Você está na página 1de 17

BAB I

PENDAHULUAN
Seorang wanita dengan G4P3A0 datang ke IGD Kebidanan Rumah Sakit Umum Dok
II Jayapura dengan membawa surat rujukan dari dr. Sp,OG. Pasien mengaku hamil 9 bulan
datang dengan keluhan keluar air-air 3 jam SMRS disertai mules-mules 6 jam SMRS. Dari
hasil pemeriksaan di dapatkan TB: 147cm, BB: 89, IMT: 41,20kg, TFU: 40cm, djj: 148 dpm,
TBJK: 4.185. USG yang dilakukan terhadap pasien, EFW 4.210 gr. Pasien memiliki riwayat
hamil bayi makrosomia pada kehamilan ke 3. Tindakan pada pasien ini yaitu direncanakan

sectio caesarea elektif. American College of Obstetricians and Gynecologists

menyimpulkan bahwa kata makrosomia tepat digunakan pada janin yang saat lahir, memiliki
berat > 4000 gram atau lebih. Sedangkan menurut Cunningham semua neonatus dengan berat
badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang usia kemilan dianggap sebagai makrosomia.
Ibu hamil dengan riwayat melahirkan bayi makrosomia berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk
kembali melahirkan bayi makrosomia dibandingkan ibu yang belum pernah melahirkan bayi
makrosomia.
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
No. Rekam Medik : 425000
NamaPenderita : Ny. L.W.
Umur : 29 Tahun
Alamat : Kotaraja
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : Lani jaya
Tanggal MRS : 01 Maret 2017 Jam : 17.15 WIT

B. ANAMNESA
1. Keluhan Utama: Keluar air air 3 hari SMRS
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Ibu datang dengan rujukan dari dr.Sp.OG hamil 39 40 minggu dengan keluar air-air.
keluar air air 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku hamil 9 bulan.
HPHT 08/06/2016 , TP 15/ 03/2017. Pasien ANC 4 kali di PKM kotaraja dan 2 kali di
dr.Sp.OG dan USG 1 kali dikatakan oligohidramnion. Gerakan janin dirasakan aktif.
Pasien mengeluhkan keluar air air sejak 3 hari SMRS, warna bening, darah (-).
Pasien juga mengelukan ada mules mules 6 jam SMRS. Riwayat demam, tekanan
darah tinggi, malaria dan keputihan disangkal. Riwayat alergi juga disangkal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Hipertensi (-), Jantung(-), Asma (-) , DM (-), Alergi (-).
4. Riwayat Penyakit keluarga:
Riwayat Hipertensi (-), Jantung(-), Asma (-) , DM (-), Alergi (-).
5. Riwayat Menstruasi
Menarche: 12 Tahun
Siklus haid: Teratur (28 Hari)
Lamanya : 4-5 hari
Ganti pembalut : 3x sehari
Riwayat Penggunaan Kontrasepsi : -
1. Riwayat Pernikahan
a. Pernikahan : Pertama, Tn. A. W.
b. Suami : Pertama
c. Pernikahan dengan suami sekarang: 9 tahun
2. Riwayat Obstetri

Jenis Umur Umur


No Penolong BB JK Hidup/Mati
Pers. Keh. skrg

1. Spontan Aterm Dukun Lupa 9 Thn Hidup

2. Spontan Aterm Dukun Lupa 7 Thn Hidup


Rs.
3. Spontan Aterm 4.500g 4 Thn Hidup
Wamena
Hamil
4.
ini

A. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : baik Kesadaran :Compos Mentis
Tinggi Badan : 147 cm Berat Badan : 89 kg IMT: 41,2kg
Tanda-tanda vital : - TD : 120/80 mmHg -R : 20 x/m
- N : 88 x/m -
SB : 36.70C
Kepala : anemis -/-, ikterik -/-, pupil isokor +/+
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : SN Ves +/+, Rh -/-, Whe -/-, BJ I-II regular murni
Abdomen : Membuncit sesuai dengan usia kehamilan
Ekstremitas : edema (-)

1. STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan Luar :TFU: 40 cm; BJA : 148 dpm TBJK: 4.185gr
Leopold 1 : bagian atas janin teraba bokong
Leopold 2 :
- Kanan : teraba bagian punggung
- Kiri : terasa bagian bagian kecil
Leopold 3 : teraba kepala
Leopol d 4 : bagian kepala belum memasuki pintu panggul
Inspeksi : v/v tenang, tidak ada kelainan
Inspekulo : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Dalam : portio lancip, arah axial, pembukaan 1cm, selaput
ketuban (-)

A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil USG : JANIN PRESENTASI KEPALA TUNGGAL HIDUP, plasenta di fundus
- BPD : 91,8
- HC : 31,6
- AC : 32,8
- FL : 74,0
- ICA : 2 cm
- EFW: 4.210 gr

Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap 01-3-2017
Hemoglobin 11,3g/dl
Hematokrit 30,2 %
Leukosit 7,3/mm3
Trombosit 169.000/mm3
DDR Negatif
Proteinuria Negatif
BT 230
CT 1000

A. RESUME
Pasien 29 tahun datang dengan rujukan dari dr. Sp.OG dengan
diagnosa G4P3A0 hamil 39 40 dengan makrosomia. Riwayat keluar air air 3 hari
sebelum masuk rumah sakit
warna bening. Pasien juga mengelukan ada mules mules. Riwayat persalinan
ketiga, dengan spontan BB 4500 gram.
Pemeriksaan fisik : Keadaan Umum : baik, Kesadaran : Compos Mentis. Tanda-tanda
vital : TD : 120/80 mmHg, N: 88 x/m, RR : 20 x/m, SB: 36,7 0C IMT: 41,20kg, TFU:
40cm, djj: 148 dpm, TBJK: 4.185gr. Pemeriksaan dalam: portio lancip, arah axial,
pembukaan 1cm, ketuban (-)

B. DIAGNOSIS KERJA
G4P3A0 parturien aterm janin presentasi belakang kepala tunggal hidup dengan
makrosomia
C. RENCANA TERAPI
Hemodinamik ibu dan janin stabil (observasi keadaan umum,
Tanda Tanda Vital, His, DJJ)
SC elektif tanggal 03-03-2017
Cek DL, UL, CT/BT
IVFD RL 500cc/8 jam 20 tpm
Inj.Ceftriaxone 1x1gr
LAPORAN OPERASI

Pasien di dorong ke OK jam 10.30 WIT


Pasien terlentang di atas meja operasi
A dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya
Insisi pfannestiel
Setelah peritoneum dibuka, tampak uterus gravidarus
Plika vesikouterina disayat semilunar SBU disayat, ditembus dan dilebarkan secara tumupl
Dengan menarik kepala dilahirkan bayi laki-laki, BB: 4500gr, PB; 48cm, A/S: 8/9
Air ketuban sisa sedikit warna jernih, tidak berbau
Plasenta berimplantasi di fundus, dengan tarikan ringan pada tali pusat dilahirkan plasenta lengkap.
Kedua ujung SBU dijahit hemostasis, luka SBU dijahit dengan jelujur lapis demi lapis dengan
menggunakan vicril no.1
Setelah diyakini tidak ada perdarahan dilakukan repitonisasi dengan plika vesikouterina dengan vicril no.2
Pada eksplorasi ke dua tuba dan ovarium dalam batas normal.
Setelah diyakini tidak ada perdarahan dinding abdomen dijahit lapis demi lapis dengan jahitan jelujur
menggunakan vicril no.2
Kulit dengan jahitan subkutikuler dengan vicril no.3
Perdarahan selama opersai 300cc , urine 100 cc jernih
Operasi selesai
DIAGNOSA POST OPERASI:

