Você está na página 1de 10

ARTIKEL KESEHATAN

A. Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)

Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)


oleh Departemen Kesehatan sudah dimulai sejak pelaksaan Pelita 1.
Pendekatan yang digunakan saat itu adalah sentralistis, dengan
membangun jejaring antara Departemen Kesehatan dengan Kantor-Kantor
Wilayah (Kanwil) di Provinsi dan Kantor-Kantor Departemen (Kandep) di
Kabupaten/Kota. Sampai dengan tahun 1990an serta dileburnya Kanwil
dan Kandep ke Dinas Kesehatan, SIKNAS mengalami kemunduran yang
cukup berarti.

Berdasarkan Kepmenkes No. 837/Menkes/SK/VII/2007


diterapkan strategi baru untuk pengembangan SIKNAS dan SIKDA, yaitu
melalui upaya-upaya sebagai berikut :

1. Integrasi (dan penyederhanaan) sistem-sistem informasi


(pelaporan) yang ada.

2. Pelaksaan pengumpulan dan pemanfaatan data informasi


terintegrasi.

3. Fasilitas pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah


(SIKDA)

4. Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi.

5. Pengembangan pelayanan data dari informasi untuk


manajemen.

Dalam Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-2009 telah


ditetapkan adanya empat Strategis Utama, yaitu :

1) Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat


2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas

3) Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan,

4) Meningkatkan pembiayaan kesehatan

Sistem Infomasi Kesehatan (SIK) merupakan Susbsistem dari Sistem


Kesehatan Nasional (SKN) yang mempunyai fungsi untuk memberikan informasi
dalam menunjang pengambilan keputusan pada setiap tingkat administrasi
kesehataan, baik pusat, propinsi, kabupaten/ kota, bahkan sampai unit pelaksana
teknis seperti Rumah Sakit maupun Puskesmas.

Menurut WHO (2004) definisi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah


Sebuah sistem yang mengintegrasikan pengumpulan data, pengolahan, pelaporan,
dan penggunaan informasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan
kesehatan melalui manajemen yang lebih baik pada semua jenjang kesehatan.
Sedangkan definisi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) menurut Pusat Data dan
Informasi Depkes RI (2006) adalah Suatu sistem yang menyediakan dukungan
informasi bagi proses pengambilan keputusan di setiap jenjang administrasi
kesehatan, baik di tingkat unit pelaksana upaya kesehatan, di tingkat
Kabupaten/Kota, di tingkat Provinsi, maupun di tingkat Pusat.

Berdasarkan berbagai pengertian atau definisi tersebut, maka perlu adanya


pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang terintegrasi dari berbagai
tingkat pelayanan kesehatan dalam bentuk Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS) maupun Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA).
SIKNAS adalah Sistem informasi yang berhubungan dengan Sistem-
sistem Informasi lain baik secara nasional maupun internasional dalam kerjasama
yang paling menguntungkan. SIKNAS dibangun dan dikembangkan dari berbagai
jaringan Sistem-Sistem Informasi Kesehatan Propinsi dan Sistem-Sistem
Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota. Sedangkan Sistem Informasi Kesehatan
Daerah (SIKDA) adalah Suatu Sistem Informasi yang mencakup Sub sistem
informasi yang dikembangkan di unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS,
Poliklinik, Praktek Swasta, Apotek, Laboratorium), Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan sistem informasi pada Dinas Kesehatan Propinsi.

Kebijakan Siknas
Berbagai bentuk Kebijakan terkait dengan Pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan Nasonal (SIKNAS) menurut Pusat Data dan Informasi
Depkes RI 2011 antara lain:
1. Pengembangan kebijakan dan standar dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan Sistem Infomasi Kesehatan (SIK) yang terintegrasi.

2. Pengembangan dan penyelenggaraan SIK dilakukan dengan melibatkan


seluruh pemangku kepentingan termasuk lintas sektor dan masyarakat.

3. Penetapan kebijakan dan standar SIK dilakukan dalam kerangka


desentralisasi di bidang kesehatan.

4. Penataan sumber data dan penguatan manajemen SIK pada semua tingkat
sistem kesehatan dititik-beratkan pada ketersediaan standar operasional
yang jelas, pengembangan dan penguatan kapasitas SDM, dan
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi, serta penguatan
advokasi bagi pemenuhan anggaran.

5. Pengembangan SDM pengelola data dan informasi kesehatan dilaksanakan


dengan menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi dan lintas sektor
terkait serta terpadu dengan pengembangan SDM kesehatan lainnya.

