Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuatu yang sangat mengagungkan keangungan Tuhan Yang maha Esa yang telah
menciptakan sistem organ yang memungkinkan makhluk hidup menjalankan fungsinya, salah
satunya pada sistem pernapasan. Fungsi pernapasan akan bekerja sama dengan sistem
transportasi agar proses metabolisme pada tubuh dapat berjalan dengan baik. Sistem respirasi
atau pernapasan merupakan salah satu study terhadap struktur dan fungsi tubuh manusia.
Sistem respirasi atau sistem pernapasan terdapat pada manuasia dan hewan (seperti; insekta,
ikan, amfibi dan burung).Sedangkan sistem pernapasan pada manusia terjadi melalui saluran
penghantar udara yaitu alat-alat pernapasan yang terdapat dalam tubuh, dimana masing-
masing alat pernapasan tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Sistem respirasi berfungsi sebagai pertukan gas.Gas yang masuk merupakan gas oksigen
dan yang dikeluarkan adalah karbon dioksida.Sistem respirasi membantu juga dalam
merubah darah yang awalnya bersifat karbon dioksida menjadi oksigen.Berbagai macam
penyakit menyerang sistem respirasi.Khususnya pada anak-anak salah satunya adalah
penyakit parotitis epidemika.Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus.
Penyakit ini sering menyerang pada usia anak-anak. Untuk lebih lanjutnya maka akan di
bahas pada makalah yang di buat kelompok.
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui mengenai penyakit parotitis epidemika.
1.2.2 Untuk mengetahui auhan keperawatan penyakit parotitis epidemika.
2.2.Epidemiologi
Penyakit parotis epidemika tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik
atau epidemik.Virus ini juga tersebar dari reservoir manusia secara kontak langsung misalnya
melalui percikan ludah (air droplet) yang berasal dari bersin atau bersentuhan langsung
dengan benda-benda yang terkontaminasi oleh ludah penderita, dan juga urin. Virus ini juga
bisa tertular pada kondisi yang memiliki populasi padat, contoh pada sekolah ataupun pada
asrama. Virus ini tersebar keseluruh dunia dan mengenai laki-laki dan perempuan secara
merata.85% infeksi ini terjadi pada anak-anak yang lebih dari umur 15 tahun sebelum
dilakukan imunisasi. Pada anak usia 6-8 bulan tidak dapat terjangkit penyakit ini,
dikarenakan dilindungi oleh antibody yang dialirkan secara trasplasental dari ibunnya. Akan
tetapi, sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda.Sumber infeksi penyakit
ini sangat susah untuk diketahui karena 30-40% infeksi ini bersifat subklinis. Dimana ada
penurunan inside sejak adanya vaksin parotitis epidemika pada tahun 1968.
Virus ini dapat diisolasi dari faring sebelum 2-6 hari setelah terjadi pembesaran kelenjar
parotis. Pada penderita parotitis epidemika tanpa adanya pembesaran kelenjar parotis, virus
sudah dapat diisolasi dari faring. Virus ini dapat ditemukan dalam urin sekitar hari pertama
sampai dengan hari ke empat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar. Baik infeksi klinis
maupun subklinis menyebabkan imunitas seumur hidup.
a. Percikan ludah;
c. Muntahan;
d. Urine.
Virus tersebut masuk di dalam tubuh bisa melalui hidung atau mulut.Biasanya kelenjar
yang terkena adalah kelenjar parotis.Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis
dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan
serum konvalesens.
Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di
parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran
darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan
menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis. Akibat terinfeksinya kelenjar
parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot
(Mansjoer, 2000). Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang
mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan.
Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan
liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.
2.8. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan
imunisasi aktif.
a. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi
komplikasi.
b. Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup
tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan subkutan
pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007). Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau
reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas
yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella (MMR yakni vaksin
Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus mumps, sangat efektif dalam
menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi mumps pada individu yang
seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang
baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili,
rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.
c. Kontraindikasi
Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; individu dengan riwayat
hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan
keganasan; limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit;
sedang mendapat radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila
diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin
Mumps dalam situasi ini.
