Você está na página 1de 16

ANALISIS PENERAPAN GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP)

PADA INDUSTRI KECIL MENENGAH MAKANAN


(Studi Kasus : Industri Kerupuk Keripik Peyek
Dan Sejenisnya Di Kota Padang )

ARTIKEL

Oleh :

Peni Shoffiyati
BP : 0921202006

PROGRAM STUDI PEMBANGUNAN WILAYAH PEDESAAN


PEMUSATAN AGRIBISNIS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014

1
ANALISIS PENERAPAN GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP)
PADA INDUSTRI KECIL MENENGAH MAKANAN
(Studi Kasus : Industri Kerupuk Keripik Peyek Dan Sejenisnya Di Kota Padang)

Peni Shoffiyati, PWD Universitas Andalas (UNAND BP 2009),peni_rey@yahoo.com

ABSTRACT
This study aims to 1) Know and describe the implementation of current GMP on
small and medium food industry of peyek chips and the like in the city of Padang,
covering aspects of production, aspects of employees, facilities and infrastructure
aspects, aspects of documentation, and quality control aspects, 2) analyze the level of
implementation of GMP on small and medium food industry like crackers and peyek
chips in the city of Padang. Research has been carried out during the three months from
October to December 2013 in the city of Padang. In this research methodology, in
answering the first research purposes, ie with a descriptive analysis to describe the
results of the questionnaire results through the form of tables of measurement results of
research variables. Meanwhile, to answer the second research purposes, in processing
the data of the questionnaire author uses Guttman scale. To analyze the level of
implementation of GMP on small and medium food industry of peyek chips and the like
is also used the test of proportions.
The results showed that the application of GMP on small and medium food
industry of peyek chips and the like in the city of Padang is still not optimally
implemented. This is indicated by the small and medium industry are not fully
implementing the existing GMP standard criteria for each aspect. Although the
production aspects of the implementation of GMP standards already largely done, but
for aspects of quality control, many standards in that aspect has not been implemented.
While on the other three aspects, namely employees, aspects of infrastructure and
documentation aspects there are mostly standard on each of these aspects are not yet
implemented.
As for the level of implementation of GMP on small and medium food industry
of peyek chips and the like in the city of Padang can be seen in each aspect, where for
the production aspects of the small and medium food industry of peyek chips and the
like in the city of Padang have implemented maximum. While the level of
implementation of GMP in the aspect of employees, as well as facilities and
infrastructure aspects of the small and medium food industry of peyek chips and the like
in the city of Padang is not maximized implemented. Last, the level of the
implementation of GMP on documentation aspects and quality control aspects in small
and medium food industry of peyek chips and the like in the city of Padang less than the
maximum implemented.
Keywords : GMP, small and medium food industry

2
Pendahuluan Adapun kontribusi IKM

Salah satu arah kebijakan makanan yang dalam hal ini termasuk

industri nasional jangka panjang adalah dalam industri pengolahan dapat dilihat

struktur perekonomian diperkuat dari distribusi persentase PDRB Kota

dengan mendudukkan sektor industri Padang ADHB menurut lapangan usaha

sebagai motor penggerak yang pada tahun 2009 sampai dengan 2011,

didukung oleh kegiatan pertanian. dimana industri pengolahan (industri

Salah satu industri yang menjadi makanan) di Kota Padang memberikan

sasaran adalah perkembangan Industri kontribusi PDRB yang cukup besar

Kecil yaitu sekitar 14,66 persen.

Industri unggulan Sumatera Adapun lingkup penelitian ini

Barat tersebut sesuai dengan Perpres No adalah pada industri kerupuk keripik

28 Tahun 2008 tentang kebijakan peyek dan sejenisnya. Di Kota Padang

industri nasional yang menetapkan 10 untuk industri kerupuk keripik peyek

industri unggulan Sumatera Barat. Salah dan sejenisnya mempunyai unit usaha

satu dari kesepuluh industri unggulan yang paling banyak dibanding industri

Provinsi Sumatera Barat adalah industri makanan yang lainnya yaitu sejumlah

makanan. Adanya kegiatan industri 184 unit usaha. Hal ini berdasarkan

salah satunya adalah untuk potensi IKM makanan di Kota Padang

meningkatkan nilai tambah suatu menurut Dinas Perindagtamben Kota

produk. Yang mana sangat dperlukan Padang.

