kepercayaan, aspirasi dan kepentingan pribadi

yang ingin mereka capai. Dalam mengimplementasikan suatu kebijakan

terdapat suatu kemungkinan dari pelaksana untuk membelokkan apa yang

sudah ditentukan demi kepentingan pribadinya, sehingga dengan sikap

pelaksana tersebut dapat menjauhkan tujuan dari kebijakan sebenarnya 7,8.


4) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang perlu dilakukan pengkajian adalah pada masyarakat.

Apakah masyarakat mau dalam menyukseskan gerakan masyarakat sehat ini

dengan selalu menjaga lingkungan baik lingkungan fisik, maupun lingkungan bio

psiko dan social. Masyarakat harus mampu melakukan kegiatan pencegahan

terhadap masalah kesehatan yang sering muncul. Contohnya adalah masyarakat

harus paham mengenai pemeriksaan ANC sangat penting bagi ibu hamil guna

menanggulangi terjadinya komplikasi baik saat kehamilan maupun saat proses

melahirkan yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi tinggi.
5) Faktor Struktur Birokrasi
Faktor struktur birokrasi pada gerakan masyarakat sehat ini dilihat dari

mekanisme kerja yang dibentuk untuk mengelola pelaksanaannya. Yang

dimaksudkkan disini adalah tata alur dari gerakan masyarakat sehat ini sendiri,

terlebih apabila pelaksanaan program melibatkan kerjasama dari beberapa sektor.

Dalam rangka mewujudkan gerakan masyarakat sehat di seluruh lapisan


masyarakat, maka dalam implementasinya khususnya dibidang birokrasi, tentunya

harus mempermudah masyarakat, karena hal tersebut juga berkaitan dengan

tingkat pendidikan masyarakat, yang membutuhkan waktu dan kesabaran dalam

memberikan pelayanan yang optimal, misalnya birokrasi terkait dengan

pengadaan JKN, proses dan prosedurnya harusnya tidak ribet, karena hal tersebut

dapat menyebabkan warga enggan atau males untuk berpartisipasi sebagai

anggota JKN, sehingga program gerakan masyarakat sehat sekali lagi belum

optimal, padahal kita ketahui bahwa salah satu indikator keberhasilan gerakan

masyarakat sehat adalah keluarga sudah menjadi anggota JKN.

f) Kesimpulan
Gerakan masyarakat sehat (Germas) muncul dilandasi dari angka kematian ibu dan

anak yang masih tinggi, selain itu prevalensi penyakit seperti TB, malaria dan yang

lainnya yang belum mengalami penurunan secara gnifikan. Oleh karena itu dibuatlah

kebijakan mengenai gerakan masyarakan sehat ini ditargetkan dapat tercapai keluarga

sehat ditahun 2019 dengan kegiatan promotif dan preventif yang diusung.
DAFTAR PUSTAKA

1. Jablensky A. The diagnostic concept of schizophrenia: its history, evolution, and future
prospects. Dialogues Clin Neurosci. 2010;12(3):27187.

2. Fallis A. Profil Kesehatan Indonesia. Vol. 53. 2010. 1689-1699 p.

3. Pmdk P, Udayana U. Buku panduan. 2012;136.

4. Kesehatan KP. Kebijakan pembangunan kesehatan. 2016;(April).

5. Presman, Wildavsky, Bardach, Fm G. Implementation In The Public Sector, Past, Present


and Future. Third Ed. 2005;48:16.

6. Anderson J., Houghton B, Company M. Public Policymakingc: An Introduction. 2003;1


34.

7. Hill M, Hupe P. Implementing Public Policy: Governance In Theory And In Practice.


Holliday I, Kong CU of H, editors. SAGE Publication; 2002. 1-244 p.

8. Administration P, Policy P. Handbook of Public Policy Analysis Theory, Politics. and


Method. Rabin J, editor. CRC Press; 2007. 1-670 p. Available from: www.crcpress.com

9. Dunn WN. Public Policy Analysis. 2015;(January 1981).

Você também pode gostar