Você está na página 1de 20

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Keguguran adalah tindakan pengguguran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Abortus menurut Estman adalah keadaan
dimana terputusnya kehamilan yang mana fetus belum sanggup hidup diluar
uterus yang diartikan apabila fetus beratnya antara 400-1000 gram atau usia
kehamilan kurang dari 28 minggu. Sedangkan menurut Holmer adalah
terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16, dimana plasentasi belum
selesai. (Chandra, 2006)
Aborsi bukanlah hanya masalah medis atau kesehatan masyarakat,
tetapi juga menyangkut unsur agama, hukum, dan sosial yang terkait dengan
paham kebebasan (freedom/liberalism). Sebagai contoh aborsi atas kehamilan
yang terjadi karena perkosaan atau bentuk kekerasan seksual lainnya dan
fakta menariknya yang paling banyak melakukan tindakan ini adalah wanita
di usia remaja. (Chusna, 2012)
Aborsi sudah sering dilakukan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat
misalnya. Aborsi sudah dilegalkan sejak tahun 1982. Secara khusu di
Indonesia pemerintah RI pada tahun 2014 menegluarkan peraturan yang
melegalkan kasus aborsi. (Ilan, 2015)
Sepertinya sudah menjadi hal yang sudah sangat umum bahwa praktik
aborsi kini sudah beredar di mana-mana. Bahkan diketahui bahwa setiap
tahunnya, ada 1 hingga 2 juta wanita setiap tahunnya yang melakukan praktik
aborsi (Detikhealth, 2011). Dr. RD, seorang dokter yang ditangkap pada 15
Maret 2012 lalu akibat praktik aborsi mengaku bahwa sejak tahun 2011
hingga Maret 2012 ia sudah melakukan praktik aborsi kepada 2422 pasien
(Tribun Jogja, 2012). Angka 2422 tentu bukan angka yang sedikit lagi,
apalagi hanya dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun. Informasi yang lebih
mencengangkan lagi, diketahui bahwa 62% dari pelaku aborsi adalah anak di
bawah umur (Vivanews, 2011). Tentu saja data-data tersebut adalah data
kasus yang ketahuan, belum lagi ditambah dengan kasus-kasus aborsi yang
tidak muncul ke permukaan atau belum ketahuan. Hal ini tentu sangat
mengkhawatirkan, mengetahui sekitar 1 sampai 2 juta nyawa tidak bersalah
dibunuh setiap tahunnya, dan 62% ibu dari janin-janin tersebut masih di
bawah umur. Itu baru data di Indonesia, belum lagi data-data di negara lain
yang mungkin membuat kita lebih merasa prihatin lagi.
Dalam makalah ini yang akan kami bahas adalah bagaimana
pandangan ilmu kedokteran, Alkitab, dan pendapat kami terhadap aborsi yang
telah marak terjadi saat ini.

II. Rumusan Masalah


1. Apa itu aborsi dan macam-macam aborsi?
2. Bagaimana Hukum Pidana di Indonesia terhadap Aborsi?
3. Bagaimana pandangan Ilmu Kedokteran terhadap Aborsi?
4. Bagaimana pandangan Agama Kristen terhadap Aborsi?
5. Bagaimana pendapat kami terhadap Aborsi?

III. Manfaat Penulisan


1. Mengetahui apa itu aborsi dan mengetahui macam-macam Aborsi
2. Mengetahui apa saja hukum yang mengatur Aborsi
3. Mengetahui pandangan Ilmu Kedokteran terhadap Aborsi
4. Mengetahui pandangan Agama Kristen terhadap Aborsi
5. Memberikan tanggapan terhadap Aborsi yang banyak terjadi di sekitar
kita.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Aborsi
A. Pengertian Aborsi
Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran
kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara
sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda
(sebelum bulan ke empat masa kehamilan). Definisi para ahli tentang aborsi,
yaitu:
1. Eastman: Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan
dimana fetus belum sanggup berdiri sendiri di luar uterus. Belum
sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400
1000 gr atau kehamilan kurang dari 28 minggu
2. Jeffcoat: Aborsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28
minggu, yaitu fetus belum viable by law
3. Holmer: Aborsi yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16
dimana plasentasi belum selesai (Chandra, 2016)

