Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya dalam
Trauma tumpul kornea dapat menimbulkan kelainan kornea mulai dari erosi
kornea sampai laserasi kornea. Bilamana lesi terletak dibagian sentral, lebih-lebih
kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan
kelopak digerakkan. Pada trauma tumpul mata, kornea diperiksa untuk mencari
apakah terdapat kehilangan lapisan epitel (erosi), laserasi dan benda asing. Erosi
kornea merupakan terkikisnya lapisan kornea (epitel) oleh karena trauma pada bagian
superfisial mata. Erosi kornea adalah cedera mata yang paling umum dan mungkin
salah satu yang paling diabaikan. Erosi kornea biasanya sembuh dengan cepat, tanpa
gejala sisa yang serius. Akibatnya, hal ini sering dianggap kecil akibatnya. Namun,
jaringan parut dalam epitel dan stroma. Erosi kornea terjadi pada keadaan yang
menyebabkan kompromi epitel seperti mata kering, cedera kornea superfisial atau
cedera mata misalnya disebabkan oleh benda asing, dan penggunaan lensa kontak
(Mann I).
Erosi kornea adalah cedera mata yang paling umum dan sangat umum
1
mencapai sekitar 10 % dari keadaan darurat mata yang terkait, kejadian diperkirakan
bervariasi menurut populasi dan tergantung pada bagaimana kegiatan yang mereka
lakukan ketika terlibat dalam mekanisme cedera. Insiden cedera tanpa penetrasi pada
mata yang meliputi erosi kornea, 1.57 % per tahun. Insiden erosi kornea lebih tinggi
di antara orang usia kerja karena orang-orang muda lebih aktif daripada orang tua.
Namun, orang-orang dari segala usia dapat memiliki resiko terkena erosi kornea.
Pekerja otomotif antara usia 20 dan 29 tahun memiliki insiden tertinggi cedera mata
(Wang, dkk).
1.3. TUJUAN
1.3.1. Tujuan dari penulisan laporan kasus panjang ini adalah untuk menganalisis
kasus erosi kornea e.c trauma mekanik tumpul pada mata.
1.4. MANFAAT
1.4.1. Manfaat penulisan laporan kasus panjang ini adalah agar dapat mengetahui
mengenai erosi kornea terutama yang diakibatkan oleh trauma mekanik tumpul
pada mata
1.4.2. Diharapkan penyusunan makalah ini dapat dijadikan bahan referensi dalam
menyelasaikan kasus erosi kornea e.c trauma mekanik tumpul lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KORNEA
2
2.1.1. Anatomi Kornea
Kornea merupakan jaringan yang avaskular, bersifat transparan,
dioptri (D) dari total 58,60 kekuatan dioptri mata manusia. Dalam nutrisinya,
kornea bergantung pada difusi glukosa dari aqueus humor dan oksigen yang
berdifusi melalui lapisan air mata. Sebagai tambahan, kornea perifer disuplai
oksigen dari sirkulasi limbus. Kornea adalah salah satu organ tubuh yang
kali jika dibandingkan dengan konjungtiva (AAO, 2008). Kornea dewasa rata-
3
Tebal dari epitel ini adalah 50 m. Epitel kornea mempunyai lima
lapis sel epitel tak bertanduk yang terdiri dari sel basal, sel poligonal,dan
sel gepeng.
2) Membran Bowman
yang merupakan kolagen yang tersususn tidak teratur seperti stroma dan
3) Stroma
terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
4) Membran Descemet
5) Endotel
dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh
4
keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh pompa
bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam
Kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah
epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan
meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air
tersebut. Hal ini mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma
Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut-lemak dapat
melalui epitel utuh dan substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh.
Agar dapat melalui kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus.
kornea.
mudah terkena infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus,
adalah :
1) Dry eye
Kelainan ini muncul ketika lapisan air mata mengalami defisiensi
5
kuantitatif maupun kualitatif, yang kemudian diikuti dengan keluhan
didaerah limbus. Bercak Bitot seperti ada busa di atasnya. Bercak ini tidak
dibasahi oleh air mata dan akan terbentuk kembali bila dilakukan
pertumbuhan kornea fetal pada bulan ke-5. Selain itu bisa juga
6
meninggalkan ruangan besar bagi kornea untuk untuk diisi (Bangun,
2010).
4) Distrofi kornea
bilateral simetrik dan herediter, tanpa sebab yang diketahui. Proses dimulai
pada usia bayi 1-2 tahun dapat menetap atau berkembang lambat dan
(Ilyas, 2002).
