Você está na página 1de 6

REPUBLIKA.CO.

ID, SUKABUMI -- Harga komoditas tomat di tingkat petani anjlok


hingga Rp 500 per kilogram. Penurunan harga ini sudah terjadi sejak satu bulan
terakhir.

Harga terjun bebas karena pasokan tomat ke pasaran cukup banyak, ujar
Ketua Kelompok Tani Warnasari Satu Kecamatan/Kabupaten Sukabumi Ajum
Arasyid kepada Republika, Kamis (9/7).

Hal tersebut dikarenakan para petani sayuran di berbagai daerah hampir


bersamaan melakukan panen tomat. Sebelumnya ujar Ajum, harga tomat di
tingkat petani berkisar antara Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per kilogram.
Sehingga penurunan harga ini menyebabkan para petani mengalami kerugian
cukup besar.

Pasalnya ungkap Ajum, biaya produksi untuk menghasilkan tomat cukup besar.
Bila dirata-ratakan dalam satu hektare diperlukan biaya produksi sebesar Rp 100
juta.

Biaya tersebut sudah termasuk untuk biaya benih, pupuk, obat atau pestisida
untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT).

Beruntung lanjut Ajum, dalam satu hektare tersebut tidak hanya ditanam tomat
melainkan cabai merah. Harga cabai merah di tingkat petani saat ini cukup baik
yakni Rp 20 ribu per kilogram. Selama ini terang Ajum, para petani menjual
tomat ke daerah Jakarta dan sekitarnya.

Proses penjualan dilakukan melalui perantara tengkulak atau pengepul.


Anjloknya harga tomat sambung Ajum, sudah disampaikan kepada pejabat
Kementerian Pertanian (Kementan) yang mengunjungi Sukabumi beberapa
waktu lalu.

Keluhan serupa juga disampaikan langsung kepada Menteri Perdagangan


(Mendag) Rahmat Gobel saat melakukan panen cabai merah di sentra cabai
Lembah Halimun, Desa Perbawati, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi Rabu (8/7)
lalu.
Hasilnya ujar Ajum, pemerintah berjanji akan menjaga harga tomat agar tidak
merugikan para petani. Bahkan, kata dia Mendag Rahmat Gobel membeli tomat
hasil produksi petani dengan harga yang tinggi.Di mana, Mendag membeli tomat
sebanyak 400 kilogram dengan harga Rp 20 juta. Ratusan kilogram tomat
tersebut langsung dibawa staf Kemendag dengan mobil ke Jakarta.

Lebih lanjut Ajum mengatakan, uang pembelian dari Mendag ini akan digunakan
untuk kembali menanam cabai merah keriting dan tomat. Selain itu uang
tersebut menjadi tunjangan hari raya (THR) bagi petani sayuran.
Petani lainnya Taufik Hidayat (28 tahun) mengatakan, para petani berharap
peran pemerintah dalam menjaga kestabilan harga sayuran seperti tomat dan
cabai merah.

Kondisi ini dikarenakan anjloknya harga akan sangat memberatkan kehidupan


para petani. Mendag Rahmat Gobel kepada wartawan mengatakan, pembelian
tomat dengan harga tinggi tersebut untuk menghargai kerja keras dan semangat
petani dalam mengolah lahan pertanian.

Meskipun para petani mengalami kerugian pada masa panen akibat harganya
anjlok.Rahmat berharap, para petani tetap bersemangat dalam memproduksi
cabai maupun tomat. Produksi yang stabil tersebut akan turut menstabilkan
harga komoditas tersebut di pasaran.

Pemerintah kata Rahmat, akan mengefektifkan peran Perum Bulog dalam


menjaga kestabilan harga komoditas holtikultura. Nantinya, Bulog akan
menyerap hasil panen petani dan berada di pasar-pasar.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan (DPTP) Kabupaten Sukabumi Sudrajat


mengatakan, pasokan tomat ke pasar cukup banyak karena petani memasuki
masa panen secara bersamaan.