B. Macam-macam Aborsi
Krismaryanto, menguraikan berbagai macam aborsi, yang terdiri dari:
1. Aborsi/ Pengguguran kandungan Procured Abortion/ Aborsi
Prvocatus/ Induced Abortion, yaitu penghentian hasil kehamilan dari
rahim sebelum janin bisa hidup diluar kandungan.
2. Miscarringe/ Keguguran, yaitu terhentinya kehamilan sebelum bayi
hidup di luar kandungan (viabilty).
3. Aborsi Therapeutic/ Medicalis, adalah penghentian kehamilan dengan
indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu, atau tubuhnya yang
tidak bisa dikembalikan.
4. Aborsi Kriminalis, adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa
hidup di luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain therapeutik,
dan dilarang oleh hukum.
5. Aborsi Eugenetik, adalah penghentian kehamilan untuk meghindari
kelahiran bayi yang cacat atau bayi yang mempunyai penyakit ginetis.
Eugenisme adalah ideologi yang diterapkan untuk mendapatkan
keturunan hanya yang unggul saja
6. Aborsi langsung-tak langsung, adalah tindakan (intervensi medis)
yang tujuannya secara langsung ingin membunuh janin yang ada
dalam rahim sang ibu. Sedangkan aborsi tak langsung ialah suatu
tindakan (intervensi medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun
aborsinya sendiri tidak dimaksudkan dan bukan jadi tujuan dalam
tindakan itu.
7. Selective Abortion. Adalah penghentian kehamilan karena janin yang
dikandung tidak memenuhi kriteria yang diiginkan. Aborsi ini banyak
dilakukan wanita yang mengadakan Pre natal diagnosis yakni
diagnosis janin ketika ia masih ada di dalam kandungan.
8. Embryo reduction (pengurangan embryo), pengguguran janin dengan
menyisahkan satu atau dua janin saja, karena dikhawatirkan
mengalami hambatan perkembangan, atau bahkan tidak sehat
perkembanganya.
9. Partial Birth Abortion, merupakan istilah politis/hukum yang dalam
istilah medis dikenal dengan nama dilation and extaction. Cara ini
pertama-tama adalah dengan cara memberikan obat-obatan kepada
wanita hamil, tujuan agar leher rahim terbuka secara prematur.
Tindakan selanjutnya adalah menggunakan alat khusus, dokter
memutar posisi bayi, sehingga yang keluar lebih dahulu adalah
kakinya. Lalu bayi ditarik ke luar, tetapi tidak seluruhnya, agar kepala
bayi tersebut tetap berada dalam tubuh ibunya. Ketika di dalam itulah
dokter menusuk kepala bayi dengan alat yang tajam. Dan menghisap
otak bayinya sehingga bayi mati. Sesudah itu baru disedot keluar

(Nana, 2015)
II. Hukum yang mengatur Aborsi
Tindak Pidana Aborsi Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP)
Masalah aborsi (pengguguran kandungan) yang dikualifikasikan
sebagai tindak pidana yang dapat kita lihat dalamKUHP walaupun dalam
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan memuat
sanksiterhadap perbuatan aborsi tersebut. KUHP mengatur berbagai kejahatan
maupunpelanggaran. Kejahatanyang diatur di dalam KUHP adalah
masalahAbortus Criminalis. ketentuan mengenai Abortus Criminalis dapat
dilihat dalam Pasal 299, Pasal 346 sampai dengan Pasal 349. Ketentuan
mengenai aborsi dapat dilihat BAB XIX Buku ke II KUHP tentang kejahatan
terhadap jiwa (khususnya Pasal 346349).37Adapun rumusan selengkapnya
Pasal-Pasal tersebut:

Pasal 299:

1. Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau


menyuruhnya supaya diobati dengan sengaja memberitahukan atau
ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat
digugurkan, diancam pidana penjara paling lama empat tahun atau
denda paling banyak tiga ribu rupiah
2. Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan atau
jika ia seorang tabib, bidan, atau juru obat, pidananya tersebut
ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencarian,maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarianPasal 346:
Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, dihukum penjara selama-
lamanya empat tahun.
Pasal 347 :
1. Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati
kandungannya seorang perempuan tidak dengan izin perempuan itu,
dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun.
2. Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati, dia dihukum
penjara selama-lamanya lima belas tahun.
Pasal 348 :
1. Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau
matikandungannya seseorang perempuan dengan izin perempuan itu
dihukum penjara selama-lamanyalima tahun enam bulan.
2. Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati, dia dihukum
penjarasalama-lamanya tujuh tahun.