5) Trauma kornea
harus diingat dengan kultur untuk bakteri dan jamur diambil pada saat
keadaan yang gawat untuk bola mata karena pada keadaan ini kuman akan
gejala berupa rasa pedas dan sakit pada mata. Keluhan ini mungkin terjadi
akibat sudah terdapatnya keratitis atau tukak pada mata tersebut (Ilyas,
2009).
7
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak sengaja yang
kondisi mata yang mengalami trauma (rudapaksa) baik oleh zat kimia maupun
tumpul seperti pukulan, bola tenis dan bola kriket. Trauma tertutup
adalah luka pada salah satu dinding bola mata (sklera atau kornea)
antara lain :
Konjungtival hemorrhage
Kelainan kornea (abrasi, edema, robekan membran
8
menyebabkan perubahan bentuk pupil yang permanen. Siklopegia
daerah fornik. Bila ada benda asing pada kornea, jika dicurigai
tidak ada yang terlibat dan tidak ada benda asing yang tertinggal.
2) Trauma Terbuka
a) Perforating mechanical trauma
Trauma terbuka adalah trauma yang menyebabkan luka dan
9
riwayat trauma dengan jelas dan jenis benda yang mengenainya
perforating :
1. Riwayat trauma mata :
Apakah Trauma yang mengancam nyawa
Waktu terkenanya trauma
Kecurigaan adanya benda asing intraokuli (intraocular
kontaminasi minyak
Apakah menggunakan pelindung mata
Penanganan sebelumnya saat terjadinya trauma
10
Tanda-tanda Diagnostik
Laserasi palpebral yang Uvea, vitreus, retina terekspos dengan
ultrasonografi
terkena di sesuaikan dengan ukuran benda (objek) yang menyebabkannya (Kanski, JJ).
11
Klasifikasi lain trauma mata terbuka berdasarkan BETT
lain:
a) Kuatnya penetrasi bahan kimia tersebut
b) Konsentrasi bahan kimia
c) Volume solusinya
12
d) Durasi tereksposnya
pada usia 16 45 tahun.Trauma kimia asam lebih sering dua kali bila
kimia basa yang paling sering adalah amonia dan sodium hidroksi (sering
penetrasi yang cepat dan mencapai bilik mata depan dalam hitungan 1
kematian sel. Proses ini mengenai jaringan lain pada mata seperti
aquous humor.
13
pelepasan enzim proteolitik, defisiensi air mata dan sintesis kolagenase
Bahan kimia asam yang sering mengenai mata adalah asam sulfur
dan asam hidrofluorik. Bahan ini sering terdapat pada pembersih, baterai
mobil. Ion hidrogen yang terdapat pada bahan asam ini, menyebabkan
terkena asam. Barier ini dapat memproteksi untuk asam asam lemah
dalam. Kornea itu sendiri dapat berfungsi sebagai barier buffer. pH kornea
4) Trauma Termal
Umumnya trauma termal dibagi menjadi 2 kategori: luka bakar
karena uap panas, luka bakar karena kontak langsung. Trauma karena
kedip dan Bells phenomen. Penyebab utama dari penelitian ini adalah
karena terekspos pada gas. Derajat keparahan pada trauma termal ini
bergantung pada :
a) Temperatur dari objek
b) Luas area yang terkena suhu panas
c) Lamanya durasi kontak
14
Kebanyakan trauma termal mengenai permukaan superfisial dari
patching penting. Antibiotik tetes diberikan jika ada abrasi pada kornea.
sequele.
5) Trauma Radiasi
Epitel kornea rentan cedera dengan radiasi sinar ultraviolet.
eksposure sinar matahari, uap las dan terlalu lama berada dibawah sinar
matahari.
Terpapar sinar radiasi/ion sangat berhubungan dengan ledakan
kelopak mata, berkurangnya produksi air mata dan pada tahap lanjut dapat
15
Penanganannya adalah dengan patching (menutup) untuk
Jenis trauma ini adalah karena adanya daya listrik atau elektrik
dari dua arah. Akan ada ditemukan titik masuknya dankeluarnya dan
hantaran ini yang menyebabkan spasme pada otot otot yang terkena.
Pada titik masuk, tipikalnya terdapat tanda nekrosis tanpa hiperemis pada
sekitarnya.
yang pendek. Pada kornea bentuk yang paling sering muncul opasitas
destruktif pada kornea berlanjut, maka epitel kornea menjadi nekrotik dan
16
Keadaan ini sering ditemukan di negara negara yang berdaerah agraris
atau pertanian seperti negara negara Asia Tenggara dan negara Afrika
terdapat sekitar 56% trauma mata yang disebabkan oleh padi dan tebu.