P4A0 post sc ai makrosomia dan oligohidramnion

INSTRUKSI POST OPERASI

- IVFD RL + 20 iu oksitosin/8 jam (1x24 jam)


- Inj Cefotaxime 3 x 1 gr/IV
- Inj Metronidazole 3 x 500 gr/IV
- Paracetamol drips 3x500mg
- Cek Hb post operasi
- Folley cathether 1x24 jam
- Mobilisasi bertahap
1. FOLLOW UP PASIEN
Follow Up Pasien Pasien Atas Nama Ny. L.W

Follow Up 04 Maret 2017 ( Day 1)

S : Luka operasi terasa sakit, perdarahan aktif tidak ada


O : KU = TSS Kes = CM
TTV = TD = 110/70 mmHg, N=100x/m, R = 20x/m, SB = 37,2oC
Kepala/Leher : CA (-/-), SI (-/-), OC (-), P>KGB (-/-), JVP (-)
Thoraks : Pulmo : I = Simteris, Ikut gerak napas, retraksi (-)
P = Vokal Fremitus S=D
P = Sonor
A = Suara napas Vesikuler, Rhonki whezzing
Cor : I = IC tidak tampak
P = IC tidak teraba
P = Pekak
Batas Jantung kanan ICS IV parasternal line dextra
Batas Jantung kiri ICS V midclavicula ke arah medial
Batas Jantung atas ICS III midclavicula line sinistra
A = Bunyi Jantung I-II regular, mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen : I = Datar, Luka operasi tertutup verban, rembes (-), V/U tenang
A = BU (+) 4x/m
P = Supel, NT ( luka persai ), Hati : Tidak teraba, Limpa : tidak teraba
P = Tympani (+)
Ekstremitas : Akral hangat, Udem (-)
Vegetatif : Makan/Minum (+/+), BAB/BAK (+/+)
STATUS OBSTETRI : - TFU : 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik
- v/v : tenang, tidak ada kelainan, perdarahan aktif (-)
A : - P4A0 post SC ai makrosomia dan oligohidramnion

P : - IVFD RL 500cc/8 jam 20 tpm


- inj. Cefotaxime 3x1gr (iv)
- metronidazole drips 3x500mg (iv)
- paracetamol drip 3x500mg (iv)
- ranitidine 3x1 ampul (iv)

H. Permasalahan
Apa saja faktor resiko yang mempengaruhi kehamilan bayi besar (makrosomia)
pada pasien ini ?
Apa saja Komplikasi pada makrosomia dan Bagaimana tatalaksana makrosomia
pada pasien ini ?
Bagaimana cara mencegah bayi makrosomia pada kehamilan ?
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Apa saja faktor resiko yang mempengaruhi kehamilan bayi besar (makrosomia)
pada pasien ini ?
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi besar (baby
giant). Faktor-faktor tersebut diantaranya :

1. Bayi dari ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan


bayi dari ibu yang menderita diabetes selama kehamilan.
Sering memiliki kesamaan, mereka cenderung besar dan
montok akibat bertambahnya lemak tubuh dan
membesarnya organ dalam,mukanya sembab dan
kemerahan( plethonic) seperti bayi yang sedang
mendapat kortikosteroid. Bayi dari ibu yang
menderitadiabetes memperlihatkan insiden sindrom
kegawatan pernafasanyang lebih besar dari pada bayi ibu
yang normal pada umur kehamilan yang sama. Insiden
yang lebih besar mungkin terkaitdengan pengaruh
antagonis antara kortisol dan insulin pola
sintesissurfakton.

