Você está na página 1de 19

ASUHAN KEPERAWATAN PAROTITIS

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuatu yang sangat mengagungkan keangungan Tuhan Yang maha Esa yang telah
menciptakan sistem organ yang memungkinkan makhluk hidup menjalankan fungsinya, salah
satunya pada sistem pernapasan. Fungsi pernapasan akan bekerja sama dengan sistem
transportasi agar proses metabolisme pada tubuh dapat berjalan dengan baik. Sistem respirasi
atau pernapasan merupakan salah satu study terhadap struktur dan fungsi tubuh manusia.
Sistem respirasi atau sistem pernapasan terdapat pada manuasia dan hewan (seperti; insekta,
ikan, amfibi dan burung).Sedangkan sistem pernapasan pada manusia terjadi melalui saluran
penghantar udara yaitu alat-alat pernapasan yang terdapat dalam tubuh, dimana masing-
masing alat pernapasan tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Sistem respirasi berfungsi sebagai pertukan gas.Gas yang masuk merupakan gas oksigen
dan yang dikeluarkan adalah karbon dioksida.Sistem respirasi membantu juga dalam
merubah darah yang awalnya bersifat karbon dioksida menjadi oksigen.Berbagai macam
penyakit menyerang sistem respirasi.Khususnya pada anak-anak salah satunya adalah
penyakit parotitis epidemika.Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus.
Penyakit ini sering menyerang pada usia anak-anak. Untuk lebih lanjutnya maka akan di
bahas pada makalah yang di buat kelompok.
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui mengenai penyakit parotitis epidemika.
1.2.2 Untuk mengetahui auhan keperawatan penyakit parotitis epidemika.

1.3 Implikasi Keperawatan


1.3.1 Implikasikan prosedur isolasi, tindakan kewaspadaan pernafasan , dan tirah baring.
1.3.2. Beri analgesic dan cairan, beri cairan intravena jika di indikasikan dan bila anak menolak
untuk minum.
1.3.3. Tingkatkan rasa hangat dan terapi penunjang untuk orkitis ( radang dalam testis ).
1.3.4. Matikan lampu jika anak mengalami fotopobia.

BAB 2. TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian
Parotitis Epidemika merupakan penyakit virus akut yang menyerang kelenjar ludah,
terutama kelenjar parotis (sekitar 60%). Namun tidak menutup kemungkinan penyakit
parotitis epidemika menyerang kelenjar ludah yang lain seperti kelenjar submaksilaris dan
kelenjar submandibularis. Parotitis epidemika ialah infeksi akut yang disebabkan dengan
tanda khas berupa pembengkakan dari kelenjar air liur yang disertai nyeri, yang kadang-
kadang dapat mengenai kelenjar gonad, meningen, ankreas dan organ lainnya.Parotitis
epidemika juga merupakan penyakit menular dengan gejala yang khas yaitu pembesaran pada
bagian kelenjar ludah terutama kelanjar parotis.

2.2.Epidemiologi
Penyakit parotis epidemika tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik
atau epidemik.Virus ini juga tersebar dari reservoir manusia secara kontak langsung misalnya
melalui percikan ludah (air droplet) yang berasal dari bersin atau bersentuhan langsung
dengan benda-benda yang terkontaminasi oleh ludah penderita, dan juga urin. Virus ini juga
bisa tertular pada kondisi yang memiliki populasi padat, contoh pada sekolah ataupun pada
asrama. Virus ini tersebar keseluruh dunia dan mengenai laki-laki dan perempuan secara
merata.85% infeksi ini terjadi pada anak-anak yang lebih dari umur 15 tahun sebelum
dilakukan imunisasi. Pada anak usia 6-8 bulan tidak dapat terjangkit penyakit ini,
dikarenakan dilindungi oleh antibody yang dialirkan secara trasplasental dari ibunnya. Akan
tetapi, sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda.Sumber infeksi penyakit
ini sangat susah untuk diketahui karena 30-40% infeksi ini bersifat subklinis. Dimana ada
penurunan inside sejak adanya vaksin parotitis epidemika pada tahun 1968.
Virus ini dapat diisolasi dari faring sebelum 2-6 hari setelah terjadi pembesaran kelenjar
parotis. Pada penderita parotitis epidemika tanpa adanya pembesaran kelenjar parotis, virus
sudah dapat diisolasi dari faring. Virus ini dapat ditemukan dalam urin sekitar hari pertama
sampai dengan hari ke empat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar. Baik infeksi klinis
maupun subklinis menyebabkan imunitas seumur hidup.

