Você está na página 1de 18

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pada era globalisasi seperti sekarang ini seharusnya kita dapat


menikmati perkembangan teknologi yang begitu pesat, namun kita masih
saja di sibukan dengan permasalah sampah. Sampah ini masih saja menjadi
akar permasalahan baik di lingkungan tingkat makro maupun mikro.
Sampah-sampah yang ada di dunia menjadi perhatian bagi seluruh penghuni
dunia. Oleh karena itu mari kita bersama-sama mulai memperhatikan
permasalahan sampah yang ada, dimulai dari tingkat yang paling kecil yaitu
rumah tinggal kita sendiri.

Dalam merancang sebuah rumah tinggal, tentu saja sampah juga


menjadi perhitungan saat kita mendesain, alur keluarnya sampah dari dalam
rumah tinggal harus sudah di perhitungkan, hal ini dikarenakan, dalam
ruang kita juga menginginkan terciptanya kenyamanan, oleh karena sampah
juga dapat menganggu kenyamanan kita dalam ruang maka dari itu sebagai
arsitektur kita juga harus memperhatikan sistem dari sampah tersebut,
sehingga, alur dari sampah ini nantinya tidak menggangu kenyamanan dari
penghuni ruang. Dengan begitu dibuatlah makalah mengenai sistem
sampah ini untuk menanggulangi permasalahan sampah yang terjadi di masa
sekarang ini.

1
I.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sampah atau limbah?


2. Apa saja jenis sampah yang ada dan umum dihasilkan oleh masyarakat?
3. Apa saja dampak yang dapat terjadi akibat sampah yang tidak dikelola
dengan baik?
4. Bagaimana cara mengelola sampah yang baik dan benar dalam skala
kecil dan skala besar?
5. Bagaimana proses pengelolaan sampah yang benar dan sehat?
6. Masalah apa saja yang timbul di Indonesia akibat tidak terkontrolnya
pembuangan sampah?

I.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengajak mahasiswa arsitektur untuk lebih memikirkan mengenai


sistem sampah dalam merancang sebuah bangunan.
2. Mengurangi permasalahan yang terjadi di negara Indonesia.
3. Menjaga kebersihan lingkungan.

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Mengerti cara mengelola sampah yang baik dan benar serta tidak
berdampak terhadap kesehatan dan lingkungan.
2. Memberikan pemaparan untuk mengingatkan kembali mengenai
permasalahan sampah yang terjadi di masa kini.
3. Meningkatkan kebersihan lingkungan.

BAB II

2
LANDASAN TEORI

II.1. Pengertian Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah


berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut
derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada
konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan
selama proses alam tersebut berlangsung.

Berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sampah, sampah merupakan sisa dari kegiatan sehari-hari manusia atau
proses alam yang berbentuk padat.

Sampah atau limbah juga merupakan semua buangan yang


dihasilkan oleh aktivitas manusia dan hewan yang berbentuk padat, lumpur
(sludge), cair maupun gas yang dibuang karena tidak dibutuhkan atau tidak
diinginkan lagi. Terkadang bahan-bahan yang sudah tidak berguna dan
dianggap tidak dikehendaki tersebut masih dapat dimanfaatkan kembali
sebagai bahan baku untuk membuat sesuatu yang lain.

II.2. Jenis-Jenis Sampah

II.2.1. Berdasarkan Sifat

a) Sampah Organik

Sampah yang dapat diurai (degradable). Sampah


organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa
makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah
ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.

b) Sampah Anorganik

3
Sampah jenis ini tidak dapat terurai (undegradable).
Sampah anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah
membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan,
kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu,
dan sebagainya. Sampah ini tidak dapat diolah menjadi
kompos namun sampah jenis ini dapat dijadikan sampah
komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk
lainnya, seperti sampah plastik yang dapat dijadikan BBM atau
sampah plastik pembungkus produk tertentu dapat dijadikan
tas dan sebagainya.

II.2.2. Berdasarkan Asal

a) Alam

Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan


melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun
kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan
liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya
daun-daun kering di lingkungan pemukiman yang dapat
mengurangi nilai estetis dari pemukiman tersebut.

b) Manusia

Sampah manusia adalah istilah yang biasa digunakan


terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan
urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi
kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor atau sarana
perkembangan penyakit yang disebabkan virus dan bakteri.
Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia
adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah
manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi.
Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran

4
pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai
ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.

c) Sisa Konsumsi

Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan


oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah
sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah
sampah yang umum dihasilkan oleh manusia. Meskipun
demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih
kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari
proses pertambangan dan industri.

d) Industri

Sampah industri merupakan material sisa atau material


yang sudah tidak terpakai lagi yang berasal dari kegiatan
industri. Sampah industri dapat berupa limbah kegiatan
industri yang dapat mencemari lingkungan.

e) Limbah Radioaktif

Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi


nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat
berbahaya bagi lingkungan hidup dan juga manusia. Oleh
karena itu, sampah nuklir disimpan di tempat yang sepi dan
tidak banyak aktivitas yang dilakukan di tempat tersebut.
Tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam
atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan).

