Você está na página 1de 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PLASENTA PREVIA
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) KANDUNGAN
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

Tanggal 12 Maret 17 Maret 2017

Oleh :
Sendy Aprianitami, S.Kep
NIM 1630913320035

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
PLASENTA PREVIA
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) KANDUNGAN
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

Tanggal 12 Maret 17 Maret 2017

Oleh:
Sendy Aprianitami, S.Kep
NIM 1630913320035

Banjarmasin, 12 Maret 2017


Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Fithriyah, Ns Hj. Fauziah, S.Kep., Ns


NIK. 1990.2014.1.176 NIP. 19730323 199703 2
001
LAPORAN PENDAHULUAN
PLASENTA PREVIA

1. Definisi Plasenta Previa


Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan
oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu
Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim.
Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri
bagian depan atau belakang agak kearah fundus uteri (Prawirohardjo,
2008).

2. Pathofisiologi & Web of Caution


Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-
kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah
uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena
segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan
persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak,
pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak
dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.
Perdarahan antepartum akibat placenta previa terjadi sejak kehamilan
20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai
melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena
segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan, pelebaran
segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus
uterus robek karena lepasnya placenta dari dinding uterus atau karena
robekan sinus marginalis dari placenta. Perdarahan tak dapat
dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah
uterus untuk berkontraksi seperti pada placenta letak normal.

Dx. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


Dx. Ansietas Dx. Resiko kekurangan
Infeksi volume cairan
3. Etiologi
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta
previa, antara lain:
a. Umur Ibu
Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu > 35
tahun. Plasenta previa dapat terjadi pada umur diatas 35 tahun
karena endometrium yang kurang subur, sklerosis pembuluh darah
arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke
endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar
dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan
aliran darah yang adekuat. Plasenta previa terjadi pada umur muda
karena endometrium masih belum sempurna (Prawirohardjo,
2008).

b. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)


Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita
multipara daripada primipara. Pada multipara, plasenta previa
disebabkan vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi
pada desidua akibat persalinan masa lampau. Aliran darah ke
plasenta tidak cukup dan memperluas permukaannnya sehingga
menutupi pembukaan jalan lahir. Pada paritas tinggi kejadian
plasenta previa makin besar karena keadaan endomentrium kurang
subur (Wardana, 2007).

c. Riwayat kehamilan/persalinan
Persalinan yang dialami oleh ibu dengan persalinan prematur,
keguguran, bekas persalinan berulang dengan jarak pendek,
persalinan dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi lahir
mati, cedera dalam uterus atau jalan lahir yang ditimbulkan oleh
proses kehamilan dan persalinan terdahulu dapat berakibat buruk
pada kehamilan yang sedang dialami (Mochtar, 2002).

Di Amerika Serikat tahun 1997 telah menunjukkan bahwa ibu


dengan riwayat SC minimal satu kali mempunyai risiko 2,6 kali
untuk menjadi plasenta previa pada kehamilan berikutnya
(Santoso, 2008).

4. Tanda dan gejala


Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester
kedua atau awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta
previa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak
akan berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu
lebih banyak dari perdarahan sebelumnya.
b. Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan
tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan
mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.
c. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak
dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai
syok.
d. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas
panggul (PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak
janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan aspiksia sampai
kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005).

5. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu (Prawirohardjo,
2008) :
a. Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup
oleh plasenta.
b. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan
lahir tertutup oleh plasenta.
c. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada
pinggir pembukaan jalan lahir.
d. Plasenta previa letak rendah : Apabila jaringan plasenta berada
kira-kira 3-4 cm di atas ostium uteri internum, pada pemeriksaan
dalam tidak teraba.

Dari semua klasifikasi plasenta previa, frekuensi plasenta previa


totalis sebesar 20-45%, plasenta previa parsialis sekitar 30% dan
plasenta previa marginalis sebesar 25-50% (Anurogo, 2008)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasonografi
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan
tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
b. Pemeriksaan Dalam
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan
tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
c. Pemeriksaan Darah
Yaitu golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta darah lengkap
dan kimia darah untuk menunjang persiapan operasi
d. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan
bagian-bagian tubuh janin.
e. Vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya
ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai
(lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula
prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup
adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang
operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara
cesar.

7. Penatalaksanaan Medis
Prinsip dasar yang harus segera dilakukan pada semua kasus
perdarahan antepartum adalah menilai kondisi ibu dan janin,
melakukan resusitasi secara tepat apabila diperlukan, apabila terdapat
fetal distress dan bayi sudah cukup matur untuk dilahirkan maka perlu
dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan dan memberikan
Imunoglobulin anti D pada semua ibu dengan rhesus negatif.
Penanganan ibu dengan plasenta previa simtomatik meliputi : setelah
terdiagnosis maka ibu disarankan untuk rawat inap di rumah sakit,
tersedia darah transfusi apabila dibutuhkan segera, fasilitas yang
mendukung untuk tindakan bedah sesar darurat, rencana persalianan
pada minggu ke 38 kehamilan namun apabila terdapat indikasi
sebelum waktu yang telah ditentukan maka dapat dilakukan bedah
sesar saat itu juga.
Cara pesalinan ditentukan oleh jarak antara tepi plasenta dan ostium
uteri internum dengan pemeriksaan USG transvaginal pada minggu ke
35 kehamilan. Apabila jaraknya >20 mm persalinan pervaginam
kemungkinan besar berhasil. Apabila jarak antara tepi plasenta dengan
ostium uteri internum 0-20 mm maka besar kemungkinan dilakukan
bedah sesar, namun persalinan pervaginam masih dapat dilakukan
tergantung keadaan klinis pasien.

8. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


a. Anamnesa
1) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
2) Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan
setelah 28 minggu/trimester III.
- Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
- Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;
terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi
intravaginal/rectal.
- Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau
kecilnya robekan pembuluh darah dan placenta.
b. Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit. Jika
perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
c. Palpasi abdomen
- Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
- Sering dijumpai kesalahan letak
- Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang/floating
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai
kehamilan sebelumnya agar perawat dapat menentukan
kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang. Riwayat
obstetri meliputi:
- Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
- Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
- Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat
persalinan, dan penolong persalinan
- Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
- Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi,
dan perdarahan.
- Komplikasi pada bayi
- Rencana menyusui bayi
2) Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran
persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid
terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHT
dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh,
bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
3) Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,
ibu, a t a u keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus
didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan
kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk
pada pembentukan organ seksual pada janin.
4) Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti diabetes melitus, hipertensi, dan
penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh
karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma
pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan
e. Pemeriksaan fisik
1) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
a) Rambut dan kulit
- Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu
dan linea nigra.
- Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen
dan paha.
- Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
b) Mata : pucat, anemis
c) Hidung
d) Gigi dan mulut
e) Leher
f) Buah dada / payudara
- Peningkatan pigmentasi areola putting susu
- Bertambahnya ukuran dan noduler
g) Jantung dan paru
- Volume darah meningkat
- Peningkatan frekuensi nadi
- Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan
pembulu darah pulmonal.
- Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
- Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan
nafas.
- Diafragma meningga.
- Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan
dada.
h) Abdomen
- Menentukan letak janin
- Menentukan tinggi fundus uteri
i) Vagina
- Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna
kebiruan ( tanda Chandwick)
- Hipertropi epithelium
j) System musculoskeletal
- Persendian tulang pinggul yang mengendur
- Gaya berjalan yang canggung
- Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan
dengan diastasis rectal
2) Khusus
a) Tinggi fundus uteri
b) Posisi dan persentasi janin
c) Panggul dan janin lahir
Denyut jantung janin

9. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d hipovolemia
b. Resiko kekurangan volume cairan
c. Resiko infeksi
d. Ansietas b.d krisis situasional; ancaman pada status kesehatan
10. Rencana tindakan keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
.
1. Ketidakefektifa Tissue perfusion: peripheral Hemodynamic regulation
n perfusi Setelah dilakukan tindakan - Kaji tanda dan gejala yang menunjukkan gangguan perfusi
jaringan keperawatan selama 1 x 24 jam jaringan
- Pertahankan tirah baring penuh (bedrest total) dengan
perifer b.d ketidakefektifan perfusi jaringan
posisi ekstremitas memudahkan sirkulasi
hipoksia perifer teratasi dengan kriteria hasil:
- Pertahankan terapi parenteral sesuai dengan program terapi
- Tekanan darah dalam batas normal - Ukur intake dan output setiap jam
- Kulit hangat dan kering - Berikan obat-obatan sesuai dengan program terapi dan kaji efek
- Nadi perifer dalam batas normal
obat serta tanda toksisitas
- Pertahankan klien hangat dan kering
2. Resiko Fluid Balance Fluid Management
kekurangan Setelah dilakukan
tindakan - Monitor status hidrasi
- Terapi IV administrasi cairan
volume cairan keperawatan selama 3 x 60
Vital Sign Monitoring
menit resiko kekurangan
volume cairan teratasi, dengan
- Monitor TTV
kriteria hasil: - Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda vital
1. Tekanan darah dalam batas Skin Surveilance
normal - Inspeksi kulit dari kemerahan, panas, bengkak atau kekeringan
2. Nadi perifer dalam batas - Monitor kulit untuk kekeringan dan kelembaban
normal
3. Turgor kulit dalam batas
normal
4. Membran mukosa lembab
3. Resiko infeksi Risk Control : Infectious Control Infection protection
Setelah dilakukan tindakan - Monitor tanda dan gejala sitemik dan lokal dari infeksi
- Batasi jumlah pengunjung
keperawatan selama 3 x 24 jam
- Menginspeksi kulit dan membran mukosa terhadap adanya
masalah risiko infeksi pada pasien
kemerahan, rasa panas atau drainase
dapat teratasi dengan kriteria hasil : - Promosikan pemasukan nutrisi yang mencukupi
- Anjurkan pemasukan cairan
1. Tidak terjadi proses infeksi
- Anjurkan istirahat
- Intruksikan meminum antibiotik sesuai resep
- Mengajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana cara
mencegah infeksi
- Gunakan tindakan aseptik setiap melakukan tindakan keperawatan
4. Ansietas b.d Anxiety Self-control Anxiety Reduction
ancaman Setelah dilakukan tindakan - Gunakan pendekatan yangmenenangkan
- Jelaskan semua prosedur
kematian; keperawatan selama 1 x 60 menit
- Temani klien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
ancaman pada ansietas teratasi dengan kriteria hasil:
takut
status kesehatan - Melaporkan berkurangnya kecemasan - Berikan informasi aktual mengenai diagnosis, tindakan dan
- Menggunakan teknik relaksasi untuk prognosis
- Instruksikan pada klien untuk menggunakan tehnik relaksasi
mengurangi kecemasan
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untukmengungkapkan perasaan,
ketakutan,persepsi.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI.

Bulechek G.M., Howard K.B., Joanne M.D. (Eds.). 2008. Nursing Intervention

Classification (NIC), Fifth Edition. St. Louis Missouri: Mosby Inc.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing

Diagnoses: Definitions and Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.

Manuaba, Fajar. 2007. Pengantar Kuliah Obsteri. Jakarta : EGC.

Moorhead Sue, Marion Johnson, Meridean L.M., et al. (Eds.). 2008. Nursing

Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition. St. Louis Missouri: Mosby Inc.

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.

Você também pode gostar