BAB 3. PATHWAYS
Percikan ludah
-Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
-Muntahan
-urine
Resikotinggiperubahannutrisikurangdarikebutuhantubuh b/dkehilangannafsumakan
4) Riwayatpenyakitdahulu
Padapenyakitparotitisepidemika, riwayatpenyakitdahulu yang
mendukungdilakukandenganmengkajiapakahsebelumnyaanakpernahmenderitapenyakit yang
samaataupenyakit yang berhubungandenganpenyakit yang sekarangdirasakanolehanak.
Riwayatminumobat, catatadanyaefeksamping yang
terjadidimasalalu.Jugapengkajianadanyariwayatalergiobat, dantanyakanreaksialergiapa yang
timbul. Perludicermatisering kali klienmenghiraukansesuatualergidenganefeksampingobat.
5) RiwayatPenyakitKeluarga
Kemungkinanriwayatkonsumsiobat-obatansertagayahidupkeluarga.
6) PolaFungsiKesehatan
a. Polanutrisidanmetabolisme
b. Polaeliminasi
c. Pola aktivitas sehari-hari
d. Adanyapenurunanaktivitasdanaktivitassehari-harinya akibatadanyalemah,
letihdanadanyadispneu.
e. Polaistirahattidur
f. Istirahattergangguakibatdispneudanseringterbangunpadamalamhari.
g. Polakognitifdanpersepsisensori
h. Biasanyapasienterlihatkecemasandangelisah
i. Polahubungan
j. Biasanyaklienakanikutsertadalamaktivitassosialataumenarikdiriakibatadanyadispneu,
kelemahandankelelahan.
k. NilaidanKepercayaan
e) SistemIntegumen
Posisi daun telinga meningkat,kulit teraba panas, pembengkakan pada leher
8) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda-Tanda Vital
1. TD : -
2. Nadi : 108x/menit
3. Suhu: 38C
4. RR : 20x/menit
5. Berat badan: 15kg turundari 19kg
b) Kepala
c) Leher : terdapat pembengkakan
d) Ekstremitas: tidak sianosis
9) Pemeriksaanpenunjang
a. Pemeriksaan laboratium
Dapat menunjukkan jumlah leukosit normal atau leukopenia dengan limfositosis relatif
b. Complement fixing antibody
c. neutralization rest
d. isolasi virus
e. uji intradermal
f. pengukuran kadar amilase dalam serum
3.3Perencanaan
DiagnosaKe TindakanKeperawatan
TujuandanKr Intervensi
perawatanda
N iteria (NOC) (NIC)
n Rasional
o
Data
penunjang
1 Nyeri b/d Setelah a. lakukan a.untuk
inveksi dilakukan tindakanuntu mengurangi
virusditandai tindakan k rasa nyeri
dengan: keperawatan mengurangi pada daerah
DS: selama 3x 24 rasa nyeri bawah
Ibumengatak jam dengan telinga, pipi
anbahwapasi diharapkan: kompres kiri dan otot.
enmengalami -gejala nyeri dingin. b. agar
demam. seperti b. ajarkan keluarga
Ibumengatak demam, keluarga dapat
anpembengk pembengkak untuk mengetahui
akanpadadae an pada mengetahui tindakan apa
rahbawahteli bagian penanganan yang harus
ngadanpipiki bawah nyeri dilakukan.
ri, telinga, pipi
sertaototseja kiri dan otot
kseminggu serta sulit
yang menelan dan
lalu.Ibumeng kaku rahang
atakansulitm dapat
enelandanka berkurang
kurahang. bahkan
DO:- hilang Ny
dengan
skala( 10-0)
-penyebab
inveksi virus
dan
kerusakan
jaringan kulit
dapat
dihentikan
2. Resikotinggi Noc:Status Nic:Terapi
perubahannu nutrisi gizi
trisikurangda Setelah Aktivitas: a.
