Você está na página 1de 13

Asuhan Keperawatan Persalinan Kala

III

Di susun oleh:

Disusun Oleh: kelompok 3

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jln. Cut Nyak Dhien No. 16 Kalisapu Slawi 2013
A. KONSEP DASAR PERSALINAN KALA III
1. Defenisi
Persalinan kala III adalah kala uri atau waktu pelepasan plasenta dari insersinya
sampai lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala tiga
persalinan berlangsung rata rata antara 5 10 menit, akan tetapi apabila lebih dari 30 menit
resiko perdarahan meningkat.
2. Pembagian tingkat kala III
Kala uri dapat dibagi dalam dua tingkat :
a. Tingkat pelepasan plasenta.
Sebab sebab terlepasnya plasenta:
1. Pada waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil. Karena pengecilan rahim, tempat
perlekatan plasenta akan berlipat lipat bahkan ada bagian bagaian yang akan
terlepas dari dinding rahim atau tempat insesinya, karena tidak dapat mengikuti
pengecilan dari dasarnya. Jadi secara singkat, bagian yang paling penting dalam
pelepasan plasenta adalah retraksi dan kontraksi otot rahim.
2. Ditempat tempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta dan desidua
basalis dank arena hematoma ini membesar, maka seolah olah plasenta terangkat
dari dasanya oleh hematoma tersebut sehingga daerah pelepasan meluas

Tanda tanda lepasnya plasenta mencakup bebrapa hal :


1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah mendadak dan singkat .
Macam pelepasan plasenta yaitu :
1. Secara Schultze
Pelepasan dimulai pada bagian tegah dari plasenta dan disini terdapat hematoma retro
plasentair yang selanjutya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan
hematoma diatasnya sekarang jatuh ke bawah atau menarik lepas selaput janin bagian
plasenta yang Nampak dari vulva ialah permukaan futal, sedangkan hematoma
sekarang terdapat dalam katong yang terputar balik. Pelepasan secra schultze paling
sering dijumpai.
2. Secara dunchan
Pada pelepasan secara Duncan, pelepasan dimulai dari pinggir plasenta. Darah mengalir
keluar antara selaput janin dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah ada sejak sebagian
dari plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai seluruh plasenta lepas. Plasenta
lahir dengan pinggirnya terlebih dahulu. Pelepasan secara Duncan terutama terjadi
plasenta letak rendah.
b. Tingkat pengeluaran plasenta
Setelah plasenta lepas, maka karena kontraksi dan retraksi otot rahim, plasenta
terdorong ke dalam segmen bawah rahim atau ke dalam bagian atas dari vagina. Dari
tempat ini plasenta didorong keluar oleh tenaga mengejan.
3. Patofisiologi
Pada kala III, otot uterus ( miometrium ) berkontraksi mengikuti penyesuaian volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian
lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau ke
dalam vagina. Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan
penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantasi plasenta. Akibatnya, plasenta akan
lepas dari tempat implantasinya.
4. Tanda tanda pelepasan plasenta
Adapun tanda tanda pelepasan plasenta yaitu:
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus

Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi
dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau
alpukat dan fundus berada di atas pusat.
b. Tali pusat memanjang

Tali pusat telihat menjulur keluar melalui vulva

c. Semburan darah mendadak dan singkat

Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta


keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah ( retroplasental pooling )
dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi
kapasitas tampungnya maka darah akan tersembur keluar dari tepi plasenta yang
terlepas. Tanda ini kadang kadang terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi lahir
dan biasanya dalam 5 menit.

5. Manajemen Aktif Kala III


Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang
lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
Keuntungan keuntungan manajemen kala III:
1. Persalinan kala tiga yang lebih singkat
2. Mengurangi jumlah kehilangan darah
3. Mengurangi kejadian retensio plasenta

Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama :


a) Pemberian suntikan oksitosin dalam satu menit setelah kelahiran bayi:
1. Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk diberikan ASI
2. Letakkan kain bersih diatas perut ibu
3. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
4. Beritahu pada ibu bahwa ia akan disuntik
5. Segera suntikkan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha luar.

b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali ( PTT)


