Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PLASENTA PREVIA
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) KANDUNGAN
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
Oleh :
Sendy Aprianitami, S.Kep
NIM 1630913320035
Oleh:
Sendy Aprianitami, S.Kep
NIM 1630913320035
c. Riwayat kehamilan/persalinan
Persalinan yang dialami oleh ibu dengan persalinan prematur,
keguguran, bekas persalinan berulang dengan jarak pendek,
persalinan dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi lahir
mati, cedera dalam uterus atau jalan lahir yang ditimbulkan oleh
proses kehamilan dan persalinan terdahulu dapat berakibat buruk
pada kehamilan yang sedang dialami (Mochtar, 2002).
5. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu (Prawirohardjo,
2008) :
a. Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup
oleh plasenta.
b. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan
lahir tertutup oleh plasenta.
c. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada
pinggir pembukaan jalan lahir.
d. Plasenta previa letak rendah : Apabila jaringan plasenta berada
kira-kira 3-4 cm di atas ostium uteri internum, pada pemeriksaan
dalam tidak teraba.
7. Penatalaksanaan Medis
Prinsip dasar yang harus segera dilakukan pada semua kasus
perdarahan antepartum adalah menilai kondisi ibu dan janin,
melakukan resusitasi secara tepat apabila diperlukan, apabila terdapat
fetal distress dan bayi sudah cukup matur untuk dilahirkan maka perlu
dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan dan memberikan
Imunoglobulin anti D pada semua ibu dengan rhesus negatif.
Penanganan ibu dengan plasenta previa simtomatik meliputi : setelah
terdiagnosis maka ibu disarankan untuk rawat inap di rumah sakit,
tersedia darah transfusi apabila dibutuhkan segera, fasilitas yang
mendukung untuk tindakan bedah sesar darurat, rencana persalianan
pada minggu ke 38 kehamilan namun apabila terdapat indikasi
sebelum waktu yang telah ditentukan maka dapat dilakukan bedah
sesar saat itu juga.
Cara pesalinan ditentukan oleh jarak antara tepi plasenta dan ostium
uteri internum dengan pemeriksaan USG transvaginal pada minggu ke
35 kehamilan. Apabila jaraknya >20 mm persalinan pervaginam
kemungkinan besar berhasil. Apabila jarak antara tepi plasenta dengan
ostium uteri internum 0-20 mm maka besar kemungkinan dilakukan
bedah sesar, namun persalinan pervaginam masih dapat dilakukan
tergantung keadaan klinis pasien.
9. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d hipovolemia
b. Resiko kekurangan volume cairan
c. Resiko infeksi
d. Ansietas b.d krisis situasional; ancaman pada status kesehatan
10. Rencana tindakan keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
.
1. Ketidakefektifa Tissue perfusion: peripheral Hemodynamic regulation
n perfusi Setelah dilakukan tindakan - Kaji tanda dan gejala yang menunjukkan gangguan perfusi
jaringan keperawatan selama 1 x 24 jam jaringan
- Pertahankan tirah baring penuh (bedrest total) dengan
perifer b.d ketidakefektifan perfusi jaringan
posisi ekstremitas memudahkan sirkulasi
hipoksia perifer teratasi dengan kriteria hasil:
- Pertahankan terapi parenteral sesuai dengan program terapi
- Tekanan darah dalam batas normal - Ukur intake dan output setiap jam
- Kulit hangat dan kering - Berikan obat-obatan sesuai dengan program terapi dan kaji efek
- Nadi perifer dalam batas normal
obat serta tanda toksisitas
- Pertahankan klien hangat dan kering
2. Resiko Fluid Balance Fluid Management
kekurangan Setelah dilakukan
tindakan - Monitor status hidrasi
- Terapi IV administrasi cairan
volume cairan keperawatan selama 3 x 60
Vital Sign Monitoring
menit resiko kekurangan
volume cairan teratasi, dengan
- Monitor TTV
kriteria hasil: - Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda vital
1. Tekanan darah dalam batas Skin Surveilance
normal - Inspeksi kulit dari kemerahan, panas, bengkak atau kekeringan
2. Nadi perifer dalam batas - Monitor kulit untuk kekeringan dan kelembaban
normal
3. Turgor kulit dalam batas
normal
4. Membran mukosa lembab
3. Resiko infeksi Risk Control : Infectious Control Infection protection
Setelah dilakukan tindakan - Monitor tanda dan gejala sitemik dan lokal dari infeksi
- Batasi jumlah pengunjung
keperawatan selama 3 x 24 jam
- Menginspeksi kulit dan membran mukosa terhadap adanya
masalah risiko infeksi pada pasien
kemerahan, rasa panas atau drainase
dapat teratasi dengan kriteria hasil : - Promosikan pemasukan nutrisi yang mencukupi
- Anjurkan pemasukan cairan
1. Tidak terjadi proses infeksi
- Anjurkan istirahat
- Intruksikan meminum antibiotik sesuai resep
- Mengajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana cara
mencegah infeksi
- Gunakan tindakan aseptik setiap melakukan tindakan keperawatan
4. Ansietas b.d Anxiety Self-control Anxiety Reduction
ancaman Setelah dilakukan tindakan - Gunakan pendekatan yangmenenangkan
- Jelaskan semua prosedur
kematian; keperawatan selama 1 x 60 menit
- Temani klien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
ancaman pada ansietas teratasi dengan kriteria hasil:
takut
status kesehatan - Melaporkan berkurangnya kecemasan - Berikan informasi aktual mengenai diagnosis, tindakan dan
- Menggunakan teknik relaksasi untuk prognosis
- Instruksikan pada klien untuk menggunakan tehnik relaksasi
mengurangi kecemasan
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untukmengungkapkan perasaan,
ketakutan,persepsi.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI.
Bulechek G.M., Howard K.B., Joanne M.D. (Eds.). 2008. Nursing Intervention
Moorhead Sue, Marion Johnson, Meridean L.M., et al. (Eds.). 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition. St. Louis Missouri: Mosby Inc.