2.3.Etiologi parotitis epidemika


Virus ini adalah anggota kelompok Paramyxovirus yang juga mencakup parainfluenza,
campak dan virus penyakit Newcastle.Parotitis Epidemika disebabkan oleh karena adanya
virus yang masuk, yaitu virus Paramyxovirus. Struktur dari virus paramyxovirus yaitu virus
ini memiliki pembungkus (enveloped) yang mempunyai ukuran garis tengah antara 100 nm
sampai 300 nm dengan RNA negatif, tunggal, linear, dan tidak mempunyai segmen serta
mengandung lipid ditutupidengan paku paku, dengan virion helikal yang berukuran antara
150 sampai 300 nm. Virus ini mempunyai dua komponen yang sanggup untuk memfiksasi,
yaitu : antigen S (soluble) atau yang dapat larut yang berasal dari nukleokapsid, dan antigen
V yang berasal dari hemaglutinin. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 C, oleh
formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virusini masuk dalam
tubuh melalui hidung atau mulut.Virus ini bereplikasi pada mukosa saluran napas atas
kemudian menyebar ke kalenjar limfa lokal dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari
(masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari.Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah
kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak.Virus ini masuk ke sistem
saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel mononuklear.Masa penyebaran
virus ini adalah 2-3 minggu melalui percikan ludah, cairan serebrospinal, darah, urin.Virus ini
dapat diisolasi dari saliva kurang lebih 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah
munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan ini terjadi selama 24 jam sebelum
pembengkakan kalenjar ludah.
2.4. Tanda dan gejala
a. Nyeri pada salah satu atau kedua kelenjar liur disertai bengkak;
b. Demam ringan, nyeri dada otot leher dan rasa lemas, sakit kepala;
c. Nafsu makan berkurang, merasa tidak enak badan;
d. Puncak bengkak pada 1-3 hari dan berakhir pada 3-7 hari;
e. Sudut mandibula tidak jelas;
f. Posisi daun telinga meningkat;
g. Makanan dengan rasa asam menyebabkan rasa nyeri pada kelenjar liur;
h. Gejala lain yang mungkin ditemukan;
i. Nyeri testis;
j. Benjolan di testis;
k. Pembengkakan scrotum (kantong zakar).
l. Demam ringan sampai sedang(terjadi 12-24 jam, sebelum atau beberapa
kelenjar liur membengkak) tetapi 25-30% penderita tidak menunjukkan
gejala.

2.5. Patofisiologi Parotitis


Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis
(terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:

a. Percikan ludah;

b. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain;

c. Muntahan;
d. Urine.
Virus tersebut masuk di dalam tubuh bisa melalui hidung atau mulut.Biasanya kelenjar
yang terkena adalah kelenjar parotis.Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis
dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan
serum konvalesens.
Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di
parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran
darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan
menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis. Akibat terinfeksinya kelenjar
parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot
(Mansjoer, 2000). Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang
mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan.
Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan
liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