Pasal 349 :
Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu dalam
kejahatan yang tersebut Pasal 346, atau bersalah atau membantu dalam salah
satu kejahatan yang direncanakan dalam Pasal 347 dan 348, maka
hukumannya yang ditentukan dalam Pasal itu dapat ditambah dengan
sepertiganya dan dapat dipecatdari jabatannya yang digunakan untuk
melakukan kejahatan itu.
Uraiandiatas dapat dijelaskan bahwa yang dapatdihukum, menurut
KUHP dalam kasus aborsi ini adalah:
a. Pelaksanaan aborsi, yaitu tenaga medis atau dukun atau orang lain
denganhukuman maksimal 4 tahun ditambah sepertiga dan bisa juga
dicabut hakuntuk berperaktik.
b. Wanita yang menggugurkan kandungannya, dengan hukuman
maksimal 4tahun
c. Orang-orang yang terlibat secara langsung dan menjadi
penyebabterjadinya aborsi itu dihukum dengan hukuman bervariasi.
Pada Pasal 299 KUHP yang melarang suatu perbuatan yang mirip
dengan abortus, tetapi tidak dengan penegasan bahwa harus ada suatu
kandungan yang hidup. Bahkan tidak perlu bahwa benar-benar ada seorang
perempuan hamil.Pasal 299 ini sangat bersifat preventif untuk dapat lebih
efektif memberantas abortus. Aborsi menurut konstruksi yuridis Peraturan
Perundang-Undangan di Indonesia adalah tindakan mengugurkan atau
mematikan kandungan yang dilakukan dengan sengaja oleh seorang wanita
atau orang yang disuruh melakukan untuk itu. Wanita hamil dalam hal ini
adalah wanita yang hamil atas kehendaknya ingin mengugurkan
kandungannya, sedangkan tindakan yang menurut KUHP dapat disuruh untuk
lakukan itu adalah tabib, bidan atau juru obat. Pengguguran kandungan atau
pembunuhan janin yang ada di dalam kandungan dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara, misalnya: dengan obat yang diminum atau dengan alat
yang dimasukkan kedalam rahim wanita melalui lubang kemaluan wanita.
Pasal 346 KUHP dapatditemukan beberapa unsur antara lain:
1. Sengaja, kesengajaan ini ditujukan padagugurnya kandungan,
2. Menggugurkan kandungan dilakukan terhadap diri ataumembiarkan
orang lain untuk itu, berartimengizinkan orang itu
menyebabkanpengguguran kandungannya. Menyebabkan kematian
kandungan berarti membunuh kandungan itu di dalam perut ibunya.
Menurut ketentuan yang tercantum dalam Pasal 346, 347, dan 348
KUHP tersebut abortus criminalis meliputi perbuatan-perbuatan sebagai
berikut:
a. Menggugurkan Kandungan (Afdrijving Van de vrucht atau vrucht
afdrijving).
b. Membunuh Kandungan (de dood van vrucht veroorzaken atau vrucht
Doden). Kasus abortus provocatus criminalis merupakan kejahatan
yang sering kali terjadi karena pembiaran atau sikap apatis oleh
masyarakat tentang gejala-gejala yang ada. Mengingat angka abortus
yang selalu meningkat dari tahun ketahun, maka perlu adanya upaya-
upaya penanggulangan sehingga abortus provocatus criminalis dapat
dicegah maupun dihindari.
Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 ditulis secara jelas
bahwa aborsi merupakan perbuatan yang dilarang kecuali dalam indikasi
medis. Ketika berbicara mengenai aborsi tentu erat kaitannya dengan tenaga
kesehatan terutama dokter selaku yang melakukan aborsi terhadap pasiennya.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
masalah aborsi diatur di dalam beberapa Pasal, yaitu Pasal 75, 76, dan Pasal
77. Adapun rumusan dari masing-masing Pasal tersebut adalah :
Pasal 75 :
1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikanberdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan,baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang
menderitapenyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun
yang tidak dapatdiperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan;atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologisbagi korban perkosaan.
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan
diakhiridengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh
konselor yangkompeten dan berwenang.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan,sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan PeraturanPemerintah.

