Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BRAMANTO JAYASIDDAYATRA
DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Bramanto Jayasiddayatra
NIM G14080089
ABSTRAK
ABSTRACT
BRAMANTO JAYASIDDAYATRA. Characteristics of Elementary School
Children Food in Indonesia. Advised by HARI WIJAYANTO and LA ODE
ABDUL RAHMAN.
The healthy level of food in elementary school could be the one of main
obstacle for Indonesia to develop human resources in the future. Observation in
periodic time must be done to minimalize the negative affect. National Agency of
Drugs and Foods Control has already made a survey to collect detail of
elementary school children food which sold in the school. The purpose of this
research are (1) To explained the characteristics of elementary school children
food in Indonesia; (2) To identify the food which not eligible to consume by
elementary school children. This survey had been done in February till Mei 2012.
Based on 7207 samples, fried food was the most and then followed by snacks, ice,
noodles, meatballs, softdrink, and jelly. From these sample, testing of parameters
was carried out to determine whether certain elementary school children food
eligible to consume or not. Test results showed that there was food not eligible to
consume by elementary school children because of excessive food additives and
microorganism contamination. The main caused of elementary school children
food becomed ineligible for ice, jelly, and softdrink was cyclamate. Meatballs and
fried food were indicated contaminating by high bacterial based on total plate
count testing parameter. Noodles were known containing any preservatives such as
formaldehyde and snacks contained borax. Biplot analysis showed that Papua
Maluku region have the highest number of ineligible elementary school children
food and risk substance for ice, jelly, fried food, snacks, and noodles.
BRAMANTO JAYASIDDAYATRA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Statistika
pada
Departemen Statistika
DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Karakteristik Pangan Jajanan Anak Sekolah Dasar di Indonesia
Nama : Bramanto Jayasiddayatra
NIM : G14080089
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah jajanan anak sekolah, dengan judul Karakteristik Pangan
Jajanan Anak Sekolah Dasar di Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Hari Wijayanto, MSi dan
Bapak La Ode Abdul Rahman, SSi, MSi selaku pembimbing yang telah
memberikan banyak saran dan kritik. Di samping itu, ucapan terima kasih
diberikan kepada Bapak Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr serta para staf Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Divisi Keamanan Pangan.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, mama, kakak, seluruh
keluarga, serta teman-teman atas doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bramanto Jayasiddayatra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anak periode usia sekolah dasar memerlukan asupan pangan yang bergizi dan
aman dikonsumsi. Rendahnya tingkat aman konsumsi pangan jajanan anak
sekolah (PJAS) di sekolah dasar perlu mendapat perhatian khusus karena secara
tidak langsung bisa menjadi salah satu hambatan penting dalam pembangunan
sumber daya manusia Indonesia di masa depan. Perkembangan pesat teknologi
produksi bahan pangan tambahan (BTP) untuk pembuatan pangan jajanan terbukti
dapat meningkatkan kemampuan produsen dalam menghasilkan produknya
menjadi lebih enak dengan warna menarik.
Pada umumnya mereka pernah bahkan sering membeli pangan jajanan yang
dijual di kantin maupun di sekitar sekolah tanpa menyadari bahwa sebagian
pangan jajanan yang dikonsumsi itu kelak dapat membahayakan kesehatan
tubuhnya dan kondisi tersebut diperparah dengan cara penjualan yang tidak
semestinya yaitu di tepi jalan yang relatif terbuka sehingga rawan tercemar oleh
mikroorganisme yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Menyikapi kondisi tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia (BPOM RI) selaku pemerintah terus meningkatkan pemantauan dan
pengawasan terhadap kantin sekolah dan atau para penjual di sekitar sekolah
karena sebagian jajanan tersebut dibuat dalam kondisi dan cara yang tidak
semestinya. Tujuan utamanya adalah untuk meminimalisir dampak negatif yang
dapat ditimbulkan akibat jajanan tersebut khususnya bagi anak sekolah dasar serta
bagi sekolah tempat mereka belajar. Adanya dampak negatif memberikan pertanda
bahwa tingkat keamanan jajanan sekolah masih buruk dan telah menjadi masalah
serius dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia.
Salah satu kegiatan pemantauan di lapangan oleh BPOM dilaksanakan dengan
melakukan kegiatan penarikan contoh jajanan. Pengawasan tersebut difokuskan
pada titik-titik rawan akan jajanan berpotensi beresiko tidak aman dikonsumsi
yang dijual di lingkungan Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Dalam rangka kegiatan tersebut, BPOM RI telah membuat suatu pedoman dalam
proses pengambilan contoh agar hasil kegiatan pemantauan bisa lebih mewakili
kondisi riil di lapang, mudah diinterpretasikan, dan lebih mudah ditentukan
langkah-langkah penanggulangannya.
