Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PRAKTIKUM I
ALAT KESEHATAN, PENGGOLONGAN OBAT &
PENGGUNAAN OBAT KHUSUS
OLEH :
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Teori umum
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan yang optimal (Ananda dkk.,2013).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang
dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh
guna mencegah, meringankan dan menyembuhkan penyakit. Menurut
undang-undang, yang dimaksud obat adalah suatu bahan atau campuran
bahan untuk dipergunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah,
mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badanlah atau rohaniah pada manusia atau
hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.
Sediaan yang paling rentan terjadi kesalahan dalam pemakaian dan
penakaran dosis obatnya adalah sediaan cair/ larutan, karena kita tidak
mengetahui secara pasti apakah takaran larutannya benar-benar sudah pas
atau belum dan apakah tempat pemberiannya sudah sesuai dengan yang
seharusnya, karena sediaan larutan sendiri berdasarkan tujuan
pemberiannya ada larutan untuk mata, larutan untuk telinga, larutan untuk
hidung, larutan untuk rektal dan ada pula larutan untuk vagina. Oleh
karena itu, setiap akan menggunakan sediaan obat kita harus membaca
dengan teliti etiket yang ada dan sebelumnya harus mengetahuli cara-cara
yang benar dalam menggunakan sediaan larutan seperti : obat tetes mata,
obat salep mata, obat tetes telinga, obat tetes hidung, obat semprot hidung,
enema, douche dan inhaler (Syamsuni,2006).
Banyak orang menganggap obat kimia memiliki banyak efek
samping. Padahal semua jenis obat baik herbal ataupun kimia pasti
memiliki efek samping. Inefektivitas dan efek samping obat dapat timbul
pada beberapa keadaan, misalnya adalah cara pemakaian obat yang tidak
tepat dan dosis yang tidak tepat ( Drwox, 2013).
Terdapat berbagai macam jenis logo obat. Obat dikategorikan
menjadi beberapa jenis seperti, obat bebas, obat terbatas, obat keras, obat
herbal, obat tradisional, obat bius atau narkotika dan lainnya. Logo jenis
obat tersebut umumnya terdapat pada bagian kemasan obat, logo obat
umunya beberntuk seperti lingkaran dengan warna hijau atau biru,
lingkaran dengan huruf K, lingkaran dengan tanda positif, lingkaran
dengan gambar daun dan masih banyak bentuk logo lainnya. Masyarakat
pada umunya tidak terlalu memperhatikan logo tersebut sebelum
mengkonsumsinya. Tentunya hal ini akan dapat berdampak tidak baik bagi
kesehatan pengguna jika seandainya obat tersebut tergolong kedalam jenis
obat yang memerlukan resep dari dokter atau merupakan jenis obat keras
{Rahayuda, 2016).
Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, dan/atau implant
yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang
sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur
dan memperbaiki fungsi tubuh. Alat kesehatan yang kegagalan atau salah
penggunaannya dapat memberikan akibat yang serius kepada pasien atau
perawat/operator. Alat kesehatanini sebelum beredar perlu mengisi
formulir dan memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisa resiko
dan bukti keamanannya untuk dinilai serta memerlukan uji klinis
(Permenkes,2010).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penggolongan Obat
Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi . (Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992).
Sesuai Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat
Jadi. yang dimaksud dengan golongan obat adalah penggolongan yang
dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta
pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib
apotek (obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter diapotek, diserahkan
oleh apoteker), obat keras, psikotropika dan narkotika. Untuk obat yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter maka pada kemasan dan etiketnya tertera tanda
khusus.
Penggolongan Jenis Obat berdasarkan berbagai undang undang dan
peraturan menteri kesehatan dibagi menjadi :
1. Obat Bebas
Obat bebas sering juga disebut OTC (Over The Counter) adalah obat yang
dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada
kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna
hitam. Contoh : Minyak Kayu Putih, Obat Batuk Hitam, Obat Batuk Putih,
Tablet Paracetamol, Tablet Vit C, B Kompleks, E. Obat bebas ini dapat diperoleh
di toko/warung, toko obat, dan apotik. Penandaan obat bebas diatur berdasarkan
S.K Menkes RI Nomor 2380/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas
terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis
tepi warna hitam.
Obat bebas terbatas dan obat bebas disebut juga OTC (over the counter)
Obat bebas terbatas ini dapat diperoleh di toko obat, dan apotik tanpa resep
dokter.
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Pengertian psikotropika menurut UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika
adalah zat atau obat baik, alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas mental dan perilaku.
Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam Undang-Undang ini adalah
psikotropika yang mempunyai potensi sindroma ketergantungan, yang menurut
Undang-Undang tersebut dibagi kedalam 4 (empat) golongan yaitu: golongan I, II,
III, IV.