sebagai daya saing untuk dapat Berdasarkan potensi IKM

berkompetisi dalam perdagangan bebas. makanan di Kota Padang maka

2
Pemerintah Daerah Sumatera Barat menghasilkan produk makanan yang

melalui Pemerintah Kota Padang bermutu sesuai dengan tuntutan

melakukan kegiatan dalam rangka konsumen.

strategi pengembangan IKM. Menurut wawancara

Pembinaan dan pengembangan IKM pendahuluan dengan Dinas

makanan telah dilakukan namun Perindagtamben Kota Padang melalui

hasilnya belum cukup berarti terutama Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) IKM

dalam peningkatan mutu produk yang makanan diketahui sebagian besar dari

sesuai dengan Standar Nasional IKM makanan tersebut belum

Indonesia (SNI). menerapkan sistem manajemen mutu

Dengan semakin kritisnya sebagai jaminan pada mutu produk yang

masyarakat dan tuntutan konsumen dihasilkan.

terhadap kualitas mutu produk pangan, Dalam rangka mengantisipasi

maka IKM makanan perlu memperbaiki hal tersebut, perlu dilakukan cara-cara

proses produksi sebagai upaya berproduksi yang berorientasi pada

meningkatkan kualitas produk yang penerapan sistem mutu GMP atau Cara

dihasilkan (Ditjen Industri dan Dagang Produksi Makanan Yang Baik (CPMB).

Kecil Menengah, 2004). Maka berdasarkan uraian

Good Manufacturing Practices tersebut diperlukan adanya suatu

(GMP) merupakan suatu pedoman cara penelitian untuk membahas

memproduksi makanan dengan tujuan permasalahan :

agar produsen memenuhi persyaratan- 1. Bagamana penerapan GMP saat ini

persyaratan yang telah ditentukan untuk pada IKM makanan kerupuk keripik

3
peyek dan sejenisnya di Kota Metodologi

Padang, meliputi aspek produksi, Kegiatan penelitian ini

aspek karyawan, aspek sarana dan dilaksanakan di Kota Padang yang

prasarana, aspek dokumentasi, dan merupakan lokasi penelitian dan tempat

aspek pengendalian mutu? pengambilan data primer serta

2. Bagaimana tingkat penerapan GMP sekunder. Penelitian dilakukan mulai

pada IKM makanan kerupuk keripik dari bulan Oktober sampai dengan

peyek dan sejenisnya di Kota bulan Desember 2013.

Padang? Populasi dalam penelitian ini

Adapun tujuan penelitian ini adalah IKM makanan yang tergolong

adalah dalam industri kerupuk, keripik peyek

1. Mengetahui dan mendeskripsikan dan sejenisnya di Kota Padang yang

penerapan GMP saat ini pada IKM berjumlah 184 unit (Dinas

makanan kerupuk keripik peyek dan Perindagtamben Kota Padang).

sejenisnya di Kota Padang, meliputi Adapun variabel penelitian yang

aspek produksi, aspek karyawan, akan dipilih meliputi aspek-aspek yang

aspek sarana dan prasarana, aspek perlu dilaksanakan dalam penerapan

dokumentasi, dan aspek GMP menurut Direktorat Jenderal

pengendalian mutu? Industri dan Dagang Kecil Menengah

2. Menganalisis tingkat penerapan Departemen Perindustrian dan

GMP pada IKM makanan kerupuk Perdagangan RI, (2004) yaitu : Aspek

keripik peyek dan sejenisnya di produksi, Aspek karyawan, Aspek

Kota Padang? sarana dan prasarana, Aspek

4
dokumentasi, dan Aspek pengendalian Dimana jika dengan hipotesis tersebut

mutu. hasilnya adalah menolak H0 atau

Berdasarkan kerangka pemikiran menerima H1 berarti pada IKM tersebut

pada bab sebelumnya maka hipotesis kurang menerapkan aspek GMP pada

dalam penelitian ini adalah pada IKM usahanya.