1. Beridiri disamping ibu
2. Pindahkan klem tali pusat sekitar 5 20 cm dari vulva
3. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu ( beralaskan kain ) tepat diatas simpisis
pubis.
4. Bila placenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar 2 atau 3
menit berselang) untuk mengulangi kembali PTT.
5. Saat mulai berkontraksi (uterus bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali pusat
kearah bawah, lakukan tekanan dorso cranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus
uteri bergerak ke atas yang menandakan placenta telah lepas dan dapat dilahirkan.
6. Tetapi jika langkah kelima diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan placenta
tidak turun setelah 30 -40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda
yang menunjukkkan lepasnya placenta, jangan teruskan

penegangan tali pusat:


a. Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya.
Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memanjang.
b. Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan
tekanan dorso cranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada
setiap kontraksi hingga terasa placenta terlepas dari dinding uterus.
7. Setelah placenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran agar placenta terdorong keluar
melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai (mengikuti
poros jalan lahir).
8. Saat placenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan placenta dengan mengangkat tali
pusat ke atas dan menopang placenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah
penampung.karena selaput ketubn mudah robek, maka pegang placenta dengan kedua tangan
dan secara lembut putar placenta dalam satu arah hingga selaput ketuban terpilin menjadi
satu.
9. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan lahan untuk melahirkan selaput
ketuban.
10. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal dijalan lahir saat melahirkan placenta, dengan
hati-hati periksa vagina dan servik secara seksama. Gunakan jari-jari tangan atau klem DDT
atau forcep untuk mengeluarkan selaput ,ketuban yang teraba
c) Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (masase)
1. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri
2. Jelaskan tindakan kepada ibu, bahwa ibu mungkin merasa agak tidak nyaman karena
tindakan yang diberikan, oleh karena itu anjurkan ibu untuk menarik nafas dalam dan
perlahan secara rileks
3. Dengan lembut gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri supaya uterus
berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik lakukan penatalaksanaan
atonia uteri.
4. Periksa placenta dan selaputnya untuk memastikan keduannya lengkap dan utuh.
5. Periksa placenta sisi maternal untuk memastikan semua bagian lengkap dan utuh.
6. Periksa kembali uterus setelah 1 2 menit untuk memastikan uterus berkontraksi. Jika
uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase.
7. Periksa kontraksi uterus tiap 15 menit dalam 1 jam PP dan tiap 30 menit dalam 2 jam
PP.

6. Kelainan pada Persalinan Kala III


Kelainan yang sering terjadi pada saat persalinan kala tiga yaitu Retensio Plasenta dan Sisa
plasenta (Rest Plasenta).
a. Konsep dasar Retensio Plasenta dan Sisa Plasenta (Rest Plasenta)
Perdarahan postpartum dini dapat terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa plasenta atau
selaput janin. bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara manual atau di kuretase
disusul dengan pemberian obat-obat uterotonika intravena. Perlu dibedakan antara
retensio plasenta dengan sisa plasenta (rest placenta). Dimana retensio plasenta adalah
plasenta yang belum lahir seluruhnya dalam setengah jam setelah janin lahir.
Sedangkan sisa plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang
dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau perdarahan post partum
sekunder. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus
tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.
Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi
tinggi fundus tidak berkurang.

b. Penanganan perdarahan postpartum yang disebabkan oleh sisa plasenta :

1. Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan


plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan
lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ke tempat bersalin dengan keluhan
perdarahan
2. Berikan antibiotika, ampisilin dosis awal 1g IV dilanjutkan dengan 3 x 1g/oral
dikombinasikan dengan metronidazol 1g supositoria dilanjutkan dengan 3 x 500mg oral.
3. Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan.
Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan AMV
atau dilatasi dan kuretase
4. Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%, berikan sulfas
ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.

