Você está na página 1de 92

Menurut Wiraan (2012, h.

6), kinerja pegawai merupakan hasil sinergi dari

sejumlah faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor lingkunkgan internal

organisasi, faktor lingkungan eksternal, dan faktor internal karyawan watai

pegawai. Menurut Kopelman dalam Sunyoto (2012, h. 69), variable imbalan akan

berpengaruh terhadap variable motivasi, yang pada akhirnya secara langsung

mempengaruhi kinerja individu. Kelompok variable psikologis terdiri dari

variable persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variable ini banyak

dipengaruhi oleh keluarga, tingkat social, pengalaman sebelumnya dan variable

demografis.

Kajian tentang memberikan penjelasan bahwa banyak faktor sangat yang

menunjang individu dalam mencapai kinerja yang baik, termasuk motivasi,

kompensasi dan budaya organisasi. Motiasi mempunyai peran yang cukup penting

dalam meningkatkan kinerja, dalam hal ini kinerja bidan. Motivasi adalah suatu

proses psikologis yang mendorong untuk bertindak atau melakukan sesuatu untuk

mencapai tujuab yang telah ditetapkan melalui tanggung jawab, pengembangan

diri, serta kemampuan dalam bertindak. Untuk mendapatkan sumber daya

manusia yang diharapkan, organisasi dapat mengambil andil yang positif terhadap

semua kegiatan organisasi dalam mencapai tujuannya, setiap karyawan harus

memiliki motivasi kerja yang tinggi. Motivasi jua harus diperhatikan oleh pihak

manajemen bila mereka menginginkan setiap karyawan dapat memberikan

konstribusi positif terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pada umumnya para

karyawan mendambakan bahwa kinerja mereka akan berkolerasi dengan imbalan-

imbalan yang akan diperoleh dari organisasi. Imbalan itu dalam bentuk
kompensasi. Diberbagai institusi dan organisasi, hasil penilaian kinerja sering

digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi. Kompensasi inilah yang akan

dipergunakan dalam menunjang kehidupan sehari hari. Jika kompensasi yang

diterima semakin besar berarti tingkat kehidupannya semakin baik dan

pemenuhan kebutuhan yang dinikmatinya semakin banyak pula. Disinilah letak

pentingnya kompensasi bagi karyawan yang berimbas juga pada kinerja.

Kompensasi merupakan istilah yang berkaitan dengan imbalan-imbalan finansial

yang diterima oleh orang-orang melalui hubungan kepegawaian mereka dengan

sebuah organisasi. Bila karyawan melaksanakan pekerjaan dengan baik mereka

harus mendapatkan kompensasi yang adil dan layak. Bentuk penghargaan ini

mencakup pengupahan dan penggajian, serta berbagai bentuk kompensasi

pelengkap seperti pembayaran asuransi, tunjangan kesehatan, uang transport,

intensif, tunjangan hari raya, cuti sakit, rekreasi, dan sebagainya. Balas jasa juga

berupa pelayanan karyawan, seperti penciptaan kondisi kerja yang aman dan

sehat, yang biasanya merupakan perwujudan kepatuhan legal. Apalagi seorang

bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan, kompensasi yang diterima harusnya

cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Agar tugas mereka melayani

masyarakat dalam bidang dapat di laksanakan dengan baik. Dengan

kompensasi yang cukup para bidan tidak lagi memikirkan hal lain untuk

pemenuhan kebutuhannya, dikarenakan kompensasi yang diterima dirasa tidak

cukup. Mereka fokus memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dan

salah satu fenomena yang dirasakan saat ini adalah kurangnya kompensasi yang

diberikan terhadap balas_ jasa bidan. Budaya organisasi juga dianggap sebagai
alat untuk menentukan arah organisasi, mengarahkan apa yang boleh dilakukan,

bagaimana mengalokasikan sumber daya, mengelola sumber daya organisasi dan

sumber daya manusia, dan sebagai alat untuk menghadapi masalah dan peluang

dari lingkungan. Budaya organisasi harus mampu mengakomodasikan perubahan-

perubahan, baik yang berskala domestik maupun global karena dinamika

masyarakat yang semakin berkembang, memiliki visi dan misi yang jauh kedepan.

Sehingga orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut harus proaktif,

antisipatif dalam menghadapi tantangan, peluang, dan persaingan dimasa yang

akan datang. Dengan terciptanya budaya organisasi yang baik, maka diharapkan

dapat memacu kinerja karyawan dalam melaksanakan tugasnya lebih efektif dan

efisien.

Di SMP Negeri 27 Palembang para pegawainya baik pns ataupun non

pns bekerja sama untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat

luas pada umumnya, dan masyarakat khusunya. Mereka bersinergi dalam bekerja,

termasuk para guru yang status kepegawaiannya masih honor. Motivasi Para guru

honor ini berbeda-beda, pada umumnya mereka bekerja untuk mengaplikasikan

ilmu yang mereka dapat dan tentu raja untuk jenjang karir mereka kedepan

sebelum status kepegawaian mereka menjadi pns. Dengan motivasi rang ada,

diharapkan para guru honor ini dapat meningkatkan kinerja mereka memberi

pelayanan kepada masyarakat. Untuk kompensasi yang diterima para guru honor

kebutuhan rurnah tangga mereka sehari-hari. Ini dapat dilihat dari banyak nya

Guru honor memiliki usaha sampingan untuk menambah pendapatan mereka.


Dagangan untuk diperjual belikan dilingkungan kerja, berupa jajanan pasar

ataupun barang-barang yang bisa dibeli secara kredit. Tentu saja ini sangat

mempengaruhi kinerja mereka sebagai guru honor. Pimpinan kepala sekolah

SMPN 27 Palembang juga memberi kelonggaran kepada para pegawainya untuk

melakukan hal-hal yang bias menambah pendapatan selama kegiatan itu dianggap

tidak mengganggu pekerjaan mereka. Beliau menyadari akan kurangnya

kompensasi yang diterima para guru honor itu sering ada keterlambatan dalam

penerimaannya yang dikarenakan belum turunnya dana dari pusat. Para guru

honor bukan pada tempatnya, ada yang ditempatkan di bagian loket penerimaan

pendaftaran pasien yang ingin berobat, ini tentu saja bukan pada tempatnya.

Sebagai seorang guru honor, tugas mereka lebih pada pelayanan kesehatan seperti

pemeriksaan ibu hamil, persalinan, balita dan seputar pelayanan kb. Tingkat

kedisiplinan di sini juga masih rendah, ini dibuktikan dengan banyaknya pegawai

yang sering telat masuk dan pulang cepat, dan ini tentu saja merupakan budaya

yang tidak baik dalam suatu organisasi ataupun institusi. Salah satu fungsi budaya

organisasi adalah sebagai mekanisme kontrol dalam memadu dan membentuk

sikap serta perilaku pegawai. Dengan dilebarkannya mekanisme kontrol,

didatarkannya struktur, diperkenalkannya tim-tim, dan diberi kuasanya pegawai

oleh organisasi, makna bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang kuat

memastikan bahwa semua pegawai diarahkan ke tujuan yang sama. Adanya sifat

dasar manusia yang berbeda-beda, membuat organisasi budaya yang ada di SMPN

27 Palembang dengan baik, ada saja para pegawai yang tidak bisa bekerja sama
dengan pegawai lain. Hal ini mengakibatkan budaya organisasinya belum bisa

berjalan dengan baik.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian di SMPN 27 Palembang dan menganalisis pengaruh motivasi,

kompensasi, dan budaya organisasi terhadap kinerja dengan judul Analisis

Pengaruh Motivasi, Kompensasi dan Budaya Organisasi Kinerja Guru

SMPN 27 Palembang.

B. Identifikasi Masalah

Bertitik tolak dari uraian latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah yang

mempengaruhi kinerja Guru SMPN 27 Palembang :

1. Belum adanya motivasi kerja yang dapat meninx atkan kinerja karyawan.
2. Kompensasi yang ada belum dapat meningkatkankaryawan.
3. Rendahnya disiplin kerja karyawan dalam melaksanakaa.pekerjaan.
4. Masih kurangnya kesadaran terhadap tugas dan peraturan yang ada.
5. Pelaksanaan kompensasi belum berjalan seperti yang diharapkan
6. Budaya organisasi yang sudah ada belum dapat mengembangkan dan

meningkatkan kinerja karyawan.


7. Komitmen karyawan terhadap penyelesaian suatu pekerjaan masih sangat

kurang, sehingga hasil pekerjaannya masih kurang balk.


8. Sistem pengembangan karir yang ada belum dapat meningkatkan kinerja

karyawan.
9. Pengawasan dari pimpinan masih belum efektif.
10. Iklim kerja yang sedang berjalan belum seperti yang diharapkan.
C. Pembatasan Masalah
Dikarenakan adanya keterbatasan dalam diri penulis, menyangkut

kemampuan, waktu, maupun dana yang ada, dan agar penelitian ini lebih terfokus,

maka penulis membatasi masalah hanya pada Pengaruh Motivasi, Kompensasi,

dan Budaya Organisasi terhadap kinerja Bidan PHL (Pegawai Harian Lepas)

Puskesmas Pasar Prabumulih.


D. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Apakah Motivasi, Kompensasi, dan Budaya Organisasi secara bersama-

sama berpengaruh terhadap Kinerja Guru Honor PHL di SMPN 27

Palembang
2. Apakah Motivasi berpengaruh terhadap kinerja Guru Honor di SMPN 27

Palembang
3. Apakah Kompensasi berpengaruh terhadap kinerja Guru Honor di SMPN

27 Palembang
4. Apakah Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Guru Honor di SMPN

27 Palembang

E. Tujuan dan KegunaanPenelitian


1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diinginkan pada penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan menganalisi serta membuktikan pengaruh :


a. Motivasi, Kompensasi, dan Budaya Organisasi secara bersama-sama

terhadap kinerja Guru Honor di SMPN 27 Palembang


b. Motivasi terhadap kinerja Guru Honor di SMPN 27 Palembang
c. Kompensasi terhadap kinerja Guru Honor di SMPN 27 Palembang
d. Budaya Organisasi terhadap kinerja Guru Honor di SMPN 27

Palembang
2. Kegunaan Hasil Penelitian
a. Sumbanan pemikiran bagi SMPN 27 Palembang dalam rangka

mengembangkan sumber daya manusia yang dimilikinya agar dapat

meningkatkan kemampuan yang ada terutama yang menyangkut

motivasi, kompetensi dan b udaya organisasi serta kinerja.


b. Penelitian ini merupakan informasi bagi penilitian selanjutnya dan

sumbangan dalam pengembangan pengetahuan di bidang manajemen

khususnya manajemen sumber saya manusia.


c. Diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengembangkan teori ilmu

manajemen sumber daya manusia yang berkaitan dengan konsep

motivasi, kompetensi dan budaya organisasi serta kinerja.


d. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta mengaplikasikan

ilmu yang telah diperoleh pada bangku kuliah melalui penelitian yang

dilakukan dalam ilmu manajemen sumber daya manusia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis
1. Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Konsep kerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang

padanannya dalam bahasa Inggris adalah performance. Istilah performance

sering di Indonesiakan sebagai performa. Wirawan (2015, h. 5)

mengatakan, kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi

atau indicatorindikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu

tertentu. Pekerjaan adalah aktivitas menyelesaikan sesuatu atau membuat

sesuatu yang hanya memerlukan tenaga dan keterampilan tertentu seperti

yang dilakukan oleh pekerja kasar. Contoh pekerjaan, yaitu sopir bus,

tukang cukur, tukang kayu, dan masih banyak lagi. Sementara itu, profesi
adalah pekerjaan yang untuk menyelesaikannya memerlukan penguasaan

dan penerapan teori ilmu pengetahuan yang dipelajari dari lembaga

pendidikan tinggi seperti yang dilakukan oleh professional. Contoh

profesi, yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh manajer, dokter, bidan, guru,

hakim, jaksa.
Menurut Sunyoto (2012, h. 41) kinerja adalah ukuran yang

menunjukkan pertimbangan antara input dan output yang dikeluarkan

perusahaan serta peran tenaga kerja yang dimiliki persatuan waktu.

Sedangkan " Tohardi dalam Sutrisno (2015, h. 100) mengemukakan bahwa

kinerja atau produktivitas kerja merupakan sikap mental ". Sikap mental

yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Pendapat

tersebut didukung oleh Ravianto dalam Sutrisno (2015, h. 100),

mengatakan produktivitas atau kinerja pada dasarnya mencakup sikap

mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus

lebih baik dari hari kemarin dan hari esok hams lebih baik dari hari ini.

Sikap yang demikian akan mendorong seseorang untuk tidak cepat merasa

puas, akan tetapi hams mengembangkan diri dan meningkatkan

kemampuan kerja dengan cam selalu mencari perbaikan-perbaikan dan

peningkatan. Singodimejo dalam Sutrisno (2015, h. 101), mengemukakan

rumusan umum dari kinerja atau produktivitas mengandung pengertian

perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan

sumber daya yang digunakan (input). Seorang bidan sebagai salah satu

tenaga professional dan pelayan masyarakat dalam bidang kesehatan


dituntut untuk terns meningkatkan kemampuannya glum memberikan

pelayanan yang lebih baik dan berkualitas.


Dan banyak pengertian kinerja diatas dapat disimpulkan bahwa

kinerja merupakan suatu kondisi yang hams diketahui dan dikonfirmasikan

kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu

instansi dihubungkan dengan visi yang di emban suatu organisasi atau

perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu

kebijakan operasional.

b. Penilaian Kinerja
Kontribusi hasil-hasil penilaian kinerja merupakan suatu yang

bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi. Kinerja bisa dilihat

dari tiga dimensi yang berbeda. Pertama, sebagai keluaran (output), kinerja

dinilai dari apa yang telah dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Dalam dimensi ini, kinerja seorang

pegawai diukur dari hasil-hasil yang telah dicapainya dalam waktu periode

tertentu. Jika dimensi ini digunakan sebagai bahan penilaian, maka

evaluasi terhadap kinerja pegawai harus dilihat dari catatan-catatan

prestasi yang telah diraihnya dalam masa tertentu. Hasil evahlasi ini

kemudian dibandingkan dengan tanggung jawab dan perannya yang telah

dinyatakan dalam uraian tugasnya (job description).


Kedua, kinerja dinilai dari proses pelaksanaan tugas atau

pekerjaan. Dalam dimensi ini kinerja pegawai dinilai dari prosedur dan

teknis yang telah ditempuhnya dalam melaksanakan pekerjaannya. Sesuai

dengan nama dimensinya, penilaian berdasarkan proses tidak menilai hasil

kerja pegawai, namun ditekankan pada "bagaimana" seseorang


menyelesaikan pekerjaannya secara teliti dan dapat dipertanggung

jawabkan. Selama prosedur dan teknis yang telah dilaksanakan telah

sesuai dengan apa yang digariskan, maka dapat disimpulkan maka

kinerjanya cukup baik. Ketiga, terakhir dinilai dari konsep kontekstualnya.

Penilaian kinerja seseorang dapat juga dilihat dari aspek kontekstualnya;

yakni kemampuannya sendiri. Diyakini bahwa jika seseorang mampu

mengerjakan suatu pemeriksaan, maka kinerjanya juga akan baik. Dengan

kata lain, apabila seseorang yang memiliki pengalaman dan pendidikan

yang cukup matang dan ditempatkan pada posisi yang memiliki tanggung

jawab besar, maka secara kontekstual hal ini sudah benar dan diyakini

kinerjanya akan baik. Definisi ini juga mengungkapkan bahwa kinerja

merupakan sebuah proses pelaksanaan pemeriksaan. Sesuai dengan

definisi ini maka tingkat keterampilan atau profesionalisme pegawai juga

dapat digunakan untuk mengukur kinerjanya dalam memeriksa suatu

pekerjaaan. Disamping itu diperlukan adanya prosedur dan ketentuan

untuk mencapai hasil yang diinginkan.


Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja dalam penelitian ini adalah

kemampuan seorang pegawai dalam mengaplikasikan kemampuannya

sesuai dengan profesi yang dimilikinya.

2. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Motivasi membicarakan tentang bagaimana cara mendorong

semangat kerja seseorang, agar mau bekerja dengan memberikan secara

optimal kemampuan dan keahliannya guna mencapai tujuan organisasi.