kerupuk kripik peyek dan sejenisnya di Dalam menjawab tujuan

Kota Padang sangat menerapkan kaidah penelitian pertama, analisis deskriptif

GMP meliputi aspek produksi, aspek yang dilakukan dalam penelitian ini

karyawan, aspek sarana dan prasarana, yaitu dengan mendeskriptifkan hasil

aspek dokumentasi dan aspek kuesioner melalui bentuk grafik dan

pengendalian mutu. Maka jika tabel-tabel dari hasil pengukuran

ditampilkan dalam notasi adalah sebagai variabel penelitian. Sedangkan untuk

berikut : menjawab tujuan penelitian kedua,

H0 : = 76 % dalam pengolahan data hasil kuesioner


H1 : < 76 %
penulis menggunakan skala Guttman,
Notasi diatas adalah untuk hipotesis
yaitu untuk jawaban Ya diberikan
dengan syarat apabila IKM sangat
skor satu, sedangkan untuk jawaban
menerapkan aspek GMP pada usahanya.
Tidak diberikan skor nol dengan
Apabila hasil hipotesis dengan syarat
ketentuan yang dikemukakan oleh
tersebut hasilnya adalah menolak H0
Sugiyono (2004) mengenai skala
maka dilanjutkan dengan hipotesis :
Guttman, ketentuannya adalah sebagai
H0 : = 51 %
H1 : < 51 % berikut: Jawaban Ya

x 100%
Jawaban Kuesioner
5
0.00-0.25= No association or low -1,64 serta dicari ZHitung dengan rumus
association (weak
association) sebagai berikut :
0.25-0.50= Moderately low association
(moderately weak PH 0 dimana mencari
Z Hit
association)
0.51-0.75= Moderately high association
(moderately strong PH 0 (100 PH 0 )

association) n
0.76-1.00= High association (strong
association) up to perfect Dimana :
association = rata-rata sampel (persentase
sampel)
Berdasarkan kriteria tersebut, PH0 = nilai hipotesis dari prsentase
populasi
dalam penelitian ini dapat dijelaskan
maka aturan keputusannya adalah tolak
sebagai berikut:
H0 atau terima H1 jika ZHitung < -1,64.
a. 0% - 25%, berarti pelaku IKM tidak
Adapun langkah-langkah rinci
menerapkan GMP pada unit
pengukuran GMP pada tiap aspek
usahanya.
adalah sebagai berikut :
b. 26% - 50%, berarti pelaku IKM
1. Merekap jawaban kuisioner yang
kurang menerapkan GMP pada unit
telah disebarkan pada IKM
usahanya.
responden per banyaknya responden
c. 51% - 75%, berarti pelaku IKM
per pertanyaan per aspek GMP.
cukup menerapkan GMP pada unit
Dimana pertanyaan yang dijawab
usahanya.
Ya diberi skor 1 dan pertanyaan
d. 76% - 100%, berarti pelaku IKM
yang dijawab Tidak diberi skor
sangat menerapkan menerapkan
0. Selanjutnya menjumlahkan skor
GMP pada unit usahanya.
tersebut sehingga didapatkan
Dalam uji proporsi dalam penelitian ini
persentase skor yang jawaban Ya
dipakai = 5 % dan digunakan ZTabel =
6
dan yang jawabannya Tidak per rata-rata sampel (persentase

banyaknya responden per sampel).

pertanyaan per aspek GMP. Hasil dan Pembahasan

Sehingga tampak jumlah persentase Penerapan Aspek GMP Pada

jawaban Ya pada tiap responden IKM Kerupuk Keripik Peyek Dan

pada masing-masing aspek. Sejenisnya Di Kota Padang pada

2. Selanjutnya merekap kembali masing-masing aspek yaitu :

jumlah persentase jawaban Ya 1. Aspek Produksi

per responden pada masing-masing Pada aspek produksi elemen

aspek. Kemudian menjumlahkan yang dijadikan kriteria adalah elemen

persentase jawaban Ya untuk bahan baku, bahan penolong dan bahan

masing-masing aspek selanjutnya tambahan pangan, elemen proses

dibagi dengan banyaknya responden produksi, elemen peralatan produksi,

(65 IKM) sehingga didapatkan skor elemen produk akhir, dan elemen

tertimbang. Skor tertimbang yang penyimpanan. Hasil dari kuisioner yang

didapat tersebut adalah yang diolah dalam penelitian ini

menjadi tolak ukur skala gutman menunjukkan bahwa sebagian besar

pada penelitian ini responden yaitu IKM keripik, kerupuk,

3. Selanjutnya untuk uji proporsi peyek dan sejenisnya di Kota Padang

dilanjutkan dengan memasukkan sebagian besar telah melaksanakan

skor tertimbang tersebut ke dalam GMP pada aspek produksi. Walau ada

rumus Z hitung dimana skor beberapa kriteria dari elemen aspek

tertimbang tersebut adalah atau produksi tersebut yang belum

7
sepenuhnya dilaksanakan. Kriteria memproduksi produk mereka. Karena

pertama adalah tentang penanganan itu tidak ada kode produksinya tercatat.

khusus bahan tambahan pangan (BTP). Dalam hal penentuan tanggal

Penggunaan BTP pada IKM responden kadaluarsa, para pemilik IKM juga

diatur atau diukur terlebih dahulu mengalami kesulitan untuk menentukan

sebelum digunakan. kapan produk mereka bisa dikatakan

sudah tidak layak lagi dikonsumsi.