c. Tindakan Operatif Dalam Kala Uri

Tindakan operatif yang dapat dilakukan dalam kala uri persalinan adalah :
a) Perasat Crede
Perasat crede bermaksud melahirkan plasenta yang belum terlepas dengan ekspresi :
1) Syarat
Uterus berkontraksi baik dan vesika urinaria kosong
2) Teknik pelaksanaan
Fundus uterus dipegang oleh tangan kanan sedemikian rupa, sehingga ibu jari

terletak pada permukaan depan uterus sedangkan jari lainnya pada fundus dan permukaan
belakang. setelah uterus dengan rangsangan tangan berkontraksi baik, maka uterus ditekan ke
arah jalan lahir. gerakan jari-jari seperti meremas jeruk. perasat Crede tidak boleh dilakukan
pada uterus yang tidak berkontraksi karena dapat menimbulkan inversion uteri
Perasat Crede dapat dicoba sebelum meningkat pada pelepasan plasenta secara

manual.
b) Manual Plasenta
1) Indikasi
Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga
persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase,
retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti
forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali
pusat putus.
2) Teknik Plasenta Manual
Sebelum dikerjakan, penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita
diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan kalau
ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi
ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan
salah satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan)
dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut

7. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan
secara tidak disadari, laserasi jalan lahir.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
3. Resiko tinggi cedera maternal berhubungan dengan posisi selama melahirkan /
pemindahan , kesulitan denganpelepasan plasenta, profil darah abnormal.
4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan terjadinya transisi (penambahan anggota
keluarga), krisis situasi (perubahan peran/ tanggung jawab).
5. Kurang pengetahuan/ kebutuhan belajar berhubungan dengan kurang informasi dan atau
kesalahan interpretasi informasi.
ASUHAN KEPERAWATAN KALA

II. Diagnosa keperawatan

a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan


kehilangan cairan secara tidak disadari, laserasi jalan lahir.

1. Tujuan dan kriteria hasil: pasien terhindar dari resiko kekurangan volume
cairan setelah mendapatkan tindakan keperawatan selama tiga hari dengan
kriteria hasil tekanan darah dan nadi pasien normal (TD: 110/70-
119/79mmHg ; N:60-90x/menit), mendemonstrasikan kontraksi adekuat dari
uterus dengan kehilangan darah dalam batas normal.

2. Intervensi :

a. Instruksikan klien untuk mendorong pada kontraksi, bantu mengarahkan


perhatiannya untuk mengejan.

R : Mengejan membantu pelepasan dan pengeluaran, menurunkan kehilangan


darahm dan meningkatkan kontraksi uterus.

b. Palpasi uterus ; perhatikan ballooning.

R : Menunjukkan relaksasi uterus dengan perdarahan ke dalam rongga uterus.

c. Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan berlebihan atau syock.


R : Hemoragi dihubungkan dengan kehilangan cairan lebih besar dari 500 ml
dapat dimanifestasikan oleh peningkatan nadi, penurunan TD, sianosis,
disorientasi, peka rangsangan, dan penurunan kesadaran.

d. Tempatkan bayi di payudara klien bila ia merencanakanuntuk memberi ASI.

R : Penghisapan merangsang pelepasan oksitoksin dari hipofisis posterior,


meningkatkan kontraksi miometrik dan menurunkan kehilangan darah.

e. Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta ; misalnya mekanisme Duncan


versus mekanisme Schulze.

R : Lebih banyak waktu diperlukan bagi plasenta untuk lepas, dan lebih banyak
waktu di mana miometrium tetap rileks, lebih banyak darah hilang.

f. Dapatkan dan catat informasi yang berhubungan dengan inspeksi uterus dan
plasenta untuk fragmen plasenta yang tertahan.

R : Jaringan plasenta yang tertahan dapat menimbulkan infeksi pascapartum dan


hemoragi segera atau lambat.

g. Hindari menarik tali pusat secara berkebihan.

R : Kekuatan dapat menimbulkan putusnya tali pusat dan retensi fragmen


plasenta, meningkatkan kehilangan darah.

h. Berikan cairan melalui rute parenteral.

R : Bila kehilangan cairan berlebihan, penggantian secara parenteral membantu


memperbaiki volume sirkulasi dan oksigenasi dari organ vital.

i. Berikan oksitoksin melalui rute IM atau IV drip diencerkan dakam karutan


elektrolit, sesuai indikasi.

R : Meningkatkan efek vasokonstriksi dalam uterus untuk mengontrol perdarahan


pascapartum setelah pengeluaran plasenta.
j. Bantu sesuai kebutuhan dengan pengangkatan plasenta secara manual di bawah
anestesi umum dan kondisi steril.

