Você está na página 1de 2

Rajab Menyapa, Persiapkan Diri, Raih Panen Ramadhan

dakwatuna.com - Jiwa seorang mukmin pasti masih bergantung dengan bulan Ramadhan nan penuh berkah
Kenapa tidak? Karena Ramadhan adalah bulan Al Quran, bulan Lailatul Qadr, Bulan permulaan turunnya wahyu
untuk misi besar di dunia keutamaan bulan Ramadhan masih sangat kuat melekat dalam pikiran setiap muslim
atau muslimah.

Sungguh, para sahabat ridhwanullahi alaihim berdoa kepada Allah swt. agar dipertemukan kembali dengan bulan
Ramadhan enam bulan sebelum kedatangannya. Dan mereka bedoa kepada Allah swt. selama enam bulan
setelahnya agar Allah swt. menerima amal perbuatan mereka. Oleh karena itu, mereka merasakan hubungan yang
sangat dekat dengan Ramadhan, sepanjang tahun.

Ramadhan menghendaki adanya keinginan kuat dan persiapan matang sebelumnya, agar kebaikan-kebaikannya
dapat diraih, tak ada yang terlewatkan.

Dalam realitas keseharian, kita melihat bahwa sebagian keluarga menyiapkan investasi besar guna menyiapkan masa
depan keluarga lebih baik, apakah guna menikahkan anaknya atau membangunkan rumah bagi mereka atau lain
sebagainya.

Sebagaimana juga kita melihat klub sepak bola misalkan, mereka mempersiapkan tim dengan sebaik-baiknya
sebelum musim pertandingan tiba. Semakin optimal persiapan itu, maka semakin optimis mereka meraih
kemenangan, dan mereka pasti akan menang sebanding dengan usaha mereka.

Itulah kesibukan manusia dalam mengurus dunianyaKita juga melihat sekelompok lain yang menyiapkan diri
unutk berjumpa dengan bulan Ramadhan, jauh-jauh hari sebelum kedatangannya, dengan berbagai persiapan dan
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka optimalisasi Ramadhan. Seperti, siaran-siaran lewat darat atau udara
atau via internet dan beragam ansyithah atau kegiatan ibadah Ramadhan.

Kembali ke dunia olah raga, jika ada pemain tanpa lebih dahulu mengadakan pemanasan, bisa dipastikan dirinya
akan mengalami gangguan keseimbangan, keseleo dan tidak bisa melanjutkan pertandingan. Contoh lain, olah raga
lari maraton, pelari yang cerdas tidak akan menghabiskan energinya di awal start. Jika kita amati bersama, orang
yang di awal start larinya kencang dan berada di depan, bisa dipastikan ia tidak akan kelihatan dalam fisnish duluan,
menjadi pemenang.

Begitu juga dengan Ramadhan, bahkan lebih mulia dan lebih utama dibandingkan hanya sekedar permainan bola dan
lari maraton.

Ramadhan menuntut adanya persiapan matang dan bertahap jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga ketika Ramadhan
menyapa kita, kita semua telah siap menjemputnya, mengisinya.

Adapun orang yang tidak menyiapkan diri untuk menjemputnya, kecuali ketika Ramadhan sudah datang menghadap,
boleh jadi kita lihat di awal bulan ia berada di barisan shalat paling depan, namun kemudian kita tidak melihat batang
hidungnya di akhir bulan!

Petani yang mahir, ia akan memulai menggarap sawahnya dengan membersihkan ladang dari tanaman liar,
menggemburkan ladang dan mengairinya, kemudian ia menanam benih, merawat dan menjaganya. Ketika waktu
musim panen tiba, ia akan mendapatkan hasil panen yang sangat memuaskan.

Mari, kita semua mempersiapkan diri sesuai kadar optimal kemampuan kita dalam peribadatan dan ketaatan, guna
menyambut Ramadhan, guna panen kebaikan Ramadhan.

Mari, kita hilangkan sikap malas, futur, leha-leha, dan terlenakan dengan dunia kita ganti dengan menebar benih,
benih semangat dan tekad kuat Ketika bulan Syaban menyapa kita, kita telah mengkondisikan jiwa dan hati kita
dengan semangat dan tekad kuat untuk taat Sehingga ketika Allah swt. menakdirkan kita berjumpa dengan
Ramadhan, kita akan panen Panen taqwa, panen wara, panen tangisan karena takut kepada Allah swt, panen
interaksi bersama Al Quran, panen kebaikan, panen amal shaleh, panen berbuat baik kepada sesama dan panen
semua nilai kebaikan.

Ya Allah, sampaikan kami berjumpa dengan bulan Ramadhan, Amin. Allahu alam

Apakah Rajab Bulan Allah?

dakwatuna.com - Tulisan ini merupakan jawaban Dr. Yusuf Al Qaradhawi yang menanyakan tentang hadits
keutamaan bulan Rajab, dan bagaimana hukumnya menyebar luaskan hadits palsu?.

