Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SIS
RUUTE
NTANGAPBN
ME
NUJ
UHOL
DINGBUMNY
ANGI
DEAL
PUSA
TKAJ
IANANGGARAN
BA
DANKE
AHL
IANDE
WANPE
RWA
KIL
ANRA
KYA
TRE
PUBL
IKI
NDONE
SIA
Pembentukan holding BUMN di beberapa sektor (sektor energi, infrastruktur jalan tol,
pertambangan, perumahan, dan jasa keuangan) yang dicanangkan Pemerintah saat
ini, merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan Pemerintah dalam rangka
meningkatkan daya saing; efisiensi dan efektivitas usaha yang bermuara pada
peningkatan kinerja perusahaan dan kesejahteraan karyawan; serta memperkuat
kemampuan pendanaan (leverage). Sayangnya rencana pembentukan holding
BUMN ini oleh Pemerintah masih belum dibuat rencana jangka panjang atau cetak
biru pembentukan holding yang jelas, terutama dari sisi perundang-undangan. Selain
itu kesiapan oleh manajemen, penentuan metode restrukturisasi yang tepat, strategi
dari pengalaman holding BUMN yang pernah terbentuk, maupun studi komparasi di
negara lain amat dibutuhkan agar perwujudan pembentukan holding BUMN dapat
terbentuk sesuai dengan harapan, yang nantinya dapat mendukung perekonomian
Indonesia dengan tetap menjaga kepentingan rakyat pada umumnya.
Persen (%)
Rp triliun
1000
90
800
600 85
400
80
200
0 75
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Di sisi lain peran BUMN sebagai agen pembangunan (agent of development) maupun sebagai badan
usaha yang bertujuan mencari keuntungan (profit), ternyata masih bergantung pada pendanaan yang
bersumber dari APBN sementara kontribusi yang diberikan oleh BUMN terhadap APBN masih belum
optimal.
Menanggapi hal tersebut, di tahun 2016 Pemerintah melalui Kementerian BUMN berencana
membentuk holding BUMN di beberapa sektor, diantaranya energi, infrastruktur jalan tol,
pertambangan, perumahan, jasa keuangan, dan lain-lain. Seperti yang diketahui, tujuan
pembentukan holding ini bagi BUMN adalah konsolidasi potensi untuk meningkatkan daya saing;
efisiensi dan efektivitas usaha yang bermuara pada peningkatan kinerja perusahaan dan
kesejahteraan karyawan; serta tentunya memperkuat kemampuan pendanaan (leverage). Di tahun
2014, Pemerintah pun telah melaksanakan kebijakan holding BUMN yaitu sebanyak 14 BUMN
perkebunan bergabung menjadi satu holding perkebunan di bawah PT Perkebunan Nusantara III
(Persero), sehingga jumlah BUMN perkebunan berkurang 13 BUMN. Enam BUMN kehutanan juga
bergabung menjadi satu holding BUMN kehutanan, sehingga jumlah BUMN kehutanan berkurang
lima. Kebijakan holding BUMN tahun 2014 dijalankan sesuai dengan arah kebijakan rencana strategis
terhadap pembinaan BUMN tahun 2012-2014. Kebijakan utama terkait pembinaan BUMN adalah
rightsizing BUMN secara bertahap dan berkesinambungan yang salah satunya dilaksanakan melalui
holding.
Diharapkan holding yang akan dibentuk nantinya memiliki struktur yang tepat dan dapat
meningkatkan kinerja BUMN. Selain itu, BUMN yang sudah tergabung dalam holding juga dapat
meningkatkan keuntungannya di masa yang akan datang untuk mendukung perekonomian Indonesia
dengan tetap menjaga mayoritas kepentingan rakyat.
Kondisi BUMN Saat Ini
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan, dengan minimal kepemilikan saham oleh negara paling sedikit 51 persen.
Tujuan pendirian BUMN berdasarkan UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN antara lain mengejar
keuntungan, menyelenggarakan kemanfaatan umum, perintis kegiatan usaha, dan memberi
bimbingan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi serta masyarakat. Berdasarkan
amanah undang-undang tersebut, BUMN memiliki dua fungsi yaitu sebagai agent of profit dan agent
of development. Sebagai agent of profit, BUMN diharapkan mampu memberikan keuntungan kepada
Pemerintah selaku pemegang saham. Peranan ini dapat dilihat dari besaran kontribusi penerimaan
negara dari laba BUMN. Sedangkan sebagai agent of development, BUMN harus memberikan value
yang maksimal bagi seluruh stakeholder-nya.
