Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Sumber daya manusia (SDM) di Puskesmas terutama bidan koordinator KIA yang
perlu ditingkatkan kemampuannya dalam aspek manajerial dan akuntabilitas. Pada
aspek manajerial, bidan koordinator perlu ditingkatkan wawasannya tentang
perecanaan, pengorganisasian, pencapaian target dan perencanaan tindak lanjut
pemecahan masalah/ kendala yang dihadapi. Sedangkan pada aspek akuntabilitas
bidan koordinator perlu ditingkatkan wawasannya tentang pengelolaan dan
pertanggungjawaban kegiatan dan teknis administrasi lainnya. Peningkatan mutu
program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan pelayanan pada tingkat Puskesmas
dan Kota. Analisa Cakupan pelayanan KIA meliputi cakupan kunjungan ibu hamil,
persalinan oleh tenaga kesehatan, kunjungan nifas, penangananan komplikasi
obstetrik & neonatal, pelayanan KB.
Hambatan
Metode (methode) saya bahas duluan karena sebagian besar pembahasan justru
nanti ada di materialnya.
Metode yang dirasakan hambatan adalah waktu pelaksanaan yang terlalu dekat,
yaitu tiap 3 bulan.
Materi (material) adalah mengenai ceklis supfas itu sendiri. Karena cukup banyak
akan saya masukkan subjudul tersendiri.
Usulan Perbaikan Ceklis
Pendekatan Proses. Ini dulu jadi dasarnya program Quality Assurance yang tenar
dengan Health Project. Bahkan sampai sekarang BKKBN tiap tahun masih rajin bikin
buku dengan metode ceklis terhadap pelayanan KB.
Input biasanya tidak dimasukkan ceklis. Dan dalam pendekatan output juga
dijadikan penyebab masalah. Kenapa di dalam ceklis ini disebutkan ada pendekatan
output, di bagian belakang ceklis Pelayanan ANC ditanyakan dalam Manajemen
Program (7 pertanyaan). Menurut saya disinilah yang tidak konsisten. Teori gitu ..
Kami juga menggunakan pendekatan proses dalam beberapa hal seperti Kuesioner
MTBM dan beberapa kuesioner KB dan Imunisasi. Yang paling advance kami
gunakan di Kelompok Budaya Kerja. KBK menggunakan checksheet sebagai alat
dalam mencari kelemahan SOP yang diterapkan. Sayang KBK ini kurang mendapat
dukungan dari Dinas Kesehatan. Padahal dalam pelaksanaannya sangat diperlukan
bimbingan dari Dinas Kesehatan. Misalnya pada langkah pertama dari TULTA,
penyampaian hasilnya diharuskan disupervisi oleh 3 pimpinan keatas, berarti kalo
di puskesmas, tim saya harus disupervisi seksi puskesmas, kabidang yankes dan
kepala dinas. Wheeww .. mimpi kali ..
Melihat cara yang berbeda ini maka tentunya agak aneh kalo satu ceklis
menggunakan 2 pendekatan sekaligus. Usul saya sih lebih baik konsisten saja
menggunakan pendekatan proses. Jadi tidak perlu menanyakan tentang
pencapaian dari program yang dilaksanakan oleh Bidan di Desa.
Pada ceklis ada isian Asuhan Bayi Baru Lahir (TTV, Kejang, ggg napas, hipotermia,
infeksi bakteri, ikterus, ggg sal. cerna, diare, berat badan rendah atau ASI) dan
Pelayanan Kes Bayi dan Anak Balita (TTV, Batuk atau Sukar bernapas, Diare,
Demam, Masalah Telinga, Gizi Buruk) semuanya tentang bagaimana bidan di desa
sudah melaksanakan hal-hal tertentu pada masing-masing poin diatas, misalnya
pada kejang apakah bidan melihat tanda-tanda kejang, apakah bidan melakukan
tindakan mengatasi kejang dll.
Ini agak menyulitkan karena didalam supervisi kita tidak selalu menemui setiap
kasus yang tercantum tersebut. Pada pelatihannya dulu, disebutkan bahwa yang
tidak bisa dipantau dengan menggunakan observasi dilaksanakan dengan melihat
pencatatan (recording). Ini yang sulit.
Karena sistem pencatatan yang ada tidak sama dengan jawaban yang dimaui.
Recording tidak menjamin bidan yang mencatat melakukan tindakan sesuai dengan
standar.
Petugas masih jauh dari definisi rajin untuk Recording Reporting. sebenarnya
bukan alasan dan
Tidak ada standar tertentu seperti pada ISO untuk menuntun recording.
Pertanyaan sebaiknya dilepaskan menjadi satu-satu sub ceklis dan bisa diambil bila
memang ada kasus pada observasi.
Atau bila memang yang dimaksud adalah pertanyaan tersebut disesuaikan dengan
MTBM atau MTBS mungkin bisa lebih disederhanakan menjadi apakah standar
MTBM dilaksanakan, dengan melihat status MTBM misalnya.
Puskesmas perlu di-chalange untuk membuat SOP untuk setiap kasus yang pernah
ditanganinya, atau setiap kegiatan yang pernah dilakukan, dan terus melakukan
perbaikan terhadap SOP tersebut (KBK).
Dua, pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam ceklis konon tidak cukup sederhana.
Beberapa poin dalam c
eklis dijabarkan terlalu detil sehingga terasa sangat menyulitkan.
Perubahan yang diharapkan adalah detil dari pekerjaan teknis bidan harusnya bisa
terjabar dalam instruksi kerja dan masing-masing instruksi kerja mempunyai
metode pengawasan tersendiri. Misalnya untuk standar Mencuci tangan, rasanya
sih tidak perlu tertuang sebagai item-per-item, tapi lebih baik hanya poin besarnya
saja bidan sudah mencuci tangan dengan benar misalnya.