Pasal 76.
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haidterakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yangmemiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh Menteri.
Pasal 77.
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan
norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(R. Soesilo, 1994)
III. Pandangan Ilmu Kedokteran
Salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang menimbulkan pro
dan kontra adalah tentang aborsi. Aborsi memang masalah klasik yang
menjadi bahan prdebatan sepanjang zaman, seiring dengan berbagai
perkembangan dan perubahan di era globalisasi ini, aborsi masih menjadi
bahan kajian menarik untuk dibahas. Terdapat 3 (Tiga) pendirian tentang
aborsi, yaitu:
a. Pendirian konservatif : aborsi tidak boleh dilakukan dalam keadaan
apapun juga.
b. Pendirian liberal : yang memperbolehkan aborsi dalam berbagai
keadaan yang berbeda.
c. Pendirian moderat : menempatkan diri di posisi tengah yang mengakui
kemungkinan legitimasi moral sementara bagi aborsi, tetapi tidak
pernah tanpa mengakui adanya penderitaan dan rasa berat hati dari
pihak ibu maupun janin. (Winahayu, 2011)
Tindakan aborsi pada sejumlah kasus tertentu dapat dibenarkan
apabila merupakan aborsi yang disarankan secara medis oleh dokter yang
menangani, misalnya karena wanita yang hamil menderita suatu penyakit dan
untuk menyelamatkan nyawa wanita tersebut maka kandungannya harus
digugurkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 75 ayat (2) point a. Aborsi yang digeneralisasi menjadi suatu
tindak pidana apabila aborsi itu dilakukan secara sengaja dengan alasan yang
tidak dibenarkan oleh hukum. Aborsi itu sendiri dapat terjadi baik akibat
perbuatan manusia (abortus provokatus) maupun karena sebab-sebab
alamiah, yakni terjadi dengan sendirinya, dalam arti bukan karena perbuatan
manusia (abortus spontanus).
Aborsi kriminalis adalah penghentian kehamilan sebalum janin bisa
hidup di luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain medicalis, dilarang
oleh hukum. Tentu saja apa yang disebut aborsi kriminalis di suatu Negara
tidak selalu sama dengan yang berlaku di Negara lain. Dibeberapa Negara,
aborsi yang dilakukan sebelum berumur tiga bulan tidak dilarang, sedangkan
di Indonesia semua bentuk aborsi, kecuali karena alasan indikasi medis.
(Kusumaryanto, 2002)
Menurut ketentuan yang tercantum dalam Pasal 346, 347, dan 348
KUHP tersebut abortus criminalis meliputi perbuatan-perbuatan sebagai
berikut:
a. Menggugurkan Kandungan (Afdrijving Van de vrucht atau vrucht
afdrijving).
b. Membunuh Kandungan (de dood van vrucht veroorzaken atau vrucht
Doden).
(Musa, 1998)
Kasus abortus provocatus criminalis merupakan kejahatan yang sering
kali terjadi karena pembiaran atau sikap apatis oleh masyarakat tentang
gejala-gejala yang ada. Mengingat angka abortus yang selalu meningkat dari
tahun ketahun, maka perlu adanya upaya-upaya penanggulangan sehingga
abortus provocatus criminalis dapat dicegah maupun dihindari.
Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 ditulis secara jelas
bahwa aborsi merupakan perbuatan yang dilarang kecuali dalam indikasi
medis. Ketika berbicara mengenai aborsi tentu erat kaitannya dengan tenaga
kesehatan terutama dokter selaku yang melakukan aborsi terhadap pasiennya.
Sebelum menerima gelar dokter akan mengucapkan lafal sumpahnya
yang berbunyi saya akan menghormati hidup insani mulai saat pembuahan
ada yang menyebutkan bahwa sejak tahun 1983 lafal tersebut telah diubah