Motivasi menjadi penting karena dengan motivasi diharapkan setiap


karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai kinerja yang

tinggi. Pengertian motivasi seperti dikemukakan Wexley & Yukl (Sutrisno,

2015, h. 110) adalah pemberian atau penimbulan motif atau dapat pula

diartikah sebagai hal atau keadan menjadi motif Jadi, motivasi adalah

sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Motivasi adalah

pemberian daya penggerak yang mencuptakan kegairahan kerja seseorang,

agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan

segala upayanya untuk mencapai kepuasan ( Hasibuan dalam Sutrisno,

2015, h. 111). Sedangkan menurut Siagian (2012, h. 138) motivasi adalah

daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau

dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau

keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai

kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya,

dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang

telah ditentukan sebelumnya. Motivasi 'untuk bekerja ini sangat penting

bagi tinggi rendahnya kinerja perusahaan. Tanpa adanya motivasi dari para

karyawan untuk bekerja sama bagi kepentingan perusahaan, maka tujuan

yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Sebaliknya, apabila terdapat

motivasi yang tinggi dari para karyawan, maka hal ini merupakan suatu

jaminan atas keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya.

(Gitosudarmo dalam Sutrisno, 2015, h. 111)


Dari berbagai pendapat dan pandangan para ahli diatns, menurut

pendapat penulis, motivasi memiliki komponen, yakni komponen dalam

dan luar. Komponen dalam adalah perubahan dalam diri seseorang,


keadaan merasa tidak puns, dan ketegangan psikologis. Komponen luar

ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah tingkah

lakunya. Jadi komponen dalam adalah kebutuhan-kebutuhan yang ingin

dipuaskan, sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai.

Kalau kita cermati antara kebutuhan, motivasi, perbuatan atau tingkah laku

tujuan dan kepuasan ada hubungan dan kaitan yang kuat. Tiap perbuatan

senantiasa ada berkat adanya motivasi. Timbulnya motivasi dikarenakan

seseorang merasakan suatu kebutuhan tertentu dan karenanya perbuatan

tersebut terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Apabila tujuan telah

tercapai, maka mereka akan puas. Tingkah laku yang telah memberikan

kepuasan terhadap suatu kebutuhan cenderung untuk diulang kembali,

sehingga menjadi lebih kuat dan lebih mantap.


b. Teori Motivasi
Teori motivasi yang digunakan sebagai landasan teoritis dalam

penelitian ini adalah teori motivasi kepuasan yang dikemukakan oleh

Abraham Maslow yaitu teori hierki kebutuhan. Teori yang dikemukakan

oleh abraham Maslow menyatakan bahwa manusia ditempat kerjanya

dimotivasi oleh suatu keinginan untuk memunskan sejumlah kebutuhan

yang ada dalam din seseorang. Teori ini diadasarkan pada tiga asumsi

dasar sebagai berikut ( Indriyo Gitosudarmo & I Nyoman Sudita dalam

Sunyoto, 2012, h. 12)


1. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hierarki, mulai hierarki

kebutuhan yang paling dasar ampai kebutuhan yang kompleks atau

paling tinggi tingkatannya.


2. Keiginan untuk memenuhi kebutuhan dapat mempengaruhi perilaku

seseorang, dimana hanya kebutuhan yang belum terpiiaskan yang

dapat -menggerakkan perilaku. Kebutuhan yang telah terpiiaskan tidak

dapat berfungsi sebagai motivasi.


3. Kebutuhan yang lebih tinggi berfungsi sebagai motivator jika

kebutuhan yang hierarkinya lebih rendah paling tidak boleh terpuaskan

secara minimal.

Atas dasar asumsi diatas, hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow

sebagai berikut :

- Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan hierarki kebutuhan manusia yang

paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti

makanan, minuman, perumahan, tidur, seks dan sebagainya.


- Kebutuhan Rasa Aman
Jika kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan maka muncul

kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan

rasa aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya

kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan

jaminan akan hari tua nya jika sudah tidak bekerja lagi.
- Kebutuhan Sosial
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara

minimal maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk

persahabatan, afiliasi, dan interaksi yang lebih erat dengan orang lain.

Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya

kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama

dan lain-lain.
- Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai

atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian

seseorang serta efektivitas kerja seseorang.


- Kebutuhan Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri merupakan hierarki kebutuhan Maslow yang paling

tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan akan

potensi yang sesungguhnya dari seseorang.


Selain teori diatas, ada juga beberapa teori motivasi lain untuk

melengkapi dan memperkaya pengetahuan tentang kebutuhn manusia

dan berbagai cara pempasannya, yaitu :


1. Teori "X" dan "Y"
Teori "X" mengatakan bahwa para manajer menggunakan asumsi

bahwa manusia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


a. Para pekerja pada dasarnya tidak senang bekerja dan apabila

mungkin akan berusaha mengelakkannya.


b. Karena para pekerja tidak senang bekerja, mereka hams dipaksa,

diawasi atau diancam dengan berbagai tindakan punitif agar tujuan

organisasi tercapai.
c. Para pekerja akan berusaha mengelakkan tanggung jawab dan

hanya akan bekerja apabila menerima perintah untuk melakukan

sesuatu.
d. Kebanyakan pekerja akan menempatkan pemuasan kebutuhan

fisiologis dan keamanan diatas faktor-faktor lain yang berkaitan

dengan pekerjaannya dan tidak akan menunjukkan keinginan atau

ambisi untuk maju.

Sebaliknya, menurut teori "Y" para manajer menggunakan asumsi bahwa

para pekerja memiliki ciri-ciri :


a. Para pekerja memandang kegiatan bekerja sebagai hal yang alamiah

seperti halnya beristirahat dan berrnain.


b. Para pekerja akan berusaha melakukan tugas tanpa terlalu diarahkan

dan akan berusaha mengendalikan diri sendiri.


c. Pada umumnya para pekerja akan menerima tanggung jawab yang

lebih besar.
d. Para pekerja akan berusaha menunjukkan kreativitnsnya dan oleh

karenanya akan berpendapat bahwa pengambilan keputusan

merupakan tanggung jawab mereka juga dan bukan semata-mata

tanggung jawab orang-orang yang menduduki jabatan manajerial.


2. Teori Motivasi-Higiene
Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg, seorang

psikolog. Dalam usaha mengembangkan kebenaran teorinya, Herzberg

melakukan penelitian yang bertujuan untuk menemukan jawaban

terhadap pertanyaan " Apa sesungguhnya yang diinginkan oleh

sesorang dan pekerjaannya?". Timbulnya keinginan menemukan

jawaban terhadap pertanyaan ini didasarkan pada keyakinan Herzberg

bahwa hubungan seseorang dengan pekerjaannya sangat mendasar dan

karena itu sikap seseorang terhadap pekerjaannya itu sangat mungkin

menentukan keberhasilan dan kegagalannya. Implikasi teori ini adalah

bahwa seorang pekerja mempunyai persepsi berkarya tidak sekedar

mencari nafkah, akan tetapi sebagai wahana untuk menmaskan

berbagai kepentingan dan kebutuhannya, bagaimanapun kebutuhan itu

dikategorisasikan.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang akan

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat

dibedakan atas faktor intern dan ektem yang berasal dari karyawan.
1. Faktor Intern
Faktor intern yang dapat mempengaruhi pemberian motivasi pada

seseorang antara lain :


1. Keinginan untuk dapat hidup, meliputi kebutuhan untuk :
Memperoleh kompensasi yang memadai;
Pekerjaan yang tetap walaupun peghasilan tidak begitu

memadai; dan
Kondisi kerja yang aman dan nyaman.

2. Keinginan untuk dapat memiliki.


Keinginan untuk dapat memiliki benda dapat mendorong

seseorang untuk mau melakukan pekerjaan. Hal ini banyak kita

alami dalam kehidupan kita sehari-hari, bahwa keinginan yang

keras untuk dapat memiliki itu dapat mendorong orang untuk

mau bekerja.
3. Keinginan untuk memperoleh penghargaan.
Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk

diakui, dihormati oleh orang lain. Untuk memperoleh status

sosial yang lebih tinggi, orang mau mengeluarkan uangnya,

untuk memperoleh uang itu pun is hams bekerja keras.


4. Keinginan untuk memperoleh pengakuan.
Bila kita perinci, maka keinginan untuk memperoleh

pengakuan itu dapat meliputi hal-hal :


Adanya penghargaan terhadap prestasi ;
Adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak
Pimpinan yang adil dan bijaksana : dan
Perusahaan tempat bekerja dihargai oleh masyarakat.
5. Keinginan untuk berkuasa
Keinginan untuk berkuasa akan mendorong seseorang untuk

bekerja. Kadang-kadang keinginan untuk berkuasa ini dipenuhi

dengan caracara tidak terpuji, namun cara-cara yang

dilakukannya itu masih termasuk bekerja juga.


2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern juga tidak kalah peranannya dalam melemahkan

motivasi kerja seseorang. Faktor-faktor ekstern itu adalah :


1. Kondisi lingkungan kerja.
Lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana

kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan

pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan.

Lingkungan kerja ini. Meliputi tempat bekerja, fasilitas dan alat

bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan,

termasuk juga hubungan kerja antara orang-orang yang ada

ditempat tersebut.
2. Kompensasi yang memadai
Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi para

karyawan untuk menghidupi din beserta keluarganya.

Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang

paling ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para

karyawan bekerja dengan baik.


3. Supervisi yang baik
Fungsi supervisi dalam suatu pekerjaan adalah memberikan

pengarahan, membimbing kerja para karyawan, agar dapat

melaksanakan kerja dengan baik tanpa membuat kesalahan.

4. Adanya jaminan pekerjaan


Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan

yang ada pada dirinya untuk perusahaan, kalau yang

bersangkutan merasa ada jaminan karier yang jelas dalam

melakukan pekerjaan. Mereka bekerja bukannya untuk hari ini

saja, tetapi mereka berharap akan bekerja sampai tua cukup

dalam satu perusahaan saja, tidak usah sering kali pindah.


5. Status dan tanggung jawab.
Status atau kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan

dambaan setiap karyawan dalam bekerja . Mereka bukan hanya

mengharapkan kompensasi semata, tetapi pada satu masa

mereka juga berharap akan dapat kesempatan menduduki

jabatan dalam suatu perusahaan.


6. Peraturan yang fleksibel.
Biasanya peraturan bersifat melindungi dan dapat memberikan

motivasi para karyawan untuk bekerja lebih baik. Hal ini

terlihat dari banyak perusahaan besar yang memperlakukan

sistem prestasi kerja dalam memberikan kompensasi kepada

para karyawannya, yang penting semua peraturan yang berlaku

dalam' perusahaan itu perlu diinformasikan sejelas-jelasnya

kepada para karyawan, sehingga tidak bertnya-tanya, atau

merasa tidak mempunyai pegangan dalam melakukan pekerjan.

3. Kompensasi
a. Pengertian Kompensasi
Kompensasi merupakan salah satu dorongan dari bawah

untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh perusahaan dan

adanya rasa tanggung jawab yang diserahkan kepada tenaga kerja.


Menurut Panggabean dalam Sutrisno (2015, h. 181), kompensasi

didefinisikan sebagai bentuk penghargaan yang diberikan kepada

karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan

kepada organisasi. . Salah satu cam manajemen untuk

meningkatkan kepuasan kerja para karyawan adalah melalui

kompensasi. Di sini kompensasi didefinisikan sebagai sesuatu yang

diterima oleh karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka.

Namun sebelum kompensasi diberikan, terlebih dahulu dilakukan

proses kompensasi yaitu suatu jaringan berbagai subproses untuk

memberikan balas jasa kepada karyawan untuk pelaksanaan

pekerjaan dan untuk memotivasi karyawan agar mencapai tingkat

prestasi yang diinginkan ( Husein Umar dalam Sunyoto, 2012, h.

30). Masalah kompensasi merupakan fungsi manajemen paling

sulit dan membingungkan. Tidak hanya karena pemberian

kompensasi merupakan masalah yang kompleks, tetapi juga salah

satu aspek yang paling berarti bagi tenaga kerja. Meskipun

kompensasi hams mempunyai dasar yang rasional dan dapat

dipertahankan, hal ini menyangkut banyak faktor emosional dari

sudut pandang tenaga kerja. Jadi, kompensasi merupakan istilah

yang berkaitan dengan imbalan-imbalan finansial yang diterima

oleh orang-orang melalui hubungan kepegawaian mereka dengan

sebuah organisasi. Pada umumnya bentuk kompensasi berupa


finansial karena pengeluaran moneter yang dilakukan oleh

organisasi.
b. Tujuan Pemberian Kompensasi
Tujuan kompensasi dapat dikatakan sebagai salah satu

motivasi atau perangsang yang diberikan oleh perusahaan

untuk meningkatkan disiplin kerja karyawan yang tentunya

berimbas juga pada kinerja. Menurut Notoatmojo dalam

Sutrisno (2015, h. 188) ada beberapa tujuan dari kompensasi

yang perlu diperhatikan, yaitu :


1. Menghargai prestasi karyawan.
Dengan pemberian kompensasi yang memadai adalah suatu

penghargaan organisasi terhadap prestasi kerja para

karyawan. Selanjutnya akan mendorong perilaku-perilaku

atau kinerja karyawan sesuai dengan yang diinginkan oleh

perusahaan, misalnya produktivitas yang tinggi.


2. Menjamin keadilan gaji karyawan.
Dengan adanya sistem kompensasi yang baik akan

menjarnin terjadinya keadilan diantara karyawan dalam

organisasi. Masing-masing karyawan akan memperoleh

kompensasi yang sesuai dengan tugas, fungsi, jabatan, dan

prestasi kerja.
3. Mempertahankan karyawan atau mengurangi turnover

karyawan.
Dengan sistem kompensasi yang baik, para karyawan akan

lebih survival bekerja pada organisasi itu. Hal ini berarti

mencegah keluarnya karyawan dari organisasi itu mencari

pekerjaan yang lebih menguntungkan.


4. Memperoleh karyawan yang bermutu.
Dengan sistem kompensasi yang baik akan menarik lebih

banyak calon karyawan akan lebih banyak pula peluang

untuk memilih karyawan yang terbaik.


5. Pengendalian biaya.
Dengan sistem pemberian kompensasi yang baik, akan

mengurangi seringnya melakukan rekrutmen, sebagai akibat

semakin seringnya karyawan yang keluar mencari pekerjaan

yang lebih menguntungkan ditempat lain. Hal ini berarti

penghematan biaya untuk rekrutmen dan seleksi calon

karyawan baru.
6. Memenuhi peraturan-peraturan.
Sistem kompensasi yang baik merupakan tuntunan dari

pemerintah. Suatu perusahaan yang baik dituntut adanya

system administrasi kompensasi yang baik pula.

Pemberian kompensasi yang layak bukan saja dapat mempengaruhi idisi

materi karyawan, tetapi juga dapat menentramkan batin karyawan uk bekerja lebih

tekun dan mempunyai inisiatif. Sebaliknya, pemberian npensasi yang tidak layak

akan meresahkan gairah kerja, sehingga prestasi ja akan merosot. Oleh karena itu,

untuk meningkatkan prestasi kerja -usahaan harus meberikan kompensasi yang

layak kepada para karyawan ,uai dengan kemampuan perusahaan sendiri.

Sedangkan menurut T. Hani Handoko dalam Sunyoto (2012, h. 33), tujuan

pemberian kompensasi ada dua yaitu :

1. Bagi Tenaga Kerja


Dengan adanya pemberian kompensasi kepada tenaga kerja, akan memperoleh

keuntungan finansial dan nonfinansial antara lain :


a. Tenaga kerja mendapat upah yang lebih besar, hal ini mendorong

karyawan berusaha memperoleh upah yang lebih besar guna memperbaiki

hidupnya.
b. Tenaga kerja dapat terdorong mengembangkan diri masing-masing.

Dengan kompensasi akan mendorong karyawan menganalisis

pekerjaannya dengan baik sehingga kecakapannya meningkat.


2. Bagi Perusahaan
Adapun yang menjadi tujuan pemberian kompensasi adalah meningkatkan

kepuasan dan produktivitas kerja karyawan akan memberi motivasi kepada

tenaga kerja untuk bekerja lebih bersemangat, bekerja lebih berdisiplin, dan

bekerja lebih cepat.


