Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh :
dr. Devina Indah Permatasari
dr. Willy Agung Rustiawan
dr. Deby Aprilia Haryani
dr. Hanifah Astrid Ernawati
dr. Elsa Adhila Ramadhian
dr. Fika Khulma Sofia
Pendamping :
dr. Galuh Ajeng Hendrasti
NIP. 19821014 201001 2 017
PUSKESMAS SALATIGA
KOTA SALATIGA, JAWA TENGAH
HALAMAN PENGESAHAN
Topik:
HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN
DEMAM BERDARAH, ISPA, DIARE SERTA KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
PADA WARGA DUSUN JAGALAN RT 03 RW 05 CEBONGAN ARGOMULYO
SALATIGA
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai
bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Kota
Salatiga
Mengetahui,
Dokter Pendamping
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Rumah Tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku
hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah
Tangga berperilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat seseorang
lingkungannya.
Program pembinaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang dicanangkan
pemerintah sudah berjalan sekitar 15 tahun, tetapi keberhasilannya masih jauh dari harapan.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007 menunjukkan bahwa rumah tangga di
Indonesia yang mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) baru mencapai
mencantumkan target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup
diwakili oleh rumah tangga strata utama dan paripurna mengalami penurunan yaitu 48,62%
(2006), 53,67% (2005), 68,76% (2004). Dibandingkan target tahun 2010, cakupan rumah
berperilaku sehat dalam kehidupan sehari-hari akan menghindarkan kita dari berbagai
penyakit terutama penyakit infeksi seperti diare dan ISPA. Selain itu, dari pola hidup yang
sehat juga akan menghindarkan kita dari DBD dimana penyebab munculnya adalah virus
ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan yang menimbulkan banyak kematian
terutama pada bayi dan balita serta sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa). Angka
kesakitan diare di Indonesia tahun 2010 mencapai 411/1000 penduduk. KLB (Kejadian Luar
propinsi di indonesia. Dari 4.204 penderita yang dilaporkansaat terjadi KLB diare, 73
diantaranya menyebabkan kematian dengan CFR (Case Fatality Rate) mencapai 1,74 %.
Menurut data SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) tahun 2010, diare menempati urutan
pertama penyakit terbanyak di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah penderita mencapai
71.889 penderita, dan 1.289 diantaranya menyebabkan meninggal sehingga CFR (Case
DBD hingga tahun 2011 mencapai 3.671 kasus. Sementara tahun 2010 jumlah kasus DBD
mencapai 19.362 (IR 5,89 per 10.000 orang) dengan CFR 1,29 Kasus DBD tertinggi di Jawa
Puskesmas Cebongan di atas, maka peneliti merasa perlu untuk mengetahui bagaimanakah
hubungan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) terhadap kejadian diare, ISPA dan DBD
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat masalah atau pertanyaanya itu adakah
hubungan antara PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dengan kejadian diare, ISPA, dan
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di dusun Jagalan
RT.03 RW. 05 Kelurahan Cebongan terhadap kejadian ISPA, Diare, dan DBD
2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku terhadap kesehatan reproduksi di
Cebongan
2. Untuk menerapakan PHBS agar terhindar dari penyakit yang berhubungan dengan
rendahnya PHBS
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. Tujuan PHBS
Tujuan PHBS adalah: meningkatkan rumah tangga sehat diseluruh masyarakat
Indonesia, meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan masyarakat agar hidup
sehat, meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam
upaya mewujudkan derajat hidup yang optimal (Dinkes, 2006).
3. Manfaat PHBS
a. Bagi rumah tangga: semua anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit,
anak tumbuh sehat dan cerdas dan pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan
untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah
pendapatan keluarga.
b. Bagi masyarakat: masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat,
masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan dan
masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Universitas
Sumatera Utara Masyarakat (UBKM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan
jamban, ambulan desa dan lain-lain (Depkes RI, 2008).