Berikut jawaban beliau. Tidak ada riwayat yang sahih tentang bulan Rajab, kecuali bahwa bulan Rajab merupakan
bulan-bulan Haram atau mulia, sebagaimana firman Allah swt dalam surat At Taubah:36 Di antara dua belas bulan
itu, ada empat bulan mulia, yaitu bulan Rajab, Dzul Qadah, Dzul Hijjah, dan Muharram.
Tidak ada hadits sahih yang meriwayatkan tentang keutamaan Rajab, kecuali hadits yang derajatnya Hasan, bahwa
Rasulullah saw. tiada lebih banyak melakukan shaum kecuali pada bulan Syaban. Ketika Rasulullah saw. ditanya
kenapa demikian?. Beliau menjawab:

Syaban adalah bulan yang dilupakan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan.

Dari keterangan hadits ini, dipahami bahwa bulan Rajab mempunyai keutamaan.

Adapun hadits:

Rajab bulan Allah, Syaban bulanku, dan Ramadhan bulan umatku. Hadits ini adalah hadits munkar dan hadits
lemah sekali, bahkan banyak dikalangan ulama yang mengatakan hadits ini madhu, alias hadits palsu yang tidak
bisa diterima. Tidak ada nilai ilmiyahnya juga tidak ada nilai agamanya.

Hadits-hadits lain yang menerangkan keutamaan bulan Rajab, juga demikian. Seperti Barangsiapa yang shalat
demikian, baginya pahala sekian. Barangsiapa beristighfar sekian baginya pahala sekian ini semua sangat
berlebihan dan semuanya tidak bisa diterima.

Di antara tanda hadits ini bohong, palsu adalah: Sangat berlebihan dalam pahala atau ancaman. Ulama
berpendapat, Bahwa janji mendapatkan pahala besar atas perintah yang remeh, atau ancaman dahsyat terhadap
dosa kecil, adalah tanda bahwa hadits itu bohong atau makdzub.

Contohnya, hadits yang sering diucapkan banyak orang,

Sesuap nasi untuk orang yang kelaparan, lebih baik dari pada membangun seribu masjid jami. Hadits ini artinya
sendiri sudah mengindikasikan kebohongan, karena tidak masuk akal. Bahwa sesuap nasi untuk orang yang lapar
pahalanya lebih besar dari pahala orang yang membangun seribu masjid jami.

Hadits-hadits yang menerangkan keutamaan bulan Rajab seperti dalam katagori ini. oleh karena itu bagi setiap
muballigh, pencermah, dai dan ustadz untuk lebih hati-hati dalam menyitir hadits-hadits madhu atau palsu dan
menjelaskan kepada umatnya bahaya menggunakan hadits-hadits seperti ini karena,

Barangsiapa menyampaikan sebuah hadits padahal ia melihat hadits itu hadits bohong, maka ia bagian dari
kelompok orang-orang yang pembohong.

Namun, kadang ada orang yang tidak mengetahui bahwa hadits-hadits itu hadits maudhu, maka ia wajib belajar dan
menggali lagi hadits itu. Hendaknya ia berusaha untuk mengetahui sumbernya.

Sudah banyak kitab-kitab yang bisa dipercaya yang mengklasifikasikan derajat hadits. Ada kitab-kitab yang
membahas khusus hadits-hadits dhaif atau lemah dan hadits maudhu atau palsu, seperti Al Maqashid Al Hasanah
karya As Sakhawi. Tamyizut thayyib minal khabits lima yaduru ala alsinatin naas minal hadits karya Ibnu Ad
Daibi. Kasyful khafa wal ilbas fima isytahara minal ahadits ala alsinatin naas karya Al Ajluni banyak kitab-
kitab lain yang hendaknya diketahui para khatib mengetahui dengan sebaik-baiknya, sehingga mereka tidak
meriwayatkan hadits, kecuali hadits itu bisa dipercaya. Karena perilaku inilah yang menciderai pemikiran dan
wawasan Islam, yaitu tersebarnya hadits-hadits palsu yang sering disampaikan dalam khutbah, di buku-buku dan
dikalangan lisan banyak orang. Padahal hakikatnya hadits ini bohong dan merendahkan agama.

Oleh karena itu, hendaknya kita menjaga dan membersihkan pemikiran dan wawasan Islam dari jenis hadits seperti
ini.

Dan semoga Allah swt merahmati para ulama, ustadz, dai dan siapa saja yang mengenalkan kepada orang lain, mana
yang orisinil, mana yang bisa diterima, mana yang ditolak.

Bagi kita, hendaknya mau menerima riwayat yang sahih dan menjelaskan kepada orang lain. Mau meninggalkan
yang palsu, karena hakekat agama ini telah sangat sempurna. Dan cukuplah kalau kita melaksanakan hadits yang
sahih. Tidak mencari-cari hadits yang palsu.

Semoga Allah swt. senantiasa memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Você também pode gostar