Dengan adanya pemberian kompensasi yang layak, maka semua karyawan

akan dapat bekerja dengan tenang dan mengkonsentrasikan seluruh pikirannya

untuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi


Menurut Sutrisno (2015, h. 191), besar kecilnya kompensasi tidak

dapat ditentukan begitu saja tanpa mengantisipasi perkembangan keadaan

sekitar yang mengelilingi gerakan perusahaan. Penetapan kompensasi

yang hanya berdasarkan keinginan sepihak (perusahaan) saja tanpa

didasarkan pada perhitungan-perhitungan yang rasional dan bias

dipertanggungjawabkan secara yuridis akan sulit diterapkan dalam jangka

panjang. Karena itu, ada anggapan bahwa besar kecilnya kompensasi akan

selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :


1. Tingkat biaya hidup
Perusahaan harus mempertimbangkan dan selalu menyesuaikan tingkat

kompensasi yang diberikannya dengan tingkat biaya hidup yang

berlaku didaerahnya.
2. Tingkat kompensasi yang berlaku di perusahaan lain.
Bila tingkat kompensasi yang diberikan kepada karyawan lebih rendah

dari yang dapat diberikan oleh perusahaan lain untuk pekerjaan yang

sama, maka akan dapat menimbulkan rasa tidak plias dikalangan

karyawan, yang dapat berakhir dengan banyaknya tenaga potensial

meninggalkan perusahaan.
3. Tingkat kemampuan perusahaan.
Perusahaan yang memiliki kemampuan tinggi akan dapat membayar

tingkat kompensasi yang tinggi pula bagi para karyawannya. Oleh

sebab itu, perusahaan yang bijaksana hams selalu menginformasikan

kepada seluruh karyawannya tentang tingkat kinerja perusahaan dari

waktu ke waktu.
4. Jenis pekerjaan dan besar kecilnya tanggung jawab.
Karyawan yang mempunyai kadar pekerjaan yang lebih sukar dan

dengan tanggung jawab yang lebih besar, tentu akan diimbangi dengan

tingkat kompensasi yang lebih besar pula. Adapun pekerjaan yang

sifatnya tidak begitu sulit dan kurang memerlukan tenaga dan pikiran,

akan mendapat imbalan kompensasi yang lebih rendah.


5. Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Suatu perusahaan akan selalu terikat pada kebijaksanaan dan peraturan

yang dikeluarkan oleh pemerintah, termasuk pula tingkat kompensasi

yang diberikan pada para karyawan.


6. Peranan serikat buruh.
Para karyawan akan merasa terjamin kepentingan mereka, bila

kebeiadaan serikat pekerja itu benar-benar terasa turut

memperjuangkan kepentingannya dan tidak hanya sebagai tameng

penjaga kepentingan perusahaan.


Sedangkan Tohardi dalam Sutrisno, 2015, h. 193) mengemukakan

ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian kompensasi, yaitu :

1. Produktivitas
Pemberian kompensasi melihat besarnya produktivitas yang

disumbangkan oleh karyawan kepada pihak perusahaan. Untuk itu

semakin tinggi output, maka semakin besar pula kompensasi yang

diberikan oleh perusahaan kepada karyawan.


2. Kemampuan untuk membayar.
Secara logis ukuran pemberian kompensasi sangat tergantung

kepada kemampuan perusahaan dalam membayar

kompensasikaryawan. Karena sangat mustahil perusahaan

membayar kompensasi di atas kemampuan yang ada.


3. Kesediaan untuk membayar.
Walaupun perusahaan mampu membayar kompensasi, namun

belum tentu perusahaan tersebut mau membayar kompensasi

tersebut dengan layak dan adil.


4. Penawaran dan permintaan tenaga kerja.
Penawaran dan permintaan tenaga kerja cukup berpengarug

terhadap pemberian kompensasi. Jika permintaan tenaga kerja

banyak oleh perusahaan, maka kompensasi cenderung tinggi,

demikian sebaliknya jika penawaran tenaga kerja ke perusahaan

rendah, maka pembayaran kompensasi cenderung menurun.

4. Budaya Organisasi
a. Pengertian Budaya Organisasi
Budaya adalah seperangkat asumsi penting yang dimiliki

bersama anggota masyarakat. (Vijay Sathe dalam Supartha, 2011,


h.3). Menurut Edgar H. Schein (Supartha, 2011, h. 4) menyatakan

bahwa budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan,

ditemukan dan dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai

pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan

integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh

karena itu diajarkan atau diwariskan kepada anggota-anggota baru

sebagai cam yang tepat untuk memahami, memikirkan dan

merasakan hal-hal yang terkait dengan masalah-masalah tersebut .

Dan definisi tersebut maka unsur-unsur yang terdapat dalam

budaya adalah : ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni moral,

hukum, adat-istiadat, perilaku/kebiasaan, asumsi dasar, sistem

nilai, pembelajaran/pewarisan dan adaptasi eksternal dan integrasi

internal serta cara mengatasinya. Sedangkan organisasi adalah

kerja sama dua orang atau lebih, suatu system dari aktivitas-

aktivitas atau kekuatan-kekuatan perorangan yang dikoordinasikan

secara sadar . Organisasi adalah kumpulan orang yang bekerja

sama untuk mencapai tujuan bersama. Philip Selnick juga

mengemukakan bahwa organisasi adalah pengaturan personil guna

memudahkan pencapaian beberapa tujuan yang telah ditetapkan

melalui alokasi fungsi dan tanggung jawab. Dan definisi tersebut,

diketahui hal-hal yang tercakup claiam organisasi, yakni :

kumpulan dua orang atau lebih, kerjasama, tujuan bersama, sistem


koordinasi kegiatan, pembagian tugas, dan tanggung jawab

personil.
Budaya perusahaan atau Corporate Culture adalah aplikasi

budaya organisasi terhadap badan usaha (perusahaan). Budaya

organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut

oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dengan

organisasi-organisasi lain. Sistem makna bersama ini bila diamati

dengan lebih seksama merpakan seperangkat kareteristik utama

yang dihargai oleh organisasi (Tunggal dalam Supartha, 2011, h.

3). Menurut Peter F. Drucker dikutip dalam Supartha (2011, h. 6).

budaya organisasi adalah pokok penyelesaian terhadap masalah-

masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan

secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian diwariskan

kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk

memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah

terkait seperti diatas. Sedangkan Sithi-Amnuai dalam Ndraha

(2011, h. 102 ) mendefinisikan budaya organisasi adalah sebagai

suatu set dugaan dan kepercayaan yang dianut oleh anggota

organisasi tersebut belajar mengatasi persoalan adaptasi eksternal

dan integrasi eksternal.


Dari uaraian diatas, dapat disimpulkan bahwa budaya

organisasi adalah seperangkat asumsi dasar dan keyalcinan yang

dianut oleh anggotaanggota organisasi, kemudian dikembangkan


dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi

eksternal dan masalah integrasi internal.


b. Jenis-jenis Budaya Organisasi

Bourantas et al dalam Supartha (2011, h. 9), dalam rangka

konseptual tentang budaya organisasi dapat dibagi menjadi 4

(empat) :

1. Budaya Klub (Zeus)


Organisasi yang mengikuti budaya ini umumnya dibagi dalam

fungsi atau lini produk. Gaya manajemen mengarah pada

sentralisasi yang kuat. Harrison dan Handy dalam Bourantas et

al (1998), mengibaratkan organisasi dengan club culture

sebagai sarang sarang laba-laba, dimana jarring menunjukkan

kekuasaan dan pengaruh. Posisi jaring yang semakin jauh dari

pusat menunjukkan semakin kecil kekuasaan dan pengaruhnya.

Dewa Zeus dianggap sesuai sebagai simbol organisasi dengan

budaya organisasi yang menekankan tradisi patriarchy, tidak

rasional dan berlandaskan kekuasaan, dan charisma.


2. Budaya Peran (Apollo )
Organisasi dengan role culture lebih menempatkan peran (role)

jabatan, dan bukan orang sebagai pusat budaya organisasi. Oleh

karena itu, dewa Apollo dianggap sesuai sebagai simbol karena

merupakan dewa yang memiliki banyak jabatan sebagi

pengatur. Budaya organisasi ini berasumsi bahwa manusia

bersifat rasional dan segala sesuatu dapat dianalisis secara

logis. Peran atau sekumpulan tugas bersifat tetap dalam


organisasi sesuai dengan jabatan, sehingga individu dalam

organisasi adalah bagian dari system dan melakukan tugas yang

secara bebas dapat diganti sesuai dengan tugas pokok yang

secara bebas dapat diganti sesuai dengan tugas pokok dan

fungsi yang harus dilaksanakan.


3. Budaya Tugas ( Athena )
Organisasi dengan task culture mengutamakan pengumpulan

sumber daya dari berbagai pihak untuk memecahkan masalah.

Oleh karena itu, dewa Athena sesuai dengan symbol karena

merupakan dewa yang dapat berkoordinasi dengan siapapun

juga. Manajemen senantiasa berorientasi pada keberhasilan

memecahkan masalah dan tidak mempermasalahkan asal serta

kedudukan dari pihak-pihak yang berkontribusi dalam

pemecahan masalah tersebut. Budaya ini hanya mengakui

keahlian atau kepakaran seseorang sebagai dasar untuk

memperoleh kekuasaan dan pengaruh.

4. Budaya Eksistensi ( Dionysus )


Organisasi dengan existential culture menganggap keberadaan

individu dalam organisasi dimaksudkan untuk membantu

organisasi mencapai tujuan organisasi dan keberadaan

organisasi dimaksudkan untuk membantu anggota organisasi

dalam mencapai tujuan anggota organisasi. Oleh karena itu,

dewa Dionysus sesuai sebagai symbol karena merupakan dewa

yang mampu membahagiakan semua pihak. Budaya organisasi


ini sangat disukai para professional karena mereka dapat

mempertahankan identitas dan kebebasan mereka. Pada

dasarnya, budaya ini mengakui tidak ada atasan meskipun

mereka dapat menerima koordinasi.

c. Nilai Dasar Budaya Organisasi


Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan apabila nilai

bersifat positif dalam arti menguntungkan atau menyenangkan

dan memudahkan pihak yang memperolehnya untuk memenuhi

kepentingan-kepentingannya yang berkaitan dengan nilai

tersebut. Sebaliknya, nilai merupakan sesuatu yang tidak

diinginkan apabila nilai tersebut bersifat negative dalam arti

merugikan atau menyulitkan pihak yang memperolehnya untuk

mempengaruhi kepentingannya sehingga dengan sendirinya

nilai tersebut dijauhi. Schein dalam Supartha (2011, h. 56)

membedakan nilai atas dua tipe, yaitu : (i) nilai intrisik/puncak

yang diterima begitu saja tanpa diperdebatkan yang disebut

asumsi dan (ii) nilai terbuka, merupakan nilai yang

diperdebatkan karena manusia membutuhkan keteraturan dan

konsistensi. Dalam perusahaan, terdapat dua nilai, yaitu nilai

utama (primer) dan nilai sekunder. Nilai utama (primer) dapat

diterapkan pada semua organisasi manajemen dan memang

banyak perusahaan yang sukses, telah menggunakannya. Nilai-

nilai tersebut sangat berkaitan dengan inovasi besar, ketaatan,

dan produktivitas.
Dengan demikian budaya merupakan suatu nilai-nilai,

normanorma, keyakinan, kebiasaan atau yang biasannya

dipatuhi oleh anggota masyarakat, anggota organisasi atau

anggota instansi dimana ia berada. Hal tersebut sudah dapat

diambil kesimpulan sementara bahwa anggota masyarakat atau

organisasi atau instansi, yang mempunyai akal, pikiran dan budi

pekerti akan mematuhi norma-norma, kebiasaan yang berlaku

dalam lingkungan organisasi atau instansi dimana ia berada.

Menurut Laurent dalam Robbins (2011, h. 171), budaya

organisasi mencerminkan asumsiasumsi yang telah dilaksanakan

di masa lalu sehingga telah dapat diterjemahkan ke dalam

tingkah laku, kepatuhan, cara berpikir dan bertingkah laku,

dengan tujuan dapat berkembangdan beruba. Dengan kata lain,

perusahaan/organisasi atau instansi yang memiliki budaya akan

terlihat dengan jelas bentuk dan tujuannya karena semua aspek

usaha terangkum didalam budaya itu sendiri. Menurut Robbins (

2011, h. 289), tampaknya ada kesepakatan yang luas bahwa

budaya organisasi mengaku kepada suatu system makna

bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan

organisasi atau instansi itu dan organisasi atau instansi yang

lain. Sistem makna bersama ini bila diamati dengan lebih

seksama merupakan seperangkat kareteristik utama yang


dihargai oleh organisasi itu. Sehingga dapat disimpulkan fungsi

budaya organisasi adalah sebgai berikut :


a. Berperan memetapkan batasan, menetapkan perbedaan yang

jelas antara satu organisasi dengan yang lainnya.


b. Membawa suatu identitas bagi para anggota.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu

yang lebih luas dari kepentingan individu.


d. Budaya memantapkan system social.
e. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu

memberikan standar yang tetap untuk apa yang hams

dikatakan oleh karyawan.


f. Budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan

kendali yang memandu dan membentuk sikap dan perilaku

para karyawan.

Dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan suatu nilai-nilai,

norma-norma, keyakinan, kebiasaan atau yang biasanya dipatuhi oleh anggota

masyarakat, anggota organisasi atau anggota instansi dimana is berada. Dan

lanclasan dan setiap budaya organisasi adalah nilai-nilai. Filosofi organisasi yang

diekspresikan melalui nilai-nilai, dan nilai-nilai membimbing perilaku setiap hari.

Nilai-nilai juga memberi kontribusi langsung terhadap suasana etis di dalam

sebuah organisasi.

B. Hasil Penelitian Lain yang Relevan


1. Nova Yanti Maleha, analisis pengaruh kompetensi, disiplin kerja dan iklim

kerja terhadap kinerja karyawan Universitas Indo Global Mandiri (UIGM)

Palembang tahun 2014. Dengan menggunakan metode survey kuantitatif

dengan pendekatan deskriptif dan 35 orang sampel, dan hasil penelitiannya

menunjukkan sebagai berikut :


a. Terdapat pengaruh yang positif antara kompetensi dengan kinerja

karyawan, yaitu sebesar 26,4%


b. Terdapat pengaruh yang positif antara disiplin kerja dengan kinerja

karyawan, yaitu sebesar 3,4%


c. Terdapat pengaruh yang positif antara iklim kerja dengan karyawan,

yaitu sebesar 41,1%


2. Fauzi, analisis pengaruh disiplin kerja, kompensasi dan iklim kerja

terhadap kinerja karyawan pada Dinas Pertanian Bengkulu tahun 2008.

Dengan menggunakan metode survey terhadap 76 orang sampel dengan

teknik sampel random sampling. Hasil penelitiannya menunjukkan hasil

sebagai berikut :
a. Terdapat pengaruh positif antara disiplin kerja dengan kinerja

karyawan, yaitu sebesar 32,43%.


b. Terdapat pengaruh positif antara kompensasi dengan kinerja karyawan,

yaitu sebesar 47,09%.


c. Terdapat pengaruh positif antara iklim kerja dengan kinerja karyawan,

yaitu sebesar 67,91%.


3. Lutfiah, analisis pengaruh budaya organisasi, profesionalisme dan disiplin

kerja terhadap kinerja karyawan Akademi Keperawatan kabupaten Muba

tahun 2015. Metode yang digunakan yaitu metode survey kuantitatif

dengan pendekatan deskriptif terhadap 35 karyawan yang dijadikan

sebagai sampel, dan hasil penelitiannya menunjukkan basil sebagai

berikut:
a. Terdapat pengaruh positif antara budaya organisasi dengan kinerja

karyawan, yaitu sebesar 26,4%.


b. Terdapat pengaruh positif antara profesionalisme dengan kinerja

karyawan, yaitu sebesar 34,4%.


c. Terdapat pengaruh pesitif antara disiplin kerja dengan kinerja

karyawan, yaitu sebesar 41,1%.

C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Motivasi, Kompensasi dan Budaya Organisasi secara bersama-

sama terhadap Kinerja.


Kinerja pegawai merupakan hasil sinergi dari sejumlah faktor baik

internal maupun eksternal. Faktor-faktor ini bisa mempengaruhi kinerja

secara sendiri-sendiri, tetapi dapat juga secara bersama-sama karena factor

satu dengan faktor yang lainnya saling terkait. Faktor yang mendorong

karyawan untuk menggunakan kemampuan, keterampilan, tenaga dan

waktu untuk suatu organisasi yang berperan dalam peningkatan kinerja

antara lain motivasi, kompensasi dan budaya organisasi. Oleh karena itu,

motivasi, kompensasi dan budaya organisasi sangat erat hubungannya

dengan kinerja, maka dapat diduga bahwa terdapat pengaruh positif

motivasi, kompensasi dan budaya organisasi secara bersama-sama

terhadap kinerja.
2. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja.
Motivasi membicarakan tentang bagaimana cara mendorong

semangat kerja pegawai agar mau bekerja dengan memberikan secara

optimal kemampuan dan keahliannya guna mencapai tujuan organisasi.

Tentu saja motivasi pegawai satu dengan yang lainnya berbeda. Dengan

demikian, dapat diduga motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja.


3. Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja.
Kompensasi pegawai merupakan elemen hubungan kerja yang

sering menimbulkan maslah dalam industrial. Masalah kompensasi,


khususnya upah, selalu menjadi perhatian manajemen organisasi, pegawai,

dan pemerintah. Oleh karena itulah diduga kompensai berpengaruh positif

terhadap kinerja
4. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja.
Dengan menelaah aspek-aspek indikator budaya organisasi dan

kinerja dapat dilihat bahwa karyawan memiliki kemampuan dan ada

dorongan untuk menjadi karyawan yang terampil akan berperilaku

konsisten sesuai dengan harapan organisasi. Sehingga is akan berusaha

untuk memasuki budaya yang sudah ada guna mencapai tugas yang lebih

baik. Dengan demikian budaya organisasi didalam organisasi sangat

dibutuhkan dan merupakan variabel yang sangat penting, sehingga dapat

diduga bahwa budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Motivasi


(X1)
Motivasi
(X1)

Motivasi Motivasi
(X1) (X1)

Motivasi
(X1)

Hubungan variabel secara jelas dapat digambarkan sebagai suatu garis

lurus. Variabel independent atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah
motivasi, kompensasi dan budaya organisasi yang mempunyai pengaruh terhadap

variabel dependen atau variabel terikat yaitu kinerja bidan phl (pegawai harian

lepas) di puskesmas pasar Prabumulih. Tetapi ada juga faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kinerja.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, hipotesis penelitian yang akan

diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga Motivasi, Kompensasi dan budaya Organisasi secara simultan

berpengaruh terhadap kinerja Guru SMPN 27 Palembang


2. Diduga Motivasi berpengaruh kinerja Guru SMPN 27 Palembang
3. Diduga Kompensasi berpengaruh terhadap kinerja Guru SMPN 27 Palembang
4. Diduga Budaya Organisasi berpengaruh terhadap kinerja Guru SMPN 27

Palembang

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 27 Palembang , dalam penelitian ini

diharapkan dapat memberikan andil dan manfaat dalam peningkatan

motivasi, kompensasi, budaya organisasi, dan kinerja.


2. Waktu Penelitian
Penulis membutuhkan waktu 4 (empat) bulan untuk melakukan penelitian

ini, yakni dari bulan Desember 2016 sampai dengan 2017.

B. Populasi, Sampel dan Teknik pengambilan Sampel


Menurut Sugiyono (2011, h. 59) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karateristik

tertentu yang diharapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Yang disebut populasi adalah satu set atau kumpulan data

penelitian yang berkonsentrasi pada sumber data. Dan sampel adalah satu set

atau kumpulan data penelitian yang merupakan bagian dari populasi. Dapat

disimpulkan juga bahwa sampel adalah suatu bagian dan populasi tertentu

yang menjadi perhatian. Perlu diperhatikan bahwa salah satu ciri dari populasi

adalah berdistribusi normal; untuk itu, sampel yang diambil dari populasi

penelitian tersebut harus pula berdistribusi normal agar sampel itu benar-benar

mewakili populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di

SMPN 27 Palembang sebanyak 45 orang. Dan menurut Ari Kunto (2011,

h.125), bahwa "Apabila subjek atau populasinya kurang dan 100, lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya bila subjek atau populasinya besar, dapat diambil antara 10-15%

atau 20_25% atau lebih)".

Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan sampel jenuh atau teknik sensus. Mengingat populasi dalam


penelitian ini relatif kecil (dibawah 100), maka dari 45 orang populasi

semuanya dijadikan sebagai sampel.

Dalam penelitian ini, penulis memerlukan pengumpulan data

melalui data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data

dengan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cars pemberian atau

penyebaran uesioner.

C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini mempergunakan metode survey kuantitatif dengan

pendekatan deskriptif. Teknik survey ini adalah sebuah teknik penelitian dimana

nformasi dikumpulkan dengan cam penggunaan kuesioner. Sedangkan )endekatan

deskriptif dianggap paling tepat dalam penelitian ini, karena informasi rang

diperoleh diharapkan tentang gejala pada saat penelitian dilakukan. Analisis >ebab

akibat sanagat diperlukan untuk menyelidiki pengaruh variable bebas iengan

variabel terikat sehingga hipotesa dapat teruji secara empiris dan melalui inalisis

statistik yang akurat.


D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
Sesuai dengan perrnasalahan dan tujuan dari penelitian ini, maka variable

dalam penelitian ini terdiri dari :


1. Variabel terikat yaitu kinerja
2. Variabel bebas meliputi motivasi, kompensasi, dan budaya organisasi

Bidan PHL (Pegawai Harlan Iepas) di puskesmas pasar Prabumulih.

Uraian masing-masing variable penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Kinerja
a. Definisi Konseptual
Kinerja adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengaplikasikan

kemampuan sesuai dengan profesi yang dimilikinya.


b. Definisi Operasional
Secara operasional kinerja meliputi : 1. Kemampuan kerja, hal ini

dinyatakan dalam indikatornya adalah pengalaman kerja, kuanlitas

kerja, dan ketepatan waktu dalam bekerja. 2. Terpenuhinya fasilitas

penunjang kerja, dapat diuraikan dalam bentuk indikatornya adalah

sarana dan prasarana yang memadai, pemeliharaan terhadap peralatan

kerja dan suasana kerja yang kondusif. 3. Prosedur kerja, ini dapat

diuraikan dalam bentuk indikatornya adalah kesesuaian terhadap

peraturan, menerapkan standar pekerjaan, dan penilaian kerja.

c. Kisi-kisi Instrument

Tabel 3.3.

No Dimensi Indikator No. Item


.
1. Kemampuan kerja - Pengalaman kerja 17
- Kualitas kerja
- Ketepatan waktu dalam bekerja

2. Terpenuhinya - Sarana dan prasarana yang 8 14


fasilitas penunjang memadai
- Penguasaan dan pemeliharaan
kerja
terhadap peralatan kerja
- Suasana kerja yang kondusif

- Kesunyian terhadap peraturan


3. Prosedur kerja - Menerapkan standar peraturan 15 20
- Menerapkan standar pekerjaan
- Penilaian kerja

2. Variabel Motivasi (X1)


a. Definisi Konseptual
Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan

seseorang untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Motivasi

merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang

dihadapinya. Karena itulah, terdapat perbedaan dalam kekuatan

motivasi yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menghadapi situasi

yang sama. Bahkan, seseorang akan menunjukkan dorongan tertentu

dalam menghadapi situasi yang berbeda dan dalam waktu yang

berlainan pula.

b. Definisi Operasional
Salah satu yang membuat pegawai semangat bekerja adalah motivasi

yang ada dalam dirinya untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain

motivasi adalah kekuatan yang mendorong seorang karyawan

membentuk perilaku atau suatu proses dimana perilaku diberikan

energi dan diarahkan serta diukur berdasarkan indikator :


1. Faktor Ekstrinsik, yaitu faktor yang membuat seorang pegawai termotivasi

karena suatu keinginan untuk memenuhi kebutuhan dirinya seperti kebutujan

pokok antara lain, makan, minum, rasa aman, biologis, bersosialisasi dengan

sesama.
2. Faktor Intrinsik, yaitu faktor yang membuat seorang pegawai termotimasi

untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi dari kebutuhan pokok,

diantaranya adalah keinginan dihargai, dipuji, diakui dan berprestasi.


c. Kisi-kisi Instrumen

Tabel 3.4

Dimensi Indikator No. Kuisioner


Faktor Ekstrinsik Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan biologis 1 10
Kebutuhan bersosialisasi
dengan sesame
Faktor Intrinsik Keinginan dihargai
Keinginan diakui 11 20
Keinginan dipuji
Keinginan berprestasi

3. Variabel Kompensasi (X2)


a. Definisi Koseptual
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai

balas jasa untuk kerja sendiri. Kompensasi dapat diberikan dalam berbagai

macam bentuk, seperti : dalam bentuk pemberian uang, pemberian

material dan fasilitas, dan dalam bentuk pemberian kesempatan berkarir.

(Singodimejo dalam Sutrisno, 2015, h. 183).


b. Definisi Operasional
Pemberian kompensasi yang layak dan adil merupakan kata kunci dalam

upaya mendekati pemberian upah yang layak dan adil tersebut. Hal yang

paling sulit dilakukan adalah bagaimana cam memberikan kompensasi

yang layak dan adil kepada pegawai.


c. Kisi kisi Instrumen

Tabel 3.5

No Dimensi Indikator No. Kuisioner


.
1. Gaji - Kewajaran
- Kelayakan 17
- Ketepatan
- Penerimaan
- Pendidikan
- Metode Pembayaran
2. Insentif - Pemenuhan Kebutuhan
- Ketepatan dan kelayakan 8 16

- Tingkat rangsangan
- Kelayakan besar
3. Tunjangan
tunjangan
17 20
- Kesesuaian dengan
jabatan
- Tingkat manfaat

4. Variabel Budaya Organisasi (X3)


a. Definisi Konseptual
Budaya Organisasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah merupakan

suatu nilai-nilai, norma-norma, keyakinan, kebiasaan atau yang biasanya

dipathi oleh anggota masyarakat, anggota organisasi atau anggota instansi

dimana ia berada.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional yaitu suatu fenomena untuk menjelaskan secara tepat.

Adapun dimensi dan indikatomya berupa strategi, keterampilan dan nilai

kebersamaan.
c. Kisi - kisi Instrumen

Tabel 3.6

No Dimensi Indikator No. Kuisioner


.
1. Strategi Pikiran Norma-norma 17

2. Keterampilan Kebiasaan Tindakan 8 15

3. Nilai Kebersamaan Budi pekerti Toleransi 16 20

E. Instrumen Penelitian
Salah sate persoalan yang penting dalam suatu penelitian adalah

perlunya pengetesan apakah suatu instrument (alat ukur) dalam pengambilan


data untuk penelitian ini Valid dan Reliabel. Instrumen pengambilan data bisa

berupa item pertanyaan (kuesioner), wawancara dan lain-lain. Dalam

penelitian-penelitian cukup banyak menggunakan intrumen (item pertanyaan)

guna pengambilan data. Oleh karenanya, sebelum instrument itu digunakan,

maka terlebih dahulu harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Tujuannya

adalah agar data yang diambil valid, yakni benar-benar mengukur apa yang

hendak diukur. Kemudian instrument itu hams reliable, artinya "konstan"

didalam pengambilan data.


Untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan motivasi,

kompensasi, dan budaya organisasi serta lcinerja, digunakan instrument

berupa kuesioner dengan pengukuran menggunakan skala likert yang

mempunyai lima tingkatan yang merupakan skala jenis ordinal dengan

perkiraan nilai jawaban pada setiap pertanyaan yang diajukan kepada

responden. Dengan menggunakan 5 instrumen yang kemudian dikembangkan

menjadi beberapa pertanyaan atau parameter yang akan diukur. Sangat Setuju

(SS) = 5, Setuju (S) = 4, Ragu-ragu (RR) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2 dan

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1. Selanjutnya dari kuesioner-kuesioner tersebut

akan dilakukan uji validasi dan reliabilitas :


1. Uji Validitas
Secara umum dapat diartikan bahwa sebuah test (instrument) dikatakan

valid jika test tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Berarti akan

dilakukan uji validitas yang banyak digunakan claim analisis data, yakni

pengujian validitas terhadap item (pertanyaan). Pengertian secara umum

mengenai validitas item ialah bahwa sebuah item (pertanyaan) dapat dikatakan

valid jika mempunyai dukungan yang kuat terhadap skor total. Dengan kata
lain, sebuah item pertanyaan dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika

terdapat skor kesejajaran (korelasi yang tinggi) terhadap skor total item.
Menurut Sugiyono (2011, h.124) validitas menunjukkan sejauh mana

alat dapat mengukur sesuatu yang ingin diukur, jika peneliti kuesiner dalam

pengumpulan data, kuesioner yang telah disusun harus dapat mengukur apa

yang ingin diukur. Setelah kuesioner disusun dan di uji validitasnya, didalam

prakteknya belum tentu data yang dikumpukan adalah data yang valid. Uji

validitas dapat diakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap butir dengan

skor total yang merupakan jumlah tiap skor pertanyaan yang dijawab oleh

responden. Sebelum kuesioner digunakan untuk dua jenis validitas

mengumpulkan data, terlebih dahulu diuji validitasnya dengan menggunakan

rumus teknik korelasi item total product moment. Skor setiap pertanyaan yang

diuji validitasnya dikorelasikan dengan skor total seluruh item. Kriteria

pengujian instrument dinyatakan valid jika r hitting > r table

Jika hasi pengujian terasa item instrument tidak valid, maka pertanyaan di drop

( dibuang atau tidak diakai ) untuk alat pengumpuan data penelitian.

2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas adalah berkaitan dengan dugaan masalah adanya

kepercayaan terhadap alat test (instrument) (Sulbahri dan Kamsrin , 2013, h.

52). Suatu instrument dapat memilki tingkat kepercayaan yang tinggi jika hasil

dan pengujian" test/instrument tersebut menunjukkan hasil yang tetap. Dengan

demikian masalah reliabilitas test/instrument berhubungan dengan masalah

ketetapan hasil. Atau kalaupun terjadi perubahan hasil test/instrument, namun

perubahan tersebut dianggap tidak berarti.


Menurut Sugiyono (2011, h.125), bila alat ukur valid selanjutnya

reliabilitas alat ukur tersebut di uji reliabilitas adalah suatu nilai yang

menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang

sama. Instrumen di nyatakan reliabel bila Cronch Alpa > 0,05. Makin kecil

kesalahan pengukuran, makin reliable alat pengukur dan sebaliknya. Berapa

kesalahan pengukuran dapat diketahui dan nilai korelasi atara pengukuran

pertama, kedua dan ketiga. Bila nilai korelasi dikuadratkan maka hasilnya

disebut koefesien determinasi (coefficient of determination) yang

menampakkan petunjuk besar kecil hasil pengukuran yang sebenarnya.

Semakin tinggi angka korelasi maka semakin besar nilai koefesien determinasi

dan semakin rendah kesalahan pengukuran.


F. Teknik Analisis Data
1. Uji Persyaratan Analisis
Sebelum dilakukan analisis statistic deskriptif dan inferensial selanjutnya

pengujian persyaratan analitis, berupaya uji normalitas, uji homogenitas

dan uji linieritns sebagai berikut :


a. Uji Normalitas
Uji normalitas dipergunakan untuk melihat apakah sebaran data

hasil penelitian terdistribusi secara normal atau tidak. Pengujian

dilakukan terhadap semua item pertanyaan yang dinyatakan valid dan

reliable. Alat bantu analisis ini adalah pengujian statistika non

parametric : uji one sample Kolmogorov Sminornov. Suatu sebaran

data dikatakan normal apabila nilai hasil perhitungan Kolmogorof

Smirnov Z positif.
Untuk melakukan uji normalitas distribusi data, penulis

menggunakan uji Kolmogorof Smirnov dari program SPSS. Normalitas


distribusi data dihitung dengan cara membandingkan nilai Asymtotic

Significance yang diperoleh dengan nilai a = 0,05. Apabila Asymp Sis

> a = 0,05 maka dinyatakan normal.


b. Uji Homogenitas
Pengujian ini dilakukan untuk mencari keseragaman data dari

varian. Hal ini dapat dilihat dari signifikansi yang lebih besar dari

angka 0,05 dan angka Levene Statistic yang diperoleh. Sebagai salah

satu persyaratan untuk melakukan analisis data dengan menggunakan

analisis regresi, data perlu diuji homogenitasnya. Uji homogenitas

perlu memastikan apakah dath tersebut berasal dan populasi yang

homogeny. Pengujian homogenitas pada penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan Uji Cquere dengan menetapkan signifikansi 5%

(a = 0,05). Interpretasi homogenitas data dihitung berclasarkan

Asymtotic Significance yang diperoleh. Jika Asymp Sig > a = 0,05

maka data dinyatakan homogeny.


c. Uji Linieritas
Untuk mengetahui apakah dua variable mempunyai hubungan

yang linier atau tidak. Uji ini digunakan sebagai prasyarat dalam

analisis regresi Linier dan Korelasi. Dua variable dikatakan

mempunyai hubungan yang linier apabila signifikansi (linierity)

kurang dari 0,05.


Uji ini dipergunakan untuk mengetahui apakah regresi yang

dieroleh "berarti" apabia dipergunakan utuk membuat kesimpulan

antar variable yang sedang dianalisis, pengujian lineritas variable

bebas dengan variable terikat dilakukan dengan menggunakan One

Way Anova program SPSS. Pengujian linieritas menggunakan tariff


signifikansi 5% (alpha = 005). Interpretasi data dilakukan dengan

ketentuan jika F hitung > F table, maka variable bebas dengan variabel

terikat tersebut mempunyai hubungan yang linier.


d. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan situasi dimana terjadi korelasi

berganda yang sangat tinggi, jika salah satu dari variabel-variabel

bebas beregresi terhadap variabel bebas yang lain. Multikolinieritas

memiliki arti adanya korelasi diatara dua atau lebih variable bebas.