Berdasaran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2017 Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika menyataan bahwa yang termaksud
dafttar Narotika 1. Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya
termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya. 2. Opium mentah, yaitu getah yang
membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum L dengan atau tanpa
mengalami pengolahan sekedarnya untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa
memperhatikan kadar morfinnya. 3. Opium masak terdiri dari : a. candu, hasil yang
diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan pengolahan khususnya dengan
pelarutan, pemanasan dan peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain,
dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan. b.
jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah candu itu
dicampur dengan daun atau bahan lain. c. jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan
jicing. 4. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga
Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya. 5. Daun koka, daun yang belum atau sudah
dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari
keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara langsung atau melalui
perubahan kimia.
Apotek dilarang untuk mengulangi menyerahkan obat-obat narkotika atas
dasar resep yang sama dari seorang Dokter atau dasar salinan resep. Dalam UU
No. 2 Tahun 1997 tentang narkotika dan UU No. 5 Tahun 1997 tentang
psikotropika, dinyatakan bahwa penyerahan obat-obat narkotika dan psikotropika
hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,
dan dokter. Penyerahan obat-obat psikotropika oleh apotek, rumah sakit,
puskesmas, dan balai pengobatan hanya dapat dilakukan berdasarkan resep
dokter. Contoh : Diazepam, Phenobarbital, ekstasi, sabu-sabu Obat psikotropika
ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter.
b). Narkotika
C. ALAT PERAWATAN
D. ALAT PENAMPUNGAN
E. HOSPITAL WARES/UTENSILS
F. CATHETERS
No GAMBAR NAMA ALAT FUNGSI
1. I.V. Catheter Digunakan sebagai vena
tambahan (perpanjangan
vena) untuk pengobatan I.V.
Jangka lama yang panjang
lebih dari 48 jam
G. JARUM SUNTIK
Yang dimaksud dengan alat penampungan adalah alat untuk menampung darah,
untuk menampung air kencing dan untuk menampung feces.
1. Untuk Menampung Darah,
Blood collecting pack terbuat dari plastic PVC sehingga umumnya disebut:
Blood-Bag. Bloodbag ini ada yang berisi cairan antikoagulansia ACD (acid citric
+ natrium citric + dextrose), CPD ( acid citric + natrium citric + dextrose dan
narium bifosfat), atau larutan Natrium sitrat 4%.
2. Untuk Menampung Urine (air kencing). (Urine bag)
Dipasakan dengan merek drainage bag (pabrik jms), uro-gard (Terumo). Adapula
Urine-bag khusus untuk anak- anak dan bayi, pediatric urine collector (atom-
jepang).
3. Untuk Menampung Feces.
1) TETES MATA
5. Letakkan penetes sedekat mungkin pada bagian mata yang akan diteteskan
tanpa menyentuh mata.
7. Tutup mata sekitar dua menit. Jangan menutup mata terlalu rapat.
8. Kelebihan cairan dapat dibersihkan dengan kertas tissu.
9. Jika lebih dari satu jenis tetes mata atau lebih dari satu dosis yang
digunakan, tunggu sedikitnya lima menit sebelum tetesan berikutnya
diberikan.
10. Tetes mata dapat menyebabkan rasa pedih tetapi seharusnya hanya
berlangsung selama beberapa menit. Jika berlangsung cukup lama,
konsultasikan pada dokter atau apoteker.
Langkah 4 dan 5
4. Pegang tube dengan satu tangan, dan tarik kelopak mata bagian bawah
dengan tangan lain sehingga terbentuk cekungan.
Langkah 4 dan 5
4) TETES TELINGA
1. Hangatkan tetes telinga dengan cara digenggam dalam telapak tangan atau
ketiak untuk beberapa menit. Jangan menggunakan aliran air panas dari
kran, karena suhunya menjadi tidak terkontrol.
2. Kepala dimiringkan ke samping atau berbaring dengan posisi telinga ke
atas.
3. Tarik daun telinga sedemikian rupa sehingga lubang telinga terbuka lebar.
5) TETES HIDUNG
7. Jika diperlukan, ulangi tahapan di atas untuk lubang hidung yang lain.
6) SEMPROT HIDUNG
3. Kocok obat.
10. Ulangi prosedur untuk lubang hidung yang lain, jika diperlukan.
7) TRANSDERMAL PATCH
1. Untuk letak penempelan patch lihat instruksi yang terdapat pada kemasan
obat atau konsultasikan dengan apoteker.
7. Tempelkan pada kulit dan tekan kuat. Gosok bagian tepi agar menempel.
Langkah 7 Langkah 8
8) AEROSOL
Langkah 4 Langkah 5
10) SUPPOSITORIA
6. Berbaring miring pada salah satu sisi dan tekuk satu lutut ke arah badan
dan angkat lutut (lihat gambar).