2.6. Komplikasi dan prognosis


Akibat adanya virus di dalam darah (viremia) yang terjadi pada awal infeksi
maka penyakit gondong atau mumps ini dapat menyebabkan komplikasi yang melibatkan
organ-organ lain. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
a. Meningoensefalitis
Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada masa anak. Insidens yang
sebenarnya sukar diperkirakan karena infeksi subklinis sistem saraf sentral, seperti dibuktikan
oleh pleositosis cairan serebrospinal, telah dilaporkan lebih dari 65% penderita dengan
parotitis. Manifestasi klinis terjadi pada lebih dari 10% penderita. Insidens meningoensefalitis
parotitis sekitar 250/100.000 kasus; 10% dari kasus ini terjadi pada penderita yang lebih tua
dari 20 tahun. Angka mortalitas adalah sekitar 2%. Laki-laki terkena 3-5 kali lebih sering
daripada wanita. Parotitis merupakan salah satu dari penyebab meningitis aseptik yang paling
sering. Patogenesis meningoensefalitis parotitis telah diuraikan sebagai:
1. Infeksi primer neuron dan
2. Ensefalitas pasca infeksi dengan demielinasi.
Pada tipe pertama parotitis sering muncul bersamaan atau menyertai ensefalitis. Pada tipe
kedua, ensefalitis menyertai parotitis pada sekitar 10 hari. Parotitis mungkin pada beberapa
kasus tidak ada. Stenosis aqueduktus dan hidrosefalus telah dihubungkan dengan infeksi
parotitis. Menginjeksikan virus parotitis ke dalam tupai pada umur menyusui telah
menghasilkan lesi yang serupa.Meningoensefalitis parotitis secara klinis tidak dapat
dibedakan dari meningitis sebab lain. Ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan
neurologis lain biasanya normal. Cairan serebrospinal (CSS) biasanya berisi sel kurang dari
500 sel/mm3, walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat melebihi 2.000. Selnya hampir
selalu limfosit, berbeda dengan meningitis aseptik enterovirus, dimana lekosit
polimorfonuklear sering mendominasi pada awal penyakit. Virus parotitis dapat diisolasi dari
cairan serebrospinal pada awal penyakit.
b. Orkitis, Epididimitis
Komplikasi ini jarang terjadi pada anak laki-laki prapubertas tetapi sering (14-35%) pada
remaja dan orang dewasa. Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epididimitis;
epididimitis dapat juga terjadi sendirian. Jarang ada hidrokel. Orkitis biasanya menyertai
parotitis dalam 8 hari atau sekitarnya, orkitis dapat juga terjadi tanpa bukti adanya infeksi
kelenjar ludah. Pada sekitar 30% penderita kedua testis terkena. Mulainya biasanya
mendadak, dengan kenaikan suhu, menggigil, nyeri kepala, mual dan nyeri perut bawah; bila
testis kanan terlibat, appendisitis dapat dikesankan sebagai kemungkinan diagnosis. Testis
yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit yang berdekatan edema dan merah. Rata-
rata lamanya adalah 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena atrofi. Gangguan fertilitas
diperkirakan sekitar 13%, tetapi infertilitas absolut ungkin jarang.
c. Ooforitis
Nyeri pelvis dan kesakitan ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita pasca
pubertas. Tidak ada bukti adanya gangguan fertilitas.
d. Pankreatitis
Keterlibatan berat pankreas jarang, tetapi infeksi ringan atau subklinis mungkin lebih
sering daripada yang diketahui. Pankreatitis mungkin tidak terkait dengan manifestasi
kelenjar ludah dan diagnosis mungkin dikelirukan dengan gastroenteritis. Nyeri dan sakit
epigastrium, yang mana memberi kesan, dapat disertai dengan demam, menggigil, muntah
dan tidak berdaya. Kenaikan nilai amilase serum adalah khas pada parotitis, dengan atau
tanpa manifestasi klinis pankreatitis.
e. Nefritis
Viruria telah sering dilaporkan. Pada satu penelitian orang dewasa, kelainan fungsi ginjal
terjadi kadang-kadang pada setiap penderita , dan viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi
keterlibatan ginjal pada anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari
sesudah parotitis, telah dilaporkan.
f. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa pada anak, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi
pada sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan selanjutnya antibodi
antitiroid.
g. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang, tetapi infeksi ringan miokardium mungkin
lebih sering daripada yang diketahui. Rekaman elektrokardiografi menunjukkan perubahan-
perubahan, kebanyakan depresi segmen ST, pada 13% orang dewasa pada satu seri.
Keterlibatan demikian dapat menjelaskan nyeri prekordium, bradikardia dan kelelahan
kadang-kadang ditemukan pada remaja dan orang dewasa dengan parotitis.
h. Mastitis
Komplikasi ini tidak lazim pada masing-masing jenis kelamin.
i. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensnya rendah
(1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral. Kehilangan pendengaran
mungkin sementara atau permanen.
j. Komplikasi okuler
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya bilateral,
dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik(papilitis) dengan gejala-gejala bervariasi dari
kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10-20 hari;
uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan
cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; dan
trombosis vena sentral.
k. Artritis
Artralgia yang disertai dengan pembengkakan dan kemerahan sendi merupakan kompliksi
yang jarang; biasanya penyembuhan sempurna.
l. Embriopati Parotitis
Tidak ada bukti yang kuat bahwa infeksi ibu menciderai janin; kemungkinan hubungan
endokardial fibroelastosis belum ditegakkan. Parotitis pada awal kehamilan menambah
peluang abortus.
Prognosis parotitis epidemika adalah baik.Pada umumnya bagus sekali karena jarang
ditemukan kematian.
2.7. Pengobatan
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama
penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak.Dapat digunakan obat pereda panas dan
nyeri (antipiretik dan analgesik), Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena
memiliki resiko terjadinya sindroma Reye(bisa karena pengaruh aspirin pada anak-anak).
Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani
istirahat ditempat tidur.Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres es pada area
testis yang membengkak tersebut.
Penderita yang mengalami serangan virus apada organ pankreas (pankreatitis), dimana
menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus.Pemberian
kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan dapat
mencegah terjadinya orkitis.Terhadap virus itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh anti
mikroba, sehingga pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan gejala sampai
penderita kembali baik dengan sendirinya.
Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam self limiting disease (penyakit yg
sembuh sendiri tanpa diobati).Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan
makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan
diet makanan cair dan lunak.Pemberian imunomodulator belum terdapat laporan penelitian
yang menjunjukkan efektivitasnya.