Kriteria kedua yang belum
Atau pun mereka hanya mencoba
sepenuhnya dilakukan oleh para IKM
dengan cara mencicipi produk mereka
responden adalah ketentuan baku karena
yang mereka simpan secara berkala
mereka cenderung hanya melakukan
untuk mengetahui kapan produk mereka
perkiraan dari pengalamanya selama ini
sudah tidak layak dikonsumsi.
dalam melakukan proses produksi,
Kriteria keempat adalah dalam
seperti perkiraan lama pemasakan
hal penyimpanan bahan berbahaya
ataupun perkiraan suhu yang digunakan
seharusnya dalam ruangan tersendiri
dalam proses pemasakan.
dan diawasi agar tidak mencemari
Kriteria ketiga yang juga belum
bahan baku dan produk akhir serta tidak
sepenuhnya dilaksanakan adalah
membahayakan karyawan. Pada
penulisan kode produksi dan tanggal
awalnya pemilik melakukan hal tersebut
kadaluarsa di kemasan. Berdasarkan
untuk menjaga kerahasiaan usaha
hasil wawancara dengan para pemilik
mereka dalam hal takaran zat-zat
IKM hal tersebut dikarenakan mereka
tertentu yang dapat mempengaruhi cita
belum terbiasa menuliskan atau
rasa produk. Selanjutnya ternyata hal
mendokumentasikan kapan
8
tersebut merasa diperlukan oleh pemilk ruang ganti, dan ruang istirahat.

IKM untuk menjaga produk akhir dan Kriteria selanjutnya adalah kesesuaian

bertujuan agar tidak membahayakan pendidikan dan adanya pemberian

karyawan. pendidikan/ pelaihan tentang sanitasi

2. Aspek Karyawan dan hygiene.

Pada aspek karyawan elemen Secara umum penyebab dari

yang dijadikan kriteria adalah elemen belum sepenuhnya melaksanakan

kesehatan, kebersihan, kebiasaan, keempat kriteria diatas adalah karena

fasilitas, pelatihan dan pendidikan keterbatasan dana yang dimiliki oleh

karyawan. Hasil dari kuisioner yang pemilik.

diolah dalam penelitian ini 3. Aspek Sarana dan Prasarana

menunjukkan bahwa sebagian besar Pada aspek sarana dan prasarana

responden yaitu IKM keripik, kerupuk, elemen yang dijadikan kriteria adalah

peyek dan sejenisnya di Kota Padang elemen lokasi, bangunan, penerangan,

sebagian besar telah melaksanakan air dan penanganan limbah. Hasil dari

GMP pada aspek karyawan. Walau ada kuisioner yang diolah dalam penelitian

beberapa kriteria dari elemen aspek ini menunjukkan bahwa sebagian besar

karyawan tersebut yang belum responden yaitu IKM keripik, kerupuk,

sepenuhnya dilaksanakan. peyek dan sejenisnya di Kota Padang

Kriteria tersebut adalah sebagian besar belum melaksanakan

pemeriksaan kesehatan secara berkala, GMP pada aspek sarana dan prasarana.

menggunakan perlengkapan dengan Walau ada beberapa kriteria dari elemen

lengkap, adanya fasilitas ruang makan,

9
aspek sarana dan prasasana tersebut sejenisnya di Kota Padang sebagian

yang belum sepenuhnya dilaksanakan. besar belum melaksanakan GMP pada

Kriteria tersebut adalah ruangan aspek dokumentasi. Hampir seluruh

produksi terpisah dr tempat tinggal, kriteria dari elemen aspek dokumentasi

ruang berpendingin, alat pengatur suhu, tersebut yang tidak dilaksanakan.