7. Masukkan obat kedalam anus secara perlahan dengan bagian yang bulat
terlebih dahulu, dilanjutkan dengan bagian belakangnya.
8. Tetap berbaring selama beberapa menit.
9. Cuci tangan.
10. Usahakan untuk tidak melakukan buang air besar selama 1 jam.
Langkah 6
1. Cuci tangan.
4. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar).
9. Bila bukan alat sekali pakai, cucilah kedua bagian dari aplikator dengan
sabun dan air hangat jika bukan merupakan alat sekali pakai.
4. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar).
6. Cuci tangan.
Langkah 4 dan 5
7. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar).
10. Pegang silinder dan dengan tangan lain dorong aplikator untuk
memasukkan obat ke dalam vagina.
11. Keluarkan aplikator dari vagina.
12. Buang aplikator jika merupakan alat sekali pakai atau cuci bersih
seluruhnya dengan air mendidih jika bukan merupakan alat sekali pakai.
1. Minum atau berkumurlah dengan sedikit air untuk melembabkan jika mulut
kering.
2. Letakkan tablet diantara pipi dan gusi atas atau gusi bawah.
5. Janganlah berkumur atau mencuci mulut selama beberapa menit setelah tablet
terdisolusi dengan sempurna.
16) TABLET KUNYAH
1. Taruh sejumlah tablet yang diperlukan untuk satu dosis dalam gelas.
Ada dua alasan utama untuk penggunaan sediaan injeksi. Pertama karena
memang dibutuhkan efek yang cepat, dan kedua karena injeksi adalah satu-
satunya bentuk sediaan yang tersedia untuk memenuhi efek yang dibutuhkan.
Seorang dokter harus tahu benar cara penyuntikan bukan hanya pada keadaan
gawat darurat dan situasi lain dimana injeksi memang diperlukan, tetapi juga
karena kadang-kadang perlu untuk memberi instruksi kepada petugas kesehatan
lain (misal : perawat) atau bahkan kepada pasien.
Inhaler adalah suatu alat untuk penggunaan obat secara inhalasi. Inhalasi
menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (FI IV) adalah sediaan obat atau larutan
atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran
napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik. Umumnya
inhaler ditujukan untuk penggunaan obat asma atau Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD), karena dengan cara ini obat dapat langsung masuk
ke paru-paru sehingga dapat bekerja lebih cepat untuk mengatasi serangan asma
dan efek sampingnya lebih minimal.
Aerosol Inhaler
Zat aktifnya dalam bentuk aerosol yang tersuspensi dalam propelan, yaitu
suatu gas inert bertekanan yang berfungsi sebagai pendorong. Pada saat alat
ditekan, maka propelan akan mendorong beberapa dosis obat dalam satu
hembusan, bersamaan dengan itu pengguna harus menarik napas dalam agar obat
terbawa masuk ke dalam saluran pernapasan. Jenis alat untuk aerosol inhaler ada
beberapa macam, yaitu:
Standard MDIs : ketika alat ditekan, propelan akan mendorong beberapa dosis
obat, dan secara bersamaan dengan itu pengguna harus menarik napas dalam agar
obat terbawa masuk ke dalam saluran pernapasan. Butuh koordinasi yang baik
antara menekan alat dan menarik napas.
Breathe activated MDIs : alat dimasukkan ke dalam mulut, dan dosis obat akan
lepas bersamaan dengan saat bernapas, sehingga tidak perlu ada kordinasi.
2. Buka tutupnya.
3. Bernapaslah di luar alat.
4. Masukkan alat ke dalam mulut, dan kunci diantara gigi, tutup mulut rapat-
rapat.
5. Mulailah bernapas dengan perlahan, tekan bagian atas alat dan tetap
bernapas perlahan sampai satu tarikan penuh.
7. Jika butuh lebih dari satu puff, tunggu dulu selama kurang lebih 1 menit,
kemudian kocok lagi tabung inhaler dan ulangi langkah 3-6.
8. Setelah selesai, cuci muka dan berkumur dengan air jika menggunakan
inhaler yang mengandung kortikosteroid.
b. Spacer
Ada ruangan antara mulut dan inhaler, dan pada bagian mulut ada katup, saat
menarik napas, katup terbuka dan dosis obat akan masuk, katup tertutup secara
otomatis saat menghembuskan napas. Lebih mudah, dan tidak perlu koordinasi,
biasanya digunakan untuk anak-anak atau bayi.
3. Pasang masker menutupi mulut dan hidung, pastikan tertutup dengan baik.
7. Setelah selesai, cuci muka dan berkumur dengan air jika menggunakan
inhaler yang mengandung kortikosteroid.