4. Sasaran PHBS
Tatanan Rumah Tangga, sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota
keluarga secara keseluruhan dan terbagi dalam:
a. Sasaran primer adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah
perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang
bermasalah).
b. Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga
yang bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh keluarga, kader
tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, dan lintas sektor terkait, PKK3.
c. Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya
pelaksanaan PHBS misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, guru,
tokoh masyarakat dan lain-lain
5. Indikator PHBS di Rumah Tangga
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga
agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan dimasyarakat. Indikator PHBS di Rumah Tangga
(Dinkes, 2006):
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Adalah persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (bidan,
dokter, dan tenaga para medis lainnya). Meningkatnya proporsi ibu bersalin dengan
bantuan tenaga kesehatan yang terlatih, adalah langkah awal terpenting untuk
mengurangi kematian ibu dan kematian neonatal dini. Persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih dan steril sehingga
mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
b. Memberi ASI Eksklusif
Adalah bayi pada usia 0 6 bulan hanya diberi ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan,
tidak diberi makanan tambahan dan minuman lain kecuali pemberian air putih untuk
minum obat saat bayi sakit. Asi banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh
tubuh. Zat gizi dalam ASI sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan fisik serta kecerdasan. ASI mengandung zat kekebalan sehingga
mampu melindungi bayi dari alergi.
c. Menimbang bayi dan balita setiap bulan
Adalah menimbang bayi dan balita mulai dari umur 0 sampai 59 bulan setiap bulan
dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) berturut-turut dalam 3 bulan terakhir.
Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita setiap bulan
dan mengetahui apakah balita berada pada kondisi gizi kurang atau gizi buruk. Setelah
balita ditimbang di buku KIA atau KMS maka akan terlihat berat badannya naik atau
tidak turun. Naik apabila garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna
di atasnya. Tidak naik bila garis pertumbuhannya mendatar dan garis pertumbuhannya
naik tetapi warna yang lebih muda
d. Mencuci tangan dengan air dan sabun
Adalah tindakan membersihkan tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai
sabun untuk membersihkan kotoran/ membunuh kuman serta mencegah penularan
penyakit. Misalnya: mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan minuman,
mencuci tangan sesudah buang air besar dengan sabun, karena sabun dapat
membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman
akan masih tertinggal. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan :
Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang , binatang dan berkebun)
Setelah buang air besar
Setelah membersihkan kotoran bayi
Sebelum memegang makanan
Sebelum makan dan menyuapi makanan
Sebelum menyusui bayi
Sebelum menyuapi anak
Setelah bersin, batuk dan membuang ingus
Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut:
Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun khusus anti bakteri
Gosok tangan setidaknya selama 15 20 detik (telapak tangan punggung tangan
sela-sela jari kunci jempol kuku pergelangan tangan)
Basuh tangan sampai bersih dengan air mengalir
Keringkan dengan handuk bersih dan alat pengering
Gunakan tisu atau handuk sebagai penghalang ketika mematikan kran air
e. Meng
guna
kan
air
bersih
Air adalah sangat peting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh
manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air, untuk anank anak sekitar 65%, dan
untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain
untuk minum, masak, mandi, mencuci ( bermacam macam cucian ). Air yang kita
pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan
lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, membersihkan bahan makanan
haruslah bersih agar tidak terkena penyakit atau terhindar dari penyakit. Air bersih
secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa,
dicium dan diraba). Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit.
Kuman penyakit dalam air mati pada suhu 100 derajat C (saat mendidih). Syarat
syarat air minum yang sehat agar air inum itu tidak menyebabkan penyakit, maka air
itu hendaknya memenuhi persyaratan kesehatan sebagai berikut:
Syarat fisik Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening ( tidak
berwarna ), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di luarnya, cara mengenal air
yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.
Syarat bakteriologis Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala
bakteri. Terutama bakteri pathogen. Cara ini untuk mengetahui apakah air minum
terkontaminasi oleh bakteri pathogen, adalah dengan memeriksa sampel air
tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. Coli
maka air tersebut sudahmemenuhi kesehatan
Syarat kimia Air minum yang sehat harus mengandung zat zat tertentu dalam
jumlah yang tertentu pula.
f. Menggunakan jamban sehat
Adalah rumah tangga atau keluarga yang menggunakan jamban/ WC dengan tangki
septic atau lubang penampung kotoran sebagai pembuangan akhir. Misalnya buang air
besar di jamban dan membuang tinja bayi secara benar. Penggunaan jamban akan
bermanfaat untuk menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau. Jamban
mencegah pecemaran sumber air yang ada disekitarnya. Jamban yang sehat juga
memiliki syarat seperti tidak mencemari sumber air, tidak berbau, mudah dibersihkan
dan penerangan dan ventilasi yang cukup.
g. Rumah bebas jentik
Adalah melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dirumah satu kali seminggu agar
tidak terdapat jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air, vas bunga, pot
bunga/ alas pot bunga, wadah penampungan air dispenser, wadah pembuangan air
kulkas dan barang-barang bekas/ tempat-tempat yang bisa menampung air.
