Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Adsorpsi
Adsorpsi merupakan suatu proses perubahan konsetrasi yang terjadi
pada batas permukaan dari dua fasa atau penyerapan suatu zat pada
permukaan zat lain. keadaan ini melibatkan interaksi fisik, kimia, dan gaya
elektrostatik antara adsorbat dengan adsorben pada permukaan adsorben. Ada
dua jenis adsorpsi yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. pada adsorpsi
fisika, molekul-molekul teradsorpsi pada permukaan dengan ikatan yang
lemah atau adanya gaya fisis. Sedangkan adsorpsi kimia melibatkan ikatan
kimia koordinasi sebagai hasil penggunaan elektron bersama-sama adsorben
dan adsorbat (Osick,1983; Sukardjo,1990).
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut
yang ada dalam larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap. Adsorpsi
adalah masuknya bahan yang mengumpul dalam suatu zat padat. Keduanya
sering muncul bersamaan dengan suatu proses maka ada yang menyebutnya
sorpsi. Baik adsorpsi maupun absorpsi sebagai sorpsi terjadi pada tanah liat
maupun padatan lainnya, namun unit operasinya dikenal sebagai adsorpsi.
(Giyatmi, 2008: 101).
2. Adsorpsi kimia adalah reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat
terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya
dan kalor yang sama dengan panas reaksi kimia. Menurut Langmuir,
molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan oleh ikatan valensi yang
tipenya sama dengan yang terjadi antara atom-atom dalam molekul. Ikatan
kimia tersebut menyebabkan pada permukaan adsorbent akan terbentuk
suatu lapisan film.
keterangan:
Titrasi asam-basa
Titrasi merupakan salah satu metode kimia analisis kuantitatif yang
dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara
mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut terhadap sejumlah volume
larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui tersebut disebut larutan baku atau titran.
Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa disebut titrasi asam-basa. Ada
dua jenis tetrasi asam basa, yaitu asidimetri (penentuan konsentrasi larutan
basa dengan menggunakan larutan baku asam) dan alkalimetri (penentuan
konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku basa) (Chang,
2004).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian
kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka
kita bisa menghitung kadar titrant.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan
mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
Analisis bahan
Asam klorida (HCl)
Asam klorida adalah asam kuat dengan rumus molekul HCl, senyawa
ini terurai dengan sempurna menjadi ion-ionnya saat di larutkan di dalam air.
Asam ini mempunyai ciri khusus yaitu memiliki titik leleh -114,8 0C, titik
didih -850C, berat jenis 7,05 gr/cm3 dan berat gas uap 1,268 gr. HCl
merupakan gas yang tidak berwarna , gas berbau merangsang, berbahaya bila
kontak dengan mata dan kulit atau terhirup. (Rivai, 1994).
Indikator fenolftalein (C2OH4O4)
Indikator fenolftalen merupakan indikator yang di gunakan dalam
proses titrasi sebagai pelarut indikator asam-basa dan mempunyai rumus
molekul C2OH4O4. Indikator ini berbentuk kristal tidak berwarna, mudah larut
dalam alkohol dan pelarut organik lainnya. Fenolftalein tidak menimbulkan
warna pada keadaan asam, namun berwarna merah dalam keadaan basa dan
jangkauan pHnya adalah 8-10 (Daintith, 1994).
Karbon aktif
Karbon aktif atau arang aktif adalah golongan karbon amorph yang
diproduksi dari bahan dasar dengan susunan senyawa mayoritas mengandung
karbon. Karbon aktif merupakan jenis adsorben paling tua dan paling luas
penggunaannya. Karbon aktif memiliki memiliki permukaan aktif yang
terdapat pori-pori yang di gunakan untuk adsorpsi (Sukardjo, 1990).
Natrium hidroksida (NaOH)
NaOH merupakan padatan lembab berwarna putih cair bening, mudah
larut dalam air dan mempunyai rumus molekul NaOH. Senyawa ini bersifat
higroskopis, mudah larut dalam etanol dan memiliki titik lebur 3,8 0C, titik
beku 1390C. NaOH dapat diperoleh dengan mengolah Na2CO3 dengan lumpur
melalui elektrolisis air asin (Arsyad, 2001).