lampu dengan penutup, pengamanan 5. Aspek Pengendalian Mutu

pada sumber air, pengujian terhadap Pada aspek pengendalian mutu

mutu air termasuk didalamnya unit yang elemen yang dijadikan kriteria adalah

bertugas dalam pengujian air tersebut, elemen pengambilan contoh,

dan pemurnian limbah sebelum pengawasan mutu dan sarana pengujian.

dibuang. Hasil dari kuisioner yang diolah

4. Aspek Dokumentasi dalam penelitian ini menunjukkan

Pada aspek dokumentasi elemen bahwa sebagian besar responden yaitu

yang dijadikan kriteria adalah elemen IKM keripik, kerupuk, peyek dan

pengembangan & kemampuan sejenisnya di Kota Padang sebagian

karyawan, elemen bahan, elemen proses besar tidak melaksanakan GMP pada

dan peralatan produksi, elemen aspek pengendalian mutu. Jadi pada

penyimpanan dan pengemasan, serta semua kriteria dari elemen aspek

elemen pengendalian hama. pengendalian mutu tersebut yang tidak

Hasil dari kuisioner yang diolah dilaksanakan.

dalam penelitian ini menunjukkan Adapun analisis tingkat

bahwa sebagian besar responden yaitu penerapan GMP pada IKM kerupuk

IKM keripik, kerupuk, peyek dan keripik peyek dan sejenisnya di Kota

10
Padang dapat dilihat pada masing- aspek pengendalian mutu pada IKM

masing aspek, dimana untuk aspek kerupuk kripik peyek dan sejenisnya di

produksi pada IKM kerupuk kripik Kota Padang kurang maksimal

peyek dan sejenisnya di Kota Padang dilaksanakan. Hal ini berdasarkan skor

telah maksimal dilaksanakan. Hal ini tertimbang pada perhitungan skala

berdasarkan skor tertimbang pada Guttman mencapai tingkat 21 persen,

perhitungan skala Guttman mencapai 81 dan 23 persen serta diperoleh hasil uji

persen dan hasil uji proporsi dimana proporsi dengan hipotesis kedua bahwa

diperoleh hasil yang signifikan yaitu signifikan sebesar -4,77 dan -4,46.

0,99.
Kesimpulan tersebut sesuai

Sedangkan tingkat penerapan dengan hasil perhitungan tersebut dari

GMP pada aspek karyawan, serta aspek potret kisaran persentase distribusi skor

sarana dan prasarana pada IKM kerupuk yang sudah digambarkan diperoleh hasil

kripik peyek dan sejenisnya di Kota bahwa tingkat penerapan GMP pada

Padang belum maksimal dilaksanakan. IKM kerupuk keripik peyek dan

Hal ini berdasarkan skor tertimbang sejenisnya di Kota Padang belum

pada perhitungan skala Guttman maksimal diterapkan. IKM kerupuk

mencapai 63 persen, dan 55 persen serta keripik peyek dan sejenisnya yang

hasil uji proporsi dengan hipotesis dalam hal ini termasuk dalam sektor

kedua bahwa signifikan sebesar 1,86 industri tepatnya pada sektor

dan 0,61. agroindustri yaitu merupakan subsistem

agribisnis hilir ternyata belum


Terakhir tingkat penerapan
sepenuhnya melaksanakan standar yang
GMP pada aspek dokumentasi dan
11
perlu diterapkan dalam GMP. pada masing-masing aspek, dimana

Kesimpulan untuk aspek produksi pada IKM

kerupuk kripik peyek dan sejenisnya di


Penerapan GMP pada IKM
Kota Padang telah maksimal
kerupuk keripik peyek dan sejenisnya di
dilaksanakan. Hal ini berdasarkan skor
Kota Padang masih belum optimal
tertimbang pada perhitungan skala
dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan
Guttman mencapai 81 persen dan hasil
dengan tidak seluruhnya IKM tersebut
uji proporsi dimana diperoleh hasil yang
melaksanakan kriteria standar GMP
signifikan yaitu 0,99.
yang ada pada masing-masing aspek.
Sedangkan tingkat penerapan
Walaupun pada aspek produksi
GMP pada aspek karyawan, serta aspek
penerapan standar GMP sudah sebagian
sarana dan prasarana pada IKM kerupuk
besar dilakukan, tapi untuk aspek
kripik peyek dan sejenisnya di Kota
pengendalian mutu banyak standar pada
Padang belum maksimal dilaksanakan.
aspek tersebut yang belum
Hal ini berdasarkan skor tertimbang
dilaksanakan. Sedangkan pada ketiga
pada perhitungan skala Guttman
aspek lainnya yaitu aspek karyawan,
mencapai 63 persen, dan 55 persen serta
aspek sarana dan prasarana serta aspek
hasil uji proporsi dengan hipotesis
dokumentasi ada sebagian besar standar
kedua bahwa signifikan sebesar 1,86
pada masing-masing aspek tersebut
dan 0,61.
yang belum dilaksanakan.
Terakhir tingkat penerapan
2. Tingkat penerapan GMP pada
GMP pada aspek dokumentasi dan
IKM kerupuk keripik peyek dan
aspek pengendalian mutu pada IKM
sejenisnya di Kota Padang dapat dilihat