6. Peningkatan penyelenggaraan sistempengumpulan, penyimpanan,


desiminasi, dan pemanfaatan data/informasi dalam kerangka kebijakan
manajemen data satu pintu.
7. Pengembangan Bank Data Kesehatan harus memenuhi berbagai kebutuhan
dari pemangku kepentingan dan dapat diakses dengan mudah, serta
memperhatikan prinsip-prinsip kerahasiaan dan etika yang berlaku
dibidang kesehatan dan kedokteran.
8. Peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk
meningkatkan statistik vital melalui upaya penyelenggaraan registrasi vital
di seluruh wilayah Indonesia dan upaya inisiatif lainnya.

9. Peningkatan inisiatif penerapan e-Health untuk meningkatkan kualitas


pelayanan kesehatan dan meningkatkan proses kerja yang efektif dan
efisien.

10. Peningkatan budaya penggunaan data melalui advokasi terhadap pimpinan


di semua tingkat dan pemanfaatan forum-forum informatika kesehatan
yang ada.

11. Peningkatan penggunaan solusi-solusi m-Health dan telemedicine untuk


mengatasi masalah infrastruktur, komunikasi, dan sumber daya manusia.

Gambar 1. Model SIKNAS


B. Sistem Surveilans Epidemiologi

Sejarah Singkat

Surveilans epidemiologi dimulai ketika William Farr, mengembangkan


sistem pengumpulan data rutin tentng jumlah dan penyebab kematian. Ia
membandingkan pola kematian antara orng-orang yang menikah dan tidak,
dan antar pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya. Upaya yang telah
dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan penyakt secara
terus-menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan
evaluasi program telah mengangkat nama William farr sebagai the founder
of modern epidemiology.

Surveilans Epidemiologi sebagai Sistem

Surveilans epidemiologi sebagai sistem merupakan tatanan prosedur


penyelenggaraan surveilans epidemiologi (SE) yang terintegrasi antara
unit-unit penyelanggaraan surveilans dengan :

1. Laboratorium

2. Sumber-sumber data

3. Pusat penelitian

4. Penyelenggara program kesehatan

Di Indonesia Sistem Surveilans Epidemiologi merupakan subsistem dari SIKNAS


(Sistem Informasi Kesehatan Nasional) dan mempunyai fungsi strategis dalam
intelijen penyakit dan masalah kesehatan untuk penyediaan data dan informasi
epidemiologi dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat.

Surveilans Epidemiologi
Untuk dapat mengikuti arah perkembangan penyakit (khususnya wabah)
perlu diketahui trend-nya. Mengetahui trend ini kita harus mengadakan suatu
pemantauan dan pencatatan melalui apa yang disebut surveillance epidemiology.
Surveillance epidemiology adalah suatu sistem observasi terhadap timbul
dan penyebaran kasus-kasus penyakit dengan cara mengadakan berbagai upaya
pengawasan, baik secara klinik maupun di lapangan tanpa membatasi kebebasan
bergerak para penderita. Tujuan surveillance epidemiology adalah memanfaatkan
data dalam mengadakan tindakan yang dapat mengurangi atau meniadakan timbul
dan penyebaran penyakit.
FLOWCHART SURVEILANCE EPIDEMIOLOGY (WHO)

Pelaporan Pemberian
Data umpan balik

Pengumpulan
Data

Data Analisis Data Keputusan Investigasi Tindakan


Kompilasi & Intepretasi tidak langsung

Flowchart inisangat berguna pada kejadian luar biasa (KLB), suatu istilah yang
selalu dipapaki dalam surveillance epidemiology. KLB diartikan sebagai suatu
peristiwa di mana suatu kejadian timbulnya morbiditas/mortalitas suatu penyakit
yang tadinya dianggap tidak berarti secara epidemiologis kini justru karena
meningkatnya secara bermakna memiliki arti sangat penting pada pemantauan
epidemiologis untuk dilakukan tindakan.

Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi


Kesehatan.
Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu
secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh
sektor kesehatan sendiri, diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif
dengan kerjasama yang harmonis antar sektor dan antar program, sehingga perlu
dikembangkan subsistem survailans epidemiologi kesehatan yang terdiri dari
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular, Surveilans Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular, Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Dan Perilaku,
Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan, dan Surveilans Epidemiologi
Kesehatan Matra

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular


Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit
menular dan faktor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan
penyakit menular.
2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak
menular dan faktor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan
penyakit tidak menular.
3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan
faktor risiko untuk mendukung program penyehatan lingkungnan.
4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah
kesehatan dan faktor risiko untuk mendukung program-program kesehatan
tertentu.
5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan
dan faktor risiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra.