Bahan:
1. Larutan HCl
2. Larutan NaOH
3. Indicator PP
4. Karbon aktif
5. Aquades
karbon
Di timbang
Diletakkan pada kaca arloji
Dimasukkan dalam oven pada suhu 80 C selama 30 menit
Karbon aktif
2. Proses adsorpsi
-dimasukkan
-dimasukkan dalam -dimasukkan
dalam
Erlenmeyer dalam
Erlenmeyer Erlenmeyer
-dimasukkan -dimasukkan
dalam dalam
Erlenmeyer -dimasukkan
Erlenmeyer
dalam Erlenmey
-ditambah
-ditambah 100 ml -ditambah
100 ml
HCl 0,5 N HCl 0,25100
N ml HCl 0,125100
-ditambah -ditambah 100
N ml HCl 0,0625 N ml-ditambah
HCl 0,0313
100
N ml HCl 0,0156
Filtrate Residu
10 ml filtrate HCl
10 ml
0,5filtrate
N HCl
250,25
ml filtrate
N 50 mlNfiltrate HCl50
HCl 0,125 0,0625 N
ml filtrate HCl 0,0313
50 ml filtrate
N HCl 0,0156 N
Karbon aktif
2. Proses adsorpsi Sebelum : HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl Grafik yang dihasilkan
1 gram karbon aktif Larutan asam 0,5 N; 0,25N; (aq) + H2O (l) merupakan grafik
0,125N; 0,0625N; 0,0313 isotherm adsorpsi dan
imasukkan kedalam 6 erlenmeyer yang berbeda
N; dan 0,0125N : larutan Karbon aktif sebagai merupakan persamaan
itambahkan 100 mL HCl 0,5 N; 0,25N; 0,125N; 0,0625N; 0,0313 N; dan 0,0125N
ibiarkan 30 menit, dikocok, dan diukur suhu tiap 5 menit tidak berwarna adsorben Freundlich dibuktikan
isaring Indikator PP : larutan tidak dengan adanya garis
berwarna Semakin tinggi konsentrasi linier pada grafik log
Larutan NaOH : tidak adsorbat maka semakin x/m vs log c.
berwarna banyak adsorbat yang Persamaan garis lurus
Aquades : larutan tidak teradsorpsi yang diperoleh yaitu
Residu Filtrate berwarna y=x0,5623
10 mL filtrate HCl 0,5 N dan 0,25 N, 25 mL HCl 0,125 N. dan 50 mL 0,0625 N, 0,0313 JikaN,
adsorpsi
0,0125Nterbukti dengan
hkan 3 tetes indikator PP dengan R2 = 1
Sesudah : terbentuknya garis linier pada
dengan NaOH Karbon aktif + HCl 0,5N : kurva log x/m Vs log C maka
larutan berwarna hitam adsorbs mengikuti isotherm
Karbon aktif + HCl 0,25N : adsorpsi menurut Freundlich
larutan berwarna hitam
Karbon aktif + HCl
Larutan merah muda
0,125N : larutan berwarna
hitam
Karbon aktif + HCl
0,0625N : larutan berwarna
hitam
Karbon aktif + HCl
0,0313N : larutan berwarna
hitam
Karbon aktif + HCl
0,0125N : larutan berwarna
hitam
Suhu : 31C
Disaring : filtrate larutan
tidak berwarna dan residu
padatan berwarna hitam
10 mL filtrate 0,5N + 3 tetes
indikator PP : larutan tidak
berwarna
Dititrasi dengan NaOH :
larutan berwarna merah
muda
Volume NaOH : 23 mL
10 mL filtrate 0,25N + 3
tetes indikator PP : larutan
tidak berwarna
Dititrasi dengan NaOH :
larutan berwarna merah
muda
Volume NaOH :11 mL
25 mL filtrate 0,125N + 3
tetes indikator PP : larutan
tidak berwarna
Dititrasi dengan NaOH :
larutan berwarna merah
muda
Volume NaOH : 14,5 mL
50 mL filtrate 0,0625N + 3
tetes indikator PP : larutan
tidak berwarna
Dititrasi dengan NaOH :
larutan berwarna merah
muda
Volume NaOH : 14,7 mL
50 mL filtrate 0,0313N + 3
tetes indikator PP : larutan
tidak berwarna
Dititrasi dengan NaOH :
larutan berwarna merah
muda
Volume NaOH : 7 mL
50 mL filtrate 0,0125N + 3
tetes indikator PP : larutan
tidak berwarna
Dititrasi dengan NaOH :
larutan berwarna merah
muda
Volume NaOH : 3,6 mL
XII. Analisis Data/Perhitungan/Persamaan Reaksi yang Terlibat
Pada percobaan membuat karbon aktif dengan cara menimbang karbon
serbuk berwarna hitam sebanyak satu gram. Kemudian dioven selama 30
menit dengan suhu 60C menghasilkan karbon aktif serbuk berwarna hitam.