R : Intervensi manual perlu untuk memudahkan pengeluaran placenta dan


menghentikan hemoragi.

b. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis setelah


melahirkan.

1. Tujuan dan kriteria hasil

2. Intervensi

a. Bantu dengan penggunaan teknik pernapasan selama perbaikkan pembedahan


bila tepat.

R : Pernapasan membantu mengalihkan perhatian langsung dari ketidaknyamanan,


meningkatkan relaksasi.

b. Berikan kompres pada perineum setelah melahirkan .

R : Mengkonstriksikan pembuluh darah, menurunkan edema, dan memberikan


kenyamanan dan anastesi lokal.

c. Ganti pakaian dan linen basah.

R : Meningkatkan kenyamanan, hangat, dan kebersihan.

d. Berikan selimut penghangat.

R : Kehangatan meningkatkan relaksasi otot dan meningkatkan perfusi jaringan,


menurunkan kelelahan dan meningkatkan rasa nyaman.
c. Resiko tinggi cedera maternal berhubungan dengan posisi selama
melahirkan / pemindahan , kesulitan denganpelepasan plasenta, profil darah
abnormal.

1. Tujuan dan kriteria hasil

2. Intervensi

a. Palpasi fundus dan masase dengan perlahan.

R : Memudahkan pelepasan plasenta.

b. Masase fundus dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta.

R : Mengurangi rangsangan/ trauma berlebihan pada fundus.

c. Kaji irama pernafasan dan pengembangan .

R : Pada pelepasan plasenta, bahaya ada berupa emboli cairan amnion dapat
masuk ke sirkulasi maternal, menyebabkan emboli paru, atau perubahan cairan
dapat mengakibatkan mobilisasi emboli.

d. Bersihkan vulva dan perineum dengan air dan larutan antiseptik steril ; berikan
pembalut perineal steril.

R : Menghilangkan kemungkinan kontaminan yang dapat mengakibatkan infeksi


saluran asenden selama periode pascapartum.

e. Kaji perilaku klien, perhatikan perubahan SSP.

R : Peningkatan tekanan intrakranial selama mendorong dan peningkatan curah


jantung yang cepat membuat klien dengan aneurisma serebral sebelumnya
beresiko terhadap ruptur.

d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan terjadinya transisi


(penambahan anggota keluarga), krisis situasi (perubahan peran/ tanggung
jawab).
1. Tujuan dan kriteria hasil

2. Intervensi

a. Fasilitasi interaksi antara klien/pasangan dan bayi baru lahir sesegera mungkin
setelah melahirkan.

R : Ibu dan bayi mempunyai periode yang sangat sensitif pada waktu di mana
kemampuan interaksi ditingkatkan.

b. Berikan klien dan ayah kesempatan untuk menggendong bayi dengan segera
setelah kelahiran bila kondisi bayi stabil.

R : Kontak fisik dini membantu mengembangkan kedekatan.

c. Tunda penetesan salep profilaksis mata(mengandung eritromisin atau


tetrasiklin) sampai klien atau pasangan dan bayi telah berinteraksi.

R : Memungkinkan bayi untuk membuat kontak mata dengan orangtua dan secara
aktif berpartisipasi dalam interaksi, bebas dari penglihatan kabur yang disebabkan
oleh obat.

e. Kurang pengetahuan/ kebutuhan belajar berhubungan dengan kurang


informasi dan atau kesalahan interpretasi informasi.

1. Tujuan dan kriteria hasil

2. Intervensi

a. Diskusikan / tinjau ulang proses normal dari persalinan tahap III.

R : Memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan/ memperjelas kesalahan


konsep, meningkatkan kerjasama dengan aturan.

b. Jelaskan alasan untuk respons perilaku tertentu seperti menggigil dan tremor
kaki.
R : Pemahaman membantu klien menerima perubahan tersebut tanpa ansietas atau
perhatian yang tidak perlu.

c. Diskusikan rutinitas periode pemulihan selama 4jam pertama setelah


melahirkan.

R : Memberikan kesempatan perawatan dan penenangan, meningkatkan


kerjasama.

Você também pode gostar