2. Faktor genetik, terjadinya obesitas dan overweight pada ayah-ibu dapat


menurun pada bayi. Penelitian yang dilakukan oleh Okum et al. menemukan
bahwa ibu dengan bayi makrosomia secara signifikan mempunyai berat tubuh
yang lebih berat (berdasarkan berat kehamilan), IMT yang lebih tinggi,
menunjukkan adanya peningkatan berat badan yang lebih berat selama indeks
kehamilan, dan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan ibu dengan bayi
non-makrosomia.
3. Ibu yang mempunyai riwayat melahirkan bayi besar. Ibu yang pada
kehamilan pertama berpeluang besar melahirkan anak kedua dengan kondisi
yang sama pada kehamilan berikutnya. Ibu hamil dengan riwayat melahirkan
bayi makrosomia berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan
bayi makrosomia dibandingkan ibu yang belum pernah melahirkan bayi
makrosomia.

4. Pengaruh kecukupan gizi. Pola makan ibu yang tidak seimbang atau
berlebihan juga mempengaruhi kelahiran bayi besar.

5. Usia kehamilan: Rata-rata berat janin lebih dari 3600 gram sebesar 44,5 %
pada kehamilan posterm, sedangkan pada kehamilan genap bulan aterm
sebesar 30,6%. Resiko persalinan bayi dengan berat lebih dari 4000 gram pada
kehamilan posterm meningkat 2 4 kali lebih besar dari kehamilan term
(Prawirohardjo, 2009)

Pada pasien ini, yang menjadi faktor resiko kelahiran bayi besar (makrosomia)
adalah terjadinya obesitas pada ibu saat hamil, dimana kita dapat menghitung IMT
pada pasien ini yaitu BB/TB2 : 41 kg dimana IMT >41 termasuk dalam kategori
obsitas, factor lain yang menjadi factor resiko yaitu pasien memiliki riwayat
melahirkan bayi besar sebelumnya yaitu pada kehamilan ke3 pasien melahirkan
bayi dengan BB 4500gr, selain itu juga factor resiko pada pasien ini yaitu dengan
jenis kelamin bayi yang dilahirkan oleh pasien yaitu laki-laki

3.2 Apa saja Komplikasi pada makrosomia dan Bagaimana tatalaksana makrosomia
pada pasien ini ?
Bayi besar juga kerap menjadi penyulit pada saat persalinan normal, karena dapat
menyebabkan cedera baik pada ibu maupun bayinya.Kesulitan yang dapat terjadi adalah :

1. Kesulitan pada ibu :

a. Robekan hebat jalan lahir

b. Perdarahan

c. Terjadi peningkatan persalinan dengan sectio caesaria


d. Ibu sering mengalami gangguan berjalan pasca melahirkan akibat
peregangan maksimal struktur tulang panggul. Keluhan keluhan
tersebut bisa sembuh dengan perawatan yang baik.

1. Kesulitan pada bayi :

a. Distosia Bahu

Distosia bahu merupakan suatu komplikasi dari persalinan bayi


marosomia, yang mempengaruhi sekitar 10-15% persalinan vaginal bayi
yang bertanya lebih dari 4500 gram ketika lahir. Distosia bahu diketahui
ketika bahu bayi sulit dikeluarkan melalui persalinan vaginal standard yang
disebabkan karena gerakan bahu anterior janin tersangkut pada simfisis
pubis ibu.

b. Fraktur Klavikula yang sengaja dilakukan untuk dapat


melahirkan bahu
Jika distosia bahu tidak disebabkan karena traksi dari kepala janin, maka
manuver khusus persalinan dapat dilakukan dengan bantuan ahli agar dapat
melepaskan bahu anterior di belakang supra simfisis. Jika manuver tersebut
tidak berhasil, maka klavikula dapat dipatahkan untuk memudahkan
persalinan bayi tersebut. Meskipun sebagian besar patahan klavikula dapat
dipulihkan tanpa disertai sekuel yang signifikan lainnya, fraktur tersebut
terkadang dapat menyebabkan kerusakan pada system pleksus brachialis
dengaan kemungkinan terjadinya erbs palsy permanen.
c. Trauma fleksus brachialis, umumnya terjadi pada bayi besar.
Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat pada daerah leher saat
melahirkan bayi sehingga terjadi kerusakan pada fleksus brachialis.
Biasanya ditemukan pada persalinan letak sungsang bila dilakukan
kontraksi yang kuat saat melahirkan kepala bayi. Pada persalinan
letak kepala, kelainan I I dapat terjadi pada kasus distosia bahu.
Pada kasus tersebut kadang-kadang dilakukan tarikan yang
berlebihan pada kepala dan leher saat menolong kelahiran bahu
pada presentasi kepala dan tarikan yang berlebihan pada bahu pada
presentasi bokong.