Pemberantasan sarang nyamuk dengan cara 3M (menguras. Menutup dan mengubur
plus menghindari gigitan nyamuk)
h. Makan buah dan sayur setiap hari
Pilihan buah dan sayur yang bebas peptisida dan zat berbahaya lainnya. Biasanya ciri-
ciri sayur dan buah yang baik ada sedikit lubang bekas dimakan ulat dan tetap segar.
Adalah anggota keluarga umur 10 tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi
buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun keatas melakukan aktivitas fisik 30
menit setiap hari misalnya jalan, lari, senam dan sebagainya. Aktifitas fisik dilakukan
secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari ,sehingga dapat menyehatkan
jantung, paru-paru alat tubuh lainnya. Lakukan aktifitas fisik sebelum makan atau 2
jam sesudah makan.
j. Tidak merokok di dalam rumah
Adalah anggota rumah tangga tidak merokok di dalam rumah. Tidak boleh merokok di
dalam rumah dimaksudkan agar tidak menjadikan anggota keluarga lainnya sebagai
perokok pasif yang berbahaya bagi kesehatan. Karena dalam satu batang rokok yang
dihisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya seperti nikotin, tar dan
carbonmonoksida (CO)
C. DIARE
1. Pengertian
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau
lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk
bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam,
sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie,
2010).
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Sedangkan menurut Boyle (2000), diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit
yang hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3
tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200 g/kg/24 jam
disebut diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan indikator untuk volume tinja.
2. Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi
diare akut dibagi atas empat penyebab:
a. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium
perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
b. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
c. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli,
Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
d. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan, dll. (Simadibrata, 2006).
3. Cara Penularan dan Faktor Risiko
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak
langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).
Faktor risiko terjadinya diare adalah:
a. Faktor perilaku
Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan
Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman
Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare
karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu
Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi
ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak
Penyimpanan makanan yang tidak higienis
b. Faktor lingkungan
Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci
Kakus (MCK)
Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk Disamping faktor risiko tersebut
diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan
untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit
imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak (Kemenkes RI, 2011)
4. Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian diare:
a. Berdasarkan lamanya diare:
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan
berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare
tersebut. (Suraatmaja, 2007).
b. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
Diare sekresi (secretory diarrhea)
Diare osmotic (osmotic diarrhea) (Suraatmaja, 2007)
5. Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:
a. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare
dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung
walaupun dilakukan puasa makan/minum (Simadibrata, 2006).
b. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus
halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain
MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal
pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa (Simadibrata, 2006).
1. Pengertian
Demam dengue adalah demam virus akut yang ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes Albopictus, disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang,
penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam. Demam berdarah dengue/dengue
hemorrhagic fever (DHF) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan
manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah
dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini
disebut dengue shock syndrome (DSS) (Depkes RI Ditjen P3M, 1981).
2. Penyebab
Demam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus yang
berbeda antigen. Virus ini adalah kelompok Flavivirus dan serotipenya adalah DEN-1,
DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan memberikan
kekebalan seumur hidup tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang
lain. Sehingga seseorang yang hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi
sebanyak 4 kali seumur hidupnya. Dengue adalah penyakit daerah tropis dan ditularkan
oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada
siang hari. Faktor resiko penting pada DHF adalah serotipe virus, dan faktor penderita
seperti umur, status imunitas, dan predisposisi genetis. Masa inkubasi nyamuk ini terjadi
selama 4-6 hari (Depkes 1, 2004).
3. Gejala
Infeksi oleh virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai sindroma virus
nonspesifik sampai perdarahan yang fatal. Gejala demam dengue tergantung pada umur
penderita. Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa demam disertai ruam-ruam
makulopapular. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan
demam ringan atau demam tinggi (>39 derajat C) yang tiba-tiba dan berlangsung selama
2 - 7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri di belakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-
muntah dan ruam-ruam. Bintik-bintik perdarahan di kulit sering terjadi, kadang kadang
disertai bintik-bintik perdarahan di farings dan konjungtiva.
Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di
tulang rusuk kanan dan nyeri seluruh perut. Kadang-kadang demam mencapai 40-41
derajat C dan terjadi kejang demam pada bayi.