Hingga tahun 2014, jumlah BUMN Gambar 3.Perkembangan Pendapatan dan Laba (Rugi) Bersih BUMN
tercatat sebanyak 119 BUMN. Jumlah (dalam triliun Rupiah)
ini berkurang dibandingkan tahun
2013 sebanyak 139 BUMN. Hal ini
disebabkan karena 2 BUMN, yaitu PT
Askes dan PT Jamsostek mengalami
perubahan status badan hukum
menjadi BPJS, 14 BUMN perkebunan
menjadi 1 holding BUMN perkebunan
sehingga jumlah BUMN Perkebunan
berkurang sejumlah 13 BUMN dan 6
BUMN Kehutanan menjadi 1 holding
BUMN Kehutanan sehingga jumlah Sumber: Kementerian BUMN, 2016
BUMN Kehutanan berkurang Gambar 2. Perkembangan Deviden BUMN dan Penerimaan Negara
sejumlah 5 BUMN. (dalam triliun Rupiah)
Sumber: Bloomberg, 2015 dalam pemaparan Diskusi Pusat Kajian Anggaran dengan tema Holding BUMN, 23 Agustus 2016
Gambar 7. Daftar Bank ASEAN Teratas Berdasarkan Aset Tahun 2015
Sumber: Bank Indonesia, 2015 dalam pemaparan Diskusi Pusat Kajian Anggaran dengan tema Holding BUMN, 23 Agustus 2016
Secara umum masalah strategis BUMN terkait dengan struktur keuangan dan modal yang kurang
memadai dapat disebabkan antara lain karena banyaknya BUMN yang tidak bankable, kemampuan
yang terlalu kecil untuk mendapatkan pendanaan untuk keperluan pengembangan, masih rendahnya
tingkat pertumbuhan dan laba sehingga kurang menunjang dalam melakukan pemupukan modal
untuk berkembang, ekuitas perusahaan yang masih rendah, masih banyak BUMN yang memiliki
piutang bermasalah dalam jumlah yang besar sehingga menyulitkan perusahaan untuk meningkatkan
pendapatan, sebagian besar BUMN memiliki hutang RDI yang cukup besar dan banyak diantaranya
yang restrukturisasi keuangannya belum selesai3.
Selain perkuatan modal/ keuangan guna menjadikan BUMN dapat bersaing di pasar regional,
Indonesia melalui BUMN harus mempunyai beberapa industri ataupun komoditas yang kompetitif
dibandingkan negara ASEAN lain dan bukan hanya sebagai produsen negara ASEAN namun juga
berperan sebagai eksportir yang kompetitif bagi beberapa bidang usaha. Seperti yang diketahui
3 Sofyan Djalil, 2016. Strategi Kebijakan Pemberdayaan Badan Usaha Milik Negara. Sekretariat Negara Republik Indonesia. Diakses kembali dari
http://www.setneg.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=730
berdasarkan data perdagangan Indonesia ke pasar ASEAN tahun 2014 dengan pengklasifikasian
Harmonized System (HS) 4 digit, hanya ada sekitar 24,16 persen atau 296 komoditas Indonesia
memiliki keunggulan di pasar ASEAN4. Untuk itu perlu upaya Pemerintah agar fokus terhadap
komoditas-komoditas ataupun usaha unggulan Indonesia di pasar ASEAN serta memperkuat sinergi
BUMN agar bisa mempertahankan posisi Indonesia di tengah pemberlakuan MEA. Selain itu potensi
untuk meningkatkan daya saing; efisiensi dan efektivitas usaha yang bermuara pada peningkatan
kinerja perusahaan serta tentunya memperkuat kemampuan pendanaan dapat dilakukan dengan
rightsizing BUMN secara bertahap dan berkesinambungan yang salah satunya dapat dilaksanakan
melalui pembentukan perusahaan holding5.
Restrukturisasi BUMN yang Ditawarkan
Langkah Pemerintah mempercepat pembentukan perusahaan induk (holding) BUMN dinilai
merupakan momentum untuk meningkatkan kinerja perusahaan milik negara sekaligus menambah
pendapatan pajak bagi negara. Pembentukan holding BUMN dinilai dapat mengangkat nilai
perusahaan karena BUMN menjadi lebih efisien, mengurangi biaya, serta menciptakan daya saing
yang lebih tinggi menghadapi pasar global. Tujuan pembentukan holding BUMN adalah agar terjadi
sinergi dari sisi kapasitas, tercipta corporate governance, penyatuan bisnis pada sektor sama,
sehingga perusahaan menjadi lebih fokus dan terarah. Biasanya bentuk holding yang umum
dijalankan adalah holding investasi dan holding operasional. Namun holding operasional dinilai lebih
praktis karena masing-masing anak usaha bisa tetap beroperasi sesuai dengan bidang yang digeluti.
Adapun holding investasi lebih fokus pada penggalangan investasi oleh induk usaha. Meskipun
begitu pembentukan holding sebaiknya disertai dengan monitoring BUMN sektor apa saja yang layak
untuk dijadikan holding agar benar-benar tercipta perusahaan yang kuat dan mampu bersaing di
tingkat global.
Pemerintah belum membuat rencana jangka panjang atau cetak biru pembentukan holding yang
jelas, terutama dari sisi perundang-undangan. Arah kebijakan utama terkait dengan pembinaan
BUMN adalah rightsizing, restrukturisasi, revitalisasi dan profitisasi BUMN secara bertahap dan
berkesinambungan. Kebijakan rightsizing dilaksanakan melalui 5 jenis tindakan, yaitu: 1) standalone,
2) merjer/konsolidasi, 3) holding, 4) divestasi, 5) likuidasi. Kebijakan rightsizing secara lengkap dan
menyeluruh dituangkan dalam Master Plan 2010-2014 yang kemudian dilanjutkan di tahun 2015-
2019 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Strategis Kementerian BUMN
2015-2019. Saat ini, Pemerintah tengah menyiapkan pembentukan holding BUMN berikutnya, yaitu
sektor infrastruktur, pertambangan dan mineral, energi, farmasi, perbankan, konstruksi, dan lain-lain.
Persiapan untuk pembentukan holding ini diharapkan dapat selesai segera, namun proses tersebut
masih perlu mempertimbangkan beberapa kepentingan yang terlibat, dalam hal ini pemegang saham,
terutama jika perusahaan yang akan digabung telah dimiliki oleh pihak privat dan Pemerintah
Indonesia bukanlah pemilik mayoritas. Dikhawatirkan hal tersebut akan mengganggu kedaulatan
negara jika perusahaan holding justru kepemilikan mayoritasnya dimiliki oleh pihak privat.
4 Sirait, Robby Alexander. 2016. Hadapi MEA, Pemetaan Komoditas atau Produk Unggulan Sebuah Keharusan. Buletin APBN Edisi 14, Vol. I. Juli
2016. Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI.
5 Perusahaan holding adalah perusahaan yang memiliki semua saham atau unit dari satu atau lebih anak perusahaan. Individu atau partnership/trust
kemudian memiliki saham perusahaan holding tersebut. Secara operasional, anak perusahaan dan perusahaan holding bertindak sebagai
perusahaan yang terpisah. Anak perusahaan yang terpisah mungkin memiliki aset fisik, aset tidak berwujud, atau real estate. Satu atau lebih anak
perusahaan dapat mengelola operasi perusahaan.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah BUMN Tahun 2010-2014
Keterangan Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Listed BUMN 17 18 19 20 20
Non Listed BUMN 110 108 107 105 85
Perum 14 14 14 14 14
Total BUMN 141 140 140 139 119
Perusahaan dengan kepemilikan minoritas 18 18 13 12 24
Sumber: Kementerian BUMN
Pada Agustus 2016 lalu, Kementerian BUMN menyampaikan bahwa Pemerintah telah menyetujui
pembentukan 6 induk usaha (holding company) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari berbagai
sektor. Sebanyak 6 BUMN juga ditunjuk sebagai induk dari sektor pertambangan oleh PT Indonesia
Asahan Alumunium (Inalum); minyak dan gas bumi (migas) oleh PT Pertamina; pangan oleh Perum
Bulog; jasa keuangan oleh PT Danareksa; jalan tol oleh Hutama Karya; dan perumahan oleh Perum
Perumnas. Masing-masing perusahaan tersebut dipilih adalah karena kepemilikan negara pada
BUMN tersebut harus mencapai 100 persen. Kepemilikan yang dimaksud di sini adalah ekuitas
BUMN, yang artinya saham yang tercatat pada neraca kekayaan negara. Untuk anak perusahaan,
Pemerintah juga mewajibkan kepemilikan negara harus menjadi mayoritas. Tujuannya agar
Pemerintah masih memiliki kendali penuh terhadap BUMN. Perusahaan yang menjadi anak dari
holding company ini kepemilikannya tidak boleh kurang dari 51 persen sehingga kontrol negara tetap
terjadi.
Sebelumnya, Pemerintah di tahun 2014 pun telah melaksanakan kebijakan holding BUMN yaitu
dengan menggabungkan sebanyak 14 BUMN perkebunan menjadi satu holding perkebunan di
bawah PT Perkebunan Nusantara III (Persero), sehingga jumlah BUMN perkebunan berkurang 13
BUMN. Enam BUMN kehutanan juga bergabung menjadi satu holding BUMN kehutanan, sehingga
jumlah BUMN kehutanan berkurang lima. Kebijakan holding BUMN tahun 2014 dijalankan sesuai
dengan arah kebijakan rencana strategis terhadap pembinaan BUMN tahun 2012-2014. Jika dilihat
dari kondisi keuangan dan kinerja perusahaan tersebut sebelum holding terbentuk, masing-masing
perusahaan tersebut tergolong sehat dan merupakan perusahaan yang profitable6. Pendataan ini
diperlukan agar kebijakan holding yang dilakukan Pemerintah bukan semata-mata dilakukan untuk
menutupi operasional perusahaan yang tidak berkinerja optimal.
Holding BUMN yang Pernah Terbentuk
Sebelumnya, tercatat empat holding, yakni semen, pupuk, perkebunan, dan perhutanan, telah
dijalankan. Holding perkebunan dan kehutanan telah dilakukan sejak Oktober 2014 silam dengan
menunjuk PTPN III menjadi induk holding. Hingga akhirnya pada tahun lalu Pemerintah menyiapkan
beberapa opsi untuk menyempurnakan pembentukan holding BUMN perkebunan ini. Diantaranya
melakukan pemisahan bisnis agar holding dapat bekerja secara maksimal serta anak perusahaan
juga lebih fokus pada bisnis komoditi tertentu.
Adapun holding yang terbilang sukses terjadi pada perusahaan semen yang dikomandoi oleh PT
Semen Indonesia yang kini memelihara 43,7 persen pangsa pasar semen di Indonesia. Perusahaan
semen kini pun terlihat terus menancap gasnya. Mulai dengan melakukan sederet strategi komunikasi
maupun marketing hingga melalui inovasi produk.
Holding BUMN Semen
Untuk menghindari default, Pembenahan kultur teknis dalam Merestrukturisasi organisasi di Agar tak terjebak dalam
meningkatkan repayment pengelolaan komoditi sesuai level direksi dan dilanjutkan comodity trap, maka PTPN III
capacity dan going concern Standard Operating Procedure dengan pengelolaan talent pool melakukan pengembangan
perusahaan, PTPN III Holding ini yang telah ditetapkan beserta satu layer di bawah direksi hilirisasi. Misalnya, PTPN III
akan merestrukturisasi mekanisme pengawasan yang sehingga jabatan yang ditempati Holding memiliki Kawasan
kewajiban pembayaran bank efektif untuk mencapai sesuai dengan kompetisinya. Ekonomi Khusus Sei Mangkei
bagi beberapa PTPN yang productivity improvement. Kemudian, PTPN III holding seluas 1.933 hektar. Di kawasan
mengalami kesulitan likuiditas. Kemudian, ada program melakukan re-assesment ini terdapat kegiatan utama
PTPN III Holding memerlukan revitalisasi pabrik guna terhadap jabatan satu layer di industri pengolahan kelapa
fresh money injection dalam meminimalisasi losses dan bawah direksi untuk mengetahui sawit, industri pengolahan karet,
periode 2-6 tahun ke depan meningkatkan utilisasi pabrik. competency gap dan upaya logistik dan pariwisata. Saat ini,
mencapai Rp 9,45 triliun di pengembangannya. Hal ini dibangun pabrik minyak goreng
bidang keuangan. dilakukan dengan job dengan kapasitas 600.000 ton
enlargement dan job enrichment CPO per tahun.
serta menghapus jabatan yang
redundant sehingga diperoleh
proses bisnis yang lebih
sederhana tanpa mengurangi
kontrol dan efektivitas
organisasi.
Sumber: detikfinance. 2016. Nasib Holding BUMN Kebun, dari Rugi Rp 823 M sampai Punya Utang Rp 33 T oleh Feby Dwi Sutianto. Rabu, 24
Agustus 2016
7Pusat Kajian Kinerja Kelembagaan, Evaluasi Penerapan prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada BUMN dan BUMD, Info Kajian Lembaga
Administrasi Negara, Volume 1, No. 1, Juli 2006, Jakarta: Biro POK Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 2006, hal. 1-10 dalam
Hambatan Implementasi Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
Berbentuk Persero oleh Dian Cahyaningrum