Ke depan, diperlukan pengaturan agar masa penen tidak dilakukan bersamaan


waktunya.Hal ini sesuai dengan arahan dari Dirjen Holtikultira Kementan Spudnik
Sujono saat berdialog dengan petani di Desa Perbawati Sukabumi pada 29 Juni
lalu. Targetnya pengaturan ini bisa menjaga harga tomat supaya tidak merugikan
petani dan tidak memberatkan konsumen atau masyarakat.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/07/09/nr7nl9-sudah-
sebulan-harga-tomat-di-tingkat-petani-anjlok

REPUBLIKA.CO.ID, TABANAN -- Petani tomat di Desa Batunya, Kabupaten


Tabanan, Bali mengalami kerugian hingga 30 persen lebih akibat kekeringan
yang berkepanjangan. "Tanaman tomat banyak yang mati karena kekurangan air
selama masa tanam berlangsung," kata Made Karma, sala satu petani di desa
setempat, Ahad (18/10).

Ia mengatakan, jika pada hari biasa dapat memanen buah tomat hingga 10
kuintal, tetapi, pada musim kering hanya menghasilkan sekitar tujuh kuintal saja.
"Omzet juga menurun, jika dari Rp 1,5 juta menjadi sekitar Rp 1 juta saja dalam
sebulan," kata dia.

Ia menambahkan, selain mengurangi hasil panen, kekeringan berimbas pada


kualitas buah tomat yang dihasilkan. "Hasil buah kurang maksimal karena
intensitas air terbatas," paparnya.

Karma menjelaskan, pihaknya membudidayakan tomat jenis lokal pada lahan


seluas sembilan are ( 1 are=100 meterpersegi) yang terlokasi di lahan pribadi
milik keluarga. Dikatakan, pada lahan seluas itu dapat menampung sekitar 1.000
bibit tomat yang didapat dari penjual bibit di Kecamatan Baturiti, Kabupaten
Tabanan.

Karma memaparkan, pada awal proses penanaman sampai proses panen


memerlukan waktu paling cepat tiga bulan dan paling lama empat bulan. Selama
periode tersebut, ia melakukan perawatan dengan memberikan pupuk tambahan
kotoran ayam dan pupuk kandang serta memberikan tambahan pupuk kimia
untuk mempercepat proses tumbuh dari bibit tomat.

"Agar tanaman tomat dapat tumbuh baik, kami memberikan beberapa bambu
berukuran antara satu sampai satu setengah meter agar dapat tumbuh berfungsi
sebagai penyangga tanaman," imbuhnya.

Lebih lanjut, ia memaparkan, pihaknya berharap hujan segera turun, sehingga


memudahkan para petani menanam tomat. "Kalau hujan dipastikan hasil panen
kembali naik," kata dia.

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/10/18/nwe8f0383-petani-
tomat-merugi-akibat-kekeringan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian berencana menambah
rantai industri pengolahan tomat. Hal ini dilakukan sebagai langkah jangka
menengah dan panjang untuk membantu petani tomat dan memanfaatkan
produksi tomat yang melimpah di dalam negeri.

Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Euis


Saedah mengatakan, penambahan rantai industri pengolahan tomat tersebut
rencananya akan difokuskan untuk membuat pasta tomat. Pasalnya selama ini
sejumlah industri makanan masih mengimpor pasta tomat dari Amerika Serikat
dan Cina. Menurut Euis, dalam skala internasional tomat Indonesia belum
memenuhi kriteria mutu untuk dijadikan dalam bentuk pasta.

"Paling tidak sambil menunggu menjadi pasta tomat yang kelas internasional,
kita membuat yang menengahnya dulu sehingga pasta tomat ini bisa membantu
industri hilir lainnya," kata Euis di Jakarta, Senin (17/8).

Selain dibuat sebagai pasta, industri pengolahan tomat juga akan didorong untuk
dijadikan saus tomat, dodol tomat, maupun selai tomat. Dengan ditambahnya
rantai produksi pengolahan ini maka diharapkan bisa memperpendek rantai
distribusi petani. Dengan demikian, saat panen tomat petani bisa langsung
menjualnya ke industri-industri pengolahan.

Euis menjelaskan, tomat yang paling banyak digunakan untuk industri yakni
tomat buah karena dagingnya lebih tebal dan padat. Untuk mendorong industri
pengolahan tomat, Kementerian Perindustrian akan bertemu dengan asosiasi
dan pelaku industri makanan dan minuman olahan.