d. Asfiksia pada bayi sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan


untuk melahirkan bahu.Makrosomia dapat menyebabkan distosia
bahu yang berakibat pada komplikasi salah satunya gangguan pada
medula oblongata dengan pusat vitalnya sehingga menimbulkan
asfiksia ringan,berat, sampai berujung pada kematian

e. Hipoglikemia

Hipoglikemi sering terjadi pada bayi dari ibu yang menderita penyakit
DM karena cadanganglukosa rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa
yang berlebihan pada janin sehinggarespon insulin juga meningkat pada
janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus makatransfer glukosa
berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinisme)
sehingga terjadi hipoglikem. Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi
baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yangberakibat terjadinya
hipoksia otak.

Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakanpada


susunan saraf pusat bahkan sampai kematian. Glukosa merupakan sumber
kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinandan
hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi
cadangan glukosa yangada karena meningkatkan penggunaan cadangan
glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi,hipertermi, gangguan
pernapasan. Istilah hipoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi
secara bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hipoglikemia bila
kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semuaneonatus tanpa
menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hipoglikemia. Umumnya
hipoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 2 jam.1,2,3,4,5,6

pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin sedang


tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan predisposisi
terhadap makrosomia memungkinkan dilakukannya sejumlah control terhadap
pertumbuhan yang berlebihan. Peningkatan resiko bayi besar jika kehamilan dibiarkan
hingga aterm harus diingat dan seksio caesaria elektif harus dilakukan maupun
induksi persalinan.

1.Seksio caesarea elektif

Seksio caesarea elektif untuk bayi yang dicurigai makrosomia telah terbukti
sebagai cara untuk mencegah trauma (komplikasi) terhadap ibu maupun janin pada
saat proses persalinan.

2.Induksi persalinan pervaginam

Seperti yang diketahui bahwa berat janin akan bertambah sekitar 230 gram setiap
minggunya setelah usia kehamilan mencapai 37 minggu, maka induksi persalinan
sebelum atau pada saat mendekati aterm disarankan untuk mencegah janin
berkembang lebih besar. Tetapi sebelum memulai induksi persalinan, harus dinilai
terlebih dahulu adekuasi panggul ibu serta riwayat persalinan sebelumnya. Hal ini
akan menunjukkan apakah memungkinkan untuk anak dilahirkan dengan persalinan
pervaginam. Jika tidak memungkinkan, maka persalinan dilakukan secara seksio
caesarea elektif.

Resiko dari trauma lahir tinggi pada persalinan pervaginam jika bayi lebih besar
dibandingkan panggul ibunya. Yang sering menjadi masalah adalah setelah kepala
lahir, bahu tersangkut dijalan lahir (distosia bahu), untuk itu jika janin masih hidup
dapat dilakukan episiotomy mediolateral yang cukup lebar dan janin di usahakan
lahir, atau bahu diperkecil dengan melakukan kleidotomi unilateral atau bilateral.
Pada pasien ini dilakukakan tatalaksanan sesuai dengan teori yaitu Sectio
caesarea elektif untuk bayi yang dicurigai makrosomia telah terbukti sebagai cara
untuk mencegah trauma (komplikasi) terhadap ibu maupun janin pada saat proses
persalinan.

