Você está na página 1de 26

I.

Judul Percobaan : ISOTERM ADSORPSI


II. Hari, tanggal percobaan : Jumat, 18 November 2016 pukul 08.00 WIB
III. Selesai Percobaan : Jumat, 18 November 2016 pukul 11.00 WIB
IV. Tujuan Percobaan :
Menentukan isotherm adsorbsi karbon aktif terhadap larutan asam
(HCl) menurut persamaan Freundlich atau Langmuir.
V. Identifikasi Masalah :
Pada percobaan yang kami lakukan ini adalah menurut persamaan yang
dikemukakan oleh Freundlich dimana proses adsorpsi ditentukan dengan
mengukur volume dari titrasi asam basa dengan menggunakan larutan NaOH
yang membuktikan bahwa adanya hubungan antara log X/m Vs C yang
dihasilkan garis lurus atau linier dengan memanipulasi konsentrasi tiap
Erlenmeyer yang berisi karbon aktif sehingga terjadinya proses adsorpsi.
VI. Tinjauan Pustaka
Karbon aktif
Karbon aktif atau arang aktif merupakan golongan karbon amorph yang
diproduksi dari bahan dasar dengan susunan senyawa mayoritas mengandung
karbon. Karbon aktif dapat digunakan untuk mengadsorbsi bahan yang berasal
dari cairan maupun fasa gas. Daya adsobsi tergantung pada besar atau volume
pori-pori dan luas permukaan. Saat ini karbon aktif banyak digunakan sebagai
bahan penyaring, pengolahan limbah, pengolahan air, dan lain-lain. Karbon
aktif umumnya mempunyai daya adsorpsi yang rendah dan daya adsorpsi
dapat diperbesar dengan mengaktifkan arang dengan menggunakan uap atau
bahan kimia,aktivitas ini bertujuan memperbesar luas permukaan arang
dengan membuka pori-pori yang tertutup (Kateren,1987). Berdasarkan ukuran
porinya, ukuran pori karbon aktif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu mikropori
(diameter ,2 nm), mesopori (diameter 2-50 nm), dan makropori (diameter .50
nm) (Kustanto,2000).

Adsorpsi
Adsorpsi merupakan suatu proses perubahan konsetrasi yang terjadi
pada batas permukaan dari dua fasa atau penyerapan suatu zat pada
permukaan zat lain. keadaan ini melibatkan interaksi fisik, kimia, dan gaya
elektrostatik antara adsorbat dengan adsorben pada permukaan adsorben. Ada
dua jenis adsorpsi yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. pada adsorpsi
fisika, molekul-molekul teradsorpsi pada permukaan dengan ikatan yang
lemah atau adanya gaya fisis. Sedangkan adsorpsi kimia melibatkan ikatan
kimia koordinasi sebagai hasil penggunaan elektron bersama-sama adsorben
dan adsorbat (Osick,1983; Sukardjo,1990).
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut
yang ada dalam larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap. Adsorpsi
adalah masuknya bahan yang mengumpul dalam suatu zat padat. Keduanya
sering muncul bersamaan dengan suatu proses maka ada yang menyebutnya
sorpsi. Baik adsorpsi maupun absorpsi sebagai sorpsi terjadi pada tanah liat
maupun padatan lainnya, namun unit operasinya dikenal sebagai adsorpsi.
(Giyatmi, 2008: 101).

Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai


gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya yang mengimbangi.
Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya
adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap
masuk ke dalam adsorben sedang pada adsorpsi, zat yang diserap hanya pada
permukaan (Sukardjo, 2002:190).

Sedangkan contoh contoh adsorbsi adalah sebagai berikut:

a. Pengeringan udara atau gas gas lain,


b. Pemisahan bahan yang mengandung racun atau yang berbau busuk
dari udara buang,
c. Pengambilan kembali pelarut dari udara buang,
d. Penghilangan warna larutan (sebelum kristalisasi),
e. Pemisahan bahan organik dari air (bersamaan dengan pemisahan
pengotor berbentuk koloid yang sukar disaring).
Jenis Jenis Adsorbsi
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Adsorpsi fisika adalah proses interaksi antara adsorben dengan adsorbat


yang disebabkan oleh gaya Van Der Waals. Adsorpsi fisika terjadi jika
daya tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya
tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya. Kerena gaya tarik
menarik yang lemah tersebut maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada
permukaan adsorben. Adsorpsi fisika biasanya terjadi pada temperatur
rendah sehingga keseimbangan antara permukaan solid dengan molekul
fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat reversibel.