oleh World Medical Asosiate (WMA) menjadi sejak kehidupan itu mulai
perubahan ini tidak diberlakukan di Indonesia sampai pada saat ini, sehingga
lafal sumpah dokter kita masih tetap seperti tahun 1948. Pasal 10 Kode Etik
Kedokteran Indonesia (selanjutnya dalam penulisan skripsi ini akan disingkat
menjadi KODEKI) menyebutkan Setiap Dokter harus Senantiasa Mengingat
akan Kewajiban Melindungi Hidup Mahluk Insani,disebutkan dalam bagian
penjelasan Pasal 10 KODEKI, yakni: seorang dokter tidak boleh melakukan
Abortus Provocatus. (Kusumaryanto, 2002)
Perkembangan yang terjadi selama ini, tindak pidana aborsi seolah-
olah menjadi legal atau sah karena alasan-alasan lain, seperti : rasa
kemanusian, ingin menolong pasien, menghindarkan konsekuensi aborsi
oleh dukun.Disepakati bersama lafal Sumpah KODEKI merupakan pedoman
bagi Dokter di Indonesia dalam melakukan tugas kemenusiaan yaitu:
menyembuhkan, melayani, serta merawat orang sakit. Sumpah Dokter dan
KODEKI dengan tegas dan jelas menyebutkan bahwa tindakan seorang
dokter dalam melakukan aborsi adalah bertentangan dengan sumpah dan
KODEKI. Pengecualiannya adalah jika kehamilan itu mengancam jiwa si ibu
dan kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagikorban perkosaan.
Undang-Undang kesehatan seakan-akan memberikan keleluasaan
untuk tindak pidana aborsi, padahal sebenarnya tidak demikian. Dalam
Undang-Undang tersebut dengan jelas melarang aborsi kecuali karena
indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan yang dapat
menyebabkan trauma psikologis, yang juga ditetapkan tentang kehamilan
yang boleh diaborsi, sekaligus syarat-syarat yang harus dipenuhi, bagi yang
tidak memenuhi ketentuan-ketentuan Pasal 75 dan 76 Undang-Undang
Kesehatan, dikenakan sanksi pidana yang berat.
Pasal 76 butir b bahwa yang berwenag melakukan aborsi adalah
tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenagan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh Menteri. Undang-Undang Kesehatan tidak
semua dokter boleh melakukan aborsi. Syarat lainnya disebutkan dalam butir
e, yakni penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh Menteri.Bagaimana jika aborsi dilakukan tanpa memenuhi syarat-syarat
yang ditetapkan pada Pasal 75 dan 76 undang-undang kesehatan tersebut?
Ketentuan itu talah diatur dalam Pasal 194 Undang-Undang Kesehatan yakni:
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 75 ayat (2), dipidana
dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak
Rp.1.000.000.000.000.-(satu miliar). (Kusumaryanto,2002)
Secara medis, digunakan empat metode dasar terminasi kehamilan
atau aborsi. Metode tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kuretase atau pengerokan dangan sendok kuret ataupun vakum kuret
pada dinding rahim tempat menempelnya janin. Cari ini
membutuhkan keterampilan khusus karena komplikasi yang terjadi
akibat kesalahan tindakan tersebut dapat merugikan dan cenderung
mematikan.
2. Memasukan cairan NaCL hipertonis pada lapisan amnion untuk
melepaskan janin dari dinding rahim. Metode ini meniru proses
mulainya perselisihan dan biasanya digunakan untuk mengakhiri
kehamilan pada usia 4-6 bulan.
3. Pemberian prostaglandin melalui pembuluh darah arteri, cairan
amnion, dan memasukkannya melalui vagina dan uterus dengan dosis
tertentu. Prostaglandin ini dimaksudkan untuk menginduksi persalinan
buatan sehingga janin dapat keluar dari rahim.
4. Dengan melakukan vacuma spiration, yaitu menggunakan semacam
selang plastik berdiameter tertentu untuk menghisap janin dari rongga
rahim.