II.2.3. Berdasarkan Bentuknya

5
a) Sampah Padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain


kotoran manusia, urine dan sampah cair. Sampah padat dapat
berupa sampah rumah tangga seperti sampah dapur, sampah
kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya
sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan
sampah anorganik.

b) Sampah Cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan


dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat
pembuangan sampah. Pada sampah cair terdapat limbah yang
disebut dengan limbah hitam. Limbah hitam adalah sampah
cair yang dihasilkan dari toilet dan juga limbah rumah tangga
seperti sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi
dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi padat, cair, atau
gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase (padat dan cair)
terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi
biasa dikaitkan dengan polusi.

II.3. Cara Pengelolaan Sampah

Berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan


Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,
dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah.

II.4. Proses Pembuangan Sampah

6
Pembuangan Sampah atau yang dapat disebut refuse disposal. Dalam
prosesnya sampah ini dibagi dalam dua kategori, yaitu sebagai berikut:

1. Garbage adalah sisa pengolahan ataupun sisa makanan yang sudah


membusuk.
2. Rubbish adalah bahan-bahan sisa pengolahan yang tidak membusuk.
Rubbish ini ada yang mudah terbakar misalnya : kayu, kertas. Ada juga
yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, kawat dan sebagainya.

Agar sampah ini tidak membahayakan kesehatan manusia, maka


perlu pengaturan khusus selama proses pembuangnnya. Dari sampah ini
harus diperhatikan beberapa hal sebagai berikut.

1. Penyimpanan (Storage)

Proses penyimpanan dilakukan di lingkungan mikro yaitu rumah


dengan cara menyimpan di tempat menyimpan sampah atau yang biasa
disebut tempat sampah yang sebaiknya memenuhi beberapa kriteria
sebagai berikut.

a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah rusak.
b. Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-
binatang lainnya

c. Ditempatkan di luar rumah. Bila pengumpulannya tidak dilakukan


oleh pemerintah, tempatkanlah tempat sampah sedemikian rupa
sehingga karyawan pengumpul sampah mudah mencapainya.

2. Pengumpulan (Collecting)

Pengumpulan sampah adalah proses pembuangan sampah


dengan cara mengambil atau mengumpulkan sampah dari rumah-rumah
yang dapat dilakukan dengan oleh perorangan, pemerintah, dan
perusahaan swasta.

a. Perorangan

7
Tiap-tiap keluarga mengumpulkan sampah dari rumahnya masing-
masing untuk dibuang pada tempat tertentu.

b. Pemerintah

Pengumpulan sampah di kota-kota dilakukan dengan menggunakan


truk sampah atau gerobak sampah.

c. Perusahaan Swasta

Perusahaan swasta hanya mengambil sampah-sampah tertentu


sebagai bahan baku pada perusahaannya misalnya untuk
pembuatan kertas, karton dan plastik.

3. Pembuangan (Disposal)

Setelah sampah dikumpulkan sampah akan di buang di Tempat


Pembuangan Akhir dengan berbagai macam cara. Pembuangan sampah
dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.

a. Land fill

Sampah dibuang pada tanah yang rendah. Pembuangan sampah


secara ini hanya baik untuk sampah-sampah jenis rubbish,
sedangkan bila jenis garbage atau sampah yang tercampur dengan
garbage, tempat pembuangan sampah ini akan menjadi tempat
perkembangbiakan serangga, tikus, juga menimbulkan bau-bauan
yang tidak sedap.

b. Sanitary land fill

Sampah dibuang pada tanah yang rendah, kemudian ditutup lagi


dengan tanah paling sedikit 60 cm, untuk mencegah pengorekan
oleh anjing, tikus dan binatang-binatang lainnya. Sanitary Land Fill
merupakan cara mengelola sampah memenuhi syarat kesehatan.