DHF adalah komplikasi serius dengue yang dapat mengancam jiwa
penderitanya, ditandai oleh :
a. Demam tinggi yang terjadi tiba-tiba
b. Manifestasi perdarahan
c. Hepatomegali/pembesaran hati
d. Kadang-kadang terjadi syok
Manifestasi perdarahan pada DHF dimulai dari tes torniquet positif dan bintik-
bintik perdarahan di kulit (petekie). Petekie ini bisa terlihat di seluruh anggota gerak,
ketiak, wajah dan gusi. Juga bisa terjadi perdarahan hidung, perdarahan gusi,
perdarahan dari saluran cerna dan perdarahan dalam urin.
4. Kriteria Diagnosis
d. Derajat IV :
Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diperiksa. Fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam. Setelah
demam selama 2-7 hari, penurunan suhu biasanya disertai dengan tanda-tanda
gangguan sirkulasi darah. Penderita berkeringat, gelisah, tangan dan kakinya dingin,
dan mengalami perubahan tekanan darah dan denyut nadi.
6. Penularan
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes
albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari
penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil dan
Ethiopia dan sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang. Orang yang
beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun,
dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh.
Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan.
Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta perilaku manusia.
Vektor penular penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, namun Aedes aegypti lebih berperan. Hal ini karena nyamuk Aedes
albopictus hidup dan berkembang biak di kebun atau semak-semak, sehingga jarang
kontak dengan manusia dibandingkan dengan nyamuk Aedes aegypti (Hadinegoro et
al., 2002).
Nyamuk dewasa secara umum ditandai dengan garis-garis putih keperakan
dan hitam berselang-seling. Arahnya longitudinal di daerah cutum (pertemuan kedua
sayap) dan transversal pada daerah abdomen. Sayapnya juga berbintik-bintik
bewarna gelap dan terang. Tempat perkembang-biakan nyamuk (breeding place)
berupa genangan air yang tidak berhubungan dengan tanah, misalnya :
a. Tempat Penampungan Air (TPA) yang digunakan oleh penduduk sehari-
hari, seperti bak mandi, wc, tempayan, drum,
b. Tempat Penampungan Air yang bukan dipakai untuk keperluan penduduk
sehari-hari. (non TPA), misalnya genangan air pada kaleng bekas, botol, ban, vas
bunga, dan tempat minum burung,
c. Tempat Penampungan Air Alamiah, misalnya lubang pohon, lubang batu,
pangkal pelepah pohon pisang, potongan bambu (Hadinegoro et al., 2002)
Kebiasaan menggigit (feeding habit) adalah pada siang hari antara jam 09.00 -
10.00 dan jam 16.00-17.00. Nyamuk Aedes aegypti lebih banyak menggigit di dalam
rumah. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah manusia.
Sedangkan nyamuk yang jantan tidak bisa menggigit/menghisap darah, melainkan
hidup dari sari bunga dan tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes agypti betina
berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata - rata 1,5 bulan, tergantung dari
suhu kelembaban udara di sekelilingnya. Kemampuan terbangnya berkisar antara 40-
100 meter dari tempat perkembangbiakannya.
Telur nyamuk Aedes ini diletakan sedikit di atas permukaan air yang jernih,
pada tempat penampungan air yang terbuka lebar dan terletak di tempat yang teduh,
terhindar dari sinar matahari. bentuk telurnya oval, tidak menggerombol melainkan
terpencar. Apabila terkena air, telur akan menetas menjadi jentik setelah 5-10 hari.