Berarti jika diantara variabel yang digunakan sama sekali tidak

berkorelasi antara satu dengan yang lain atau berkorelasi tetapi

tidak lebih tinggi dari r, maka bias dikatakan tidak terjadi

multikolinieritas. Uji asumsi multikolinieritas ini dilakukan dengan

cam menghitung nilai Variance Inflating Factor (VIF), apabila VIF

lebih kecil dari 5 maka berarti tidak terjadi multikolinieritas

(Santoso, 2009). Sementara itu dalam referensi lain disebutkan

nilai kritik untuk nilai VIF adalah 10.


2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual

satu pengamatan ke pengamatan yang lain, jika varians dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas .

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak

terjadi heteroskedastisitas. Uji ini dilakukan dengan menggunakan

uji Glejer, yang dilakukan dengan meregresikan nilai absolut


residual yang diperoleh dari model regresi sebagai variable

dependen terhadap variable independen dalam model regresi.

Apabila nilai koefesien regresi dari masing-masing variable bebas

dalam model regresi ini tidak signifikan secara statistic, maka

dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Analisis Statistik Deskriptif


Variabel penelitian terdiri dari satu variable terikat (Y) dan dua variable

bebas (XI, X2, dan X3). Variabel terikat (Y) adalah Kinerja Bidan ini

diskripsi tentang variable terikat (Kinerja) Bidan dan variabel bebas

(Motivasi, Kompensasi dan Budaya Organisasi) berdasarkan data yang

dikumpulkan skor rendah, nilai melalui instrument penelitian maka dapat

dilihat secara terperinci secara berturutturut nilai skor rendah, nilai skor

tertinggi, nilai rata-rata, simpangan baku, median dan modusnya pada

tabel Distribusi Frekuensi.


Statistik deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan

berbagai karateristik data selain penyajian tabel dan grafik untuk

mengetahui deskripsi data diperlukan ukuran yang lebih eksak. Dua

ukuran penting yang sering dipakai dalam pengambilan keputusan adalah :


Mencari central tendency (kecenderungan terpusat) seperti mean,

median dan modus.


Mencari ukuran dispersion seperti range, standar deviasi dan varians.

Selain kedua ukuran diatas, ukuran lain yang bias dipakai adalah skewness

dan kurtosis untuk mengetahui kemiringan data. Untuk bentuk grafik,

dianjurkan menggunakan histogram dengan kurva normalnya.


3. Analisis Butir Instrumen
Setelah diakukan tabulasi terhadap setiap butir pertanyaan pada

setiap variable yang ditelti, maka dilakukan analisis butir pertanyaan.

Dengan dilakukannya analisis butir pertanyaan maka dapat diketahui

dimensi dan indikator mana yang masih lemah dari setiap instrument

variable yang diteliti dan dapat dijadikan saran perbaikan.


4. Analisis Statistik Inferensial
a. Regresi Linier Berganda
Pengaruh Motivasi, Kompensasi dan Budaya Organisasi terhadap

Kinerja.

Persamaannya adalah : Y= a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e

Y Variabel Kinerja

a Konstanta

X1 Variabel Motivasi

X2 Variabel Kompensasi

X3 Variabel Budaya Organisasi

b1, b2, b3 : Koefesien regresi

e : Residu

b. Koefesien Korelasi
Pada kasus diatas, untuk mengetahui keeratan hubungan antara

motivasi, kompensasi dan budaya organisasi dengan kinerja digunakan

besaran yang akan dianalisis adalah korelasi (r). Korelasi adalah salah satu

teknik statistic yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua

variable atau lebih. Dalam hal ini ditentukan variable mana yang

mempengaruhi variabel lainnya. Nilai koefisien berkisar antara -1 dan 1.

Semakin mendekati satu nilai absolute koefisien korelasi maka hubungan


antara variable tersebut semakin kuat sedangkan semakin kecil (mendekati

nol) nilai absolute koefisien korelasi maka pengaruh antara variabel

tersebut semakin lemah. Tanda positif atau negative menunjukkan arah

hubungan.
Kuat dan lemahnya korelasi antara variabel tidak ada ukuran yang pasti,

menurut Young (Lutfiah, 2015, h. 58) ukuran koreasi diterjemahkan

sebagai berikut :
1. 0,70 1,00 (baik positif atau minus) menunjukkan adanya derajat

asosiasi yang tinggi.


2. 0,40 - < 0,70 (baik postif atau minus) menunjukkan hubungan yang

substansial.
3. 0,20 0,40 (baik positif atau minus) menunjukkan adanya korelasi yang

rendah.
4. < 0,20 (baik positif atau minus) korelasi dapat diabaikan.

c. Koefesien Determinasi
Koefesien determinasi, gunanya untuk mengukur berapa bagian

dari total keragaman dalam variabel dependen (Y) yang dapat

dijelaskan oleh beragamnya nilai-nilai yang diberikan setiap variabel

independen (X) dalam model regresi.


Untuk mengambil seberapa jauh variabel bebas dapat

menjelaskan variabel terikat maka perlu diketahui nilai koefisien

determinasi atau penentuan R2. Nilai R2 ini berkisar antara 0 1,

semakin mendekati 1 nilai R2 tersebut berarti semakin besar variable

independent (X) mampu menerangkan variable dependent (Y), analisis

terhadap nilai R-squere (R2) ini digunakan untuk mengetahui sejauh

mana variable bebas (X1 dan X2) dapat menerangkan hubungan

perubahan variable teriat (Y). Sifat-sifat R-squere sangat dipengaruhi,


oleh banyak variable bebas dimana semakin banyak variable bebas

semakin besar niai R-squere.


G. Uji Hipotesis Statistik
1. Uji secara simultan, digunakan uji F yaitu :
a. Formulasi Ho dan H1
Ho : b1. b2. b3 = 0, artinya tidak ada pengaruh Motivasi,

Kompensasi dan Budaya Organisasi secara bersama ;sama terhadap

Kinerja guru SMPN 27 Palembang


H1 : b1, b2, b3 0, artinya terdapat pengaruh Motivasi, Kompensasi

dan Budaya Organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja

Guru SMPN 27 Palembang.


b. Level of significance = 0,05
c. Kriteria Pengujian :
Terima Ho, jika sig.F > 0,05
Tolak Ho, jika sig.F < 0,05
d. Kesimpulan : menerima atau menolak Ho
2. Uji secara Parsial, digunakan uji t
1. Formulasi Ho dan Hi
a. Ho : b1 = 0, artinya tidak ada pen aruh Mptivasi terhadap kinerja
Guru SMPN 27 Palembang
b. H1 : b1 0, artinya terdapat pengaruh Motivasi terhadap kinerja
Guru SMPN 27 Palembang
Ho : b2 = 0, artinya tidak ada pengaruh kompensasi terhadap

kinerja Guru SMPN 27 Palembang


c. H1 : b2 0, artinya terdapat pengaruh kompensasi terhadap kinerja

Guru SMPN 27 Palembang


d. Ho : b3 = 0, artinya tidak ada pengaruh budaya organisasi terhadap

Guru SMPN 27 Palembang


e. Ho : b3 0, artinya terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap

Guru SMPN 27 Palembang


f. H0 : b3 # 0, artinya terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap

Guru SMPN 27 Palembang


2. Level of Significance = 0,05
3. Kriteria pengujian :
Terima Ho jika sig.t > 0.05
Terima Ho jika sig.t < 0,05
Kesimpulan : menerima atau menolak Ho

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN INTERPRETASI

Sesuai dengan tujuan penelitian, dalam bab ini akan dianalisis secara

berurutan tentang hasil penelitian dalam bentuk deskripsi data darl masing-masing

variabel. Uji instrumen penelitian yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas.

Uji persyaratan analisis, meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji linieritas dan

uji asumsi klasik yang terdiri dan uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.

Analisis statistik deskriptif, analisis statistik inferensial serta pengujian hipotesis

yang menguji pengaruh Motivasi, Kompensasi dan Budaya Organisasi terhadap

Kinerja Bidan PHL (Pegawai Harian Lepas) di Puskesmas Pasar Prabumulih, baik

secara parsial maupun secara simultan. Pembahasan hasil penelitian yang telah
diolah dengan program SPSS versi 17.00 serta mencoba memberikan kesimpulan

dari hasil tersebut.

Bersarkan pengolahan data tentang variabel bebas (motivasi, kompensasi

dan budaya organisasi) serta variabel terikat (kinerja) Bidan PHL (Pegawai Harian

Lepas) di Puskesmas Pasar Prabumulih didapat hasil sebagai berikut :

A. Uji Instrumen Penelitian


Dalam pengujian instrument penelitian, yang terdiri dan uji validitas dan uji

reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Uji Validitas
a. Uji Validitas Variabel Kinerja
Berdasarkan data yang terkumpul dari 45 responden penelitian,

hasil uji validitas dari 20 item pertanyaan untuk mengukur variable

kinerja (Y) yang diteliti adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja (Y)
No. Pernyataan Korelasi Keterangan
1 Item 1 0,501** Valid
2 Item 2 0,325* Valid
3 Item 3 0,545** Valid
4 Item 4 0,523** Valid
5 Item 5 0,587** Valid
6 Item 6 0,646** Valid
7 Item 7 0,522** Valid
8 Item 8 0,516** Valid
9 Item 9 0,527** Valid
10 Item 1 0 0,532** Valid
11 Item 11 0,359* Valid
12 Item 12 0,567** Valid
13 Item 13 0,397** Valid
14 item 14 0,441** Valid
15 Item 15 0,673** Valid
16 Item 16 0,693** Valid
17 Item 17 0,574** Valid
18 Item 18 0,495** Valid
19 Item 19 0,530** Valid
20 Item 2 0,523** Valid
Sumber : Data diolah peneliti dengan program SPSS 17.00

Dan 20 pernyataan yang diajukan ke 45 orang responden, untuk variabel kineija

ternyata semua pernyataan valid , karena semua item menunjukkan korelasi diatas

0,294 sehingga semua pernyataan yang ada bisa untuk

b. Uji Validasi Variabel Motivasi (X1)


Hasil uji validitas untuk variabel motivasi (X1) dari 20 pernyataan

pada 45 responden yang diteliti adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi (Xi)
No. Pernyataan Korelasi Keterangan
1 Item 1 0,232 Tidak Valid
2 Item 2 0,296* Valid
3 Item 3 0,672** Valid
4 Item 4 0,733** Valid
5 Item 5 0,675** Valid
6 Item 6 0,520** Valid
7 Item 7 0,555** Valid
8 Item 8 0,609** Valid
9 Item 9 0,561** Valid
10 Item 10 0,645** Valid
11 Item 11 0,629** Valid
12 Item 12 0,691** Valid
13 Item 13 0,568** Valid
14 Item 14 0,594** Valid
15 Item 15 0,609** Valid
16 Item 16 0,727** Valid
17 Item 17 0,507** Valid
18 Item 18 0,804** Valid
19 Item 19 0,671** Valid
20 Item 20 0,576** Valid
Sumber : Data diolah peneliti dengan program SPSS 17.00

Dari tabel diatas bisa dilihat hasil uji validitas yang dilakukan pada variabel

motivasi (X1), dari 20 pernyataan ada 1 yang tidak valid, karena korelasinya

dibawah 0,294 yaitu pernyataan 1 sehingga hams dikeluarkan. Jadi tingeal 19

pernyataan lagi yang bisa digunakan untuk data penelitian.

c. Uji Validitas Variabel Kompensasi (X2)


Perhitungan dalam uji validitas terhadap variabel kompensasi (X 2)

yang dilakukan pada 45 responden adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Variabel Kompensasi
No. Pernyataan Korelasi Keterangan
1 Item 1 0,515* Valid
2 Item 2 0,923** Valid
3 Item 3 0,931** Valid
4 Item 4 0,741** Valid
5 Item 5 0,811** Valid
6 Item 6 0,803** Valid
7 Item 7 0,701** Valid
8 Item 8 0,523** Valid
9 Item 9 0,570** Valid
10 Item 10 0,560** Valid
11 Item 11 0,689** Valid
12 Item 12 0,737** Valid
13 Item 13 0,807** Valid
14 Item 14 0,780** Valid
15 Item 15 0,840** Valid
16 Item 16 0,536** Valid
17 Item 17 0,878** Valid
18 Item 18 0,854** Valid
19 Item 19 0,665** Valid
20 Item 2 0,561** Valid
Sumber : Data diolah peneliti dengan program SPSS 17.00

Hasil uji validitas yang dilakukan untuk variabel kompensasi (X 2) terhadap 45

responden. dari 20 pernyataan semuanya valid karena korelasinya menunjukkan

angka diatas sebesar 0,294. Sehingga semua item pernyataan tersebut bisa

digunakan untuk data penelitian.

d. Uji Validitas Variabel Budaya Organisasi (X3)

Data yang diperoleh dari 45 responden uji coba untuk variabel

budaya organisasi (X3) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Variabel Budaya Organisasi
No Pernyataan Korelasi Keterangan
1 Item 1 0,775** Valid
2 Item 2 0,298* Valid
3 Item 3 0,294* Valid
4 Item 4 0,646** Valid
5 Item 5 0,759** Valid
6 Item 6 0,689** Valid
7 Item 7 0,850** Valid
8 Item 8 0,872** Valid
9 Item 9 0,341** Valid
10 Item 10 0,420** Valid
11 Item 11 0,676** Valid
12 Item 12 0,771** Valid
13 Item 13 0,823** Valid
14 Item 14 0,707** Valid
15 Item 15 0,743** Valid
16 Item 16 0,844** Valid
17 Item 17 0,839** Valid
18 Item 18 0,854** Valid
19 Item 19 0,849** Valid
20 Item 20 0,729** Valid
Sumber : Data diolah peneliti dengan SPSS 17.00

Hasil uji validitas yang dilakukan untuk variabel budaya organisasi (X3),

dari 20 item pernyataan ternyata semuanya valid karena semua hutir

korelasi menunjukkan angka diatas 0,294. Sehingga semua pernyataan

tersebut bisa untuk digunakan sebagai data penelitian.

2. Uji Reliabilitas
Reabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrument tersebut sudah baik (Arikunto, 2011, h. 223).


Uji reabilitas sama halnya dengan uji validitas, namun uji reabilitas

menggunakan metode cronbach alpha pada program SPSS 17.00. Dengan

jumlah sampel 45 orang bidan phl yang diukur berdasarkan skala alpha 0

sampai dengan 1_ instrument dikatakan reliable jika hasil uji reliabilitas nya

lebih dari 0.294. Uji reliabilitas ini juga dikatakan reliable jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan kuesioner tersebut konsisten dari waktu ke

waktu atau jika kuesioner tersebut dicohakan secara berulang-ulang akan

menghasilkan data yang sama. Seperti uji validitas sebelumnya, peneliti juga

langsung melakukan penyebaran kuesioner kepada 45 responden sebagai

sampel penelitian.
a. Uji Reliabilitas Variabel Kinerja (Y)
Untuk uji reliabilitas ini pada variabel kinerja (Y) ini, telah dilakukan

pengisian kuesioner oleh 45 orang responden dengan menjawab 20


pernyataan yang valid. Ke 20 pernyataan tersebut dijadikan sebagai indikator

terhadap variabel Kinerja (Y).

64

Tabe14.5

Uji Reliabilitas Variabel Kinerja (Y)

Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.843 .863 20
Dari analisa diatas menunjukkan bahwa nilai cronbach alpha sebesar 0,843 dan

dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrument penelitian tersebut sangat reliable.

b. Uji Reliabilitas Variabel Motivasi (X1)


Untuk menguji reliabilitas pada variabel motivasi (Xi) yang telah

dilakukan pada 45 responden dengan menjawab 19 pernyataan yang valid

dan pernyataan tersebut dijadikan indikator terhadap variabel motivasi

(X1).

label 4.6

Uji Reliabilitas Variabel Motivasi (X1)

Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.905 .909 19
Dan hasil analisis diatas didapat nilai cronbach alpha sebesar 0.905, dan dapat

disimpulkan bahwa variabel motivasi (X1) lolos uji reliabilitas dan dinyatakan

sangat valid.

c. Uji Reliabilitas Variabel Kompensasi (X2)


Dari uji coba reliabilitas yang dilakukan untuk instrument variabel

kompensasi (X2), didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 4.7

Uji Reliabilitas Variabel Kompensasi (X2)

Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.952 .952 20

Dari hasil analisis diatas, didapat nilai cronbach alpha sebesar 0,952 dan

dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen penelitian tersebut

dinyatakan sangat reliabel.

d. Uji Reliabilitas Variabel Budaya Organisasi (X3)


Dari 45 responden penelitian dengan menjawab 19 pernyataan yang valid

didapat hasil sebaaai berikut :

Tabel 4.8

Uji Reliabilitas Variabel Budaya Organisasi (X3)

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.843 .863 20

Dari hasil analisa diatas, didapat nilai cronbach alpha sebesar 0,938 yang artinya

bahwa butir-butir instrumen tersebut sangat reliabel.