8
c. Individual incineration

Sampah dari rumah dikumpulkan sendiri, kemudian dibakar


sendiri. Pembakaran sampah ini harus dilakukan dengan baik sebab
bila tidak, asapnya mengotori udara dan bila tidak terbakar
sempurna sisanya tercecer kemana-mana.

d. Incineration dengan incinerator khusus

Cara ini dikerjakan oleh pemerintah. Sampah-sampah yang telah


dikumpulkan dari truk/gerobak sampah dibakar dam incinerator
khusus (alat pembakar sampah). Incinerator ini mempunyai bagian-
bagian, tempat pengumpulan sampah, ruang pengeringan, ruang
pembakaran dan cerobong asap. Cara pembuangan sampah ini baik
sekali tapi biayanya mahal.

e. Pulverisation

Semua sampah baik garbage maupun rubbish digiling (dihaluskan)


dengan alat khusus, kemudian dibuang ke laut. Dalam bentuk yang
sudah digiling ini, sampah menjadi tidak disukai lagi baik oleh
serangga maupun tikus-tikus.

f. Composting (dibuat pupuk)

Dari sampah yang terbuang masih dapat dibuat pupuk sebagai


penyubur tanah pertanian. Pada prinsipnya, Mula-mula sampah-
sampah dari gelas, logam dan bahan-bahan lainnya yang tak dapat
dijadikan kompos dipisahkan terlebih dahulu. Setelah dipisah-
pisahkan, sampah yang akan dijadikan kompos digiling menjadi
halus agar proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri
pembusuk berlangsung dengan baik. Kemudian sampah diletakkan
pada suatu tempat dimana proses pembusukan akan terjadi. Tempat
ini dilengkapi dengan alat pengatur suhu, pengatur kelembaban dan

9
pengaliran udara agar proses pembusukan terjadi secara optimum.
Kadang ditambahkan juga starin mikroorganisme yang dapat
mempercepat proses pembusukannya, tapi sering kali hal ini tidak
perlu, karena pada sampah sendiri telah cukup mengandung
mikroorganisme tersebut. Bila sampah yang sedang dibusukkan ini
ditambahkan lumpur dari air limbah akan dihasilkan kompos yang
baik sekali. Lama proses pembusukannya adalah sekitar 2 hari
sampai 6 minggu. Untuk dijual ke pasaran, kompos ini dikeringkan,
digiling kembali dan dibungkus.

g. Hogfeeding (sebagai makanan ternak)

Sampah yang dapat dipergunakan yaitu jenis garbage misalnya sisa


sayuran, ampas pembuatan tapioca, ampas pembuatan tahu dan
sabagainya. Diberikan kepada ternak sebagai makanannya.

h. Recycling

Dengan cara ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah,


maka bagian-bagian sampah yang masih dapat dipakai/digunakan,
diambil lagi misalnya kertas-kertas, gelas-gelas, logam-logam dan
sebagainya. Dari benda-benda ini dapat dihasilkan benda-benda
baru yang berguna misalnya karton, plastik alat-alat dari gelas dan
sebagainya.

II.5. Peletakan Tempat Sampah

Membuang sampah terlihat sangat sederhana untuk dilakukan namun


apabila tidak dilakukan dengan benar akan berdampak buruk bagi kesehatan
dan lingkungan. Tidak banyak orang yang menyadari hal ini. Untuk
menanggulangi masalah ini dapat dilakukan dengan cara yang paling
sederhana yaitu dengan meletakan tempat sampah dengan benar. Berikut ini
tata cara peletakan tempat sampah yang benar dan sehat.

10
1. Apabila tempat sampah diletakan di dalam ruangan maka tempat
sampah haruslah yang kedap air dan tertutup.

2. Tempat sampah tidak boleh diletakkan di atas atau di pingggiran saluran


air.

3. Sampah dalam tempat pengumpulan sementara diperbolehkan


tertimbun paling lama 24 jam untuk selanjutnya dibuang ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Tempat pengumpulan sampah sementara
hendaknya diberikan tutup. Pemberian tutup ini antara lain
dimaksudkan untuk :

a. Tidak mudah untuk bersarangnya tikus dan serangga di antaranya


lalat, kecoa dan tidak dapat dijamah oleh binatang-binatang besar
seperti anjing dan kucing yang menyebabkan sampah berserakan.

b. Sampah-sampah yang telah terkumpul tidak mudah diterbangkan


oleh angin, juga mengurangi dampak bau.

II.6. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

II.6.1. Pengertian Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Tempat Pembuangan Akhir atau yang sering disingkat TPA


merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam
pengelolaannya sejak mulai timbul dari sumber, pengumpulan,
pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA
merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak
menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya
diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar
keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Di TPA, sampah
masih mengalami proses penguraian secara alamiah.

11
II.6.2. Ketentuan Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Agar proses pengelolaan sampah yang terakhir tidak


mengganggu kesehatan dan berjalan dengan baik, tentunya tempat
dilakukannya proses-proses tersebut juga harus memenuhi beberapa
ketentuan. Berikut ini adalah ketentuan dalam pembangunan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).