12
kerupuk kripik peyek dan sejenisnya di Daftar Pustaka

Kota Padang kurang maksimal BPS. 2009. Peraturan Kepala Pusat


Statistik Nomor 57 Tahun 2009
dilaksanakan. Hal ini berdasarkan skor Tentang Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia.
tertimbang pada perhitungan skala
BPS. Jakarta.
Guttman mencapai tingkat 21 persen, BPS Provinsi Sumatera Barat. 2012.
Kota Padang dalam Angka.
dan 23 persen serta diperoleh hasil uji BPS. Sumatera Barat.

proporsi dengan hipotesis kedua bahwa BPS Provinsi Sumatera Barat. 2011.
Profil Industri Mikro dan Kecil.
signifikan sebesar -4,77 dan -4,46. BPS. Sumatera Barat.

Kesimpulan tersebut sesuai BPS Provinsi Sumatera Barat. 2012.


Sumatera Barat dalam Angka.
dengan hasil perhitungan tersebut dari BPS. Sumatera Barat.

potret kisaran persentase distribusi skor Dahuri, Rokhmin. 2012.


Mengembangkan Daya Saing
yang sudah digambarkan diperoleh hasil Daerah Untuk Mewujudkan
Indonesia Yang Maju, Sejahtera,
bahwa tingkat penerapan GMP pada dan Berdaulat.
http://rokhmindahuri.info/2012/
IKM kerupuk keripik peyek dan 10/16/mengembangkan-daya-
saing-daerah-untuk-
sejenisnya di Kota Padang belum mewujudkan-indonesia-yang-
maju-sejahtera-dan-berdaulat/.
maksimal diterapkan. IKM kerupuk
Departemen Perindustrian Dan
keripik peyek dan sejenisnya yang Perdagangan RI. 2002.
Rencana Induk Pengembangan
dalam hal ini termasuk dalam sektor Industri Kecil Menengah 2002-
2004. Departemen Perindustrian
industri tepatnya pada sektor Dan Perdagangan RI. Jakarta.

agroindustri yaitu merupakan subsistem Departemen Perindustrian Dan


Perdagangan RI. 2004.
agribisnis hilir ternyata belum Pedoman Identifikasi Dan
Pemetaan Sistem Mutu GMP
sepenuhnya melaksanakan standar yang IKM Pangan. Direktorat
Jenderal Industri dan Dagang
perlu diterapkan dalam GMP. Kecil Menengah. Departemen

13
Perindustrian Dan Perdagangan Fakultas Teknologi Pertanian,
RI. Jakarta. IPB Bogor.

Departemen Perindustrian Dan Hubies, M. 1997. Menuju Industri


Perdagangan RI. 2005. Kecil Profesional di Era
Pedoman Bimbingan dan Globalisasi Melalui
Penerapan GMP (Good Pemberdayaan Manajemen
Manufacturing Practices) Bagi Industri. Orasi Ilmiah Guru
IKM Pangan. Direktorat Besar Tetap Ilmu Manajemen
Jenderal Industri dan Dagang Industri Fakultas Teknologi
Kecil Menengah. Departemen Pertanian IPB. Bogor. 1
Perindustrian Dan Perdagangan November 1997.
RI. Jakarta.
Kadarisman, D. 1996. ISO (9000 dan
Dinas Koperasi Perindustrian dan 14000) dan Sertifikasi. Buletin
Perdagangan Propinsi Sumatera Teknologi
Barat. 2011. Sumatera Barat dan Industri Pangan. Vol. VII
Dalam Angka. Dinas (3). Fakultas Teknologi
Koperindag Propinsi Sumatera Pertanian, IPB. Bogor.
Barat. Sumatera Barat.
Kountur, Ronny. 2004. Metode
Fardiaz, D. 1997. Praktek Pengolahan Penelitian Untuk Penulisan
Pangan yang Baik. Pelatihan Skripsi dan Tesis. penerbit
Pengendalian Mutu dan PPM. Jakarta.
Keamanan Pangan Bagi Staf
Pengajar Kerjasama Pusat Studi Kuncoro, Mudrajad. 2007. Ekonomika
Pangan dan Gizi (CFNS)-IPB Industri Indonesia : Menuju
dengan Dirjen Dikti. Bogor, Negara Industri Baru 2030.
21Juli 2 Agustus 1997. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Habibie, B.J. 2010. Pembangunan Mansur, A dan Jaka S. 2011. Bangkit