Tujuan Penelitian
METODOLOGI
Sumber Data
Data yang digunakan merupakan data hasil survei terhadap pangan jajanan
anak sekolah yang dilaksanakan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia (BPOM RI). Survei dilaksanakan pada bulan Februari sampai
Mei tahun 2012. Survei dilaksanakan pada 30 provinsi di Indonesia. Sasaran
responden yang menjadi objek penelitian adalah pedagang yang menjual jajanan
sekolah baik yang dijajakan di kantin maupun di sekitar sekolah. Sekolah yang
disurvei tersebar di ibukota provinsi dan kabupaten/kota. Survei di ibukota
provinsi dilakukan oleh Balai Besar POM. Jumlah sekolah yang ditetapkan
menjadi tujuan survei sebanyak 30, di mana 15 lokasi diantaranya merupakan
sekolah yang akan diberikan Bimbingan Teknis (Bimtek) Keamanan Pangan
Jajanan Anak Sekolah. Lima belas lokasi sisanya ditentukan dengan cara sebagai
berikut: (1) Inventarisasi seluruh SD/MI sederajat di wilayah balai (diluar 15
SD/MI yang akan diberi Bimtek). Inventarisasi dilakukan untuk mendata objek
keseluruhan sekolah dasar yang berada dalam wilayah tersebut. Setiap wilayah
mempunyai karakteristik dan jumlah yang berbeda-beda; (2) Menentukan lokasi
sedemikian rupa sehingga lokasi yang terpilih tersebut mewakili dan terdapat
sekolahsekolah yang berpotensi beresiko terhadap jajanan sekolah. Sedangkan
survei di kabupaten/kota dilakukan oleh Balai POM dengan total lokasi sekolah
sebanyak 15 yang merupakan SD/MI terpilih yang akan diberikan Bimtek.
Tahapan kegiatan pengambilan contoh adalah sebagai berikut: (1) Inventarisasi
lokasi seluruh sekolah yang menjadi sasaran pelaksanaan contoh; (2) Survei awal
melihat jumlah pedagang yang menjajakan jajanan dan keberagaman jenis yang
dijual. Jika di sekitar sekolah yang dikunjungi tidak cukup banyak pedagang yang
berjualan maka lokasi dapat diganti dengan lokasi SD / MI yang berdekatan; (3)
Mengambil jenis jajanan masing-masing (minimal) dari 2 pedagang yang berbeda;
dan (4) Mengemas contoh agar terhindar dari pencemaran, memberikan kode dan
identitas, kemudian dibawa ke laboratorium balai atau balai besar untuk diuji
tingkat keamanan pangannya. Kriteria contoh adalah jajanan yang diduga
mengandung bahan tambahan makanan berlebihan dan terdapat cemaran
mikroorganisme yang berbahaya.
Semua jenis jajanan tersebut kemudian dilakukan pengujian untuk dibuktikan
apakah terdapat kandungan bahan tambahan pangan atau cemaran
mikroorganisme. Pengujian dilakukan sesuai parameter uji yang mengindikasikan
kalau jajanan tersebut beresiko. Setiap jajanan mempunyai cara pengujian yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung dari jenis jajanannya. Jenis
pangan yang ditentukan oleh BPOM RI sebanyak 7 jenis. Jajanan tersebut antara
lain bakso, es, jeli, kudapan, makanan ringan, mie, dan minuman warna. Berikut
tabel pengujian kandungan terhadap jenis jajanan.
3
Khamir).
3 Jeli, agar-agar, produk gel lainnya Pewarna (Rhodamin B, Methanyl Yellow),
Pengawet (benzoat, sorbat), Pemanis
buatan (siklamat, sakarin), Cemaran
mikroba (MPN Coliform, S. aureus).
sejenisnya).
5 Makanan ringan (kerupuk, Boraks, Pewarna (Rhodamin B, keripik, produk
ekstrusi dan Methanyl Yellow), Pengawet (benzoat,
sejenisnya) sorbat), Pemanis buatan (siklamat,
sakarin), Cemaran mikroba (MPN
E.Coli, S. aureus).
6 Mie (disajikan/siap dikonsumsi) Formalin, Boraks, Pewarna (Methanyl
Yellow), Cemaran mikroba (MPN
E.Coli, S. aureus).