IV. Pandangan Agama Kristen
A. ABORSI DARI SUDUT ETIKA KRISTIANI
Etika Kristen dalam melihat masalah aborsi harus dilandasi oleh sikap
yang etis dan kristiani, bukan sikap kebencian apalagi mengutuk dan juga
dilandasi oleh sikap empati, kasih, bukan hukuman atau penghakiman.
Celakanya masalah aborsi telah terbungkus oleh banyak label, mitos. Kita
tidak tahu apa sebenarnya masalah yang esensial, sehingga kita juga tidak
tahu apa yang harus dilakukan.
Aborsi tidak sama dengan membunuh, dan dalam prakteknya aborsi
telah menjadi pertengkaran ideologi, yaitu antara ideologi konservatif
fundamentalis dan liberalis. Substansi permasalahan sudah tertutup dengan
label atau cap-cap. Misalnya, pemberitaan-pemberitaan di media massa
menyudutkan bahwa yang melakukan aborsi sebagai pembunuh berdarah
dingin, atau membunuh secara sederhana.
Antara dua kutub yang anti dan pro tidak ada titik temu. Namun kedua
belah pihak pada dasarnya tidak setuju aborsi, tetapi ada kasus-kasus atau
situasi yang dianggap perkecualian. Memang ada perbedaan di antara dua
kutub. (Resmini, 2010)
B. Pandangan Kristen Tentang Aborsi
Gereja Kristen protestan saat ini masih kesulitan untuk mengatasi
masalah aborsi yang masih tinggi. Diantaranya seperti sebuah kebijakan-
kebijakan Negara, dimana Negara tersebut masih memperbolehkan
diadakannya aborsi.
Dalam perintah Allah yang ke-6 berbunyi Jangan Membunuh, gereja
masih bertanya-tanya, dalam situasi dan kondisiyang rumit, apakah perintah
ini masih berlaku? Dan kalau kita melihat konteksnya, maka perintah ini
ditujukan untuk manusia. Dan sekarang yang menjadi masalah utama adalah
tentang status fetus/janin itu sendiri;
1. Apakah fetus atau janin itu manusia atau bukan?
2. Syarat apakah yang harus dimiliki sesuatu supaya dapat dianggap
seorang manusia, jelasnya supaya memiliki hak hidup?
3. Jika kita menganggap bayi yang belum dilahirkan bukan manusia,
tetapi hanya benda, kapankah fetus itu dapat menikmati statusnya
sebagai seorang manusia atau pribadi?
Jika janin itu belum mempunyai status sebagai manusia, maka Abortus
tidak dapat dicap sebagai pembunuhan, dan masalah kita dapat diselesaikan,
tetapi jika itu adalah manusia yang sedang mengalami proses pertumbuhan
secara kontiniu, maka ini jelas merupakan suatu pembunuhan.
Alkitab sebagai sumber acuan hidup orang Kristen, tidak pernah
secara khusus berbicara mengenai soal aborsi. Namun demikian, ada banyak
ajaran Alkitab yang membuat jelas apa pandangan Allah mengenai aborsi.
Yeremia 1:5 memberitahu kita bahwa Allah mengenal kita sebelum Dia
membentuk kita dalam kandungan. Mazmur 139:13-16 berbicara mengenai
peran aktif Allah dalam menciptakan dan membentuk kita dalam rahim.
Keluaran 21:22-25 memberikan hukuman yang sama kepada orang yang
mengakibatkan kematian seorang bayi yang masih dalam kandungan dengan
orang yang membunuh. Hal ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Allah
memandang bayi dalam kandungan sebagai manusia sama seperti orang
dewasa. Bagi orang Kristen aborsi bukan hanya sekedar soal hak perempuan
untuk memilih. Aborsi juga berkenaan dengan hidup matinya manusia yang
diciptakan dalam rupa Allah (Kejadian 1:26-27; 9:6).
Argumen pertama yang selalu diangkat untuk menentang posisi orang
Kristen dalam hal aborsi adalah, Bagaimana dengan kasus pemerkosaan
dan/atau hubungan seks antar saudara. Betapapun mengerikannya hamil
sebagai akibat pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara, apakah
membunuh sang bayi adalah jawabannya? Dua kesalahan tidak
