Você está na página 1de 18

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI VETERINER II

UNIT UNGGAS DAN SATWA AKUATIK

NAMA : RESKI TENRI ESA


NIM : O111 15 016
ASISTEN : UTARI RESKY TARUKLINGGI

LABORATORIUM ANATOMI VETERINER


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
BIODATA

Nama : Reski Tenri Esa


NIM : O111 15 016
Kelompok : IV
Alamat : Jl. Sahabat 3
No. HP : 082344951913

Makassar, 22 November 2016

Reski Tenri Esa


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1. Unggas
1.1 Sistem pencernaan pada unggas
Sistem pencernaan pada unggas adalah sebagai berikut:
1.1.1 Paruh
Paruh berfungsi untuk
mengambil makanan dan
mengalirkan pakan ke
oesophagus. Lidah berbentuk
seperti pisau, memiliki
permukaan kasar dibagian
belakang dan berfungsi Gambar 1. Rongga Mulut unggas (McLelland, 2013)
membantu mendorong
makanan ke oesophagus.
Menghasilkan saliva yang mengandung amilase dan maltase saliva
(Fadilah dan Agustin, 2011).
1.1.2 Oesophagus
Kerongkongan atau oesophagus merupakan suatu saluran transport
makanan
yang bersifat
elastis,
sehingga
makanan
yang
ukurannya Gambar 2. Oesophagus dan tembolok pada unggas (McLelland, 2013)
relatif besar dapat di telan sekaligus. Oesophagus terdiri dari 2 bagian
yaitu bagian leher (pars cervicalis) dan bagian dada (pars thoracica).
Pada pintu masuk thorax terdapt suatu pelebaran oesophagus yaitu
tembolok (ingluvies), sebagai tempat penampungan makanan
(McLelland, 2013).
1.1.3 Crop (tembolok)
Sebelum kerongkongan memasuki rongga tubuh, ada bagian yang
melebar di salah satu sisinya menjadi kantong yang di kenal sebagai
crop (tembolok). Tembolok berperan sebagai tempat penyimpanan
pakan. Sedikit atau bahkan tidak ada proses pencernaan di sini kecuali
pencampuran sekresi saliva dari mulut yang di lanjutkan aktivitasnya di
tembolok (Fadilah dan Agustin, 2011).

1.1.4 Proventriculus
Perut kelenjar merupakan pelebaran dan penebalan ujung akhir dari
kerongkongan. Berfungsi sebagai penghasil enzim pencernaan yaitu
pepsin (enzim pengurai protein) dan penghasil asam lambung
(hydrochloric acid). Di dalam proventriculus ini terjadi pencernaan
kimiawi, oleh enzim pepsin dan hydrochloric acid (Frandson et al.,
2010).

Gambar 1. Ventriculus dan proventriculus unggas (McLelland, 2013).


1.1.5 Gizzard (empedal)
Gizzard sering kali juga disebut muscular stomach (perut otot).
Lokasinya berada di antara ventrikulus dan bagian atas usus halus.
Fungsi utama empedal adalah memecah atau melumatkan pakan dan
mencampurnya dengan air menjadi pasta yang dinamakan chymne
(Fadilah dan Agustin, 2011).
1.1.6 Usus halus (small intestine)
Usus halus merupakan organ utama tmpat berlangsungnya
pencernaan dan absorpsi produk pencernaan. Berbagai enzim yang
masuk ke dalam saluran pencernaan ini berfungsi mempercepat dan
mangefisiensikan pemecahan karbohidrat, protein, dan lemak untuk
mempermudah proses absorpsi. Secara anatomis, usus halus di bagi
menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum (Fadilah dan
Agustin, 2011).
a. Duodenum (12 jari)
Duodenum berbentuk
kelokan, disebut
duodenal loop. Panjang
sekitar 20 cm. Pada

Gambar 4. Duodenum dan Pancreas (McLelland, 2013).