1. Jarak dari badan air 100 meter.


2. Jarak dari airport 1.500 meter (pesawat baling-baling) dan 3.000
meter (pesawat jet).
3. Muka air tanah lebih dari 3 meter.

Persyaratan didirikannya suatu TPA ialah bahwa pemilihan


lokasi TPA sampah harus mengikuti persyaratan hukum, ketentuan
perundang-undangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup,
analisis mengenai dampak lingkungan, ketertiban umum, kebersihan
kota dan lingkungan, peraturan daerah tentang pengelolaan sampah
dan perencanaan dan tata ruang kota serta peraturan-peraturan
pelaksanaannya.

1. Pemilihan Lokasi TPA

Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1997 tentang Tata Cara


Pemilihan Lokasi TPA, bahwa lokasi yang memenuhi persyaratan
sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sebagai berikut.

1. Jarak dari perumahan terdekat 500 m


2. Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik lebih dari
10-6 cm/detik. Merupakan tanah tidak produktif.
3. Bebas banjir minimal periode 25 tahun

12
2. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Saat Membangun TPA.

Saat membangun TPA tentunya kita harus memperhatikan berbagai


macam aspek yang dapat berpengaruh dan terpengaruhi. Berikut
ini adalah hal-hal yang harus di perhatikan.

1. Karakteristik tanah, meliputi karakteristik fisik (komposisi


tanah, konduktivitas hidrolik, pH, KTK dan lain-lain) dan
karakteristik kimia(komposisi mineral tanah, anion dan kation)

2. Kondisi air tanah, meliputi kedalaman muka air tanah, arah


aliran air tanah, kualitas air tanah (COD, BOD, Chlorida, Fe,
Organik dan lain-lain)

3. Kondisi air permukaan, meliputi jarak dari TPA, level air,


fluktuasi level air musim hujan dan kemarau, kualitas air
sungai (BOD, COD, logam berat,chlorida, sulfat, pestisida dan
lain-lain)

4. Lokasi mata air (jika ada) termasuk debit

5. Kualitas udara, meliputi kadar CH4, COx, SOx, NOx dan lain-
lain

6. Jumlah penduduk yang tinggal disekitar TPA (radius < 500 m)

II.7. Dampak dari Sampah

Dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan berdasarkan


pendapat Gelbert (1996) dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Dampak Terhadap Kesehatan

Pembuangan sampah yang tidak terkontrol serta lokasi dan


pengelolaan sampah yang kurang memadai dapat menjadi tempat yang

13
cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang,
seperti lalat dan anjing, yang dapat menjangkit penyakit. Potensi bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan dapat berupa:

a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus


yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat
bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic
fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang
pengelolaan sampahnya kurang memadai.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu


contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing
pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk kedalam pencernaan
binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa
makanan/sampah.

2. Dampak Terhadap Lingkungan

Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau


sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat
mati sehingga beberapa spesien akan lenyap, hal ini mengakibatkan
berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang di
buang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair
organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini pada
konsentrasi tinggi dapat meledak.

3. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi

Sampah juga dapat berdampak terhadap keadaan sosial dan


ekonomi, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya


tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah
meningkatnya pembiayaan (untuk mengobati kerumah sakit).

14
b. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah
yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk
pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak
efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya dijalan. Hal
ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan
diperbaiki.

II.8. Permasalahan Sampah di Indonesia

Sampah yang dibuang ke lingkungan akan menimbulkan masalah


bagi kehidupan dan kesehatan lingkungan, terutama kehidupan manusia.
Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan keberadaaan sampah di
Indonesia, yaitu:

1. Masalah estetika (keindahan) dan kenyamanan yang merupakan


gangguan bagi pandangan mata. Adanya sampah yang berserakan dan
kotor, atau adanya tumpukan sampah yang terbengkalai adalah
pemandangan yang tidak disukai oleh sebagaian besar masyarakat.

2. Sampah yang terdiri atas berbagai bahan organik dan anorganik apabila
telah terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar, merupakan sarang
atau tempat berkumpulnya berbagai jenis binatang yang dapat menjadi
vektor penyakit, seperti lalat, tikus, kecoa, kucing, anjing liar, dan
sebagainya. Juga merupakan sumber dari berbagai organisme patogen,
sehingga akumulasi sampah merupakan sumber penyakit yang akan
membahayakan kesehatan masyarakat, terutama yang bertempat tinggal
dekat dengan lokasi pembuangan sampah.