menghasilkan kebenaran. Anak yang lahir sebagai hasil pemerkosaan atau
hubungan seks antar saudara dapat saja diberikan untuk diadopsi oleh
keluarga yang tidak mampu memperoleh anak atau anak tsb dapat
dibesarkan oleh ibunya. Sekali lagi sang bayi tidak seharusnya dihukum
karena perbuatan jahat ayahnya.
Argumen kedua yang biasanya diangkat untuk menentang posisi orang
Kristen dalam hal aborsi adalah, Bagaimana jikalau hidup sang ibu
terancam? Secara jujur ini adalah pertanyaan paling sulit untuk dijawab
dalam soal aborsi. Pertama-tama perlu diingat bahwa situasi semacam ini
hanya kurang dari 1/10 dari 1 persen dari seluruh aborsi yang dilakukan di
dunia saat ini. Jauh lebih banyak perempuan yang melakukan aborsi karena
mereka tidak mau merusak tubuh mereka daripada perempuan yang
melakukan aborsi untuk menyelamatkan jiwa mereka. Kedua, mari kita
mengingat bahwa Allah kita adalah Allah dari mujizat. Dia dapat menjaga
hidup dari ibu dan anak sekalipun secara medis hal itu tidak mungkin.
Akhirnya, keputusan ini hanya dapat diambil antara suami, isteri dan Allah.
Setiap pasangan yang menghadapi situasi yang sangat sulit ini harus berdoa
minta hikmat dari Tuhan (Yakobus 1:5) untuk apa yang Tuhan mau mereka
buat.
Pada 99% dari aborsi yang dilakukan sekarang ini alasannya adalah
pengaturan kelahiran secara retroaktif. Perempuan dan/atau pasangannya
memutuskan bahwa mereka tidak menginginkan bayi yang dikandung.
Maka mereka memutuskan untuk mengakhiri hidup dari bayi itu daripada
harus bertanggung jawab. Ini adalah kejahatan yang terbesar. Bahkan dalam
kasus 1% yang sulit itu, aborsi tidak sepantasnya dijadikan opsi pertama.
Hidup dari manusia dalam kandungan itu layak untuk mendapatkan segala
usaha untuk memastikan kelahirannya.
Bagi mereka yang telah melakukan aborsi, dosa aborsi tidaklah lebih
sulit diampuni dibanding dengan dosa-dosa lainnya. Melalui iman dalam
Kristus, semua dosa apapun dapat diampuni (Yohanes 3:16; Roma 8:1;
Kolose 1:14). Perempuan yang telah melakukan aborsi, atau laki-laki yang
mendorong aborsi, atau bahkan dokter yang melakukan aborsi, semuanya
dapat diampuni melalui iman di dalam Yesus Kristus. (Soge, 2010)
C. Sikap Orang Kristen Terhadap Pelaku Aborsi
Etika Kristen dalam melihat masalah aborsi harus dilandasi oleh sikap
yang etis dan kristiani, bukan sikap kebencian apalagi mengutuk dan juga
dilandasi oleh sikap empati, kasih, bukan hukuman atau penghakiman.
Celakanya masalah aborsi telah terbungkus oleh banyak label, mitos. Kita
tidak tahu apa sebenarnya masalah yang esensial, sehingga kita juga tidak
tahu apa yang harus dilakukan.
Aborsi tidak sama dengan membunuh, dan dalam prakteknya aborsi
telah menjadi pertengkaran ideologi, yaitu antara ideologi konservatif
fundamentalis dan liberalis. Substansi permasalahan sudah tertutup dengan
label atau cap-cap. Misalnya, pemberitaan-pemberitaan di media massa
menyudutkan bahwa yang melakukan aborsi sebagai pembunuh berdarah
dingin, atau membunuh secara sederhana
Antara dua kutub yang anti dan pro tidak ada titik temu. Namun kedua
belah pihak pada dasarnya tidak setuju aborsi, tetapi ada kasus-kasus atau
situasi yang dianggap perkecualian. Memang ada perbedaan di antara dua
kutub.
V. Pendapat terhadap Aborsi
Aborsi seperti yang sudah dijelaskan diatas ialah berakhirnya
kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup. Saat
ini, banyak terjadi kasus aborsi di Indonesia baik legal maupun yang
melanggar hukum. Aborsi banyak dilakukan oleh wanita remaja yang belum
menikah.