Berorientasi Nilai Tambah. Cangkringan : Rancangan
http://advancedstudyindonesia.bl Strategi Recovery Industri Kecil
ogspot.com/2010/05/pembangun Menengah Korban Erupsi
an-berorientasi-nilai- Merapi. Seminar Nasional
tambah.html. Pengembangan Kawasan Merapi
Harinaldi. 2005. Prinsip-Prinsip : Aspek Kebencanaan dan
Statistik untuk Teknik dan Pengembangan Masyarakat
Sains. Penerbit Erlangga. Pasca Bencana. Universitas
Jakarta. Islam Indonesia. Yogyakarta.

Hubeis, M. 1994. Pemasyarakatan ISO Mubin, A. 2008. Model Kebijakan


9000 untuk Industri Pangan di Pengembangan Industri Kecil
Indonesia. Buletin Teknologi Menengah (IKM) nimia
dan Industri Pangan. Vol. V (3). Kabupaten Malang Dengan
Pendekatan Teknometrik.
14
Jurusan Teknik Industri Fakultas Jurnal Pasir Laut, Vol.43 2,
Teknik. Universitas No.2, Januari 2007 : 40-53.
Muhammadiyah Malang.
Malang. Surya, Ellyana dkk. 2013.
Perancangan Good
Nurwiyana, Nina. 2008. Perancangan manufacturing Practices (GMP)
dan Implementasi GMP dan
dan Budaya Kerja 5 S di PT
SSOP Produk Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) Studi Kasus Indo Tata Abadi, Pandaan.
di PT AGRItech Globlal Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Cemerlang. Fakultas Teknologi Universitas Surabaya Vol 2 No
Pertanian. Institut Pertanian 1 2013.
Bogor. Bogor. Thaheer, Hermawan. 2005. Sistem
Manajemen HACCP. Bumi
Ristyanadi, Bhiaztika dkk. 2012. Aksara. Jakarta.
Kajian Penerapan Good
Manufacturing Practice di
Industri Rajungan PT Kelola Umar, Husein. 2004. Riset Sumber
Mina Laut Madura. Agrointek Daya Manusia Dalam
Vol 6 No 1 Maret 2012.
Organisasi. PT Gramedia
Saifudin, Azwar. 2001. Sikap Pustaka Utama. Jakarta.
Manusia, Teori dan Wibowo, R. 1997. Strategi
Pengukurannya. Pustaka Belajar. Industrialisasi Pertanian dan
Yogyakarta. Pengembangan Agribisnis
Komoditas Unggulan, Makalah
Singarimbun, Masri dan Effendi, disampaikan pada pelatihan
Sofian. 1995. Metode Penelitian
pengkajian sistem usahatani
Survei. LP3ES. Jakarta.
spesifik lokasi dengan
Soekartawi, 1991. Pengantar pendekatan teknologi terapan
Agroindustri, Edisi Pertama. PT. adaptif, BPPFP Ciawi-Bogor, 14
Raja Grafindo Persada. Jakarta. Maret -12 April.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian


Winarno, F.G. 2011. GMP (Good
Bisnis. Penerbit Alfabeta.
Manufacturing Practices) Cara
Bandung.
Pengolahan Pangan Yang Baik.
M-Brio Press. Bogor.
Sukirno, Sadono. 2008. Pengantar Teori
Makroekonomi. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Susianawati, Rini dkk. 2007. Kajian
Penerapan GMP dan SSOP Pada
Produk Ikan Asin Kering Dalam
Upaya Peningkatan Keamanan
Pangan Di Kabupaten Kendal.
15

Você também pode gostar