2.8. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan
imunisasi aktif.
a. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi
komplikasi.
b. Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup
tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan subkutan
pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007). Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau
reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas
yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella (MMR yakni vaksin
Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus mumps, sangat efektif dalam
menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi mumps pada individu yang
seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang
baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili,
rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.
c. Kontraindikasi
Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; individu dengan riwayat
hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan
keganasan; limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit;
sedang mendapat radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila
diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin
Mumps dalam situasi ini.

Penyakit parotitis epidemika atau paramyxovirus sebagai agent penyebab


parotitis (terinfeksinya kelenjar parotis)

BAB 3. PATHWAYS
Percikan ludah
-Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
-Muntahan
-urine

virus mumps masuk ke hidung atau mulut hospes

Virus memperbanyak diri atau proliferasi di parotis/epitel traktus


respiratorius

Virus menginfeksi glandula parotid(parotitis.)


dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot
dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis

kemudian terjadi viremia


virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf

Nyeri b/d inveksi virusditandaidengan:


DS: Ibumengatakanbahwapasienmengalamidemam.

Resikotinggiperubahannutrisikurangdarikebutuhantubuh b/dkehilangannafsumakan

Kurang pengetahuan berhubungan dengan


keterbatasan informasi mengenai pengobatan.

BAB3. ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian
AsuhanKeperawatanPada Parotitis Epidemika
a. Pengkajian
1) Biodata
Identitas yang harusdilengkapipadapasienmeliputinama, umur,jeniskelaminanak.
Selainituperlujugadiketahuiidentitasdari orang tua yang meliputinama, agama, suku, bahasa,
pendidikan, pekerjaan orang tua, penghasilandanalamat. Keluhanutamasesaknafas, pusing,
berdebar-debar,mudahlelah.
2) Keluhanumum
Nyeri di bawahtelinga, bengkak, dansulitmenelanketikamakan dan minum
3) Riwayatpenyakitsekarang
Pasienmengeluhmengalamidemamdanmerasakannyeripadabelakangtelingadan pipi,
timbulbengkakdan kemerahan.

4) Riwayatpenyakitdahulu
Padapenyakitparotitisepidemika, riwayatpenyakitdahulu yang
mendukungdilakukandenganmengkajiapakahsebelumnyaanakpernahmenderitapenyakit yang
samaataupenyakit yang berhubungandenganpenyakit yang sekarangdirasakanolehanak.
Riwayatminumobat, catatadanyaefeksamping yang
terjadidimasalalu.Jugapengkajianadanyariwayatalergiobat, dantanyakanreaksialergiapa yang
timbul. Perludicermatisering kali klienmenghiraukansesuatualergidenganefeksampingobat.
5) RiwayatPenyakitKeluarga
Kemungkinanriwayatkonsumsiobat-obatansertagayahidupkeluarga.

6) PolaFungsiKesehatan
a. Polanutrisidanmetabolisme
b. Polaeliminasi
c. Pola aktivitas sehari-hari
d. Adanyapenurunanaktivitasdanaktivitassehari-harinya akibatadanyalemah,
letihdanadanyadispneu.
e. Polaistirahattidur
f. Istirahattergangguakibatdispneudanseringterbangunpadamalamhari.
g. Polakognitifdanpersepsisensori
h. Biasanyapasienterlihatkecemasandangelisah
i. Polahubungan
j. Biasanyaklienakanikutsertadalamaktivitassosialataumenarikdiriakibatadanyadispneu,
kelemahandankelelahan.
k. NilaidanKepercayaan

7) Pengkajian Per Sistem


a) SistemPencernaan
Nafsumakanberkurang, merasatidakenakbadandanmuntah,
nyeripadasalahsatuataukeduakelenjarliurdisertaibengkak
b) SistemMuskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan
c) SistemPersyarafan
Kajiadanya rasa nyeri, perubahanprilaku, penurunankesadaran.
d) SistemPerkemihan
Kajiadanyanokturiadanpenurunananberkemih, urine berwarnagelap,
penggunaandankeadaankateterisasi.

e) SistemIntegumen
Posisi daun telinga meningkat,kulit teraba panas, pembengkakan pada leher
8) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda-Tanda Vital
1. TD : -
2. Nadi : 108x/menit
3. Suhu: 38C
4. RR : 20x/menit
5. Berat badan: 15kg turundari 19kg
b) Kepala
c) Leher : terdapat pembengkakan
d) Ekstremitas: tidak sianosis

9) Pemeriksaanpenunjang
a. Pemeriksaan laboratium
Dapat menunjukkan jumlah leukosit normal atau leukopenia dengan limfositosis relatif
b. Complement fixing antibody
c. neutralization rest
d. isolasi virus
e. uji intradermal
f. pengukuran kadar amilase dalam serum

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien parotitis epidemika
adalah:
1. Nyeri b/d inveksi virus ditandai dengan:
DS: Ibu mengatakan bahwa pasien mengalami demam, Ibu mengatakan pembengkakan pada
daerah bawah telinga dan pipi kiri, serta otot sejak seminggu yang lalu. Ibu mengatakan sulit
menelan dan kaku rahang.
DO:-
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kehilangan nafsu makan
ditandai dengan:
DS : Ibu mengatakananaktidak nafsu makan selama 5 hari belakangan, Ibu mengatakan
demam pada malam hari dan sulit ketika mau menelan
DO:
Anak terlihat lemas dan pucat, berat badan menurun 4kg.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi mengenai pengobatan.
DS:

3.3Perencanaan

DiagnosaKe TindakanKeperawatan
TujuandanKr Intervensi
perawatanda
N iteria (NOC) (NIC)
n Rasional
o
Data
penunjang
1 Nyeri b/d Setelah a. lakukan a.untuk
inveksi dilakukan tindakanuntu mengurangi
virusditandai tindakan k rasa nyeri
dengan: keperawatan mengurangi pada daerah
DS: selama 3x 24 rasa nyeri bawah
Ibumengatak jam dengan telinga, pipi
anbahwapasi diharapkan: kompres kiri dan otot.
enmengalami -gejala nyeri dingin. b. agar
demam. seperti b. ajarkan keluarga
Ibumengatak demam, keluarga dapat
anpembengk pembengkak untuk mengetahui
akanpadadae an pada mengetahui tindakan apa
rahbawahteli bagian penanganan yang harus
ngadanpipiki bawah nyeri dilakukan.
ri, telinga, pipi
sertaototseja kiri dan otot
kseminggu serta sulit
yang menelan dan
lalu.Ibumeng kaku rahang
atakansulitm dapat
enelandanka berkurang
kurahang. bahkan
DO:- hilang Ny
dengan
skala( 10-0)
-penyebab
inveksi virus
dan
kerusakan
jaringan kulit
dapat
dihentikan
2. Resikotinggi Noc:Status Nic:Terapi
perubahannu nutrisi gizi
trisikurangda Setelah Aktivitas: a.
rikebutuhant diberikan a. monitor mengetahui
ubuh penjelasan masukan masukan
b/dkehilanga dan makanan kalori harian
nnafsumakan perawatan atau secara tepat.
ditandaioleh: selama 4x24 minuman
DS : Jam dan hitung
- kebutuhan kalori harian
Ibumengatak nutrisi bisa secara tepat. b. penentuan
ananaktidak terpenuhi b. kolaborasi jumlah kalori
nafsu makan dengan dengan ahli dan bahan
selama 5 hari Kriteria gizi untuk makanan
belakangan hasil: Noc menentukan yang
- Ibumengata -mampu diet yang memenuhi
kandemam mempertaha tepat. standart gizi.
pada malam nkan bedan
hari dan sulit -mampu c. menambah
ketika mau menjelaskan c. sajikan nafsu makan
menelan komponen makanan klien.
diet bergizi hangat
adekut dengan
DO: -mampu variasi yang
Anak terlihat mengungkap menarik
lemas dan kan tekad porsi kecil
pucat, untuk tapi sering.
beratbadanm mematuhi
enurun 4kg. diet
-mampu
menoleransi
diet yang
dianjurkan

3 Kurang Setelah NIC:


a. Identifikasi
pengetahuan dilakukan a.
kemempuank
berhubungan tindakan Untukmenge
eluarga
dengan keperawatan tahuikemam
dalam
keterbatasan diharapkan puankeluarga
mengimplem
informasi pengetahuan dalamperawa
entasikan
mengenai pasien dan tan.
keperawatan
pengobatan. keluarga
setelah
DS: bertambah
penjelasan.
dengan
b. Jelaskan
kriteria
peran
hasil :
keluarga
a. Mengenal
dalam
tentang
perawatan
penyakit
yang
b. Menjelaskan
b.
berkesinamb
proses
Untukmenge
ungan.
penyakit
c. Jelaskan tahuiperanke
c. Menjelaskan
program luargadalam
penyebab/fak
keperawatan perawatan.
tor yang medik.
berhubungan
d. Menjelaskan
komplikasi
penyakit
d. Jelaskan c.
e. Menjelaskan
pengaruh Untukmemb
tanda dan
kesehatan erikaninform
gejala
dan perilaku asitentangpe
penyakit
gaya hidup ngobatansela
keluarga dan maperawatan
lingkungan. berlangsung.
e. Anjurkan
pemberian
d.
dukungan
Untukmemb
dari
erikaninform
keluargauntu
asikesehatan.
kmembuatpe
rilakukondus
if.

3.4 Implementasi dan Evaluasi


Tgl DIAGNOSA IMPLEMENTAS EVALUASI TTD
/ KEPERAWAT I
No AN
6/1 Nyeri b/d a. Telahdilakukan S:sayatelahmengko
2/2 infeksi tindakan untuk mpresbagianrahangba
013 virusditandaid mengurangi rasa wahsaya,
Dx engan: nyeri dengan ketikamengalaminyer
1 DS: kompres dingin. i
Ibumengataka--- b. Telahdiajarkan
nbahwapasien keluarga untuk O
mengalamide mengetahui :terlihatpasiensudahti
mam. penanganan nyeri dakkesakitandanwaja
Ibumengataka hpasientampakgembir
npembengkak a
anpadadaerah
bawahtelingad A :
anpipikiri, Masalahteratasisebagi
sertaototsejak an
seminggu
yang lalu. P:
Ibumengataka 1.
nsulitmenelan Pantauperawatanpasi
dankakurahan enkembali
2.
g.
Kajikembalirautwaja
DO:-
hpasien
6/1 Resikotinggip c. S :Ibumengatakan
2/2 erubahannutri telahdilakukanpe Sekarangsayapahamt
013 sikurangdarik nghitungankalori entangpenyakitgondo
Dx ebutuhantubu harian secara ngandansayajugaingi
2 h tepat. nselaluanaksayasehat.
b/dkehilangan Sayaakanmengontrol
nafsumakan polamakananaksaya.
Ditandaioleh:
DS : d. Telahdiberikan O:
- Ibumengatak jumlah kalori dan anaktelahmenghabisk
ananaktidak bahan makanan anmakanandenganpor
nafsu makan yang memenuhi sikeciltapisering.
selama 5 hari standart gizi.
belakangan A :
- Ibumengatak e. Masalahteratasisebagi
andemam Telahdilakuanmo an
pada malam difikasimakanunt
hari dan sulit ukmenambahnafs P:
ketika mau umakanklien. 1. Pantaukeluarga,
menelan pilihmakananuntukan
DO: ak
Anak terlihat 2.
lemas dan Membuatperencanaan
pucat, untukpemberianmaka
beratbadanme nan selanjutnya
nurun 4kg.

6/1 Kurang a. S:
2/2 pengetahuan Telahdilakukanpe ibumengatakanbahw
013 berhubungan rawatandalamkel amampumerawatanak
Dx dengan uarga. nyasendiri,
3 keterbatasan jikapenyakitnyakamb
informasi b. uhlagi
mengenai telahdilakukanpe O: responibujika di
pengobatan. rankeluargadalam tanya
DS:Ibumengat perawatan. untukmenjelaskanpen
akanbahwadia yakitparotitisepidemi
tidakmengeta c. kasudahtepatdanbena
huitentangpen Telahdiberikanpe r
yakitgondong. mberianinformasi
Ibumengataka tentangpengobataA:
nbahwadiatida nselamaperawata masalahteratasisepen
kmampumeng n berlangsung uhnya
enalpenyakit. P:intervensi
d. dihentikan
telahdiberikaninf
ormasikesehatan.

BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Parotitis Epidemikamerupakan penyakit menular dengan gejala yang khas yaitu
pembesaran pada bagian kelenjar ludah terutama kelanjar parotis. Pada hal ini parotitis terjadi
pada anak.Parotitis Epidemika terjadi karena virus.Virus ini juga tersebar dari reservoir
manusia secara kontak langsung misalnya melalui percikan ludah. Tanda dan gejala dari
Parotitis Epidemika nyeri pada salah satu atau kedua kelenjar liur disertai bengkak; demam
ringan, nyeri dada otot leher dan rasa lemas, sakit kepala; nafsumakan berkurang, merasa
tidak enak badan; puncak bengkak pada 1-3 hari dan berakhir pada 3-7 hari; nyeri testis;
benjolan pada testis; pembengkakan scrotum (kantong zakar). Terdapat pengobatan dalam
penyakit ini dan pengobatan ini ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan
istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak.Dapat digunakan obat
pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik).Prognosis parotitis epidemika adalah
baik.Pada umumnya bagus karena jarang ditemukan kematian bayi yang disebabkan oleh
penyakit ini.

5.2. Saran
Perawat harus lebih memperhatikan faktor-faktor apa saja yang bisa menimbulkan
komplikasa penyakit lain,karena Banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh peradangan
kelenjar saliva ini sehingga perawat mengerti secara cepat dan penanganan diawali dengan
tes laboratorium. Pencegahan penyakit parotitis akan lebih baik di cegah secepat mungkin
dengan pemberian Vaksinasi gondongan yang merupakan bagian dari imunisasi rutin pada
masa anak-anak.

DAFTAR PUSTAKA

Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B., Erb, G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier
Erb. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku


Kedokteran EGC.

Kozier B., Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Edisi 5.Jakarta:
EGC
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapicus Penerbit FK UI.

Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori &
Apikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ngastiah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer S. C., Bare G. B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
Volume 1. Jakarta: EGC
Soemarmo.2008.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit IDAI.

Você também pode gostar