duodenum menempel pankreas yang mensekresikan pancreatic juice
(mengandung enzim amilase, lipase dan tripsin) (Fadilah dan
Agustin, 2011).
b. Jejunum dan Ileum
Makanan mengalami pencernaaan kimiawi oleh enzim yang
dihasilkan di dinding usus.
Ileum sepanjang
permukaan lumen usus
halus terdapat banyak
lipatan/lekukan yang
disebut vili atau jonjot
usus. Vili berfungsi Gambar 5. Jejunum dan Ileum (McLelland, 2013).
memperluas permukaan usus sebagai proses penyerapan zat
makanan akan lebih sempurna. Setiap vilus mengandung pembuluh
limfa yang di sebut lacteal dan pembuluh kapiler (Fadilah dan
Agustin, 2011).
.1.1.7 Ceca (Usus buntu) dan Usus besar
Fungsi usus buntu belum diketahui secara pasti, namun ada yang
berpendapat bahwa usus
buntu berfungsi membantu
mencerna pakan yang
memiliki kadar serat kasar
yang tinggi melalui aksi
Gambar 6. Intestinum crassum (McLelland, 2013).
jasad renik yang ada di
dalamnya. Sedangkan usus besar berfungsi sebagai penambah
kandungan air dan menjaga keseimbangan air dalam tubuh unggas
(Frandson et al., 2010).
1.1.8 Cloaca
Cloaca sering disebut common
sewer yaitu saluran umum tempat
saluran pencernaan, saluran
reproduksi dan saluran kencing
bermuara. Air kencing yang
sebagian besar merupakan endapan
Gambar 7. Cloaca (McLelland, 2013).
asam urat (dalam bentuk pasta berwarna putih) dikeluarkan melalui
cloaca bersama sisa pencernaan atau tinja. Kloaka berbentuk bulat
terletak pada akhir saluran pencernaan (Fadilah, 2011).
1.2 Sistem respirasi pada unggas
Sistem respirasi ayam
mencakup absorbsi oksigen (O2),
pelepasan karbon dioksida (CO2),
pelepasan panas, detoksifikasi
bahan kimia serta pengaturan asam
basa dan suara. Meskipun fungsi
sistem respirasi unggas (ayam)
Gambar 8. Sistem respirasi unggas (Prawira, 2014)
sama dengan mamalia, namun
keduanya sangat jauh berbeda dari sisi anatomi. Unggas (ayam) tidak
bernapas dengan cara seperti mamalia (Prawira, 2014).
Organ-organ yang berkaitan dengan sistem pernapasan unggas (Yaman,
2012):
a. Nares Anteriores (lubang hidung), berjumlah sepasang terdapat pada
pangkal rostrum bagian dorsal.
b. Nares Posteriores, lubang pada palatum, hanya 1 buah, terletak di
tengah.
c. Glottis, terletak tepat di belakang pangkal lidah dan melanjutkan ke
caudal, ke dalam larynx.
d. Larinx, bagian yang disokong oleh cartilago cricoidea, dan
cartilago arytenoidea yang berjumlah sepasang.
e. Trachea adalah lanjutan larynx ke arah caudal.
f. Bronchus adalah percabangan trachea ke kanan dan ke kiri, disebut
bronchus dexter et sinister.
g. Pulmo, terdapat pada ujung-ujung bronchi berjumlah sepasang,
melekat pada dinding dorsal thorax. Pulmo ini dibungkus oleh
selaput yang disebut pleura.
h. Syrinx tersusun dari beberapa annulus trachealis yang paling caudal
dan annulus bronchialis yang paling cranial.
Rongga udara atau kantong udara (air sac) pada unggas berjumlah 9,
terdiri atas 4 buah rongga udara berpasangan dan 1 buah rogga udara
tunggal. Rongga udara yang berpasangan tersebut adalah sebagai berikut
(Yuwanta, 2006):
a. Abdominalis yang terletak pada bagian abdomen (perut) dan
mencapai daerah pelvis.
b. Thoracalis anterior (diaphragmatic) yang terletak pada rongga dada
bagian depan dan berhubungan dengan tulang humerus.
c. Thoracalis posterior yang terletak di dalam rongga dada bagian
belakang.
d. Cervicalis yang terletak di antara abdominalis dan thoracalis
posterior serta berhubungan dengan otot leher.
1.3 Sistem peredaran darah pada unggas
Fungsi utama sistem peredaran
darah adalah mengalirkan darah dari
jantung ke seluruh tubuh dan kembali
lagi ke jantung. Sistem peredaran darah
ini terdiri dari darah, pembuluh darah
dan jantung. Pada unggas terutama
ayam, organ jantung terdiri dari 4
ruangan yaitu atrium kanan, ventrikel
kanan, atrium kiri dan ventrikel kiri. Gambar 12. Jantung (McLelland, 2013).
Bagian dalam dari ruang jantung unggas tersebut sama halnya dengan
mamalia. Darah yang kaya oksigen akan masuk melalui atrium kanan
kemudian melalui ventrikel kanan. Dengan adanya gerakan memompa
oleh otot jantung , darah dari ventrikel kanan akan keluar menuju paru-