C. Hubungan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan dengan Sistem


Informasi Kesehatan Nasional serta Sistem Lain
Untuk mewujudkan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945 telah dirumuskan
Sistem Ketahanan Nasional. Sistem Kesehatan Nasional yang berlaku sampai
dengan tahun 1999, dan saat ini termaktub dalam Rancangan Pembangunan
Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, dan sistem sektor lain merupakan
subsistem dari Sistem Ketahanan Nasional.
Dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010, manajemen kesehatan
membutuhkan informasi kesehatan yang tersusun dalam Sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS) dan merupakan subsistem dari Sistem
Kesehatan Nasional.
Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan merupakan subsistem dari
SIKNAS, yang mempunyai fungsi strategis sebagai intelijen penyakit dan
masalah-masalah kesehatan yang mampu berkontribusi dalam penyediaan data
dan informasi epidemiologi untuk mewujudkan Indonesia Sehat dalam rangka
ketahanan nasional. Agar penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan berhasil guna dan berdaya guna diperlukan hubungan antara sistem
dan subsistem serta komponen yang ada.
Sehingga Sistem Surveilans Epidemiologi sangat berikatan dengan
Sistem Informasi Kesehatan Nasional. Hal ini bisa dikaitkan dengan
pengertian dari SIKNAS yaitu SIKNAS adalah Sistem informasi yang
berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional
maupun internasional dalam kerjasama yang paling menguntungkan. SIKNAS
dibangun dan dikembangkan dari berbagai jaringan Sistem-Sistem Informasi
Kesehatan Propinsi dan Sistem-Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota.
Informasi yang didapatkan dari Sistem Informasi Kesehatan baik
ditingkat kota maupun provinsi merupakan hasil dari pelaksanaan penelitian
dari surveilans epidemiologi baik dari berbagai jenis ruang lingkup surveilans
yaitu surveilans penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan
lingkungan dan perilaku, serta masalah kesehatan lainnya. Hal ini menandakan
adanya integrasi antara Sistem Surveilnas Epidemiologi dengan Sistem
Informasi Kesehatan Nasional.
Sistem surveilans epidemiologi memiliki tahap dan tata cara tersendiri
dalam melakukan suatu penelitian. Hal ini dilakukan karena surveilans
dilakukan secara terus-menerus dan sistematis yang artinya membutuhkan
ketelitian dan keuletan yang tinggi dalam melakukan penelitian. Hasil
penelitian surveilans tidak serta merta dapat diinformasikan kepada
masyarakat umum, melainkan harus melalui beberapa tahap. Tahap-tahap
surveilans yaitu pengumpulan data, analisis data, intepretasi data dan
diseminasi (penyebaran) informasi.
Apabila pada salah satu terdapat salah satu tahap ada yang terlewat
atau dalam tahap tertentu terjadi kesalahan maka akan mempengaruhi hasil
dari penelitian. Hal ini akan mempengaruhi dari sistem surveilans
epidemiologi yang akan mempengaruhi pula sistem informasi kesehatan
nasional.
Sehingga kebenaran informasi terkait hasil dari surveilans yang telah
dilakukan penting adanya. Supaya diharapkan dapat memberikan informasi
yang terbru dan sesuai dengan ilmiah sehingga sistem informasi kesehatan
nasional dapat memberikan kontribusi yag besar bagi masyarakat dan negara.
REFERENSI

Hidayah, A. C., & Hargono, A. (2008). Bahan Aja Surveilans Epidemiologi (Edisi
Revisi). Surabaya: Universitas Airlangga Press.

Kepmenkes RI. (2003). No 1116/MENKES/SK/VIII/2003 Tentang Pedoman


Penyelanggaran Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. Indonesia:
Permenkes.

Kepmenkes RI. (2007). No 837/MENKES/SK/VII/2007 Tentang Pengembangan


Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional.
Indonesia: Permenkes.

Kepmenkes RI. (2012). Roadmap Sistem Informasi Kesehatan Tahun 2011-2014.


Indonesia: Kepmenkes RI.

Kepmenkes RI. (n.d.). Pedoman Sistem Informasi Kesehatan. Indonesia:


Permenkes RI.

Permenkes RI . (2004). No 45/2004 Tentang Penyelenggaraan Surveilans


Kesehatan. Indonesia: Permenkes.

Permenkes RI. (2015). No 97/2015 Tentang Pejta Jalan Sistem Informasi


Kesehatan Tahun 2015-2019. Indonesia: Permenkes.

Ryadi, A. S., & Wijayanti, T. (2011). Dasar - Dasar Epidemiologi. Jakarta:


Salemba Medika.

Você também pode gostar