disebabkan trauma tumpul ataupun tajam pada kornea. Defek pada epitel
terjadinya infeksi sekunder. Erosi kornea sering kali diawali dengan trauma
pada mata. Segera sesudah trauma atau masuknya benda asing, penderita akan
merasa sakit sekali, akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat
sensibel yang banyak, mata menjadi berair, fotofobia dan penglihatan akan
3.1.2. Epidemiologi
Prevalensi trauma okuli di Amerika Serikat sebesar 2,4 juta
Di dunia, kira-kira terdapat 1,6 juta orang yang mengalami kebutaan, 2,3
17
mengalami penurunan fungsi penglihatan unilateral akibat trauma mata
(Widiana, 2010).
data dasar rumah sakit maupun data populasi, menunjukkan bahwa laki-
trauma pada laki-laki sebesar 20 per 100.000 dibandingkan 5 per 100.000 pada
wanita. Trauma okuli terbanyak terjadi pada usia muda, di mana Vats
(Widiana, 2010).
3.1.3. Patofisiologi
Ruptur bola mata dapat terjadi ketika objek tumpul menekan orbita
robekan sklera. Ruptur akibat trauma tumpul sering kali terjadi pada daerah-
daerah tertipis pada sklera, pada insersi otot-otot ekstraokular, pada limbus
dan pada daerah yang telah terjadi operasi intraokular sebelumnya. Benda-
benda tajam atau yang bergerak dengan kecepatan tinggi dapat menyebabkan
perforasi bola mata secara langsung. Benda asing yang kecil dapat melakukan
penetrasi pada bola mata dan menetap di dalam bola mata. Kemungkinan
untuk terjadi bola mata harus dipikirkan dan disingkirkan selama evaluasi dari
seluruh trauma orbita tumpul dan penetrasi, dan juga pada semua kasus yang
1) Coup
18
Coup adalah kekuatan yang disebabkan langsung oleh trauma
2) Countercoup
Countercoup merupakan gelombang getaran yang diberikan oleh coup, dan
diteruskan melalui okuler dan struktur orbita. Akibat dari trauma ini,
arsitektur dari okuli normal. Pada akhirnya, bola mata akan kembali ke
bentuk normalnya, akan tetapi hal ini tidak selalu seperti yang diharapkan.
3) Equatorial
4) Global Reposititioning
permukaan luar bola mata (konjungtiva) yang disebabkan oleh benda asing.
Meskipun demikian kebanyakan trauma ini adalah kecil, seperti penetrasi pada
perlengketan pada kornea yang mana hal ini dapat menjadi serius. Benda asing
dan aberasi di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan
sewaktu mata dan kelopak mata digerakkan. Defek epitel kornea dapat
epitel yang terpajan dan dapat memperjelas kebocoran cairan akibat luka
Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut (Ilyas, 2004) :
19
Perforasi tanpa benda asing intra okuler
Perforasi dengan benda asing intra okuler
c) Luka bakar dan etsing, terjadi oleh karena :
Sinar dan tenaga listrik
Agen fisik, misalnya : luka bakar
Agen kimia
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke
dalam bola mata, maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus,
tembus tersebut.
c) Tekanan bola mata rendah akibat keluarnya cairan bola mata.
d) Bilik mata dangkal akibat perforasi kornea.
e) Bentuk dan letak pupil berubah.
f) Terlihatnya rupture pada kornea atau sclera.
g) Adanya hifema pada bilik mata depan.
h) Terdapat jaringan yang prolaps seperti cairan mata, iris lensa,
20
a. Pemberian salep mata Gentamycin dan tutup mata dengan kasa
steril
b. Rujuk ke bagian spesialis mata
BAB III
KERANGKA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
DAN
DIAGNOSIS AKHIR
PENATALAKSANAAN
MONITORING
21
BAB IV
LAPORAN KASUS
4.1. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara heteroanamnesa dengan orang tua pasien pada hari
Kamis, 18 Agustus 2016 di Poli Mata RSUD Bangil, Pasuruan.
22
Riwayat sakit serupa : (-)
Riwayat DM : (-)
Riwayat HT : (-)
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat trauma : keluarga tidak mengalami trauma serupa
pasien.
OD OS
OD OS
Tidak dapat dievaluasi Visus Tidak dapat dievaluasi
karena pasien tidak karena pasien tidak
kooperatif kooperatif
Tidak ditemukan proptosis Bulbus okuli Tidak ditemukan proptosis
Tidak terdapat benjolan Palpebra Tidak ada benjolan
Hiperemi (-) Hiperemi (+)
Edema (-) Edema (+)
Entropion (-) Entropion (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
CVI (-) Konjungtiva CVI (+)
PCVI (-) PCVI (-)
Jernih Kornea Erosi
Edema (-)
Flouresin (+)
Korpus alienum (+)
Kedalaman cukup COA Kedalaman cukup
Hifema (-) Hifema (-)
23
Hipopion (-) Hipopion (-)
Reguler Iris Reguler
Bulat Pupil Bulat
Sentral Sentral
Reguler Reguler
Diameter 3mm Diameter 3mm
Reflek cahaya (+) Reflek cahaya (+)
Jernih Lensa Jernih
Tidak dievaluasi Tonometri Tidak dievaluasi
OD OS
kemudian kertas diangkat. Defek kornea akan terlihat berwarna hijau dan
putih hitam yang menghadap pada sumber cahaya, sedang pasien sendiri
bayangan plasido pada kornea. Normal bayangan plasido pada kornea berupa
lingkaran konsentris.