paru. Di paru-paru, darah akan mengambil oksigen dengan melepaskan
karbon dioksida (Fadilah dan Agustin, 2011).
Darah segar yang mengandung oksigen akan mengalir dari paru-paru
menuju ke atrium kiri dan melalui ventrikel kiri. Adanya gerakan kontraksi
ventrikel kiri mendorong darah keluar menuju ke sistem asterial dan
dibawa menuju sel-sel tubuh. Selanjutnya, dari sel-sel tubuh, darah
membawa produk buangan menuju kembali ke jantung melalui sistem
venous (pembuluh darah vena). Proses ini berlangsung berulang-ulang
secara terratur (Fadilah dan Agustin, 2011).
1.4 Sistem reproduksi pada unggas
1.4.1 Jantan
a. Testis
Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal
kearah punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna
kuning terang. Berbeda dengan hewan lainnya, testis unggas tidak
terletak di dalam scrotum. Fungsi testis menghasilkan hormon kelamin
jantan disebut androgen dan sel gamet jantan disebut sperma (Said et
al., 2013).
b. Ductus deferens
Saluran deferens dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang
merupakan muara sperma dari testis, serta bagian bawah yang
merupakan perpanjangan dari saluran epididymis yang disebut saluran
deferens. Saluran deferens ini akhirnya bermuara di kloaka pada
daerah proctodeum yang berseberangan dengan urodeum dan
coprodeum. Di dalam saluran deferens, sperma mengalami pemasakan
dan penyimpanan sebelum diejakulasikan. Pemasakan dan
penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal saluran deferens
(Said et al., 2013).
c. Organ kopulasi
Pada unggas jantan memiliki alat kopulasi yang disebut phallus.
Struktur spesies ada beberapa spesies unggas sangat kompleks. Alat
kopulasi ini dibdakan dalam dua tipe, yaitu phallus non protudens
terbentuk dari penebalan mukosa, corpus phallicum medianum yang
terletak di dasar proctodeum. Phallus protudens merupakan penjuluran
dasar proctadeum dengan diawali oleh basis phalli. Bagian ujung
phallus protudens hanya akan tampak, bila dalam keadaan ereksi
(Utomo, 2010).
Gambar 13. Sistem Reproduksi Ayam Jantan (Utomo, 2010).
1.4.2 Betina
a. Ovarium
Ovarium (kantong telur) yang berfungsi sebagai pembentuk telur
dan dilengkapi dengan oviduct (saluran telur). Selain alat-alat
reproduksi, sistem reproduksi ayam juga dibantu oleh hormon-hormon
reproduksi seperti hormon FSH (Follicle Stimulating Hormon) yang
berfungsi merangsang ovarium untuk membentuk folikel telur dan
hormon-hormon lain (Rahayu et al., 2011).
b. Infundibulum
Panjang bagian ini adalah 9 cm dan fungsi utama infundibulum
hanya menangkap ovum yang masak. Bagian ini sangat tipis dan
mensekresikan sumber protein yang mengelilingi membran vitelina.
Kuning telur berada di bagian ini berkisari 15-30 menit. Perbatasan
antara infundibulum dan magnum dinamakan sarang spermatozoa
yang merupakan terminal akhir dari lalu lintas spermatozoa sebelum
terjadi pembuahan. Infundibulum berfungsi untuk menangkap ovum
(yolk) dan terjadinya fertilisasi (Rahayu et al., 2011)
c. Magnum
Magnum disebut juga sebagai penghasil albumen, karena selama
melalui bangunan tersebut albumen ditambahkan disekitar kuning
telur (Utomo, 2010).
d. Isthmus
Mensekresikan membran atau selaput telur. Panjang saluran
isthmus adalah 10 cm dan telur berada di sini berkisar 1 jam 15 menit
sampai 1,5 jam. Isthmus bagian depan yang berdekatan dengan
magnum berwarna putih sedangkan 4 cm terakhir dari isthmus
mengandung banyak pembuluh darah sehingga memberikan warna
merah (Rahayu et al., 2011).
e. Uterus
Disebut juga glandula kerabang telur, panjangnya 10 cm yang
berfungsi untuk pembentukan kerabang telur dan pewarnaan kerabang
(Rahayu et al., 2011).
f. Vagina
Vagina, bagian ini hampir dikatakan tidak terdapat sekresi di dalam
pembentukan telur. Telur melewati vagina dengan cepat yaitu sekitar 3
menit, kemudian telur dike-luarkan (oviposition) dan 30 menit setelah
peneluran akan terjadi kembali ovulasi (Frandson et al., 2010).
g. Kloaka
Merupakan bagian ujung luar dari oviduct tempat dikeluarkannya
telur yang berfungsi untuk peneluran (oviposition) (Rahayu et al.,
2011).