7 Minuman warna, sirup, dan Pewarna (Rhodamin B, Methanyl
minuman serbuk Yellow), Pengawet (benzoat, sorbat),
Pemanis buatan (siklamat, sakarin,
acesulfam K), Cemaran mikroba (
ALT, MPN Coliform, MPN E.Coli,
Salmonella sp, S. aureus, Kapang
Khamir).
(Sumber : Petunjuk Teknis Sampling PJAS 2012)
4
Metode Analisis
dua peubah acak. Nilai korelasi antara peubah x dan y diperoleh dengan
rumus
( )
Nilai p 0.05 maka nilai koefisien signifikan pada taraf nyata 5%. Nilai p
> 0.05 maka nilai koefisien tidak signifikan pada taraf nyata 5%.
4. Melakukan analisis biplot untuk mengidentifikasi sebaran jenis jajanan yang
tidak memenuhi syarat di wilayah Indonesia.
Analisis biplot pertama kali diperkenalkan oleh Gabriel (1971). Biplot
merepresentasikan grafis yang mengandung informasi pada n x p data
matriks. Informasi pada baris menunjukkan contoh unit dan pada kolom
menunjukkan peubah. Grafik biplot menggambarkan hubungan antar objek,
peubah, serta membantu membentuk kelompok (Johnson dan Wichern 2007).
Informasi dan interpretasi yang diperoleh pada biplot antara lain :
1. Kedekatan antar objek.
Dua objek atau lebih yang memiliki karakteristik relatif mirip
digambarkan dalam titik yang saling berdekatan.
2. Hubungan antar peubah.
Biplot akan menggambarkan peubah garis (vektor) berarah. Dua garis
yang searah dan membentuk sudut lancip mendekati nol derajat memiliki
korelasi positif yang tinggi. Apabila sudut yang dibentuk tumpul
mendekati seratus delapan puluh derajat memiliki korelasi negatif tinggi.
6
Eksplorasi Data
Jumlah jajanan yang tercakup dalam survei pangan jajanan anak sekolah tahun
2012 sebesar 7207 jajanan. Jumlah jajanan tersebar pada seluruh SD/MI yang
menjadi objek survei di 30 provinsi. Jenis jajanan yang dijual mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda. Sebaran jumlah contoh masing-masing jajanan
disajikan pada Tabel 2.
Perbedaan jumlah jajanan juga terjadi di setiap wilayah dimana jumlah jajanan
paling banyak berada di provinsi Sumatra Selatan dengan total jajanan sebesar
527 atau hampir mencapai 7.3% dari keseluruhan provinsi sedangkan jumlah
paling sedikit berada di provinsi Maluku dengan total 54 jajanan atau hanya
sekitar 0.75%. Bervariasinya jumlah jajanan setiap daerah disebabkan ada
perbedaan jenis balai di daerah. Balai yang berada Provinsi Sumatra Selatan
meupakan balai besar sedangkan Provinsi Maluku merupakan balai kecil sehingga
ada perbedaan penjatahan dalam jumlah sekolah dasar yang merupakan tempat
dimana jajanan tersebut dijual.
Jajanan yang sudah terambil kemudian dilakukan pengujian sesuai parameter
untuk diamati jenis kandungan yang terdapat di jajanan tersebut. Jika jenis jajanan
mengandung salah satu parameter tersebut atau terdapat kandungan yang melebihi
batas maka jajanan tersebut dinyatakan tidak memenuhi syarat (TMS). Pada
Gambar 1 menunjukkan perbandingan jumlah jajanan yang memenuhi syarat
(MS) dan tidak memenuhi syarat (TMS). Dapat dilihat dari gambar bahwa masih
terdapat jajanan yang tidak memenuhi syarat. Meskipun komposisinya tidak
terlalu tinggi tetapi kandungan yang menyebabkan jajanan tersebut menjadi TMS
tetap tidak sehat, tentu saja hal ini membahayakan kesehatan anak sekolah dasar.
19.11%
80.89%
9.92%
90.08%
22.18% 49.95% 9.35%
50.05% 27.04% 47.93%
77.82% 90.65%
72.96% 52.07%
Bakso Es (n=995) Jeli (n=392) Kudapan Makanan Ringan Mie Minuman Warna
(n=568) (n=588)
(n=2731) (n=1280) (n=653)
MS TMS
Meskipun jenis jajanan yang paling banyak dijajakan adalah jenis kudapan
namun jajanan jenis es mempunyai persentase tidak memenuhi syarat yang cukup
tinggi yaitu sebesar 49.95%. Jajanan jenis es yang dijual meliputi es mambo,
lolipop, es lilin, es teler, es cendol, es campur, es cincau, es kelapa, es teh, dan
sejenisnya.