Perbaikan struktur ceklis dengan memberikan sub ceklis yang bisa dilaksanakan
tersendiri. Nilai kemudian bisa diakumulasi untuk menjadi indeks ketaatan terhadap
prosedur
Meskipun pada kenyataan untuk pasien di desa, terutama yang sangat sulit
transportasi masih dilayani oleh bidan di desa dalam hal pelayanan kesehatan
rawat jalan biasa, namun demikian untuk dijadikan standar tampaknya kita harus
berpikir ulang dulu.
Selain 3 hal diatas ada juga beberapa yang selalu terus diusulkan :
Nah demikianlah beberapa usulan yang juga mungkin sudah dituangkan dalam
berbagai pertemuan serupa dengan kabupaten IMHI lainnya. Semoga hal tersebut
menjadi perbaikan bagi ceklis dimaksud.
Salam.
pos
Salah satu program kesehatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat dan
berperan besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah Program
Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana (KIA & KB). Untuk menciptakan
program yang berdayaguna, maka harus didukung dengan ketersediaan data KIA
dan KB yang berkualitas.
Menyikapi hal tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu melalui Bidang
Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat pada Senin
(20/03/2017) mengadakan Pertemuan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Program
KIA dan KB Tingkat Puskesmas Angkatan I dan II Tahun 2017. Kegiatan ini
dilaksanakan selama 3 (tiga) hari tepatnya pada tanggal 20 23 Maret 2017 yang
bertempat di Aula Wisma Happy Pematang Reba. Sebagai peserta pertemuan ini
adalah seluruh Bidan Koordinator UPT Puskesmas, Penanggung Jawab Program
Kesehatan Ibu UPT Puskesmas, Penanggung Jawab Program Kesehatan Anak UPT
Puskesmas, Penanggung Jawab Program KB Puskesmas, serta penanggung jawab
program KIA dan KB Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu.
Kepala Seksi KIA, Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu, Veny
Rismayanti, SST, MPH, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan Bidan Koordinator dan penanggung jawab KIA dan KB
dalam pencatatan dan pelaporan data program KIA dan KB.
PUSKESMAS CILEMBANG
g. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pengamatan alat medis, non medis
KIA.
PUSKESMAS CILEMBANG
SUPERVISI FASILITATIF
Supervisi Fasilitatif adalah Manajemen Mutu dengan pendekatan proses. kegiatan ini
juga bertujuan untuk melakukan pembinaan pada jejaring Puskesmas Kamoning
tentang masalah administrasi dan pelaporan. Alat yang digunakan adalah ceklist.
Kegiatan ini rutin dilakukan setiap tahun terhadap pustu dan Polindes di wilayah
Kerja Puskesmas Kamoning, Diharapkan dengan melaksanakan supervisi
pelaksanaan kegiatan-kegiatan polindes, maka akan tercapai suatu pelaksanaan
kegiatan yang standart.
supervisi Fasilitatif dilakukan setiap awal tahun untuk mengetahui kinerja jejaring
pustu dan polindes pada tahun sebelumnya, dan untuk melihat kinerja jejaring
pustu dan polindes maka kegiatan dilakukan pada awal tahun 2012.
Anggota :
mejenk...dulu deh.......
Supervisi Fasilitatif Penyeliaan fasilitatif program kesehatan ibu dan anak (KIA)
merupakan suatu proses pengarahan, bantuan dan pelatihan yang mendorong
peningkatan kinerja dalam pelayanan bermutu, yang dilakukan dalam sebuah siklus
yang berkesinambungan serta implementasinya menggunakan daftar tilik sebagai
penilaian terhadap ukuran standar pelayanan KIA. Dalam pelaksanaannya,
penyeliaan fasilitatif program KIA bersifat terarah, sistematis, efektif, fasilitatif, dan
berbasis data. Tujuan : 1. Perbaikan kinerja dan mutu pelayanan KIA di fasilitas
pelayanan kesehatan dengan menilai kepatuhan terhadap standar . 2.
Maksimalkan peran dan fungsi bidan koordinator dan meningkatkan kinerja dan
kemandirian bidan baik itu di puskesmas, polindes / poskesdes serta
meningkatkan mutu pelayanan secara keseluruhan. Berkaitan hal tersebut, Kepala
Puskesmas Karangrejo. beserta Dokter, Bidan Koordinator dan Koordinator Rawat
Inap melakukan supervisi fasilitatif dan pembinaan ke Jaringan Puskesmas
Karangrejo (Pustu/Polindes/Poskesdes). Dalam kunjungan tersebut secara umum
Bidan Desa telah melaksanakan tupoksinya masing-masing diwilayah kerjanya,
namun ada beberapa ke administrasian yang perlu untuk segera ditertibkan dan
dibenahi, hal ini sangat penting karena dapat dinilai sejauh mana Kendali Mutu
terhadap pelayanan yang diberikan pada masyarakat. 1. Supervisi ke Poskesdes
Sembon : 2. Supervisi ke BPM Ibunda Sembon : 3. Supervisi ke
Polindes/Poskesdes Sukowiyono : 4. Supervisi ke BPM Srijati Bungur : 5. Supervisi
ke Pustu Jeli : 6. Supervisi ke Polindes/Poskesdes Sukorejo Diposkan oleh
puskesmas karangrejo di Selasa, Oktober 29, 2013 Komentar : Cheap Offers:
http://bit.ly/gadgets_cheap