Gambar 14. Sistem Reproduksi Ayam Betina (Utomo, 2010).


2. Ikan
2.1 Sistem pencernaan pada ikan
Sistem
pencernaan pada ikan
adalah sebagai berikut:
2.1.1 Rongga
Mulut
Lapisan
permukaan
terdapat sel-
sel penghasil
Gambar 15. Jenis-jenis mulut pada ikan (Rahardjo et al., 2011).
lendir, taste
receptor/taste bud. Ada ikan yang memiliki gigi/organ keras untuk
penghancur makanan. Terdapat lidah (penebalan tulang arc-hyoden di
dasar mulut), diselimuti lapisan sel mucus dan organ pengecap. Pada
langit-langit bagian belakang terdapat organ palatin yang berfungsi
untuk mengatur kelebihan dan pemompaan air (Burhanuddin, 2011).
2.1.2 Pharynx
Pada ikan filter feeding proses penyaringan makanan terjadi pada
segmen inikarena tapis insang mengarah ke segmen faring. Lapisan
permukaan faring hampir sama dengan rongga mulut, kadangkala masih
ditemukan organ pengecap. Jika material yang ditelan bukan makanan
maka akan dibuang melalui insang (Frandson, 2010).
2.1.3 Oesophagus
Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk pipa (tabung),
mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan. Pada ikan
laut berperan dalam penyerapan garam melalui difusi pasif, sehingga
konsentrasi garam air laut menurun, sehingga memudahkan penyerapan
air oleh usus belakang dan rectum (Burhanuddin, 2011).
2.1.4 Lambung
Lambung berfungsi
sebagai penampung makanan.
Pada ikan yang tidak
berlambung fungsi

Gambar 16. Lambung ikan (Rahardjo et al., 2011)


penampung makanan digantikan oleh usus depan yang dimodifikasi
menjadi kantong yang membesar. Pada ikan tak bergigi (biasanya
herbivora) terdapat gizzard yang berfungsi untuk menggerus makanan.
Seluruh permukaan lambung ditutupi oleh sel mucus yang mengandung
mukopolisakarida yang agak asam berfungsi sebagai pelindung dinding
lambung dri kerja asam klorida. Di bagian luar sel epitellium terdapat
lapisan lendir sebagai hasil sekresi sel mucus tersebut. Sel-sel penghasil
cairan gastric terletak di bagian bawah dari lapisan epitellium
mensekresikan pepsin dan asam klorida. Berbeda dengan mamalia pada
ikan pencernaan secara kimiawi dimulai di bagian lambung, bukan di
bagian rongga mulut, karena ikan tidak memiliki kelenjar air liur
(Frandson, 2010).
2.1.5 Pylorus
Segmen yang terletak antara lambung dan usus depan. Penebalan
lapisan otot melingkar yang menyebabkan penyempitan saluran.
Berfungsi sebagai pengatur pengeluaran makanan (chyme) dari
lambung ke segmen usus (Burhanuddin, 2011).
2.1.6 Usus
Segmen terpanjang pada saluran pencernaan. Terdapat muara dari
kantung empedu (ductus choledochus) dan dari pancreas. Pada lapisan
mucosa dalam usus terdapat tonjolan-tonjolan (villi). Bentuk sel yang
umum ditemukan pada epitelium usus adalah enterosit dan mukosit. Sel
enterosit berperan dalam peny erapan makanan dan sel mukosit yang
berbentuk seperti goblet (piala) yang mengandung mucigen sebagai
hasil sintesis sel akan berubah menjadi lendir bila sudah dilepaskan dan
bereaksi dengan air (Burhanuddin, 2011).
2.1.6 Rectum dan anus
Di bagian belakang usus terdapat segmen rectum. Rectum ini terletak
di antara katup rectum dan anus. Katup rectum yang merupakan
penyempitan saluran pencernaan akibat penebalan otot licin melingkar,
mengatur pengeluaran makanan yang tidak tercerna pada bagian usus
ke bagian rectum. Fungsi utama rectum adalah penyerapan air dan
mineral, dan memproduksi lendir untuk mempermudah pengeluaran
makanan tak tecerna. Bagian terakhir dari saluran pencernaan adalah
anus, yang berfungsi untuk mengeluarkan tinja. Bagian ini terletak di
belakang sirip ventral dan tepat di depan sirip anal (Rahardjo et al.,
2011).
2.2 Sistem pernafasan pada ikan
Sistem pernafasan ikan pada umumnya berupa insang. Insang ikan
yang memiliki
tutup insang,
tetapi ada pula
yang tidak
memiliki tutup
insang. Lengkung
insang terdiri atas
Gambar 17. Jenis insang ikan dan mekanisme (Rahardjo et al., 2011).
jaringan tulang
rawan dan di
dalam lengkung insang terdapat dua buah bangunan rigi-rigi yang berfungsi
sebagai alat penyaring pernafasan. Lengkung insang berwarna keputih-
putihan. Lembar- an insang tampak berwarna merah dan berbentuk seperti
sisir terdiri atas jaringan lunak. Di dalam lembaran ini banyak pembuluh-
pembuluh kapiler sebagai cabang dari arteri insang. Pembuluh-pembuluh
kapiler pada lembaran-lembaran insang tersebut akan memudahkan per-
tukaran gas antara darah dan air (Murtidjo, 2007).
Insang membentuk baris-baris yang saling berhubungan pada
lengkung insangnya. Umumnya, jumlah insang pada tiap sisi adalah 5-7
baris. Baris insang yang satu dan lainnya dipisahkan oleh celah insang. Cara
pernafasan ikan yang insangnya memiliki tutup insang berbeda dengan ikan
yang insangnya tidak memiliki tutup insang. Namun, ikan air tawar yang
dibudidayakan umumnya memiliki tutup insang (Murtidjo, 2007).
2.3 Sistem peredaran darah pada ikan
Adapun sistem peredaran darah pada ikan adalah sebagai berikut
2.3.1 Sinus venosus
Sinus venosus adalah ruang tambahan yang berdinding tipis, hampir
tidak mengandung jaringan otot. Dinding caudal nya bersatu dengan
bagian depan dari septum transversum, yang memisahkan rongga
pericardial dari rongga pleuroperitoneal. Darah venus dari seluruh
tubuh, masuk di sinus venosus melalui sepasang ductus cuvieri yang
masuk di bagian lateral dan sepasang sinus hepaticus yang masuk pada
dinding posterior dari sinus venosus. Vena coronaria yang datang dari
dinding otot jantung, juga masuk dari sinus venosus. Dari sini darah
melalui lubang sinus atrial masuk ke dalam atrium (Kordi, 2010).
2.3.2 Atrium
Atrium adalah ruang tunggal yang dindingnya relatif tipis, terletak
anterior dari sinus venosus. Darah dari atrium melalui lubang
atrioventikularis diteruskan ke dalam rongga ventrikel. Lubang ini
dijaga oleh klep atau katup atrioventrikular, supaya aliran darah tidak
kembali ke rongga atrium (Kordi, 2010).
2.3.3 Ventrikel
Ventrikel adalah ruang berdinding tebal berotot, menerima darah
hanya dari atrium saja dan memompakan darah melalui aorta ventral ke
insang. Ruang ini dibentuk oleh dua lapisan otot yaitu lapisan otot luar
disebut kortikal dan lapisan otot dalam disebut spongi. Bagian ini
menerima darah dari atrium melalui atrioventricularis. Ujung anterior
dari ventrikel tumbuh memanjang dan berdinding tebal, di dalamnya
terdapat suatu seri klep semilunar (Kordi, 2010).
2.3.4 Conus arteriosus
Pada Elasmobranchii, conus arteriosus berkembang dengan baik,
tetapi tidak mempunyai bulbus arteriosus. Pada sebagian ikan teleostei
conus arteriosus sudah tereduksi menjadi suatu struktur yang sangat
kecil, sedangkan bulbus arteriosus (perluasan sebagian dari aorta
ventralis) berkembang dengan baik (Kordi, 2010).