Dua hari kemudian akan berubah menjadi pupa, akhirnya akan menjadi nyamuk
dewasa. Dalam keadaan optimum diperlukan waktu 10-14 hari untuk perkembangan
telur menjadi nyamuk dewasa
7. Pencegahan
METODOLOGI
A. Kerangka Acuan
INPUT
1. Man
1) Narasumber
Penduduk RW 05, RT 03, Kelurahan Cebongan, Kecamatan Argomulyo, Kota
Salatiga
Koordinator Kesling Puskesmas Cebongan
Kepala Puskesmas Cebongan
2) Sasaran :
Seluruh warga RW 05, RT 03, Kelurahan Cebongan, Kecamatan Argomulyo, Kota
Salatiga
3) Pelaksana :
Dokter Internsip Salatiga Periode April-Juli
2. Money : Swadana Dokter Internsip
3. Material
Surat tugas Kepala Puskesmas Cebongan untuk mengadakan kegiatan Survey PHBS
dan Kesehatan Reproduksi Remaja
Kuesioner PHBS terkait dengan DBD, ISPA, dan Diare
Kuesioner Kesehatan Reproduksi Remaja
Indikator Rumah sehat
Referensi tentang PHBS rumah tangga dan kesehatan reproduksi remaja (Pedoman
penyelenggaraan PHBS rumah tangga dan kesehatan reproduksi remaja)
Data jumlah penduduk dan Kepala keluarga di RW 05, RT 03, Kelurahan Cebongan,
Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga
Powerpoint materi Penyuluhan PHBS
PROSES
1. P1 (Perencanaan)
1) Membuat rencana pelaksanaan kegiatan
2) Menemui pembina (koordinator program kesehatan Llingkungan) untuk
mendiskusikan metode pelaksanaan kegiatan survey PHBS dan Kesehatan Reproduksi
Lembar kesepakatan komitmen melaksanakan PHBS di wilayah RW 05, RT 03,
Remaja
3) Kelurahan Cebongan,
Mengumpulkan Kecamatan
data penduduk di Argomulyo,
RW 05, RTKota
03, Salatiga
Kelurahan Cebongan, Kecamatan
4. Method
Argomulyo, Kota Salatiga
Pelaksaan survey dan pengisian kuesioner, Analisis hasil survey dan kuesioner,
4) Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan survey PHBS
5) penyampaian
Mencari hasil
referensi survey
tentang PHBSPHBS pada masyarakat
dan Kesehatan disertai
Reproduksi penyuluhan PHBS,
Remaja
6) Mempersiapkan materi dan
pembentukan komitmen peralatan PHBS
pelaksanaan untuk pelaksanaan survey PHBS dan Kesehatan
5. Reproduksi
Machine : Alat tulis (pulpen, kertas)
Remaja
2. P2 Alat presentasi (laptop, LCD)
Alat dokumentasi (kamera digital/kamera handphone)
Penggerakan Kursi/tikar, meja
1) MengajukanAlat tranportasi
izin kepada Kepala Puskesmas Cebongan Salatiga sehubungan dengan
Sound system dan microphone
kegiatan survey PHBS dan Kesehatan Reproduksi Remaja
7) Menemui bapak RW 05 Dukuh Jagalan dan Bapak RT 03 Dukuh Jagalan, serta Kader
kesehatan Kelurahan Cebongan, Salatiga
2) Berkoordinasi dengan petugas Kesehatan Lingkungan Puskesmas Cebongan
mengenai data dan tinjauan tempat survey
3) Berkoordinasi dengan Kader kesehatan Kelurahan Cebongan, Salatiga mengenai
jadwal pelaksanaan
Pelaksanaan
OUTPUT
1) Menyiapkan perlengkapan pelaksanaan kegiatan.
Data
1. Lembartentang keadaan
kuesioner rumah
PHBS danpenduduk danReproduksi
Kesehatan perilaku sesuai PHBS
Remaja, serta indikator rumah
2. Terbentuknya Komitmen bersama bagi masyarakat RW 05, RT 03, Kelurahan
sehat
Cebongan, Kecamatan
Alat tulis (pulpen, Argomulyo untuk bersama-sama melaksanakan PHBS
kertas)
Data
3. jumlah peserta
Alat dokumentasi yang menghadiri
(kamera kegiatan
digital/kamera survwy PHBS
handphone)
Senter
2) Melakukan survey ke rumah penduduk RW 05, RT 03 Kelurahan Cebongan,
3) Melakukan wawancara terhadap kuesioner PHBS dan Kesehatan Reproduksi Remaja
serta observasi keadaan rumah responden
4) Mencatat hasil wawancara dan mengisi indicator rumah sehat untuk masing-masing
rumah
5) Memberikan materi tentang PHBS kepada masyarakat Cebongan menggunakan media
slide presentasi pada saat pertemuan RW
6) Diskusi tentang materi yang telah disampaikan
7) Membuat komitmen bersama untuk melaksanakan PHBS di lingkungan Kelurahan
cebongan, khususnya bagi warga RW 05/RT03
8) Mendokumentasikan acara pelaksanaan
3. P3
Pengawasan
Mengawasi pelaksanaan kegiatan survey PHBS sesuai dengan rencana yang telah disusun,
baik sasaran, waktu, maupun hasil yang dicapai
Pengendalian
B. Metode Pengamatan Terlibat
Metode pengamatan terlibat yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah dengan
wawancara (interview) dan pengamatan langsung (direct interview) pada Penduduk RW 05,
RT 03, Kelurahan Cebongan, Kecamatan Argomulyo sesuai kuesioner PHBS, Kespro dan
Indikator rumah sehat, pengukuran menggunakan instrumen yang sesuai, dan pencatatan
hasil.