Zat aktifnya dalam bentuk serbuk kering yang akan tertarik masuk ke
paru-paru saat menarik napas. Pada inhaler jenis ini tidak terdapat propelan untuk
mendorong obat masuk ke dalam saluran napas. Biasanya dosisnya lebih kecil,
dan ada indikator untuk menunjukkan berapa dosis yang tersisa. Alatnya ada
beberapa macam yaitu Turbohaler, Diskhaler, dan Accuhaler, tergantung dari
industri farmasi yang memproduksinya.
4. Masukkan alat ke dalam mulut, dan kunci diantara gigi, tutup mulut rapat-
rapat. Tarik napas dengan kuat dan dalam lewat mulut.
6. Selalu cek strip indikatornya, untuk mengetahui berapa dosis yang tersisa.
7. Setelah selesai, cuci muka dan berkumur dengan air jika menggunakan
inhaler yang mengandung kortikosteroid.
Nebuliser
Zat aktifnya dalam bentuk uap, pada penggunaannya perlu menggunakan
masker atau mouthpiece untuk menghirup uap obat. Tidak dibutuhkan koordinasi
pada penggunaan inhaler jenis ini, hanya perlu bernapas seperti biasa dan uap
akan terhirup bersama tarikan napas. Nebuliser biasanya digunakan di rumah sakit
untuk penanganan serangan asma yang membutuhkan inhalasi dosis besar, tetapi
sekarang sudah jarang digunakan karena inhalasi dosis besar dapat dilakukan
dengan spacer.
a. Hilangkan udara di dalam pen melalui jarum. Hal ini untuk mengatur
ketepatan pen dan jarum dalam mengatur dosis insulin. Putar tombol
pemilih dosis pada ujung pen untuk 1 atau 2 unit (pengaturan dosis
dengan cara memutar botol).
b. Tahan pena dengan jarum mengarah ke atas. Tekan tombol dosis dengan
benar sambil mengamati keluarnya insulin. Ulangi, jika perlu, sampai
insulin terlihat di ujung jarum. Tombol pemutar harus kembali ke nol
setelah insulin terlihat di dalam pen.
a. Genggam pen dengan 4 jari, latekkan ibu jari pada tombol dosis.
d. Gunakan ibu jari untuk menekan ke bawah pada tombol dosis sampai
berhenti (klep dosis akan kembali pada nol). Biarkan jarum di tempat
selama 5-10 detik untuk membantu mencegah insulin dari keluar dari
tempat injeksi.
e. Tarik jarum dari kulit. Kadang-kadang terlihat memar atau tetesan darah,
tetapi itu tidak berbahaya. Bisa di usap dengan tissue atau kapas, tetapi
jangan di pijat pada daerah bekas suntikan.
Lepaskan tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari pen.
Tempatkan jarum yang telah digunakan pada wadah yang aman (kaleng kosong).
Buang ke tempat sampah jangan dibuang ditempat pendaurulang sampah
Langkah-langkah :
Cubit area kulit yang akan disuntik (namun jangan terlalu keras karena
akan membuat kulit pucat dan sakit) dan masukkan jarum dengan sudut 90
derajat. Tidak perlu mengganti dengan jarum yang lebih pendek, kecuali
jika tubuh Anda sangat kurus. Konsultasikan dengan dokter jika Anda
memiliki pertanyaan tentang hal ini.
Suntikkan jarum ke area yang Anda inginkan. Jika area Anda terasa sakit
setelah Anda selesai menyuntik, kompres dengan es selama 15-20 detik.
Pastikan jarum suntik dan pen benar-benar masuk ke dalam kulit dan
hitung selama 10 detuk sebelum mencabut suntikan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan keamanan (Permenkes No. 949/MENKES/Per/2000
tentang penggolongan obat), dapat digolongankan menjadi 5 yaitu :
Obat Bebas, Obat bebas terbatas, obat keras, Psikotropika dan
Narkotoka.
2. Alat-alat kesehatan dikelompokan berdasarkan fungsinya yaitu :
Pembalut, Alat Keperawatan, Alat Penapungan, Hospital
Wares/Utensils, Cathethers, jarum suntik, alat semprit/alat sutik,
Paratus, Jarum bedah, Benang bedah, dan Sport and medical
supportive Product.
3. Penggunaan sediaan obat khusus yaitu : Tetes mata, salep mata,
Mattered Dose inheler (MDI), nebulaizer, tetes telinga, tetes hidung,
supposutoria, tablet vagina, dengan aplikator, tablet vagina tanpa
aplikator, krim salep, dan gel vagina, tablet subliggual, tablet bukal
dan tablet effervescent.
DAFTAR PUSTAKA
Drwox. 2013. Cara Minum Obat Secara Tepat agar Cepat Sembuh. Diakses 14
Maret 2013
Rahayuda., I.G.S. 2016. Identifikasi Jenis Obat Berdasarkan Gambar Logo Pada
Kemasan Menggunakan Metode Naive Bayes. Jurnal Ilmu
Komputer. Vol 3 (2).