Dari segi kedokteran menyatakan bahwa tindakan aborsi ada yang


boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh. Meskipun tindakan ini legal
dikalangan kesehatan tetapi hal ini bukanlah menjadi pilihan pertama dalam
mengahadapi kasus terhadap ibu dan bayi nya. Sedangkan, dalam
pandangan Alkitab kalau tindakan aborsi dilarang. Karena, setiap manusia
memiliki hak untuk hidup dan dari dalam rahim ibunya pun Tuhan sudah
mengenal janin tersebut yang juga sebagai gambar dan rupa Allah yang
disebut imagodei.

Menurut kami sebagai Mahasiswa Kedokteran menyatakan bahwa


aborsi bukanlah pilihan satu-satunya untuk menyelamatkan nyawa ibu atau
bayinya. Di dalam dunia kedokteran juga sebelummendapatkan gelar dr.
setiap dokter memiliki sumpah yaitu salah satunya adalah untuk menjaga
atau menghormati kepentingan manusia mulai dari masa pembuahan. Dalam
hal ini, kami melihat bahwa memang ada tindakan aborsi untuk kesehatan
dan ada juga yang memang melanggar hukum. Itupun dalam konteks
kesehatan aborsi bukanlah pilihn utama bagi dokter untuk menyelesaikan
masalah ibu dan anaknya.

Kami juga tidak terlalu setuju terhadap aborsi. Selain kami adalah
mahasiswa kedokteran kami jga adalah seorang manusia yang beragama.
Seperti dalam Alkitab menyatakan untuk jangan membunuh bahkan
menghargai kehidupan setiap manusia di dunia ini. Dari hal itu kami juga
menarik sebuah pendapat bahwa dari etika Kristen menganggap bahwa
aborsi itu tidak baik. Karena, menurut kami bukan bayi yang salah dalam
hubungan kedua orangtua nya. Tetapi bagaimana orangtua nya dalam
memilih jalan hidup mereka sampai mereka diberikan anugerah seorang
bayi didalam kehidupan mereka. Setiap manusia di dunia tidak akan
menyangka akan memiliki seorang bayi, karena bayi merupakan anugerah
Cuma-Cuma yang diberikan Tuhan dan manusia diberikan mandat untuk
menjaganya.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
II. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
Politeila, Bogor, 1994 hlm. 218. )
Lilien Eka Chandra, Tanpa Indikasi Medis Ibu, Aborsi sama dengan Kriminal,
Lifestyle, Mei, 2006, hlm.10

Detik Health. (2011, 19 Oktober). 1-2 juta perempuan Indonesia lakukan


aborsi setiap tahun. Diakses pada 2012, 25 Mei
darihttp://health.detik.com/read/2011/10/19/132523/1747654/764/1-2-
juta-perempuan-indonesia-lakukan-aborsi-setiap-tahun

Tribun Jogja. (2012, 23 Maret). Dokter Djalal aborsi 2.422 pasien


sejak 2011.Diakses pada 2012, 25 Mei
darihttp://jogja.tribunnews.com/2012/03/23/dokter-djalal-aborsi-
2.422-pasien-sejak-2011.

Vivanews. (2011, 18 Maret). Risiko kematian akibat aborsi. Diakses


pada 2012, 26 Maret
dari http://kosmo.vivanews.com/news/read/210181-risiko-kematian-
akibat-aborsi

Winahayu, Ratna, dkk. April 2011. Aborsi bagi korban pemerkosaan


dalam prespektif etika profesi kedokteran. Volume XVI No.2. [Online]
http://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/201207110921226263/1.pdf

Chusna, 2012. Aborsi dan Hak Atas Pelayanan Kesehatan. [Online]


http://jurnal.stainponorogo.ac.id/index.php/justicia/article/download/339/293

Ilan, Agus. 2015. Tinjauan Terhadap Legalisasi Aborsi. [Online]

Nana, 2015. BAB III. [Online] http://digilib.uinsby.ac.id/3041/5/Bab


%203.pdf

Kusumaryanto, Kontroversi Aborsi, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2002,


hlm. 13.
Kusuma,Musa. bab-bab tentang kedokteran forensik, ghalia indonesia, jakarta, 1998,
hlm. 192.
Resmini, Wayan. September 2010. Pandangan Norma Agama dan Norma
Hukum Tentang Aborsi. Vol 4 No.2 [Online] http://unmasmataram.ac.id/wp/wp-
content/uploads/18.-Wayan-Rasmini.pdf
Soge, Paulinus. Maret 2010. Hukum Aborsi. [Online] http://e-
journal.uajy.ac.id/1343/1/HKJ0424.pdf

Você também pode gostar