BAB IV
RT3
2. Puskesmas Cebongan
a. Gambaran Umum Puskesmas
Puskesmas Cebongan merupakan Puskesmas yang terletak paling selatan
dari Kota Salatiga.Lokasi bertempat di Kelurahan Cebongan, Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga.
Puskesmas Cebongan pada Tahun 1994 bergabung dengan Kota Salatiga
setelah sebelumnya merupakan bagian dari Puskesmas di Kabupaten Semarang.
Puskesmas Cebongan Terdiri dari 4 wilayah, yaitu kelurahan Tingkir Tengah,
Kelurahan Tingkir Lor, Kelurahan Cebongan & Kelurahan Noborejo.
Pada Tahun 2005 dilakukan pelayanan tambahan di Puskesmas Cebongan
yaitu IGD 24 Jam .Pada tahun 2007 ditambah layanan rawat inapdan dilakukan
rewilayah kerja Puskesmas menjadi 3 wilayah, yaitu Kelurahan Cebongan,
Kelurahan Noborejo & Kelurahan Ledok.
Wilayah kerja Puskesmas Cebongan terletak daerah bergelombang
( kelurahan Ledok ), daerah miring 25 % (Kelurahan Cebongan) dan Daerah
datar 10 % (kelurahan Noborejo ).Dengan ketinggian 450 825 diatas
permukaan laut dan beriklim tropis berhawa sejuk dan udara segar .
Di dalam gedung Puskesmas Cebongan ini sendiri terdapat beberapa
program yaitu : Poli Rawat Jalan ( KIA, Gigi, Obat, Loket), Ruang MTBS, Ruang
DDTK, UGD 24 jam, Rawat Inap 24 jam, Ruang Bersalin 24 jam, Klinik (Sanitasi,
Gizi).
B. DATA GEOGRAFIS
1. Data Wilayah
Batas wilayah Puskesmas Cebongan adalah :
Utara : Kelurahan Gendongan Kota Salatiga
Timur : Ds. Bener, Ds. Tegal Waton, Kabupaten Semarang
Selatan : Desa Patemon, Desa Karang Duren Kabupaten Semarang
Barat : Kelurahan Randuacir dan Kelurahan Tegalrejo Kota Salatiga
Terletak di daerah cekungan kaki gunung Merbabu dengan :
Batas Wilayah
Utara : Kelurahan Gendongan
Timur : Ds. Bener, Ds Tegalwaton, Kelurahan Sidorejo Kidul
Selatan : Ds. Patemon, Ds. Karang Duren
Barat: Ds. Tetep, Kelurahan Tegalrejo
Relief
Daerah Bergelombang : Kelurahan Ledok
Daerah Miring 25 % : Kelurahan Cebongan
Daerah Datar 10 % : Kelurhan Noborejo
Ketinggian
Terdapat pada ketinggian 450-825 dpl
Iklim
Tropis dan berhawa sega
C. Data Demografi
1. Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk wilayah kerja Puskesmas Cebongan 22.607 jiwa terdiri dari :
Kelurahan Cebongan : 5.140 Jiwa
Kelurahan Noborejo : 2.034 Jiwa
Kelurahan Ledok : 11.065 Jiwa
Jumlah KK wilayah Puskesmas Cebongan 6.916 KK, terdiri dari :
Kelurahan Cebongan : 1.460 KK
Kelurahan Noborejo : 2.034 KK
Kelurahan Ledok : 3.422 KK
2. Denah dan Siteplan Puskessmas Cebongan
D. STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS
E.
