Você está na página 1de 7

Abstrak

Di abad 18 M pemikiran tentang faham ilmu kalam menurut Syehk Muhammad


abduh sangat mewarnai keimanan atau keilmuan di timur tengah kususnya di mesir dan
sekitarnya. Beliau yang mempunyai nama lengkap Muhammad bin abduh bin hasan
khoirulloh, beliau lahir di mesir pada tahun 1849 M. Semenjak kecil beliau terbiasa hidup
dalam kesederhanaan, karena beliau terlahir bukan dari golongan orang bangsawan.
Pertama kali beliau menimba ilmu agama di masjid al-ahmadi selama 2 tahun dan kembali
ke desanya untuk bekerja dan bertani. Setelah beberapa tahun tinggal di desa beliau di
nikahkan pada umur 16 tahun. Berkat dorongan pamannya yaitu Shehk Darwish, beliau
kembali mempelajari ilmu agama. Berkat bimbingan pamannya lah beliau kembali menekuni
studynya. Beliau sangat bersukur berkat Syekh Darwis dan mengatakan Ia relah
membebaskan ku dari penjara kebodohan ( the prison of ignorance ) dan meneruskan
studynya di Universitas Al-Azhar bersam Syekh Jamaludin Al-Afghani sampai mendapat gelar
Alim.
Pemikiran pemikiran beliau tentang kalam sangat lah mempengaruhi masyarakat
Mesir. Pendapat pendapat beliau tentang kalam yaitu
a. kedudukan akal dan fungsi wahyu
b. kebebasan manusia dan fatalism
c. sifat-sifat tuhan
d. kehendak mutlak tuhan
e. keadilan tuhan
f. antropomorfisme
g. melihat tuhan, dan
h. perbuatan tuhan
dengan pemikiran pemikiran beliau pemerintah Mesir mengasingkan beliau keluar kairo
dan gurunya Syekh Jamaludin Al-Afghani di usir dari Mesir.

1
Pendahuluan

Pertama dan paling utama kami panjatkan puja-puji dan syukur kami panjatkan
kerhadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita,
amiin. Solawat dan salam Alloh SWT tetap tercurah limpahkan kepada baginda agung nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah ke zaman islamiyah,
mudah-mudahan kita tergolong umatnya yang mendapatkan safaat di hari akhir, amin.
Seiring semakin jauhnya zaman dengan baginda agung nabi Muhammad SAW
pemahaman-pemahaman tentang islampun semakin terbagi-bagi. Dengan ijtihad para
ulama dan orang-orang solihlah masalah dalam agama islam ini akan dapat diselesaikan.
Dalam perkembangan ilmu kalam mepunyai sejarah yang panjang. Beberapa sumber
mengatakan ilmukalam ini mulai timbul perbedaan di masa kholifah sayidina ali bin abi
tholib, bani umaiyyah , bani abasiyyah dan sampe zaman modern ini.
Artikel ini membahas salah satu pendapat atau pikiran-pikiran dari ulama yang hidub
di abad 18-an dimana dunia islam telah dipengaruhi oleh filosofi-filosofi barat yang
menuntut ijtihad yang sangat keras. Syehk Muhammad abduh telah menyumbangkan
pemikiran-pemikirannya dalamilmu kalam pada khususnya. Dengan pemikirannya
sangat membantu dalam perkembangan agama islam khususnya di Negara Mesir.
Latar belakang pemikiran Syehk Muhammad abduh ini tidaklah lepas dari
seorang guru dan oleh karena itu perjalanan ilmu itu sendiri mempunyai sejarah
yang panjang dan tidak lepas dari keadaan di waktu dulu. Dengan seiring
perkembangan zaman ilmupun berpadu dengan hal-hal yang baru dan
menimbulkan ilmu baru. Syehk Muhammad abduh sangat membantu dalam
kemaslahatan umat islam khususnya melaui gagasan dan pemikirannya.

2
PEMBAHASAN

Riwayat Singkat Muhammad Abduh


Syekh Muhammad Abduh yang nama lengkapnya Muhammad bin Abduh bin Hasan
Khairullah. Dilahirkan didesa Mahallat Nashr Kabupaten Buhairah, Mesir, pada tahun 1849 M.
ia bukan berasal dari keturunan yang kaya dan bukan pula keturunan bangsawan. Namun
demikian, ayahnya terkenal sebagai orang terhormat yang suka memberi pertolongan.
kekerasan yang diterapkan penguasa-penguasa Muhammad Ali dalam memungut pajak
menyebabkan penduduk berpindah-pindah tempat untuk menghindarinya. Abduh sendiri
dilahirkan dalam kondisi yan penuh kecemasan ini.
Mula-mula Abduh dikirim ayahnya ke Masjid Al-Ahmadi Tanta-belakangan tempat ini
menjadi pusat kebudayaan selain Al-Azhar. Namun sistim pengajaran disana sangat
menjengkelkannya sehingga setelah dua tahun disana, beliau memutuskan untuk kembali
kedesanya. Dan bertani seperti saudara-saudara serta kerabatnya. Ketika kembali kedesa,
beliau dikawinkan. Pada saat itu beliau berumur 16 tahun. Semula beliau bersikeras untuk
tidak melanjutkan studinya, tetapi beliau kembali belajar atas dorongan pamannya, Syekh
Darwish, yang banyak mempengaruhi kehidupan Abduh sebelum bertemu dengan Jamaludin
Al-Afghani. Atas jasanya itu, Abduh berkata. beliau telah membebaskanku dari penjara
kebodohan (the prison of ignorance) dan membimbingku menuju ilmu pengetahuan.
Setelah menyelesaikan studi dibawah bimbingan pamannya, Abduh melanjutkan
studi di Al-Azhar pada bulan pebruari 1866. Tahun 1871, Jamaludin Al-Afghani tiba di Mesir.
Ketika itu Abduh masih Mahasiswa Al-Azhar. Beliau menyambut kedatangannya. beliau
selalu menjadi murid kesayangan Al-Afghani. Al-Afghani pulalah yang mendorong Abduh
aktif dalam bidang sosial dan politik. Artikel-artikel pembaharuannya banyak dimuat pada
surat kabar Al-Ahram di kairo.
Setelah menyelesaikan studi di Al-Azhar pada tahun 1877 dengan gelar alim, Abduh
mulai mengajar di Al-Azhar, di Dar Al-Ulum dan dirumahnya sendiri. Ketika Al-Afghani diusir
dari Mesir pada tahun 1879 karena dituduh melakukan gerakan perlawanan terhadap
Khedewi Taufiq, Abduh juga dituduh ikut campur didalamnya. Ia dubuang keluar kota kairo.
Namun, pada tahun 1880, ia diperbolehkan kembali ke ibu kota, kemudian diangkat menjadi
redaktur surat kabar resmi pemerintahan Mesir, Al-Waqai Al-Mishiriyyah. Pada waktu itu

3
kesadaran nasiaonal Mesir mulai tampak dan dibawah pimpinan Abduh, surat kabar resmi
itu memuat artikel-artikel tentang urgenitas nasional Mesir, disamping berita-berita resmi.
Setelah Revolusi Urabi 1882 (yang berakhir dengan kegagalan), Abduh ketika itu
masih memimpin surat kabar Al-Waqai- dituduh terlibat dalam revolusi besar tersebut
sehingga pemerintah Mesir memutuskan untuk mengasingkannya selam tiga tahun dengan
memberi hak kepadanya untuk memilih tempat pengasingannya, dan Abdul memilih Suriah.
Di negeri ini, ia menetap selama setahun. Kemudian ia menyusul gurunya, Al-Afghani, yang
ketika itu ia berada diparis. Diasana mereka menerbitkan surat kabar Al-Urwah Al-
Wutsqa, yang bertujuan mendirikan Pen-Islam menentang penjajahan Barat, Tahun 1885,
Abduh diutus oleh surat kabar termasuk keinggris untuk menemui tokoh-tokoh Negara itu
yang bersimpati kepada rakyat Mesir. Tahun 1899, Abduh diangkat menjadi Mufti Mesir.
Kedudukan tinggi itu dipegangnya sampai ia meninggal dunia tahun 1905.
Pemikiran-pemikiran Kalam Munurut Muhammad Abduh
1. Kedudukan akal dan fungsi wahyu
Ada dua persoalan pokok yang menjadi fokus utama pemikiran Abduh,
sebagaimana diakuinya sendiri, yaitu:
a. Membebaskan akal pemikiran dari belenggu-belenggu taqlid yang menghambat
perkembangan pengetahuan agama sebagai mana haknya salaf al-
ummah (ulama sebelum abad ke-3 Hijriah), sebelum timbulnya perpecahan yakni
memahami langsung dari sumber pokoknya, Al-Quran.
b. Memperbaiki gaya bahasa Arab, baik yang digunakan dalam percakapan resmi
dikantor-kantor pemerintahan maupun dalam tulisan-tulisan media massa.

Dua persoalan pokok itu muncul ketika ia meratapi perkembangan umat islam
pada masanya. Sebagaimana dijelaskan Sayyid Qutub, kondisi umat islam saat ini
dapat digambarkan sebagian suatu masyarakat yang beku, kaku, menutup rapat-
rapt pintu ijtihad, mengabaikan peranan akal dalam memahami syariat Allah atau
meng-istibnat-kan hokum-hukum, karena mereka telah merasa cukup dengan hasil
karya pendahulunya yang juga hidup dalam masa kebekuan akal (jumud) serta yang
berdasarkan khurafat-khurafat.
Atas dasar kedua pokus pikirannay itu, Muhammad Abduh memberikan peranan
yang diberikan olehnya sehingga Harun Nasution menyimpulkan bahwa Muhammad
Abduh memberi kekuatan yang lebih tinggi kepada akal daripada Mutazilah. Menurut
Abduh akal dapat mengetahui hal-hal berikut ini:
1. Tuhan dan sifat-sifatnya
2. Keberadaan hidup diakhirat
3. Kebahagiaan jiwa diakhirat bergantung pada upaya mengenal tuhan
danberbuat baik, sedangkan kesengsaraanya bergantung pada sikap tidak
mengenal Tuhan dan melakukan perbuatan jahat

4
4. Kewajiban manusia mengenal tuhan
5. Kewajiban manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat untuk
kebahagiaan diakhirat
6. hukum-hukum mengenai kewajiban itu.
Dengan memperhatikan perbandingan Muhammad Abduh tentang peranan
akal diatas, dapat diketahui pula bagaimana pungsi wahyu bagiya. Baginya, wahyu
adalah penolong (al-mumin). kata ini pergunakan untuk menjelaskan fungsi wahyu
bagi akal manusia.
Wahyu menolong akal untuk mengetahui sifat dan keadaan kehidupan alam
akhirat. Mengatur kehidupan masyarakat atas dasar prinsip-prinsip umum yang
dibawanya. Menyempurnakan akal tentang tuhan dan sifat-sifatnya. Dan mengetaui
cara beribadah serta berterima kasih pada Tuhan. dengan demikian, wahyu bagi
Abduh berfungsi sebagai konfirmasi, yaitu untuk menguatkan dan menyempurnakan
pengetahuan akal dan informasi.
Lebih jauh Abduh memandang bahwa menggunakan akal merupakan salah
satu dasar Islam. Iman seseorang tidak sempurna kalau tidak didasarkan pada akal.
Islam adalah agama yang pertama kali mengikat persaudaraan antara akal dan
agama. Menurutnya, kepercayaan kepada exsistensi tuhan juga berdasarkan akal,
wahyu yang dibawa nabi tidak mungkin bertententangan dengan akal. Kalu ternya
keduanya terdafat pertentangan, menurutnya, terdapat penyimpangan dalam
tataran interpretasi sehingga diperlukan interpretasi lain yang mendorong pada
penyesuaian.
2. Kebebasan Manusia dan Fatalisme
Bagi Abduh, disamping mempunyai daya pikir, manusia juga mempunyai
kebebasan memilih, yan merupakan sifat dasar alami yang ada dalam diri manusia.
Kalu sifat dasar ini dihilangkan dari dirinya, beliau bukan manusia lagi, tetapi mahluk
lain. Manusia dengan akalnya mampu mempertimbangkan akibat perbuatan yang
dilakukannya. Kemudian mengambil keputusan dengan kemauannya sendiri, dan
selanjutnya mewujudkan perbuatannya itu dengan daya yang ada dalam dirinya.
Karena manusia menurut hukum alam dan sunnatullah mempunyai
kebebasan dalam menentukan kemauan dan daya untuk mewujudkan kemauannya,
faham perbuatan yang dipaksakan manusia atau Jabariyah tidak sejalan dengan
pandangan hidup Muhammad Abduh. Manusia menurutnya mempunyai kemampuan
berpikir dan kebebasan dalam memilih, namun tidak memiliki kebebasan absolut.
beliau menyebut orang yang mengatakan manusia mempunyai kebesan mutlak
sebagai orang yang angkuh.
3. Sifat-Sifat Tuhan
Dalam risalah beliau menyebut sifat-sifat tuhan. Adapun mengenai sifat itu
termasuk asensi tuhan atau yang lain? Ia menjelaskan bahwa hal itu terletak di luar

5
kemampuan menusia. sungguhpun demikian, Harun Nasution melihat bahwa Abduh
cenderung kepada pendapat bahwa sifat termasuk asensi Tuhan walaupun tidak
secara tegas mengatakannya.
4. Kehendak Mutlak Tuhan
Karena yakin akan kebebasan dan kemampuan manusia, Abduh melihat
bahwa Tuhan tidak bersifat mutlak. Tuhan telah membatasi kehendak mutlak-Nya
dengan memberi kebebasan dan kesanggupan kepada manusia dalam mewujudkan
perbuatan perbuatannya. Kehendak mutlak Tuhan pun dibatasi
oleh Sunnatullah yang telah ditetapkannya. Didalamnya terkandung arti bahwa
Tuhan dengan kemauan-Nya sendiri telah membatasi kehendak-Nya
dengan Sunnatullah Sunnatullah yang diciptakan-Nya untuk mengatur alam ini.
5. Keadilan Tuhan
Karena memberi daya besar kepada akal dan kebebasan manusia, Abduh
mempunyai kecenderungan untuk memahami dan meninjau alam ini bukan hanya
dari segi kehendak mutlak tuhan, tetapi juga dari segi pandangan dan kepentingan
manusia. beliau berpendapat bahwa alam ini diciptakan untuk kepentingan manusia
dan tidak satupun ciptaan Tuhan yang tidak membawa mamfaat bagi manusia.
Adapum masalah keadilan Tuhan, beliau memandangnya bukan hanya dari segi
kemaha sempurnaan-Nya, tapi juga dari pemikiran rasional manusia. Sifat ketidak
adilan tidak dapat diberikan kepada Tuhan karena ketidak adilan tidak sejalan dengan
kesempurnaan aturan alam semesta.
6. Antrofomorfisme
Kerena Tuhan termasuk kedalam alam rohani, rasio tidak dapat menerima
faham bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat Jasmani. Abduh yang memberi kekuatan
besar pada akal, berpendapat bahwa tidak mungkin asensi dan sifat-sifat Tuhan
mengambil bentuk tubuh atau roh mahluk dialam ini. Kata-kata wajah, tangan, duduk
sebaginya mesti difahami sesuai dengan pengertian yang diberikan orang arab
kepadanya. Dengan demikian, katanya, kata al-arsy dalam Al-Quran bearti kerajaan
atau kekuasaan, kata al-kursy bearti pengetahuan.
7. Melihat Tuhan
Muhammad Abduh tidak menjelaskan pendapatnya apakah Tuhan yang
bersifat rohani itu dapat dilihat oleh manusia dengan mata kepalanya dihari
perhitungan kelak? Ia hanya menyebutkan bahwa orang yang percaya
pada tanzih (keyakinan bahwa tidak ada suatupun dari mahluk yang menyerupai
tuhan) sepakat mengatakan bahwa Tuhan tak dapat digambarkan ataupun dijelaskan
dengan kata-kata. Kesanggupan melihat Tuhan dianugerahkan hanya kepada orang-
orang tertentu diakhirat.
8. Perbuatan Tuhan

6
Karena pendapat ada perbuatan tuhan yang wajib, Abduh sefaham
dengan Mutazilah dalam mengatakan bahwa wajib bagi tuhan untuk berbuat apa
yang terbaik buat manusia.

Você também pode gostar