B. Uji Persyaratan Analisis


Sebelum dilakukan analisis statistik deskriptif dan inferensial, peneliti

melakukan pengujian persyaratan analisi berupa uji normalitas,uji

homogenitas dan uji linieritas.


1. Uji Normalitas
Uji normalitas dipergunakan untuk melihat apakah sebaran data hasil

penelitian terdistribusi secara normal atau tidak. Pengujian dilakukan terhadap

semua item yang sudah dinyatakan valid dan reliable pada 45 orang responden

sebagai sampel dalam penelitian ini. Alat Bantu analisis ini adalah pengujian

statistika non parametrik : uji One Sample Kolmogorof Smirnof . Hasil

pengujian dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.9

Hasil Analisis Uji Normalitas

BUDAYA
MOT1VASI KOMPENSA
ORGAN ISAS I
KINERJA(Y) (X1) SI (X2)
(X3)
N 45 45 45 45
Normal Parameters' o' Mean 84.00 73.78 63.98 84.51
Std. Deflation 5.673 9.475 16.074 8.771
Most Extreme Differences .Absolute .100 .166 .153 .151
Positive .100 .061 .153 .122
Negative -.078 -.166 -.085 -.151
Kolmogorov-SmimovZ .672 1.117 1.028 1.011
Asymp. Sig. (2-tailed) .757 .165 .241 .258

Test distribution is Normal.


Calculated from data.
Dari pengolahan data diatas bisa dilihat bahwa sebaran data hasil penelitian

variabel didapat nilai Asymp. Sig (2-tailed) untuk variabel kinerja (Y) sebesar

0,757, untuk variabel motivasi (X1) sebesar 0,165, untuk variabel kompensasi (X 2)

sebesar 0,241 dan untuk variabel budaya organisasi (X 3) sebesar 0.258. Nilai

Asymp. Sig (2-tailed) keempat variabel menunjukkan angka yang lebih besar dari

a =0,05, maka dapat disimpulkan bahwa keempat variabel tersebut berdistribusi

normal.

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memastikan apakah data yang diambil

berasal dari populasi yang homogency.

Tabel 4.10
Uji Homogenitas Statistics

BU DAYA
KOMPENSASI ORGANISASI
KINERJA (Y) MOTIVASI (X1) (X2) (X3)
Chi-Square 18.844a 26.044b 14.333c 19.444d
df 16 22 29 19
Asymp. Sig. .277 .250 .990 .429
17 cells (100.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected
cell frequency is 2.6.
23 cells (100.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected
cell frequency is 2.0.
30 cells (100.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected
cell frequency is 1.5.
20 cells (100.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected
cell frequency is 2.3.

Kriteria pengujian adalah menerima Ho apabila tingkat signifikan

lebih besar dari nilai alpha dan Ho ditolak jika Asymp.Sig lebih kecil

daripada nilai alpha. 1-10 menyatakan sebaran data homogen, sedangkan

taraf signifikan yang digunakan sebagai dasar penolakan atau penerimaan


keputusan dengan homogency atau tidaknya sebaran data adalah dengan

taraf a = 0,05.

Dan hasil uji homogenitas didapat nilai Asymp.Sig untuk variabel

kinerja (Y) sebesar 0,277, untuk variabel motivasi (X!) sebesar 0,250.

untuk variabel kompensasi (X2) sebesar 0,990, dan untuk variabel budaya

organisasi (X3) sebesar 0,429. Nilai Asymp.Sig keempat variabel

menunjukkan angka yang lebih besar dan alpha = 0,05. Maka dapat

disimpulkan bahwa data variabel kinerja, motivasi, kompensasi dan

budaya organisasi adalah homogen. Dengan demikian pengujian hipotesis

yang menggunakan analisis korelasi dan regresi dapat dilakukan.

3. Uji Linieritas
Uji linieritas variabel bebas dengan variabel terikat dilakukan dengan

menggunkan One Way Anova program SPSS dengan tarafsignifikan 5% (a =

0,05).
a. Uji Linieritas antara variabel motivasi (X1) dengan kinerja (Y)
Uji linieritas variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan

One Way Anova program SPSS dengan taraf signifikan 5% (a=0,05).

Tabel 4.11
Hasil Uji Linieritas Motivasi (X)) dengan Kinerja (Y)bie
Sum of Mean
Squares dr Square F Siq

KINERJA (Y) ' MOTIVASI Between Groups (Combined) 779.792 22 35.445 1226 319

(X1) Linearty 403.883 I 403.863 13.566 001

Deviation from Linearity 375929 21 17.901 .619 .862

Within Groups 636208 22 28.919

Total 1416 000 44


Berdasarkan hasil perhitungan uji linieritas diatas, didapatkan nilai

sig pada baris Deviation from Linierity sebesar 0,862, ini herarti nilai yang

diperoleh lebih besar dari 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

hubungan variabel motivasi (XI) dengan Kinerja (Y) mempunyai model

regresi herbentuk linier.

b. Uji Linieritas antara variabel kompensasi (X2) dengan kinerja (Y)

Tabel 4.12
Hasil Uji Linieritas Kompensasi (X2) dengan Kinerja (Y)

Sum of
df Wan Square F Sig
Squares
KINERJA (Y) Between Groups (Combined) 969.000 29 33414 1.121 .420
Kompensasi Linearity 254.201 1 254.201 8.530 .011
Devation from Linearity 714.799 28 ,. 25.529 .857 .650
Wth in Groups 447.000 15 29.800
Total 1416 000 44

Berdasarkan perhitungan uji linieritas diatas, didapatkan nilai sig pada

baris deviation from linierity sehesar 0,650. Ini berarti nilai yang diperoleh lebih

besar dari 5%, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan variabel kompensasi

(X2) dengan kinerja (Y) mempunyai model regresi berbentuk linier.

c. Uji linieritas antara variabel budaya organisasi (X3) den gan kinerja

(Y)

Tabel 4.13
Hasil Uji Linieritas Budaya Organisasi (X3) dengan Kinerja (Y)
Sum of
Sig.
Squares df Mean Square F
KINERJA (Y) BUDAYABetween Groups (Combined) 859 800 19 45.253 2 034 048
ORGANISASI (X3)
355.487 1 355.487 15.978 .000
Linearity
DeWation from Linearity 504.313 18 28.017 1.259 292
VOtun Groups 556200 25 22248
Total 1416 000 44
Berdasarkan hasil perhitungan uji linierias diatas, didapat nilai sig

pada haris deviation of linierity sehesar 0,292. Ini herarti nilai yang

diperoleh lehih besar dari 5%, data disimpulkan bahwa hubungan variabel

budaya organisasi (X3) dengan kinerja (Y) mempunyai model regresi

berbentuk linier.

4. Uji Asumsi Klasik


Penggunaan teknik statistik analisis Regresi Linier Berganda adalah

untuk melihat bagaimana pengaruh variabel motivasi (X1). kompensasi

(X2). dan budaya organisasi (X3) terhadap kinerja (Y). Namun sebelum

dapat dilakukan analisis Regresi Linier Berganda terlebih dahulu harus

dipenuhi asumsi klasik, yaitu tidak terjadi multikolinieritas dan tidak terjadi

heteroskedastisitas. Oleh karena itu harus dilakukan terlebih dahulu uji

multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.


1. Uji multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan dengan data masing-masing

variabel bebas, untuk mengetahui apakah terdapat hubungan (korelasi)

yang signifikan antar variabel bebas. Pengujian multikolinieritas antar

variabel bebas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.00,

dengan melihat nilai tolerance. Jika nilai tolerance > 0.10 hisa disimpulkan

bahwa antar variabel bebas tidak terjadi multikolinieritas, jika nilai

tolerance > 10,00 bisa disimpulkan bahwa antar variabel bebas terjadi

multikolinieritas. Uji multikolinieritas ini juga hisa dilakukan dengan cara

menghitung nilai Variance Inflating Factor (VIF), apabila VIF lebih kecil

dan 5, maka berarti tidak terjadi multikolinieritas.


Berikut ini hasil dari uji multikolinieritas antar variabel-variabel

bebas yaitu motivasi (X1), kompensasi (X2) dan budaya organisasi (X3 :

Tabel 4.14
Hasil Uji Multikolinieritas variabel-variabel bebas

Standardtted
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearrly Statistics
Model B Std Error Beta t Sid Tolerance VIF
1 (Constant 52.357 7 117 7 357 000
MOTIVASI Q(1) 171 .099 285 1.722 043 565 1 771
KOMPENSASI ((2) 064 051 .181 1 249 022 734 1 362
BUDAYA ORGANISASI 177 098 274 1.798 039 667 1 498
Qc3)
a. Dependent Variable- KINERIA (Y)

Pada table diatas, diketahui bahwa nilai tolerance variabel motivasi (X ))

sehesar 0,565, kompensasi (X2) sehesar 0,734, dan hudaya organisasi (X 3) sebesar

0,667. Dan data tolerance setiap variabel menunjukkan nilai tolerance > 0,10. Dan

nilai VIF nya untuk variabel motivasi (X )) sebesar 1,771, variabel kompensasi (X)

sehesar 1,362 dan variabel hudaya organisasi (X 3) sehesar 1,498. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas.

2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah

variasi residual absolut sama atau tidak sama untuk penelitian. Pada

penelitian ini, uji heteroskedastisitas dideteksi dengan metode

spearman rank. Dari hasil pengujian, apabila koefesien signifikan (nilai

probabilitas) lebih besar dari alpha yang ditetapkan (5%), maka dapat

dinyatakan tidak terjadi heterokedastisitas, yang berarti menerima Ho.

Hasil uji heteroskedastisitas bisa dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.15
Hasil uji heteroskedastisitas
Ett/DAYA
KOMPENSASI ORGANISASI
mO11ASI On) 0(7) Q(3) awl aca ro3
Spearrnan's rho MOTIASI 00) Correlation Coefficient 1 000 574 49r 03/ 058 -197
Sig (2-tailed) 000 .001 807 707 185
N 45 45 45 45 45 45
KOMPENSASI 00) Correlation Coefficient 574- 1 000 365 276 068 - si r
Sig (2-tailed) 000 014 066 657 000
N 45 45 45 45 45 45
BUDAYA ORGANISASI Conolation Coefilcient 497'. 365' 1 000 - 355 - 332 - 031
Oa) e
Sig (2-tailed) 001 014 026 838
.016
N 45 45 45 45 45 45
axl Correlation Coefficient 037 276 - 356. 1 000 495 - 252
Sig. (2-tailed) 807 066 .016 001 064
N 45 45 45 45 45 45
=2 Correlation Coefficient 058 068 332. 495 1 000 - 063
Sig (2-tailed) .707 857 .026 .001 683
N 45 45 45 45 45 45
4,3 Correlation Coefficient -197 - 517 -.031 - 252 - 063 1 000
6,
9 (2-tailed) 195 000 838 094 683
N 45 45 45 45 45 45
Correlation Is signiecant Weal 0.01 level (2-tailed).
Correlation is significant gift 0.05 leoel (2-tailed)

Dan table diatas, perhitungan korelasi Spearman untuk motivasi (X 1)

sebesar 0,807, untuk kompensasi (X2) sebesar 0,657 dan untuk budaya organisasi

(X3) sebesar 0,838. Ini menunjukkan nilai probabilitas hubungan antara variabel

bebas dengan residual absolutnya jauh diatas taraf yang ditetapkan (5%). Oleh

karena itu, Ho yang dinyatakan tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan

residual absolutnya diterima. Hasil pengujian hipotesis ini dapat disimpulkan

bahwa data yang diperoleh tidak terjadi heteroskedastisitar.

Dan hasil uji asumsi klasik, maka variabel motivasi (X 1), kompensasi (X2)

dan hudaya organisasi (X3) bebas multikolinieritas dan bebas heteroskedastisitas

sehingga dapat digunakan dalam analisis regresi linier berganda.

C. Analisis Statistik Deskriptif


Pada bagian ini dideskripsikan data hasil yang diperoleh dilapangan, baik

data tentang variabel bebas maupun variabel terikat. Data tersebut diperoleh dari
hasil pengisian angket kuesioner yang disebarkan kepada 45 responden dengan

menggunakan instrument yang dihuat sendiri oleh peneliti. Adapun hasil dari

analisis deskripif pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.16

Hasil Analisis Statistik Deskriptif

BUDAYA
KOMPENSASI
ORGANISASI
KINERJA(Y) MOTIVASI (X1) (2)
N Valid 45 45 45 45
(M)
kissing 0 0 0 0
Mean 84.00 73.78 63.98 84.51
Std. Error of Mean .846 1.412 2.396 1.308
Median 83.00 77.00 60.00 83.00
Mode 85 77 56' 96
Std. Deviation 5.673 9.475 16.074 8.771
Variance 32.182 89.768 258.386 76.937
Skewness .510 -.580 .235 -.101
Std. Error of Skewness .354 .354 .354 .354
Kurtosis .823 .024 -.891 -1.047
Std. Error of Kurtosis .695 .695 .695 .695
Range 26 39 58 32
Minimum 72 50 37 65
Maximum 98 89 95 97
Sum 3780 3320 2879 3803
Percentiles 10 78.00 61.60 41.20 75.00
20 80.00 65.20 51.40 76.00
25 80.00 66.00 55.00 77.50
30 80.80 68.60 56.00 78.00
40 82.00 73.00 57.00 80.00
50 83.00 77.00 60.00 83.00
60 85.00 77.00 65.00 88.60
70 87.00 79.20 74.40 90.20
75 87.50 80.00 79.00 95.00
80 88.00 82.60 81.80 95.00
90 90.20 85.00 88.00 96.00

a. Multiple modes exist The smallest value is shown

Dari data yang terkumpul setelah diolah tentang kinerja bidan phl di

puskesmas pasar Prahumulih melalui instrument yang diherikan pada 45

responden, maka diperoleh skor terendah sebanvak 72 dan skor tertinggi 98.

Kemudian dan data yang terkumpul setelah diolah menghasilkan nilai rata-rata
(mean) sehesar 84.00 dengan standar error of mean 0.846. Median sehesar 83,00,

mode 85 dan standar deviation 5,673. Dari data tersebut menunjukkan bahwa rata-

rata hitung (mean), modus dan median yang tidak jauh berbeda. Hal ini

menggambarkan bahwa distrihusi frekuensi variabel kinerja, seharan datanya

cenderung berdistribusi normal.

Untuk lebih terperinci, berikut ini disajikan tabel dan deskriptifnya dari variabel-

variahel tersebut :

a. Deskripsi Variabel Kinerja (X1)


Hasil analisis jawahan yang diberikan pada 45 orang responden yang

menjadi sampel penelitian, diperoleh data statistik deskriptif mengenai kinerja

bidan phl sebagai berikut :

Tahel 4.17

Hasil Analisis Distribusi Frekuensi Data Variabel Kinerja Y

Cumulative
Frequency Percent Vand Percent Percent
Valid 72 1 2.2 22 22
73 1 22 2.2 44
75 1 22 2.2 6.7
78 2 4.4 4.4 11.1
79 3 67 67 17.8
80 5 11.1 11.1 289
81 2 4.4 4.4 33.3
82 5 11.1 11.1 44.4
83 3 6.7 6.7 51.1
85 7 15.6 15.6 66.7
86 1 2.2 2.2 68.9
87 3 6.7 6.7 75.6
88 4 89 89 84.4
89 3 6.7 6.7 91 1
92 1 2.2 2.2 93.3
97 1 22 22 95.6
98 2 4.4 44 100 0
Total 45 100 0 100.0

Dan untuk melihat dalam bentuk frekuensi histogram dapat dilihat gambar

herikut:

Gambar 4.1

Histogram Variabel Kinerja


b. Deskripsi Variabel Motivasi (X1)
Hasil pengolahan data tentang variabel motivasi yang diperoleh melalui

instrument yang diberikan pada 45 responden sebanyak 19 butir pernyataan.

temyata hasilnya menunjukkan skor terendah 50 dan skor tertinggi 89. Data

terkumpul setelah diolah maka menghasilkan rata-rata (mean) sebesar 73,7X

dengan standar of mean 1,412. Median sebesar 77,0 dan modus 77 serta standar

deviation sebesar 9,475. Data tertersebut menunjukkan bahwa rata-rata (mean),

median dan modus yang tidak jauh herheda. Hal ini menggamharkan distrihusi

frekuensi variabel motivas (X1) sebaran datanya cenderung berdistribusi normal.

Untuk mengetahui deskriptif data variabel motivasi (X1) dapat dilihat pada tabel

herikut ini :

Tabel 4.18

Flasil Analisis Distribusi Frekuensi Data Variabel Motivasi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent

Valid 50 2 4.4 4.4 4.4

61 2 4.4 4.4 8.9

62 1 2.2 2.2 11.1

63 3 6.7 6.7 17.8

65 1 2.2 2.2 20.0

66 3 6.7 6.7 26.7

67 1 2.2 2.2 28.9

69 2 4.4 4.4 33.3

70 1 2.2 2.2 35.6

71 1 2.2 2.2 37.8

73 2 4.4 4.4 42.2

74 1 2.2 2.2 44.4

75 1 2.2 2.2 46.7

77 8 17.8 17.8 64.4

78 2 4.4 4.4 68.9

79 1 2.2 2.2 71.1

80 3 6.7 6.7 77.8

81 1 2.2 2.2 80.0

83 1 2.2 2.2 82.2

84 3 6.7 6.7 88.9

85 2 4.4 4.4 93.3

88 1 2.2 2.2 95.6

89 2 4.4 4.4 100.0

Total _ 45 100.0 100.0

Dan untuk melihat dalam bentuk frekuensi histogram dapat dilihat gambar

berikut:

Gambar 4.2

Histogram Variabel Motivasi


MOTIVASI (X1)

c. Deskripsi Variabel Kompensasi (X2)


Dari hasil pengolahan data tentang kompensasi yang diberikan pada 45

orang responden sebanyak 20 pernyataan, maka basil nya menunjukkan bahwa

skor terendah 37 dan skor tertinggi 95. Data yang terkumpul tersebut setelah

diolah maka menghasilkan rata-rata (mean) sebesar 63,98 dengan standar error of

mean sebesar 2,396. Median sebesar 60,00 dan modus sebesar 56 serta standar

deviasi nya sebesar 16,074. Hal ini menggambarkan bahwa distribusi variabel

kompensasi seharan datanya cenderung herdistrihusi normal.

Untuk mengetahui distribusi frekuensi data variabel kompensasi dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.19

Hasil Analisis Distribusi Frekuensi Data Variabel Kompensasi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 37 1 2.2 2.2 2.2
38 1 2.2 2.2 4.4
39 1 2.2 2.2 6.7
40 1 2.2 2.2 8.9
42 1 2.2 2.2 11.1
44 2 4.4 4.4 15.6
50 1 2.2 2.2 17.8
51 1 2.2 2.2 20.0
53 1 2.2 2.2 22.2
55 2 4.4 4.4 26.7
56 4 8.9 8.9 35.6
57 3 6.7 6.7 42.2
58 2 4.4 4.4 46.7
60 4 8.9 8.9 55.6
62 1 2.2 2.2 57.8
65 2 4.4 4.4 62.2
69 2 4.4 4.4 66.7
72 1 2.2 2.2 68.9
74 1 2.2 2.2 71.1
76 1 2.2 2.2 73.3
78 1 2.2 2.2 75.6
80 1 2.2 2.2 77.8
81 1 2.2 2.2 80.0
82 1 2.2 2.2 82.2
84 2 4.4 4.4 86.7
86 1 2.2 2.2 88.9
88 2 4.4 4.4 93.3
89 1 2.2 2.2 95.6
93 1 2.2 2.2 97.8
95 1 2.2 2.2 100.0
Total _ 45 100.0 100.0

Sedangkan untuk melihat dalam bentuk frekuensi histogram dapat dilihat pada

gambar berikut :

Gambar 4.3

Histogram Variabel Kompensasi


d. Distribusi Frekuensi Variabel Budaya Organisasi (X3)
Dari hasil pengolahan data tentang variabel budaya organisasi (X3), maka

hasil penelitian menunjukkan skor terendah sebesar 65 dan skor tertinggi sebesar

97. Data yang terkumpul tersebut diolah dan menghasilkan nilai rata-rata (mean)

sebesar 84,51 dengan standar error of mean sebesar 1,308. Nilai median sebesar

83.00 dan nilai modus sebar 96 serta standar deviasi sebesar 96. Data tersebut

menunjukkan bahwa rata-rata yang tidak terlalu jauh berbeda, hal ini

menggambarkan bahwa distribusi variabel budaya organisasi sebaran datanya

cenderung herdistrihusi normal.

Untuk mengetahui distribusi frekuensi data budaya organisasi tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.20

Hasil Analisis Distribusi Frekuensi Data Variabel Budaya Organisasi


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 65 1 2.2 2.2 2.2
68 1 2.2 2.2 4.4
72 1 2.2 2.2 6.7
75 2 4.4 4.4 11.1
76 5 11.1 11.1 22.2
77 1 2.2 2.2 24.4
78 3 6.7 6.7 31.1
79 2 4.4 4.4 35.6
80 3 6.7 6.7 42.2
81 2 4.4 4.4 46.7
82 1 2.2 2.2 48.9
83 2 4.4 4.4 53.3
87 1 2.2 2.2 55.6
88 2 4.4 4.4 60.0
89 3 6.7 6.7 66.7
90 2 4.4 4.4 71.1
91 1 2.2 2.2 73.3
95 5 11.1 11.1 84.4
96 6 13.3 13.3 97.8
97 1 2.2 2.2 100.0
Total 45 100.0 100.0

Dan untuk melihat dalam betuk frekuensi histogram dapat dilihat pada gambar

berikut :

Gambar 4.4
Histogram Variabel Budaya Organisasi
D. Analisis Butir Instrumen
Setelah dilakukan tabulasi terhadap setiap butir pernyataan disetiap

variabel yang diteliti, maka dilakukan analisis butir pemyataan. Dengan dilakukan

analisis butir pernyataan ini, maka dapat diketahui dimensi dan indikator mana

yang masih lemah dari setiap instrumen variabel yang diteliti. Kegunaannya

adalah untuk memberikan saran dalam rangka memperbaiki kondisis variabel

yang diamati.
Analisis butir instrumen variabel terikat yaitu kinerja (Y), maupun variabel

hehas yaitu motivasi (X1). kompensasi (X)). dan hudaya organisasi (X :) diperoleh

hasil sebagai berikut :

1. Variabel Kinerja (Y)

Tabel 4.21

Analisis Butir Instrumen Variabel Kinerja (Y)


Nilai Rata-
No Pernyataan Total Nilai
rata

Pengalaman dan keterampilan


1 207 4,6
seseorang berpengaruh terhadap hasil kerja;

Dalam melaksanakan pekerjaan barn,


2 terlebih dahulu harus memperhatikan 203 4,6
Dan memahami petunjuk teknis pekerjaan;

Saya selalu berusaha mencapai target kerja


3 181 4,0
yang ditetapkan oleh perusahaan;

Saya senantiasa berupaya


4 mcngcmbangkan diri dalam upaya 193 4,3
meningkatkan kualitas kerja saya;

Saya selalu berusaha menyelesaikan tugas-


5 tugas yang diberikan sesuai dengan target 189 4,2
waktu kerja yang telah ditentukan;

Saya selalu bekerja sesuai dengan standar


6 187 4,2
mute yang telah ditetapkan oleh perusahaan;

Pengetahuan akan pekerjaan dapat


membantu saya dalam mengatasi
7 194 4,3
permasalahan yang muncul pada saat
bekerja;

Tersedianya sarana dan prasarana pendukung


8 199 4,4
berpengaruh terhadap pekerjaan;

Sarana penunjang yang ada ditempat kerja


9 178 3,9
saya sudah memadai;

Setiap karyawan perlu mengetahui teknis


10 penggunaan sarana/alat penunjang 201 4,5
pekerjaan;
Saya dapat mengerjakan pekerjaan dengan
11 efektif dan efisien sehingga tidak perlu 163 3,6
banyak instruksi dan uman balik dari atasan;

Kreativitas yang tinggi dapat membantu saya


12 185 4,1
mencapai hasil kerja yang lebih baik;

Silasana kerja yang harmonos dilingkungan


13 200 4,4
unit kerja saya sudah berjalan dengan baik;

Saya selalu bersedia untuk bekerja sama


14 199 4,4
dengan pegawai lain;

Saya selalu melaporkan hasil pekerjaan


15 189 4,2
dengan standar pekerjaan;

Saya memahami tugas dan tanggung jawab


16 194 4,3
saya secara baik
Setiap pekerjaan, saya laksanakan dengan
17 berpedoman pada aturan dan membaca 189 4,2
petunjuk pelaksanaan;
Saya selalu hadir tepat waktu sesuai dengan
18 jadwal yang sudah ditetapkan ditempat 176 3,9
kerja;
Saya selalu terbuka untuk menerima kritik
19 183 4,1
atau saran atas hasil kerja yang saya peroleh;

Hasil kerja saya selalu dipuji atasan karena


20 170 3,8
selalu baik.

Jumlah 3 780 84,0


Nilai rata-rata 189 4,2

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan analisis butir instrumen diatas, dapat dilihat bahwa seluruh

butir instrumen menunjukkan basil diatas angka 3 (ragu-ragu), yang artinya


variabel kinerja menyatakan tingkat yang memuaskan responden. Secara

keseluruhan kinerja bidan phl berada pada kategori baik, artinya kinerja Guru

SMPN 27 Palembang saat ini sudah baik namun belum optimal, sehingga masih

memungkinkan untuk ditingkatkan dan dikembangkan. Indikator yang perlu

diperbaiki dan perlu ditingkatkan karena masih dibawah rata-rata adalah item3,

9,11,12,18, 19 dan 20.

2. Variabel motivasi (X1)

Tabel 4.22

Nilai rata-
No Pernyataan Total Skor
rata

Jika ada rasa aman dalam bekerja, maka


1 196 4,4
kinerja akan meningkat;

Saya bekerjaagar dapat memenuhi


2 171 3,8
kebutuhan pokok sehari-hari;

Saya merasa bahwa dengan bekerja


3 153 3,4
kebutuhan pokok saya sudah terpenuhi;

Saya merasa tenang dalam bekerja karena


4 tersedianya jaminan kesehatan dan tempat 170 3,8
saya bekerja;

Saya selalu bersosialisasi dengan sesama


5 194 4,3
teman untuk bertukar pikiran;

Hubungan dengan teman sangat baik


6 200 4,4
sehingga saya mudah dalam bersosialisasi;

Saya bekerjadengan giat agar dapat


7. 179
dihargai oleh teman-teman;

Saya merasa senang karena pegawai disini 4,0


8 hisa menerima saya sehagai partner yang 199
baik;

Saya senang bila pengabdian saya selama


9 186 4,1
bekerja diakui oleh atasan;
Saya bekerjadengan baik untuk
10 159 3,5
mendapatkan penghargaan dari atasan;

Saya bekerjaagar dapat diakui oleh


11 174 3,9
lembaga dan meningkatkan jenjang karir;
Saya bekerja dengan rajin untuk mendapat
12 pengakuan dari pimpinan agar 149 3,3
dapat
promosi jabatan;
Tempatsaya bekerjamemberikan
kesempatan bagi pegawai untuk
13 187 4,2
mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya unuk lebih maju;

Saya merasa tentantang untuk


14 180 4,0
menyelesaikan tugas yang diberikan;

Saya selalu dilibatkan dalam pertemuan atau


15 151 3,4
rapat dalam mengambil keputusan;

Saya senang mendapat pujian dari atasan jika


16 hasil kerja yang dikerjakan sesuai dengan 161 3,6
target perusahaan;

Saya senang mendapat pujian yang menilai


17 167 3,7
secara objektif dalam menilai;

Saya selalu bekerja dengan rajin untuk


18 172 3,8
mcnjadi pegawai berprestasi;

Menjadi pegawai berprestasi, saya bisa


19 172 3,8
meningkatkan karir diperusahaan.

Jumlah 3320 73,78

Nilai Rata-rata 174,73 3,9


Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan analisis butir instrumen diatas, dapat dilihat bahwa seluruh

butir instrumen menunjukkan hasil diatas angka 3 (ragu-ragu), yang artinya

variabel motivasi menyatakan tingkat yang memuaskan responden. Secara

keseluruhan motivasi bidan phl di puskesmas pasar Prabumulih saat ini sudah

baik namun belum optimal, sehingga masih memungkinkan untuk ditingkatkan


dan dikemhangkan. Indikator yang perlu diperhaiki dan perlu ditingkatkan karena

masih dibawah rata-rata masih sangat banyak yakni item 2,3,4,10,12,15,16,17,18,

dan 19.

3. Variabel Kompensasi (X2)

Tabel 4.23

Analisis Butir Instrumen Variabel Kompensasi (X2)

Total Nilai N
No Pernyataan
Nilai Rata-rata
Gaji pokok yang saya terima telah cukup 122
1 27
untuk memenuhi kebutuhan dasar; ,

Gaji pokok yang saya terima sudah sesuai


2 126 2,8
dengan heban pekerjaan saya;
3 132 2,9
Saya menerima gaji selalu tepat waktu; awal;
148 33
Gaji yang saya terima sesuai dengan perjanjian
4
awal
Gaji yang saya terima sesuai dengan
5 pendidikan saya; 151 34
,
6 Gajiyang diberikan meningkat setiap tahun; 123 2,7

Gaji yang saya dapat sudah mengacu pada


7 peraturan perundang-undangan dalan hal ini 124 2,8
upah minimum regional (umr);

Metode pembayaran gaji yang saya terima


8 183 41
sudah modern (transfer bank);

Selama saya tidak bekerja karena sakit atau


9 tertimpa musibah, tempat saya bekerja tetap 173 3,8
memberikan gaji pokok saya;

Saat saya mengambil hak cuti, saya


10 154 3,4
memperoleh tunjangan cuti yang memadai;
Insentif memberikan semangat yang lebih
11 dalam bekerja; 171 38
,
Saya menerima upah lembur yang memadai
12 129 2,9
jika bekerja melebihi jam kerja;

Gaji atau insentif yang saya terima diberikan


13 secara adil sesuai besar kecilnya resiko dan 142 3,2
tanggung jawab;

Saya memperoleh asuransi kesehatan yang


14 memadai untuk menjamin kesehatan dan biaya 149 3,3
pengobatan beserta keluarga;

Gaji yang saya terima sesuai dengan jabatan


15 145 3,2
saya;

Saya sering mendapat bonus tambahan jika


16 kerja saya melebihi target yang telah 132 2,9
ditetapkan;

Saya menerima jaminan hari tua yang


17 memadai untuk menjamin kehidupan saya saat 145 3,2
pensiun;

Uang pesangon yang layak akan saya dapatkan


18 136 3,0
apabila ada peniberhentian atau phk;

Saya merasakan manfaat yang besar atas gaji,


19 150 3,3
insentif dan tunjangan yang saya terima;

Saya sudah puas dengan gaji, insentif dan


20 144 32
tunjangan yang saya terima selama ini.

Jumlah 2879 63,98

Nilai Rata-rata 151,53 3,2


Sumber : Hasil pengolahan data

Berdasarkan analisis butir instrumen diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-

rata butir instrumen menunjukkan hasil diatas angka 3 (raau-raqul. walaupun

untuk nilai rata-rata perbutir instrumennya masih banyak yang dibawah angka 3,

yang artinya variabel kompensasi menyatakan tingkat yang memuaskan

responden. Secara keseluruhan kompensasi bidan phl di puskesmas pasar


Prabumulih saat ini sudah baik namun belum optimal, sehingga masih

memungkinkan untuk ditingkatkan dan dikembangkan. Masih banyak sekali

indikator yang perlu diperhaiki dan perlu ditingkatkan karena masih dibawah rata-

rata yakni item 1, 2, 3, 6, 7, 12, 16 dan 18.