"Saya ingin bertemu dengan ahli pengolahan tomat, dan ini harus dibahas dulu
kritikal poinnya dimana," kata Euis.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan, pihaknya


akan bekerja sama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk
mencari investor di sektor pengolahan. Hal tersebut juga menjadi salah satu
upaya dalam mendorong subtitusi impor.

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/08/17/nt7svo319-kabar-baik-
bagi-petani-pemerintah-dorong-industri-pengolahan-tomat

BANDARLAMPUNG, KOMPAS.com - Harga tomat yang anjlok sampai Rp 500 per


kilogram, membuat petani di Liwa Kabupaten Lampung Barat membiarkan panen tomatnya
membusuk di lahan perkebunan.

Menurut seorang petani tomat, Munandar Mursal petani sayuran di Lampung Barat pada
Kamis (23/7/2015) harga jual tomat tidak sebanding dengan ongkos produksi yang
dikeluarkan.

"Bayar upah buruh memetik tomat saja mencapai Rp 40 ribu per orang belum termasuk
biaya kotak untuk menaruh hasil panen ditambah ongkos angkut, kalau harganya cuma Rp
500 kami para petani sangat merugi," kata dia.

Dia mengatakan, dalam 1 hektare lahan bisa menghasilkan 35 ton tomat. Dia sendiri
memiliki sekitar 14 hektare lahan yang seluruhnya sudah siap panen.

Nasib yang sama juga dirasakan oleh ratusan petani tomat lainnya yang ada di sekitar
Lampung Barat, yang selama ini menjadi sentra produsen sayuran. Dalam sehari terdapat
sekitar 50 sampai 100 unit truk pengangkut hasil panen sayur keluar masuk ke daerah
tersebut.

Para petani berharap ada sebuah pabrik saos besar yang berproduksi di sekitar Lampung
Barat agar hasil panen tidak sia-sia seperti yang terjadi saat ini.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/07/23/155708426/Harga.Anjlok.Pet
ani.Biarkan.Tomat.Membusuk.di.Kebun?
utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp

Jakarta - Memasuki masa panen, harga tomat di tingkat petani di Garut, Cianjur, dan
Bandung anjlok hingga Rp 200/kg. Harga tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan harga
tomat di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur sebesar Rp 4.000/kg.

Direktur Budidaya Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian (Kementan) Yanuardi
mengatakan, pihaknya langsung bergerak cepat mengatasi merosotnya harga tomat di
petani dengan berbagai langkah.

"Langsung rapat dengan kementerian terkait (Kementerian Perdagangan). Ada beberapa


langkah jangka panjang dan jangka pendek," jelas Yanuardi pada detikFinance, Sabtu
(15/8/2015).

Yanuardi menyebut, dalam jangka pendek pihaknya akan memborong tomat petani di
sentra-sentra produksi tomat di Jawa Barat untuk memasok kebutuhan sayur di pasar tani
yang digelar sejumlah lembaga negara.

"Ini kan mau perayaan 17 Agustus. Kita serap sebanyak-banyaknya dari Petani dan dijual
langsung di Jakarta. Dari Kemendag juga ada, saya nggak tahu jumlah persisnya, dan ini
kan langkah darurat," ujarnya.

Untuk pengadaan tomat di program pasar tani tersebut, sambung Yanuardi, pihaknya akan
membeli tomat petani di atas harga pokok pembelian petani sebesar Rp 2.000-2.200/kg.

Sementara untuk jangka panjang, kata Yanuardi, Kementan juga tengah menjajaki komitmen
kerjasama dengan industri dalam negeri untuk menambah serapan tomat dari petani lokal.

"Sudah kita minta industri supaya ambil lebih banyak dari tomat lokal. Itu upaya-upaya
jangka panjang kita," terang Yanuardi.

Yanuardi melanjutkan, selain meminta industri lebih aktif menyerap tomat petani, pihaknya
juga sudah melakukan komitmen kerjasama baru dengan beberapa supermarket di
Jabodetabek untuk menampung kelebihan pasokan tomat tersebut.

"Ada. Contohnya Carrefour di Lebak Bulus. Itu yang melakukan Dirjen Perdagangan Dalam
Negeri Kemendag, minta supaya ritel ikut bantu harga di petani," imbuh Yanuardi.

http://finance.detik.com/ekonomi-bisnis/2993036/harga-anjlok-rp-200-kg-
pemerintah-akan-borong-tomat-petani

Você também pode gostar