3. Sampah yang berbentuk debu atau bahan membusuk dapat mencemari


udara. Bau yang timbul akibat adanya dekomposisi materi organik dan
debu yang beterbangan akan mengganggu saluran pernafasan, serta
penyakit lainnya.

15
4. Timbulan lindi (leachate) sebagai efek dekomposisi biologis dari
sampah memiliki potensi yang besar dalam mencemari badan air
sekelilingnya, terutama air tanah di bawahnya. Pencemaran air tanah
oleh lindi merupakan masalah terberat yang mungkin dihadapi dalam
pengelolaan sampah di Indonesia.

5. Sampah yang kering akan mudah beterbangan dan mudah terbakar.


Misalnya tumpukan sampah kertas kering akan mudah terbakar hanya
karena puntung rokok yang masih membara. Kondisi seperti ini akan
menimbulkan bahaya kebakaran.

6. Sampah yang dibuang sembarangan dapat menyumbat saluran-saluran


air buangan dan drainase. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan
bahaya banjir akibat terhambatnya pengaliran air buangan dan air hujan.

7. Beberapa sifat dasar dari sampah, seperti kemampuan termampatkan


yang terbatas, keanekaragaman komposisi, waktu untuk terdekomposisi
sempurna yang cukup lama dan sebagainya, dapat menimbulkan
beberapa kesulitan dalam pengelolaannya. Misalnya, diperlukan lahan
yang cukup luas dan terletak agak jauh dari pemukiman penduduk,
sebagai lokasi pembuangan akhir sampah, volume sampah yang besar
merupakan masalah tersendiri dalam pengangkutannya, begitu juga
dengan masalah pemisahan komponen-komponen tertentu sebelum
proses pengolahan, dan lain-lain.

8. Di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, kurangnya kemauan


Pemerintah Daerah, kurangnya kesadaran penghasil sampah akan
pentingnya penanganan sampah yang baik merupakan masalah
tersendiri dalam pengelolaan sampah, khususnya di kota-kota besar.

Pertambahan penduduk di daerah perkotaan yang berkembang


dengan pesat mengakibatkan meningkatnya jumlah timbulan sampah.
Berdasarkan studi dan evaluasi yang telah dilaksanakan di kota-kota di

16
Indonesia, terdapat beberapa masalah-masalah pokok dalam pengelolaan
persampahan kota, yaitu:

1. Bertambah kompleksnya masalah persampahan sebagai konsekuensi


logis dari pertambahan penduduk kota.

2. Peningkatan kepadatan penduduk menuntut pula peningkatan


metode/pola pengelolaan sampah yang lebih baik.

3. Keheterogenan tingkat sosial budaya penduduk kota menambah


kompleksnya permasalahan.

4. Situasi dana serta prioritas penanganan yang relatif rendah dari


pemerintah daerah merupakan masalah umum dalam skala nasional.

5. Pergeseran teknik penanganan makanan, misalnya menuju ke pengemas


yang tidak dapat terurai seperti plastik.

6. Keterbatasan sumber daya manusia yang sesuai tersedia di daerah untuk


menangani masalah sampah.

7. Pengembangan perancangan peralatan persampahan yang bergerak


sangat lambat.

8. Partisipasi masyarakat yang pada umumnya masih kurang terarah dan


terorganisir secara baik.

9. Konsep pengelolaan persampahan yang kadang kala tidak cocok untuk


diterapkan, serta kurang terbukanya kemungkinan modifikasi konsep
tersebut di lapangan.

17
BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kami ambil dari pembuatan makalah sistem


sampah ini adalah sistem sampah, atau alur dari tercitanya sampah hingga
berakhir di TPA sudah tersistem denga baik. Hal ini membuktikan segala
permasalahan yang ada mengenai sampah ini dikarenakan tidak dilaksanakannya
prosedur dari sistem sampah ini dengan baik oleh masyarakat. Dan ketidak sikap
acuh tak acuh kita pada sampah yang ada. Apabila semua prosedur dari sistem
sampah ini dilakukang dengan baik, makan permasalahan sampah yang terjadi di
indonesia akan menurun.

III.2. Saran

Saran kami, setelah pembuatan makalah ini, marilah kita bersama- sama
menjaga kebersihan dengan cara membuang sampah pada tempatnya. Dan
mengaktifkan diri di kegiatan sosial untuk mebersihkan lingkungan. Dan juga
membangun generasi muda yang peduli terhadap lingkungan. Selain itu sebagai
seorang arsitek nantinya kita juga harus mengungat atau mengatur alur dari
sampah itu agar sistem sampah dapat berjalan dengan baik.

18

Você também pode gostar