4.3.3. Fisel Tes
Yaitu uji untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea. Pada
konjungtiva inferior ditaruh kertas fluoresin. Bila terdapat fistel kornea akan
24
Yaitu uji untuk menilai fungsi saraf trigeminus kornea. Caranya
dengan kapas kering dari bagian lateral kornea. Bila terdapat refleks
mengedip, rasa sakit atau mata berair berarti fungsi saraf trigeminus dan fasial
baik.
4.3.4. Slit Lamp
4.3.5. Funduskopi
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. ANAMNESA
Anamnesis yang didapat dari keluhan pasien adalah :
25
Pasien baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas tertabrak sepeda motor dan
terasa mengganjal.
Orang tua pasien berkata bahwa pasien belum diberikan obat apapun dan
konjungtiva tampak hiperemi, sclera normal, kornea jernih, bilik mata depan
normal, iris normal, pupil bulat, isokor, reflek cahaya positif, lensa jernih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada benjolan.
Pemeriksaan visus : VOD 6/7, VOS 6/12
26
5.4.4. Uji Sensibilitas Kornea
Tidak dilakukan
5.4.5. Slit Lamp
5.4.6. Funduskopi
Tidak dilakukan
pelangi di sekitar lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat
5.7. PENATALAKSANAAN
5.7.1. Cefadroxil syrup 125 2 x cth I
5.7.2. Gentamycin ed 8x1 OS
5.7.3. Cendo Lyteers ed 8x1 OS
5.9. KOMPLIKASI
5.9.1. Ulkus Kornea
5.10. PROGNOSIS
5.10.1. Ad Vitam : dubia ad bonam
5.10.2. Ad functionam : dubia ad bonam
5.10.3. Ad sanationam : dubia ad bonam
5.11. EDUKASI
5.11.1. Menjaga kebersihan mata dengan baik
5.11.2. Menjelaskan kepada orang tua mengenai prosedur terapi yang harus dilakukan
5.11.3. Menjelaskan kepada orang tua mengenai komplikasi yang mungkin terjadi
5.11.4. Menjelaskan kepada orang tua mengenai prognosis penyakit pasien
27
BAB VI
PENUTUP
6.1. KESIMPULAN
tumpul ataupun tajam pada kornea. Defek pada epitel kornea memudahkan kuman
tes Plasido, tes Fluoresin, tes sensitivitas atau kultur, dan juga tes fistel. Pada
kasus ini penderita mengalami erosi pada kornea yang disebabkan oleh hantaman
spion motor yang merupakan benda tumpul, sehingga pasien diberikan Cefadroxil
28
sirup 125 2xcth I, Gentamycin ed 8x1, dan Cendo Lyteers ed 8x1. Penanganan
yang cepat dan tepat dapat mencegah terjadinya hal yang lebih buruk atau
6.2. SARAN
buah, serta segera berobat ke dokter spesialis mata jika obat habis atau terdapat
sebagai serta rajin membersihkan mata dengan kapas yang dipilin, lalu disterilkan
DAFTAR PUSTAKA
Augsburger J, Asbury T. Ocular & Orbital Trauma. In: Vaughan & Asbury's General
Bangun, C.Y.Y., 2009. Prevalensi Kebutaan Akibat Kelainan Kornea di Kabupaten Langkat.
Availablefrom:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6385/1/10E00176.pdf
Biswell, R., 2010. Kornea. In: Vaughan, Asbury. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : EGC
29
Ilyas Sidarta. 2004. Trauma Mata. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI Jakarta.
Ilyas, Sidarta. 2009. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI Jakarta.
Rapon, JM. Ocular Trauma Management For The Primary Care Provider. Avilable from
2014Riordan-Eva, P., John P. Whitcher. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta:
Widiana, I Gede R., Andayani, A., Djelantik, AAA Sukartini. 2010. The Relation of Onset of
Trauma and Visual Acuity on Traumatic Patien. Bali : Jurnal Oftalmologi Indonesia.
Yuan, F., Wang, L., Lin, C., Chou, C., Li, L. A cornea substitute derived from fish scale: 6- month
30