rikebutuhant diberikan a. monitor mengetahui
ubuh penjelasan masukan masukan
b/dkehilanga dan makanan kalori harian
nnafsumakan perawatan atau secara tepat.
ditandaioleh: selama 4x24 minuman
DS : Jam dan hitung
- kebutuhan kalori harian
Ibumengatak nutrisi bisa secara tepat. b. penentuan
ananaktidak terpenuhi b. kolaborasi jumlah kalori
nafsu makan dengan dengan ahli dan bahan
selama 5 hari Kriteria gizi untuk makanan
belakangan hasil: Noc menentukan yang
- Ibumengata -mampu diet yang memenuhi
kandemam mempertaha tepat. standart gizi.
pada malam nkan bedan
hari dan sulit -mampu c. menambah
ketika mau menjelaskan c. sajikan nafsu makan
menelan komponen makanan klien.
diet bergizi hangat
adekut dengan
DO: -mampu variasi yang
Anak terlihat mengungkap menarik
lemas dan kan tekad porsi kecil
pucat, untuk tapi sering.
beratbadanm mematuhi
enurun 4kg. diet
-mampu
menoleransi
diet yang
dianjurkan
6/1 Kurang a. S:
2/2 pengetahuan Telahdilakukanpe ibumengatakanbahw
013 berhubungan rawatandalamkel amampumerawatanak
Dx dengan uarga. nyasendiri,
3 keterbatasan jikapenyakitnyakamb
informasi b. uhlagi
mengenai telahdilakukanpe O: responibujika di
pengobatan. rankeluargadalam tanya
DS:Ibumengat perawatan. untukmenjelaskanpen
akanbahwadia yakitparotitisepidemi
tidakmengeta c. kasudahtepatdanbena
huitentangpen Telahdiberikanpe r
yakitgondong. mberianinformasi
Ibumengataka tentangpengobataA:
nbahwadiatida nselamaperawata masalahteratasisepen
kmampumeng n berlangsung uhnya
enalpenyakit. P:intervensi
d. dihentikan
telahdiberikaninf
ormasikesehatan.
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Parotitis Epidemikamerupakan penyakit menular dengan gejala yang khas yaitu
pembesaran pada bagian kelenjar ludah terutama kelanjar parotis. Pada hal ini parotitis terjadi
pada anak.Parotitis Epidemika terjadi karena virus.Virus ini juga tersebar dari reservoir
manusia secara kontak langsung misalnya melalui percikan ludah. Tanda dan gejala dari
Parotitis Epidemika nyeri pada salah satu atau kedua kelenjar liur disertai bengkak; demam
ringan, nyeri dada otot leher dan rasa lemas, sakit kepala; nafsumakan berkurang, merasa
tidak enak badan; puncak bengkak pada 1-3 hari dan berakhir pada 3-7 hari; nyeri testis;
benjolan pada testis; pembengkakan scrotum (kantong zakar). Terdapat pengobatan dalam
penyakit ini dan pengobatan ini ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan
istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak.Dapat digunakan obat
pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik).Prognosis parotitis epidemika adalah
baik.Pada umumnya bagus karena jarang ditemukan kematian bayi yang disebabkan oleh
penyakit ini.
5.2. Saran
Perawat harus lebih memperhatikan faktor-faktor apa saja yang bisa menimbulkan
komplikasa penyakit lain,karena Banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh peradangan
kelenjar saliva ini sehingga perawat mengerti secara cepat dan penanganan diawali dengan
tes laboratorium. Pencegahan penyakit parotitis akan lebih baik di cegah secepat mungkin
dengan pemberian Vaksinasi gondongan yang merupakan bagian dari imunisasi rutin pada
masa anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B., Erb, G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier
Erb. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Kozier B., Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Edisi 5.Jakarta:
EGC
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapicus Penerbit FK UI.
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori &
Apikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ngastiah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer S. C., Bare G. B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
Volume 1. Jakarta: EGC
Soemarmo.2008.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit IDAI.