3.3 Bagaimana cara mencegah bayi makrosomia pada kehamilan ?

Selama perawatan antepartal dilakukan pengkajian ukuran pelvic ibu dan ukuran janin
yang sedang berkembang.Ukuran janin di tentukan dengan palpasi panjang crown-rump
janin dalam uterus. Sonografi pelvimetri dapat memberikan informasi lebih lanjut.
Bila terlihat uterus yang sangat besar, hidramnion atau ukuran janin yang sangat besar,
atau janin lebih dari satu merupakan hal yang perlu dipertimbangkan sebagai
kemungkinan penyebab. Hal-hal yang dilakukan untuk mengantisipasi makrosomia :
1,2,3,4,5,10

- Melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur sehingga kenaikan berat


badan janin saat masih dalam kandungan dapat dikontrol dengan baik.

- Melakukan pemeriksaan kadar gula darah

- Konsultasikan pola makan dan asupan sampai gizi semasa hamil dengan
dokter

- Sesuaikan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan antar 8-12 kg

- Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein (ikan,


sus, daging, tahu, tempe) vitamin dan mineral (sayur dan buah-buahan)

- Kurangi makan makanan yang banyak mengandung karbohidrat seperti


nasi, gula, mie, roti/kue, dll.

- Melakukan USG secara rutin selama kehamilan, sehingga dapat memantau


penambahan berat badan bayi selama dalam kandungan dan dapat diambil
langkah-langkah untuk mencegah terjadinya bayi besar.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4.000
gram.Penyebab dari macrosomia adalah ibu yang menderita diabetes mellitus sebelum
dan selama kehamilan, ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar, faktor genetic
dan pengaruh kecukupan gizi.Tanda dan gejalanya adalah berat badan lahir lebih dari
4000 gram. Besar untuk usia gestasi atau tinggi fundus pada kehamilan aterm lebih
dari 40 cm dan plasenta serta tali pusat lebih besar dari rata-rata. Komplikasi dari
macrosomia adalah resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lahir lebih besar
dibandingkan panggul ibunya perdarahan intracranial, distosia bahu, rupture uteri,
serviks, vagina, robekan perineum dan fraktur anggota gerak merupakan beberapa
komplikasi yang mungkin terjadi.
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham GF, Leveno KJ, Bloom SL et all. Williams Obstetri; ed. 2. New
York: McGray Hill-Companies, 2010. Hal. 900-906

2. Hariadi, R. Makrosomia. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Himpunan


Kedokteran Fetomaternal. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Surabaya, 2004.

3. Pernoll ML. Benson and Pernolls handbook of Obstetrics and Ginekology


10th Edition. New York: McGray Hill, 2001, hal:219-222

4. Jazayeri A. Macrosomia. Medscape Reference.


http://emedicine.medscape.com/article/262679-overview (Acces Juny 10th
2015).
5. Nahum GG. Estimation of fetal weight. Medscape Reference. .
http://emedicine.medscape.com/article/262865-overview (Acces Juny 10th
2015).

6. Prawirohardjo, sarwono. Diabetes Melitus Gestasional. Buku Acuan Nasional


Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta; 2006, hal: 290-299

7. Mayoclinic. Fetal Macrosomia. http://www.mayoclinic.org/disease-


condition/fetal-macrosomia /basics/definitin/con-20035423

8. KC, Kamana et al. Gestasional Diabetes Mellitus and Macrosomia: A literature


Review. http://www.karger.com/article/fulltext/371628(acces: Juny 12th 2015)

9. Guidelines, ACOG Issues on Fetal Macrosomia.


http://www.aafp.org/afp/2001/0701/p169.html (acces: Juny 12th 2015)

10. Manuaba, Sp.OG(K), Prof. dr.I.B.G, dkk. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC,
Jakarta:2007

11. Taksiran Berat badan janin. Repository usu.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41532/4/Chapter%20II.pdf

12. Gestational Diabetes and Obesity Lead to Macrosomia. Reference


http://www.medscape.com/viewarticle/724328

Você também pode gostar