2. Adsorpsi kimia adalah reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat
terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya
dan kalor yang sama dengan panas reaksi kimia. Menurut Langmuir,
molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan oleh ikatan valensi yang
tipenya sama dengan yang terjadi antara atom-atom dalam molekul. Ikatan
kimia tersebut menyebabkan pada permukaan adsorbent akan terbentuk
suatu lapisan film.

Adsorpsi memiliki kecepatan. Kecepatan adsorpsi adalah


banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan waktu. Kecepatan adsorpsi
mempengaruhi kinetika adsorpsi. Kinetika adsorpsi adalah laju
penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam jangka waktu tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan Adsorpsi:


a. Macam adsorben
b. Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)
e. Temperatur
Adsorpsi isoterm

Adsorpsi isoterm menunjukan banyaknya zat teradsorpsi per gram


adsorpben yang dialirkan pada suhu tetap (Marilyn.L.E, 2012). Adsorpsi
isoterm adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fase
teradsorbsi pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan pada
temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya
digunakan untuk menjelaskan isoterm. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa
adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul
mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan isoterm
adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan monolayer dari
molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun pada adsorpsi
Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen.

Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut.

log (x/m) = log k + 1/n log c ....(1),

sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada gambar berikut


Gambar 1 Kurva Adsorbsi Isotherm Freundlich

Persamaan ini merupakan persamaan yang dikemukakan oleh


Freundlich. Persamaannya adalah :
x x 1
=k . c 1/n =log k + log c
m menjadi log m n

keterangan:

x = banyaknya zat terlarut yng teradsorpsi (mg)


m = massa adsorben (mg)
C = konsentrasi adsorben yang sama
K n = konstanta adsorben
Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan
diplot sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis
pada koordinat logaritmik, akan diperoleh gradient n dan intersept.
Pada isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap
air. Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan, karena
dengan isoterm ini dapat ditentukan efisisensi dari suatu adsorben
(Castellan,1982).
Adsorben dan adsorbat
Adsorben meerupakan zat yang mengadsorpsi zat lain, yang memiliki
ukuran partikel seragam. kepolarannya sama dengan zat yang akan diserap
dan mempunyai berat molekul besar. Adsorbat adalah zat yang teradsorpsi zat
lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas adsorpsi adalah, luas
permukaan adsorben, ukuran pori adsorben, kelarutan zat terlarut, pH, dan
temperatur (khopkar,1990; atkins, 1996).

Titrasi asam-basa
Titrasi merupakan salah satu metode kimia analisis kuantitatif yang
dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara
mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut terhadap sejumlah volume
larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui tersebut disebut larutan baku atau titran.
Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa disebut titrasi asam-basa. Ada
dua jenis tetrasi asam basa, yaitu asidimetri (penentuan konsentrasi larutan
basa dengan menggunakan larutan baku asam) dan alkalimetri (penentuan
konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku basa) (Chang,
2004).

Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan


biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam
buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.

Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai


keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis
bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen.

Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian
kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka
kita bisa menghitung kadar titrant.

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.

1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi


dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk
memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah
titik ekuivalent.

2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant


sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika
titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.

Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan


pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator
yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit
mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.

Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi


dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan
dilakukan.

Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan


warna indicator disebut sebagai titik akhir titrasi.

Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan
mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:

mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa .(3)

Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan


volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:

NxV asam = NxV basa .(4)


Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan
jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus
diatas menjadi:

nxMxV asam = nxVxM basa .(5)

keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas

n = Valensi yaitu jumlah ion H+ (pada asam) atau OH (pada basa)

Analisis bahan
Asam klorida (HCl)
Asam klorida adalah asam kuat dengan rumus molekul HCl, senyawa
ini terurai dengan sempurna menjadi ion-ionnya saat di larutkan di dalam air.
Asam ini mempunyai ciri khusus yaitu memiliki titik leleh -114,8 0C, titik
didih -850C, berat jenis 7,05 gr/cm3 dan berat gas uap 1,268 gr. HCl
merupakan gas yang tidak berwarna , gas berbau merangsang, berbahaya bila
kontak dengan mata dan kulit atau terhirup. (Rivai, 1994).
Indikator fenolftalein (C2OH4O4)
Indikator fenolftalen merupakan indikator yang di gunakan dalam
proses titrasi sebagai pelarut indikator asam-basa dan mempunyai rumus
molekul C2OH4O4. Indikator ini berbentuk kristal tidak berwarna, mudah larut
dalam alkohol dan pelarut organik lainnya. Fenolftalein tidak menimbulkan
warna pada keadaan asam, namun berwarna merah dalam keadaan basa dan
jangkauan pHnya adalah 8-10 (Daintith, 1994).
Karbon aktif
Karbon aktif atau arang aktif adalah golongan karbon amorph yang
diproduksi dari bahan dasar dengan susunan senyawa mayoritas mengandung
karbon. Karbon aktif merupakan jenis adsorben paling tua dan paling luas
penggunaannya. Karbon aktif memiliki memiliki permukaan aktif yang
terdapat pori-pori yang di gunakan untuk adsorpsi (Sukardjo, 1990).
Natrium hidroksida (NaOH)
NaOH merupakan padatan lembab berwarna putih cair bening, mudah
larut dalam air dan mempunyai rumus molekul NaOH. Senyawa ini bersifat
higroskopis, mudah larut dalam etanol dan memiliki titik lebur 3,8 0C, titik
beku 1390C. NaOH dapat diperoleh dengan mengolah Na2CO3 dengan lumpur
melalui elektrolisis air asin (Arsyad, 2001).

VII. Rumusan Masalah


1. Bagaimana hubungan antara konsentrasi yang teradsorpsi dengan
konsentrasi pada saat kesetimbangan?
2. Bagaimana hubungan isoterm adsorpsi menurut persamaan Langmuir
atau Freundlich?
VIII. Hipotesis
1. Semakin tinggi konsentrasi yang teradsorpsi maka semakin tinggi pula
konsentrasi pada saat kesetimbangan.
2. Hubungan isoterm adsorpsi pada percobaan ini merupakan persamaan
Freundlich.
IX. Variabel Percobaan
a. Variable kontrol : massa dan jenis adsorben, suhu
b. Variable manipulasi : konsentrasi HCl
c. Variable respon : kesetimbangan isotherm adsorpsi
X. Alat dan Bahan, rangkaian alat percobaan, prosedur percobaan
Alat:
1. Erlenmeyer 250 ml 6 buah
2. Gelas kimia 100 ml 6 buah
3. Thermometer 1 buah
4. Kaca arloji 1 buah
5. Pipet volume 1 buah
6. Buret 1 buah
7. Statif dan klem 1 buah
8. Pipet tetes secukupnya

Bahan:
1. Larutan HCl
2. Larutan NaOH
3. Indicator PP
4. Karbon aktif
5. Aquades

Rangkaian Alat Percobaan


Prosedur percobaan
1. Pembuatan karbon

karbon

Di timbang
Diletakkan pada kaca arloji
Dimasukkan dalam oven pada suhu 80 C selama 30 menit

Karbon aktif

2. Proses adsorpsi

1 gram karbon aktif


1 gram karbon aktif
1 gram karbon aktif 1 gram karbon aktif
1 gram karbon aktif 1 gram karbon aktif

-dimasukkan
-dimasukkan dalam -dimasukkan
dalam
Erlenmeyer dalam
Erlenmeyer Erlenmeyer
-dimasukkan -dimasukkan
dalam dalam
Erlenmeyer -dimasukkan
Erlenmeyer
dalam Erlenmey
-ditambah
-ditambah 100 ml -ditambah
100 ml
HCl 0,5 N HCl 0,25100
N ml HCl 0,125100
-ditambah -ditambah 100
N ml HCl 0,0625 N ml-ditambah
HCl 0,0313
100
N ml HCl 0,0156

Dibiarkan selama 30 menit


Dikocok dan diukur suhu tiap 5 menit
Di saring

Filtrate Residu
10 ml filtrate HCl
10 ml
0,5filtrate
N HCl
250,25
ml filtrate
N 50 mlNfiltrate HCl50
HCl 0,125 0,0625 N
ml filtrate HCl 0,0313
50 ml filtrate
N HCl 0,0156 N

-Di tambahkan 3 tets indicator PP


-dititrasi dengan NaOH

Larutan merah muda


XI. Hasil Pengamatan

No. Perc. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan


1. Pembuatan karbon Sebelum : Karbon aktif dioven
Karbon : serbuk berwarna dengan suhu 60C
karbon
hitam selama 30 menit
Di timbang
Diletakkan pada kaca arloji
Sesudah :
Dimasukkan dalam oven pada suhu 60 C selama 30 menit
Karbon aktif : serbuk
berwarna hitam

Karbon aktif
2. Proses adsorpsi Sebelum : HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl Grafik yang dihasilkan

1 gram karbon aktif Larutan asam 0,5 N; 0,25N; (aq) + H2O (l) merupakan grafik
0,125N; 0,0625N; 0,0313 isotherm adsorpsi dan
imasukkan kedalam 6 erlenmeyer yang berbeda
N; dan 0,0125N : larutan Karbon aktif sebagai merupakan persamaan
itambahkan 100 mL HCl 0,5 N; 0,25N; 0,125N; 0,0625N; 0,0313 N; dan 0,0125N
ibiarkan 30 menit, dikocok, dan diukur suhu tiap 5 menit tidak berwarna adsorben Freundlich dibuktikan
isaring Indikator PP : larutan tidak dengan adanya garis
berwarna Semakin tinggi konsentrasi linier pada grafik log
Larutan NaOH : tidak adsorbat maka semakin x/m vs log c.
berwarna banyak adsorbat yang Persamaan garis lurus
Aquades : larutan tidak teradsorpsi yang diperoleh yaitu
Residu Filtrate berwarna y=x0,5623
10 mL filtrate HCl 0,5 N dan 0,25 N, 25 mL HCl 0,125 N. dan 50 mL 0,0625 N, 0,0313 JikaN,
adsorpsi
0,0125Nterbukti dengan
hkan 3 tetes indikator PP dengan R2 = 1
Sesudah : terbentuknya garis linier pada
dengan NaOH Karbon aktif + HCl 0,5N : kurva log x/m Vs log C maka
larutan berwarna hitam adsorbs mengikuti isotherm
Karbon aktif + HCl 0,25N : adsorpsi menurut Freundlich
larutan berwarna hitam
Karbon aktif + HCl
Larutan merah muda
0,125N : larutan berwarna
hitam
Karbon aktif + HCl
0,0625N : larutan berwarna
hitam
Karbon aktif + HCl
0,0313N : larutan berwarna
hitam
Karbon aktif + HCl
0,0125N : larutan berwarna
hitam
Suhu : 31C
Disaring : filtrate larutan
tidak berwarna dan residu
padatan berwarna hitam
10 mL filtrate 0,5N + 3 tetes
indikator PP : larutan tidak
berwarna
Dititrasi dengan NaOH :
larutan berwarna merah
muda
Volume NaOH : 23 mL
10 mL filtrate 0,25N + 3
tetes indikator PP : larutan
tidak berwarna
Dititrasi dengan NaOH :
larutan berwarna merah
muda
Volume NaOH :11 mL
25 mL filtrate 0,125N + 3
tetes indikator PP : larutan
tidak berwarna
Dititrasi dengan NaOH :
larutan berwarna merah
muda
Volume NaOH : 14,5 mL
50 mL filtrate 0,0625N + 3
tetes indikator PP : larutan
tidak berwarna
Dititrasi dengan NaOH :
larutan berwarna merah
muda
Volume NaOH : 14,7 mL
50 mL filtrate 0,0313N + 3
tetes indikator PP : larutan
tidak berwarna
Dititrasi dengan NaOH :
larutan berwarna merah
muda
Volume NaOH : 7 mL
50 mL filtrate 0,0125N + 3
tetes indikator PP : larutan
tidak berwarna
Dititrasi dengan NaOH :
larutan berwarna merah
muda
Volume NaOH : 3,6 mL
XII. Analisis Data/Perhitungan/Persamaan Reaksi yang Terlibat
Pada percobaan membuat karbon aktif dengan cara menimbang karbon
serbuk berwarna hitam sebanyak satu gram. Kemudian dioven selama 30
menit dengan suhu 60C menghasilkan karbon aktif serbuk berwarna hitam.
Langkah selanjutnya yaitu 1 gram karbon aktif dimasukkan kedalam 6
erlenmeyer yang berbeda. Kemudian ditambahkan masing-masing Erlenmeyer
dengan 100 mL HCl 0,5 N; 0,25N; 0,125N; 0,0625N; 0,0313 N; dan 0,0125N
menghasilkan larutan berwarna hitam. Kemudian dikocok selama 30 menit
dan diukur suhu nya. Suhu yang dihasilkan 31C . Lalu disaring dan
menghasilkan residu berupa padatan berwarna hitam dan filtrate larutan tidak
berwarna. Kemudian diambil 10 mL filtrate HCl 0,5 N dan 0,25 N, 25 mL
HCl 0,125 N. dan 50 mL 0,0625 N, 0,0313 N, 0,0125N dan dimasukkan
kedalam 6 erlenmeyer yang berbeda. Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator
PP dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,2 M tidak berwarna menghasilkan
larutan berwarna merah muda pada masing-masing erlenmeyer, volume yang
diperoleh sebagai berikut :
V erlenmeyer1 : 23 mL
V erlenmeyer 2 : 11 mL
V erlenmeyer 3 : 14,5 mL
V erlenmeyer 4 : 14,7 mL
V erlenmeyer 5 : 7 mL
V erlenmeyer 6 : 3,6 mL
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (l)

Dengan diketahuinya data konsetrasi HCl dengan volume NaOH yang


diperoleh maka dapat digunakan untuk menghitung HCl sisa. Perhitungannya
sebagai berikut :

No [HCl] awal (N) V NaOH (mL)


1 0,5 23
2 0,25 11
3 0,125 14,5
4 0,0625 14,7
5 0,0313 7
6 0,0156 3,6

Konsentrasi HCl sisa:

1. V1 N1 (HCl sisa) = V2 N2 (NaOH)


10 mL N1 = 23 mL 0,2N
N1 = 0,4600 N

2. V1 N1 (HCl sisa) = V2 N2 (NaOH)


10 mL N1 = 11 mL 0,2 N
N1 = 0,2200 N

3. V1 N1 (HCl sisa) = V2 N2 (NaOH)


25 mL N1 = 14,5 mL 0,2 N
N1 = 0,1160 N

4. V1 N1 (HCl sisa) = V2 N2 (NaOH)


50 mL N1 = 14,7 mL 0,2 N
N1 = 0,0588 N

5. V1 N1 (HCl sisa) = V2 N2 (NaOH)


50 mL N1= 7mL 0,2 N
N1 = 0,0280 N

6. V1 N1 (HCl sisa) = V2 N2 (NaOH)


10 mL N1= 3,6mL 0,2 N
N1 = 0,0144 N

Dengan diketahuinya konsentrasi HCl awal dengan sisa maka dapat


digunakan untuk menghitung jumah zat (HCl) yang teradsorpsi (x).
perhitungannya sebagai berikut :

Jumlah zat (HCl) yang teradsorpsi (x)

( [ HCl awal ] [ HCl sisa ] ) Mr HCl V


x 1=
1000
gr
( 0,5 N 0,46 N ) 36,5 100 mL
mol

1000
0,146 gram

( [ HCl awal ] [ HCl sisa ] ) Mr HCl V


x 2=
1000

gr
( 0,25 N 0,22 N ) 36,5 100 mL
mol

1000
0,1095 gram

( [ HCl awal ] [ HCl sisa ] ) Mr HCl V


x 3=
1000

gr
( 0,125 N 0,116 N ) 36,5 100 mL
mol

1000
0,03285 gram

( [ HCl awal ] [ HCl sisa ] ) Mr HCl V


x 4=
1000

gr
( 0,0625 N 0,0588 N ) 36,5 100 mL
mol

1000
0,0135 gram
( [ HCl awal ] [ HCl sisa ] ) Mr HCl V
x 5=
1000

gr
( 0,313 N 0,028 N ) 36,5 100 mL
mol

1000
0,012 gram

( [ HCl awal ] [ HCl sisa ] ) Mr HCl V


x 6=
1000

gr
( 0,0156 N 0,0144 N ) 36,5 100mL
mol

1000

0,00438 gram

Sehingga dapat diperoleh data sebagai berikut :

V1 M HCl awal V titrasi M HCl sisa M adsorpsi x x/m log x/m log c
10 0,5 23 0,4600 0,04 0,146 0,146 -0,83565 -1,39794
10 0,25 11 0,2200 0,03 0,1095 0,1095 -0,96059 -1,52288
25 0,125 14,5 0,1160 0,009 0,03285 0,03285 -1,48346 -2,04576
50 0,0625 14,7 0,0588 0,0037 0,01350 0,01350 -1,86951 -2,4318
5 5
50 0,0313 7 0,0280 0,0033 0,01204 0,01204 -1,91919 -2,48149
5 5
50 0,0156 3,6 0,0144 0,0012 0,00438 0,00438 -2,35853 -2,92082
Dari data diatas, dapat diperoleh kurva log x/m vs log c, sebagai berikut:
GRAFIK log x/m vs log c
-2.6 -2.4 -2.2 -2 -1.8 -1.6 -1.4 -1.2 -1 -0.8 -0.6
0
-1
log c f(x) = 1x - 0.56
Linear ()
-2
R = 1 -3
-4

log x/m

XIII. Pembahasan
Pada percobaan ini tahap pertama yaitu pengaktifan karbon sebagai
adsorben. Norit atau karbon yang akan digunakan dipanaskan dalam oven
untuk aktivasi. Aktivasi karbon merupakan proses dimana pembukaan pori
sehingga dapat menyerap zat-zat tertentu. Menurut Kateren, 1987, karbon
aktif dapat digunakan untuk mengadsorbsi bahan yang berasal dari cairan
maupun fasa gas. Daya adsobsi tergantung pada besar atau volume pori-pori
dan luas permukaan. Salah satu metode untuk membuka pori ini adalah
dengan cara pemanasan. Kustanto, 2000, membagi karbon aktif berdasarkan
ukuran porinya, ukuran pori karbon aktif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu
mikropori (diameter <20 nm), mesopori (diameter 20-50 nm), dan makropori
(diameter >50 nm).
Tahap selanjutnya adalah proses adsorpsi asam HCl oleh Karbon aktif
dengan menambahkan karbon aktif pada larutan asam (HCl) berbagai
konsentrasi seperti pada analisis data. Giytami, 2008, mengartikan adsorpsi
secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut yang ada dalam
larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap. Adsorpsi adalah masuknya
bahan yang mengumpul dalam suatu zat padat. Seperti yang dibahas
sebelumnya, bahwa karbon yang telah aktif memiliki kemampuan untuk
menyerap zat-zat tertentu termasuk asam yakni HCl. HCl yang terlarut akan
terionisasi menjadi ion H+ dan Cl- dimana ion-ion tersebut akan tertarik dan
masuk dan/atau menempel pada pori-pori karbon yang telah aktif sebelumnya.
Sementara itu Osick, 1983, memberikan konsep adsorpsi merupakan suatu
proses perubahan konsetrasi yang terjadi pada batas permukaan dari dua fasa
atau penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. keadaan ini melibatkan
interaksi fisik, kimia, dan gaya elektrostatik antara adsorbat dengan adsorben
pada permukaan adsorben. Karena terdapat perbadaan konsentrasi sebelum
dan saat atau setelah proses adsorpsi maka akan terjadi kesetimbangan atau
isoterm adsorbsi pada konsentrasi tertentu.
Menurut Marilyn, 2012, adsorpsi isoterm menunjukan banyaknya zat
teradsorpsi per gram adsorpben yang dialirkan pada suhu tetap. Adsorpsi
isoterm merupakan hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara
fase teradsorbsi pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan
pada temperatur tertentu. Temperatur menjadi faktor yang dapat
mempengaruhi proses adsorbsi sehingga dilakukan kontrol suhu pada 31oC
pada percobaan ini. Campuran terus diaduk atau digoyangkan agar proses
adsorpsi berlangsung secara maksimal. Secara teori dengan terus
menggerakkan karbon pada larutan asam akan meningkatkan peluang
interaksi antara karbon dengan adsorbat. Selain itu waktu pengocokan dibuat
sama pada setiap konsentrasi untuk menyeragamkan waktu adsorpsi larutan
asam.
Setelah proses pengadukan maka dilakukan penyaringan
menggunakan kertas saring untuk memisahkan karbon dari larutan. Pemisahan
dilakukam agar proses adsorpsi berhenti dan filtrat yang didapatkan dapat
dianalisis konsentrasi sisa dari larutan HCl setelah adsorpsi. Karbon akan
tertinggal pada kertas saring sebagai residu karena memiliki ukuran yang
besar dari celah pada kertas saring. Sementara itu sisa larutan akan terus turun
menjadi filtrat yang akan digunakan pada tahap selanjutnya yaitu tahap titrasi.

Filtrat yang didapatkan merupakan hasil dari proses adsorpsi,


selanjutnya akan dilakukan titrasi untuk menentukan konsentrasinya. Jenis
titrasi yang digunakan adalah titrasi asam-basa atau penetralan karena yang
akan ditentukan konsentrasinya adalah asam (HCl) dan titran yang digunakan
adalah basa (NaOH). Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai
mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat
habis bereaksi). Untuk mengetahui bahwa sudah mencapai titik ekuivalen
maka digunakan indikator phenolphtalein (PP) yang memiliki rentang pH 8-
10 (xx, 00). Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan,
kemudian mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan
tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi
titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.

Setelah proses adsorpsi maka dapat diketahui konsentrasi sisa dari


HCl. Karena sudah mengalami adsorpsi, sehingga konsentrasi HCl akan lebih
rendah dari sebelumnya karena sebagian telah teradsorpsi oleh karbon aktif.
Sebagaimana analisis data yang telah dilakukan didapatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi larutan asam (HCl) maka semakin besar adsorpsi oleh
karbon aktif. Analisis selanjutnya adalah mengenai kesetimbangan adsorpsi
untuk menentukan apakah termasuk dalam persamaan adsorpsi Langmuir atau
Freundlich. Dari analisis data dan perhitungan yang telah dilakukan
didapatkan hasil grafik linier antara log x/m (perbandingan massa teradsorpsi)
dengan log C (konsentrasi awal). Persamaan garis linier yang didapatkan
adalah y = x 0,5623 dengan tingkat linieritas atau regresi R 2 = 1 yang
menunjukkan bahwa kurva yang dihasilkan benar-benar linier. Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa isoterm adsorpsi karbon aktif
terhadap larutan asam (HCl) merupakan isoterm adsorpsi Freundlich. Menurut
Castellan, 1982, persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas
terbentuknya lapisan monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada
permukaan adsorben. Namun pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada
permukaan adsorben bersifat heterogen. Persamaan isoterm adsorpsi yang
dikemukakan oleh Freundlich adalah log (x/m) = log k + 1/n log c yang ketika
diplot grafiknya akan linier.

XIV. Kesimpulan
1. Semakin tinggi konsentrasi yang teradsorpsi maka semakin tinggi pula
konsentrasi pada saat kesetimbangan.
2. Hubungan isoterm adsorpsi pada percobaan ini merupakan persamaan
Freundlich dengan persamaan kurva linier y = x 0,5623 regresi R2 = 1.

XV. Daftar Pustaka

Arsyad, 2001.Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah. Jakarta: Erlangga.


Atkins, p.w, 1996.Kimia Fisika. Jakarta:Erlangga.
Castellan,1982.Physical Chemestry Edisi ketiga, Addison-Wesley Publishing
Company.
Chang, R, 2004. Konsep-Konsep Inti Kimia Dasar. Jakarta:Erlangga.
Daintith, 1994. Oxford Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Erlangga.
Kateren, 1987. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Edisi VI, Jakarta.
Khopkar, S.M, 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. AB: A. Saptorahardjo, Jakarta:
UI- Press.
Kustanto.2000.Karbon Aktif dalam kehidupan Sehari-hari. Jogjakarta: Universitas
Gajah Mada.
Marilyn. L.E, 2012.Kesetimbangan dan Kinetika Adsorpsi Ion Cu+ Pada Zeolit-H.
Riset Geologi dan Pertambangan, voll. 22 no. 2 (2012) 115-129.
Osick,J.1983.Adsorption. Ellis Hardwood Ltd.Chicester, England.
Rivai, H, 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI press.
Sukardjo,1990. Kimia Anorganik. Jakarta:Rineka Cipta.

Você também pode gostar