Hasil analisis korelasi hubungan antara persentase setiap jajanan TMS dan
jumlah contoh setiap jenis jajanan menunjukkan nilai koefisien sebesar -0.204
dengan nilai-p 0.661 dimana nilai-p lebih dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah contoh jajanan tidak memiliki hubungan linier dengan persentase TMS.
8
Dengan kata lain, persentase TMS pada setiap jajanan tidak ada hubungannya
dengan apakah jumlah contohnya banyak atau sedikit saja. Akan tetapi, jika
ditelusuri lebih jauh pada setiap provinsinya, ternyata ada korelasi sebesar -0.378
dengan nilai-p 0.039 dimana nilai-p kurang dari 0.05. Hal ini mengindikasikan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah contoh setiap provinsi dengan
persentase TMS. Dengan kata lain, semakin sedikit jumlah contoh maka semakin
besar persentase TMS. Hal ini pastinya diperhatikan secara serius oleh pemerintah
karena pengaruh tersebut menunjukkan adanya kecenderungan jumlah contoh
jajanan yang diambil dengan keputusan terjadinya jajanan TMS.
Pada daerah tertentu terdapat jumlah contoh yang melebihi jumlah sesuai
isyarat petunjuk teknis seperti Sumatra Selatan. Hal ini dikhawatirkan jika
kelebihan jumlah contoh yang diikuti jumlah sekolah maka sekolah yang menjadi
tujuan survei adalah sekolah-sekolah yang ada kemungkinan berpotensi tidak
terdapat jajanan beresiko diluar sekolah yang telah mendapat bimbingan teknis.
Oleh karena itu, diperlukan suatu mekanisme dalam proses pengambilan contoh
yang baik serta sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah.
Berbagai jenis jajanan yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pengujian
untuk membuktikan apakah jajanan tersebut mengandung bahan tambahan pangan
(BTP) yang melebihi kadar atau tidak diperbolehkan serta adanya cemaran
mikroorganisme. Setelah dilakukan pengujian terhadap masing-masing parameter
uji pada jenis jajanan diketahui masih banyak terdapat jajanan yang tidak
memenuhi syarat. Pengujian ini dilakukan untuk melihat parameter yang menjadi
penyebab jajanan menjadi tidak memenuhi syarat secara keseluruhan.
Persentase parameter uji jajanan jenis kudapan seperti yang tertera pada Tabel
3 menunjukkan hasil parameter uji untuk Angka Lempeng Total (ALT)
mempunyai angka persentase yang lebih tinggi daripada parameter uji yang lain
yaitu sebesar 69.73%.
Angka Lempeng Total (ALT) merupakan metode kuantitatif yang digunakan
untuk mengetahui jumlah mikroba yang berada dalam sampel. Metode ini
9
Persentase parameter uji jajanan jenis jeli seperti yang tertera pada Tabel 4
menunjukkan hasil parameter uji untuk siklamat mempunyai angka persentase
yang lebih tinggi daripada parameter uji yang lain yaitu sebesar 69.81%.
Siklamat merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memberikan rasa
manis dalam makanan tetapi tidak memiliki nilai gizi. Pemanis ini sering
digunakan untuk makanan kaleng yang diproses dalam suhu tinggi karena
merupakan pemanis yang tahan panas, selain itu pemanis ini juga didapatkan
dengan harga murah dibandingkan gula alami sehingga banyak digunakan oleh
pedagang kecil dan industri rumahan karena dapat menghemat biaya produksi.
Walaupun mempunyai rasa manis serta berbiaya murah, penggunaan siklamat
harus dibatasi karena dapat membahayakan kesehatan. Bahaya akan siklamat
dapat memunculkan gangguan bagi kesehatan seperti tumor dan kerusakan
kromosom (Yuliarti, 2007).
Persentase parameter uji jajanan jenis mie seperti yang tertera pada Tabel 5
menunjukkan hasil parameter uji untuk formalin mempunyai angka persentase
yang lebih tinggi daripada parameter uji yang lain yaitu sebesar 40%.
Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40%
formaldehid. Penggunaan formalin yang sebenarnya bukan untuk makanan
melainkan sebagai antiseptik, germisida, dan pengawet non makanan. Besarnya
manfaat di bidang industri ternyata banyak disalahgunakan untuk penggunaan
pengawetan industri makanan. Selain harga murah dan mudah didapatkan,
produsen seringkali tidak mengetahui penggunaan bahan tersebut karena dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan.