4. Variabel Budaya Organisasi (X3)

Tabel 4.24

Analisis Butir Instrumen Variabel Budaya Organisasi (X3)

Total Nilai
No Pernyataan
Nilai Rata-rata
Dalam melaksanakan tugas, aspirasi
1 Pegawai menjadi pertimbangan untuk 195 4,3
mengambil keputusan;
Menurut saya pegawai disetiap bagian
2 memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam 190 4,2
kantor ini;
Organisasi kami mcnghasilkan sesuatu yang
3 186 4,1
dibutuhkan masyarakat;
Saya selalu menggunakan seragam kerja
4 202 4,5
sesuai dengan ketentuan;
Organisasi selalu mendorong kami untuk
5 Mengisi waktudengan kegiatan yang 195 4,3
membawa manfaat;
Jika menghadapi permasalahan dalam
pekerjaan, diskusi dilakukan dalam 192
6 43
menyelesaikan masalah yang datangnya dari ,
luar;
Pimpinan saya mampu membimbing
7 bawahannya untuk menjalankan tugas 198 4,4
sesuai rencana;
Organisasi selalu memberikan kesempatan
8 untuk memperbaiki kesalahan yang telah 190 4,2
diperbuat;
Pembagian kerja merata tanpa hams melihat
9 164 3,6
golongan/pangkat atau jabatan;
Pegawai merata hertanggung jawab atas
10 pengembangan dan berniat mengevaluasi diri 178 3,9
secara terns menerus;
Jika ada hal-hal baru, siapapun terbuka
11 188 4,2
dalam menyampaikan informasi dikantor ini;
Hasil kerja yang optimal dikantor ini hanya
12 193 4,3
dapat dicapai dengan tim kerja yang baik;
Sebagian besar pegawai disini mengerti visi,
13 189 4,2
mist dan tujuan organisasi ini; misi
Dikantor sclalu ada rapat untuk mcnganalisa
14 fakta-fakta dan mendiskusikan masalah 185 4,1
-masalah yang timbul;
Seiap tugas yang diberikan selalu diamati dan
15 189 4,2
dianalisa;
Dalam bekerja setiap pegawai diharuskan
16 bekerja sesuai dengan aturan dan ketentuan 200 4,4
yang ditetapkan;
Pegawai selalu diberikan kesempatan untuk 197
17 44
memperinas pengetahuan; ,
Setiap karyawan berhak menyumbangkan ide
18 199 4,4
dalam proses pengambilan keputusan;
Dalam organisasi ini, apa yang harus
19 dikerjakan adalah hasil musyawarah bersama 196 4,3
dengan sepengetahuan pemimpin;
Saya menyelesaikantugas yang lebih
20 penting dikantor maka dari itu saya 177 3,9
tidal( mencari pekerjaan diluar kantor.
Jumlah 3803 84,51
Nilai Rata-rata 190,15 4,2
Sumber :Hasil pengolahan data

Berdasarkan analisis butir instrumen diatas, dapat dilihat bahwa seluruh

butir instrumen menunjukkan hasil diatas angka 3 (ragu-ragu), yang artinya

variabel budaya organisasi menyatakan tingkat yang memuaskan responden.

Secara keseluruhan budaya organisasi bidan phl di puskesmas pasar Prabumulih

saat ini sudah baik namun belum optimal. sehingga masih memungkinkan untuk

ditingkatkan dan dikembangkan. Indikator yang perlu diperbaiki dan perlu

ditingkatkan karena masih dibawah rata-rata cuma sedikit yakni item 10 dan 20.

E. Analisis Statistik Inferensial


1. Regresi Linier Berganda
Analisis linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya

pengaruh yang terjadi pada variabel motivasi (X1). kompensasi (X 2). dan

budaya organisasi (X3) terhadap kinerja (Y) baik secara parsial maupun

secara simultan. Setelah dilakukan pengolahan data maka didapat tabel

regresi linier berganda sebagai berikut :

Tabel 4.25

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
8 SW Error Beta

1 (Constant) 52 357 7.117 7 357 .000

MOTIVASI (X!) 171 .099 .285 1 722 .043

KOMPENSASI (X2) 064 051 181 1.249 022

BUDAYA ORGANISASI 177 098 274 1 798 039


3
(X )
a. Dependent Variable: KINERJA (Y)

Berdasarkan hasil koefesien regresi linier berganda pada tabel diatas

menunjukkan bahwa nilai untuk variabel motivasi (X1) sebesar 0,171, untuk

variabel kompensasi (X2) sebesar 0,064 dan untuk variabel budaya organisasi (X3)

sebesar 0,177. Dan juga menghasilkan nilai konstanta sebesar 52,357, sehingga

persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut :

Y = 53,357 + 0,171X1 + 0,064X2 + 0,177X3

Dan persamaan diatas dapat dijelaskan bahwa :

1. Bila tidak ada variabel motivasi (X1). kompensasi (X2). dan budaya

organisasi (X3), maka kinerja tetap ada sebesar 52,357 unit skor.
2. Untuk variabel motivasi (X1) sebesar 0,171 artinya jika motivasi (Xi)

ditingkatkan 100% atau satu satuan unit skor. maka kinerjanya akan

meningkat sebesar 0,171 atau 17 1%.


3. Untuk variabel kompensasi (X2) sebesar 0,064 artinya jika kompensasi

(X2) ditingkatkan 100% atau satu satuan unit skor, maka kinerjanya akan

meningkat sebesar 0,064 atau 6,4%.


4. Untuk variabel budaya organisasi (X3) sebesar 0,177 artinya jika budaya

organisasi (X3) ditingkatkan 100% atau satu satuan unit skor. maka

kinerjanya akan meningkat sebesar 0,177 atau 17,7%.


2. Koefesien Korelasi
Hasil analisisstatistik yang dilakukan dengan hantuan SPSS 17.00 meliputi

koefesien korelasi ProductMoment, dan koefesien determinasinya

menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

TaBel 4.26

Hasil Analisis Korelasi Pearson (Product Moment)


BUDAYA
KNEIRJA (Y) MOTWASI (XI) KOMPENSASI Ca) ORGANISASI

KINERJA (Y) Pearson Correlation 1 534** .424** 501**


Sig (2-tailed) 000 004 .000
N 45 45 45 45
MOTIVASI (Xi) Pearson Correlation 534 1 .510 572
Sig (2-tailed) 000 000 000
N 45 45 45 45
KOMPENSASI (K2) Pearson Correlation 424** .51 0** 1 355'
Sig (2-tailed) 004 000 017
N 45 45 45 45
BUDAYA ORGANISASI Pearson Correlation 501** .572** 355' 1
(X3) Sig (2-tailed) 000 000 017
N 45 45 45 45
**Correlation is significant at the 0 01 level (2-ta led)
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hubungan antara variabel

bebas herupa motivasi. kompensasi dan budaya organisasi dengan variabel terikat

(kinerja) berkisar diantara 0,40 s.d < 0.70 , hal ini menunjukkan hubungan yang

substansial yakni hubungan yang sangat erat antara variabel motivasi,

kompensasi, dan hudaya organisasi dengan kinerja.

3. Koefesien determinasi
Koefesien determinasi digunakan untuk mengukur berapa bagian dari

total keragaman dalam variabel dependen (Y) yang dapat dijelaskan oleh

heragamnya nilai-nilai yang diherikan setiap variabel independen (X) dalam

model regresi.

Tabel 4.27

Hasil perhitungan nilai koefesien determinasi

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 .605a .366 .320 4.679
a. Predictors: (Constant), BUDAYA ORGANISASI (X3), KOMPENSASI (X2), MOTIVASI (X!)
b. Dependent Variable: KINERJA(Y)

Dan data tersebut didapat koefesien korelasi sebesar 0,605, dan

menurut Sugiyono (2011, h. 78) koefesien korelasi antara 0.60-0.799

menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara variabel bebas

dengan variabel terikat. Koefesien determinasinya 0,320, ini menunjukkan


kontribusi besarnya pengaruh yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas

yaitu kinerja sebesar 32%, sedangkan sisanya sebesar 68% dipengaruhi

oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

F. Uji Hipotesis Statistik


1. Uji secara Simultan, digunakan Uji - F
1. Hipotesis ke 1 :
H0 : bl = b2 = b3, artinya tidak terdapat pengaruh motivasi,

kompensasi dan hudaya organisasi seara hersama-sama terhadap

kinerja bidan phl (pegawai harian lepas) di puskesmas pasar

Prabumulih.
H1 : b1 # b2 # b3, artinya terdapat penganth motivasi, kompensasi

dan budaya organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja bidan

phl (pegawai harian lepas) di puskesmas pasar Prabumulih terhadap

kinerja.

Kriteria pengujian :
Terima Ho, jika sig.F > 0,05
Tolak Ho. jika sig.F < 0,05

Tabel 4.28
Uji - F ( Uji Simultan )

Sum of
Model Df Mean Square F Sig.
Squares
1 Regression 518.481 3 172.827 7.895 .000a

Residual 897.519 41 21.891

Total 1416.000 44

a. Predictors: (Constant), BUDAYA ORGANISASI (Xs), KOMPENSASI (X2), MOTIVASI


(X1)
b. Dependent Variable: KINERJA (Y)
Dilihat dari hasil pengujian pada tabel diatas, maka secara statistik Ho

ditolak . yang artinya terdapat pengaruh positif variabel motivasi. kompensasi

dan budaya organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja bidan phl

(pegawai harian lepas) di puskesmas pasar Prabumulih, hal ini dapat dilihat

dari nilai uji-F, dimana nilai F-hitung sehesar 0,000 yang herarti lehih kecil

dari nilai F-tabel dengan tingkat signifikan 5% (a =0,05).

2. Uji secara Parsial, digunakan uji

Tabel 4.29

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model T Sig.
B Std. Error Beta

(Constant)
52.357 7.117 7.357 .000
MOTIVASI (XI) .285
.171 .099 1.722 .043
1 KOMPENSASI (X2) .181
.064 .051 1.249 .022
BUDAYA .274
.177 .098 1.798 .039
ORGANISASI (X3)
a. Dependent Variable: KINERJA (Y)

Hipotesis ke-2 :

Ho : b1 = 0_ artinya tidak ada pengaruh Motivasi terhadap kinerja Bidan

PHL (Pegawai Harian Lepas) di Puskesmas Pasar Prabumulih.


H1 : b1 0, artinya terdapat pengaruh Motivasi terhadap kinerja Bidan PHI,

(Pegawai Harian Lepas) di Puskesmas Pasar Prabumulih.

Kriteria Pengujian :

Terima Ho, jika sig.t > 0,05


Polak H0, jika sig.t <0,05

Dilihat dari pengujian hipotesis pada tabel diatas, maka secara statistik Ho

ditnlak, yang artinya terdapat pengaruh positif motivasi terhadap kinerja, hal ini

dapat dilihat dari nilai uji-t dimana nilai t hitung lebih kecil Clari nilai t-tabel

dengan tingkat signifikan 5% (a=-0,05) (0,043 < 0,05).

Hipotesis ke-3 :

Ho : b2 = 0, artinya tidak ada pengaruh kompensasi terhadap kinerja bidan


PHL (Pegawai Harian Lepas) di Puskesmas Pasar Prabumulih.
H1 : b2 0, artinya terdapat pengaruh kompensasi terhadap kinerja bidan
PHI. (Pegawai Harian Lepas) di Puskesmas Pasar Prabumulih.

Kriteria pengujian :

Terima Ho, jika sig.t > 0,05


Tolak Ho, jika sig.t < 0,05

Dilihat dari pengujian hipotesis pada tabel diatas, maka secara statistik Ho

ditolak, yang artinya terdapat pengaruh positif kompensai terhadap kinerja, hal ini

dapat dilihat dari nilai uji-t dimana nilai t hitung lebih kecil dari nilai t-tabel

dengan tingkat signifikan 5% (a=0,05) (0,022 < 0,05).

Hipotesis ke-4 :

- Ho : hz = 0, artinya tidak ada pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja

bidan PHL (Pegawai Harian Lepas) di Puskesmas Pasar Prabumulih.


- Ho : b3 0, artinya terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja

hidan PHI. (Pegawai Harian Lepas) di Puskesmas Pasar Prahumulih.


Kriteria pengujian :

- Terima Ho, jika sig.L0,05


- Tolak Ho, jika sig. 0,05

Dilihat dari pengujian hipotesis pada tabel diatas, maka secara statistik Ho

ditolak, yang artinya terdapat pengaruh positif variabel budaya organisasi

terhadap kinerja, hal ini dapat dilihat dari nilai uji-t dirnana nilai t hitting lehih

kecil dari nilai t-tabel dengan tingkat signifikan 5% (a=0,05) (0.039 < 0,05).

G. Interpretasi
Hasil analisis statistik yang dilakukan dengan bantuan program SPSS

17.00, meliputi analisis regresi, analisis korelasi product moment, koefesien

determinasi, menunjukkan hal-hal sebagai berikut :


1. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel motivasi

(Xi) sebesar 0,171, kompensasi (X2) sebesar 0,064, budaya organisasi (X3)

sebesar 0,177 dan jugs menghasilkan nilai konstanta sebesar 52,357. Hasil

perhitungan tersebut dapat di interpretasikan sebagai berikut :


Konstanta se besar 52,357 menyatakan bahwa jika tidak ada

peningkatan motivasi (Xi) , kompensasi (X2), dan budaya organisasi

(X3) maka kinerja (Y) tetap sebesar 52,357 unit skor. Hal ini herarti

masih banyak variabel lain yanQ bisa

97

mempengaruhinya tetapi tidak dimasukkan dalam penelitian ini, seperti variabel

disiplin.
Dengan melihat koefesien regresi variabel motivasi (Xi) sebesar 0,171 atau sama

dengan 17,10%, artinya kecenderungan proyeksi peruhahan antara variabel

motivasi (X1) dengan variabel kinerja .'

(Y) menunjukkan bahwa setiap peningkatan variabel motivasi sebesar 100% maka

mengakibatkan peningkatan pula pada variabel kinerja sebesar 17,10% dengan

tingkat signifikan sebesar 5%.

Koefesien regresi variabel kompensasi (X2) sebesar 0,064, artinya kecenderungan

proyeksi perubahan antara variabel kompensasi (X2) dengan variabel kinerja (Y)

menunjukkan bahwa setiap peningkatan variabel kompensasi sebesar 100% maka

mengakibatkan peningkatan pula pada variabel kinerja sebesar 6,40% dengan

tingkat signifikan 5%.

Koefesien regresi variabel budaya organisasi (X3) sebesar 0,177, artinya

kecenderungan proyeksi perubahan antara variabel budaya organisasi (X3) dengan

variabel kinerja (Y) menunjukkan hahwa setiap peningkatan variabel kinerja

sebesar 17,70% dengan tingkat signifikan 5%.

2. Ketiga variabel bebas tersehut, yaitu motivasi (X1), kompensasi (X2),

budaya organisasi (X3) mempunyai korelasi yang kuat dan positif terhadap

kinerja, artinya bila ketiga variabel bebas itu meningkat maka akan

mengakibatkan meningkatnya variabel terikat (kinerja), begitu pula sebaliknya.

98

Bahwa antara variabel motivasi (X1), kompensasi (X 2), dan budaya organisasi

(X3) mempunyai huhungan yang signifikan dengan variahel kinerja (Y) terdapat
korelasi sebesar 0,605 yang termasuk pada kategori tingkat hubungan yang kuat

dan substansial karena koefesiennya semakin mendekati nilai 1.

Koefesien determinasi (Adjusted R Squere) sebesar 0,320, nilai tersebut dapat

ditafsirkan bahwa besarnya persentase pengaruh antara variabel motivasi (X 1),

kompensasi (X2), dan budaya organisasi (X3) mempunyai pengaruh yang secara

signifikan secara bersama-sama terhadap variabel kinerja (Y) hidan phl (pegawai

harian lepas) di puskesmas pasar Prabumulih. Dengan kata lain kontribusi efektif

atau dapat dijelaskan oleh variabel motivasi (X1). kompensasi (X2) dan budaya

organisasi (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variahel kinerja

(Y) hidan phl (pegawai harian lepas) di puskesmas pasar Prabumulih adalah

sebesar 32%, sedangkan selebihnya 68% dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel

lain yang tidak dimasukkan dalarn penelitian ini.

Variabel motivasi (X1), kompensasi (X2) dan budaya organisasi (X3) secara

bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap kinerja, hal in dapat dibuktikan

dengan nilai sig.': pada uji-F. dimana nilainya lebih kecil dan tingkat signifikansi

5% ( a=0,05).

Jika dilihat dari uji-t, dengan tingkat signifikan 0,043 yang berarti < 0,05, maka

secara statistik variabel motivasi (X1) berpengaruh signifikan terhadap kinerja (Y).

Variabel kompensasi (X2) dengan tingkat signifikan 0.022 yang berarti < 0,05,

secara statistik juga berpengaruh terhadap

99

kinerja (Y). Begitu juga dengan variabel tingkat signifikan 0,039 yang berarti < 0,

tersebut berpengaruh pada kinerja (Y).


7. Hasil dari penelitian diatas, sejalan dent penelitian ini. Dimana penelitian sel

kompetensi, disiplin kerja, dan iklim a

terdapat pengaruh yang positif antara kompetensi, disiplin kerja, dan kerja

terhadap kinerja.

101

Você também pode gostar