Langkah selanjutnya yaitu 1 gram karbon aktif dimasukkan kedalam 6
erlenmeyer yang berbeda. Kemudian ditambahkan masing-masing Erlenmeyer
dengan 100 mL HCl 0,5 N; 0,25N; 0,125N; 0,0625N; 0,0313 N; dan 0,0125N
menghasilkan larutan berwarna hitam. Kemudian dikocok selama 30 menit
dan diukur suhu nya. Suhu yang dihasilkan 31C . Lalu disaring dan
menghasilkan residu berupa padatan berwarna hitam dan filtrate larutan tidak
berwarna. Kemudian diambil 10 mL filtrate HCl 0,5 N dan 0,25 N, 25 mL
HCl 0,125 N. dan 50 mL 0,0625 N, 0,0313 N, 0,0125N dan dimasukkan
kedalam 6 erlenmeyer yang berbeda. Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator
PP dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,2 M tidak berwarna menghasilkan
larutan berwarna merah muda pada masing-masing erlenmeyer, volume yang
diperoleh sebagai berikut :
V erlenmeyer1 : 23 mL
V erlenmeyer 2 : 11 mL
V erlenmeyer 3 : 14,5 mL
V erlenmeyer 4 : 14,7 mL
V erlenmeyer 5 : 7 mL
V erlenmeyer 6 : 3,6 mL
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
gr
( 0,25 N 0,22 N ) 36,5 100 mL
mol
1000
0,1095 gram
gr
( 0,125 N 0,116 N ) 36,5 100 mL
mol
1000
0,03285 gram
gr
( 0,0625 N 0,0588 N ) 36,5 100 mL
mol
1000
0,0135 gram
( [ HCl awal ] [ HCl sisa ] ) Mr HCl V
x 5=
1000
gr
( 0,313 N 0,028 N ) 36,5 100 mL
mol
1000
0,012 gram
gr
( 0,0156 N 0,0144 N ) 36,5 100mL
mol
1000
0,00438 gram
V1 M HCl awal V titrasi M HCl sisa M adsorpsi x x/m log x/m log c
10 0,5 23 0,4600 0,04 0,146 0,146 -0,83565 -1,39794
10 0,25 11 0,2200 0,03 0,1095 0,1095 -0,96059 -1,52288
25 0,125 14,5 0,1160 0,009 0,03285 0,03285 -1,48346 -2,04576
50 0,0625 14,7 0,0588 0,0037 0,01350 0,01350 -1,86951 -2,4318
5 5
50 0,0313 7 0,0280 0,0033 0,01204 0,01204 -1,91919 -2,48149
5 5
50 0,0156 3,6 0,0144 0,0012 0,00438 0,00438 -2,35853 -2,92082
Dari data diatas, dapat diperoleh kurva log x/m vs log c, sebagai berikut:
GRAFIK log x/m vs log c
-2.6 -2.4 -2.2 -2 -1.8 -1.6 -1.4 -1.2 -1 -0.8 -0.6
0
-1
log c f(x) = 1x - 0.56
Linear ()
-2
R = 1 -3
-4
log x/m
XIII. Pembahasan
Pada percobaan ini tahap pertama yaitu pengaktifan karbon sebagai
adsorben. Norit atau karbon yang akan digunakan dipanaskan dalam oven
untuk aktivasi. Aktivasi karbon merupakan proses dimana pembukaan pori
sehingga dapat menyerap zat-zat tertentu. Menurut Kateren, 1987, karbon
aktif dapat digunakan untuk mengadsorbsi bahan yang berasal dari cairan
maupun fasa gas. Daya adsobsi tergantung pada besar atau volume pori-pori
dan luas permukaan. Salah satu metode untuk membuka pori ini adalah
dengan cara pemanasan. Kustanto, 2000, membagi karbon aktif berdasarkan
ukuran porinya, ukuran pori karbon aktif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu
mikropori (diameter <20 nm), mesopori (diameter 20-50 nm), dan makropori
(diameter >50 nm).