Kandungan formalin yang tinggi akan meracuni tubuh, iritasi pada lambung,
alergi, menyebabkan kanker, dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan
fungsi sel). Dalam kadar yang sangat tinggi dapat menyebabkan kegagalan
peredaran darah yang berujung kematian (Cahyadi, 2008).
Persentase parameter uji jajanan jenis makanan ringan seperti yang tertera pada
Tabel 6 menunjukkan hasil parameter uji untuk boraks mempunyai angka
persentase yang lebih tinggi daripada parameter uji yang lain yaitu sebesar
38.58%.
Boraks dapat disebut asam borat, bahan ini merupakan pembersih, fungisida,
herbisida, dan insektisida yang bersifat toksik atau meracuni manusia. Meskipun
bukan pengawet, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet makanan serta
dapat mengenyalkan makanan.
Pemakaian secara berulang pada boraks dapat menimbulkan keracunan yang
ditandai mual, diare, lemah, dan sakit kepala. Boraks dapat mengakibatkan iritasi
pada mata, kulit, atau saluran respirasi. Dalam jangka panjang mengakibatkan
tanda-tanda merah pada kulit dan gagal ginjal (Yuliarti, 2007).
11
Hasil pengujian jajanan jenis bakso yang tertera di Tabel 7 telah diketahui
angka persentase paling tinggi terdapat pada parameter uji angka lempeng total
(ALT) yaitu sebesar 69.05%. Hal yang sama juga terjadi pada jenis jajanan es
yang tertera di Tabel 8 didapatkan angka persentase parameter uji siklamat yaitu
sebesar 47.08%. Namun jika dicermati, didapatkan angka persentase parameter uji
MPN (Most Probable Number) Coliform yang tidak terpaut jauh dengan
parameter uji ALT dan siklamat yaitu masing-masing sebesar 62.70% dan 45.27%.
Pengujian MPN Coliform merupakan metode secara statistik yang digunakan
dalam menghitung jumlah bakteri coliform yang merupakan kontaminan makanan
dan minuman. Bakteri coliform merupakan jenis bakteri yang hidup dalam saluran
pencernaan manusia serta bakteri yang menjadi indikator adanya pencemaran
bakteri patogen (dapat menimbulkan penyakit).
Hasil pengujian jajanan jenis minuman warna yang tertera di Tabel 9 telah
diketahui angka persentase paling tinggi terdapat pada parameter uji siklamat
yaitu sebesar 46.01% kemudian diikuti oleh ALT sebesar 42.17%. Namun jika
dicermati, terdapat parameter uji Angka Kapang Khamir (AKK) yang angka
persentasenya tidak terpaut jauh dari keduanya yaitu sebesar 40.58%. Uji tersebut
untuk menetapkan angka kapang dalam makanan.
Kapang merupakan kelompok mikroba dalam fungi atau jamur. Kapang
merupakan mikroorganisme bersel banyak serta memiliki ukuran dari skala
mikroskopis hingga makroskopis.
Gangguan kesehatan banyak ditimbulkan oleh spora kapang yang dapat
menyerang saluran pernapasan seperti asma, alergi rinitis, dan sinusitis. Penyakit
lain adalah infeksi kapang yang dapat menyebabkan tumbuhnya spora dalam
saluran pernapasan (Arifah, 2010).
Analisis Biplot
Nusa Tenggara
Es
%)
0,5
Makanan
Ringan
Jeli
2F (18,17
0 Mie
Kudapan Papua +
Maluku
-0,5
Sumatra
-1 Jawa + Bali
Sulawesi
-1,5
-2
Simpulan
Jajanan yang dijual di sekolah dasar beragam jenisnya. Adapun dari 7 jenis
jajanan yang disurvei, jajanan yang banyak dijual adalah kudapan atau jajanan
sejenis gorengan sedangkan jajanan yang mempunyai persentase tidak memenuhi
14
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Pedoman Sampling Pangan Jajanan Anak Sekolah. Jakarta (ID):
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Arifah, IN. 2010. Analisis Mikrobiologi Pada Makanan. [Tugas Akhir Magang].
Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta (ID): PT Bumi Aksara.
Irvani D, Kurnia A, Sartono B. 2002. Analisis Biplot dan Rantai Markov untuk
Menelaah Perilaku Konsumen Majalah Berita Mingguan. Forum Statistika
dan Komputasi ISSN 0853 8115.
Johnson RA, Wichern DW. 2007. Applied Multivariate Statistical Analysis. New
Jersey (US): Pearson Education, Inc.
Yuliarti, N. 2007. Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta (ID):
Penerbit ANDI.
15
RIWAYAT HIDUP