Gambar 18. Mekanisme dan ruang jantung ikan (Rahardjo et al., 2011).
Gambar 19. Sistem reproduksi pada ikan jantan dan betina (Rahardjo et al., 2011).
2.4 Sistem reproduksi
Adapun ciri-ciri spesifik alat reproduksi lele jantan, yaitu alat kelamin
lele jantan berbentuk runcing dan memanjang. Kantong sperma (testis)
berjumlah 2 buah berbentuk pipih memanjang serta berwarna putih.
Sementara itu, ciri spesifik alat reproduksi induk lele betina, yaitu alat
kelaminnya berbentuk bulat (oval) dan mempunyai dua kantung telur
(ovarium) (Mahyuddin, 2008).
Lele berkembang biak secara ovipar (eksternal), yaitu pembuahan
terjadi diluar tubuh. Artinya, spermatozoa membuahi telur diluar tubuh ikan.
Untuk membuahi telur, spermatozoa harus bergerak. Spermatozoa pada
induk jantan tersebut bersifat immotile dalam cairan plasmanya dan akan
bergerak apabila bercampur dengan air (Mahyuddin, 2008).

3. Ikan Lele
3.1 Arborescent
Arborescent yaitu membran yang
berlipat-lipat penuh dengan kapiler
darah, yang terletak di bagian atas
lengkung insang kedua dan ketiga,
serta berbentuk mirip dengan pohon
atau bunga-bunga. Oleh karena itu,
lele dapat mengambil oksigen Gambar 20. Aborescent pada lele (Atang, 2016)
langsung dari udara dengan cara menyembul ke permukaan air. Dengan
demikian, lele dapat bertahan hidup di perairan yang airnya mengandung
sedikit oksigen. Lele juga relative tahan terhadap pencernaan bahan-bahan
organik. Oleh karena itu, lele tahan hidup pada air yang kotor dan tergenang
(Murtidjo, 2007).

4. Merpati
4.1 Susu Tembolok
Pada burung merpati, baik jantan
maupun betina tembolok ini
menghasilkan susu tembolok yaitu
sejenis makanan berupa gel yang kaya
akan protein (54%) untuk pakan anak
merpati saat di loloh. Susu tembolok
ini di hasilkan induk 10-14 hari
sebelum menetas dan maksimum tiga Gambar 21. Crop pada merpati (McLelland, 2013).
hari setelah anak merpati menetas, kemudian menurun sampai hari ke 14.
Mekanisme terbentuknya susu tembolok adalah adanya respon dari sekresi
hormone prolactin yang timbul saat merpati mengeram (Yuwanta, 2006).
DAFTAR PUSTAKA

Atang. 2016. Sistem Pencernaan dan Pernafasan Pada Ikan Lele. Semarang:
Fakultas Biologi Unsoed.

Burhanuddin, 2011. Ikhtiologi Ikan Dan Segala Aspek Kehidupannya. Yogyakarta


: Depublish.
Fadillah, Roni. 2011. Mengatasi 71 Penyakit Pada Ayam. Jakarta Selatan : Pt.
Agromedia Yaksa.
Frandson, Rowen D., W.Lee Wilke dan Anna Dee Fails. 2010. Anatomy and
Physiology of Farm Animals. USA: Shattauer.
Kordi, M.Ghufron. 2010. Budi Daya Ikan Lele di Kolam Terpal. Yogyakarta: Lily
Publisher.
Mahyuddin, Kholish. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Murtidjo,Bambang Agus. 2007. Beberapa Metode Pembenihan Air Tawar.
Yogyakarta: Kanisius.
McLelland, J. 2013. A Colour Atlas of Avian Anatomy. Wofle Publihing : England.
Prawira, Andhika Yudha. 2014. Struktur Anatomi Syrinx Pada Ayam Ketawa.
[Skripsi]. Universitas Hasanuddin : Makassar.
Rahardjo, M.F., Djaja S. Sjafei., Ridwan Affandi., Sulistiono., Johannes
Hutaharat. 2011. Iktiology. Penerbit Lubuk Agung : Bandung.

Rahayu, Iman, Titik Sudaryani, Hari Santoso. 2011. Panduan Lengkap Ayam.
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Said, Syarifuddin. 2013. Pembibitan Ternak Dengan Inseminasi Buatan. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Utomo, Setyo. 2010. Sistem Reproduksi Unggas Betina. Universitas Mercu Buana :
Yogyakarta

Yaman, Aman. 2012. Ayam Kampung Agribisnis Pedaging Dan Petelur. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Yuwanta, Tri. 2006. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Você também pode gostar