Tahap selanjutnya adalah proses adsorpsi asam HCl oleh Karbon aktif
dengan menambahkan karbon aktif pada larutan asam (HCl) berbagai
konsentrasi seperti pada analisis data. Giytami, 2008, mengartikan adsorpsi
secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut yang ada dalam
larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap. Adsorpsi adalah masuknya
bahan yang mengumpul dalam suatu zat padat. Seperti yang dibahas
sebelumnya, bahwa karbon yang telah aktif memiliki kemampuan untuk
menyerap zat-zat tertentu termasuk asam yakni HCl. HCl yang terlarut akan
terionisasi menjadi ion H+ dan Cl- dimana ion-ion tersebut akan tertarik dan
masuk dan/atau menempel pada pori-pori karbon yang telah aktif sebelumnya.
Sementara itu Osick, 1983, memberikan konsep adsorpsi merupakan suatu
proses perubahan konsetrasi yang terjadi pada batas permukaan dari dua fasa
atau penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. keadaan ini melibatkan
interaksi fisik, kimia, dan gaya elektrostatik antara adsorbat dengan adsorben
pada permukaan adsorben. Karena terdapat perbadaan konsentrasi sebelum
dan saat atau setelah proses adsorpsi maka akan terjadi kesetimbangan atau
isoterm adsorbsi pada konsentrasi tertentu.
Menurut Marilyn, 2012, adsorpsi isoterm menunjukan banyaknya zat
teradsorpsi per gram adsorpben yang dialirkan pada suhu tetap. Adsorpsi
isoterm merupakan hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara
fase teradsorbsi pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan
pada temperatur tertentu. Temperatur menjadi faktor yang dapat
mempengaruhi proses adsorbsi sehingga dilakukan kontrol suhu pada 31oC
pada percobaan ini. Campuran terus diaduk atau digoyangkan agar proses
adsorpsi berlangsung secara maksimal. Secara teori dengan terus
menggerakkan karbon pada larutan asam akan meningkatkan peluang
interaksi antara karbon dengan adsorbat. Selain itu waktu pengocokan dibuat
sama pada setiap konsentrasi untuk menyeragamkan waktu adsorpsi larutan
asam.
Setelah proses pengadukan maka dilakukan penyaringan
menggunakan kertas saring untuk memisahkan karbon dari larutan. Pemisahan
dilakukam agar proses adsorpsi berhenti dan filtrat yang didapatkan dapat
dianalisis konsentrasi sisa dari larutan HCl setelah adsorpsi. Karbon akan
tertinggal pada kertas saring sebagai residu karena memiliki ukuran yang
besar dari celah pada kertas saring. Sementara itu sisa larutan akan terus turun
menjadi filtrat yang akan digunakan pada tahap selanjutnya yaitu tahap titrasi.
XIV. Kesimpulan
1. Semakin tinggi konsentrasi yang teradsorpsi maka semakin tinggi pula
konsentrasi pada saat kesetimbangan.
2. Hubungan isoterm adsorpsi pada percobaan ini merupakan persamaan
Freundlich dengan persamaan kurva linier y = x 0,5623 regresi R2 = 1.