1. Visi
Masyarakat Puskesmas Cebongan yang sehat, Mandiri dan Berkeadilan
2. Misi
a Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi, balita, keluarga dan
lingkungan secara optimal
b Mendorong pembangunan yang berwawasan kesehatan
c Meningkatkan status gizi masyarakat
d Pemberdayaan masyarakat, swasta/LSM dan dunia usaha dalam bidang
kesehatan
e Melindungi kesehatan masyarakat yang paripurna, merata, bermutu dan
berkeadilan
Dalam menjalankan fungsinya, Puskesmas Cebongan melaksanakan
Program Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Pengembangan. Upaya
Kesehatan wajib meliputi :
a. Promosi Kesehatan
b. Upaya Penyehatan Lingkungan
c. Upaya Perbaikan Gizi
d. Kesehatan Ibu dan Anak
e. Pelayanan KB
f. Pengobatan
Dan melaksanakan upaya pengembangan, meliputi :
a UKS/UKGS
b Usaha Kesehatan Jiwa
c Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut
d PHN
e Upaya Kesehatan Usia lanjut
f Upaya Kesehatan Olahraga
Laki-Laki 12 60
Perempuan 8 40
Total 20 100
BAIK 5 25 8 40
CUKUP 13 65 10 50
BURUK 2 10 2 10
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian di RT 03 RW 05 dusun Jagalan Kelurahan Cebongan dapat
ditarik kesimpulan berupa :
1. Dengan latar belakang di atas, maka dapat dilihat gambaran PHBS di RT 03
RW 05 dusun Jagalan Kelurahan Cebongan mempunyai perilaku dan
pengetahuan yang cukup terhadap PHBS, hal ini harus ditingkatkan terus
dan harus berkesinambungan sehingga tingkat kepemilikan dan penggunaan
lingkungan sekitar dapat terus ditingkatkan untuk mencapai lingkungan
yang nyaman di wilayah dusun Jagalan RT 03 RW 05 dusun Jagalan
Kelurahan Cebongan
2. Gambaran mengenai kesehatan reproduksi, remaja dusun Jagalan RT.03
Rw.05 Kelurahan Cebongan mempunyai perilaku dan pengetahuan yang
cukup. Hal ini sebaiknya ditingkatkan karena apabila remaja dibekali
pegetahuan kesehatan reproduksi yang komprehensif, maka remaja dapat
lebih bertanggung jawab dalam berbuat dan mengambil keputusan
sehubungan dengan kesehatan reproduksinya. Peran keluarga, sekolah
maupun lingkungan terkait sangat penting agar tercipta generasi remaja
yang berkualitas.
B. SARAN
1. Menggalakkan penyuluhan mengenai PHBS oleh Nakes terutama oleh
dokter dalam bentuk ceramah dan tanya jawab 1 bulan sekali
2. Melakukan pelatihan terhadap para kader, juru imunisasi, bidan, mantri,
tokoh masyarakat yang terjun langsung ke lapangan untuk memantau PHBS
3. Mengadakan lomba rumah PHBS serta desa PHBS setahun sekali untuk
memacu masyarakat secara umum dan rumah tangga miskin secara khusus
untuk menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
4. Pembentukan kader dari anggota karang taruna RT 03 RW 05 Dusun Jagalan
untuk meningkatkan pengetahuan menganai kesehatan reproduksi remaja
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2002-2003
Boyle, J.T., 2000. Diare Kronis. In : Behrman, Kliegman & Alvin, Nelson, ed. Ilmu
Kesehatan Anak Vol.2 Edisi 15. Jakarta : EGC, 1354-1361
Depkes. RI, Ditjen P3M 1981, "Demam Berdarah Diagnosa dan Pengelolaan
Penderita
Depkes RI, 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator
Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta
Depkes RI, 2003, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan
Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM & PLP, Jakarta.
Depkes, 2004 Kebijaksanaan Program P2DBD dan Situasi Terkini DBD di Indonesia
Depkes RI. 2006. Pedoman Pelatihan Pembinaan PHBS di Rumah Tangga. Pusat
Promosi Kesehatan Depkes RI. Jakarta
Depkes RI, 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi
Masyarakat.
Depkes RI, 2008. Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan : Dalam Pencapaian
PHBS. Jakarta
DinKes, 2009. Perbaikan Gizi Masyarakat. Pemda Kabupaten Luwu Utara. Available
from: http://www.luwuutara.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&i d=784&Itemid=229
Fauzi, Y. 2008. Kelapa Sawit Budidaya, Pemanfaatan Hasil Limbah, Analisa Usaha
dan Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya
Juffrie, M., et al, 2010. Buku Ajar Gastroenterologi - Hepatologi Jilid 1. Jakarta :
Balai Penerbit IDAI.
Simadibrata, M., Daldiyono. 2006. Diare Akut. In: Sudoyo, Aru W, et al, ed. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 408-413
Suraatmaja, S., 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto.
Thomas Suroso. 2003. Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue
Dan Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Diterbitkan atas kerjasama Word
Health Organization Dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia